• Tidak ada hasil yang ditemukan

28. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Pendidikan Al-Quran Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "28. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PAUD Berbasis Pendidikan Al-Quran Tahun 2013"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN

NSPK

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

PETUNJUK TEKNIS

PENYELENGGARAAN PAUD BERBASIS

PENDIDIKAN AL-QURAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

(2)

NSPK

Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria

PETUNJUK TEKNIS

PENYELENGGARAAN PAUD BERBASIS

PENDIDIKAN AL-QUR AN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

NONFORMAL DAN INFORMAL

(3)

KATA SAMBUTAN

Cita-cita besar pembangunan Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) di Indonesia adalah untuk mengantarkan anak

Indonesia menjadi insan yang cerdas komprehensif. Program

PAUD merupakan salah satu bentuk investasi pengembangan

sumber daya manusia. Mereka kelak akan menjadi penggerak

pembangunan bangsa dan negara menuju kehidupan yang lebih

baik.

Permasalahan PAUD masih sangat mendasar, baik

masalah pemerataan akses maupun mutu. Dari aspek

pemerataan, data tahun 2011/2012 menunjukkan APK PAUD

untuk kelompok usia 3-6 tahun baru mencapai 60,33 %.

Padahal target APK Tahun 2013 sebesar 67,4% dan tahun 2014

sebesar 72,9 %. Dari aspek mutu, masih banyak layanan yang

belum sesuai standar. Selain itu, data menunjukkan masih

terdapat 30.124 desa yang belum memiliki layanan PAUD atau

baru sekitar 39,11% dari 77.013 desa/kelurahan/nama lain di

seluruh Indonesia. Hal ini memerlukan kerja keras dan dukungan

semua pemangku kepentingan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pengelolaan dan

layanan PAUD, pemerintah terus mendorong dan memperluas

(4)

mengembangkan layanan PAUD. Salah satu bentuknya adalah

PAUD berbasis Pendidikan Al-Quran merupakan salah satu

jenis Satuan PAUD Sejenis (SPS).

PAUD Berbasis Pendidikan Al-Quran tidak

dimaksudkan untuk menggantikan program pendidikan

Al-Quran yang sudah melembaga di masyarakat saat ini,

melainkan untuk memperkuat dan melengkapinya dengan

substansi PAUD.

Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan

kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

penyusunan petunjuk ini. Kritik dan saran dari para pemangku kepentingan untuk perbaikan petunjuk ini di masa yang akan

datang, sangat kami harapkan.

Jakarta, Januari 2013

Direktur Jenderal,

(5)

KATA PENGANTAR

Pemerintah terus mendorong dan memperluas kesempatan

bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan

layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui pendirian

berbagai jenis satuan PAUD. Salah satu satuan PAUD adalah

Satuan PAUD Sejenis (SPS) yang salah satu bentuknya adalah

PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an.

PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an merupakan PAUD

yang berbasiskan keagamaan, sehingga peruntukkannya bagi

anak yang seagama. Di masyarakat PAUD berbasis pendidikan

Al-Qur an muncul dalam berbagai nama, seperti Taman Asuh

Anak Muslim (TAAM), TK Al-Qur an, PAUD-TPQ, Taman

Bina Anak (TBA), Bina Anak Muslim Berbasis Masjid

(BAMBIM), dll. Sampai awal tahun 2013 ini jumlah lembaga

SPS termasuk di dalamnya PAUD berbasis pendidikan

Al-Qur an yang terdata di aplikasi pendataan online ada sebanyak

24. 243 lembaga (data masih terus berkembang).

Dalam rangka meningkatkan mutu pengelolaan dan layanan

PAUD, pemerintah berupaya untuk memfasilitasi, membina dan

mengarahkan masyarakat agar memahami apa, mengapa, dan

bagaimana menyelenggarakan pendidikan anak usia dini yang

(6)

berbasis pendidikan AL-Qur an diterbitkan Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an.

Petunjuk ini berisikan: pertama pendahuluan yang

mencakup latar belakang, landasan, pengertian, tujuan, dan ruang

lingkup; kedua, syarat dan tatacara pendirian yang mencakup

syarat pendirian lembaga, tata cara pendirian, dan izin

operasional penyelenggaraan program satuan; ketiga,

penyelenggaraan program yang mencakup tujuan, prinsip,

komponen, proses, evaluasi, pembinaan dan pelaporan.

Akhirnya melalui kesempatan ini kami mohon kepada

para pembaca/pengguna petunjuk ini untuk memberikan

koreksi atau saran demi penyempurnaan di masa yang akan

datang. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua

pihak yang telah ikut andil demi tersusunnya petunjuk ini.

Jakarta, Januari 2013 Direktur Pembinaan PAUD

(7)

DAFTAR ISI

BAB II SYARAT DAN TATA CARA PENDIRIAN 8 A. Syarat Pendirian Lembaga ... 8

B. Tata Cara Pendirian... 8

C. Izin Operasional Penyelenggaraan Program Satuan PAUD ... 25

BAB III PENYELENGGARAAN PROGRAM ... 29

A. Tujuan Program Layanan ... 29

B. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 29

C. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan ... 40

D. Komponen Penyelenggaraan ... 41

(8)

4. Pengelolaan Proses Kegiatan ... 54

F. Evaluasi, Pelaporan dan Pembinaan ... 68

1. Evaluasi ... 68

2. Pelaporan ... 71

3. Pembinaan ... 72

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Contoh APE untuk Main Balok dan Bahan Alam ... 90

Lampiran 1e

Contoh Resep untuk Membuat Bahan Main ... 82

Lampiran 2a

Contoh Jadwal Pembekalan Pendidik PAUD Berbasis

Pendidikan Al-Qur an Tahap I... 87 Lampiran 2b

Contoh Jadwal Pembekalan Pendidik PAUD Berbasis

Pendidikan Al-Qur an Tahap II ... 88 Lampiran 3a

Contoh Buku Induk Anak ... 88 Lampiran 3b

Contoh Buku Data Pengelola dan Pendidik ... 89

Lampiran 3c

Contoh Daftar Hadir Pengelola dan Pendidik ... 90

Lampiran 3d ...

Contoh Daftar Hadir Anak ... 91 Lampiran 3e

Contoh Rencana Kegiatan Harian ... 92 Lampiran 3f

Contoh Catatan Perkembangan Anak ... 94

Lampiran 3g

Contoh Kartu Infaq Bulanan ... 95 Lampiran 3h

(10)

Lampiran 3i

Contoh Buku Kas ... 97 Lampiran 3j

Contoh Format Buku Inventaris... 99 Lampiran 3k

Contoh Format Buku Tamu ... 100 Lampiran 4a

Contoh Jadwal Kegiatan Harian ... 101 Lampiran 4b

Contoh Jadwal Kegiatan Harian ... 102 Lampiran 4c

Contoh Jadwal Kegiatan Harian ... 103 Lampiran 5

Acuan Evaluasi Keberhasilan Program ... 104

Lampiran 6

Contoh Formulir Pendaftaran Peserta Didik ... 105

Lampiran 7

Contoh Laporan Perkembangan Anak ... 106

Lampiran 8

Contoh Format Surat Tanda Serta Belajar ... 108

Lampiran 9

Contoh Pengaturan Jadwal Masuk ... 109

Lampiran 10

Pemenuhan Layanan Kesehatan, Gizi, dan Stimulasi Pendidikan Bagi Anak Usia Dini Sesuai dengan kebutuhan Esensial Anak... 110 Lampiran 11

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam

keseluruhan tahap perkembangan manusia. Pada masa itu,

terjadi lonjakan perkembangan anak yang tidak terulang pada

periode berikutnya, sehingga para ahli menyebutnya sebagai

usia emas perkembangan. Oleh karena itu pembentukan

dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan, serta pembentukan

watak/karakter, sangat tepat jika dilakukan sejak usia dini.

Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak

membutuhkan asupan gizi seimbang, kesehatan, perlindungan,

asuhan penuh kasih sayang, dan rangsangan pendidikan yang

sesuai dengan tahap perkembangan dan nilai-nilai serta potensi

yang akan dikembangkan masing-masing anak.

