9
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1
Strategi
Organisasi atau lembaga sekolah memerlukan
strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Dessler (2008:12) mendefinisikan strategi
sebagai rencana jangka panjang organisasi berkenaan
dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan
kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan
ancaman eksternal untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif. Strategi yang tepat dapat
mengantarkan organisasi pada keberhasilan mencapai
tujuannya dan tetap memiliki keunggulan yang
kompetitif. Strategi untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada agar lebih
efisien dan efektif.
Menurut Hardjosoedarmo (2004:81) strategi adalah
pengarahan menyeluruh sumber daya untuk
mengendalikan situasi dan ruang guna mencapai
tujuan yang digariskan. Bagaimana tujuan strategi
hendak dicapai. Lebih lanjut Edward dalam Umar
(2002) strategi merupakan rencana yang dilakukan oleh
para manager paling atas dan menengah untuk
mencapai tujuan organisasi yang lebih luas. Dalam
10
suatu strategi yang mana dikoordinasikan dengan para
guru untuk dijalankan bersama demi mencapai tujuan
yang diharapkan dari sekolah.
Untuk memperoleh strategi yang tepat, lembaga
sekolah memerlukan pengenalan dan penguasaan
terhadap berbagai informasi lingkungan strategisnya.
Lingkungan strategis lembaga sekolah akan selalu
berubah dan mempengaruhi eksistensinya. Lembaga
sekolah perlu melakukan analisis yang cermat untuk
mengenali kekuatan dan kelemahan internal lembaga
serta memahami peluang dan ancaman eksternalnya,
sehingga lembaga dapat melakukan antisipasi terhadap
perubahan yang mungkin terjadi. Analisis lingkungan
juga dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengambil
langkah-langkah dalam jangka panjang (Akdon,
2006:12).
Berdasarkan beberapa pengertian strategi diatas,
bahwa strategi yang dimaksud yaitu rencana yang
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Rencana
penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya
secara terpadu akan dilakukan secara efesien dan
11
2.2
Mutu
Secara umum mutu merupakan gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan. Pengertian mutu menurut
Sallis (2012:51) adalah konsep yang absolut sekaligus
relatif. Mutu dalam konsep absolut memiliki pengertian
bahwa mutu merupakan suatu idealisme yang tidak
dapat dikompromikan. Produk yang bermutu adalah
sesuatu yang dibuat sempurna dengan biaya mahal.
Dalam konsep relatif mutu merupakan sesuatu yang
memuaskan dan melampaui keinginan kebutuhan
pelanggan (quality in perception). Dalam dunia
pendidikan mutu merupakan sebuah filosofi dan
metodologi yang membantu sekolah untuk
merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam
menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang
berlebihan.
Definisi mutu menurut Sagala (2013:169) adalah
gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa
pelayanan pendidikan secara internal maupun
eksternal yang menunjukkan kemampuannya
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat.
Pengertian mutu menurut Hardjosoedarmo
12
Penilaian ditentukan oleh persepsi customer terhadap
produk atau jasa. Lebih lanjut Amtu (2011:120) mutu
merupakan layanan produk berupa barang atau jasa
yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan,
harapan dan harganya mampu dijangkau oleh
pelanggan. Mutu tidak sekedar pada barang atau jasa,
melainkan pada aspek estetika, penampilan,
kenyamanan, praktis, tahan lama, kesopanan dalam
pelayanan, ketepatan waktu, serta disesuaikan dengan
harapan dan keinginan pelanggan baik pelanggan
internal maupun eksternal.
Berdasarkan berbagai pendapat yang diungkapkan
tentang definisi mutu, maka dapat disimpulkan bahwa
mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
jasa pelayanan secara internal maupun eksternal yang
menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan
yang diharapkan.
2.3
Mutu Pendidikan
Mutu sangat ditentukan oleh faktor kepuasan
pelanggan sebagai pengguna produk/layanan. Oleh
karena itu, institusi/lembaga pendidikan sebagai
penyedia layanan jasa ilmu pengetahuan juga
memperhatikan pentingnya kepuasan dari
13
tua dan masyarakat) maupun pelanggan internal (guru
dan staf administrasi).
Spanbauer dalam Gaspersz (2005:57) menyatakan
bahwa mutu pendidikan adalah menciptakan
kesadaran akan kebutuhan pelanggan dan secara
signifikan meningkatkan mutu pelayanan dan
memenuhi dan melampaui harapan. Lebih lanjut mutu
pendidikan menurut Arcaro (2007:76) adalah
kemampuan lembaga pendidikan dalam
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin.
