• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Displin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Displin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fungsi primer dari pemerintah adalah pelayanan kepada masyarakat.

Sebagai sebuah lembaga, pelayanan publik menjamin keberlangsungan

administrasi negara yang melibatkan pengembangan kebijakan pelayanan dan

pengelolaan sumber daya yang berasal dari dan untuk kepentingan publik.

Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang

diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.

Perbaikan pelayanan publik di era reformasi ini merupakan harapan

seluruh masyarakat, namun dalam perjalanan reformasi ternyata tidak mengalami

perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan masyarakat justru cenderung

menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik mengalami kemunduran

yang utamanya ditandai dengan banyaknya penyimpangan dalam layanan publik

tersebut. Sistem dan prosedur pelayanan yang berbelit-belit, dan sumber daya

manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan, mahal, tertutup, dan

diskriminatif serta berbudaya bukan melayani melain dilayani juga merupakan

aspek layanan publik yang banyak disoroti.

Dari sisi kelembagaan, kelemahan utama terletak pada desain organisasi

yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada

masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit

dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi

(2)

dilakukan oleh pemerintah yang juga menyebab pelayanan publik menjadi tidak

efisien, sementara karakteristik pelayanan pemerintah yang sebagian bersifat

monopoli sehingga tidak menghadapi permasalahan persaingan pasar menjadikan

lemahnya perhatian pengelola pelayanan publik akan penyediaan pelayanan yang

berkualitas. Lebih buruk lagi kondisi ini menjadikan sebagian pengelola

pelayanan memandaatkan untuk mengambil keuntungan pribadi, dan cenderung

mempersulit prosedur pelayanannya. Akibat permasalahan tersebut, citra buruk

pada pengelolaan pelayanan publik masih melekat sampai saat ini sehingga tidak

ada kepercayaan masyarakat pada pengelola pelayanan. Kenyataan ini merupakan

tantangan yang harus segera diatasi pada era persaingan bebas pada saat ini.

Dari sisi manajemen pemerintahan, penerapan desentralisasi dan otonomi

daerah merupakan instrumen utama untuk mencapai suatu negara yang mampu

menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Pelaksanaan otonomi daerah

sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Membawa konsekuensi dan implikasi yang cukup besar

terhadap perubahan paradigma pembangunan daerah. Daerah dituntut untuk

mengurus rumah tangganya sendiri, baik dalam menyelenggarakan tugas

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Khusus dalam pelaksanaan tugas pemerintahan di tingkat kabupaten/kota

dan kecamatan dituntut kepada aparatur negara selaku penyelenggara

pemerintahan harus mampu melakukan inovasi diri guna meningkatkan kinerja,

baik untuk diri pribadinya maupun untuk instansi tempat dimana dia bekerja. Oleh

karena itu pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara yang bertugas sebagai abdi

(3)

dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

Disiplin pegawai tingkat kecamatan merupakan faktor yang sangat penting

dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu penting pembinaan disiplin

dengan tujuan agar tumbuh kesadaran dan menaati peraturan yang berlaku,

mengembangkan jiwa dan semangat fokus kerja, mengembangkan nsikap untuk

mementingkan kepentingan umum, mengembangkan daya tahan kerja,

mengembangkan tanggung jawab yang tinggi, kepatuhan kepada atasan,

kesetiakawanan terhadap semua pegawai dan peningkatan loyalitas kerja dalam

menjalankan tanggung jawab kepada masyarakat dan negara. Disiplin mutlak

dimiliki oleh setiap aparatur pemerintah, baik pemerintah di tingkat atas, maupun

pemerintah di tingkat bawah, dengan demikian disiplin yang dimiliki aparatur

pemerintah tingkat pusat juga harus dimiliki oleh aparatur pemerintah di tingkat

daerah sehingga baik pusat maupun daerah saling menunjang dalam menciptakan

disiplin nasional.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah Kabupaten Deli Serdang

selalu dituntut untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, bangsa dan

negara yang dicerminkan lewat kinerja aparat pemerintah dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan

pertumbuhan serta peningkatan kebutuhan dasar masyarakat. Titik berat otonomi

daerah pada saat ini adalah desa atau kecamatan, dimana pelayanan yang paling

dekat dengan masyarakat dan secara langsung.

