• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Sosial Warga NU dan Muhammadiy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Interaksi Sosial Warga NU dan Muhammadiy"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM (Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

Skripsi

Diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

ILZAMUL WAFIK NPM: 20070710006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam (S.Sos.I)Strata Satu

pada Fakultas Agama Islam

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

ILZAMUL WAFIK NPM: 20070710006

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (DAKWAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

Hal : Persetujuan Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum wr.wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Ilzamul Wafik NPM : 20070710006

Judul :”INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM

(Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)” Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut kepada Fakultas, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan. Atas perhatianya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing

(4)

iii

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM (Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Ilzamul Wafik NPM : 20070710006

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah) pada tanggal 5 Januari 2012 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Twediana Budi Hapsari, S.Sos, M.Si ( ... ) Pembimbing : Dr. Nawari Ismail, M.Ag ( ... ) Penguji : Dra. Siti Bahiroh, M.Si ( ... )

Yogyakarta, Januari 2012 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

(5)

iv

Puji syukur pertama Alhamdulillah. Berkat rahmatNya skripsi ini dapat penulis susun. Marilah jangan lupa untuk sering bersolawat kepada Nabi kita Muhammad S.A.W.

Penulis menyadari, penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas Agama IslamUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Ketua Jurusan (Kajur) Komunikasi dan Penyiaran Islam (Dakwah).

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen FAI UMY, yang telah memberikan kuliah berbagai disiplin ilmu kepada penulis.

(6)

v

6. Santri-santri Desa Wisata Mlangi, khususnya Keluarga Besar Pondok Assalafiyyah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kepada semua pihak, penulis menucapkan jazakumullah khairan katsiran atas segala bantuan serta dorongan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik dan berlimpah. Penulis sebagai manusia biasa, tentunya mempunyai banyak kekurangan dan kekhilafan, karena itu penulis mohon maaf atas segala kekhilafan.

Kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini selalu penulis tunggu. Semoga skripsi sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 4 Januari 2012

(7)

vi

ا

ل ِمِلْسُمْلا وُخ أ ُمِلْسُمْل

و ُوُمِلْظ ي

ل

ُهللَّا نا ك ِويِخ أ ِة جا ح ِفِ نا ك ْن م و ُوُمِلْسُي

ِمْو ي ِتا بُرُك ْنِم ًة بْرُك ُوْن ع ُهللَّا جهر ف ًة بْرُك ٍمِلْسُم ْن ع جهر ف ْن م و ِوِت جا ح ِفِ

ِة ما يِقْلا مْو ي ُهللَّا ُه ر ت س اًمِلْسُم ر ت س ْن م و ِة ما يِقْلا

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan

tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya

maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu

kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari

kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim

(8)

vii

Skripsi berjudul

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM (Studi kasus NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi)

Penulis persembahkan kepada:

1. Ibu, Bapak dan keluarga tercinta.

2. Sobat-sobat aktivis di FAI dan Universitas.

3. Teman-teman, adik-adik di madrasah dan pesantren.

(9)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... iix

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Tinjauan Pustaka... 5

F. Kerangka Teori...7

G. Metode Penelitian... 20

H. Sistematika Pembahasan... 23

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WISATA MLANGI A. Letak Geografis dan Kependudukan... 25

B. Pendidikan... 27

C. Seni Budaya... 35

D. Ekonomi ... 42

E. Agama... 44

BAB III INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM DI DESA WISATA MLANGI NOGOTIRTO... 50

A. Bentuk-bentuk interaksi ... 50

(10)

ix

DAFTAR PUSTAKA... 76

LAMPIRAN

i. Curriculum Vitae

ii. Daftar pertanyaan wawancara

iii. Susunan pimpinan cabang muhammadiyah iv. Surat Ijin Penelitian

(11)

x

Tabel 1 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi sekse... 26

Tabel 2 : Lembaga Pendidikan Desa Wisata Mlangi ... 28

Tabel 3 : Pondok Pesantren di Desa Wisata Mlangi ... 29

Tabel 4 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi mata pencaharian... 42

Tabel 5 : Penduduk Desa Nogtirto dari segi agama... 44

Tabel 6 : Perangkat Dakwah NU dan Muhammadiyah... 45

Tabel 6 : Warga NU dan Muhammadiyah... 46

Tabel 7 : Ormas dan Tempat Ibadah... 48

Tabel 8 : Perbedaan Prosesi Jum’atan... 53

(12)

xi

dielakan dalam kehidupan sehari-hari. Skripsi ini bertujuan memaparkan bentuk-bentuk interaksi meliputi konflik dan integrasi antar warga kedua ormas.

Penelitian tentang interaksi sosial antar ummat beragama, khususnya internal ummat islam sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Saifudin (1986) misalnya meneliti tentang konflik dan integrasi warga NU dan muhammadiyah di masyarakat Alabio Kalimantan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa konflik antara warga NU dan muhammadiyah di Masyarakat Alabio terjadi karena perbedaan intepretasi mengenai perangkat-perangkat ajaran agama.

Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode yang dilakukan dengan memilih lokasi di Desa Wisata Mlangi, Informan sebagai salah satu sumber data berasal dari warga Muhammadiyah dan NU juga tokoh masyarakat meliputi sesepuh dan perangkat desa. Teknik Pengumpulan Data dan Keabsahan Data menggunakan triangulasi. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan Analisis Data dan terakhir membuat kesimpulan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH :

Di Indonesia terdapat sejumlah agama dan aliran kepercayaan. Dalam interaksi sosial kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia dihadapkan dengan kenyataan beragam perbedaan. Kusmadewi(2010), menyatakan bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia termasuk faham agama dapat menjadi salah satu pemicu perbedaan /konflik.

Disisi lain perbedaan dapat juga memicu terjadinya persatuan/integrasi. Adanya berbagai wadah persatuan antar umat beragama menunjukan bukti kompromi, dimana kesemua agama menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan. Namun karena terdapat pemahaman agama yang berbeda-beda, konflik antarumat beragama maupun intern umat beragama selalu dapat muncul.

Ismail(dalam Mukaddimah, 2006), memaparkan bahwa maraknya konflik antarumat beragama di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari konstribusi penguasa Orde Baru. Sebab melalui politik SARA-nya penguasa, telah menekan semua perbedaan yang berbau kesukuan, keagamaan, ras, dan antargolongan. Semuanya dimasukkan dalam bingkai kesatuan, dan stabilitas politik dan keamanan demi pertumbuhan ekonomi. Setelah Orde baru yakni era reformasi, potensi konflik lebih memungkinkan untuk terjadi.

(14)

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kasus konflik antarumat beragama dan intern umat beragama terjadi diberbagai wilayah. Beberapa kasus berikut akan penulis sebutkan sebagai bukti, diantara konflik antarumat beragama yaitu; kasus konflik Islam-Kisten di Irian Jaya, kasus gereja di Jakarta, kasus pembakaran gereja di Wonosobo. Adapun beberapa konflik intern umat beragama yang terjadi yaitu; kasus dugaan sesat Ahamdiyah disejumlah wilayah, kasus penyerbuan markas FPI, kasus aliran sesat, misalnya pengakuan nabi dan lain-lain.

Kasus intern umat beragama yang disebutkan di atas, semuanya terjadi pada internal umat Islam. Sebenarnya pada agama selain Islam juga terjadi konflik, seperti masalah sekte dan aliran dalam Agama Kristen. Salah satu faktor terjadinya konflik semacam ini adalah terjadinya pemahaman yang berbeda dan interpretasi yang beraneka ragam terhadap sumber-sumber ajaran agama/ teks suci, terutama sumber ajaran Islam dalam fokus pembahasan ini.

(15)

Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap warga Muhammadiyah dan NU di desa adalah terjadi polarisasi diantara keduanya. Bahkan ada beberapa data yang menyebutkan konflik diantara keduanya. Di Jogjakarta, kita dapat melihat interaksi sosial NU-Muhammadiyah di beberapa tempat. Salah satu tempat berinteraksi antar warga kedua ormas ini adalah Desa Wisata Mlangi.

Desa Wisata Mlangi merupakan sebutan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Masyarakat Mlangi memaksudkan wilayah Mlangi terdiri dari dua dusun, yakni Mlangi dan Sawahan. Awalnya merupakan tanah perdikan Hamengkubuwono I pada Tahun 1776, kemudian ada rumah yang dipergunakan oleh BPH. Sandiyo untuk memberi pelajaran (Mulangi) agama semacam pesantren. Dari asal kata MULANGI inilah kemudian menjadi nama kampung /dusun MLANGI.

Di Desa Wisata Mlangi telah lama hidup berdampingan antara Muhammadiyah dan NU. Keduanya telah mempunyai perangkat dakwah seperti tempat ibadah pendidikan dan berbagai usaha warga setempat yang lain. Perangkat dakwah yang ada di Mlangi berhubungan secara langsung dengan individu-individu masyarakat. Berbagai interaksi antar individu menyebabkan gejala polarisasi tidak begitu tampak. Kegiatan bersama antar warga yang sebenarnya berlainan organisasi kelompok Islam di Desa Wisata Mlangi, merupakan bukti adanya interaksi sosial antar kelompok.