Mutu pendidikan menurut Amtu (2011:138)
adalah berbagai indikator dan komponen pendidikan
yang saling berkaitan. Komponen dan variabel yang
menentukan terwujudnya mutu pendidikan yang baik
secara umum masih dikaitkan dengan sistem,
kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses
belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana
pendidikan, lingkungan belajar, budaya organisasi,
kepemimpinan dan lain sebagainya.
Sementara Sallis (2012:67) menyatakan bahwa
mutu pendidikan yaitu memberikan layanan
pendidikan yang bermutu. Setiap institusi perlu
memperhatikan bangunan yang terpelihara dengan
baik, guru yang berkompeten, nilai-nilai moral yang
tinggi, hasil ujian yang baik, keahlian, dukungan orang
14
masyarakat, sumber daya yang memadai, penerapan
teknologi terbaru, kepemimpinan yang kuat dan
terarah, kepedulian dan perhatian kepada siswa dan
kurikulum yang seimbang atau kombinasi terhadap
faktor ini.
Menurut Zahroh (2014:35) mutu pendidikan harus
mengutamakan siswa atau perbaikan program sekolah
yang dilakukan secara kreatif dan konstruktif oleh
pihak pendidikan. Lembaga pendidikan dikatakan
bermutu jika input, proses, dan ouput dapat memenuhi
persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa
pendidikan. Input yaitu segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses seperti SDM, sarana prasarana, program dan
harapan (visi misi dan tujuan). Proses yang dimaksud
adalah proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan
evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar
mengajar yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi
dibandingkan dengan proses proses lainnya. Output
yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses
sekolah. Output sekolah dikatakan
berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah,
khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan
pencapaian yang tinggi yaitu: (1) prestasi akademik,
15
ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi
non-akademik, seperti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah
perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
Berikut adalah bagan penyempurnaan kualitas secara
berkesinambungan menurut Lewis & Smith (dalam
Tjiptono dan Diana, 2003).
Gambar 2.1
Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan
Sumber: Lewis & Smith (dalam Tjiptono dan Diana,
2003)
Proses penyempurnaan kualitas dalam sistem
pembelajaran ditentukan oleh:
1. Input
Input merupakan segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya Penyempurnaan Kualitas
Berkesinambungan
Input Proses Ouput
Transformasi
16
proses pendidikan. Input pendidikan meliputi
kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial,
fasilitas, program dan jasa pendukung. Kesiapan input
sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu
input dapat diukur dari tingkat kesiapan input.
Semakin tinggi tingkat kesiapan input, semakin tinggi
pula mutu input tersebut.
Menurut Scheeren (2003) salah satu input dalam
sistem sekolah adalah siswa dengan berbagai
karakteristik tertentu yang ada pada mereka. Hal ini
dipertegas oleh Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa
siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Selain faktor lain
yang mempengaruhi proses belajar adalah kemampuan
dasar, pengetahuan, sikap latar belakang siswa
meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat
tinggal, tingkat sosial ekonomi, latar belakang keluarga.
2. Proses
Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru,
desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas
belajar, kurikulum, media, dan evaluasi.
Sanjaya (2006) menjelaskan terdapat 4 hal penting
dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan
adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan
17
pendidikan yang terencana diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan
agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya.
Keempat, akhir proses pendidikan adalah kemampuan
anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan.
Proses pendidikan yang bermutu perlu didukung
oleh personalia seperti guru, konselor, dan tata usaha
dan administrasi yang bermutu dan profesional. Hal
tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana
pendidikan, fasilitas, media dan sumber belajar yang
memadai baik mutu maupun jumlahnya serta
manajemen strategi dan lingkungan yang mendukung
(Mulyasa, 2006).
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
input sekolah (siswa) dan proses (kemampuan guru,
fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran,
media belajar dan evaluasi) dilakukan secara harmonis,
sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan, juga mendorong motivasi dan minat
belajar siswa sehingga mampu mengembangkan dirinya
18
3. Output
Ouput pendidikan merupakan kinerja yang
dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja
sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas
kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.