Kondisi mengenai pelayanan pegawai di Kantor Camat Pancur Batu

(4)

dikarenakan kualitas pelayanan yang diberikan belum memenuhi kriteria

kepastian waktu, sebab seringkali pelaksanaan tugas pemberian pelayanan masih

membutuhkan prosedur atau proses yang tidak sebentar. Hal tersebut seolah

menunjukkan bahwa para pegawai seolah belum handal dan efektif dalam

menangani suatu pekerjaan.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengasumsikan bahwa pegawai

pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang belum sepenuhnya

dapat menjalankan tugas pekerjaannya dengan baik atau dengan kata lain

produktivitas kerjanya masih kurang sehingga kemudian tentunya akan

berpengaruh terhadap pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.

Disiplin pegawai negeri sipil akan menentukan kinerja,dimana kinerja

tersebut ditunjukkan kepada kualitas pelayanan untuk masyarakat dan selanjutnya

akan menentukan tingkat prestasi kerja. Oleh karena itu disiplin kerja memegang

peranan yang sangat penting dan mutlak diperlukan, khususnya pada kantor camat

yang berfungsi sebagai unit pelayan langsung kepada masyarakat sehingga dapat

memberikan pelayanan langsung yang terbaik kepada masyarakat, sehingga pada

hal ini disiplin kerja perlu mendapat perhatian. Atas dasar inilah penulis tertarik

untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul "Pengaruh Disiplin Kerja

Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukan di atas, maka

(5)

disiplin kerja pegawai negeri sipil pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang terhadap kualitas pelayanan publik ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya

bertujuan untuk menemukan, mengembangkan,dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengetahuan itu sendiri. penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan,

mendeskripsikan suatu prosedur aparatur negara dalam menjalankan tugasnya.

Adapun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana disiplin kerja pada Kantor Camat Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik pada Kantor Camat

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari disiplin kerja terhadap kualitas

pelayanan publik pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan

kamempuan berfikir dalam menulis karya ilmiah.

2. Secara praktis, sebagai masukan dan sumbangan pikiran bagi para kepala

satuan kerja perangkat daerah, khususnya untuk mengetahui bagaimana disiplin

kerja pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dalam mengambil

kebijakan kedisiplinan kerja pegawai dan upaya peningkatan kualitas pelayanan

(6)

3. Secara akademis,sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun

bahan perbandingan,serta dapat memberikan kontribusi keilmuan pada civitas

akademika.

E. Kerangka Teori

Dengan adanya kerangka teori, maka memudahkan penulis dalam rangka

menyusun penelitian ini dimana kerangka teori digunakan untu memberikan

landasan berpikir yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan

masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan

tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan

dilakukan. Dengan demikian penulisan dapat menggunakan teori-teori yang

relevan dengan tujuan penelitian.

1. Kedisiplinan

a. Pengertian Disiplin

Kedisiplinan sering diartikan sebagai kepatuhan seseorang atau organisasi

terhadap sesuatu perintah dan berinisiatif untuk melaksanakannya. Disiplin adalah

setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan

terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang

diperlukan seandainya tidak ada perintah (Heidjrachman dan Suad Husnan, 2001:

15).

Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti

“latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”.

Jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap

(7)

Disiplin kerja adalah ketaatan personalia publik terhadap peraturan, kaidah,

pedoman yang berlaku dalam organisasi maupun pekerjaan yang telah ditetapkan

padanya (Revida, 2010:14).

Menurut Sastrohadiwiryo (2002:208), disiplin kerja dapat didefinisikan

sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap

peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia

melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini

merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan

sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau

mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan

kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai

dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

Disiplin kerja pegawai negeri sipil merupakan sikap atau tingkah laku yang

menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap

peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang tertulis

maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan

efesien.

