O
O
BAB II
TINJAUAN PUSKATA
2.1 Lemak
Lipida adalah senyawa organik yang terdapat dalam makhluk hidup yang
tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam pelarut non-polar seperti heksan, dietil
eter. Komponen utama lipida adalah lemak, lebih 95% lipida adalah lemak.
Lemak adalah triester asam lemak dan gliserol. Nama kimia dari lipida adalah
triasilgliserol (TAG). Nama lain yang sering digunakan adalah trigliserida
(McKee dan McKee, 2003). Struktur kimia lemak ( triasilgliserol) dapat dilihat
pada Gambar 2.1
H O
H – C α – O – C – (CH2)14 – CH3 ...(α ) palmitat atau posisi sn-1 H – C β – O – C – (CH2)16 – CH3 ...(β) stearat atau posisi sn-2
H – C α’– O – C – (CH2)14 – CH3 ...(α’) palmitat atau posisi sn-3 H
1,3-dipamitoil, 2-stearoil gliserol (PSP)
Gambar 2.1 Struktur KimiaLemak (Triasilgliserol) (Sumber: Berry, 2009)
O
Keterangan: R – C – disebut dengan gugus asil, yang mengikat molekul gliserol dengan 3 asam lemak. Contoh: palmitat, stearat, oleat disebut trigliserida maka struktur kimia tersebut dinamakan palmitoil/stearoil/oleoil.
Lemak dapat dibagi berdasarkan komposisi asam lemak yang
dikandungnya yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh adalah lemak
yang mengandung asam lemak jenuh lebih dari 60%, sedangkan lemak tak jenuh
minyak kelapa dan minyak inti sawit karena banyak mengandung asam lemak
rantai sedang. Sebaliknya, lemak hewani termasuk lemak jenuh dan berwujud
padat pada suhu kamar dan disebut sebagai lemak kecuali minyak ikan karena
mengandung asam lemak tak jenuh (McKee dan McKee, 2003).
Sebagai bagian dari makanan, minyak dan lemak yang mempunyai fungsi
nutrisi dan peranan fungsional. Berdasarkan ilmu gizi, lemak dan minyak
mempunyai lima fungsi yakni, sebagai (1) bahan pembentuk struktur sel, (2)
sumber asam lemak esensial untuk manusia, (3) pelarut vitamin A, D E dan K,
(4) mengontrol lipida dan lipoprotein serum dan (5) sumber energi. Minyak dan
lemak komponen pangan yang paling banyak mengandung energi sebesar 9 kalori
per gram, sedangkan protein dan karbohidrat mengandung energi kira-kira
setengahnya. Lemak juga membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak;
vitamin A, D, E dan K. Beberapa asam lemak berfungsi sebagai bahan baku
untuk mensintesis prostaglandin yang mengatur berbagai fungsi fisiologis. Lemak
sangat vital untuk pertumbuhan dan perkembangan pada manusia (Silalahi, 2006).
Di samping berbagai fungsi nutrisi, sebagai komponen bahan makanan,
minyak dan lemak memiliki peran fungsional yang penting dan sebagai pemberi
cita rasa dalam produk makanan. Lemak berperan dalam penampilan makanan,
rasa enak, konsistensi atau tekstur, lubrikasi makanan dan meningkatkan rasa
kenyang sesudah makan. Lemak juga dapat membawa aroma dari senyawa yang
larut dalam lemak (Silalahi, 2006).
Sifat kimia, fisika dan biokimia (metabolisme dan sifat aterogenik) dari
suatu lemak ditentukan oleh komposisi dan posisi (sn-1, sn-2 dan sn-3) asam
dan B memiliki komposisi asam lemak yang sama belum tentu memiliki sifat
aterogenik yang sama. Perbedaan sifat ini terjadi karena metabolismenya dan cara
mengetahui kadar lipoprotein kolesterol dalam darah berbeda (Bruckner, 2008;
Silalahi dan Nurbaya, 2011).