(16)

memiliki tingkat religiusitas tinggi, terdapat kaum yang menurut Gezt tergolong santri tradisionalis sekaligus berbaur dengan santri modernis. Daya tarik tersebut lebih didasari oleh keterkaitan Mlangi dengan Kraton Jogjakarta dalam hal menjadi pusat penyebaran Agama Islam yang dilakukan oleh salah seorang keluarga kraton bernama BPH. Sandiyo(Mbah Nur Iman).

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan pokok untuk mengetahui bentuk konflik maupun integrasi yang sudah terjadi termasuk sebab-sebabnya dan kemungkinan terjadinya pada masa yang akan datang. Setelah diketahui karakterisitik konflik yang ditemukan, maka akan memudahkan upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk meredam dan menyelesaikan konflik intern umat beragama khususnya Muhamadiyah-NU di Desa Wisata Mlangi, sehingga tujuan dan upaya dakwah antara keduanya dapat tercapai bersama.

B. RUMUSAN MASALAH:

1. Bagaimana bentuk interaksi sosial warga NU dan Muhammadiyah yang ada di Desa wisata Mlangi?

2. Mengapa terjadi bentuk interaksi sosial tertentu dari warga NU dan Muhammadiyah di Desa wisata Mlangi?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN:

(17)

1. Mengetahui bentuk interaksi sosial warga NU dan Muhammadiyah yang ada di Desa wisata Mlangi.

2. Mengetahui penyebab terjadinya interaksi sosial tertentu dari warga NU dan Muhammadiyah di Desa wisata Mlangi.

Kegunaan Penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan, khususnya berkaitan dengan sosiologi dakwah.

2. Kegunaan secara praktis, sebagai acuan dalam melakukan kegiatan dakwah antar kelompok/organisasi Islam.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mencapai suatu hasil penelitian ilmiah diharapkan data-data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat menjawab secara komprehensif terhadap semua masalah yang ada. Hal ini dilakukan agar tidak ada duplikasi karya ilmiah atau pengulangan penelitian yang sudah pernah diteliti oleh pihak lain dengan permasalahan yang sama.

(18)

Masyarakat Alabio terjadi karena perbedaan intepretasi mengenai perangkat-perangkat ajaran agama.

Sementara itu Abidin(dalam Harmoni, Vol.VIII 2009), meneliti tindakan anarkis terhadap kelompok salafi dan non salafi di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor penyebab konflik antara kelompok Salafi dan Non Salafi adalah gerak dakwah eksklusif Salafi yang menyalahkan faham kelompok lain dan kurang menghargai perbedaan pendapat.

Kemudian Ismail(dalam Mukaddimah, Th. XII/2006), melakukan penelitian berkaitan dengan profil konflik antar ummat beragama studi kasus di lima daerah. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan sumber dan faktor penyebab konflik pada level budaya dan sosial pada tingkat lokal dan aturan perundangan. Hasil dari penelitin ter sebut menyatakan bahwa sumber konflik ada tiga aspek yaitu kesalahpahaman antar budaya, adanya identitas kelompok yang terancam dan karena adanya perjuangan pemenuhan kelompok dan penguasaan akses sumber daya maupun kesempatan.

(19)

paham tentang Syiah antara pihak yang anti Syiah dan IJABI adalah salah satu sebab terjadinya konflik.

Penelitian yang telah disebutkan di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Pertama letak perbedaanya adalah lokasi penelitian yang dilakukan penulis di Desa Wisata Mlangi. Kedua penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada bentuk-bentuk dan sebab interaksi warga Muhammadiyah dan NU khususnya di Desa Wisata Mlangi.

E. KERANGKA TEORI

1. INTERAKSI SOSIAL

Sebagai makhluk sosial manusia selalu hidup berkelompok atau senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lain, makhluk yang mampu berpikir untuk melakukan sesuatu, makhluk yang harus diajarkan sesuatu agar mampu melakukan sesuatu (sosialisasi). Dari proses berfikir muncul perilaku ataupun tindakan sosial. Kalau perilaku dan tindak sosial tersebut dilakukan dalam hubungan dengan orang lain maka terjadilah interaksi sosial(Tarik, 2002).

(20)

sosial ialah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, di mana kelakuan Individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan mdividu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbal baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih manusia(Ishomudin, 2005).

valueas

Setiap komunitas memiliki struktur sosial yaitu jalinan hubungan antar

individu atau kelompok sosial dalam masyarakat sesuai status dan peranan yang dimilikinya. Bentuk struktur sosial tersebut dapat berupa proses konflik dan integrasi dalam masyarakat. Hidup rukun-tidak rukun menunjukkan adanya interaksi sosial positif-negatif. Interaksi sosial positif merupakan proses interaksi yang menuju pada penyatuan. Interaksi tesebut dapat berupa akomodasi, kerja sama dan akhirnya integrasi. Apabila terjadi pertikaian dan konflik, munculah apa yang disebut Interaksi sosial negatif(Ismail, 2009).

(21)

2. INTEGRASI SOSIAL

Integrasi sosial adalah penyatuan antar satuan atau kelompok yang tadinya terpisah satu sama lain dengan mengesampingkan perbedaan sosial dan kebudayaan yang ada. Bentuk integrasi sosial ada dua jenis, yaitu Akomodasi dan Kerja sama. Integrasi Akomodasi dapat dilihat sebagai suatu keadaan dan proses. Sebagai suatu keadaan artinya, kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi antar aktor/kelompok. Sedangkan sebagai suatu proses artinya, tindakan penyesuaian dengan saling memberikan imbalan tertentu antar aktor dari kelompok yang berbeda, baik berupa materi maupun sosial. Penyesuaian dan kerja sama dari aktor atau kelompok yang berbeda itu dimungkinkan walaupun diantara mereka ada perbedaan gender, suku-ras, kelas, agama dan kepercayaan, dan persaingan atau permusuhan tersembunyi(Ismail, 2009).

a. Akomodasi

Dalam sebuah masyarakat akomodasi biasanya tidak selamanya berlangsung, karena ada potensi konflik seperti prasangka atau stereotif dari tiap kelompok, sehingga melahirkan konflik.

(22)

1) Toleransi, yaitu bentuk akomodasi, dimana masing-masing pihak yang berlawanan menerima perbedaan tanpa mempermasalahkan perbedaan yang dialami.

Seorang pemeluk agama x tentu mempunyai konsep yang berbeda dengan pemeluk agama y. Kedua pemeluk agama itu jelas mempunyai beberapa perbedaan, tetapi masing-masing individu tidak mempermasalahkan perbedaan agamanya. Mereka tetap bergaul dengan baik tanpa mempermasalahkan agama yang dianut. Oleh karena itu di Indonesia dikenal dengan istilah toleransi beragama.

Sebenarnya, toleransi tidak hanya dalam bentuk kehidupan beragama. Kehidupan antar etnis, antar parpol, organisasi, cita-cita, dan lain-lain bisa dijalankan dengan konsep toleransi.

2) Kompromi, yaitu suatu bentuk akomodasi di mana masing-masing pihak yang terlibat pertentangan saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

(23)

petani berlahan luas menginginkan iuran irigasi sebesar Rp 20.000,-/bulan. Sementara sekelompok petani berlahan sempit menginginkan iuran irigasi hanya Rp10.000,-/bulan. Setelah melalui proses musyawarah disepakati agar masing-masing mengurangi tuntutannya. Usul petani luas dan petani sempit diambil jalan tengahnya yaitu hanya Rp 15.000,-/bulan.

3) Arbitrasi (perwasitan), yaitu suatu cara untuk mencapai penyelesaian antara dua pihak yang berselisih, dimana pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai penyelesaian sendiri. Pertentangan kemudian diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak atau suatu badan yang kedudukannya lebih tinggi dari kedua belah pihak yang bertentangan. itu.

(24)

4) Mediasi adalah cara yang dipakai untuk menyelesaikan perselisihan dengan menunjuk pihak ketiga untuk memberikan saran pernikiran bagi terselesaikannya perselisihan tadi. Pihak ketiga tidak mempunyai wewenang untuk memberikan keputusan penyelesaian akhir dari perselisihan yang terjadi.

Misalnya, sepasang suami isteri yang ingin bercerai karena suatu masalah meminta petunjuk BP4 untuk membantu mencarikan jalan keluar terbaik bagi keluarganya. BP4 tentu akan memberikan saran-saran dan pernikiran saja, ia tidak dapat memutuskan apakah suami istri tersebut perlu bercerai atau tidak.

b. Kerja sama

(25)

Dalam situasi persaingan dalam kerja sama tersebut pada suatu waktu dan dalam aspek-aspek tertentu akan ada tindakan untuk saling mempengaruhi dan 'menang'. Jadi, dalam kerja sama itu akan ada yang dominan (dominasi) juga di lingkungan internal pihak yang bekerja sama, seberapapun intensitasnya.

