i |
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
ii |
KATA PENGANTARPenyusunan Laporan Akuntabilitas Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
Tahun 2016 disusun sebagai tindak lanjut dari TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme serta INPRES Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah dan memperhatikan Permenpan & RB No 53/2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan tersebut mewajibkan instansi
pemerintah mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi dalam bentuk
Laporan Akuntabiilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP).
Sistematika laporan ini disusun sesuai Petunjuk Pelaksanaan Pelaksanaan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan Nomor:
2416/MENKES/PER/XII/2011 berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan RI, yang dijabarkan dalam Rencana Program
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer dan dirangkum menjadi Laporan
Akuntabiilitas Kinerja Instansi Pemerintah Eselon II.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini sebagai salah satu cara
untuk evaluasi yang obyektif, efisien, dan efektif terhadap kinerja Direktorat di
lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, untuk mewujudkan
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
iii |
DAFTAR ISIHalaman
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Ringkasan Eksekutif ... iv
Bab I : Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Maksud dan Tujuan ... 1
C. Tujuan Pokok dan Fungsi ... 1
D. Dasar Hukum ... 2
E. Sistematika ... 3
Bab II : Perencanaan dan Perjanjian Kinerja... 4
A. Rencana Kinerja Tahunan... 4
B.Perjanjian Kinerja... 6
Bab III. Akuntabilitas Kinerja ... 7
A. Capaian Kinerja Organisasi ... 7
B. Realisasi Anggaran 2016 ... 7
B.1. Indikator Renstra... 8
B.2.Indikator Tupoksi... 41
Bab. IV. Penutup ... 79
iv |
RINGKASAN EKSEKUTIFDalam rangka mendukung terwujudnya aparat pemerintah yang profesional,
bersih, dan berwibawa, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer menyusun Laporan
Akuntabilitas Kinerja sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dalam mencapai misi dan tujuan organisasi ”good governance”.
Maksud dan tujuan laporan akuntabilitas ini untuk memberikan gambaran
umum tentang pencapaian pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer tahun 2016 dalam program Pembinaan Pelayanan Kesehatan
Primer.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer tahun
2016 berisi hasil pengukuran kinerja kegiatan di lingkungan Direktorat Pelayanan
1 |
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka
upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result oriented government. SAKIP merupakan sebuah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja
(Performance-base Management) untuk penyediaan informasi kinerja guna pengelolaan kinerja. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang
lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud
pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, maka perlu disusun laporan
akuntabilitas pada setiap akhir tahun. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
merupakan organisasi yang berada di bawah Struktur Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer tahun 2016
merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis yang memuat keberhasilan
maupun kegagalan pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2016 yang harus
dipertanggungjawabkan oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Primer kepada Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan primer sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas
tersebut Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer meliputi
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat
kesehatan masyarakat di semua wilayah termasuk daerah terpencil, perbatasan,
2 |
b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer meliputi
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat
kesehatan masyarakat di semua wilayah termasuk daerah terpencil, perbatasan,
dan kepulauan, serta kesehatan primer pada klinik dan praktik perorangan;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan
kesehatan primer meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan pada pusat kesehatan masyarakat di semua wilayah termasuk daerah
terpencil, perbatasan, dan kepulauan, serta kesehatan primer pada klinik dan
praktik perorangan;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan
kesehatan primer meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan pada pusat kesehatan masyarakat di semua wilayah termasuk daerah
terpencil, perbatasan, dan kepulauan, serta kesehatan primer pada klinik dan
praktik perorangan;
e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan primer
meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada
pusat kesehatan masyarakat di semua wilayah
f. termasuk daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, serta kesehatan primer
pada klinik dan praktik perorangan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Adapun susunan organisasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer terdiri dari:
a. Subdirektorat Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. Subdirektorat Klinik;
c. Subdirektorat Praktik Perorangan;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
D. DASAR HUKUM
1. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. UU No. 28 Th 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Inpres No. 7 Th 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
3 |
5. Permenpan & RB No, 12/2015 tentang Pedoman Evaluasi Atas Implentasi SAKIP;
6. Permenkes RI No. 2416/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan;
7. Kepmenkes No HK.02.02/Menkes/52/2015 tanggal 6 Februari 2015 tentang
Renstra Kemenkes 2015-2019.
E. SISTEMATIKA
Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
tahun 2016 ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer selama Tahun 2016. Pencapaian kinerja tersebut dibandingkan dengan
rencana kinerja (penetapan kinerja) juga dengan kinerja tahun sebelumnya sebagai
tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap
rencana kinerja memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja bagi
perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Dengan kerangka fikir seperti itu,
sistimatika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer sebagai berikut :
Bab I (Pendahuluan), menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer, serta sistimatika penyajian laporan.
Bab II (Perencanaan dan Perjanjian Kinerja), menjelaskan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran kegiatan Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer serta
kebijakan dan program beserta anggaran yang direncanakan tahun 2016.
Bab III (Akuntabilitas Kinerja), menjelaskan tentang pengukuran kinerja, capaian kinerja tahun 2016, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran serta
sumberdaya manusia yang digunakan dalam rangka pencapaian kinerja Direktorat
Pelayanan Kesehatan Primer selama Tahun 2016.
4 |
BAB IIPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator
kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran
strategis. Dalam rencana kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer tahun 2016, telah
disusun draft Indikator Kinerja Utama dan target masing-masing indikator untuk mencapai
sasaran strategis.
Secara singkat dapat digambarkan sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan
yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 – 2019 sebagai berikut :
A. RENCANA KERJA TAHUNAN
Perencanaan kinerja di bawah ini merupakan dasar bagi Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer untuk melaksanakan program dan kegiatan sebagai suatu kinerja
aktual. Perencanaan kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 Matriks Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
NO KEGIATAN INDIKATOR
TARGET
Terpencil dan Sangat
Terpencil
107 118 128 139 150
2. Jumlah Puskesmas Non
Rawat Inap dan
Puskesmas Rawat Inap
yang memberikan
pelayanan sesuai standar
700 1400 2800 5600 6000
3. Jumlah Puskesmas yang
telah bekerjasama melalui
Dinkes dengan UTD dan
RS
5 |
Selain indikator kinerja diatas, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer juga memiliki
indikator kinerja yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi nya. Indikator-indikator
tersebut seperti yang tertulis dibawah ini :
NO KEGIATAN INDIKATOR
TARGET
1. Jumlah kabupaten/kota
yang mendapat
pembinaan tentang klinik
0 20 65 175 345
2. Jumlah Praktik
Perorangan dokter dan
atau dokter gigi yang
4. Jumlah provinsi yang mendapat pembinaan pelayanan kesehatan
0 0 9 22 34
5. Jumlah provinsi yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai prioritas
0 33 33 33 33
6. Jumlah laporan yankes primer yang terintegrasi
0 2 2 2 2
7. Jumlah regulasi baru/revisi yang dihasilkan
0 5 5 5 5
6 |
B. PERJANJIAN KINERJAIndikator – indikator, target, dan pagu anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
Tahun 2016 yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
Tabel 2 Matriks Penetapan Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Jumlah Kab/Kota yang melakukan Pelayanan
Kesehatan Bergerak di daerah Terpencil dan Sangat
Terpencil
118
2 Jumlah Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas
Rawat Inap yang memberikan pelayanan sesuai
standar
1400
3 Jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui
Dinkes dengan UTD dan RS
7 |
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Capaian kinerja organisasi adalah kegiatan manajemen khususnya
membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target
dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan
oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer dalam kurun waktu Januari – Desember
2016.
