• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI PERENCANAAN DALAM MENINGKATKAN PE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FUNGSI PERENCANAAN DALAM MENINGKATKAN PE (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI PERENCANAAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN DI KANTOR UPTD PENERANGAN JALAN UMUM DINAS LINGKUNGAN

HIDUP KABUPATEN GARUT

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu syarat jalan umum yang baik adalah cukup penerangan pada saat digunakan pada kondisi gelap atau malam hari.Dengan penerangan yang baik, jalan umum dapat digunakan dengan aman dan nyaman oleh masyarakat. Pada dasarnya fasilitas lampu penerangan jalan umum disediakan oleh pemerintah daerah dari APBD yang salah satunya bersumber dari pendapatan pajak penerangan jalan.

Penerangan jalan umum (PJU) merupakan salah satu infrastruktur vital bagi kehidupan masyarakat kabupaten Garut di malam hari sehimgga diharapkan dengan pemasangan PJU akan meningkatkan kenyamanan pengendara di jalan umum serta meningkatkan keamanan lingkungan dan menekan angka kriminalitas di jalan raya.

(2)

Ketersediaan fasilitas penerangan jalan yang memadai perlu didukung peran serta pemerintah secara aktif. Perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pengawasan dan pengevaluasian pengadaan penerangan jalan umum harus benar-benar diperhatikan. Apabila memang perlu segera ditetapkan standardisasi pemasangan penerangan jalan umum yang harus diberlakukan dan ditegakkan. Hal ini dapat dituangkan dalam Peraturan Daerah yang jelas dan terperinci. Disampaikan kepada seluruh elemen masyarakat dan tegak diberlakukan. Pemerintah sebagai aparat resmi dan sekaligus katalisator perubahan peningkatan pelayanan publik diharapkan dapat menjalankan fungsinya.

Di Kabupaten Garut pelaksana tugas pelayanan penerangan jalan umum diemban oleh UPTD Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut. UPTD Penerangan Jalan Umum mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum. Untuk melaksanakan tugas UPTD Penerangan Jalan Umum mempunyai fungsi :

1. Penyusunan perumusan kebijakan teknis di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum;

2. penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum;

3. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum;

(3)

5. Pelaksanaan penataan, pemasangan, pemeliharaan penerangan jalan umum;

6. Pelaksanaan koordinasi penataan, pemasangan, pemeliharaan penerangan jalan umum;

7. Pelaksanaan penyelenggaraan kajian teknis pemberian perijinan dan/atau rekomendasi dibidang penerangan jalan umum;

8. Pemberian bantuan teknis terhadap pemeliharaan instalasi listrik gedung/ kantor milik pemerintah;

9. Pelaksanaan penyajian data dan informasi di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum;

10. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan pengawasan dan pengendalian di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum;

11. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang penataan penerangan jalan umum, bidang pemasangan penerangan jalan umum dan bidang pemeliharaan penerangan jalan umum;

12. Penyusunan laporan realisasi anggaran Bidang Penerangan Jalan Umum; 13. Penyusunan laporan kinerja program Bidang Penerangan Jalan Umum; 14. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Namun begitu ketika kita menengok kondisi di lapangan, banyak ditemui jalan-jalan umum yang mungkin bukan jalan utama sebuah kota tanpa penerangan jalan. Bahkan penyediaan dari sektor swasta atau swadaya masyarakat dirasa belum cukup atau cenderung seadanya.

(4)

Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil suatu dimensi yang lebih khusus yaitu menganalisis tentang peningkatan kualitas pelayanan dengan studi tentang fungsi perencanaan. Pemilihan masalah tersebut, didasarkan atas pertimbangan bahwa desain dan implementasinya dapat memberikan gambaran tentang peningkatan pelayanan di Kantor UPTD Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut sehingga melalui implementasinya diharapkan dapat mewujudkan proses peningkatan kualitas perlayanan.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh tentang fungsi perencanaan yang menjadi salah satu unsur dalam proses peningkatan kualitas pelayanan, dimana dengan membandingkan teori-teori yang berkaitan dengan perencanaan dalam meningkatkan pelayanan. Berdasarkan hal tersebut maka judul penelitin ini adalah : ”Fungsi Perencanaan Dalam Meningkatkan Pelayanan Di Kantor Uptd Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut”.