Menurut Sastrohadiwiryo (2002: 292), secara umum dapat disebutkan bahwa

(8)

sesuai dengan motif perusahaan. Secara khusus tujuan pembinaan disiplin kerja

para tenaga kerja, antara lain:

1. Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik

tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen.

2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu

memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang

diberikan kepadanya.

3. Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada

perusahaan.

5. Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan

harapan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Jenis-Jenis Disiplin

T. Hani Handoko dalam Martoyo (2003:144) menggolongkan jenis-jenis

disiplin antara lain:

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk

mendorong para pegawai agar sadar mentaati berbagai standar dan aturan,

(9)

dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self discipline” pada setiap pegawai tanpa

kecuali.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran

yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini berupa suatu bentuk

hukuman atau tindakan pendisiplinan (disciplinary action), yang wujudnya dapat

berupa “peringatan” ataupun berupa “schorsing”. Semua sasaran pendisiplinan

tersebut harus positif, bersifat mendidik dan mengoreksi kekeliruan untuk tidak

terulang kembali.

Sedangkan menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Triguno

(1997:50), menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk, yaitu:

1. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati standar

atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar memiliki disiplin

pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu berat dengan

pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta

partisipasi SDM.

2. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran standar

atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya

pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang

biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors,

(10)

3. Disiplin Progesif

Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa hukuman yang

makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki diri sebelum

hukuman berat dijatuhkan.

c. Prinsip-Prinsip Pendisiplinan

Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo (1990:241)

adalah:

1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi.

Pendisiplinan seharusnya dilakukan dengan memberikan teguran kepada pegawai.

Teguran jangan dilakukan di hadapan orang banyak. Karena dapat menyebabkan

pegawai yang ditegur akan merasa malu dan tidak menutup kemungkinan

menimbulkan rasa dendam yang dapat merugikan organisasi.

2. Pendisiplinan harus bersifat membangun.

Selain memberikan teguran dan menunjukkan kesalahan yang dilakukan pegawai,

harus disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak

mengulangi lagi kesalahan yang sama.

3. Pendisiplinan harus dilakukan sacara langsung dengan segera.

Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa pegawai telah

melakukan kesalahan. Jangan membiarkan masalah menjadi kadaluarsa sehingga

terlupakan oleh pegawai yang bersangkutan.

4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan.

Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih. Siapapun

yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan pendisiplinan secara

(11)

5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu pegawai absen.

Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan pegawai yang bersangkutan secara

pribadi agar ia tahu telah melakukan kesalahan. Karena akan percuma

pendisiplinan yang dilakukan tanpa adanya pihak yang bersangkutan.

6. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali.

Sikap wajar hendaknya dilakukan pimpinan terhadap pegawai yang telah

melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian, proses kerja dapat lancar

kembali dan tidak kaku dalam bersikap.

2. Pelayanan Publik

a. Pengertian Pelayanan Publik

Berdasarkan keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2003, definisi dari pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, didaerah, dan dilingkungan Badan

Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan

atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun

dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut UU Nomor 25/2009, bab I, pasal 1, ayat (1), pengertian

pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum

(12)

mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan

terhadap publik ( publik=umum).

Menurut Moenir (2001:7) Pelayanan umum adalah suatu usaha yang

dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan

kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu

Menurut Widodo (2001:131), Pelayanan publik adalah pemberian layanan

(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada

organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang tekah

ditetapkan.

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di bidang

jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non komersial.

Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan yang

dilakukan oleh orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak

swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang

biasanya adalah pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial

melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan

kegiatan pelayanan yang bersifat non- komersial kegiatannya lebih tertuju pada

pemberian layanan kepada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya

tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa

pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di

(13)

Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b. Unsur-unsur Pelayanan Publik

Dalam proses kegiatan pelayanan publik terdapat beberapa faktor atau

unsur yang mendukung jalannya kegiatan. Menurut A.S. Moenir (2001:8)

unsur-unsur tersebut antara lain:

1. Sistem, Prosedur dan Metode

Yaitu di dalam pelayanan publik perlu adanya sistem informasi,

prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan

pelayanan.

2. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur; dalam pelayanan

publik aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus

profesional, disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau

masyarakat.