Tahun 2016 merupakan tahun kedua dari pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019. Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan
adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian
(target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan
pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut
diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti
dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap
program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator,
pengukuran kinerja ini juga dimaksudkan untuk mengetahui capaian kinerja Direktorat
Pelayanan Kesehatan Primer pada masa awal Renstra 2015-2019.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada
pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
B. REALISASI ANGGARAN 2016
Dilihat dari capaian masing-masing indikator, untuk tahun 2016 Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab unit
organisasi.
Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
I. Indikator Rencana Kerja Pemerintah (Renstra)
8 |
Jumlah Kab/Kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak didaerah Terpencil dan Sangat Terpencil B.1. INDIKATOR RENCANA KERJA PEMERINTAH (RENSTRA)
SASARAN STRATEGIS :
Meningkatnya akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam hal mendukung sasaran tersebut, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
memiliki indikator kinerja yang masuk dalam Renstra Kementerian Kesehatan dan
Indikator Kinerja yang merupakan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer.
Indikator yang masuk ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan sebagai berikut :
1. INDIKATOR PERTAMA
Definisi Operasional :
Kabupaten/kota yang memiliki daerah Terpencil dan Sangat Terpencil yang
melakukan atau mendapatkan PKB oleh Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak
baik oleh Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak Provinsi, Tim Pelayanan
Kesehatan Bergerak Kabupaten maupun Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak
Puskesmas.
Target :
Sesuai Renstra Kementerian Kesehatan 2015 – 2019, target indikator Jumlah
kab/kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) di daerah
9 |
Tabel 3: Target Indikator Jumlah kab/kota yang melakukan Pelayanan
Kesehatan Bergerak (PKB) di daerah terpencil dan sangat terpencil.
P
Pencapaian indikator tahun 2016 :
Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka realisasi tahun
2016 mencapai 127 kab/kota di 18 Provinsi dari 118 kab/kota yang ditergetkan
(107,62%). Data capaian diperoleh dari kumulatif tahun sebelumnya. Apabila
capaian tersebut dibandingkan dengan target akhir tahun Rencana Strategis
(150 kab/kota), maka masih diperlukan upaya percepatan pencapaian indikator
tersebut. Pencapaian tahun 2016 bila dibandingkan dengan tahun 2015
meningkat 91.34%. Sedangkan pencapaian tahun 2016 ini apabila dibandingkan
dengan target tahun 2019 baru mencapai 84,67%, masih perlu upaya yang
keras untuk mencapai target tahun 2019 tersebut.
Capaian kab/kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak tahun 2016
ditampilkan pada grafik berikut :
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T T T
Jumlah kab/kota yang
melakukan Pelayanan
Kesehatan Bergerak
(PKB) di daerah terpencil
dan sangat terpencil
10 |
Rencana Tindak Lanjut:1. Dinas Kesehatan Provinsi berkoordinasi dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota dalam membentuk tim (dalam bentuk SK Tim Kabupaten)
dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
bergerak
2. Mendorong dinkes provinsi untuk segera membuat jadwal pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan bergerak tahun 2017
3. Dinkes provinsi berkoordinasi dengan dinkes kab/kota untuk
merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan bergerak tahun 2018
4. Karena keterbatasan dana pusat (APBN), diharapkan daerah menyiapkan
dana dari APBD untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan
bergerak tahun 2017 dan 2018.
5. Menyusun instrumen monitoring & Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Bergerak (PKB),
Keuangan :
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah kab/kota
yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) di daerah terpencil dan
sangat terpencil adalah sebesar Rp. 1.912.405.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.297.100.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.1.615.305.000,- dengan realisasi Rp. 1.382.861.916,- atau 85,61%.
Adapun kegiatan yang mendukung kegiatan pencapaian indikator Jumlah
Jumlah kab/kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) di
daerah terpencil dan sangat terpencil adalah sebagai berikut :
1). Dukungan Pada Program Prioritas Nasional (PKB)
Sasaran Kegiatan:
Lintas sektor (Setditjen Tata Ruang Kemen Agraria dan Tata Ruang),,
Pakar (dr. Sri Hastuti Nainggolan, MPH. Lintas Program (Dit. Kesga, Dit.
Promkes, Dit. Survelans dan Karantina Kesehatan, Dit. Fasyankes, Dit.
Rujukan, Dit. PKP. Ada 19 (sembilan belas) provinsi yang mendapatkan
dana dekonsentrasi tahun 2016 (Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Bengkulu,
Babel, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Kaltara, Sulut, Sulsel, Sultra, Sulbar,
11 |
Output:
1. Usulan kegiatan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) tahun 2016
dari provinsi.
2. Usulan kegiatan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) tahun 2017
dari provinsi.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan anggaran di gabung dengan kegiatan
Dukungan Pada Program Prioritas Nasional (NS)
2). Dukungan Pada Program Prioritas Nasional (NS)
Sasaran Kegiatan:
Lintas sektor (Setditjen Tata Ruang Kemen Agraria dan Tata Ruang),
Pakar (dr. Sri Hastuti Nainggolan, MPH. Lintas Program), Dit. Surveilans
dan Karantina Kesehatan, Dit. Fasyankes, Dit. Rujukan, Dit. PKP Peserta
LP dan Lintas Sektor, Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi, Dit.
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit.
P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit. P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat
Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat P2JK, Pusat Penelitian &
Pengembangan SD & Yankes, Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro
Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan, Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit.
Kesehatan Tradisional, PI Setditjen Kesehatan Masyarakat, Peserta
daerah : Dinkes Provinsi (Kabid Yankes) yang mengusulkan tenaga
kesehatan lewat program nusantara sehat tahun 2016.