Dalam situasi apapun (konflik ataupun kooperatif) akan ada persaingan dan tindakan untuk mendominasi, dan karenanya ada ketidaksetaraan dalam relasi kuasa. Antara konflik dan kooperatif sangat tipis batasannya dan keduanya tidak bersifat statis karena kepentingan manusia yang juga tidak statis.

Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya integrasi

Oqburn dan Nimkoff (Soerjono Soekanto, 1982), mengatakan bahwa integrasi akan berhasil apabila:

1. anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil mengisi kebutuhan satu sama lain;

2. apabila tercapai semacam konsensus mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial;

3. apabila norma-norma cukup lama adalah "tetap" (= consistent) dan tidak berubah-ubah.

(26)

Konflik sosial adalah pertentangan antar satuan atau kelompok sosial atau lebih, atau potensialitas yang menyebabkan pertentangan. Pengertian ini berarti mencakup kasus konflik (konflik yang sudah terjadi) dan potensialitas konflik(Ismail, 2009).

Dengan demikian konflik dilihat dari bentuk penampakannya dapat dipilah ke dalam potensi konflik dan kasus konflik. Potensi konflik merupakan semua aspek atau kondisi yang dapat menjadi sumber munculnya kasus konflik, sedangkan kasus „konflik‟

merupakan konflik yang sudah terjadi dan muncul ke permukaan dalam bentuk pemyataan atau tindakan nyata pihak-pihak yang berkonflik.

b. Bentuk-bentuk konflik

Konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu sebagai berikut.

1) Konflik pribadi

(27)

dilerai untuk sementara, maka seolah-olah untuk seterusnya kedua tak mungkin berhadapan muka lagi.

2) Konflik rascal

Dalam hal ini pun para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang sering kali menimbulkan konflik. Misalnya, konflik antara orang-orang Negro dengan orang-orang-orang-orang kulit putih di Amerika Serikat. Sebetulnya sumber konflik tidak hanya terletak pada perbedaan ciri-ciri badaniah, tetapi juga oleh perbedaan kepentingan dan kebudayaan. Keadaan tersebut ditambah dengan kenyataan bahwa salah satu ras merupakan golongan mayoritas.

3) Konflik antara kelas-kelas social

Pada umumnya konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.

4) Konflik politik

(28)

5) Konflik yang bersifat internasional

Konflik ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merambah ke kedaulatan negara. Mengalah berarti mengurangi kedaulatan dan itu berarti kehilangan muka dalam forum internasional. Tidak jarang konflik demikian menyulut perang total antar negara.

c. Sumber konflik

Pada hakikatnya semua sumber dan faktor munculnya konflik merupakan bentuk dari potensi konflik. Sumber dan faktor tersebut meningkat menjadi konflik karena ketidakmampuan satu dan atau kedua belah pihak dalam mengendalikannya. Sumber dan potensi tersebut tetap akan menjadi potensi konflik jika tidak ada suatu individu atau kelompok yang bergerak secara aktif atau radikal serta adanya pengendalian yang dilakukan oleh berbagai pihak yang ada dalam masyarakat tersebut(Ismail, 2009).

Sebab-musabab atau akar-akar dari pertentangan/konflik antara lain sebagai berikut;

1) Perbedaan antara individu-individu

Perbedaan pendirian dan perasaan memungkinkan akan melahirkan bentrokan/konflik di antara mereka.

2) Perbedaan kebudayaan

(29)

dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang secara sadar maupun tidak sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya. Selanjutnya, keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.

3) Perbedaan kepentingan

Perbedaan kepentingan antarindividu maupun kelompok termasuk merupakan sumber pertentangan. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam; ada kepentingan ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Majikan dan buruh, misalnya, mungkin bertentangan karena yang satu menginginkan upah kerja yang rendah, sedangkan buruh menginginkan sebaliknya.

4) Perubahan sosial

Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya, misalnya mengenai reorganisasi sistem nilai. Sebagaimana diketahui perubahan sosial mengakibatkan terjadinya disorganisasi pada struktur. d. Akibat konflik

(30)

1) Tambahnya solidaritas in-group

2) Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan bertambah keras. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya.

3) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut. 4) Perubahan kepribadian para individu

(31)

pada umumnya, mereka tak dapat membenci kerajaan Jepang "seratus persen" sebagaimana halnya dengan orang-orang Amerika asli. Apabila pertentangan terjadi antara dua kelompok yang berlainan, biasanya orang-perorangan akan mengidentifikasikan dirinya dengan satu kelompok saja, kemudian kelompok lain yang dianggap lawan.

5) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia

Kiranya cukup jelas betapa salah-satu bentuk pertentangan yang terdahsyat, yaitu peperangan telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang kebendaan maupun bagi jiwa-raga manusia.

6) Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

(32)

F. METODE PENELITIAN 1. Pemilihan Lokasi

Desa wisata Mlangi Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penelitian karena daerah ini menjadi tempat pengembangan dan pembaharuan yang dilakukan oleh kelompok organisasi Islam terutama NU dan juga Muhammadiyah.

2. Informan

Informasi dijaring dari informan yang paling banyak mengetahui masalah yang diteliti dan terlibat langsung sebagai pelaku dan tokoh organisasi kelompok Islam, seperti pimpinan ranting dan takmir masjid, para pengajar/guru, masyarakat, serta beberapa kyai pesantren di Mlangi. Informasi juga diperoleh melalui studi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan kegiatan dakwah setempat.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik pengumpul data yaitu:

(33)

mempermudah pokok-pokok permasalahan yang diwawancarakan dengan sumber data langsung.

b. Observasi yaitu penulis secara langsung mengamati dan mengikuti kegiatan atau acara yang terkait dengan masalah penelitian ini. c. Dokumentasi, yakni membuat dokumentasi data yang terkumpul,

seperti data kondisi masyarakat, organisasi, kegiatan dakwah masjid dan sebagainya dalam bentuk gambar, monograf, arsip dan lain-lain.

4. Keabsahan Data

Dalam hal validitas data, penulis menganggap absah suatu data bila didukung paling kurang tiga sumber. Jadi masalah keabsahan data, penulis menggunakan teknik Tri angulasi.

5. Analisis Data

Analisis data yang dimaksud adalah analisis kualitatif.Morse dan Field (1995) mencatat bahwa analisis kualitatif adalah proses tentang pencocokan data bersama-sama, bagaimana membuat yang samar menjadi nyata, menghubungkan akibat dengan sebab. Rangkaian ini merupakan suatu proses verifikasi dan dugaan, koreksi dan modifikasi, usul dan pertahanan.

Morse dan Field (1995) mengenali empat proses-proses:

(34)

Awal proses analitik, peneliti-peneliti kualitatif berusaha untuk bisa mempertimbangkan data dan belajar mencari ”

apa yang terjadi.”

2) Sintesis

Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. Pada langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang “khas” mengenai suatu peristiwa dan apa variasi dan

cakupannya.

3) Teoritis

Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian menjaga penjelasan ini sampai menentukan apakah

“cocok” dengan data.

4) Recontextualisasi

(35)

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penyusunan skripsi ini terdiri dari empat Bab. Masing-masing Bab ini terdiri dari sub-sub pembahasan. Pembagian ini dimaksudkan untuk mempermudah penulisan ilmiah yang sistematis dan konsisten, terdiri dari pembahasan, analisis masalah, dan pemaparan bentuk-bentuk interaksi sosial antar kelompok Islam. Sebelum memasuki halaman pembahasan skripsi ini diawali dengan halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, dan daftar isi. Kemudian setelah Bab terakhir, disertakan pula daftar pustaka, curriculum vitae, dan lampiran-lampiran.

Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi : Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Bab Kedua, berisi tentang gambaran umum masyarakat Desa Wisata Mlangi yang memuat letak geografis dan kependudukan, ekonomi dan matapencaharian, lembaga pendidikan, seni dan budaya, agama. Dalam bab ini juga membahas tentang Muhammadiyah dan NU di Mlangi.

(36)

analisis data. Yaitu tentang integrasi sosial antara kelompok Islam warga NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi.

(37)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA WISATA MLANGI

A. Letak Geografis dan Kependudukan

Desa Wisata Mlangi terletak di sebelah barat laut kota Yogyakarta tepatnya : 7°45'40"LS 110°19'58"LU (wikimapia.org/13711366/Mlangi-Utara).

Secara administratif, Desa Wisata Mlangi berada di Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman. Seseorang dapat disebut sebagai orang Mlangi apabila ia tidak hanya tinggal di wilayah itu, melainkan karena masih memiliki hubungan genealogic dengan Mbah Kyai Nur Iman, atau anak keturunannya. Masyarakat Mlangi memaksudkan wilayah Mlangi terdiri dari dua dusun, yakni Mlangi dan Sawahan.