3. Sarana dan prasarana

Dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja serta

fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu, tempat parkir yang

memadai.

4. Masyarakat sebagai pelanggan

Dalam pelayanan publik masyarakat sebagai pelanggan sangatlah

(14)

c. Azas, Prinsip Dan Standar Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa,

penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan sebagai berikut

(Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004):

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5. Keamanan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras,

golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

(15)

Dalam proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan

sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan. Adapun prinsip pelayanan

publik menurut keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 antara lain

adalah :

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik; unit kerja atau

pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam

pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata

cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

(16)

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang

memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan

informatika.

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Keramahan dan Kesopanan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah,

dan lain-lain.

Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

“Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik yang wajib diataati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.”

(17)

1. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengadaan.

2. Waktu Pemyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang dititipkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan

5. Sarana dan Prasarana

Penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang

dibutuhkan.

Azas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut diatas merupakan pedoman

dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga

berfungsi sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi

(18)

pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang

sesuai dengan kebutuhan dan prosesnya memuaskan dan tidak menyulitkan

masyarakat.

d. Jenis-Jenis Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan seluruh aparaturnya bertugas

menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Adapun

kegiatan yang dilakukan oleh aparatur terdiri dari berbagai macam bentuk.

Dalam keputusan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun

2003, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu :

1. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat

kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan

sebagainya. Dokumendokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan

(KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan

Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat

kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya.

2. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang

yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga

(19)

3. Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan

oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,

penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik

Suatu pelayanan yang komprehenshif yang diberikan oleh pegawai

pemerintah dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur dari pelayanan

tersebut yaitu pada saat terjadinya suatu interaksi antara pegawai pemerintah

sebagai pemberi pelayanan dengan masyarakat sebagai konsumen dari pelayanan

yang diberikan.

Menurut Moenir (2002:88) faktor-faktor yang mendukung pelayanan,

sebagai berikut: 1. Faktor kesadaran yaitu kesadaran para pejabat serta petugas

yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada

tingkatan terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa

dampak yang sangat positif terhadap organisasinya.

2. Faktor aturan yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja

pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat

berjalan teratur dan terarah, oleh karena itu harus dipahami oleh organisasi yang

berkepentingan/bersangkutan.

3. Faktor organisasi merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya

(20)

4. Faktor pendapatan yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai

pendukung pelaksanaannya pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi

pegawai dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik.

5. Faktor keterampilan tugas yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam

melaksanakan pekerjaan. Ada tiga kemampuan yang harus dimiliki, yaitu

kemampuan manajerial, kemampuan teknis, dan kemampuan untuk membuat

konsep.

6. Faktor sarana yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau

pekerjaan layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu, dan

fasilitas lain yang melengkapi seperti fasilitas komunikasi.

Berdasarkan pada ke enam factor tersebut maka disiplin kerja termasuk

kedalam bagian dari kesadaran. Kedisiplinan merupakan kesadaran pegawai

dalam menaati peraturan yang berlaku. Kesadaran dalam hal ini merupakan sikap

pegawai yang sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tangung

jawabnya.

f. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan. Kata kualitas sendiri mengandung banyak pengertian, beberapa contoh

pengertian kualitas menurut Fandy Tjipto (1995:24) adalah : 1) kesesuaian dengan

persyaratan; (2) kecocokan untuk pemakaian; (3) perbaikan berkelanjutan; (4)

(21)

setiap saat; (6) melakukan segala sesuatu secara benar; (7) sesuatu yang bisa

membahagiakan pelanggan.

Boediono (2003:113) menyatakan bahwa “ kualitas adalah suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pengertian

kualitas dapat diartikan sebagai kinerja untuk standar yang diharapkan oleh

pelanggan. Kualitas pelayanan memiliki arti yang tidak hanya memuaskan

pelanggan, tetapi menyenangkan pelanggan, memberikan inovasi kepada

pelanggan, dan membuat pelanggan menjadi kreatif.

Menurut Zeithaml dkk (boediono,2003:114) ada lima dimensi yang dapat

digunakan sebagai tolak ukur mutu pelayanan, yaitu :

1. Bukti langsung (tangibles). Yang meliputi aktifitas fisik, pegawai,

perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah

seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk customer, telepon dan komputer

2. Daya tanggap (responsiveness). Suatu karakteristik kecocokan dalam pelayanan

manusia, mampu yaitu keinginan para staf untuk membantu masyarakat dalam

memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti kemauan aparat

birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait dengan waktu

pelayanan, syarat-syarat program langsung.

3. Keandalan (reability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan

dan kecakapan aparat dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan dan

(22)

4. Jaminan (assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki ileh para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan.

Yaitu seperti kepastian yang diberikan oleh aparat untuk membuat masyarakat

pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan bebas dari

kesalahn.

5. Empati (emphaty) yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan

komunikasi yang baik dalam memahami kebutuhan para pelanggan. Hal ini

seperti bagaimana aparat menciptakan komunikasi yang eksternal untuk

meningkatkan kualitas pelayanannya.

Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut diatas dapat diterima.

Yang menjadi pertanyaan adalah ciri-ciri atau atribut-atribut apakah yang ikut

menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Ciri-ciri atribut-atribut tersebut

menurut tjiptono (1995:25) antara lain adalah :

1. Ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan waktu proses.

2. Akurasi pelayanan, yang meliputi bebas dari kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.

4. Kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, misalnya banyaknya petugas yang

melayani dan banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer.

5. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang

tempat pelayanan, tempat parkir, kesediaan informasi dan lain-lain.

6. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber- AC, kebersihan

(23)

Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan berbagai manfaat,

diantaranya hubungan antara pelanggan dan pemberi layanan menjadi harmonis,

sehingga memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan,

membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mounth) yang

menguntungkan bagi pemberi layanan, reputasi yang semakin baik di mata

pelanggan, serta laba (PAD) yang diperoleh akan semakin meningkat (

Tjiptono,1995:42).

3. Hubungan Kedisiplinan Kerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik

Dalam suatu organisasi, disiplin kerja sangat penting dalam suatu

pekerjaan yang dikerjakan oleh para pegawai terutama dalam meningkatkan

pelayanan yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan pelayanan dari

organisasi atau kantor.

Kedisiplinan merupakan suatu kewajiban dan kesadaran serta kesediaan

seseorang atau organisasi untuk melaksanakan tugas dengan baik, tepat waktu

yaitu bilamana pegawai datang dan pulang tepat pada waktunya, mematuhi semua

aturan yang ditetapkan, serta tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan pengertian disiplin ini, maka salah satu indikator yang umum

digunakan untuk menilai disiplin kerja pegawai adalah ketidakhadiran (absensi)

kerja yang diberlakukan dimana tempat pegawai tersebut bekerja. Sementara

pengertian dari pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan

masyarakat baik berupa barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan standar

(24)

Sehingga terbentuklah suatu hubungan yang sangat erat antara disiplin

pegawai akan peningkatan pelayanan publik, dimana pelayanan yang diberikan

dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta memuaskan masyarakat dengan

adanya peningkatan kinerja pegawai sebagai suatu hasil usaha disiplin pegawai

sebagai penyelenggara pelayanan publik. Dalam hal ini disiplin pegawai

diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang akan membawa

masyarakat agar tidak jenuh dan bosan untuk berurusan dengan pegawai

pemerintah. Dengan terciptanya disiplin kerja pegawai diharapkan terciptanya

pula hasil pelayanan yang berkualitas dimana kesejahteraan masyarakat menjadi

prioritas utama penyelenggara pelayanan publik.

F. Hipotesis

Menurut Sugiono (2005:70), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, oleh sebab itu rumusan masalah penelitian biasanya

disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hiptesa yang dirumuskan

penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesa alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh yang positif antara

disiplin kerja terhadap kualitas pelayanan publik.

2. Hipotesa Nol (Ho), yaitu tidak terdapat pengaruh yang positif antara

(25)

G. Definisi Konsep

Konsep adalah mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar

generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu

tertentu yang menjadi pusat perhatian, (Singarimbun,1997:33).