12 |
Output:1. MoU antara Kementerian Kesehatan RI dengan Pemerintah Daerah
tentang penempatan nusantara sehat based 3.
2. Sosialisasi Kebijakan Yankes Primer.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan anggaran termasuk untuk kegiatan
Dukungan Pada Program Prioritas Nasional (PKB) sebesar Rp.
669.140.000,- dengan realisasi Rp. 543.434,339,- atau 81,21% dari
anggarannya. Kegiatan dukungan program prioritas nasional (PKB,NS)
realisasinya tidak maksimal dikarenakan transport yang digunakan oleh
peserta dibawah SBM.
3). Sosialisasi Program Prioritas Nasional (NS)
Sasaran Kegiatan:
Peserta LP dan Lintas Sektor (Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan
Gizi, Dit. Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL,
Dit. Surveilans & Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular,
Dit. P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian,
Pusat P2JK, Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes,
Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan,
Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, PI Setditjen
Kesehatan Masyarakat), Peserta daerah : Dinkes Provinsi (Kabid Yankes)
yang mengusulkan tenaga kesehatan lewat program nusantara sehat
tahun 2016.
13 |
Output:1. MoU antara Kementerian Kesehatan RI dengan Pemerintah Daerah
tentang penempatan nusantara sehat based 4 dan 5 Tahun 2016
2. Sosialisasi Kebijakan Yankes Primer
3. Evaluasi Tim NS Based 1 dan 2
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.816.445.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.227.400.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.
589.045.000,- dengan realisasi Rp. 482.559.497,- atau 81,92%. Hal ini di
karenakan transportasi peserta daerah lebih kecil dari SBM dan adanya
peserta daerah yang tidak hadir, sehingga penyerapan kurang maksimal.
Pertanggungjawaban kegiatan ini melalui sistem LS sehingga sisa dana
yang sudah di LS kan tidak bisa digunakan kembali dan dianggap sudah
terealisasi.
4). Pendampingan Kegiatan LP/LS dalam rangka peningkatan yankes primer di
Puskesmas.
Sasaran Kegiatan:
Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas.
Output:
1. Pendampingan Pra Rakerkesda di Provinsi Aceh
2. Pendampingan Dirjen dalam rangka PIN 2016 di Aceh
3. Kunker Presiden ke Serge
4. Kunker Menkes di Mentawai
5. Pelaksnaaan Investigasi terpadu KLB DBD di Kab. Banyumas
14 |
6. Prarakeskesda ke DIY
7. Kunker Presiden ke Puskesmas Ciracas
8. Kunker Ibu Negara ke Provinsi Aceh, Sumut, Riau, Lampung, NTB,
Padang, DIY tentang Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
9. Kunker DPR ke NTB dan DIY
10. Pendampingan Keluarga Sehat ke Sumsel, Sumut, Jateng
11. Kunker Menkes ke Belu, Malaka, Rote Ndao
12. Pendampingan Mudik lebaran di DIY
13. Pendampingan Rakerkesda di Bengkulu
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.426.820.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.69.700.000,-
sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.357.120.000,-
15 |
Jumlah Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Inap yangmemberikan pelayanan sesuai standar 2. INDIKATOR KEDUA
Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang
menjadi indikator kedua adalah:
pelayanan sesuai standar pada tahun 2015 adalah sebanyak 700 Puskesmas.
Indikator ini merupakan salah satu indikator yang dipantau pada Rencana Aksi
Janji Presiden Tahun 2015.
Tabel 4 Target Indikator Jumlah Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas
Rawat Inap yang memberikan pelayanan sesuai standar
Pencapaian Indikator tahun 2016 :
Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka realisasi tahun
2016 mencapai 2.692 Puskesmas di 32 Provinsi dari 1.400 Puskesmas yang
ditargetkan (192%). Data capaian diperoleh dari hasil monitoring evaluasi,
laporan Provinsi/Kabupaten/Kota, pengisian instrumen pemantauan Puskesmas
yang memberikan pelayanan sesuai standar oleh Puskesmas (self assesment), dan data Puskesmas yang sudah terakreditasi dari Komisi Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama per November 2016. Apabila capaian tersebut
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T T T
Jumlah Puskesmas Non
Rawat Inap dan
Puskesmas Rawat Inap
yang memberikan
pelayanan sesuai standar
16 |
dibandingkan dengan target akhir tahun Rencana Strategis (6.000 Puskesmas),
maka masih diperlukan upaya percepatan pencapaian indikator tersebut..
Pencapaian tahun 2016 bila dibandingkan dengan tahun 2015 meningkat
317,45%. Sedangkan pencapaian tahun 2016 ini apabila dibandingkan dengan
target tahun 2019 baru mencapai 44,87%, masih perlu upaya yang keras untuk
mencapai target tahun 2019 tersebut.
Capaian Jumlah Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Inap yang
memberikan pelayanan sesuai standar tahun 2016 ditampilkan pada grafik
berikut :
Rencana Tindak Lanjut :
1. Umpan balik ke dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota terhadap hasil
pemantauan Puskesmas yang memberikan pelayanan sesuai standar.
2. Mendorong dinkes provinsi dan dinkes kab/kota untuk menyusun
perencanaan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus sesuai dengan kebutuhan
sehingga secara bertahap seluruh Puskesmas di wilayah kerja dinkes
memenuhi standar.
3. Monitoring evaluasi berkelanjutan terhadap hasil pemantauan Puskesmas
yang memberikan pelayanan sesuai standar.
4. Berkoordinasi dengan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk
sinkronisasi data Puskesmas.
5. Menyusun Buku Panduan Instrumen Pemantauan Puskesmas yang
17 |
Keuangan :Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah
Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Inap yang memberikan
pelayanan sesuai standar adalah sebesar Rp. 5.616.616.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.1.684.021.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.3.932.595.000,- dengan realisasi Rp.3.642.605.272,- atau 92,63%.
Adapun kegiatan yang mendukung kegiatan pencapaian indikator Jumlah
Puskesmas Non Rawat Inap dan Puskesmas Rawat Inap yang memberikan
pelayanan sesuai standa adalah sebagai berikut :
1). Pertemuan Koordinasi LP/LS Yankes Puskesmas
Sasaran Kegiatan:
Progran Lintas Program dan Lintas Sektor : Kemendagri, Konsultan: dr. Sri
Hastuti Naonggolan, MPH, Popy Yuniar, SKM, MSc, dr. Octarina, dr. Solah
Imari, MSc. DR. Dr. Trihono, MSc., drg. Tini Suryanti Suhandi, MKes. dr.