2.1.1 Asam Lemak di dalam Lemak
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus tanpa cabang yang
mengandung atom karbon genap mulai dari C-4, tetapi yang paling banyak adalah
C-16 dan C-18. Asam lemak digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan panjang
rantai asam lemak, tingkat kejenuhan, dan bentuk isomer geometrisnya.
Berdasarkan panjang rantai asam lemak dibagi atas; asam lemak rantai pendek
(SCFA) mempunyai atom karbon lebih rendah dari 8, asam lemak rantai sedang
mempunyai atom karbon 8 sampai 12 (MCFA) dan asam lemak rantai panjang
mempunyai atom karbon 14 atau lebih (LCFA). Semakin panjang rantai C yang
dimiliki asam lemak, maka titik lelehnya akan semakin tinggi (Silalahi, 2000;
Silalahi dan Tampubolon, 2002).
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terdiri asam lemak
jenuh, dapat dibagi atas empat golongan; asam lemak jenuh ( SFA), asam lemak
tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), juga dikenal
asam lemak tak jenuh cis dan trans-isomer. Secara alamiah bisanya asam lemak
tak jenuh berada sebagai bentuk cis-isomer, hanya sedikit bentuk trans (TFA)
(Silalahi, 2000; White, 2009).
Kelompok asam lemak yang meningkatkan kadar kolesterol dalam darah
kolesterol total terutama pada LDL . Asam lemak jenuh yang paling banyak dalam
diet adalah asam palmitat (C-16:0) baik dalam produk nabati (minyak kedelai)
maupun hewani (produk susu dan daging), asam lemak ini juga mempunyai
potensi yang kuat dalam meningkatkan LDL. Asam lemak jenuh lainnya, asam
miristat (C-14:0), terdapat dalam jumlah yang lebih kecil dalam diet, tetapi
mempunyai potensi yang kuat dari pada asam palmitat dalam meningkatkan LDL.
Asam lemak rantai pendek (<10 rantai karbon) kurang mempengaruhi kadar
kolesterol dalam darah, sedangkan asam stearat (C-18:0), tidak meningkatkan
kolesterol LDL karena dengan cepat akan diubah menjadi asam oleat, sehingga
dianggap netral (Uauy, 2009). MUFA tidak mempengaruhi LDL, sedangkan
PUFA dapat menurunkan LDL (Decker, 1996; Grundy, 1999; Uauy, 2009; White,
2009).
2.1.2 Metabolisme Lemak
Metabolisme dan daya cerna lemak dipengaruhi oleh panjang rantai asam
lemak dan posisi asam lemak di dalam molekul TAG. Enzim lipase adalah
sekelompok enzim yang bertanggung jawab pada metabolisme lemak dalam
pencernaan manusia. Ada tiga sumber lipase yang aktif menghidrolisa lemak
sebelum diabsorpsi. Enzim lipase pada manusia bekerja secara spesifik pada
posisi sn-1 dan sn-3, dan tidak menghidrolisa asil pada posisi sn-2 atau pada atom
karbon nomor 2. Pada dasarnya hidrolisa lemak dimulai oleh lingual lipase dalam
mulut terutama pada bayi tetapi aktivtas ini rendah pada orang dewasa. Enzim ini
aktif dalam bagian atas pencernaan, menghidrolisa lemak (TAG) menjadi MAG,
DAG, dan FFA. Selain daripada itu lingual lipase cendrung akan menghidrolisa
Bagan metabolisme dan transportasi triasilgliserol pada manusia dapat dilihat
pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Metabolisme dan transportasi triasilgliserol pada manusia (sumber: Silalahi dan Nurbaya, 2011)
Asam lemak rantai pendek dan sedang akan mudah berinteraksi dengan
medium berair sehingga dapat langsung diserap melalui lambung ke sirkulasi via
vena porta ke hati, dimana akan terjadi oksidasi dan menghasilkan kalori
sehingga tidak bersifat aterogenik seperti yang terjadi terhadap minyak kelapa
(Willis, et al., 1998; Willis dan Marangoni, 1999; Enig, 1996; Enig, 2010). Hal ini
terutama penting pada pasien yang penyerapan lemak yang tidak baik (fat