Untuk dapat menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas dari setiap

variabel yang akan diteliti, maka peneliti mengemukakan beberapa konsep dalam

penelitian ini. Maka yang menjadi konsep pada penelitian ini adalah:

1. Disiplin merupakan suatu kewajiban dan kesadaran serta kesediaan seseorang

atau organisasi untuk melaksanakan tugas dengan baik, tepat waktu yaitu

bilamana pegawai datang dan pulang tepat waktunya, mematuhi semua aturan

yang ditetapkan, serta tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku.

2. Kualitas pelayanan publik adalah mutu/kualitas pelayanan birokrat terhadap

masyarakat yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan

pelanggan/masyarakat. Kualitas pelayanan berhubungan erat dengan pelayanan

yang sistematis dan komprehensif yang dikenal dengan konsep pelayanan prima.

H. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46), definisi operasional adalah unsur-unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variable sehingga

dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai

pendukung untuk dianalisa kedalam variable-variabbel tersebut.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X), yaitu Disiplin kerja pegawai dapat diukur dengan

(26)

a. Para pegawai datang ke kantor dengan tertib, tepat waktu dan teratur

b. Berpakaian rapi di tempat kerja

c. Menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati

d. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi

e. Memiliki tanggung jawab

2. Variabel Terikat (Y), yaitu Kualitas Pelayanan Publik dapat diukur dengan

menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Jaminan yang meliputi:

1) Kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

oleh pegawai

2) Reputasi yang baik dalam hal pelayanan

3) Pegawai yang kompeten

4) Bebas dari kesalahan atau cacat

b. Daya tanggap yang meliputi:

1) Dapat diakses

2) Proses yang tidak lama

3) Respon yang baik terhadap permintaan

4) Pemenuhan kebutuhan pelanggan dari sejak awal dan setiap saat

c. Keandalan yang meliputi:

1) Memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan

2) Penyelesaian pelayanan tepat waktu

3) Melakukan segala sesuatu dengan benar

d. Empati yang meliputi:

(27)

2) Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan

e. Bukti langsung yang meliputi:

1) Kenyamanan pada ruang tempat pelayanan

2) Tersedianya layanan komunikasi seperti computer dan telepon

I. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Hipotesis, Definisi Konsep,

Definisi Operasional dan Sistematika Penulisan.

BAB II. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Penentuan Skor dan Analisa Data.

BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Gambaran atau Karakteristik Lokasi Penelitian:

Berupa Sejarah Singkat, Kondisi Geografis Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang, Kependudukan, Sosial, Visi dan Misi dan Arah Pembangunan

Daerah, Struktur Organisasi Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

(28)

BAB IV. PENYAJIAN DATA

Bab ini menguraikan hasil data penelitian yang diperoleh dari lapangan berupa

dokumen yang akan dianalisis.

BAB V. ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian atau pembahasan data-data yang diperoleh setelah

melakukan penelitian.

BAB VI. PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diketahui bahwa sistem pengawasan yang dilakukan Camat (pimpinan) terhadap kerja pegawai sudah sangat baik karena langsung memantau nya dengan mendatangi ruang kerja

Adapun Prosedur pelayanan di Kantor Pertanahan Kab Deli Serdang berjalan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Peraturan Perundang- undangan, dan Sesuai dengan

Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian adalah pengawasan berpengaruh dengan disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai adalah dengan melalui pengembangan pegawai dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan

tujuan yang telah ditetapkan akan dapat terjadi dengan cara yang efektif dan efisien.. Karena melalui pengawasan diusahakan agar setiap tindakan atau perbuatan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel penelitian adalah pegawai Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang telah mengikuti Diklat

Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan banyak bekal ilmu, nasihat, bimbingan serta arahan kepada penulis, selama penulis menimba Ilmu di

Dari jawaban Responden masyarakat dan pegawai diatas dapat dikatakan bahwa pelayanan di kantor Camat Teluk Waru belum berjalan dengan baik sesuai dengan standar pelayanan yang telah