B. Rumusan Masalah

(5)

optimal. Selanjutnya pernyataan masalah tersebut dirumuskan kedalam sub-sub masalah penelitian sebagai berikut::

1.2.1. Bagaimana fungsi perencanaan dalam upaya meningkatkan pelayanan di Kantor Uptd Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut ?

1.2.2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan penunjang serta bagaimana langkah-langkah penerapan fungsi perencanaan dalam meningkatkan pelayanan di Kantor Uptd Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang diidentifikasikan, maka tujuan dari penelitian tersebut adalah:

1.3.1. Untuk memperoleh data secara obyektif tentang seberapa besar fungsi perencanaan dalam upaya peningkatan pelayanan di Kantor Uptd Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut. 1.3.2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan langkah-langkah apa saja

yang perlu diambil dalam menerapkan fungsi perencanaan dalam upaya peningkatan pelayanan di Kantor Uptd Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

(6)

organisasi dalam upaya peningkatan pelayanan di Kantor Uptd Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut. 1.3.2 Kegunaan secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

(7)

D. Kerangka Pemikiran

Planning atau perencanaan ialah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk

mencapai tujuan. Perencanaan merupakan pedoman, garis-garis besar atau petunjuk-petunjuk yang harus dituruti jika menginginkan hasil yang baik sebagaimana direncanakan.

Pertama-tama harus memusatkan apa yang ingin dikerjakan, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang untuk organisasi serta memutuskan alat apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka melakukan hal tersebut, ia harus meramalkan sejauh mana kemungkinan tersebut dapat dicapai, baik dilihat dari asep ekonomi, sosial maupun lingkungan politik tempat organisasi berorganisasi serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada untuk mewujudkan rencana tersebut. Perencanaan juga mencakup fungsi budgeting, sebab budget merupakan rencana pengeluaran sejumlah uang untuk melakukan suatu tujuan.

Untuk mengetahui dan memahami hakekat perencanaan, maka kita perlu mengetahui pengertian atau definisinya, di antaranya :

a. George R. Terry: Perencanaan adalah pemulihan fakta-fakta dan usaha menghubung-hubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk menghendaki hasil yang dikehendaki.

b. Harold Koontz dan O’Donnell: Perencanaan adalah tugas seorang manajer untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif, kebijaksanaan, prosedur dan program.

(8)

langkah-langkah sebelum kegiatan dilaksanakan.

d. Dr. SP. Siagian MPA.: Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal :

1) Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan.

2) Pilihan di antara cara-cara alternatif yang efesien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut, baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula.

Setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan perlu perencanaan yang matang sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut disesuaikan menurut bidang-bidang yang akan dicapai.

Albert Silalahi (1987: 167), menjelaskan bahwa tujuan perencanaan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantisipasi dan merekam perubahan (a way to anticipate and offset change).

b. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administrator-administrator maupun non-administrator.

(9)

aktivitas-aktivitas.

d. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan untuk memudahkan pengawasan.

Robbins dan Coulter (2002) menjelaskan bahwa fungsi perencanaan ada empat yaitu :

a) Perencanaan sebagai pengarah

b) Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian

c) Perencanaan sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya d) Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka perlu diketahui fungsi-fungsi dari planning itu sendiri, yaitu:

a. Menentukan titik tolak dan tujuan usaha.

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai sehingga merupakan sasaran, sedangkan perencanaan adalah alat untuk mencapai sasaran tersebut. Setiap usaha yang baik harus memiliki titik tolak, landasan dan tujuannya.

a. Memberikan pedoman, pegangan dan arah.

Suatu perusahaan harus mengadakan perencanaan apabila hendak mencapai suatu tujuan. Tanpa perencanaan, suatu perusahaan tidak akan memiliki pedoman, pegangan dan arahan dalam melaksanakan aktivitas kegiatannya. b. Mencegah pemborosan waktu, tenaga dan material.

(10)

c. Memudahkan pengawasan.

Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui penyelewengan yang terjadi karena planning merupakan pedoman dan patokan dalam melakukan suatu usaha. Agar dapat membuat perencanaan yang baik, maka manajer memerlukan data-data yang lengkap, dapat dipercaya serta aktual.

d. Kemampuan evaluasi yang teratur.

Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui apakah usaha yang kita lakukakn sudah sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Sehingga tidak terjadi under planning dan over planning.

e. Sebagai alat koordinasi.

Perencanaan dalam suatu perusahaan kadang-kadang begitu kompleks, karena untuk perencanaan tersebut meliputi berbagai bidang di mana tanpa koordinasi yang baik dapat menimbulkan benturan-benturan yang akibatnya dapat cukup parah.

(11)

Menurut Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2): "Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh organisasi pemberi pelayanan yang dimaksudnya untuk memecahkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan".

Moenir (2001:27), “Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat”. Lebih lanjut Moenir (2001:47) menerangkan bahwa:

Pelayanan umum yang didambakan adalah kemudahan dalam mengurus kepentingan mendapatkan pelayanan yang wajar, perilaku yang sama tanpa pilih kasih dan perlakuan yang jujur dan terus terang. Disamping itu, ia juga menambahkan bahwa kelancaran layanan hak-hak tergantung pada kesediaan para petugas terhadap kewajiban yang dibebankan, sistem, prosedur, dan metode yang memadai, pengorganisasian tugas pelayanan yang tuntas, pendapatan petugas atau pegawai yang cukup untuk kebutuhan hidupnya, kemampuan atau keterampilan pegawai, dan sarana kerja yang memadai.

(12)

Berdasarkan uraian diatas, maka pelayanan dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditujukan untuk konsumen atau masyarakat umum yang berbentuk jasa untuk memenuhi kebutuhan.

1. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan yang berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas pelayanan bukanlah persepsi dari penyedia jasa tetapi dari para pelanggan. Para pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmatai jasa suatu instansi, sehingga merekalah yang seharusnya kualitas pelayanan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan jasa. Menurut Supranto (2001:227), “Kualitas pelayanan adalah suatu kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu proses produksi dan juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik”.

(13)

buruk.

Gronroos dalam Purnama (2006) mengemukakan bahwa terdapat tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas pelayanan, yaitu :

1. Outcome-related Criteria, kriteria yang berhubungan dengan hasil kinerja layanan yang ditunjukan oleh penyedia layanan menyangkut profesionalisme dan ketrampilan. Konsumen menyadari bahwa penyedia layanan memiliki sistem operasi, sumber daya fisik, dan pekerja dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah konsumen secara profesional.

2. Process-related Criteria, kriteria yang berhubungan dengan proses terjadinya layanan. Kriteria ini terdiri dari :

a. Sikap dan perilaku pekerja

b. Kendalan dan sifat dapat dipercaya

c. Tindakan perbaikan jika melakukan kesalahan

3. Image-related Criteria, yaitu reputasi dan kredibilitas penyedia layanan yang memberikan keyakinan konsumen bahwa penyedia layanan mampu memberikan nilai atau imbalan sesuai pengorbanannya.

2. Pelayanan Publik

(14)

merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga Negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2009: Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peratuaran perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Ratminto (2005:5): Pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tangguang jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada publik di dalam suatu organisasi atau instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik atau masyarakat.

a. Bentuk-bentuk Pelayanan Publik

(15)

1. Pelayanan lisan Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang hubungan masyarakat, dibidang layanan informasi dan di bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan; 2. Pelayanan berbentuk tulisan Ini merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui tulisan di dalam pengelolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni: a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan institusi atau lembaga, b. Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya; 3. Pelayanan berbentuk perbuatan Dalam kenyataan sehari-hari jenis layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan, jadi antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan karena hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum. Hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh orang yang berkepentingan. Jadi tujuan utama yang berkepentingan ialah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan hanya sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan. Disini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap orang, disertai dengan kualitas hasil yang memadai.

b. Azas Pelayanan Publik

(16)

penyelenggara pelayanan harus memenuhi azas-azas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005:19) :

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survai deskriftif yaitu menggambarkan kenyataan empirik pada waktu penelitian dilakukan, dengan jalan mengumpulkan, menganalisa dan mengolah data yang diperoleh.