malabsorption) dan juga untuk menghasilkan energi yang cepat untuk bayi yang
prematur. Asam lemak rantai pendek dan sedang juga dapat dimanfaatkan untuk
mensuplai energi yang cepat dalam otot karena transportasi ke mitokondria tidak
memerlukan carnitin (Willis dan Marangoni, 1999). Di dalam lambung lemak
akan dihidrolisa oleh lipase lambung (gastric lipase) yang juga aktif terhadap
asam lemak rantai pendek dan sedang, kemudian dapat memasuki sirkulasi via
vena porta juga langsung ke hati. Lipase pankreas (pancreatic lipase) yang berada
di dalam usus halus akan mengkataliser hidrolisa tahap terakhir dari lemak yang
sedikit lebih aktif terhadap asam lemak pada posisi sn-1. Lipase pankreas
walaupun lebih cendrung terhadap asam lemak pendek dan sedang tetapi dapat
juga menghidrolisis asam lemak panjang yang berada pada posisi sn-1,3 (Silalahi,
2006; Silalahi dan Nurbaya, 2011).
Setelah hidrolisis asam lemak dan 2-MAG dalam bentuk misel bersama
dengan garam empedu diabsorpsi melalui mukosa intestinal. Asam lemak rantai
sedang dalam bentuk 2-MAG diserap, kemudian kembali ke dalam bentuk
trigliserida lalu bercampur dengan kilomikron, dan diangkut melalui saluran
limpa. Asam lemak jenuh rantai panjang dalam bentuk bebasnya tidak atau sedikit
saja diserap, karena titik leleh yang tinggi akan berupa zat padat dan dapat
bereaksi dengan kalsium dan magnesium membentuk garam atau sabun yang tak
larut dalam air. Oleh karena itu, diupayakan untuk menempatkan asam lemak
yang bermanfaat bagi kesehatan pada posisi sn-2 agar absorbsinya lebih baik
(Willis, et al., 1988; Willis dan Marangoni, 1999). MAG yang diserap ini akan
merupakan dasar struktur untuk mensintesis TAG dalam enterosit sehingga
penyerapan asam lemak sn-2 pada lemak akan dipertahankan dan mempengaruhi
metabolisme kilomikron dan remnan (sisa) kilomikron yang terbentuk sesudah
hidrolisa TAG kilomikron. Asam palmitat dan stearat pada posisi sn-2 dari TAG
kilomikron ternyata memperlambat lipolisis TAG dibandingkan dengan jika pada
2.2 Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma)
dalam nadi. Zat-zat yang merangsang terbentuknya aterosklerosis disebut
aterogenik. Pengendapan lemak seperti ini disebut plak, terutama terdiri dari
kolesterol dan esternya, dan cenderung terjadi di titik-titik percabangan nadi
sehingga mengganggu aliran darah di tempat-tempat yang memiliki aliran darah
yang tidak begitu deras. Nadi-nadi tertentu rentan terhadap plak, terutama
nadi-nadi koroner yang memasok darah ke otot-otot jantung, nadi-nadi-nadi-nadi yang memasok
darah ke otak, dan nadi-nadi pada kaki (Silalahi, 2006).
Aterosklerosis terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pembentukan sel busa,
pembentukan plak pada jaringan, dan lesi majemuk. Tahap awal aterosklerosis
disebabkan oleh adanya kadar LDL yang tinggi pada sirkulasi, LDL ini dapat
terjebak di dalam intima dan akan mengalami oksidasi. Peristiwa oksidasi ini akan
merangsang permukaan sel untuk menarik monosit ke dalam intima. Di dalam
intima monosit akan berubah menjadi makrofag yang akan memakan LDL
teroksidasi. Makin banyak LDL yang dimakan menyebabkan makrofag penuh
sehingga makrofag akan terbentuk seperti busa. Pada tahap berikutnya
pertumbuhan sel otot polos pada pembuluh darah dari lapisan tengah menuju
bagian dalam dinding pembuluh. Pertumbuhan ini akan menyebabkan
terbentuknya plak dan akan mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Makin lama pembuluh sel akan makin besar dan akan memperkecil lumen.