Pemberian rangsangan pendidikan tersebut, dapat

dilakukan sejak lahir bahkan sejak anak masih dalam

kandungan. Rangsangan pendidikan ini dilakukan secara

bertahap, berulang-ulang, konsisten, dan tuntas (dengan

intensitas waktu yang cukup), sehingga memiliki daya ubah

(12)

Seiring bertambahnya usia, anak membutuhkan

rangsangan pendidikan yang lebih lengkap sehingga

membutuhkan tambahan layanan pendidikan di luar rumah

yang dilakukan oleh lingkungan maupun lembaga pendidikan

anak usia dini (PAUD).

Untuk menjangkau semua lapisan, di masyarakat

terdapat beragam layanan PAUD sesuai dengan kelompok

usia dan segmentasi sasaran yang berbeda. Penyelenggaraan

PAUD berbasis keagamaan salah satunya adalah layanan

PAUD yang dintegrasikan dengan pendidikan Al-Qur an di

agama Islam. PAUD berbasiskan keagamaan ini hanya

dikhususkan bagi anak-anak usia dini yang seagama.

PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an tidak

dimaksudkan untuk menggantikan program pendidikan

Al-Quran yang sudah melembaga di masyarakat saat ini,

melainkan untuk memperkuat dan melengkapinya dengan

substansi PAUD. Tujuannya untuk mengoptimalkan

perkembangan anak pada usia emasnya dan untuk memastikan

bahwa anak belajar melalui bermain yang disesuaikan dengan

tahap perkembangan dan potensi masing-masing anak (tidak

dipaksakan).

Lahirnya program PAUD berbasis Pendidikan

(13)

gerakan pendidikan Al-Quran yang dapat diintegrasikan

dengan PAUD, terutama dalam bentuk TKA/TKQ, TPA/TPQ

yang dimotori oleh lembaga/organisasi keagamaan Islam

seperti Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia

(BKPRMI), Muslimat NU, Aisyiyah, dan lainnya.

Di masyarakat muncul program PAUD Berbasis

Pendidikan Al-Qur an dengan berbagai nama, seperti Taman

Asuh Anak Muslim (TAAM) dan TK Al-Qur an yang

dikembangkan oleh BKPRMI, PAUD berbasis Taman

Pendidikan Al-Qur an (PAUD-TPQ) yang dikembangkan oleh

Muslimat NU, Taman Bina Anak (TBA) yang dikembangkan

oleh Aisyiyah, dan satuan PAUD sejenis lainnya. Semua

bentuk layanan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an tersebut,

dalam pembinaannya dikategorikan ke dalam Satuan PAUD

Sejenis.

Buku petunjuk ini disusun sebagai acuan dalam

penyelenggaraan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an, yang

mengacu pada kebijakan dan standar PAUD.

B. LANDASAN

1. Landasan Hukum

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

(14)

b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

c. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak.

d. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2004-2025.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007

tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

Tentang Pengelolaan Penyelenggaraan

Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010.

h. Peraturan Presiden Nomor24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, tugas dan fungsi kementerian negara

serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi eselon

1 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

(15)

i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik

dan kompetensi guru.

j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58

Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak

Usia Dini.

k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Landasan Nilai

a. Al-Qur an Surat An Nisaa ayat 9, Surat Luqman

ayat 12 19, Surat At Tahrim ayat 6 dan Surat

Maryam ayat 59-60.

b. Sunnah Rasul dan Hadits-hadits terkait.

C. PENGERTIAN

1. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

(16)

memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No 20 Tahun

2003)

2. Pendidikan Al-Qur an adalah pendidikan anak berbasis Al-Qur an yang terdiri dari Taman Kanak

Kanak Qur an (TKA/TKQ), Taman Pendidikan

Al-Qur an (TPA/TPQ), Ta limul Al-Quran lil Aulad (TQA),

dan bentuk lain yang sejenis (PP 55 2007).

3. PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an adalah salah satu bentuk satuan PAUD sejenis yang

penyelenggaraannnya diintegrasikan dengan

pendidikan Al-Quran seperti: TPQ (Taman Pendidikan

Al-Quran), TKQ (Taman Kanak-Kanak Al-Quran),

TBA (Taman Bina Anak); TAAM (Taman Asuh Anak

Muslim), dll

D. TUJUAN PETUNJUK TEKNIS

1. Menjadi acuan bagi para pejabat PAUD yang

berwenang di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,

dan kecamatan dalam membina program PAUD

berbasis Pendidikan Al-Qur an.

2. Menjadi acuan bagi penyelenggara, pengelola, dan

pendidik dalam penyelenggaraan PAUD berbasis

(17)

3. Menjadi bahan rujukan teknis penyelenggaraan PAUD

berbasis Pendidikan Al-Qur anbagi semua pihak yang

berkepentingan.

E. RUANG LINGKUP

Petunjuk ini hanya mengatur teknis penyelenggaraan

PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an yang khusus mengatur

aspek penyelenggaraan pendidikannya saja, sedangkan yang

terkait dengan kurikulum disusun berdasarkan kompetensi dan

disesuaikan dengan kelembagaan induk organisasi

masing-masing dengan mengacu pada standar PAUD sesuai Permen

(18)

BAB II

SYARAT DAN TATACARA PENDIRIAN

A. SYARAT PENDIRIAN LEMBAGA

1. Memiliki kepala PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an

yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi sebagai

pengelola satuan PAUD jalur pendidikan nonformal.

2. Memberikan pelayanan untuk anak usia 2-6 tahun yang

beragama Islam dengan jumlah sekurang-kurangnya 15

(lima belas) peserta didik dan berpotensi meningkatkan

daya tampung minimal menjadi 25 (dua puluh lima)

peserta didik.

3. Memiliki pendidik dengan kualifikasi akademik dan

kompetensi sesuai standar PAUD.

4. Memiliki APE luar sekurang-kurangnya terdiri dari

ayunan dan perosotan.

B. TATA CARA PENDIRIAN 1. Penentuan Tempat

PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

diselenggarakan dengan menggunakan fasilitas

keagamaan Islam seperti masjid, musholla, surau,

langgar, atau fasilitas keagamaan lainnya seperti;

(19)

2. Dukungan Lingkungan

Dukungan lingkungan diperlukan untuk

menjamin keberlangsungan program. Dukungan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan PAUD berbasis

Pendidikan Al-Qur an, antara lain:

a. Dukungan dari pengelola rumah ibadah (masjid,

musholla, surau, langgar), madrasah, atau pondok

pesantren yang bersangkutan.

b. Tersedia calon peserta didik usia 2 - 6 tahun

beragama Islam yang belum terlayani PAUD

lainnya, minimal 15 anak.

c. Tersedia calon pengelola, dan pendidik minimal 3

orang.

d. Memperoleh dukungan dari orangtua, masyarakat,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pamong

desa/kelurahan.

e. Tersedia tempat yang layak untuk kegiatan.

f. Memiliki sumber pembiayaan yang tetap (iuran

orangtua, donatur, dana infaq).

3. Pengelompokan Anak

Pengelompokan anak bertujuan untuk

memudah-kan proses pembelajaran, dengan mengelompokmemudah-kan

(20)

juga sesuai dengan usia kronologis (usia kalender).

Artinya, jika ada anak yang usianya telah memenuhi

syarat untuk kelompok tertentu tetapi perkembangannya

belum mencapai, maka anak tersebut ditempatkan di

kelompok usia di bawahnya sampai memiliki kesiapan

mental yang diperlukan. Perpindahan ke kelompok

yang lebih tinggi dapat dilakukan setiap saat sesuai

kesiapan masing-masing.

Untuk anak-anak yang perkembangannya normal,

perpindahan ke kelompok yang lebih tinggi dapat

di-lakukan seiring dengan bertambahnya usia anak. Untuk

kanak-anak yang mengalami gangguan perkembangan,

disesuaikan dengan tingkat perkembangannya atau

berdasarkan rekomendasi ahli. Pengukuran tahap

perkembangan dapat menggunakan instrumen Deteksi

Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK).