Sanjaya (2006) menjelaskan ketika siswa sudah
mengalami proses pembelajaran maka akan terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini juga
dipertegas oleh Scheeren (2003) yang mengatakan
bahwa kinerja sekolah dapat diukur dengan prestasi
rata-rata siswa pada akhir masa pendidikan formalnya
disekolah.
Menurut Maswir (2009) mengukur prestasi sebuah
sekolah bisa dilihat dari Ujian Nasional (UN) sekolah
tersebut, ataukah dengan membandingkan input
dengan ouputnya. Mutu output sekolah dikatakan
bermutu tinggi jika prestasi sekolah khususnya
prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian tinggi
dalam: (1) prestasi akademik, berupa ulangan, UN,
karya ilmiah, lomba akademik, dan (2) prestasi non
akademik, seperti IMTAQ, kejujuran, kesopanan,
olahraga, kesenian, dan kegiatan ekstrakurikuler
lainnya.
Berdasarkan berbagai pendapat yang diungkapkan
tentang definisi mutu pendidikan, maka dapat
19
menciptakan kesadaran pada kebutuhan pelanggan
dengan mengupayakan peningkatan mutu layanan
yang memenuhi atau melampaui keinginan dan
harapan pelanggan (siswa dan orang tua), melalui
keunggulan sumber daya, hasil yang memuaskan,
hubungan kerjasama, kepemimpinan yang terarah
pada mutu, serta empati.
2.4
Strategi Peningkatan Mutu Sekolah
Perlu suatu proses perencanaan agar terjadinya
mutu. Mutu menjadi bagian penting dari strategi
institusi yang harus dilakukan secara sistematis
dengan menggunakan proses perencanaan strategi.
Tanpa adanya arahan yang jangka panjang yang jelas,
sekolah sebagai sebuah institusi tidak dapat
merencanakan peningkatan mutunya. Peningkatan
mutu sekolah merupakan suatu proses yang sistematis
yang secara terus menerus meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar, dan faktor-faktor yang
berkaitan, dengan tujuan agar target sekolah dapat
dicapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007).
Usman (2002) menjelaskan bahwa strategi
peningkatan mutu sekolah dalam pelaksanaannya
tidak lepas dari manajemen peningkatan mutu sekolah.
Manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip antara
20
(2) peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan
dengan adanya kepemimpinan yang baik, (3)
peningkatan mutu didasarkan pada data dan fakta baik
bersifat kualitatif dan kuantitatif, (4) peningkatan mutu
harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur
yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memiliki
tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan
kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
Menurut Sallis (2012:212) strategi peningkatan
mutu pada sekolah didasarkan pada
kelompok-kelompok pelanggan dan harapan-harapan mereka
yang bervariasi. Selanjutnya dengan mengembangkan
kebijakan-kebijakan serta rencana-rencana yang dapat
mengantarkan sekolah pada pencapaian visi dan misi.
Strategi sekolah merinci tolak ukur yang kelak
digunakan untuk mencapai misinya.
Berdasarkan pendapat diatas maka strategi
peningkatan mutu sekolah dalam penelitian ini adalah
perencanaan strategi peningkatan mutu dalam input,
proses dan output sekolah dengan perbaikan secara
terus menerus, menentukan standar mutu, budaya
organisasi yang menghargai mutu dan
21
2.5
Strategi Peningkatan Mutu Berdasarkan
Analisis SWOT
Sallis (2012:221) menyebutkan salah satu alat
analisis yang baik untuk mengetahui hal-hal dalam
membuat rencana strategis adalah analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats (Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, dan Ancaman) yang digunakan untuk
perencanaan strategi pendidikan dan merupakan alat
yang efektif untuk menempatkan potensi institusi.
Menurut Rangkuti (2009:19) Strengths adalah
beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah
yang bersangkutan. Hal-hal yang memiliki potensi yang
positif jika dikembangkan dengan baik. Weaknesses
adalah komponen-komponen yang kurang menunjang
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin
dicapai sekolah. Kelemahan merupakan kondisi riil
yang ada dan terjadi di sekolah. Opportunities adalah
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila
potensi-potensi yang ada di sekolah mampu
dikembangkan secara optimal oleh sekolah. Peluang
juga dapat didefinisikan sebagai kemungkinan yang
dapat digunakan oleh sekolah untuk mempromosikan
sekolah dengan pola yang bijak. Threats adalah
kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh
22
penyelenggaraan sekolah. Secara sederhana analisis
SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sekolah, serta peluang dan
ancaman lingkungan eksternalnya.