Dikalangan masyarakat sering menyebut Dusun Mlangi sebagai Mlangi Utara, sedangkan Dusun Sawahan disebut dengan Mlangi Selatan. Selain itu dikenal juga Mlangi Barat dan Timur yang tidak merujuk pada dusun tapi kampung, yaitu Kampung Ledok(Mlangi Barat) dan kampung di Dusun Mlangi bagian timur(Mlangi Timur).

(38)

tanah sawah 210.119 Ha, tanah pekarangan dan perumahan 134.281 Ha, tanah kering 0, 98 Ha, kolam 1,10 Ha. Selebihnya digunakan untuk lapangan olah raga 1,43 Ha, dan kuburan 3,02 Ha. Tanah yang diperuntukkan bagi kuburan tersebar dibeberapa tempat, termasuk di daerah Ledok, Sawahan, namun sebagian besar terdapat di sekitar masjid jami, atau lebih popular masjid patok negoro.

Penduduk desa ini berjumlah 16.273 jiwa, terdiri dari lakilaki 8.105 jiwa dan perempuan 8.168 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tercakup ke dalam 4.104 Kepala Keluarga (Data dari Monografi Desa Nogotirto 2010, wawancara dengan Bapak Carik, Yuda Wadana)

Adapun jumlah penduduk Mlangi Sawahan adalah 1750 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 892 jiwa dan perempuan 858 jiwa. Apabila digabung dengan Mlangi Utara, maka jumlah penduduk Desa Wisata Mlangi menjadi 3395 jiwa atau 606 kepala keluarga, terdiri dari 556 kepala keluarga laki-laki dan 50 kepala keluarga perempuan (Wawancara dengan Bapak Mualif, dukuh yang bertugas di wilayah Desa Wisata Mlangi bagian selatan)

Tabel 1 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi sekse

Dusun

(39)

Sawahan 892 50,97 858 49,03 1750 Jumlah 1726 1669 3395

Sumber: Data diolah dari Monografi Desa 2010 dan wawancara dengan Dukuh setempat

Melihat tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa selisih prosentase anatara laki-laki dan perempuan adalah dua persen.

B. Pendidikan

Dalam Monografi Desa 2010, Desa Nogotirto ini memiliki Lembaga Pendidikan Formal berupa Play Group 8 dan TK ada 11 serta terdapat 7 SD. Selain itu, desa ini juga mamiliki 3 SLTP, sedangkan stingkat SLTA, desa ini belum memilki.

1. Lembaga Pendidikan Formal

Di Desa Wisata Mlangi terdapat berbagai lembaga pendidikan formal dan non-formal, khususnya Pesantren. Lembaga pendidikan formal meliputi taman kanak-kanak (TK), berjumlah dua buah, yakni TK Bustanul Athfal dan Masyitoh, yang pertama milik organisasi Muhammadiyah, sedang berikutnya adalah milik NU.

(40)

sekolahnya adalah Bapak Prof. Nizar Ali, beliau juga seorang dosen di UIN Sunan Kalijaga.

SD Muhammadiyah didirikan awal 1960-an. Awalnya berupa madrasah, perkembangan selanjutnya menjadi SD Muhammadiyah dengan tokoh perintisnya adalah H. Muhammad Yusuf dan H. Yunad. SD Muhammadiyah Mlangi ini telah mencetak lulusan yang berasal dari keluarga kyai dan tokoh-tokoh agama di Desa Wisata Mlangi, berkat memperkenalkan pemikiran dan gerakan keagaman Muhammadiyah kepada masyarakat yang proporsi jumlah penduduknya lebih didominasi NU.

Ada dua Madrasah Ibtidaiyah di Mlangi. Pertama MI An-Nasyath yang didirikan pada tahun 2009. Sekolah ini berada dibawah naungan pondok pesantren An-Nasyath yang diasuh oleh K.H. Sami‟an. Kedua

MI Al-Falahiyah yang didirikan pada tahun yang sama. Sekolah ini berada dibawah naungan pondok pesantren Al-Falahiyah.

Tabel 2 : Lembaga Pendidikan Desa Wisata Mlagi

Dusun Mlangi Sawahan

Paud 1 1

TK 1 1

SD 2 2

(41)

SLTA - -

PT - -

Jumlah 6 7

Sumber: Data diolah dari Monografi

Melihat tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa di antara dua dusun tersebut terjadi keimbangan pada jumlah lembaga pedidikan yang ada selain SLTP.

Selain lembaga pendidikan formal yang telah disebut di atas, terdapat juga sekolah menengah pertama (SMP) Ma'arif yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan NU yang berdiri tahun 1981.

2. Lembaga Pendidikan Non Formal

Lembaga pendidikan non formal yang berupa pondok pesantren (ponpes) sangat menonjol di Mlangi, bahkan di wilayah Yogyakarta kampung ini cukup terkenal sebagai kampung pesantren. Jumlah keseluruhan pondok pesantren yang terdapat di desa wisata Mlangi adalah 16 pondok pesantren.

Tabel 3 : Pondok Pesantren di Desa Wisata Mlagi

(42)

„Asriyah - - -

Kombinasi - - -

Jumlah 4 12 16

Sumber: Data diolah dari wawancara dengan Dukuh dan tokoh masyarakat

Melihat tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa seluruh pondok pesantren di atas bercorak tradisional, atau salafiyah yang mengajarkan kitab-kitab Islam kuning klasik sebagai ciri utamanya. Kitab klasik tersebut meliputi 8 kelompok: 1. nahwu (syntax) dan saraf (morfologi); 2. fiqh; 3. usul fiqh; 4. hadis; 5. tafsir; 6. tauhid; 7. tasawuf dan etika, dan 8. cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.

Desa Wisata Mlangi yang dikenal sebagai kampung pesantren belum memiliki pesanten yang bercorak modern atau „asriyah dan

juga belum ada pesantren yang mengkombinasikan sistem tradisional dan modern.

Lembaga pendidikan non formal yang berupa 16 pondok pesantren yang tersebar yakni:

a. Pondok Pesantren Al-miftah

(43)

Dawam, pemilik pondok pesantren Al-Huda. Pondok ini didirikan pada tahun 1930-an dan sekarang dikelola oleh Putra Kyai Munahar bernama Gus Mabarun.

b. Pondok Pesantren Assalafiyyah

Pondok pesantren Assalafiyyah didirikan oleh KH.Mashduqi (Haji beliau- Amanah, bersamaan haji Putranya, KH. Suja‟I sekalian pada Tahun 1990 ). Beliau putra seorang Naib asal mlangi yang bertugas di wilayah Gunung Kidul. KH. Mashduqi memperistri Zaenab, putri pamannya sendiri di mlangi yang bernama Kyai Slamet. Sejak menikah beliau tinggal di rumah mertuanya. Di Rumah itulah kemudian dikenal dengan sebutan langgar kidul. Sebutan ini sebagai paduan sebutan langgar lain di sebelah utaranya (langgar lor, PP. Al-Miftah). Atas dorongan adanya penamaan langgar lor, langgar kidul disebut Pondok Pesantren Assalafiyyah didirikan pada tahun 1932. Pondok ini memperoleh sertifikat atas inisiatif Departemen Agama bernomor E-8431 tertanggal 9 Pebruari 1984. Kemudian pada pendataan Pondok Pesantren yang aktif terkordinasi mendapat No. Statistik 510.3.34.04.1024. Pengasuhnya Kyai Suja'i Masduqi yang dikenal sebagai mursyid tarekat Qodariyah-Naqsabandiyah.

(44)

Pesantren ini diasuh Kyai Samingan, istrinya merupakan adik kandung Kyai Suja'i, pengasuh ponpes As-Salafiyah yang sekaligus mursyid tarekat Qadariyah-Naqsabandiyah, Mlangi

d. Pondok Pesantren Hujjatul Islam

Pondok ini dikelolaoleh Kyai Qotrul Aziz. Dahulu Kyai Qotrul Aziz dikenal sebagai pengusaha batik yang sukses, dan ia pernah menjadi ketua takmir masjid Jami', sebelum akhirnya digantikan kepengurusannya oleh para kyai yang diketuai oleh Kyai Muhtar Dawam. Kini ta‟mir masjidnya adalah KH. Abdulloh.

e. Pondok Ar-Risalah

Pondok ini diasuh oleh KH. Abdullah, sebelumnya beliau menimba ilmu di Asrama Perguruan Islam (API)Tegal Rejo Magelang. Pondok pesantren ini relatif masih muda usianya yatu berdiri tahun 2003, dan pada saat ini jumlah santrinya mencapai 60 orang. H. Abdullah sebelum mendedikasikan waktunya untuk mengajar di ponpes yang didirikannya, ia dahulu dikenal sebagai pengusaha sukses.

f. Pondok Pesantren Al-Quran

(45)

menjadi tempat ngaji bagi anak-anak kecil seusia TPA. Kyai Abdul Karim adalah putra Kyai Yusa‟ yang terkenal dengan sebutan Khotib Kraton di Mlangi. Sebelum Masjid Jami‟

diserakan kepada masyarakat oleh Kraton, Kyai Yusa‟ inilah petugas Khotib yang berkhutbah pada Idul Fitri dan Idul Adha dengan memakai blangkon.

g. Pondok pesantren Al-Huda

Pesantren ini diasuh oleh Kyai Mukhtar Dawam(Alm). Kyai Mukhtar Dawam adalah sosok kyai yang memiliki hubungan dengan sejumlah elit kekuasaan dan partai Golkar di jaman orde baru. Setelah beliau wafat, jumlah santri pondok pesantren ini berkurang.

h. Pondok Hidayatul Mubtadiin

Pondok ini merupakan Ponpes yang dimiliki oleh H. Nuriman Mukim. Beliau menimba ilmu di Lirboyo sebelum mendirikan pesantren tersebut. Jumlah santrinya 50 anak, santri yang kecil-kecil kebanyakan masih menimba ilmu di sekolah dasar.

i. Pondok Pesantren Al-Mahbubiyah

(46)

Orang , banyak diantaranya yang berusia dini mengaji di sore hari sebagai santri kampung atau sering disebut santri kalong.

j. Pondok Pesantren Darussalam.