Bambang Hartono, MPH.Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi, Dit.
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit.
Surveilans & Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit.
P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat
P2JK, Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes, Pusdatin,
Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan,
Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, PI Setditjen
Kesehatan Masyarakat.
Output:
1. Diperoleh rekomendasi, komitmen LP/LS serta masukan teknis dari
para pakar di bidang Yankes primer dalam mewujudkan tercapainya
indikator Puskesmas yang memberikan pelayanan sesuai standar
serta program prioritas lainnya di pelayanan kesehatan primer
2. Dukungan terhadap Pembiayaan Tim Nusantara Sehat
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.522.050.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.217.312.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.
18 |
2). Dukungan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Sasaran Kegiatan:
Progran Lintas Program/Lintas Sektor : Kemendagri, Konsultan: dr. Sri
Hastuti Naonggolan, MPH, Popy Yuniar, SKM, MSc, dr. Octarina, dr. Solah
Imari, MSc. DR. Dr. Trihono, MSc., drg. Tini Suryanti Suhandi, MKes. dr.
Bambang Hartono, MPH.Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi, Dit.
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit.
Surveilans & Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit.
P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat
P2JK, Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes, Pusdatin,
Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan,
Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, Dit. PKP, Subbag TU
Dit. PKP dan Semua subdit di lingkungan dit. PKP. PI Setditjen Kesehatan
Masyarakat, Daerah: Dinkes Prov. Sumut dan kabupaten yang masuk
lokus keluarga sehat (Tapsel, Labuhan batu, Asahan, Deliserdang,
Langkat, Nias Selatan, Serge, Batu Baru, Labuhan Batu Utara), Prov.
Sumsel dan Kab. OKU, OKI, Muara Enim, Lahat, Prov. Lampung dan
Kabupaten: Lampung Barat, Lampung Selatan, Lampung Tengah,
Lampung Utara, Tulang Bawang dan Kota Bandar Lampung, Dinkes
Provinsi DKI Jakarta dan Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat,
Dinkes Provinsi Banten dan Kabupaten : Pandegelang, Lebak,
Tanggerang, Serang, Dinkes Prov. Jabar dan kabupaten: Bogor,
Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Cirebon, Majalengka,
Indramayu, Karawang, Dinkes Provinsi Jateng dan Dinkes kabupaten :
Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Grobogan, Pati, Kendal, Batang,
Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Kota Semarang, Dinkes Provinsi
19 |
Jawa Timur, dan Dinkes Kabupaten: Kediri, Malang, Jember, Pasuruan,
Sidoardjo, Jombang, Nganjuk, Tuban, dan Kota Surabaya, Dinkes Prov.
Sulsel dan Dinkes Kabupaten: Bulukumba, Jeneponto, Gowa, Wajo, Luwu,
Toraja Utara.
Output:
1. Terlaksananya kegiatan Program Keluarga Sehat pada daerah
prioritas pertama di 9 provinsi, 64 kabupaten di 470 puskesmas.
2. Diperolehnya gambaran permasalahan kesehatan di setiap daerah
prioritas tahap pertama
3. Cetakan Profil Keluarga Sehat
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.807.250.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.335.261.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.471.989.000,- dengan realisasi Rp. 466.952.416,- atau 98,93%.
3). Workshop Penguatan Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Berbasis
SP2TP Update Tingkat Regional (2 Regional)
Sasaran Kegiatan:
Progran Lintas Program/Lintas Sektor : Kemendagri, Konsultan: dr. Sri
Hastuti Naonggolan, MPH, Popy Yuniar, SKM, MSc, dr. Octarina, dr. Solah
Imari, MSc. Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi, Dit. Promkes
dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit. Surveilans &
Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit. P2M Kes
Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat P2JK,
20 |
Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes, Pusdatin, Pusdiknakes,
PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan, Dit. Mutu dan
Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, Dit. PKP, Subbag TU Dit. PKP dan
Semua subdit di lingkungan dit. PKP. PI Setditjen Kesehatan Masyarakat,
Daerah di 34 Provinsi (Yankes dan Perencanaan) dari masing-masing
provinsi.
Output:
1. Tersosialisasinya Sistem Informasi Puskesmas
2. Pemahaman dalam pencatatan dan pelaporan Sistem Informasi
Puskesmas (SIP)
3. Pemahaman dalam pengelolaan dan pemanfaatan data sistem
Informasi Puskesmas
4. Kesepakatan dan rencana tindak lanjut dalam mereplikasi kegiatan
workshop di daerah masing-masing
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.669.313.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.46.037.000,-
sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.623.276.000,-
dengan realisasi Rp. 528.417.900,- atau 84,78%.
21 |
4). Workshop Penguatan Pembinaan Puskesmas Oleh Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/Kota
Sasaran Kegiatan:
Lintas Program Kemkes, Lintas Sektor Terkait, Dinkes Provinsi dan
Kab/Kota terpilih, Organisasi Profesi, Akademisi, Asosiasi Dinas
Kesehatan, Expert. Kemendagri, Asosiasi Dinas Kesehatan, Konsultan: dr.
Sri Hastuti Naonggolan, MPH, Popy Yuniar, SKM, MSc, dr. Octarina, dr.
Solah Imari, MSc. Akademisi: Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Kesehatan Gizi,
Dit. Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat, Dit. Kesling, Dit. P2PL, Dit.
Surveilans & Karantina Kesehatan, Dit. P2PTZ, Dit. P2 Tidak Menular, Dit.
P2M Kes Jiwa dan Napza, Dit. Obat Publik, Dit. Yan Kefarmasian, Pusat
P2JK, Pusat Penelitian & Pengembangan SD & Yankes, Pusdatin,
Pusdiknakes, PPSDM Kesehatan, Biro Ropeg, Dit. Jangmed, Dit. Rujukan,
Dit. Mutu dan Akreditasi, Dit. Kesehatan Tradisional, Dit. PKP, Subbag TU
Dit. PKP dan Semua subdit di lingkungan dit. PKP. PI Setditjen Kesehatan
Masyarakat, Daerah di 34 Provinsi (Yankes dan Perencanaan) dari
masing-masing provinsi.
Output:
Output yang diperoleh dari kegiatan Workshop Penguatan Pembinaan
Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB) di dinas kesehatan dalam melakukan pembinaan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.
2. Memperkuat peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam membina
kabupaten/kota, sehingga pada gilirannya Dinkes Kabupaten/Kota
dapat melakukan pembinaan ke Puskesmas, sesuai tingkatan
kewenangan masing-masing.