Pengelompokan anak pada program PAUD

berbasis Pendidikan Al-Qur andiatur sebagai berikut:

a. Kelompok Alif: Usia 2 4 tahun (24 48 bulan), per

kelompok maksimal 10 anak. Jika jumlah anak lebih

dari 10, dapat dipecah menjadi beberapa kelompok

misalnya kelompok usia 2 3 tahun (24 36 bulan)

(21)

b. Kelompok Ba: Usia 4.0 5.0 tahun (49 60 bulan),

per kelompok maksimal 12 anak. Jika jumlah anak

lebih dari 12, dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok misalnya kelompok usia 4.0 4,5 tahun

(49 54 bulan) dan 4,5 5.0 tahun (55 60 bulan).

c. Kelompok Ta: Usia 5.0 6.0 tahun (61 72) bulan,

per kelompok maksimal 15 anak. Jika jumlah anak

lebih dari 15, dapat dibagi menjadi beberapa

kelompok misalnya kelompok usia 5.0 5,5 tahun

(61 66 bulan) dan 5,5 6.0 tahun (67 72 bulan).

Penambahan kelompok hendaknya

memper-hatikan ketersediaan pendidik dan ruangan.Jika

jum-lah pendidik atau ruangan kurang, alternatif yang

dapat ditempuh antara lain:

a. Membuka kelas pagi dan sore.

b. Mengatur jadwal masuk bergantian hari.

c. Membatasi penerimaan peserta didik sebatas daya

tampung yang dimungkinkan.

4. Penyiapan Tempat dan Alat-alat

Tempat perlu ditata, dirapikan, dan dilengkapi

dengan alat-alat sesuai kebutuhan. Kebutuhan ruangan

(22)

seluas 30 m2 atau sekitar 6 x 5 m. Luas ruangan tersebut termasuk untuk penempatan alat-alat.

Alat-alat yang diperlukan antara lain:

a. Almari untuk menyimpan kelengkapan administrasi

dan buku-buku panduan.

b. Rak setinggi 120 cm untuk tempat APE sekaligus

sebagai sekat/pembatas antar kelompok.

c. Meja anak secukupnya.

d. Kursi lipat/plastik ukuran anak-anak sejumlah anak.

e. Kontainer/wadah plastik besar untuk menyimpan

APE (sesuai kebutuhan).

f. Papan tulis formika putih (white board) ukuran 70 x 90 cm (sejumlah kelompok).

g. Tiker/karpet berbentuk lingkaran dengan diameter

200 cm atau persegi dengan ukuran 180 x 220 cm

(sejumlah kelompok).

Jika penataan alat main menggunakan sistem

sentra, maka APE ditata berdasarkan kebutuhan sentra,

misalnya sentra balok, sentra main peran, sentra seni

dan kreativitas, sentra persiapan, dan sentra bahan alam.

Sentra digunakan secara bergilir oleh masing-masing

(23)

perlu dilengkapi dengan semua jenis APE untuk mendukung proses pembelajaran di masing-masing

kelompok.Masing-masing kelompok melakukan

kegiatan di tempatnya masing-masing secara menetap (kecuali saat kegiatan bersama atau bermain di luar).

Jika kebutuhan perabot seperti tersebut di atas belum dapat dipenuhi, minimal kelengkapan yang harus ada adalah sebagai berikut:

a. Tempat untuk menyimpan kelengkapan adminis-trasi dan buku-buku panduan;

b. Tempat APE (sejumlah kelompok);

c. Papan tulis formika putih (white board) ukuran 70 x 90 cm (sejumlah kelompok);

d. Karpet/tikar berbentuk lingkaran dengan diameter 200 cm atau persegi dengan ukuran 180 x 220 cm (sejumlah kelompok);

e. Meja gambar lipat milik masing-masing anak.

5. Penyiapan Alat Permainan Edukatif (APE)

(24)

Penggunaan APE baik yang sudah jadi maupun yang dikembangkan sendiri agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menggunakan bahan yang aman bagi anak (tidak runcing/tajam dan tidak mengandung racun/zat yang membahayakan kesehatan anak).

b. Menarik buat anak dan dapat dimainkan oleh anak dengan berbagai cara.

(25)

Kerapian penataan APE akan membentuk kebiasaan rapi dan merangsang anak untuk memainkannya.

Pengelompokan APE sebagai berikut: a. APE untuk Kelompok Alif

Kelompok Alif merupakan kelompok

(26)

mem-bangun atau membentuk sesuatu dengan konsep yang jelas. Semua kegiatan dilakukan dengan mencoba-coba. Kepekaan yang terjadi pada masa ini antara lain kepekaan akan keteraturan, kepekaan akan detil, kepekaan penggunaan tangan, dan kepekaan akan bahasa.

(27)

detil, dan kepekaan akan bahasa masih terus berlanjut dan perlu memperoleh dukungan.

Contoh APE yang untuk kelompok Alif dapat dilihat pada Lampiran 1a.

b. APE untuk Kelompok Ba

Kelompok Ba adalah Kelompok anak usia 4 - 5 tahun. Pada usia ini anak-anak menyukai kegiatan

mencoret-coret, menggambar, membentuk,

menyusun, berimajinasi, bermain peran mikro dan makro, dan mulai mengenal keaksaraan. Anak-anak pada usia ini masih perlu diberikan kemerdekaan dalam bersikap dan bertindak. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan melalui bermain dan menggunakan benda-benda konkrit. Kegiatan yang bersifat skolastik seperti baca-tulis-hitung masih bersifat pengenalan.

Contoh APE yang untuk Kelompok Ba dapat dilihat pada Lampiran 1b.

c. APE untuk Kelompok Ta

(28)

makro, dan mulai mengenal keaksaraan. Anak-anak pada usia ini masih perlu diberikan kemerdekaan dalam bersikap dan bertindak. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan melalui bermain dan menggunakan benda-benda konkrit. Kegiatan baca-tulis-hitung juga semakin diminati. Biarkan kemampuan ini berkembang secara alami sesuai minat anak. Hindari adanya pemaksaan dalam bentuk latihan-latihan atau penugasan-penugasan terstruktur seperti menulis huruf, angka, atau bentuk-bentuk tertentu secara berulang-ulang. Alat tulis yang diperlukan adalah kertas kosong (tidak bergaris), pensil, spidol, dan krayon.

Contoh APE yang untuk Kelompok Ba dapat dilihat pada Lampiran 1c.

d. APE untuk Bermain Bahan Alam

(29)

Contoh APE Bahan Alam

e. APE Buatan Sendiri

Berbagai bahan dan alat main dapat dibuat sendiri oleh kader dan orangtua. Bahan-bahan tersebut antara lain playdough, ublek, cat jari, cat air, kuas dari busa, dll.

Contoh APE untuk main bahan alam dapat dilihat pada Lampiran 1e.

6. Pembekalan Pendidik dan Pengelola

Peningkatan mutu pendidik dan pengelola dapat dilakukan melalui:

a. Belajar secara mandiri dengan bahan bacaan atau media lain yang relevan seperti pedoman, petunjuk pelaksanaan program, modul, buku teks, video, dll. b. Pelatihan bagi pendidik dan pengelola secara

(30)

c. Diskusi interaktif dalam pertemuan rutin (bulanan) para pendidik dan pengelola guna saling berbagi ilmu atau mendengarkan materi dari narasumber. d. Magang dan/atau studi banding.

e. Seminar dan/atau lokakarya tentang PAUD.

Contoh pembekalan awal untuk pendidik dan pengelola PAUD Berbasis Pendidikan Al-Qur an dapat dilihat pada Lampiran 2a dan 2b.

7. Penyiapan Buku Administrasi

Kegiatan administrasi disesuaikan dengan kebutuhan setiap lembaga. Buku-buku administrasi yang diperlukan antara lain:

a. Buku Induk Anak.

b. Buku Data Pengelola dan Pendidik. c. Daftar Hadir Pengelola dan Pendidik. d. Daftar Hadir Anak per Kelompok. e. Buku Rencana Pembelajaran Harian. f. Buku Catatan Perkembangan Anak. g. Kartu Iuran Anak.

h. Daftar Rekapitulasi Penerimaan Infaq Bulanan. i. Buku Kas dan Buku Inventaris.

(31)

Contoh Buku Administrasi dapat dilihat pada lampiran 3a - 3k.