Selanjutnya plak makin majemuk dengan terjadinya penambahan kalsium dan
unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah. Ini dapat mengakibatkan sobekan dan
2.2.1 Hiperlipidemia dan terjadinya ateroklerosis
Peningkatan kadar kolesterol (hiperlipidemia) sebagai faktor utama pada
proses terjadinya aterosklerosis. Komponen lipida termasuk kolesterol, karena
tidak larut dalam air, diangkut dalam sistem sirkulasi darah dalam bentuk
kompleks lipida dan protein yang disebut misel lipoprotein, yaitu sebagai VLDL,
LDL, dan HDL (Chow, 2008). Variasi kadar total kolesterol, LDL dan HDL dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Variasi kadar total kolesterol, LDL, dan HDL.
Lipida Kondisi
Total Kolesterol (mg/dl)
< 200 Normal
200-240 Agak tinggi
>240 Tinggi
LDL (mg/dl)
<100 Normal
100-129 Baik
130-159 Agak tinggi
160-190 Tinggi
>190 Sangat tinggi HDL (mg/dl)
<40 Rendah
>60 Tinggi
Sumber: Rinzler, 2002
Peningkatan kadar kolesterol LDL membanjiri sifat antioksidan dan
menyebabkan disfungsi dinding pembuluh darah dan akhirnya memicu
aterosklerosis (Silalahi, 2006; Vasudevan, 2009).
Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol
merupakan bahan yang menyerupai lilin, 80% dari kolesterol diproduksi oleh liver
dan selebihnya didapat dari makanan yang kaya akan kandungan kolesterol seperti
daging, telur dan produk berbahan dasar susu. Dari segi kesehatan, kolesterol
sangat berguna dalam membantu pembentukan hormon atau vitamin D,
membantu pembentukan lapisan pelindung disekitar sel syaraf, membangun
dinding sel, pelarut vitamin (vitamin A, D, E, K) dan pada anak-anak dibutuhkan
untuk mengembangkan jaringan otaknya (Silalahi, 2006).
Kolesterol diabsorpsi di usus dan ditranspor dalam bentuk kilomikron
menuju hati. Dari hati, kolesterol dibawa oleh VLDL untuk membentuk LDL
melalui perantara IDL. LDL akan membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer
sesuai dengan kebutuhan. Sisa kolesterol di perifer akan berikatan dengan HDL
dan dibawa kembali ke hati agar tidak terjadi penumpukan di jaringan. Kolesterol
yang ada di hati akan diekstraksi menjadi asam empedu yang sebagian
dikeluarkan melalui feses, sebagian asam empedu diabsorpsi oleh usus melalui
vena porta hepatik yang disebut dengan siklus enterohepatik. Bila kadar yang
dimiliki melebihi kadar normalnya dapat menyebabkan gangguan dalam tubuh
(Silalahi, 2006).
2.2.2 Sifat Aterogenik Lemak
Asam lemak rantai pendek dan sedang akan mudah berinteraksi dengan
porta ke hati, dimana akan terjadi oksidasi dan menghasilkan kalori sehingga tidak
bersifat aterogenik seperti yang terjadi terhadap minyak kelapa (Silalahi dan
Nurbaya, 2011). Di dalam lambung lemak akan dihidrolisis oleh lipase lambung
(gastric lipase) yang juga aktif terhadap asam lemak rantai pendek dan sedang,
kemudian dapat memasuki sirkulasi via vena porta juga langsung kehati. Lipase
pankreas (pancreatic lipase) yang berada dalam usus halus akan mengkatalisis
hidrolisis tahap terakhir dari lemak yang sedikit lebih aktif terhadap asam lemak
pada posisi sn-1. Lipase pankreas walaupun lebih cenderung terhadap asam lemak
pendek dan sedang tetapi juga dapat menghidrolisis asam lemak panjang yang
berada pada posisi sn-1,3. Asam lemak jenuh rantai panjang dalam bentuk
bebasnya tidak atau sedikit saja diserap, karena titik leleh yang tinggi akan berupa
zat padat dan dapat bereaksi dengan kalsium dan magnesium membentuk garam
atau sabun yang tak larut dalam air. Asam lemak rantai panjang seperti asam
palmitat (C-16) pada posisi sn-2 tidak dapat dihidrolisis oleh enzim lipase dalam
proses metabolisme manusia sehingga diserap sempurna oleh tubuh dan pada
akhirnya dapat memicu aterosklerosis (Silalahi, 2006).