Gambar 2.2
Diagram Analisis SWOT
Sumber: Rangkuti, 2009
Selain empat komponen dasar ini, terdapat asumsi
dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan
antara S dan W serta O dan T. Kondisi berpasangan ini
terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap
kekuatan yang ada dalam sekolah selalu ada KELEMAHAN
INTERNAL (W)
BERBAGAI PELUANG (O)
KEKUATAN INTERNAL (S)
BERBAGAI ANCAMAN (T)
1. Mendukung Strategi Agresif 2. Mendukung Strategi
Turn-Arround
3. Mendukung Strategi Defensif
23
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap
kesempatan yang terbuka untuk sekolah selalu ada
ancaman yang harus diwaspadai oleh sekolah.
Matriks dibawah ini menjelaskan empat set
kemungkinan alternatif strategi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut ini.
Gambar 2.3
Berdasarkan matrik SWOT diatas yang dimaksud
dengan strategi SO (strategi agresif) yaitu strategi yang
dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
sekolah untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. Strategi ST (strategi diversifikasi)
24
kekuatan yang dimiliki sekolah untuk mengatasi
ancaman. Selanjutnya, strategi WO (strategi
turn-arround) adalah strategi yang dilakukan dengan
meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk
menangkap peluang, sedangkan strategi WT (strategi
defensif) adalah strategi yang dilakukan dengan
meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk
menghindari ancaman.
Apabila analisis ini digunakan dengan tepat maka
sekolah akan mendapatkan gambaran menyeluruh
mengenai situasi sekolah dalam hubungannya dengan
masyarakat, lingkungan sekitar, lembaga pendidikan
lain, dan jenjang lanjutan yang akan dimasuki siswa.
Pemahaman mengenai faktor internal dan eksternal
tersebut akan membantu pengembangan visi masa
depan serta membuat program yang inovatif dan
relevan.
2.6
Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan yang dilakukan Anna
Maria De Rozari (2011) tentang rencana strategis
peningkatan mutu sekolah dengan analisis SWOT di
SMAK St. Petrus Comoro Dili Timor Leste. Hasil analisis
SWOT menunjukkan SMAK St. Petrus berada pada
kuadran SO, dengan strategi agresif yang
25
peluang eksternal sekolah yaitu membuat program
bimbingan konseling untuk mempersiapkan diri siswa,
memberdayakan guru untuk menggunakan media atau
teknologi pembelajaran dalam PBM, penambahan jam
belajar, remedial teaching, dan evaluating.
Penelitian lainnya yang menggunakan analisis
SWOT dilakukan Deliyanti (2009) penelitian di SD
Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga, Adepoju
dan Famade (2010) pada program pendidikan kejuruan
dan teknik di Nigeria, Sumarni (2011) pada SMP
Kristen Satya Wacana Salatiga, dan Mariyatun (2012) di
SMA Katolik Augustinus Kediri, hasilnya sama-sama
memberikan strategi agresif dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan.
2.7
Kerangka Pikir
Kerangka Pikir dari Strategi Peningkatan Mutu
Sekolah di SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro sebagai
26 Gambar 2.4
Kerangka Pikir Analisis SWOT
Strategi peningkatan mutu sekolah merupakan
suatu rencana yang komprehensif dengan melibatkan
semua sumber kemampuan untuk meningkatkan mutu
proses belajar, mencapai target-target sekolah, dan
memenangkan persaingan. Mengidentifikasi visi, misi
dan tujuan sekolah merupakan bagian yang penting Identifikasi Visi, Misi dan
Tujuan
Analisis Lingkungan
Internal
Analisis Lingkungan
Eksternal
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Identifikasi Peluang dan Ancaman
Rumusan Strategi Peningkatan Mutu
Implementasi Strategi
27
untuk mewujudkan strategi peningkatan mutu sekolah.
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menganalisis
lingkungan internal dan eksternalnya untuk
mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman. Faktor-faktor tersebut jika dianalisa
secara komprehensif akan menghasilkan informasi
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun
strategi peningkatan mutu sekolah. Jika strategi
tersebut dilaksanakan, akan ada monitoring dan
evaluasi yang berkelanjutan untuk memperbaiki
strategi di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini
penulis hanya sampai pada merumuskan strategi, tidak