8. Kalender Pendidikan

Kalender Pendidikan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an disesuaikan dengan kalender pendidikan nasional dan kalender kegiatan lembaga/yayasan, khususnya dalam kaitannya dengan hari libur dan pembagian buku laporan. Namun dalam hal penerimaan peserta didik dan perpindahan kelompok (kenaikan kelas) berbeda. Penerimaan peserta didik dapat dilakukan sepanjang waktu asalkan kapasitas daya tampung lembaga masih memungkinkan. Sedangkan perpindahan kelompok ke kelompok yang lebih tinggi dilakukan seiring dengan usia mentalnya. Bagi anak yang akan melanjutkan ke SD/MI, pendidik berkewajiban untuk memberikan pertimbangan kepada orangtua apakah secara mental yang bersangkutan sudah siap bersekolah. Pada usia 6 tahun anak sudah boleh mendaftar ke SD/MI. Tetapi jika belum siap sebaiknya digenapkan sampai usia 7 tahun.

9. Penyusunan Rencana Pembiayaan

(32)

a. Perawatan sarana dan prasarana. b. Pembelian dan perawatan APE. c. Biaya operasional kegiatan.

d. Biaya beban (listrik, air, dan telepon)

e. Peningkatan keterampilan pengelola dan pendidik. f. Insentif pengelola dan pendidik.

g. Insentif petugas kebersihan.

h. Peningkatan kapasitas lembaga (penambahan ruang, lahan, dll).

Pembiayaan program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an antara lain bersumber dari:

a. Iuran orang tua. b. Sumbangan donatur. c. Bantuan desa.

d. Bantuan Pemerintah (APBD II, APBD I, APBN). e. Bantuan pihak lain yang tidak mengikat.

10. Pendaftaran Calon Peserta Didik

(33)

dan pendaftaran calon peserta didik. Pendaftaran

peserta didik dapat menggunakan formulir sebagaimana

dalam lampiran 6. Untuk melengkapi data, peserta didik

lama dapat dilakukan registrasi ulang dengan

menggunakan formulir tersebut.

11. Penyusunan Rencana Kegiatan Pembelajaran

Tujuan penyusunan rencana kegiatan

pembelajaran adalah untuk mempermudah proses

pembelajaran. Rencana kegiatan pembelajaran disusun

dengan mengacu pada Standar PAUD.

Rencana kegiatan pembelajaran mencakup

tujuan, isi, dan rencana pengelolaan program dan

kegiatan. Rencana Kegiatan pembelajaran terdiri dari:

(1) Rencana Kegiatan Tahunan (RKT); (2) Rencana

Kegiatan Bulanan (RKB); (3) Rencana Kegiatan

Mingguan (RKM); dan (4) Rencana Kegiatan Harian

(RKH). RKT dan RKB disiapkan oleh pengelola

bersama pendidik, dengan memperhatikan masukan dari

para orangtua. RKM dan RKH disiapkan oleh pendidik

yang bersangkutan dengan mengacu pada RKT dan

(34)

Dalam menyusun rencana program

pembelajaran PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tahapan perkembangan anak.

b. Kemampuan yang akan dikembangkan.

c. Tema/topik dan kegiatan yang akan dilakukan.

d. Alat dan bahan main yang diperlukan.

e. Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan.

f. Metode/pendekatan yang akan digunakan.

g. Alat ukur/evaluasi ketercapaian perkembangan

anak.

Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) memuat

tingkat pencapaian perkembangan anak untuk

masing-masing kelompok usia (Permendiknas No. 58 Tahun

2009), alokasi waktu, dan temapembelajaran selama

satu tahun.

Rencana Kegiatan Bulanan (RKB) merupakan

penjabaran dari RKT. RKB memuat tema, indikator,

konsep, dan kosa kata yang akan dikembangkan. RKB

dapat berbentuk webbing, matrik, atau format lain sesuai kebutuhan.

Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan

(35)

Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) merupakan

pen-jabaran dari RKB. RKM memuat tujuan pembelajaran,

konsep yang akan dikenalkan, penambahan kosa kata,

indikator perkembangan, serta sentra/kegiatan main

yang akan dilakukan selama seminggu. Jika ada

kejadian tertentu yang perlu diketahui anak seperti

gempa, banjir, atau gerhana, tema dapat disesuaikan

sehingga proses pembelajaran lebih bermakna bagi

anak.

Rencana Kegiatan Harian (RKH) merupakan

penjabaran dari RKM. Rencana kegiatan harian memuat

satu topik yang dibahas pada hari tersebut, konsep yang

akan dikenalkan, penambahan kosa kata, serta kegiatan

main, alat dan bahan main yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

C. IZIN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN PRO-GRAM SATUAN PAUD

Sesuai peraturan perundangan yang berlaku, setiap

pendirian lembaga pendidikan baik formal maupun

nonformal wajib memperoleh izin dari pemerintah. Tujuan

(36)

memberikan pelayanan terbaik serta perlindungan kepada

masyarakat.

Perizinan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota. UPTD

Dinas Pendidikan Kecamatan wajib memfasilitasi proses

perizinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila

masih terdapat persyaratan yang belum terpenuhi, maka

dilakukan pembinaan serta diberitahukan kekurangannya.

Bagi PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an yang telah

melapor tetapi belum memenuhi persyaratan, dapat

diberikan surat izin sementara untuk jangka waktu satu

tahun. Surat izin sementara dapat diperpanjang

sebanyak-banyaknya dua kali. Apabila setelah berakhirnya

perpanjangan kedua yang bersangkutan belum mampu

memenuhi persyaratan, agar diupayakan untuk dibantu.

Apabila tidak memungkinkan, dapat disarankan untuk

bergabung dengan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

terdekat yang memenuhi syarat.

Persyaratan perizinan PAUD berbasis Pendidikan

Al-Qur an antara lain mencakup:

1. Memiliki kepengurusan (pengelola kegiatan)

sekurang-kurangnya terdiri dari unsur Ketua, Sekretaris, dan

(37)

2. Memiliki pendidik sekurang-kurangnya 3 orang

(ter-masuk pengelola yang merangkap sebagai pendidik).

3. Sekurang-kurangnya 50% pendidik berpendidikan

minimal SMA/Aliyah atau sederajat.

4. Sekurang-kurangnya 50% pendidik telah mengikuti

pelatihan program PAUD (dibuktikan dengan sertifikat

pelatihan).

5. Memiliki tempat yang tetap dan layak untuk kegiatan

anak (dilampiri foto tempat kegiatan).

6. Surat pernyataan bahwa kegiatan diselenggarakan di

area tempat ibadah atau area pendidikan (pondok

pesantren/sekolah Islam).

7. Tersedia air bersih dan kakus untuk keperluan toileting

anak dan pendidik.

8. Memiliki halaman/area untuk bermain bebas.

9. Memiliki Alat Permainan Edukatif (APE) untuk

men-dukung kegiatan anak di masing-masing kelompok.

10. Memiliki administrasi pencatatan kegiatan.

11. Memiliki buku-buku panduan/pedoman kegiatan.

12. Memiliki sumber pembiayaan yang dapat menjamin

keberlangsungan program (dilampiri daftar perkiraan

penerimaan keuangan dan pengeluaran selama

(38)

13. Kegiatan telah berjalan aktif selama 6 bulan terakhir.

14. Jumlah peserta didik sekurang-kurangnya 15 anak.

15. Rekomendasi dari organisasi induk.

16. Berbadan hukum dari organisasi induk atau

yayasan/lembaga penyelenggara.