Keuangan :
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.1.073.650.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.4.926.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.1.068.724.000,- dengan realisasi Rp. 938.570.872,- atau 87,82%. Hal
ini dikarenakan transport dari peserta daerah dibawah SBM dan ada
22 |
5). Pedoman Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Sasaran Cetakan:
Semua Lintas Program, Lintas Sektor terkait, dinas kesehatan provinsi,
dinas kesehatan kabupaten dan Puskesmas.
Output:
1. Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
2. Permenkes 90 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan Terpencil dan
Sangat Terpencil.
3. Buku 124 Puskesmas Prioritas Nasional Di Daerah Perbatasan Tahun
2015-2019
4. Profil Keluarga Sehat
5. Buku Panduan Instrumen Pemantauan Puskesmas Yang Memberikan
Pelayanan Sesuai Standard
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.357.850.000,- dengan realisasi Rp.342.605.000,- atau
95,74%.
23 |
7). Rapat Koordinasi Pusat Daerah (Rakontek) Yankes Primer
Rapat Koordinasi Pusat Daerah (Rakontek) Yankes Primer hanya di
gunakan untuk transport lokal saja, karena kegiatan yang lain di efisiensi.
Keuangan :
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.995.535.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.995.085.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.450.000,- dengan realisasi Rp.360.000,- atau 80% dari anggarannya.
8). Penyelenggaraan Penilaian FKTP Berprestasi dalam Rangka Hari Kesehatan
Nasional
Sasaran Kegiatan:
- Puskesmas perkotaan
- Puskesmas pedesaan
- Puskesmas terpencil/sangat terpencil
- Klinik Pratama
Output:
Terpilihnya Puskesmas berprestasi tingkat nasional tahun 2016, 9
pemenang yang terdiri dari 3 Puskesmas untuk kategori perkotaan, 3
Puskesmas untuk kategori pedesaan, 3 Puskesmas untuk kategori
terpencil/sangat terpencil dan 3 pemenang klinik pertama.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.1.190.968.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.85.400.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.1.105.568.000,- dengan realisasi Rp. 1.069.391.064,- atau 96,73%.
Seleksi kelengkapan administrasi
Seleksi kelengkapan administrasi Puskesmas kategori perkotaan
24 |
25 |
Penganugerahan FKTP Berprestasi Tahun 2016Pemenang FKTP Berprestasi Kategori Puskesmas Pedesaan
Pemenang FKTP Berprestasi Kategori Puskesmas Perkotaan
Pemenang FKTP Berprestasi Kategori Puskesmas Terpencil / Sangat Terpencil
Pemenang FKTP Berprestasi Kategori Klinik Pratama
26 |
Jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes denganUTD dan RS 3. INDIKATOR KETIGA
Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang
menjadi indikator ketiga adalah:
Definisi Operasional :
Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinas Kesehatan dengan Unit
Transfusi Darah dan Rumah Sakit sesuai dengan Permenkes RI Nomor 92
Tahun 2015 dalam rangka rekrutmen dan seleksi donor guna persiapan
penyediaan darah bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas.
Target :
Sesuai renstra Kementerian Kesehatan 2015 – 2019, target indikator Jumlah
Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan UTD dan RS tahun
2016 adalah 1600 Puskesmas
Tabel 5 Target Indikator Jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui
Dinkes dengan UTD dan RS
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T T T
Jumlah Puskesmas
yang telah bekerjasama
melalui Dinkes dengan
UTD dan RS
200 212 1600 1668 3000 4400 5600
Pencapaian indikator tahun 2016 :
Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka realisasi tahun
2016 mencapai 1668 Puskesmas di 79 kabupaten/kota di 10 Provinsi dari 1600
Puskesmas yang ditargetkan (104,25%). Data capaian diperoleh dari Dinas
Kesehatan provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dan Unit Transfusi Darah.
Apabila capaian tersebut dibandigkan dengan target akhir tahun rencana
strategis (5600 Puskesmas), maka masih diperlukan upaya percepatan
pencapaian indikator tersebut. Pencapaian tahun 2016 dibandingkan dengan
tahun 2015 meningkat 786,79%. Sedangkan pencapaian tahun 2016 ini
27 |
Capaian Jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan
UTD dan RS tahun 2016 ditampilkan pada grafik berikut :
Permasalahan:
Target jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama telah tercapai, namun
pelaksanaan program di Puskesmas tersebut belum semuanya dapat berjalan
optimal karena petugas belum terlatih akibat adanya efisiensi anggaran untuk
Pelatihan Pengelolaan Program Kerja Sama antara Puskesmas, UTD dan RS
dalam Pelayanan Darah untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu.
Rencana Tindak Lanjut:
Sosialisasi PMK No. 92 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Program kerja Sama antara Puskesmas, UTD dan RS dalam pelayanan
darah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu di seluruh provinsi dengan
prioritas pada provinsi yang belum mempunyai puskesmas yang telah
bekerjasama.
Melakukan pelatihan Training of Trainer (ToT) pengelolaan program kerja sama antara Puskesmas, UTD dan RS dalam pelayanan darah untuk
menurunkan angka kematian ibu untuk menambah jumlah trainer tingkat
28 |
Pelatihan pengelolaan program bagi tenaga kesehatan yang diprioritaskanbagi Puskesmas yang telah bekerjasama tetapi belum mendapatkan
pelatihan tahun ini akan dianggarkan melalui dana Dekonsentrasi tahun 2017
Keuangan :
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah
Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan UTD dan RS adalah
sebesar Rp. 4.460.202.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.720.536.000,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.3.739.666.000,- dengan realisasi Rp.3.670.691.785,- atau 98,16%.
Adapun kegiatan yang mendukung kegiatan pencapaian indikator Jumlah
Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan UTD dan RS adalah
sebagai berikut :
1). Workshop Penguatan Pelayanan Darah Dalam Mendukung Quick Win
Sasaran Kegiatan:
Dinas Kesehatan provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, Unit
Transfusi Darah, lintas sektor dari Kementerian/lembaga dan lintas
program di Kementerian Kesehatan.
Output:
1. Tersosialisasinya quick win program pelayanan darah, yaitu kerja sama antara Puskesmas, UTD dan RS dalam pelayanan darah untuk
menurunkan angka kematian ibu.
2. Diperolehnya data Puskesmas, UTD dan RS yang akan bekerjasama.
3. Adanya kesepakatan dan rencana tindak lanjut dalam pelaksanaan
program di daerah masing-masing.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.589.096.000,- dengan realisasi Rp.587.543.674,- atau
29 |
Foto bersama panitia dan peserta workshop
Arahan dari Dirjen Pelayanan Kesehatan
Diskusi kelompok Paparan hasil diskusi kelompok
2). Koordinasi Pelaksanaan Pelayanan Darah
Sasaran Kegiatan:
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas kesehatan kabupaten/kota, RSUD, dan
30 |
Output:1. Tersosialisasinya quick win program pelayanan darah di Provinsi Jawa Barat dan Maluku.