Ponpes ini diasuh oleh Kyai Wirdanudin, beliau lulusan Pesantren Tegal Rejo Magelang. Saat ini(2011), putranya yang bernama Sirojul „Ilmi telah diwisuda sebagai Hafizd

Alqur‟an. Putranya inilah yang mengajar kitab Ihya’

Ulumidin karya Al-Ghozali sebagai kitab pokok tasawuf tingkat lanjut di pondok ini.

k. Pondok Ledok.

Dahulu pesantren ini diasuh oleh (alm) Kyai Yamah Sari. Pondok ini adalah pondok yang terdekat dengan Masjid Ledok yang menjadi tempat kegiatan warga Muhammadiyah. Kini (tahun 2012) pondok ini sudah tidak aktif lagi.

l. Pondok Pesantren Al-Falahiyyah

Pimpinan Pesantren ini bernama Gus Misbah. Beliau seorang bisnismen, memiliki rental motor dan mobil di Mlangi. Pesantren ini memiliki santri yang hanya sekolah di Madrasah milik pondok, yakni Madrasah Ibtidaiyah Falahiyah.

(47)

Dipintu masuk ke arah masjid Mlangi terdapat pondok pesantren bernama Mlangi Timur, didirikan sekitar tahun 1965, milik (alm) Kyai. Zamroddin. Di pesantren ini cukup banyak santri yang menghafalkan Al-Quran, selain mengaji kitab. Nyai Rubai‟ah, istri almarhum dikenal sebagai seorang

penghafal Qur'an (hafizah), dan sekarang pondok tersebut dikelola putera-putera almarhum.

n. Pondok Pesantren Kuno

Pesantren ini dikelola oleh Kyai Asrori. Pondok Kuno sangat megah, dan memiliki bangunan berlantai tiga. Selain itu. Kyai Asrori dikenal memiliki hubungan yang cukup dekat dengan BPH Joyokusumo, pengurus Golkar, dan adik Sri Sultan ke X. Selain itu sejumlah fungsionaris partai Golkar se-ring berkunjung ke rumah sang kyai.

o. Pondok Pesantren Atba‟us Salaf

Pesantren ini berlokasi di belakang Ponpes Al-Falahiyyah. Saat ini pengasuhnya bernama Kyai Muhtarom. Jumlah santrinya 36.

p. Pondok Pesantren Al-Ikhsan

(48)

Wisata Mlangi. Menurut beberapa informan, pondok ini adalah satu-satunya pondok di Mlangi yang berfaham muhammadiyah. Awalnya pesantren ini berupa lembaga dakwah Golkar, pada perkembangan selanjutnya menjadi pesantren(Wawancara dengan Bapak Nur Hadi pada 15 Mei 2011).

q. Pondok Pesantren Al-Salimiyah

Pesantren ini diasuh oleh Kyai Salimi. Awalnya Pondok ini bertempat di dekat PP. Assalafiyyah. Sekarang bertempat di cambahan. Meskipun letak pondok beberapa ratus meter di sebelah selatan Mlangi, namun Kyai Salimi adalah orang Mlangi tulen.

(49)

menggunakanya untuk melakukan studi lanjut ke Perguruan Tinggi baik memperoleh beasiswa maupun swadana.

C. Seni Budaya

Seni maupun tradisi dan budaya agamis serta ritual yang masih dilestarikan hingga saat ini, antara lain :

1. Jenang manggul

Di Mlangi dikenal tradisi jenang manggul. Jenang ini berupa nasi bubur, warnanya putih dan lauknya daging berkuah ditambah sayur tempe. Tradisi ini bermula sejak Hamnegkubuwono I, saat memberikan tanah perdikan Mlangi. Pada saat Kyai Nur Iman hendak mendirikan pesantren, saat peletakan batu pertama dilakukan tradisi jenang manggul. Artinya sageto manggul ayahandanipun kyai Nur Iman dalam hajatnya menyebarkan ajaran slam. Semangat inilah yang terus menggelora. Menurut Kyai Nur Iman, dalam memperjuangkan Islam kita harus bersungguh-sungguh. Sebab itu, radisi "jenang manggul", yang dilakukan dengan memasak bubur dalam jumlah umlah besar, dimaksudkan untuk mengingatkan akan beban tanggungjawab yang tidak ringan ini(Data tentang seni budaya ini diolah dari wawancara dengan Bapak Fathur pada 25 Mei 2011, beliau adalah salah satu tokoh masyarakat yang selalu aktif dalam berbagai ritual tradisi).

(50)

Daerah ini juga dikenal dengan budaya mercon khususnya pada saat bulan Romadhon. Saat memasuki bulan romadhon, para pemuda akan membunyikan petasan. Pesta mercon yang paling ramai pada malam 17 ramadhan dan sebelum shalat Idul Fitri. Budaya ini diyakini oleh masyarakat Mlangi sebagai sarana minta maaf.”Unine mercon kanggo sarono njaluk ngapuro” (suara mercon sebagai sarana

untuk meminta maaf). Semakin keras suara mercon dan jumlahnya banyak maka dosa yang diampuni juga semakin banyak. Kebiasaan ini memang telah berlangsung sejak dulu, hingga kini masih berlanjut. Namun mengingat resiko bahaya yang mungkin ditimbulkan, budaya ini pernah sedikit berkurang dan mulai tahun 2010 sudah tumbuh lagi bahkan lebih meriah.

3. Obat tradisional Singgul

Jamu singgul merupakan jamu khas Mlangi. Jamu ini berbahan dasar tanaman obat tradisional dlingo-bengle. Jamu ini memiliki beragam khasiat, diantaranya adalah obat sawan manten dan kepaten, sakit gatal, encok, biduran dan lain-lain.

4. Gladen

(51)

ini dilakukan pada acara-acara bahagia seperti pernikahan, sunatan dan Aqiqoh(wawancara dengan Pak Fathur 25 mei 2011).

5. Ziaroh/ngirim Ahli Qubur dengan cara membaca tahlil dan Al-Qur'an Surat Al-Ikhlas.

Kegiatan seperti ini rutin dilakukan mayoritas penduduk mlangi yang berfaham NU. Ziaroh warga di pemakaman dapat dilihat setiap usai sholat jum‟at, malam jum‟at terutama hari pasaran kliwon.

Makam yang paling sering dikunjungi adalah Makam Mbah Kyai Nur Iman. Seperti makam para auliya' dan ulama besar yang lain, Makam Mbah Kyai Nur Iman sebagai sentral wisata religi banyak dikunjungi tamu-tamu yang berziarah dari luar daerah, bahkan dari luar Pulau Jawa. Para peziarah ada yang perorangan maupun rombongan.

6. Membaca Sholawat Tunjina (untuk memohon keselamatan di dalam hajatan-hajatan).

Membaca sholawat kepada nabi bagi warga NU di Mlangi dipercayai sebagai perantaraan untuk menjalani hidup baik disaat suka atau duka.

Disaat mereka dilanda kesusahan, membaca sholawat dapat memberikan ketentraman. Sedangkan disaat bahagia, membaca sholawat merupakan wujud syukur terhadap nikmat Alloh. Para kyai akan selalu membaca sholawat ini diawal do‟a pada setiap akhir acara

(52)

7. Membaca sholawat Nariyah (untuk selamatan orang hajat seperti orang hamil, dan lain-lain).

Pembacaan Sholawat Nariyah ini, bagi warga NU Mlangi lebih khusus dari pada Membaca Sholawat Tunjina. Mereka membaca sholawat ini biasanya untuk keselamatan isteri hamil, anggota keluarga yang sedang sakit, pencalonan kerja/jabatan seperti pilihan lurah dan juga sebagai sarana do‟a untuk lepas dari jeratan hukum di

peradilan.