Teknis perizinan diatur lebih lanjut oleh Dinas

(39)

BAB III

PENYELENGGARAAN PROGRAM

A. TUJUAN PROGRAM LAYANAN

1. Memperluas jangkauan layanan PAUD khususnya di kalangan masyarakat muslim.

2. Memberikan wahana pendidikan anak usia dini yang berlandaskan nilai-nilai Al-Quran.

B. PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Penyelenggaraan pendidikan pada PAUD berbasis

Pendidikan Al-Qur an berdasarkan prinsip-prinsip

Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut:

1. Berorientasi pada kebutuhan anak

Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan

dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa aman,

dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan

kebutuhan untuk diakui. Anak tidak bisa belajar dengan

baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/takut,

lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan

oleh pendidik atau temannya. Oleh karena itu dalam

pelaksanaan pendidikan anak usia dini guru harus

memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan tidak

(40)

2. Sesuai dengan perkembangan anak

Anak usia Taman Kanak-kanak memiliki

karakteristik khusus di semua area perkembangannya. Di

aspek fisik, anak telah memiliki kekuatan otot dan

koordinasi visual motorik yang semakin matang. Di aspek

bahasa, anak telah memiliki kosa kata yang cukup sehingga

mampu membangun komunikasi dengan orang lain. Secara

kognitif, anak telah mampu melakukan hubungan logika

sebab akibat dan pemecahan masalah sederhana. Secara

sosial emosional, anak telah mempunyai kemampuan untuk

mengelola perasaannya sehingga memungkinkankan untuk

menjalin interaksi dengan teman dan orang dewasa. Secara

moral dan agama, anak mulai dapat membedakan hal-hal

yang baik dan buruk. Oleh karena itu, guru harus

memahami tahap perkembangan anak dan menyusun

kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak

untuk mendukung pencapaian tahap perkembangan yang

lebih tinggi.

3. Sesuai dengan keunikan setiap individu

Anak merupakan individu yang unik,

masing-masing mempunyai gaya belajar yang berbeda. Ada

anak yang lebih mudah belajarnya dengan

(41)

(visual) dan ada yang harus dengan bergerak

(kinestetik). Anak juga memiliki minat yang

berbeda-beda terhadap alat/bahan yang dipelajari/digunakan,

juga mem-punyai temperamen yang berbeda, bahasa

yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta

kebiasaan yang berbeda.Guru seharusnya

mempertimbangkan perbedaan individual anak,

danmengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan

masing-masing anak. Untuk mendukung hal tersebut

guru harus meng-gunakan cara yang beragam dalam

membangun pengalaman anak, menyediakan

kesempatan bagi anak untuk belajar dengan cara yang

sesuai dengan kekuatannya, serta menyediakan ragam

main yang cukup.

4. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain

Pembelajaran dilakukan dengan cara yang

menye-nangkan, sehingga tidak boleh terjadi pemaksaan

(penekanan). Selama bermain, anak mendapatkan

pengalaman untuk mengembangkan aspek-aspek

nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan

sosial emosional. Pembiasaan dan pembentukan

(42)

kemandirian, sopan santun, dan lainnya ditanamkan

melalui cara yang menyenangkan.

5. Pembelajaran berpusat pada anak

Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan

anak sebagai subyek pendidikan. Oleh karena itu guru

harus memberi kesempatan kepada anak untuk

menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan

aktif melakukan atau mengalami sendiri untuk

membangun pengetahuannya sendiri. Guru bertindak

sebagai fasilitator saja, bukan yang menentukan segala

sesuatu yang akan dikerjakan anak.

6. Anak sebagai pembelajar aktif

Anak bukanlah sebuah wadah kosong yang perlu

diisi guru dengan berbagai pengetahuan, tetapi anak

merupakan subjek/pelaku kegiatan dan guru merupakan

fasilitator (membantu dan mengarahkan sesuai

kebutuhan masing-masing anak). Anak mempunyai rasa

ingin tahu yang besar, mempunyai banyak ide, dan

tidak bisa berdiam dalam jangka waktu lama.

Izinkanlah anak untuk membangun pengetahuannya

sendiri melalui pengalaman dengan beraneka bahan dan

kegiatan. Oleh karena itu guru harus menyediakan

(43)

untuk memainkannya dengan berbagai cara, dan

memberikan waktu kepada anak untuk mengenal

lingkungannya dengan caranya sendiri. Guru juga harus

memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk

diam tanpa aktifitas yang dilakukannya dalam waktu

yang lama.

7. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial

a. Anak belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit

yang dapat dirasakan oleh inderanya (dilihat,

diraba, dicium, dicecap, didengar) ke hal-hal yang

bersifat abstrak /imajinasi.

b. Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke

konsep yang lebih rumit, misalnya mula-mula anak

memahami apel sebagai buah kesukaan-nya,

kemudian anak memahami apel sebagai buah yang

berguna untuk kesehatannya.

c. Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan

menggunakan bahasa tubuh lalu berkembang

menggunakan bahasa lisan. Guru harus me-mahami

bahasa tubuh anak dan membantu mengembangkan

(44)

d. Anak memahami lingkungannya dimulai dari

hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri, kemudian

ke lingkungan dan orang-orang yang paling dekat

dengan dirinya, sampai kepada lingkungan yang

lebih luas.

Dengan demikian guru harus menyediakan

alat-alat main dari yang paling konkrit sampai alat-alat main

yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang

sesungguhnya.

8. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar

Lingkungan merupakan sumber belajar yang

sangat bermanfaat bagi anak. Lingkungan pembelajaran

berupa lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan

fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main,

benda-benda yang ada di sekitar anak, perubahan benda

(daun muda menjadi daun tua lalu menjadi daun kering,

dst.), cara kerja benda (bola didorong akan

menggelinding, sedangkan kubus didorong akan

menggeser, dst.), dan lingkungan non fisik berupa

kebiasaan orang-orang sekitar, suasana belajar

(keramahan pendidik, pendidik yang siap membantu,

(45)

Karena itu, guru perlu menata lingkungan yang

menarik, menciptakan suasana hubungan yang hangat

dengan anak, dan hubungan antar anak dan antar guru.

Guru perlu memfasilitasi anak untuk mendapatkan

pengalaman belajar di dalam dan di luar ruangan secara

seimbang dengan menggunakan benda-benda yang ada

di lingkungan anak. Guru juga menanamkan kebiasaan

baik, nilai-nilai agama dan moral di setiap kesempatan

selama anak di lembaga dengan cara yang

menyenangkan.

9. Merangsang munculnya kreatifitas dan inovasi Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi

kreatifitas yang sangat tinggi. Karena itu berikan anak

kesempatan untuk menggunakan bahan dengan

berbagai jenis, tekstur, bentuk, dan ukuran dalam

kegiatan permainannya, dan kesempatan untuk belajar

tentang berbagai sifat dari bahan-bahan, cara

memainkan, bereksplorasi dan menemukan.

Guru perlu menghargai setiap kreasi anak apapun

bentuknya sebagai wujud karya kreatif mereka. Dengan

kreatifitas, nantinya anak akan dapat memiliki pribadi

yang kreatif sehingga mereka dapat memecahkan

(46)

Ide-ide kreatif dan inovatif mereka dapat menunjang untuk

menjadi seorang wirausaha yang dapat meningkatkan

perekonomian negara.

10. Mengembangkan kecakapan hidup anak

Kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan

dasar yang perlu dimiliki anak melalui pengembangan

karakter, yang berguna bagi kehidupannya kelak.

Karakter yang baik dapat dikembangkan dan dipupuk

sehingga menjadi modal bagi masa depannya kelak.

Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak

menjadi mandiri, tekun, bekerja keras, disiplin, jujur,

percaya diri, menghargai, kerjasama dan mampu

membangun hubungan dengan orang lain. Guru harus

memberikan kesempatan kepada anak melakukan

sendiri kegiatan-kegiatan untuk menolong dirinya

(sesuai dengan kemampuan anak), misalnya membuka

sepatu dan meletakkan di tempatnya, membuka

bungkus makanan, mengancingkan baju sendiri, dan

lain-lain.

11. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar

Sumber dan media belajar anak usia dini tidak

(47)

menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di

lingkungan sepanjang tidak berbahaya bagi anak. Air,

tanah liat, pasir, batu-batuan, kerang, daun-daunan,

ranting, karton, botol-botol bekas, perca kain, baju

bekas, sepatu bekas, dan banyak benda lainnya dapat

dijadikan sebagai media belajar. Dengan menggunakan

bahan dan benda yang ada di sekitar anak, maka

kepedulian anak terhadap lingkungan terasah untuk ikut

serta menjaga dan melestarikan lingkungan alam

sekitarnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada guru

tetapi orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Misalnya

anak dapat belajar tentang tugas dan cara kerja petani,

peternak, polisi, pak pos, petugas pemadam kebakaran,

dan lainnya dengan cara mengunjungi tempat kerja

mereka atau mendatangkan mereka ke sekolah untuk

menunjukkan kepada anak bagaimana mereka bekerja

dan menjadi sumber pengetahuan serta inspirasi.

12. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya

PAUD merupakan wahana anak untuk tumbuh

dan berkembang sesuai potensi dengan berdasarkan

pada sosial budaya yang berlaku di lingkungannya.

(48)

seperti kesenian, bahasa, adat istiadat, permainan

tradisional anak, benda-benda budaya seperti alat

musik, baju,dan peralatan lainnya yang biasa digunakan

oleh daerah setempat, menjadi bagian dari pembelajaran

baik secara rutin maupun melalui kegiatan tertentu.

13. Melibatkan peran serta orangtua

Keberhasilan PAUD tidak bisa tercapai secara

optimal tanpa keterlibatan orangtua. Guru sebagai

pendidik kedua harus terus menjalin hubungan dengan

orangtua untuk mendapatkan informasi tentang anak

agar dapat menumbuh kembangkan semua potensi anak

secara optimal. Orangtua harus dilibatkan dalam

perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan di

sekolah, sehingga diharapkan dapat menjamin

terjadinya keberlangsungan dan kesinambungan

program antara apa yang dilakukan guru di sekolah

dengan orangtua di rumah. Selain itu, orangtua juga

dapat menjadi sumber informasi mengenai kebiasaan,

kegemaran, ketidaksukaan anak, dan lain-lain yang

digunakan pendidik dalam penyusunan program

pembelajaran dan evaluasi perkembangan anak. Untuk

itu, sekolah perlu memiliki program pendidikan

(49)

secara rutin, bukan sekedar pertemuan untuk

pengambilan laporan perkem-bangan anak. Dengan

demikian maka stimulasi yang dilakukan terhadap anak

di lembaga dan di rumah menjadi sejalan dan saling

menguatkan.

14. Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan

Saat anak melakukan sesuatu, sesungguhnya ia

sedang mengembangkan berbagai aspek

perkem-bangan/kecerdasannya. Sebagai contoh saat anak

makan, ia mengembangkan kemampuan bahasa (kosa

kata tentang nama bahan makanan, jenis makanan,

dsb.), gerakan motorik halus (memegang sendok,

membawa makanan ke mulut), kemampuan kognitif

(membedakan jumlah makanan yang banyak dan

sedikit), kemampuan sosial emosional (duduk dengan

tepat, saling berbagi, saling menghargai keinginan

teman), dan aspek moral (berdoa sebelum dan sesudah

makan). Program pembelajaran dan kegiatan anak yang

dikembangkan guru seharusnya ditujukan untuk

(50)

C. PRINSIP - PRINSIP PENYELENGGARAAN

Penyelenggaraan Program PAUD berbasis

Pendidikan Al-Qur an mengacu pada prinsip-prinsip

berikut ini:

1. Optimalisasi Program

Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

dimak-sudkan untuk memperkuat lembaga pendidikan

Al-Quran yang sudah berjalan atau menggabungkan

penyelenggaraan PAUD dengan pendidikan Al-Quran

yang sudah ada sehingga hasilnya lebih optimal.

2. Optimalisasi Ketenagaan

Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur andapat

mengoptimalkan ketenagaan (ustadz/ustadzah TPQ)

yang ada untuk melaksanakan dua program secara

terpadu, yaitu PAUD dan Pendidikan Al-Quran.

3. Optimalisasi Sarana dan Prasarana

Program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dapat

memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia

seperti masjid, musholla, atau prasarana lain yang

dimiliki masyarakat, dengan memasang identitas (papan

nama lembaga PAUD yang berbasis Pendidikan

(51)

D. KOMPONEN PENYELENGGARAAN 1. Kurikulum

a. Kurikulum PAUD berbasis Pendidikan Al-Quran

digunakan oleh lembaga masing-masing dengan

mengikuti standar PAUD Permen Diknas Nomor

58 tahun 2009.

b. Panduan kurikulum PAUD berbasis pendidikan

Al-Qur an disusun oleh lembaga/organisasi induk

satuan PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an

tingkat pusat.

2. Peserta Didik

a. Peserta didik PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

adalah anak dari keluarga muslim mulai usia 2

sampai dengan 6 tahun.

b. Peserta didik PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an

diutamakan anak yang tidak/belum terlayani PAUD

lainnya.

3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik anak usia dini adalah tenaga profesional yang

bertugas merencanakan, melaksanakan proses

pem-belajaran, dan menilai hasil pempem-belajaran, serta

melakukan pembimbingan, pengasuhan dan

(52)

Pen-didikan Al-Qur an bertugas di berbagai jenis layanan

baik pada TAAM, TKA/TKQ, TPA/TPQ, TBA, dan

bentuk lain yang sederajat. Pendidik PAUD terdiri atas

guru dan guru pendamping.

Tenaga kependidikan terdiri atas pengawas/penilik,

kepala sekolah, pengelola, administrasi, dan petugas

kebersihan. Tenaga kependidikan bertugas

melak-sanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,

pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang

proses pendidikan pada lembaga PAUD berbasis

Pendidikan Al-Qur an.

a. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1) Standar Pendidik

a) Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD

didasarkan pada peraturan menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.

16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi

Akademik dan kompetensi guru beserta

lampirannya.

b) Bagi guru PAUD jalur pendidikan non formal

( TPA, KB, TAAM TK Al-Qur an, TPQ dan

(53)

kualifikasi akademik dan kompetensi disebut guru pendamping dan pengasuh. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru pendamping a) Memiliki ijazah D-II PGTK dari

per-guruan tinggi terakreditasi; atau

b) Memiliki ijazah minimal sekolah me-nengah atas (SMA/Aliyah) atau se-derajat dan memiliki sertifikat pelatih-an/pendidikan/kursus PAUD yang ter-akreditasi.

2) Standar Tenaga Kependidikan

(54)

a) Pengawas / Penilik

Kualifikasi dan kompetensi Penilik PAUD Jalur Pendidikan Nonformal didasarkan pada peraturan Penilik Pendidikan Nonformal pada umumnya.

b) Pengelola PAUD Jalur Pendidikan Nonformal

Pengelola PAUD Jalur Pendidikan Nonformal adalah penanggungjawab dalam satuan PAUD Jalur Pendidikan Nonformal dengan kualifikasi:

(1) Minimal memiliki kualifikasi dan kompetensi guru pendamping

(2) Berpengalaman sebagai pendidik PAUD minimal 2 tahun

(3) Lulus Pelatihan/magang/kursus penge- lolaan PAUD dari lembaga terakreditasi

4. Sarana dan Prasarana

(55)

digunakan dalam menyelenggarakan proses penye-lenggaraan PAUD.

Standar sarana prasarana adalah perlengkapan untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pengasuhan dan perlindungan. Pengadaan sarana prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya dan jenis layanan PAUD.

Dalam mempersiapkan sarana dan prasarana harus memperhatikan hal berikut:

a. Prinsip.

1) Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan anak.

2) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak

3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada dilingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai.

b. Persyaratan

1) Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani dengan luas minimal 3m² per peserta didik.

(56)

ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi/jamban yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup.

3) Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani.

4) Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.

5. Pengelolaan

Pengelolaan dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya hak dan kebutuhan anak, serta kesinambungan pelaksanaan PAUD.

a. Prinsip Pengelolaan.

1) Program dikelola secara partisipatoris

2) Menerapkan manajemen berbasis masyarakat b. Bentuk layanan.

Anak usia 2 6 tahun c. Perencanaan Pengelolaan

(57)

rangka pengelolaan dan peningkatan kualitas lembaga.

2) Visi, misi, dan tujuan lembaga dfijadikan cita-cita dan upaya bersama agar mampu mem-berikan inspirasi, motivasi dan kekuatan pada semua pihak yang berkepentingan.

3) Visi, misi dan tujuan lembaga dirumuskan oleh pimpinan lembaga bersama masyarakat, pen-didik dan tenaga kepenpen-didikan.