2. Terdapat 19 Dinkes kabupaten/kota, 718 Puskesmas, 20 UTD dan 58
RS yang telah menandatangani Nota Kesepahaman dalam pelayanan
darah untuk menurunkan angka kematian ibu di Provinsi Jawa Barat
dan Maluku.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.332.616.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.37.590.000,-
sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.295.026.000,-
dengan realisasi Rp.293.169.300,- atau 99,37%.
Koordinasi Pelayanan Darah di Provinsi Jawa Barat
Foto bersama panitia dengan peserta pertemuan
Penandatanganan Nota Kesepahaman Penandatanganan Nota Kesepahaman
31 |
Foto bersama panitia dengan peserta pertemuan Penandatanganan Nota KesepahamanFoto bersama panitia dengan peserta pertemuan Penandatanganan Nota Kesepahaman
3). Pertemuan Koordinasi Lintas Program/Lintas Sektor Pelayanan Darah
Sasaran Kegiatan:
1. Lintas program : Pusat Pelatihan SDM Kesehatan, Balai Besar
Pelatihan Kesehatan Jakarta, Dit. Kesehatan Keluarga, Dit. Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Dit. Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,
Biro Hukum dan Organisasi, Biro Perencanaan dan Anggaran, Bagian
Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat (Setditjen Pelayanan
Kesehatan)
2. Lintas sektor : Unit Transfusi Darah, profesi, akademisi
Output:
1. Kurikulum dan modul pelatihan Training of Trainer (ToT) pengelolaan program kerja sama antara Puskesmas, UTD dan Rumah Sakit dalam
pelayanan darah untuk menurunkan angka kematian ibu.
2. Kurikulum dan modul pelatihan pengelolaan program kerja sama
antara Puskesmas, UTD dan Rumah Sakit dalam pelayanan darah
untuk menurunkan angka kematian ibu.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.379.064.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.69.934.000,-
sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.309.130.000,-
32 |
4).Pertemuan ToT Peningkatan Kemampuan Teknis Dokter Puskesmas dalam
Rangka Pelaksanaan Quick Wins Kerja Sama Puskesmas dengan UTD
Sasaran Kegiatan:
Dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, Unit Transfusi
Darah dan Balai Pelatihan Kesehatan.
Output:
Terlatihnya 159 pelatih tingkat provinsi yang mampu berperan sebagai
pelatih dalam pelatihan pengelolaan program kerja sama antara
Puskesmas, UTD dan RS dalam pelayanan darah untuk menurunkan
angka kematian ibu.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.1.969.800.000,- dengan realisasi Rp.1.932.477.072,- atau
98,11%.
Peserta ToT angkatan 1 dan 2
33 |
Peserta ToT angkatan 1 dan 2
Peserta ToT angkatan 3 dan 4
Peserta ToT angkatan 5 dan 6
Pemberian materi oleh fasilitator
34 |
Praktikum cuci tangan Praktikum seleksi donor(pemeriksaan kadar Hb)
Microteaching Microteaching
5). Dukungan Hari Donor Darah Sedunia Tahun 2016
Sasaran Kegiatan:
Lintas program di Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit, Unit Transfusi
Darah dan jejaringnya, Profesi, komunitas pemerhati donor darah dan
masyarakat umum.
Output:
1. Pelestarian donor darah sukarela
2. Didapatkannya persediaan darah untuk memenuhi kebutuhan darah di
masyarakat
3. Peningkatan kepedulian diri untuk mengetahui golongan darah ABO,
Rhesus, kadar Hb dan kolesterol
4. Peningkatan kepedulian diri untuk mengetahui apakah dirinya
merupakan pembawa sifat Thalasemia
5. Rekomendasi dalam penurunan AKI
35 |
Keuangan:Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.435.802.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.205.877.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.229.925.000,- dengan realisasi Rp.228.945.998,- atau 99,57%.
.
Prosesi pembukaan peringatan Hari Donor Darah Sedunia Tahun 2016 oleh Menteri Kesehatan
Seleksi donor (donor darah) Pengambilan darah (donor darah)
36 |
6). Dukungan Operasional pada Komite Pelayanan Darah
Sasaran Kegiatan:
Unit Transfusi Darah, profesi, akademisi, Dit. Kesehatan Keluarga, Dit.
Pelayanan Kesehatan Rujukan, Dit. Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan, Biro Hukum dan Organisasi, Biro Perencanaan dan Anggaran,
Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat (Setditjen
Pelayanan Kesehatan)
Output:
Draft SK Komite Pelayanan Darah.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.40.380.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.19.730.000,-
sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.20.650.000,- dengan
realisasi Rp.1.855.000,- atau 8,98%.
7). Penyusunan Konsep Pengembangan Klinik dan Pelayanan Darah
Sasaran Kegiatan:
Dit. Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, UTD Pusat PMI,
UTD RSUP Fatmawati.
Output:
1. Kesepakatan mengenai alokasi dan usulan kebutuhan reagen
screening darah tahun 2016 sebagai dasar untuk proses pengadaan di
Dit. Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
2. Kesepakatan mengenai reagen yang diusulkan adalah reagen yang
direkomendasikan oleh WHO dan telah mendapatkan izin edar.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.251.186.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.221.433.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
37 |
8). Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Darah
Sasaran Kegiatan:
Sasaran dari monitoring dan evaluasi pelayanan darah adalah Unit
Transfusi Darah.
Output:
1. Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan darah di
dua lokasi, yaitu Kota Banda Aceh (Aceh), Padang dan Kota
Jayapura (Papua)
2. Laporan kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan darah dan
tindak lanjut hasil kegiatan guna terwujudnya penyediaan darah
yang aman dan berkualitas.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.208.512.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.165.972.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.42.540.000,- dengan realisasi Rp.41.647.000,- atau 97,90%.
Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Darah di UTD PMI Kota Banda Aceh
Tanda tangan petugas UTD untuk
komitmen terhadap kualitas produk darah
Alat uji saring IMLTD dengan metode
38 |
Blood refrigerator penyimpanan darahsiap pakai
Petugas sedang melakukan pemeriksaan
laboratorium
Alat untuk pembuatan komponen darah Mobil donor darah
Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Darah di UTD PMI Kota Jayapura
39 |
Alat uji saring IMLTD Alat pemeriksaan dan SPO pemeriksaan
golongan darah
Sertifikat telah mengikuti Pemantauan Mutu Eksternal (PME)
Foto bersama dengan petugas UTD PMI Kota Jayapura
9). Pencetakan Buku Pedoman
Sasaran Kegiatan:
Unit Transfusi Darah, Puskesmas, dinas kesehatan provinsi, dinas
kesehatan kabupaten/kota, Dokter yang bekerja di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama.
Output:
1. Buku PMK No. 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Darah
2. Buku PMK No. 92 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Program Kerja Sama antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah dan
Rumah Sakit dalam Pelayanan Darah untuk Menurunkan Angka
Kematian Ibu
3. Leaftlet Quick Wins Pelayanan Darah 4. Leaflet Donor Darah Sekarang (DOKAR)
5. Kurikulum dan Modul Pelatihan Training of Trainers (ToT) Pengelolaan Program Kerja Sama antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah dan
Rumah Sakit dalam Pelayanan Darah untuk Menurunkan Angka
40 |
6. Kurikulum dan Modul PelatihanPengelolaan Program Kerja Sama
antara Puskesmas, Unit Transfusi Darah dan Rumah Sakit dalam
Pelayanan Darah untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
7. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
8. Panduan Keterampilan Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan anggaran sebesar Rp. 253.750.000,-
41 |
Jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik B.2. INDIKATOR KINERJA TUPOKSIIndikator Kinerja Tupoksi Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer adalah sebagai
berikut:
1. INDIKATOR PERTAMA
Definisi Operasional:
Jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik dari
pusat/provinsi dalam bentuk kunjungan lapangan, pertemuan atau konsultasi
daerah ke pusat.
Cara Perhitungan:
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mendapat pembinaan klinik dari
pusat/provinsi dalam bentuk kunjungan lapangan, pertemuan atau konsultasi
daerah ke pusat.
Target :
Target indikator jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang
klinik pada tahun 2016 adalah sebanyak 20 kabupaten/kota.
Tabel 6 Target dan Indikator Jumlah kabupaten/kota yang mendapat
pembinaan tentang klinik
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
T T R T T T
Jumlah kabupaten/kota
yang mendapat
pembinaan tentang klinik
42 |
Pencapaian indikator tahun 2016 :Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini
merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian
Kesehatan.
Pada tahun 2016 ditargetkan 20 kabupaten/kota yang mendapatkan
pembinaan tentang klinik dan tercapai 21 kabupaten/kota atau tercapai 105%
yang terletak di 16 provinsi. Data capaian diperoleh dari Direktorat Pelayanan
Kesehatan Primer, dan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.
Permasalahan:
Target jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan pembinaan tentang klinik
telah tercapai, namun masih banyak terdapat perbedaan persepsi mengenai
peraturan tentang klinik dan belum adanya petunjuk teknis penyelenggaraan
klinik.
Rencana Tindak Lanjut:
Review Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik dan penyusunan draft
lampiran Permenkes tentang Juknis Penyelenggaraan Klinik.
Keuangan :
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator jumlah
kabupaten/kota yang mendapat pembinaan tentang klinik adalah sebesar Rp. 906.720.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.150.497.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.756.223.000,- dengan realisasi
Rp.750.851.382,- atau 99,29%.
Untuk mencapai indikator jumlah kabupaten/kota yang mendapat pembinaan
tentang klinik dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1). Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program dalam Rangka Peningkatan
Pelayanan Kesehatan Primer di Klinik. Sasaran Kegiatan:
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Lintas
sektor dari K/L, Asosiasi Dinas Kesehatan, Asosiasi dan Perhimpunan
Klinik, Klinik milik Pemerintah dan Swasta, Organisasi Kemasyarakatan,
43 |
Output:Rekomendasi untuk peningkatan serta perbaikan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di klinik dengan review
Permenkes Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Klinik dan penyusunan draft
lampiran Permenkes tentang Juknis Penyelenggaraan Klinik.
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.327.660.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.88.290.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.239.370.000,- dengan realisasi Rp.239.057.585,- atau 99,87%.
44 |
2). Monitoring dan Evaluasi dalam Rangka Bimbingan Teknis Peningkatan
Pelayanan Kesehatan di Klinik.
Sasaran Kegiatan:
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan klinik
pratama milik pemerintah dan swasta.
Output:
1. Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan di 17
klinik pada 9 provinsi terpilih (Gorontalo, Lampung, Jakarta, Jawa
Tengah, Kalimantan Timur, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara
dan Nusa Tenggara Timur)
2. Laporan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi menjadi masukan
dalam pembuatan petunjuk teknis penyelenggaraan klinik
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.255.939.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.56.801.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.199.138.000,- dengan realisasi Rp.196.660.752,- atau 98,76%.
Monitoring dan evaluasi di Klinik Medika Antapani, Bandung, Jawa Barat
45 |
3). Pendampingan pada Pelayanan Kesehatan di Klinik.
Sasaran Kegiatan:
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan klinik
pratama milik pemerintah dan swasta.
Output:
Terlaksananya pembinaan teknis pelayanan kesehatan primer pada 17
provinsi (Kalimantan Tengah, Riau, Gorontalo, Jawa Barat, Aceh, NTT,
Kalimantan Barat, Banten, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Jawa
Tengah, DI. Yogyakarta, dan Jawa Timur).
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.323.121.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.5.406.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.317.715.000,- dengan realisasi Rp.315.133.045,- atau 99,19%.
46 |
Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuaistandar 2. INDIKATOR KEDUA
Sebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang
menjadi indikator kedua adalah:
Definisi Operasional:
Jumlah praktik mandiri dokter dan atau dokter gigi yang sesuai dengan standar
adalah tempat praktik mandiri dokter dan atau dokter gigi yang sesuai dengan
standar pada PMK tentang Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi
Cara Perhitungan:
Jumlah kumulatif tempat praktik mandiri dokter dan atau dokter gigi yang
sesuai dengan standar
Target :
Tahun 2016: 0 Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar
Tabel 7 Target dan Indikator Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
T T R T T T
Jumlah Praktik Perorangan
dokter dan atau dokter gigi
yang sesuai standar
0 0 0 0 102 205
Pencapaian indikator tahun 2016 :
Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini
merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian
Kesehatan.