8. Membaca Tibbil Qulub

Bagi warga, membaca tibbil sebagai upaya pegobatan sakit.

Pembacaan do‟a yang termasuk solawat ini kadang-kadang

menggunakan tulisan yang difotokopi dan dibagikan kepada jamaah yang belum hafal.

9. Membaca Kalimah Thoyyibah Tahlil Pitung Lekso (Khususnya jika diperlukan untuk obat / tombo sapu jagad).

(53)

menghendaki masih hidup, maka diharapkan akan segera sembuh dari sakit. Sebaliknya jika Allah menghendaki untuk meninggal dunia, maka diharapkan segera mencabut nyawanya.

Awal kemunculan tahlil ini, karena dahulu di Mlangi pernah terjangkit wabah penyakit ganas. Atas petunjuk kyai, agar wabah tersebut reda, sejumlah warga harus melakukan “priatinan”dengan

cara berjalan mengelilingi Mlangi sambil membaca tahlil 70.000 kali.

Pada tahun tahun 90-an, sebelum bacaan tahlil bersama selesai, dapat dilihat hasilnya di majlis itu. Kalau sampai akhir acara orang yang sakit parah masih hidup, berarti dia akan segera sembuh dan harus melaksanakan nazdarnya untuk meningkatkan ketakwaanya kepada Alloh. Sebaliknya, orang tersebut akan meninggal di majlis itu atau tidak lama setelah selesai pembacaan do‟a. Kematian ini diharapkan sebagai kematian khusnul khotimah, karena diakhir khayat orang tersebut tertuntun untuk membaca kalimat Tahlil.

Pada tahun-tahun ini(2011), paling lama jarak kematian(jika meninggal) dan tahlil pitung lekso menurut kebanyakan santri adalah tiga hari(Wawancara dengan santri assalafiyyah 27 mei 2011)

(54)

Acara ini berisi pembacaan kitab biografi ulama terkenal,

Syekh „Abdul Qadir Al-Jailany. Biasanya acara tersebut dilakukan

untuk do‟a selamatan, sehari sebelum acara hajatan

perikahan/khitanan. Harapan dari acara ini, agar acara yang diselenggarakan lancar, terutama agar tidak hujan pada saat acara.

Warga yang melaksanakan acara ini tidak memandang Muhammadiyah atau NU, artinya kedua ormas tersebut menerima dan melaksanakanya. Pembacaan kitab seperti dalam acara ini, dilakukan dengan lebih meriah pada saat sewelasan yaitu tanggal 11 Robiul Akhir tiap tahun oleh kumpulan jamaah Tarikat Qodiriyah An-Naqsabandiyah di Mlangi(Hasil wawancara dengan Bapak Nur Hadi, Ustadz Ponpes Assalafiyyah pada 27 mei 2011).

11. Membaca Maulud Syarful Anam

Biasanya pembacaan dilakukan saat seseorang ulang tahun atau hari kelahiran serta pasarannya. Tidak jarang acara ini juga dilakukan untuk syukuran, agar memperlancar rizqi.

12. Dalam bentuk kesenian : a. Barzanji / Rodadan

(55)

b. Sholawatan / Kojan.

Kesenian ini juga melantunkan solawat dengan diiringi musik tradisiomal rebana. Solawat yang dibaca pada kesenian ini adalah juga kitab maulud, hanya saja pada kesenian ini ada tarian para pemuda yang berbaris dua. Kojan secara rutin dilakukan pada malam hari setelah grebegan yaitu tanggal 12 Rabi‟ul Awal.

Pada Kojan peringatan tahun ini lebih meriah dari tahun yang lalu, semua yang hadir pada acara tersebut diberi minuman sprite satu botol yang berisi 1 literan. Acara ini juga ditambah merconan.

D. Ekonomi

Berdasarkan daftar isian potensi dusun, warga Mlangi berjumlah 3395 jiwa atau 606 kepala keluarga, terdiri dari 556 kepala keluarga laki-laki dan 50 kepala keluarga perempuan. Berdasarkan hitungan per kepala keluarga, sebagian besar penduduk Mlangi bekerja sebagai pedagang.

Tabel 4 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi mata pencaharian

Mata Pencaharian

Jumlah

N %

Pedagang 265 44

(56)

Pengusaha 62 10

Petani 23 4

PNS 30 5

Lainya 16 2

Jumlah 606 100

Sumber: Data diolah dari Monografi Desa 2010 dan wawancara dengan Dukuh setempat

Melihat tabel di atas dapat diketahui bahwa pedagang(265 orang, 44 %). Selebihnya bekerja sebagai buruh (210 orang, 35 %), pengusaha (62 orang, 10 %), dan pekerjaan lainnya, yakni petani, guru, pegawai negeri, pegawai swasta, tukang batu dan lain-lainnya (69 orang, 11 %).

(57)

E. Agama

Penduduk Desa Nogotirto yang memeluk Agama Islam adalah 7.869 laki-laki dan 7.984 perempuan, Kristen 140 laki-laki dan 130 perempuan, Katholik 90 laki-laki dan 50 perempuan, Hindu 3 laki-laki dan 1perempuan, Budha 1 laki-laki dan 1perempuan, Konghucu 2 laki-laki dan 2 perempuan. Jumlah tempat ibadah di desa ini ada 25 masjid, 28 mushola,dan satu greja. Lembaga Keagamaan yang tercatat dalam Monografi Desa adalah NU dan Muhammadiyah(Data diperoleh dari Buku Monografi Desa Nogotirto 2010).

Tabel 5 : Penduduk Desa Nogtirto dari segi agama

Agama L N% P N% Total N% Islam 7869 97,08 7984 97,74 15853 97,42 Kristen 140 1,73 130 1,59 270 1,65 Katholik 90 1,11 50 0,61 140 0,86 Hindu 3 0,04 1 0,01 4 0,03

Budha 1 0,01 1 0,01 2 0,01 Konghucu 2 0,02 2 0,02 4 0,03 Jumlah 8105 100,00 8168 100,00 16273 100,00

Sumber: Data diolah dari Monografi Desa 2010

(58)

Keagamaan NU dan Muhammadiyah. Warga Mlangi terbanyak yang berfaham Muhmmadiyah berdomisili di wilayah Ledok yang merupakan nama untuk area Mlangi Sawahan bagian barat dan area ini mempunyai tatanan sosial dan keunikan tersendiri di Desa Wisata Mlangi, selainya menyebar diseluruh Rukun Tetangga(wawancara dengan Bapak Mualif).

Lembaga Keagamaan NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi apabila dipetakan, maka akan diketahui bahwa masing-masing telah memiliki perangkat dakwah. Masjid yang menjadi pusat warga NU adalah Masjid Jami‟ Mlangi, sedangkan yang menjadi pusat warga Muhamadiyah adalah Masjid Ledok. Adapun sebagai tambahan tempat kegiatan syiar islam, di Mlangi juga ada 8 Mushola dan beberapa mushola yang menyatu dengan pesantren. Kedua lembaga tersebut juga telah memiliki lembaga pendidikan seperti yang telah disebutkan di bagian atas.

Tabel 6 : Perangkat Dakwah NU dan Muhammadiyah

Lembaga NU Muhammadiyah

Pesantren 15 1

SD/MI 3 1

SLTP 1 -

TK 1 1

TPA 7 -

Masjid 1 1

(59)

Sumber: Data diolah dari wawancara dengan Dukuh

Data pada tabel diatas menunjukan bahwa Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi tidak memiliki perangkat dakwah lembaga pendidikan TPA dan SLTP. Dalam hal TPA dan mengaji warga muhammadiyah mempercayakan kepada NU. Sedangkan dalam hal SLTP diperoleh sampel ada warga Muhammadiyah yang bersekolah di SMP Ma‟arif.

Meskipun kedua ormas memiliki lembaga sendiri akan tetapi pada kenyataanya pengunaan lembaga itu dapat saling tukar mengisi.

1. Muhammadiyah

Faham Islam ini mula-mula masuk ke Desa Wisata Mlangi dibawa oleh sorang santri Pesantren Termas bernama Muhammad Yusuf. Beliau biasa mengisi pengajian berpegang kitab kuning di Masjid kauman sekitar tahun 1983. Beliau termasuk generasi pertama Imam Masjid Ledok yang dibangun pada tahun 1984.

(60)

Level/tingkat Organisasi Muhammadiyah yang ada adalah Ranting Nogotirto. Jumlah warga Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6 : Warga NU dan Muhammadiyah

Dusun NU Muhammadiyah

Mlangi 1593 52

Sawahan 1138 612

Jumlah 2731 664 Prosentase 80,4 19,6

Sumber: Data diolah dari wawancara dengan Dukuh

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa warga Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi adalah 19,6 % dari jumlah penduduk Desa Wisata Mlangi 3395 jiwa.