2.3 Minyak Kelapa dan Minyak Kedelai
Minyak kelapa adalah salah satu lemak nabati yang diperoleh dari buah
kelapa. Dikenal dua jenis minyak kelapa, miyak kelapa biasa atau minyak kelapa
yang digunakan untuk menggoreng dan minyak kelapa murni yang dikenal
dengan VCO. Minyak kelapa biasa diperoleh dari kopra dengan cara pemanasan
dan pemurnian dengan bahan kimia sedangkan VCO diperoleh dari buah kelapa
segar tanpa proses pemanasan. Komposisi asam lemak VCO dan minyak kelapa
mengandung antioksidan alami dan zat lainnya sehingga sedikit berbeda dengan
minyak kelapa biasa. Maka VCO biasanya tidak digunakan untuk menggoreng
tetapi langsung diminum sebagai makanan fungsional/ makanan kesehatan
(Silalahi, 2006; Silalahi dan Nurbaya 2011).
Komponen minyak kelapa terdiri dari asam lemak jenuh (90%) dan asam
lemak tak jenuh (10%). Dalam minyak kelapa murni terdapat MCFA. MCFA
merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi,
antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme
glukosa dapat berjalan normal. Selain itu MCFA juga bermanfaat dalam
mengubah protein menjadi sumber energi. Minyak kelapa murni juga
mengandung asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam
kaproat dan kaprilat yang berperan positif dalam proses pembakaran nutrisi
makanan menjadi energi. (Silalahi, 2006). Komposisi asam lemak minyak kelapa
dan minyak kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.2 .
Tabel 2.2 Komposisi asam lemak Minyak Kelapa dan Minyak Kedelai
No Asam Lemak Minyak Kelapa Minyak Kedelai
1 Asam kaprilat (C8 : 0) 7,6 %
2 Asam kaprat (C10 : 0) 7,3 %
3 Asam laurat (C12 : 0) 48,2 %
4 Asam miristat (C14 : 0) 16,6 % 0,2 %
5 Asam palmitat (C16 : 0) 8,0 % 10,5 %
6 Asam stearat (C18) 3,3 % 3,2 %
7 Asam oleat (C18 : 1) 5,0 % 22,3 %
9 Asam linolenat (C18:3) 8,3 %
Sumber: Weiss (1983) ; Ong, et al. (1995)
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi
oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari
trigliserida sebesar 90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak
bebas, sterol dan tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh
sekitar 15% sehingga sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang
memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi.
Hal ini berarti minyak kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas
kolestrol (Semon, et al., 2006).
Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis
kacang-kacangan lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia. Kadar
protein kedelai yang tinggi menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai
sumber protein daripada sebagai sumber minyak. Asam lemak dalam minyak
kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh (Semon, et al., 2006).
2.4 Sifat Aterogenik Minyak Kelapa dan Minyak Kedelai
Menurut Ancel Keys 1953-1957, menyampaikan anti lemak jenuh, secara
berturut-turut menyatakan bahwa semua lemak baik dari hewan dan nabati tidak
berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap resiko penyakit jantung koroner, lemak
jenuh menaikkan kolesterol sedangkan asam lemak tak jenuh ganda misalnya
menaikkan LDL yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner (Enig,
1996).