Sesuai dengan target tahun 2016, maka saat ini masih 0 jumlah praktik
47 |
Permasalahan:Tahun 2016 merupakan awal proses penyusunan pedoman yang akan
digunakan untuk panduan penyelenggaraan praktik mandiri dokter dan dokter
gigi
Rencana Tindak Lanjut:
Secara substansi draft pedoman penyelenggaraan praktik mandiri dokter dan
dokter gigi sudah selesai dan dikirim ke biro hukum Kementerian Kesehatan
untuk pembahasan lebih lanjut hingga disahkan menjadi peraturan meneteri
kesehatan. Sehingga selanjutnya akan dilaksanakan kegiatan:
1. Sosialisasi tentang kebijakan praktik mandiri dokter dan dokter gigi
2. Pemetaan dan pendataan praktik mandiri dokter dan dokter gigi
3. Penyusunan pedoman pembinaan instrumen monitoring evaluasi praktik
mandiri dokter dan dokter gigi
4. Pembinaan serta monitoruing dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan
praktik mandiri dokter dan dokter gigi
Keuangan :
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah Praktik
Perorangan dokter dan atau dokter gigi yang sesuai standar adalah sebesar
Rp.838.849.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri Rp.514.195.000,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.324.654.000,- dengan realisasi
Rp.267.672.482,- atau 82,45%.
Untuk mencapai indikator Jumlah Praktik Perorangan dokter dan atau dokter
gigi yang sesuai standar dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1). Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Praktik Perorangan
Sasaran Kegiatan:
Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas
sektor yang terdiri dari Profesi (IDI dan PDGI), KKI, Dinas Kesehatan
Provinsi maupun Kab/Kota
Output:
Diperolehnya masukan dari Lintas program, lintas sektor dan organisasi
profesi tentang penetapan standar pelayanan di praktik perorangan
48 |
Keuangan:Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.759.599.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.514.195.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.245.404.000,- dengan realisasi Rp.188.422.482,- atau 76,78%.
49 |
2). Pencetakan Buku
Sasaran Kegiatan:
Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas
sektor yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota
serta Puskesmas dan Organisasi Profesi (IDI, PDGI, Pokja DLP)
Output:
Tercetaknya buku :
a. Factsheet Panduan Praktek Klinis
b. Factsheet Program Dokter Layanan Primer
c. Permenkes Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi
dan Mulut
d. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
50 |
Jumlah Puskesmas yang menjadi Wahana Pendidikan DLP 3. INDIKATOR KETIGASebagaimana uraian di atas, maka dalam pencapaian sasaran strategis yang
menjadi indikator ketiga adalah:
Definisi Operasional:
Puskesmas yang menjadi wahana pendidikan Dokter Layanan Primer (DLP)
adalah Puskesmas yang memenuhi persyaratan yang digunakan sebagai
tempat penyelenggaraan pendidikan Dokter Layanan Primer
Cara Perhitungan:
Jumlah Puskesmas yang menjadi wahana pendidikan Dokter Layanan Primer
sesuai dengan standar
Target :
Tahun 2016: 0 puskesmas
Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari penyusunan NSPK tentang
Puskesmas sebagai wahana pendidikan DLP
Tabel 8 Target dan Indikator Jumlah Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan DLP yang sesuai standar
Pencapaian indikator tahun 2016 :
Capaian indikator tidak dapat dibandingkan dengan tahun 2015 karena ini
merupakan indikator baru setelah perubahan SOTK di Kementerian
Kesehatan.
Sesuai dengan target tahun 2016, karena masih dalam penyiapan NSPK ,
maka saat ini masih 0 jumlah puskesmas yang menjadi wahana pendidikan
51 |
Permasalahan:1. Tahun 2016 merupakan awal proses penyusunan pedoman yang akan
digunakan untuk panduan penyelenggaraan puskesmas sebagai wahana
pendidikan dokter layanan primer
2. Penyusunan NSPK belum sampai pada tahap penetapan Permenkes
karena terdapat penolakan program DLP oleh pihak profesi IDI, sehingga
PP tentang Pendidikan Kedokteran sebagai dasar penetapan wahana
pendidikan DLP belum selesai
Rencana Tindak Lanjut:
1. Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan
advokasi kepada IDI
2. Kementerian kesehatan akan melakukan pemenuhan sarana dan
prasarana di FKTP melalui anggaran DAK
3. Dinas kesehatan akan mendorong FKTP di wilayahnya untuk dapat
terakreditasi dan memenuhi sarana prasarananya sesuai dengan standar
puskesmas sehingga dapat dikembangkan menjadi wahana pendidikan
bagi DLP
Keuangan :
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung Indikator Jumlah
Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan DLP yang sesuai standar adalah
sebesar Rp.3.083.341.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.928.827.000,-sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah Rp.2.154.514.000,- dengan realisasi Rp.2.029.847.130,- atau 94,21%.
Untuk mencapai indikator Jumlah Puskesmas sebagai Wahana Pendidikan
DLP yang sesuai standar dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1). Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Program Dokter
Layanan Primer
Sasaran Kegiatan:
Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas
sektor yang terdiri dari Profesi IDI, Fakultas Kedokteran di 10 Provinsi,
Pokja DLP, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota dan
52 |
Output:1. Terlaksananya koordinasi dengan anggota Pokja DLP dan Fakultas
Kedokteran yang akan menyelenggarakan pendidikan DLP dalam
penyelenggaraan program DLP
2. Menentukan lokasi wahana pendidikan DLP dimasing-masing FK
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.1.904.097.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.432.697.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.1.471.400.000,- dengan realisasi Rp.1.455.399.588,- atau 98,91%.
53 |
2). Pendampingan di Pelayanan Perorangan
Sasaran Kegiatan:
Dinas Kesehatan Provinsi, Kab/Kota, Puskesmas, FK
Output:
1. Visitasi Wahana Pendidikan DLP
2. Pendampingan kegiatan pelayanan perorangan
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.387.144.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.100.080.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.287.064.000,- dengan realisasi Rp.282.662.742,- atau 98,47%.
54 |
3). Pertemuan Koordinasi Lintas Program Lintas Sektor Program Dokter
Layanan Primer (Refocusing)
Sasaran Kegiatan:
Lintas Program di lingkungan Kementerian Kesehatan serta lintas
sektor yang terdiri dari Profesi IDI, Fakultas Kedokteran, Pokja DLP,
Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/Kota dan Puskesmas
Output:
Tersosialisasinya program dokter layanan primer
Keuangan:
Kegiatan telah dilaksanakan dengan total angggaran untuk kegiatan ini
sebesar Rp.792.100.000,- dan terdapat nilai blokir mandiri
Rp.396.050.000,- sehingga anggaran yang dapat digunakan adalah
Rp.396.050.000,- dengan realisasi Rp.291.784.800,- atau 73,67%
.