2. Nahdlotul Ulama(NU)

(61)

Tokoh NU yang berkecimpung di Desa Wisata Mlangi secara otomatis adalah seluruh kyai yang mengasuh pesantren berafiliasi NU. Namun dalam keaktifan organisasi mereka tidak terikat dengan program organisasi. Ada tokoh yang aktif dan menjabat sebagai dewan Tanfizdiyah di PWNU DIY yaitu KH. Abdullah Hasan.

Tabel 7 : Ormas dan Tempat Ibadah

Dusun NU Muhammadiyah

warga Masjid wagra Masjid

Mlangi 1593 1 52 -

Sawahan 1138 - 612 1

Jumlah 2731 664

Prosentase 80,4 19,6

Sumber: Data diolah dari wawancara dengan Dukuh

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa warga Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi adalah 80,4 % dari jumlah penduduk Desa Wisata Mlangi 3395 jiwa. Penduduk yang berafiliasi NU di Desa Wisata Mlangi ini merupakan mayoritas. Hal ini yang sangat mendominasi budaya dan ritual keagamaan.

(62)

BAB III

INTERAKSI SOSIAL ANTAR KELOMPOK ISLAM

DI DESA WISATA MLANGI NOGOTIRTO

A. Bentuk-bentuk interaksi sosial warga NU dan Muhammadiyah

Bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antara warga NU dan Muhammadiyah sebagai berikut;

1. Agama

a. Sholat di Masjid Al-Awwab

Dalam bidang agama, Sholat di majid Masjid Al-Awwab bagi kedua warga NU dan Muhammadiyah dapat terintegrasi. Masjid Al-Awwab merupakan Masjid Muhammadiyah. Awalnya masjid ini bukan masjid khusus Muhammadiyah. Berhubung para tokoh yang berkecimpung berpaham muhammadiyah, masjid ini dipresepsi oleh sebagian besan warga NU sebagai masjid Muhammadiyah. Ada yang menyebutkan bahwa kemunculan tokoh-tokoh Muhammadiyah tersebut adalah berawal dari peristiwa pilihan kepala dusun. Pada saat itu yang kemungkinan besar dapat terpilih sebagai kepala dusun adalah orang Muhammadiyah. Jadi, ada sampel

(63)

orang ber-Muhammadiyah termotivasi karena mengejar jabatan tertentu.

Sejak mulai berdiri sekitar tahun 1987, masjid ini menjadi pusat dakwah Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi. Sebelum ada masjid ini, sentral Muhammadiyah diawal kemunculanya adalah di Masjid Ledok Fajrul Islam. Ummat Islam yang melakukan sholat di masjid ini bukan hanya warga muhammadiyah, tetapi justru warga NU lebih banyak. Hal ini karena muhammadiyah termasuk minoritas, sedangkan NU adalah mayoritas.

Warga laki-laki yang melakukan sholat di masjid ini mayoritas menggunakan sarung, baju(tidak kaos) dan berpeci/kopiyah. Hanya beberapa yang tidak menggunakan pakaian yang telah disebutkan. Setelah dilaksanakan sholat berjamaah banyak di antara jamaah yang memutar tasbih. Keadaan seperti ini dapat dikatakan ciri orang NU yang menjaga kostum sholat dengan ciri khas bersarung dan berpeci.

Imam yang memimpin jamaah adalah penganut Muhammadiyah. Meskipun sang imam berfaham Muhammadiyah saat melaksanakan sholat mahrib, „isya dan

(64)

sang Imam mengenakan sarung lebih tinggi di atas mata kaki, berbeda dengan mayoritas jamaah.

Perbedaan faham yang tampak, tidak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak melaksanakan sholat berjamaah di masjid tersebut. Berbagai alasan yang muncul mengapa mereka mau melaksanakan sholat berjamaah di Masjid Al-Awwab diantaranya adalah letak rumah yang berdekatan dengan masjid tersebut. Ada juga yang lebih memilih masjid dari pada mushola di dekatnya karena alasan keutamaan sholat di masjid. Sementara itu ada beberapa orang sampel yang letak/jarak rumahnya jauh akan tetapi merasa lebih nyaman sholat di masjid ini.

Disisi lain ada warga yang dekat dengan masjid ini tapi tidak pernah melakukan sholat di masjid ini. Ketika sholat jum‟at mereka melakukanya di Masjid Jami‟. Pada

kenyataanya warga tersebut berfaham NU.

Prosesi Jum’atan di Masjid Al-Awwab

Pelaksanaan sholat jum‟at di Masjid Al-Awwab sangat

terlihat berfaham Muhammadiyah. Prosesi sholat jum‟at

(65)

beredar melalui hadapan shof jamaah. Ketika sang Imam duduk pada saat pergantian khutbah muadzin tidak mengucapkan sholawat. Setelah sholat selesai, Imam dan jamaah tidak melaksanakan wiridan bersama dan tidak dengan suara keras.

Jamaah yang hadir adalah warga sekitar masjid. Jumlah jamaah sekitar 400 orang. Pakaian yang umumnya dipakai jamaah kebanyakan seperti sholat 5 waktu biasanya. Jamaah tersebut tidak hanya warga Muhammadiyah, tetapi justru banyak orang NU.

Prosesi Jum’atan di Masjid Jami’ Mlangi

Pelaksanaan sholat jum‟at di Masjid Jami‟Mlangi sangat

terlihat berfaham NU. Prosesi sholat jum‟at diawali dengan kumandangnya adzan dua kali. Imam berkhutbah dengan menggunakan tongkat di mimbar bertingkat tiga. Kotak amal tidak beredar melalui hadapan shof jamaah baik setelah Imam berkhutbah maupun tidak berkhutbah. Ketika sang Imam duduk pada saat pergantian khutbah muadzin mengucapkan sholawat seraya diiringi sholawat para jamaah dilanjutkan mengusap wajah setelah berdo‟a. Setelah sholat selesai, Imam dan jamaah

melaksanakan wiridan bersama dengan suara keras.

(66)

jamaah kebanyakan seperti sholat 5 waktu biasanya. Jamaah tersebut hamper seluruhnya orang NU, warga Muhammadiyah

melakukan jum‟atan di Masjid Al-Awwab dan Fajrul Islam.

Tabel 8 : Perbedaan Prosesi Jum‟atan

PROSESI MUH NU

adzan 1 kali 2 kali

Imam berkhutbah dengan menggunakan tongkat

- +

Kotak amal beredar melalui hadapan shof jamaah

+ -

Ketika sang Imam duduk pada saat pergantian khutbah muadzin

Ada pemukulan Bedug sebagai tanda sholat.

- +

(67)

Sumber: Data diolah dari observasi

Ada perbedaan jamaah wanita antara Masjid Jami' Mlangi dan Masjid Al-Awwab disetiap sholat lima waktu. Jumlah jamaah yang hadir di Masjid Al-Awwab hampir seimbang antara kaum lelaki dan wanita. Di Masjid Jami‟ tidak ada jamaah wanita yang berasal dari warga sekitar ketika sholat jamaah lima waktu, juga sholat jum‟at. Jika ada jamaah wanita bisa dipastikan musafir atau peziarah kubur.

b. Acara Mauludan di Masjid Al-Awwab

Sebelum ada Masjid Al-Awwab, seluruh penduduk Desa Wisata Mlangi melaksanakan tradisi Mauludan di masjid Jami' Mlangi. Mauludan yang dimaksud disini adalah tradisi membaca kitab yang bercerita seputar kelahiran nabi yang dinyanyikan dengan gaya jawa. Acara ini dilakukan pada setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Setiap kepala keluarga membuat sepuluh 'besek makanan'. Besek makanan adalah makanan nasi

(68)

Setelah dibangun masjid Al-Awwab, perayaan tradisi maulud ini terpisah menjadi dua. Penduduk Desa Wisata Mlangi bagian Utara merayakan di Masjid Jami' Mlangi. Sedangkan penduduk Desa Wisata Mlangi bagian selatan merayakannya di Masjid Al-Awwab. Beberapa penduduk yang berdomisili di tengah-tengah membuat 'besek makanan' untuk perayaan kedua-duanya.

Bapak Ahmad memberikan keterangan bahwa baik warga Muhammadiyah maupun NU sepakat untuk merayakan Acara Mauludan di Masjid Al-Awwab setelah beberapa tahun tidak merayakan(Wawancara dengan pak latip,25 Mei 2011).

Pada perayaan acara ini, warga Muhammadiyah maupun NU melaksanakan kegiatan bersama-sama. Acara ini menghilangkan sekat antara golongan masyarakat yang merayakanya.

2. Sosial Keagamaan

(69)

tentang latar belakang golongan termasuk ormas Muhammadiyah maupun NU. Kalaupun masih memikirkan golongan atau ormasnya, keadaan berkabung tetap lebih menonjol, sehingga antara warga Muhammadiyah dan NU nyaris tak terpisahkan.