Beberapa penelitian terdahulu juga mengatakan bahwa pada dinding
pembuluh darah (ateroma) yang menderita aterosklerosis hanya 3,0%
mengandung komposisi asam lemak VCO (asam laurat) ini menyatakan bahwa
VCO tidak ikut mengendap dalam darah. Plak tersebut didominasi oleh asam
palmitat (46%) dan asam stearat (34%) (Vasudevan, 2009). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa apabila VCO digantikan dengan minyak jagung maka kadar
total kolesterol menurun hingga 18,7%, dan HDL menurun hingga 41,4%
sehingga rasio LDL/HDL meningkat sampai 30% hal ini berarti akan
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner, pada VCO menunjukkan total
kolesterol meningkat sedikit 1,9%, LDL menurun 0,1%, HDL meningkat 6,3%,
sehingga rasio LDL dan HDL menurun 2,4% hal ini menunjukkan bahwa resiko
penyakit jantung koroner berkurang (Enig, 2010).
2.5 Pengukuran Lipida Darah
Kolesterol total dan trigliserida diukur dengan metode enzimatis dan
metode Liebermann-Buchards. HDL dapat diukur dengan metode presipitasi dan
metode langsung. LDL dapat dihitung dengan rumus Friedewald dan dapat diukur
dengan metode langsung, untuk lebih jelasnya diuraikan dalam sub bab berikut
ini:
2.5.1 Kolesterol
Penetapan kadar kolesteroll serum dengan metode enzimatik CHOD PAP
hidrolisis dan oksidasi enzimatik yang mengubah subtrat menjadi kromofor
sehingga kadarnya dapat diukur secara spektrofotometri (Anonim, 2010).
Kolesterol ester + H2O
Prosedur analisis yaitu sampel atau standar diambil sebanyak 100 µl dan
dicampurkan dengan 1000 µl pereaksi kit (mengandung kolesterol esterase,
kolesterol oksidase, fenol, 4-aminoantipyrin, peroksidase) kemudian dimasukkan
ke dalam tabung lalu dicampurkan sampai homogen. Campuran diinkubasi pada
suhu kamar selama 20 menit, dan kemudian dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 546 nm. Perhitungan kadar kolesterol total dilakukan dengan
menggunakan rumus (Prangdimurti, et al., 2007):
Kadar kolesterol (mg/dl): [absorbansi sampel] kandungan kolesterol standar
[absorbansi standar] yang diketahui (mg/dl)
Metode lain untuk analisis kadar kolesterol adalah dengan metode
Liebermann-Buchards yaitu dengan cara ke dalam tabung sentrifugasi 15 ml
diisikan 12 ml campuran alkohol-eter, kemudian dimasukkan 0,01 g sampel padat,
diaduk perlahan sampai homogen. Tabung ditutup rapat dan dikocok kuat selama
1 menit dengan vortex. Tabung disentrifugasi selama 3 menit dan supernatannya
dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50 ml lalu diuapkan di atas penangas
mendidih hingga kering. Residu kering ditambahkan kloroform 2-2,5 ml dan
dikocok perlahan agar larut. Ekstrak dipindahkan secara kuantitatif ditambahkan
menjadi 5 ml dengan kloroform. Tabung di simpan diruang gelap selama 15 menit
dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429 nm (Prangdimurti, 2007;
Jensen, et al., 2002).
2.5.2 Trigliserida
Metode yang digunakan untuk pengukuran trigliserida adalah dengan
metode enzimatik kolorimetrik GPO. Prinsip dasar reaksi Colorimetric Enzimatic
Test adalah sebagai berikut:
Trigliserida Lipoprotein Lipase Glycerol + asam lemak
Glycerol + ATP Gliserokinase Glycerol-3-Phospate + ADP
Glycerol-3-Phospate + O2
GPO
Dihydroxyaceton Phospate + H2O
2 H2O2 + aminoantipyrin + 4-Chloropenol
peroksidase
Chinonimine + HCl + 4
H2O2
Prosedur analisis yaitu sampel atau standar diambil sebanyak 100 µl dan
dicampurkan dengan 1000 µl pereaksi kit (mengandung lipoprotein lipase, ATP
(Adeno-3-Phospate), gliserokinase, glycerol-phospate-oxidase, aminoantipyrine,
4-chlorophenol, peroksidase) kemudian dimasukkan ke dalam tabung lalu
dicampurkan sampai homogen. Campuran diinkubasi pada suhu kamar selama 20
menit, dan kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm.