4) Program harus memiliki izin sesuai dengan jenis penyelenggaraan program.

d. Pelaksanaan Pengelolaan

1) Pengelolaan administrasi kegiatan meliputi: a) Data anak dan perkembangannya b) Data lembaga, dan

c) Administrasi keuangan dan program

2) Pengelolaan sumber belajar/media meliputi pengadaan, pemanfaatan, dan perawatan.

a) Alat bermain

(58)

6. Pembiayaan

Pembiayaan meliputi jenis, sumber, dan pemanfaatan serta pengawasan dan pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan dan pengembangan lembaga PAUD yang dikelola secara baik dan transparan.

a. Jenis dan Pemanfaatannya:

1) Biaya investasi, dipergunakan untuk pengadaan sarana prasarana, pengembangan SDM, dan modal kerja tetap.

2) Biaya operasional, digunakan untuk gaji pen-didik dan tenaga kepenpen-didikan serta tunjangan yang melekat, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai pakai dan biaya operasional pendidikan tak langsung.

3) Biaya personal, meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

b. Sumber Pembiayaan

(59)

c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban

Lembaga memiliki mekanisme untuk melakukan pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

7. Kemitraan

PAUD berbasis pendidikan Al-Qur an bekerjasama/bermitra dengan orang tua/wali murid, instansi pemerintah, instansi swasta, lembaga swadaya masyarakat, yayasan, dan lembaga peduli PAUD, dalam maupun luar negeri.

Orangtua/wali peserta didik PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an merupakan bagian yang sangat penting sebagai pendidik pertama dan utama.

a. Komitmen orangtua/wali diperlukan untuk men-dukung proses pembelajaran PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

b. Keterlibatan orangtua/wali dalam mendukung proses pembelajaran antara lain dilakukan dengan: 1) Melanjutkan pembiasaan akhlakul karimah

(sikap dan perkataan positif) di rumah;

2) Melanjutkan pembiasaan sholat berjamaah di masjid atau di rumah;

(60)

4) Membiasakan membaca doa sehari-hari; 5) Membiasakan menghafal surat-surat pendek; 6) Mengikuti program parenting pertemuan rutin

yang diselenggarakan dilakukan oleh lembaga; 7) Membayar infaq bulanan secara tepat waktu dan

sesuai kemampuan dan kepatutan dengan prinsip gotong royong (bagi yang mampu membayar infaq lebih besar daripada yang kurang mampu), atau sesuai kesepakatan bersama;

8) Berpartisipasi aktif dalam memajukan program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

E. PROSES KEGIATAN 1. Pendekatan

Kegiatan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an meng-gunakan pendekatan:

a. Belajar melalui bermain.

b. Terintegrasi dengan pengembangan akhlak, Imtaq, dan karakter.

(61)

d. Proses kegiatan bersifat terpadu dan tematik, yaitu setiap kegiatan ditujukan untuk mengembangkan semua aspek yang dibungkus dengan tema tertentu.

2. Alur Kegiatan

Secara umum runtutan alur kegiatan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an sejak kedatangan anak hingga anak pulang dapat digambarkan pada bagan berikut. Namun secara khusus dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing tempat dan waktu pelaksanaannya (pagi/sore).

KEDATANGAN

JURNAL(20 MENIT)

PEMBUKAAN (20 MENIT)

TRANSISI (10 MENIT)

PULANG

PEMBIASAAN AGAMA (60 MENIT)

(62)

Contoh jadwal kegiatan harian PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dapat dilihat pada lampiran 4a dan 4b.

3. Proses Kegiatan

Proses kegiatan merupakan inti dari kegiatan PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an. Proses kegiatan merupakan wahana untuk memfasilitasi agar setiap anak dapat mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usia dan potensi masing-masing. Proses kegiatan PAUD mencakup bidang Pengembangan Kemampuan Perilaku/Pembiasaan, dan bidang Pengembangan Kemampuan Dasar.

Proses kegiatan anak usia dini pada program PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an diintegrasikan dengan pengembangkan akhlak dan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam diri setiap anak sesuai ajaran Islam. a. Pengembangan Kemampuan Perilaku/Pembiasaan

Pengembangan Pembiasaan yang perlu dilakukan secara berkelanjutan, di antaranya:

1) Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. 2) Mengikuti ibadah harian.

3) Senyum, salam, dan sapa.

(63)

5) Menggunakan kata-kata toyyibah seperti maaf, pe-rmisi, terimakasih, tolong, Subhanallah, Alham-dulillah, Allahu akbar, bismillah, dsb.

6) Hormat kepada orang dewasa dan sayang sesama teman.

7) Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 8) Saling tolong-menolong.

9) Aktif dan antisipatif. 10) Selalu ceria.

11) Senang membantu/menolong.

12) Berbicara dengan lembut dan santun. 13) Bersabar untuk antri atau menunggu giliran. 14) Menyegerakan urusan yang ditunggu teman/orang. 15) Berempati kepada teman yang sedih/kesusahan. 16) Bersikap jujur, adil, dan berani.

17) Mencintai lingkungan alam dan binatang sesuai ajaran agama.

18) Infaq, sadaqah, dan menyantuni anak yatim/fakir-miskin.

19) Bersyukur dan bertawakal. 20) Bersilaturahmi.

(64)

kesiapan anak. Bila anak belum mampu atau lupa melakukan, maka guru mengingatkan dengan memberi contoh apa yang seharusnya dilakukan anak. Contoh: ketika anak lupa mengucapkan terimakasih saat dibantu atau diberi sesuatu, maka pendidik yang mengucapkan terimakasih . Jika anak masih lupa atau belum mau mengucapkan, maka pendidik yang terus mengucapkan. Demikian seterusnya sampai hal tersebut dilakukan dan menjadi perilaku anak. Jadi dalam melakukan pembiasaan ini tidak cukup hanya diajarkan, tetapi dicontohkan secara terus-menerus oleh pendidik. Pendidik tidak perlu menegur apalagi menghukum anak yang belum melakukan, tetapi cukup mengajak, mencontohkan, atau mengingatkan.

b. Pengembangan Kemampuan Dasar

(65)

disesuaikan dengan potensi masing-masing anak serta tidak boleh dipaksakan.

c. Keterpaduan antara Program Pengembangan Kemam-puan Perilaku/Pembiasaan dan Program Pengembangan Kemampuan Dasar

Program pengembangan pembiasaan dan program pengembangan kemampuan dasar pada anak usia dini tidak bersifat terpisah/sendiri-sendiri, tetapi menyatu dan bersifat saling mendukung.Semua program tersebut ditujukan untuk membantu anak mencapai perilaku mulia (akhlaqul karimah) dan perkembangan optimal pada semua aspek, dalam rangka membentuk pribadi yang Islami, sehat/bugar, cerdas, dan kreatif sesuai dengan potensi masing-masing. Para pendidik dapat mengembangkan kegiatan lain yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan budaya masing-masing daerah.

4. Pengelolaan Proses Kegiatan

a. Penyiapan/penataan Bahan dan Alat Main/APE

(66)

2) Penataan bahan dan alat main/APE hendaknya mencerminkan rencana pembelajaan yang sudah dibuat, yaitu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai anak selama bermain dengan bahan dan alat main tersebut.

b. Penyambutan Kehadiran Anak

Jika saatnya anak mulai datang, salah seorang pendidik menyambut kedatangan anak dengan ramah dan membimbing untuk menyimpan bekal dan peralatan yang dibawapada tempatnya.

c. Fasilitasi Kegiatan Jurnal Harian

1) Sambil menunggu anak-anak lainnya datang, anak yang sudah datang dipersilahkan melakukan jurnal pagi melalui kegiatan misalnya: menggambar, mencoret-coret bebas, atau kegiatan lain yang disukai anak.

(67)

d. Kegiatan Pembuka

Saat waktunya tiba, semua anak diminta berkumpul membentuk lingkaran besar untuk melakukan kegiatan pembuka. Kegiatan pembuka dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Salah seorang pendidik memimpin kegiatan pembuka dengan mengucapkan salam lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Pendidik lain membantu mengatur anak agar mengikuti kegiatan pembuka dengan tertib. Kegiatan pembuka dapat berupa permainan tradisional, gerak dan musik, mendongeng, bernyanyi, menirukan gerakan/suara hewan, atau kegiatan lain yang melibatkan gerakan kasar dan membangun emosi positif anak.

