BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sefalometri
Sefalometri rontgenografi atau yang lebih dikenal dengan sefalometri dibidang ortodonti dimulai sekitar awal tahun 1930 oleh Hofrath di Jerman dan Broadbent di Amerika Serikat untuk penelitian dan mempelajari maloklusi beserta disproporsi rahang.11 Pada tahun 1931, H. Broadbent, menerbitkan teknik baru rontgenogram dan aplikasi untuk ortodontis dan melahirkan era baru dalam diagnosis pada sefalometri. Cephalostat tersebut menciptakan berbagai analisis, diagnostis dan rencana perawatan seperti analisis Downs (1948), Steiner (1960), Tweed (1953), Coben, Jenkins (Wits) (1955), Ricketts (1960), Johnston (Wits) (1968), Sassouni (1973), Enlow (1969), Jarabak (1970), Bimler (1973), Kim (1974), Jacobson (Wits) (1975), Legan-Burstone (1980), Mc Namara (1984), dan Fastlicht (2000).11
Sefalometri telah menjadi salah satu alat penting dalam menentukan diagnosis ortodonti, juga merupakan alat penting untuk menentukan rencana perawatan, mempelajari bentuk wajah, menganalisis kelainan kraniofasial dan mengevaluasi perkembangan perawatan ortodonti yang sedang dilakukan. 11,14.16
Berikut adalah beberapa kegunaan sefalometri dalam bidang ortodonti.1,3 1. Mempelajari pertumbuhan tengkorak kepala. Penelitian lanjutan pada sefalogram telah menghasilkan informasi-informasi mengenai:
Pola pertumbuhan yang bervariasi
Pembentukan standar tengkorak
Perdiksi pertumbuhan di masa yang akan datang
3. Untuk membuat rencana perawatan. Sefalogram juga membantu membedakan kasus yang dapat dirawat dengan piranti ortodonti maupun yang harus dirawat dengan bedah ortognati.
4. Evaluasi perawatan yang sedang dilakukan.
5. Untuk mempelajari kasus relaps dalam kasus ortodonti. Sefalometri memudahkan dokter gigi untuk mempelajari dan mengidentifikasi penyebab relaps dan stabilitas setelah perbaikan maloklusi dilakukan.
6. Untuk menganalisis pertumbuhan atau prediksi pertumbuhan. 7. Sebagai sarana untuk penelitian.
Sefalometri pada profil jaringan lunak dapat digunakan untuk menentukan rencana perawatan yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan estetika wajah. Misalnya, postur bibir yang berkaitan erat dengan tujuan ortodontik dari estetika, stabilitas, dan fungsi. Unsur-unsur penting dari jaringan lunak dapat bervariasi secara signifikan dari struktur dentofasial tergantung pada masing-masing individu.13
2.1.1. Jenis-Jenis Sefalogram
Sefalogram merupakan alat yang diperlukan untuk melakukan tracing. Sefalogram dapat dibagi menjadi 2 jenis.
1. Lateral Sefalogram
Gambar 1. Sefalogram lateral3
2. Postero-Anterior / Frontal Sefalogram
Sejak munculnya radiografi sefalometri, ortodontis telah difokuskan pada sefalogram lateralis sebagai sumber utama mereka untuk melihat skeletal dan dentoalveolar. Namun, proyeksi sefalometri postero-anterior dan analisis yang relevan merupakan tambahan penting untuk kualitatif dan evaluasi kuantitatif dari wilayah dentofasial.12 Postero-Anterior Sefalogram disebut juga proyek Caldwell.3
Gambar 2. Sefalometri frontal3
2.2. Titik-Titik (Landmarks) Jaringan Lunak Pada Sefalogram Lateral Titik –titik yang digunakan dalam analisa jaringan lunak : 11,12
1. Glabela (Gla) : Titik paling anterior dari dahi pada dataran midsagital 2. Nasionkulit ( N’) :Titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung 3. Pronasal ( Pr ) :Titik yang paling anterior dari puncak hidung
4. Subnasale (Sn) :Titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas
5. Superior labial sulcus (Sls) : Titik tercekung diantara Sn dan Ls
6. Labium superior ( Ls ) :Titik perbatasan mukokuntaneus dari bibir atas 7. Stomion superior (Sts) : Titik terendah dari vermillion bibir atas
8. Stomion (St) :Berlokasi pada perhubungan antara bibir atas
dan bibir bawah.
9. Stomion inferior (Sti) : Titik tertinggi dari vermillion bibir bawah 10. Labium inferior ( Li ) :Titik pada perbatasan bibir bawah
11.Inferior labial sulcus (Ils) :Titik cekung diantara Li dan Pog kulit
12.Pogonion kulit ( Pog’ ) :Titik paling anterior kontur jaringan lunak dagu 13.Menton kulit ( Mc’) : Titik paling inferior dari jaringan lunak dagu
2.3. Analisa Konveksitas Wajah
Analisis dari profil jaringan lunak memiliki manfaat menilai penampilan eksternal dan karena itu cenderung mencerminkan hasil lebih dekat dengan yang dirasakan oleh seorang pengamat.15 Subtelny membagi analisis konveksitas profil wajah menjadi 3 jenis yaitu analisa konveksitas skeletal wajah, konveksitas jaringan lunak wajah dan konveksitas jaringan lunak penuh.29
2.3.1. Analisa Skeletal Wajah
N-A-Pg yang terbentuk antara Nasion (N), subspinale (A) dan Pogonion (Pg) dengan nilai rata-rata 175°, pada umur 12 tahun nilai rata-rata menjadi 177,5°.29(Gambar 4A)
Gambar 4.Analisa konveksitas wajah menurut Subtelny10 A. Sudut 1 : Konveksitas skeletal wajah (N-A-Pg)
B. Sudut 2 : Konveksitas jaringan lunak wajah (N’-Sn-Pg’) C. Sudut 3 : Konveksitas jaringan lunak penuh (N’-Pr-Pg’)
2.3.2.Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Wajah
Analisis konveksitas jaringan lunak wajah dengan posisi bibir yang ideal telah dilakukan penelitian oleh ahli-ahli ortodonti antara lain Steiner, Ricketts, Merrifeld, Holdway dan Subtelny yang merupakan penentuan profil jaringan lunak cembung, lurus atau cekung. Masing-masing ahli menggunakan referensi yang bervariasi dalam menganalisis profil jaringan lunak wajah.22,23
2.3.2.1 Analisis Steiner (Garis S)
berada dibelakang garis S dinyatakan profil wajahnya cekung. Sedangkan jika berada di depan garis S, profil wajahnya cembung.3,22
Gambar 5. Analisis Steiner6,12
2.3.2.2 Analisis Ricketts (Garis E)
Gambar 6. Garis E Ricketts22
2.3.2.3 Analisis Merrifield (Garis Z)
Menurut Merrifeld, garis profil wajah merupakan garis yang ditarik dari titik Pogonion kulit (Pog’) dengan titik paling depan dari Labium superior (Ls) dan
Labium inferior (Li). Sudut Z dibentuk oleh perpotongan antara bidang Frankfurt
horizontal dengan garis profil tersebut (Gambar 7). Nilai ideal sudut ini berkisar 80±9°.24
2.3.2.4 Analisis Holdway (Garis H)
Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik Labium Superior (Ls). Besar sudut H yang harmonis adalah berkisar 7°-15°. Sedangkan untuk nilai ideal Sudut H adalah 10° dengan nilai konveksitas wajah 0 mm.4,8,23
Gambar 8. Analisis Holdway8
2.3.2.5 Analisis Subtelny
Gambar 9. Analisa Jaringan Lunak Subtelny29
Pada penelitian Hashim dkk (2003) yang menggunakan analisis Subtelny yaitu konveksitas jaringan lunak ditentukan oleh sudut N’-Sn-Pg’ yang terbentuk antara perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak (N’) ke subnasal jaringan lunak (Sn) dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak (Pg’) ke subnasal jaringan lunak (Sn). Penelitian yang dilakukan terhadap 56 orang usia 22-23 tahun pada populasi Saudi Arabia diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 18,65° dengan standar deviasi 6,5° pada laki-laki dan 20,1° dengan standar deviasi 4,3° pada perempuan.10 Penelitian Prabuwijaya (2007) terhadap 42 orang dengan usia 20-25 tahun pada mahasiswa FKG USU ras Deutro Melayu memperoleh rerata konveksitas jaringan lunak pada laki-laki sebesar 17° dan perempuan 16,53°.6
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Budianto (2008) pada 11 orang laki-laki diperoleh sudut N’-Sn-Pg’ sebesar 164,96° dengan standar deviasi 7,34° dan 168,60° dengan standar deviasi 4,11° pada perempuan.26 Namun penelitian yang dilakukan oleh AL-Zubaidi dan Budianto adalah mengukur sudut besar dari N’ -Sn-Pg’ bukan mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak (N’) ke subnasal jaringan lunak (Sn) dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak (Pg’) ke subnasal jaringan lunak (Sn).
Pada penelitian ini, metode pengukuran akan didasarkan pada penelitian yg telah dilakukan sebelumnya diatas yaitu mengukur sudut perpanjangan garis yang ditarik dari titik nasion jaringan lunak (N’) ke subnasal jaringan lunak (Sn) dan garis yang ditarik dari pogonion jaringan lunak (Pg’) ke subnasal jaringan lunak (Sn).
.
2.3.3 Analisa Konveksitas Jaringan Lunak Penuh
Analisa konveksitas jaringan lunak penuh ditentukan oleh sudut N’-Pr-Pog’ yang terbentuk antara nasion kulit (N’), ujung hidung (Pr) dan pogonion kulit (Pog’) dengan nilai rata-rata 137° untuk laki-laki dan 133° untuk perempuan.29 (Gambar 4C)
2.4 Suku India Malaysia
Kaum India mulai datang ke tanah Melayu sejak pembukaan selat Malaka, pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Kaum India terbagi dari beberapa suku etnik diantaranya terdiri dari Tamil, Telugu, Malayali, Ceylon dan lain-lain. Pada tahun 1921 kaum India yang berada di tanah Melayu adalah 14,2 % dari jumlah penduduk tanah Melayu. Kebanyakan Kaum India yang berhijrah ke tanah Melayu untuk bekerja adalah laki-laki. Orang India yang datang ke tanah Melayu kebanyakan berasal dari India Selatan dimana sebagian besar terdiri dari orang Tamil.18,20