Perhitungan kadar trigliserida dilakukan dengan menggunakan rumus
(Prangdimurti, et al., 2007):
Metode lain untuk analisis kadar trigliserida adalah dengan metode
Liebermann-Buchards yaitu dengan cara ke dalam tabung sentrifugasi 15 ml
diisikan 12 ml campuran alkohol-eter, kemudian dimasukkan 0,01 g sampel padat,
diaduk perlahan sampai homogen. Tabung ditutup rapat dan dikocok kuat selama
1 menit dengan vortex. Tabung disentrifugasi selama 3 menit dan supernatannya
dipindahkan ke dalam gelas piala 50 ml lalu diuapkan di atas penangas mendidih
hingga kering. Residu kering ditambahkan kloroform 2-2,5 ml dan dikocok
perlahan agar larut. Ekstrak dipindahkan secara kuantitatif ditambahkan 2 ml
asetat anhidrida dan 0,1 ml asam sulfat pekat, dan dikocok dan ditepatkan menjadi
5 ml dengan kloroform. Tabung disimpan diruang gelap selama 15 menit dan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 429 nm (Prangdimurti, 2007;
Jensen, et al., 2002).
2.5.3 High Density Lipoprotein
Pengukuran HDL dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan presipitasi
terhadap lipoprotein densitas rendah (LDL dan VLDL) dan kilomikron. Presipitasi
dilakukan dengan penambahan asam fosfotungstat dan kehadiran ion magnesium
klorida (MgCl2). Setelah disentrifugasi, HDL dalam supernatan diukur
menggunakan pereaksi kit yang sama dengan pengukuran kolesterol total
(Prangdimurti, et al., 2007; Jensen, et al., 2002).
Prosedur presipitasi adalah sebagai berikut: sebanyak 200 µl serum darah
dicampurkan dengan 500 µl pereaksi presipitasi yang telah diencerkan dengan
akuabides (rasio 4+1), kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar.
supernatan yang siap untuk dianalisis seperti analisis kolesterol total diatas
(Prangdimurti, et al., 2007; Jensen, et al., 2002).
Selain menggunakan metode presipitasi, cara lain dalam mengukur profil
HDL adalah dengan pengukuran langsung (directly measured) dengan prinsip
immuniinhibition. Metode ini menggunakan PEG yang dimodifikasi dengan
enzim cholesterol esterase dan cholesterol oxidase menunjukkan aktifitas katalis
selektif untuk fraksi lipoprotein, dalam hal ini ion magnesium, α-siklodekstrin
sulfat menurunkan reaktifitas kolesterol sehingga tidak membutuhkan
pengendapan (Jensen, et al., 2002).
2.5.4 Low Density Lipotrotein
Teknik yang paling banyak digunakan oleh laboratorium klinik untuk
mengukur kadar LDL pasien yaitu dengan menggunakan rumus Friedewald
sebagai berikut dimana diasumsikan bahwa TG/5 merupakan kadar VLDL, yaitu:
kadar LDL = Kolesterol total – HDL - TG/5 (Friedewald, et al., 1972).
Selain dengan perhitungan dengan menggunakan rumus Friedewald, LDL
dapat diukur dengan metode pengukuran langsung (directly measured) dengan
prinsip enzymatic selective protection, metode ini dengan menggunakan surfaktan
non-ionik untuk melarutkan LDL sedangkan untuk meningkatkan reaktifitas
kolesterol untuk penentuan secara enzimatik dengan menggunakan cholesterol
esterase-cholesterol oxidase (Jensen, et al., 2002).