Contoh nyata, pada tanggal 21 Maret 2011 Bapak Abdullah Wahab meninggal dunia. Beliau adalah seorang ustazd pesantren NU. Salah satu anaknya sekolah di SD Muhammadiyah Mlangi. Mulai dari orang yang membantu keluarga, berkunjung(layat) sampai acara pemberangkatan dan pemakaman jenazah, terjadi pembauran antara warga Muhammadiyah dan NU.

3. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan integrasi antara warga Muhammadiyah dan NU di Desa Wisata Mlangi terjadi pada;

a. Sekolah Dasar Muhammadiyah Mlangi.

(70)

Sekilas tentang H. Muhammad Yusuf (alm) adalah salah seorang pedagang batik terkaya di Mlangi di tahun 1960-an, Selain memiliki tempat tinggal di Desa Wisata Mlangi, ia juga memiliki tempat tinggal di Gerjen, dan Notoprajan. Di Desa Wisata Mlangi beliau juga dikenal sebagai salah seorang anggota takmir masjid patok negoro. Sampai kemudian waktu terjadi perselisihan yang puncaknya berakibat tersingkirnya beliau dari kepengurusan masjid patok negoro. Sebelum dirinya dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah, almarhum pun sebenarnya seorang pengurus Syuriah NU DIY, demikian juga dengan orang tuanya, H. Marhum, dikenal sebagai penganut NU tulen.

(71)

b. Pondok Pesantren Al-Qur‟an

Pondok Pesantren ini adalah pondok khusus santri puteri. Pondok in diasuh oleh Kyai Abdul Karim. Selain fokus terhadap Tahfizdul-Qur‟an, ponpes ini menjadi tempat ngaji bagi anak-anak kecil seusia TPA. Kyai Abdul Karim adalah putra Kyai Yusa‟ yang terkenal dengan

sebutan Khotib Kraton di di Desa Wisata Mlangi era tahun 1980-an. Sebelum Masjid Jami‟ diserakan kepada masyarakat oleh Kraton, Kyai Yusa‟ inilah petugas Khotib

yang berkhutbah pada Idul Fitri dan Idul Adha dengan memakai blangkon.

Interaksi antara warga Muhammadiyah dan NU di Desa Wisata Mlangi juga dapat terjadi di Pondok Pesantren

Al-Qur‟an ini. Contoh nyata, Bapak Bahaudin adalah seorang

Tokoh Muhammadiyah yang saat ini menjadi Wakil Pimpinan Daerah Sleman. Putri beliau mengaji di Pondok Pesantren Al-Qur‟an yang diasuh oleh Kyai Abdul Karim dimana beliau adalah tokoh NU.

c. SMP Ma‟arif Gamping

(72)

tahun 1981. Lokasi bangunan sekolah semula merupakan tanah kas desa yang diberikan kepada organisasi sosial NU pada tahun 1964 untuk kepentingan pendidikan. Meskipun sekolah ini bertempat di Pundung, akan tetapi SMP Ma‟arif Gamping ini didirikan oleh tokoh-tokoh Desa Wisata Mlangi dan disediakan untuk pendidikan warga mereka.

Integaksi antara warga Muhammadiyah dan NU di Desa Wisata Mlangi juga dapat terjadi di SMP Ma‟arif Gamping

ini. Contoh nyata, seorang siswa bernama adi adalah putra dari seorang yang berafiliasi Muhamadiyah.

4. Budaya

Dalam bidang budaya interaksi antara warga Muhammadiyah dan NU di Desa Wisata Mlangi terjadi pada acara Abdul Qodiran. Acara ini berisi pembacaan kitab Nurul Burhan berisi biografi ulama terkenal, Syekh „Abdul Qadir

Al-Jailany. Biasanya acara tersebut dilakukan untuk do‟a

(73)

Warga yang melaksanakan acara Abdul Qodiran ini tidak memandang Muhammadiyah atau NU, artinya kedua ormas tersebut menerima dan melaksanakanya. Pembacaan kitab seperti dalam acara ini, dilakukan dengan lebih meriah pada saat sewelasan yaitu tanggal 11 Robiul Akhir tiap tahun oleh kumpulan jamaah Tarikat Qodiriyah An-Naqsabandiyah di Desa Wisata Mlangi.

Interaksi antara warga Muhammadiyah dan NU di Desa Wisata Mlangi yang ternyata terjadi pada acara Abdul Qodiran ini merupakan budaya yang kental dan turun temurun. Contoh nyata, pada tangagal 20 Juli 2011 di Pondok Pesantren Assalafiyyah dilakukan acara Abdul Qodiran. Acara ini bertujuan berdo‟a agar pelaksanaan Tasyakuran dan Wisuda

Tahfidzul Qur‟an pada keesokan harinya dapat berjalan lancar.

Warga yang diundang dan yang hadir pada acara ini terdapat banyak warga muhammadiyah meskipun acara ini adalah tradisi NU.

5. Ekonomi

(74)

Haji Mahrus warga Muhammadiyah telah dapat berjalan lama lebih empat tahun. Tujuan pasar kain ini adalah daerah Tuban Jawa Timur.

Gus Zar‟an adalah Putra Kyai Suja‟i(Mursyid Tariqoh

Qodiriyah An-Naqsabandiyah di Mlangi). Sedangkan H. Mahrus adalah Warga muhammadiyah, beliau aslinya kampong Ledok(wawancara dengan karyawan pemotong kain mori, Syahir pada 10 mei 2011).

Bisnis yang dilakukan bersama antara warga NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi berjalan lancar. Sebagian bersar warga pengusaha di Desa Wisata Mlangi melakukan bisnis kerja sama seperti ini. Mereka tidak mempermasalahkan perbedaan ormas.

B. Sebab-sebab interaksi sosial warga NU dan Muhammadiyah

Setelah melakukan pengamatan, mengadakan wawancara dan pencarian data pendukung, penulis mendapatkan temuan beberapa sebab terjadinya interaksi social yang terjadi antara warga NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Malngi sebagai berikut;

1. Sebab interaksi dalam bidang agama

(75)

Interaksi yang terjadi dalam bidang agama meliputi pelaksanaan ibadah sholat dan peringatan hari besar Islam disebabkan karena Kedekatan warga NU dan Muhammadiyah secara geografis. Selain itu letak tempat ibadah dalam hal ini Masjid juga termasuk faktor yang menjadi peluang pembauran warga NU dan Muhammadiyah di Desa Wisata Mlangi.

b) Hubungan kekerabatan antar warga

Desa Wisata Mlangi merupakan desa yang berpenduduk keturunan keraton yogyakarta. zaman dulu warga Desa Wisata Mlangi enggan menikah atau menikahkan dengan warga luar desa ini. Hal ini dilakukan untuk menjalin kekerabatan . Adanya kekerabatan antar warga inilah yang dapat memacu sebagai faktor interaksi.

2. Sebab interaksi dalam bidang sosial keagamaan a) Human Interest

(76)

memikirkan tentang latar belakang golongan termasuk ormas Muhammadiyah maupun NU.

b) Kegiatan tidak mengangkat masalah khilafiyah

Interaksi yang terjadi dalam bidang sosial keagamaan dapat juga disebabkan karena faktor pengabaian terhadap masalah khilafiyah. Pada kasus sripah kematian, meskipun pada pelaksanaanya banyak mengunakan symbol-simbol tradisi yang menengarai tradisi NU, namun hal ini tidak menjadikan disintegrasi antar warga.

3. Sebab interaksi dalam bidang pendidikan a) Kekerabatan antar warga

Seperti kasus dalam bidang agama Desa Wisata Mlangi merupakan desa yang berpenduduk keturunan keraton yogyakarta. zaman dulu warga Desa Wisata Mlangi enggan menikah atau menikahkan dengan warga luar desa ini. Hal ini dilakukan untuk menjalin kekerabatan. Adanya kekerabatan antar warga inilah yang dapat memacu sebagai faktor interaksi.

b) Faktor Ekonomi

Gambar

Tabel 1 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi sekse
Tabel 2 : Lembaga Pendidikan Desa Wisata Mlagi
Tabel 3 : Pondok Pesantren di Desa Wisata Mlagi
Tabel 4 : Penduduk Desa Wisata Mlagi dari segi mata pencaharian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber, tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al- qur’an dan

Sistem pengukuran kinerja BSC yang menggunakan beragam ukuran baik keuangan maupun non keuangan menunjukkan adanya target dan sasaran khusus yang lebih jelas untuk dicapai

Tidak dipungkiri bahwa penggunaan printer dalam suatu pekerjaan tidak selalu efektif. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan printer dalam sebuah perusahaan, seperti

Bab III Metode Penelitian, bab ini menguraikan metodologi penelitian yang dilakukan peneliti sebagai tahapan serta langkah-langkah untuk mencari dan mengumpulkan

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

Dehidrasi yang dilakukan yaitu dengan cara adsorbsi menggunakan molecular sieve 3A, silica gel, dan kombinasi dari molecular sieve 3A + silica gel. Dari percobaan adsorbsi dari