2. Variabel Penelitian

(17)

Variabel penelitian yang telah dirumuskan tersebut agar dapat diukur harus dioperasionalisasikan. Oleh karena itu kebutuhan analisis perlu diturunkan sampai tingkat indikator sehingga memudahkan pengukuran terhadap variabel-variabel pokok dalam penelitian.

Variabel-variabel dalam penelitian ini secara operasional disajikan dalam matrik operasionalisasi variabel penelitian berikut ini :

(18)

2. Process-related Criteria

3. Image-related Criteria

2. Kendalan

3. Tindakan perbaikan 1. Reputasi dan

kredibilitas

2. Kepuasan penerima pelayanan

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah pegawi di Kantor UPTD Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut sebanyak 16 orang dan dijadikan sebagai informan dengan menggunakan teknik sensus dalam penelitian berlangsung selama 6 bulan

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku literatur, laoran, hasil penelitian dan dokumen-dokumen resmi seperti peraturan-peraturan

Studi Lapangan

Wawancara yang dilakukan penulis lakukan dengan cara tanya jawab dengan pegawai Kantor UPTD Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut sebagai informan

(19)

pelayanan di Kantor UPTD Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut dimana kegiatan sehari-hari dapat dilihat dan dicatat tentang pelaksanaan kegiatan kerja yang sebenarnya.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data sebagai kegiatan pengolahan data, yang terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data.

Tabulasi data dinyatakan sebagai propses pemaduan atau penyatuapaduan sejumlah data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap sasaran penelitian, menjadi satu kesatuan daftar, sehingga data yang diperoleh menjadi mudah dibaca atau dianalisis. Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari setiap anggota kelompok sasaran penelitian yang memilki karakter yang sama, berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.

Tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap. Diantaranya adalah tahap reduksi data, penyajian data, interprestasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi

(20)

F. Lokasi dan Lamanya Penelitian

Lokasi yang penulis pilih sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah di Kantor UPTD Penerangan Jalan Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Garut.

Dipilih lokasi ini karena sesuai dengan hasil sementara pengamatan penulis bahwa fungsi perencanaan masih belum bisa memenuhi pencapaian peningkatan pelayanan yang sesuai dengan harapan dan masih perlu untuk ditingkatkan.

Adapun lamanya penelitian secara keseluruhan berlangsung selama enam (6) bulan, mulai bulan Januari s/d bulan Juli 2014 yang meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut:

TABEL 1.2

RENCANA JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI

No KEGIATAN

Tahun 2014 Bulan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Tahap persiapan Penelitian 2 Pelaksanaan Penelitian 3 Penyusunan UP 4 Seminar UP 5 Perbaikan Skripsi 6 Bimbingan Skripsi 7 Sidang Skripsi

Gambar

Tabel 1.1
TABEL 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Pertanggungjawaban politik, ada dua macam yaitu pertanggungjawaban biasa dalam bentuk laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang wajib dilakukan satu kali dalam setahun

Sejalan dengan penelitian Azizudin, penelitian Arviana (2009) yang dikutip oleh Kurniawan secara umum menunjukkan tidak ada peningkatan yang signifikan antara kinerja keuangan

Garapan musikal pada Langgam Campursari karya Manthous, pola tabuhan instrumen struktural musik gamelan diikuti secara relatif taat atau ketat dengan menggunakan

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, pengaruh workplace stretching exercise terhadap penurunan musculoskeletal disorders pada pekerja laundry, penulis menyarankan

ermainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk  men$iptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. ada saat melakukan permainan, anak juga

a) Bagi pelanggan prabayar yang bertukar menjadi pasca bayar, sumbangan baki anda akan dibayar melalui bil pasca yang seterusnya. b) Bagi pelanggan pascabayar bertukar ke

Dengan melihat banyaknya hambatan samping yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja lalu lintas tersebut yang akan menyebabkan kemacetan, peluang antrian, dan tundaan