(68)

e. Transisi

1)Setelah mengikuti kegiatan pembuka, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan, dan lain-lain. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilakan untuk minum dan ke kamar kecil/mencuci tangan. Kegiatan ini bertujuan untuk latihan kebersihan diri ke kamar mandi (toilet training). Masing-masing pendidik memimpin kelompok anak yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Setelah selesai toilet training, anak-anak diminta

mengambil air wudhu untuk melakukan shalat dhuha dan pembiasaan agama.

3) Setelah semua anak siap, pendidik mengajak anak-anak menuju sentra/kelompoknya guna persiapan shalat dhuha.

f. Pembiasaan Agama

1) Jika waktunya pagi dapat dimulai dengan shalat dhuha yang diikuti seluruh anak atau di ke-lompoknya masing-masing.

(69)

membaca Iqra, doa harian, surat pendek, atau lagu-lagu Islami (nasyid).

g. Kegiatan di Kelompok 1) Pijakan sebelum bermain

a) Pendidik dan anak-anak duduk melingkar atau menggerombol berhadapan dengan pendidik. Pendidik memberi salam kepada anak-anak dan menyapa setiap anak dengan menanyakan kabarnya.

b) Pendidik meminta anak-anak untuk memper-hatikan siapa saja yang tidak hadir.

c) Mengajak anak membaca doa sebelum kegiatan dan meminta salah seorang anak untuk memimpin doa.

d) Pendidik menyampaikan kegiatan hari ini dan hal-hal yang dapat dilakukan anak.

e) Pendidik membacakan buku yang sesuai tema terintegrasi dengan nilai-nilai kehidupan ber-agama Islam.

(70)

g) Pendidik mengenalkan alat main yang sudah disiapkan.

h) Pendidik menjelaskan cara menggunakan alat-alat.

i) Agar tertib, anak-anak diminta mengusulkan dan menyepakati aturan bermain.

j) Pendidik mempersilakan anak untuk mulai bermain melalui kegiatan transisi, misalnya mempersilakan anak tertentu untuk bermain terlebih dahulu dengan menunjuk anak ber-dasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya.

2) Pijakan Saat Anak Bermain

a) Pendidik berkeliling dan memastikan semua anak aktif bermain.

b) Memberi gagasan cara main pada anak yang belum memiliki pengalaman menggunakan bahan dan alat main yang disediakan.

c) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak.

(71)

dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.

Pendidik Sedang Memberikan Pijakan Saat Anak Bermain e) Memberikan bantuan pada anak yang

membutuhkan.

f) Mendukung anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya (densitas).

g) Mencatat dan mendokumentasikankegiatan, perilaku, dan perkataan anak.

(72)

i) Bila waktu tinggal 5 menit, pendidik mem-beritahukan kepada anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan mainannya. 3) Pijakan Setelah Bermain

a) Setelah waktu bermain selesai Pendidik mem-beritahukan saatnya mengembalikan mainan, alat dan bahan pada tempatnya dengan melibatkan anak-anak.

b) Bila anak belum terbiasa, Pendidik bisa mem-buat permainan atau lagu yang menarik agar anak senang merapikan.

c) Saat merapikan, Pendidik menyiapkan tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengan jenisnya.

(73)

d) Bila peralatan dan bahan main sudah dirapikan kembali, pendidik merapikan tempat dan membantu anak-anak merapikan bajunya dan/atau menggantinya bila basah.

e) Setelah rapi dan semua anak duduk, pendidik menanyakan kembali kepada setiap anak kegiatan main yang telah dilakukannya. Ke-giatan menanyakan kembali (recalling) melatih kekuatan berpikir anak, melatih menggunakan kalimat untuk mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya, serta memperluas perbendaharaan kata anak.

f) Pendidik mengajak anak membaca do a setelah selesai kegiatan bermain.

(74)

h. Makan Bersama

1) Makan bersama bertujuan untuk membiasakan adab makan, mengenal jenis-jenis makanan, mensyukuri rizqi dari Allah, dan meningkatkan gizi anak. Jenis makanan berupa kue atau makanan bergizi lainnya. Agar menu makanan dapat diatur dan untuk menghindari makanan jajanan yang ku-rang sehat, disarankan agar makanan disediakan secara bergilir oleh orangtua untuk masing-masing kelompok. Untuk itu perlu disepakati menu/jenis makanan yang harus disiapkan oleh orangtua beserta patokan harga minimalnya (sesuai ke-sepakatan). Hari yang orangtuanya membawakan makanan dijadikan hari sodaqoh anak. Anak yang bersodaqoh dapat diberi kesempatan sebagai pemimpin pada hari itu.

(75)

Anak sedang makan bersama-sama

3) Pembiasaan tatacara/adab makan yang baik.

4) Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan yang tercecer atau bungkus makanan dibuang ke tempat sampah.

(76)

i. Kegiatan Penutup (diikuti seluruh anak)

1) Setelah semua anak berkumpul membentuk ling-karan besar, pendidik dapat mengajak anak bernyanyi atau membaca puisi. Pendidik menyam-paikan rencana kegiatan hari berikutnya dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing.

2) Pendidik meminta salah satu anak secara bergiliran untuk memimpin doa penutup.

3) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju, usia, dan lain-lain. Selanjutnya berjabatan tangan sambil mengucapkan salam.

Pulang dengan tertib merupakan pijakan akhir yang mengesankan

j. Perencanaan Kegiatan Hari Berikutnya

(77)

bersama pendidiklain mendiskusikan kejadian hari ini dan menyiapkan rencana kegiatan hari berikutnya. k. Program Orangtua

1) Program orangtua dikembangkan dalam rangka menjembatani kesesuaian pemahaman akan pendidikan, dan pengasuhan anak yang diberikan di lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an dan pengasuhan di rumah.

2) Program orangtua dilaksanakan secara berkala. Waktu pertemuan disepakati bersama. Inisiatif kegiatan dapat datang dari orangtua, sedangkan lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an memfasilitasinya.

3) Kegiatan Program orangtua dapat berbentuk: kelas orangtua, keterlibatan orangtua di kelas/kelompok/sentra, keterlibatan orangtua dalam kegiatan bersama, hari konsultasi, kunjungan rumah, dan sebagainya.

(78)

5) Narasumber dapat berasal dari orangtua itu sendiri, lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an, atau ahli dari luar.

6) Program Orangtua sebaiknya disusun oleh orangtua bersama lembaga PAUD berbasis Pendidikan Al-Qur an.

7) Selain melalui kegiatan tatap muka, media yang dapat digunakan dalam bentuk: leaflet, koran dinding, atau siaran radio komunitas orangtua PAUD.

8) Pelaksanaan Program Orangtua mengikuti Petunjuk yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan PAUD Tahun 2013.

F. EVALUASI, PELAPORAN DAN PEMBINAAN 1. Evaluasi

Gambar

gambar dan bentuk-bentuk yang bernuansa dan

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran peserta didik POS PAUD adalah anak usia dini, terutama usia 3 bulan – 2 tahun atau usia 3-6 tahun yang belum mendapatkan stimulasi pendidikan pada program Pos

memotivasi yang dilakukan melalui kegiatan Gebyar Pendidikan Anak Usia Dini..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) perencanaan Pendidikan Anak Usia Dini berbasis karak- ter, (2) pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini

Untuk tahun ini pelaksanaan Penguatan Pembelajaran PAUD dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Ditjen PAUDNI yang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi

Persepsi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan anak usia dini (PTK-PAUD) terhadap pendidikan anak usia dini (PAUD) di wilayah kota Yogyakarta

Perluasan dan pemerataan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat dimungkinkan untuk menjangkau seluruh sasaran apabila ditunjang dengan ketersediaan lembaga PAUD yang

Bagi Taman Pendidikan al-Quran Nurul Ilmi, pmbinaan anak usia dini yang sudah dilakukan sudah sangat baik, namun ada hal-hal yang perlu untuk diperbaiki seperti

Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Pendidikan anak usia dini PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan