• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki Antara PT. Pertamina (Persero) Dengan PT. Pertamina Patra Niaga di TBBM Medan Group Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki Antara PT. Pertamina (Persero) Dengan PT. Pertamina Patra Niaga di TBBM Medan Group Chapter III V"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

LEGALITAS KONTRAK BAKU PADA PERJANJIAN JASA PENGELOLAAN MMOBIL TANGKI ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT. PERTAMINA PATRA NIAGA DI TBBM

MEDAN GROUP

A. Perbandingan Perjanjian Baku dengan Perjanjian Akta Otentik

Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga dapat dilihat yaitu:

1. Segi Pengertian.

Perjanjian baku sangat banyak dipraktekkan dewasa ini dan dalam bahasa Indonesia disebut kontrak standar yaitu suatu kontrak yang tertulis yang dibuat hanya oleh satu pihak dalam kontrak tersebut.104 Perjanjian baku disebut juga perjanjian standard, dalam bahasa Inggris disebut standart contract yang artinya tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pihak ekonomi kuat/pengusaha.

Perjanjian baku yang mempunyai pembuktian dibawah tangan berbeda dengan akta otentik. Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapi Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang.105 Ada dua jenis golongan akta Notaris yaitu akta yang dibuat oleh (door) Notaris, biasa disebut dengan istilah Akta Relaas atau Berita Acara, dan akta yang dibuat dihadapan (ten overstan) Notaris biasa disebut dengan akta pihak atau akta partij.106Artinya akta-akta tersebut dibuat oleh pejabat yang berwenang atas dasar ketentuan Undang-Undang yang mana perjanjian tersebut dibuat berdasarkan

104

Munir Fuady,Loc. Cit, hal.76

105

Habib Adjie,Hukum Notaris Indonesia, (Surabaya : Aditama, 2007), hal. 45

106

(2)

permintaan para pihak/penghadap tanpa permintaan para pihak akta tersebut tidak akan dibuat oleh Notaris.

Akta relaas adalah akta yang dibuat oleh Notaris atas permintaan para pihak agar Notaris mencatat dan menuliskan segala sesuatu hal yang dibicarakan oleh pihak berkaitan dengan tindakan hukum atau tindakan lainnya yang dilakukan oleh para pihak agar tindakan tersebut dibuat atau dituangkan dalam suatu akta notaris. Didalam akta relaas, Notaris menulis dan mencatatkan segala hal yang dilihat atau didengarkan sendiri secara langsung oleh Notaris yang dilakukan oleh para pihak107 dan akta pihak adalah akta yang dibuat di hadapan notaris atas permintaan para pihak, Notaris berkewajiban untuk mendengarkan pernyataan para pihak yang dinyatakan atau diterangkan sendiri oleh para pihak dihadapan Notaris, pernyataan atau keterangan para pihak tersebut di tuangkan dalam akta Notaris.108

Dari pengertian kedua perjanjian tersebut terlihat perbedaannya bahwa perjanjian baku hanya dibuat sepihak yakni perusahaan yang lebih kuat ekonominya dan isi dari perjanjian dibuat berdasarkan kehendak dari perusahaan yang membuatnya tersebut sedangkan akta otentik dibuat oleh Notaris sebagai pejabat berwenang dan atas permintaan kedua belah pihak.

Perjanjian baku hanya ada dua pihak yakni yang membuat perjanjian baku dan pihak yang menyetujui kesepakatan yang dibuat oleh pihak yang membuat perjanjian, artinya pihak kedua hanya berhak menyetujui perjanjian baku yang di buat oleh pihak pertama, jika pihak kedua sepakat dengan perjanjian baku tersebut maka terjadilah kesepakatan perjanjian antar kedua belah pihak. Tetapi jika tidak

107

Lumban Tobing,Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta : Erlangga, 1983), hal. 51

108

(3)

setuju dengan perjanjian baku tersebut maka tidak terjadilah hubungan hukum perjanjian antar kedua belah pihak.

Jika menggunakan perjanjian otentik maka ada tiga pihak didalamnya yakni notaris sebagai pihak yang membuat perjanjian dan kedua pihak lainnya adalah pihak pertama dan pihak kedua yang ingin mengikatkan diri dalam suatu perjanjian dimana kesepakatan yang mereka inginkan dituangkan notaris dalam bentuk akta, dalam akta otentik kedua belah pihak yang membuat perjanjian sama-sama berperan dalam menuangkan keinginannya masing- masing.109

2. Dari Segi Bentuknya.

Perjanjian baku dibuat dalam bentuk sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir oleh salah satu pihak yakni ketika kontrak di tanda tangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit tanpa perubahan klausula-klausulanya dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak memiliki kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut.

Betuk perjanjian baku yang dibakukan adalah model, rumusan dan ukurannya tidak diatur dalam Undang-Undang dan tanpa perantara atau dihadapan pejabat umum yang berwenang tetapi tidak boleh melanggar doktrin-doktrin dalam perjanjian baku yaitu :110

a. Doktrin Kontrak Baku An Sich

Dengan adanya praktek kontrak baku an sich maka suatu kontrak baku yang mengandung klausula yang berat sebelah tidak pantas untuk diperkenankan oleh hukum, karena itu lewat perangkat perundang-undangan hukum harus melanggar pembuatan kontrak baru yang berat sebelah, menurut doktrin ini suatu kontrak yang dibuat oleh salah satu pihak dimana pihak lainnya tidak mempunyai atau batas kesempatan untuk bernegosiasi terhadap

klausula-109

Wawancara dengan Agustina Kurniawati, Notaris Medan, pada tanggal 21 Desember 2016 pukul 11.00 WIB

110

(4)

klausulanya, jika kontrak tersebut berat sebelah maka kontrak tersebut atau sebagian kontrak menjadi batal demi hukum atau dapat dibatalkan.

b. Doktrin Kesepakatan Kehendak Para Pihak

Karena tidak adanya atau terbatas kesempatan lagi salah satu pihak untuk menegosiasikan klausula- kalusula dan kontrak baku maka meskipun pihak akhirnya menandatangani kontraknya masih disangsikan apakah isi kontrak tersebut memang benar seperti yang diinginkan dan kata sepakat daripadanya yang merupakan syarat Pasal 1320 KUHPerdata.

c. Doktrin Kontrak Tidak Boleh Bertentangan Dengan Kesusilaan.

Jika terdapat klausula yang sangat berat sebelah dalam kontrak baku, dan meyodorkan formulir kontrak baku dalam keadaan tidak berdaya maka klausul tersebut dianggap telah melanggar prinsip-prinsip kesusilaan yang merupakan salah satu syarat sahnya suatu kontrak seperti tercantum dalam pasl 1337 KUHPerdata.

d. Doktrin Kontrak Tidak Boleh Bertentangan Dengan Ketertiban Umum. Menurut KUHPerdata Indonesia, suatu kontrak tidak boleh bertentangan dengan prinsip ketertiban umum, jika ada kontrak yang sangat berah sebelah maka diaggap kontrak tersebut sangat bertentangan dengan ketertiban umum sehingga harus dianggap batel demi hukum seperti dalam Pasal 1337 KUHPerdata.

e. Doktrin Ketidakadilan

Doktrin ketidak adilan mengajarkan bahawa suatu kontrak atau klausul dalam kontrak haruslah dinyatakan batal demi hukum jika klausul tersebut sangat tidak adil bagi salah satu pihak sehingga apabila dibiarkan akan sangat menyentuh rasa keadilan dan merugikan salah satu pihak dan jika terjadi maka harus dinyatakan batal.

f. Doktrin Kontrak Sesuai Dengan Itikad Baik.

Agar suatu kontrak sah maka hukum mempersyaratkan agar kontrak dibuat dengan itikad baik, dalam KUHPerdata ketentuan ini didapati didalam Pasal 1338 KUHPerdata alenia ke-3, kontrak baku yang sengaja di desain untuk memberatkan salah satu pihak potensial untuk melanggar prinsip itikad baik, disamping itu suatu kontrak yang tidak dibuat dengan itikad baik akan merupakan kontrak yang tidak mengandung klausa yang legal, yang dalam hal ini dilarang dalam Pasal 1320 alenia ke satu KUHPerdata

(5)

akta tersebut dibubuhi cap jempol (ibu jari sebelah kanan) dan ditandatangani serta diberi nama yang jelas oleh para pihak, notaris dan saksi-saksi. Artinya walaupun perjanjian telah dibuat oleh notaris tetapi masih ada kesempattan untuk benar-benar mencapai kesepakatan hasil bersama kedua belah pihak, dan ketika para pihak telah menandatangani akta tersebut maka perjanjian dikeluarkan oleh notaris kepada pihak dalam bentuk salinan.111

Bentuk dan sifat akta otentik yang dibuat oleh notaris112 telah ditentukan Undang-Undang sesuai Pasal 38 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan notaris yang bentuk dan sifat akta yaitu :

1) Setiap akta terdiri atas : a) Awal akta atau kepala akta b) Badan Akta

c) Akhir dan penutup akta

2) Awal akta atau kepala akta memuat : a) Judul akta

b) Nomor akta

c) Jam, hari, bulan dan tahun

d) Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris 3) Badan akta memuat :

a) Nama lengkap, tempat kedudukan, tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap atau orang yang mereka wakili.

111

Wawancara dengan Agustina Kurniawati, Notaris Medan, pada tanggal 21 Desember 2016 pukul 11.00 WIB

112

(6)

b) Keterangan mengenai pendudukan bertindak sebagai penghadap.

c) Isi akta yang merupakan keterangan dan kehendak dari pihak yang berkepentingan, dan

d) Nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta jabatan dan kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

4) Akhir atau penutup akta memuat :

a) Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7)

b) Uraian tentang penandatangan atau tempat penandatangan atau penerjemahan akta jika ada

c) Nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.

d) Uraian tentang tidak ada perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa perubahan, pencoretan, atau penggantian serta jumlah perubahannya.

3. Dari Segi Pembuktian

Untuk segi pembuktian dalam perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga menjadi perjanjian dibawah tangan dimana untuk pembuktian menjadi alat bukti yang lemah. Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki menggunakan perjanjian baku.

(7)

sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari salah satu pihak, dan jika ada salah satu pihak tidak mengakuinya maka beban pembuktian diarahkan kepada salah satu pihak yang menyangkal perjanjian tersebut.

Demikian akta otentik merupakan pembuktian yang sempurna dan kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti maka akta tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain selain yang ditulis dalam akta tersebut.113 Menurut Pasal 1869 KUHPerdata tentang akta otentik mempunyai pembuktian dibawah tangan jika tidak memiliki ketentuan karena:

a. tidak berwenang pejabat umum yang bersangkutan atau b. tidak mempunyai pejabat umum yang bersangkutan c. cacat dalam bentuknya

Kekuatan pembuktian akta notaris menjadi mempunyai kekuatan pembuktian dibawah tangan apabila melanggar ketentual Pasal 16 ayat (1) huruf I Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) yaitu tidak membaca isi akta di hadap para penghadap dan dihadiri oleh dua orang saksi, Pasal 41 dengan menunjuk kepada Pasal 39 dan Pasal 40 yaitu :

1). Pasal 39 bahwa :

a) Penghadap paling sedikit berumur 18 tahun atau telah menikah

b) Penghadap harus dikenalm oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh dua orang saksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh penghadap lainnya.

2). Pasal 40 bahwa :

113

(8)

Setiap akta dibacakan oleh notaris yang dihadiri oleh dua orang saksi yang berumur paling sedikit 18 tahun atau telah menikah, cakap melakukan perbuatan hukum.

4. Dari Segi Kesepakatan

Berdasarkan perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki dimana terdapat kesepakatan antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga yang dibuat dalam perjanjian baku yang menjadi kesepakatan untuk para pihaknya.

Perjanjian baku yang klausula-klausulanya telah dibuat sepihak yang tidak memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk bernegosiasi sehingga biasanya perjanjian baku cenderung berat sebelah, karena pihak yang menerima perjanjian hanya pada posisi, “take it or leave it”, dengan demikian diragukan oleh hukum apakah benar-benar ada elemen kata sepakat yang merupakan syarat sahnya suatu perjanjian dalam perjanjian baku tersebut.114

Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa yang telah diberitakan kepada pihak notaris. Namun notaris mempunya kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang terdapat dalam akta notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi akta notaris, serta memberikan akses terhadap informasi termasuk akses terhadap peraturan perundang- undangan yang terkait bagi para pihak penandatangan akta. Dengan demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta notaris yang akan ditandatanganinya.90

114

(9)

B. Legalitas Perjanjian Baku Didalam Perjanjian Kerja Sama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Perjanjian baku adalah wujud dari kebebasan individu pengusaha dalam menyatakan kehendak dalam menjalankan perusahaan. Setiap individu bebas berjuang untuk dapat mencapai tujuan ekonominya, walaupun mungkin akan merugikan pihak lain, golongan ekonomi yang kuat akan selalu menang menghadapi golongan ekonomi yang lemah yang umumnya adalah konsumen biasa. Hubungan hukum antar sesama pengusaha, perjanjian baku hampir tidak menimbulkan masalah apa-apa karena berpegang pada prinsip ekonomi yang sama dengan menerapkan sistem bersaing secara sehat dalam melayani konsumen.115

1. Isi Perjanjian Kerja Sama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara pihak PT. Pertamina (Persero) dilakukan dalam suatu perjanjian tertulis sehingga mengikat para pihak sesuai hak dan kewajiban yang dituangkan dalam perjanjian.

Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur-unsur perjanjian yaitu :116

a. Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian. Seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian.

b. Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian, walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian.

115

Isi Paragraf V Penjelasan Undang-Undang Jabatan Notaris

116

(10)

c. Unsur accidenticilia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian.

Substansi yang terdapat dalam perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga sebanyak 29 (dua puluh sembilan)117Pasal yang terdiri dari:

1) Ruang lingkup perjanjian (Pasal 1)

2) Pemeliharaan dan perbaikan mobil tangki (Pasal 2)

3) Pengoperasian mobil tangki (Pasal 3)

4) Pengamanan kualitas (mutu) dan kuantitas produk yang diangkut(Pasal 4) 5) Kualitas (mutu) produk yang diangkut (Pasal 5) 6) Kuantitas (mutu) produk yang diangkut (Pasal 6) 7) Key performance individu/KPI, evaluasi dan penilaian (Pasal 7)

8) Standard operation procedure/SOP (Pasal 8)

9) Waktu operasi (Pasal 9)

10) Fee jasa pengelolaan (Pasal 10)

11) Tata cara pembayaran (Pasal 11)

12) Jangka waktu perjanjian (Pasal 12)

13) Laporan (Pasal 13)

14) Pelanggaran dan sanksi (Pasal 14)

15) Tenaga kerja bantu (Pasal 15)

16) Undang-Undang, peraturan dan perijinan (Pasal 16)

17) Tanggung jawab dan ganti rugi (Pasal 17)

18) Perpajakan (Pasal 18)

117

(11)

19) Asuransi (Pasal 19)

20) Perwakilan para pihak (Pasal 20)

21) Keadaan kahar (Pasal 21)

22) Pengakhiran perjanjian (Pasal 22)

23) Kewajiban pihak kedua saat berakhirnya perjanjian (Pasal 23) 24) Kerahasiaan

(Pasal 24)

25) Penyelesaian perselisihan (Pasal 25)

26) Pengalihan perjanjian (Pasal 26)

27) Perubahan dan penambahan (Pasal 27)

28) Korespondensi (Pasal 28)

29) Lain-lain (Pasal 29)

Didalam kontrak baku yang terjadi antara PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina Patra Niaga terdapat Pasal yang memberatkan bagi PT. Pertamina Patra Niaga. Adapun isi Pasal didalam perjanjian jasa pengelolaan mobil tangki seperti: a). Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi, apabila sebelum pembongkaran produk ke

pelanggan ditemukan segel pada manhole serta pada kerangan dan books penutup mobil tangki yang dikelola oleh PT. Pertamina Patra Niaga mengalami kerusakan, maka PT. Pertamina Patra Niaga akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan Pasal 14 dalam perjanjian ini.

(12)

c). Pasal 6 ayat 1 yang berbunyi, pihak PT. Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab dari lokasi supply point yang ditentukan oleh PT. Pertamina (Persero) dan pendistribusian ke pelanggan pihak pertama.

d). Pasal 6 ayat 5 yang berbunyi, PT. Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab untuk mengganti kehilangan sebagian atau seluruh volume produk yang diangkut akibat kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan pihak kedua, dengan tatacara perhitungan penggantian yaitu volume produk yang hilang dikalikan dengan harga keekonomian per satuan volume pada saat tanggal kejadian.

e). Pasal 14 ayat 1 yang berbunyi, “ Pihak kedua yaitu PT. Pertamina Patra Niaga dapat dikenakan sanksi apabila melakukan satu atau lebih hal-hal sebagai berikut:

1). Mengurangi volume produk yang diangkut baik sebagian maupun seluruhnya.

2). Mengubah dan/atau menurunkan mutu produk yang diangkut (pencampuran/pengoplosan).

3). Mengalihkan tujuan pengangkutan produk ke pelanggan tanpa mendapat persetujuan dari PT. Pertamina (Persero).

4). Memutus dan/atau merusak segel yang telah dipasang oleh Dinas Metrologi.

5). Memutus dan/atau merusak segel yang telah dipasang oleh PT. Pertamina (Persero).

6). Pekerja dari PT. Pertamina Patra Niaga tidak menggunakan seragam perusahaan dan tanda pengenalnya selama dalam melakukan kegiatan pengangkutan produk.

7). Tidak melakukan optimasi utilisasi mobil tangki.

(13)

9). Melanggar ketentuan yang tercantum dalam buku saku service excellence

awak mobil tangki.

2. Bentuk Perjanjian Baku Kerja Sama Transportasi Angkutan BBM Moda Mobil Tangki

Persaingan pasar bebas yang terjadi saat ini dimana terdapat syarat-syarat perjanjian dalam hubungan bisnis seperti perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki merupakan mode yang tidak dapat dihindari, bagi para pengusaha hal ini merupakan cara yang efesien, praktis dan cepat tidak bertele-tele tetapi bagi pihak lain terkadang bukanlah merupakan pilihan yang sangat menguntungkan karena hanya dihadapkan pada suatu pilihan yaitu menerima walaupun dengan berat hati, tetapi pelaksanaan perjanjian baku di Indonesia tidak semata-mata diserahkan kepada para pengusaha melainkan juga harus disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.118

Perjanjian kerja sama transportasi PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga Persero dilakukan dalam perjanjian tertulis, agar mempunyai bukti sah dan kuat bagi para pihak yang bersangkutan. Perjanjian baku yaitu perjanjian tertulis tidak dibuat dihadapan pejabat yang berwenang (notaris) melainkan dibuat berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian kerja sama.119

Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga merupakan perjanjian

118

Ibid, hal. 2

119

(14)

baku120 yang dimuat oleh PT. Pertamina (Persero) dan disetujui oleh PT. Pertamina Patra Niaga, yang perjanjian tersebut telah di tetapkan oleh PT. Pertamina (Persero) Region I Medan.121

Dari uraian di atas jelaslah bahwa hakikat perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah di standarisasi isinya oleh pihak ekonominya yang lebih kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjian. Berdasarkan uraian diatas jelaslah unsur-unsur dalam perjanjian baku itu, yaitu122: (1) diatur oleh kreditur atau ekonomi kuat, (2) dalam bentuk formulir (tertulis) , dan (3) adanya klausula-klausula exonerasi/pengecualian. Oleh karena itu agar para pihak yang mengadakan perjanjian menjadi seimbang, perlu adanya kebebasan berkontrak untuk para pihak, saling memberi kepercayaan, pernyataan para pihak karena mempunyai keterkaitan yang sangat penting untuk hubungan kontraktual.

3. Alasan Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki Antara PT. Pertamina (Persero) Dengan PT. Patra Niaga Menggunakan Perjanjian Baku

Perjanjian baku dilakukan karena secara hukum ada asas kebebasan berkontrak yang membuka kesempatan bagi setiap orang utnuk membuat perjanjian tetapi harus dengan batasan-batasan yang tidak bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan, Undang-Undang, ketertiban hukum dan itikad baik, selain itu perjanjian baku juga sudah menjadi kebiasaan dalam ruang lingkup hukum

120

Salim HS,Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Mataram : DirJen Pendidikan Tinggi, 2002), hal. 40

121

Wawancara dengan Hasbi Ashmarkandi, Pengawas lapangan PT. Pertamina Patra Niaga TBBM Medan Group, pada tanggal 19 Desember 2016 pukul 09.30 WIB

122

(15)

pada perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki, perjanjian yang di buat secara baku dianggap lebih praktis, hemat waktu dan biaya.

PT. Pertamina (Persero) menggunakan perjanjian baku karena PT. Pertamina (Persero) mempunyai beberapa anak perusahaan untuk mengelola mobil tangki yang ada di setiap daerah, dan isi perjanjian tersebut sama di gunakan terhadap anak perusahaan yang lain untuk mengelola mobil tangki dalam mendistribusikan BBK.123

Perjanjian kerja sama transportasi PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga dibuat dalam bentuk baku secara sepihak oleh pihak PT. Pertamina (Persero) namun disetujui dan ditanda tangani oleh PT. Pertamina Patra Niaga sehingga mereka harus mematuhi hal-hal yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut.124

Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga dibuat dalam bentuk baku dikarenakan oleh 3 hal yaitu:

a. Pihak PT. Pertamina (Persero) berusaha untuk mengefisienkan biaya sedangkan jika menggunakan akta otentik maka perusahaan harus mengeluarkan biaya pembuatan akta otentik tersebut.

b. Aspek hukum perjanjian baku masih mempunyai kekuatan mengikat sama dengan Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata dan konsekuensinya pihak dalam perjanjian tidak dapat membatalkan perjanjian secara sepihak karena keterikatan para pihak

123

Wawancara dengan Mariana Tetty Sihaloho, Supply & Distribution Region I PT. Pertamina (Persero), pada tanggal 20 Desember 2016 pukul 13.00 WIB

124

(16)

telah dibuktikan dengan penandatanganan perjanjian dan penyerahan dokumen. Bilamana salah satu pihak melanggar perjanjian maka pihak tersebut akan melakukan wanprestasi.

c. Pihak PT. Pertamina (Persero) berusaha untuk memanfaatkan waktu dan tenaga, artinya bila menghadap pejabat yang berwenang yakni Notaris maka membutuhkan waktu, serta secara bersamaan bagi para pihak untuk bisa bertemu dan membuat perjanjian dihadapan Notaris dalam penandatanganan akta tersebut secara bersamaan.

d. Pihak PT. Pertamina (Persero) lebih menginginkan perjanjian dalam bentuk yang praktis karena sudah tersedia naskah yang telah terkonsep dan siap diisi dan tercetak serta di tanda tangani.

e. Pihak PT. Pertamina (Persero) menginginkan perjanjian dengan penyelesaian yang cepat yaitu, jika ingin bekerjasama dengannya maka hanya tinggal menandatangani perjanjian yang di berikan kepada pihak yang ingin bekerja sama dengannya seperti PT. Pertamina Patra Niaga.

f. Pihak PT. Pertamina (Persero) lebih memilih dengan perjanjian baku karena homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang tidak lebih dari satu, sedangkan jika menggunakan akta otentik setiap kali penandatanganan perjanjian harus dengan membuat perjanjian yang baru, dan itu semua memerlukan biaya lagi.

(17)

di buat karena isi/klausulnya tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan kesusilaan.125

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa hakikat perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah di standarisasi isinya oleh pihak PT. Pertamina (Persero), sedangkan pihak PT. Pertamina Patra Niaga hanya diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjian tersebut. Jika dilihat perjanjian baku dari aspek pembuatan kontraknya maka kedudukan dari pengusahanya dalam perjanjian baku yaitu, PT. Pertamina (Persero) dalam hal ini seperti pembentuk Undang-Undang karena syarat-syarat yang di tentukan oleh pihak PT. Pertamina (Persero) sebagai pengusaha dalam perjanjian ini adalah Undang-Undang bagi pihak yang menyepakatinya dalam hal ini PT. Pertamina Patra Niaga, dan perjanjian baku memiliki substansi kontrak yang di buat sepihak oleh pengusaha bukanlah kontrak tetapi Undang-Undang saja yang di berlakukan bagi pemberi kontrak.126

Posisi para pihak dalam perjanjian ini jika dilihat dari kesempatan untuk mengadakan posisi tawar sebenarnya/real bargaining position maka PT. Pertamina Patra Niaga tidak mempunyai kesempatan dalam hal mengutarakan kehendaknya dan maksud didalam perjanjian ini, karena tidak ada tawar menawar/bargaining position yang di berikan PT. Pertamina (Persero) perjanjian ini karena itu elemen yang di harapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak terpenuhi secara sempurna, walaupun telah terpenuhi karena kesepakatan yang ditandai dengan penandatanganan kontrak saja, dan jika dilihat dari Pasal 1338 KUHPerdata maka kebebasan itu tidak miliki oleh PT. Pertamina Patra Niaga

125

Wawancara dengan Mariana Tetty Sihaloho, Supply & Distribution Region I PT. Pertamina (Persero), pada tanggal 20 Desember 2016 pukul 13.00 WIB

126

(18)

tetapi karena kebutuhan secara ekonomis maka perjanjian tersebut diterima oleh PT. Pertamina Patra Niaga dalam memenuhi keberlangsungan usaha perusahaan.

(19)

78

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA JASA PENGELOLAAN MOBIL TANGKI

ANTARA PT. PERTAMINA (PERSERO) DENGAN PT. PERTAMINA PATRA NIAGA DI TBBM MEDAN GROUP

Perjanjian yang akan dianalisis adalah perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki yang dilakukan antara pihak PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga. Analisis akan dilakukan melalui sudut pandang hukum perjanjian yang berlaku secara umum maupun secara khusus di Indonesia serta wawancara dari para sumber atau informan.

A. Subjek Hukum dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Subjek hukum ialah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum Indonesia, yang sudah barang tentu berdasarkan dari sistem hukum Belanda, ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi, institusi). Dalam dunia hukum, subyek hukum dapat diartikan sebagai pembawa hak, yakni manusia dan badan hukum.127

Manusia (naturlife persoon) menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi subjek hukum secara kodrati atau secara alami. Manusia sebagai hak mulia saat ia dilahirkan sampai dengan meninggal dunia. Bahkan bayi yang masih berada didalam kandungan pun bisa dianggap sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang menghendakinya.

Badan hukum (recht persoon) adalah suatu badan yang terdiri dari perkumpulan orang yang diberi status “persoon” oleh hukum sehingga

127

(20)

mempunyai hak dan kewajiban. Badan hukum dapat menjalankan perbuatan hukum sebagai pembawa hak manusia. Seperti melakukan perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga.

Subjek hukum dari perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki ini adalah PT. Pertamina (Persero) sebagai pemberi kontrak dengan PT. Pertamina Patra Niaga sebagai pihak penerima kontrak. PT. Pertamina (Persero) merupakan subjek hukum berbentuk badan hukum dan PT. Pertamina Patra Niaga adalah subyek hukum yang berbentuk badan hukum. Kedua subjek hukum ini memiliki kewajiban dan hak yang harus dipenuhi antara satu dengan yang lainnya.

B. Obyek Hukum dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Objek hukum dari perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki ini adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya (hak eksklusif) dari PT. Pertamina (Persero) dalam hal pengelolaan mobil tangki kepada PT. Pertamina Patra Niaga untuk mendistribusikan dan melayani permintaan pelanggan dari pihak pertama/pemberi kontrak.

1. Periode dari Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Sesuai perjanjian jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga berlaku selama 1 tahun semenjak kontrak ini ditandatangani oleh para pihak dan terbuka bagi para pihak untuk memperpanjang jika para pihak sepakat.

(21)

Perjanjian menurut asas konsesualisme dinyatakan suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai hal-hal pokok yang menjadi objek perjanjian. Kehendak kedua belah pihak dari pihak PT. Pertamina (Persero) maupun dari PT. Pertamina Patra Niaga dinyatakan secara tertulis dalam bentuk perjanjian. Sejak pada penandatanganan itu pula maka perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki yang disepakati menimbulkan akibat hukum bagi kedua belah pihak. Pernyataan secara tertulis ini merupakan syarat formil yang harus dipenuhi dalam perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki. Pemenuhan syarat materiil dalam 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hak dan kewajiban di bidang hukum harta kekayaan ini bersifat relatif, dikatakan relatif karena hubungan hukum ini hanya bisa dituntut dan dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu yang terikat dalam perjanjian.

(22)

tetapi juga pada apa yang menurut sifatnya perjanjian itu dikehendaki oleh keadilan, kebiasaan atau Undang. Dalam Pasal 1347 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahkan ditetapkan bahwa hak-hak atas kewajiban-kewajiban yang sudah lazim diperjanjikan dalam suatu perjanjian, meskipun pada suatu waktu tidak dimasukkan dalam perjanjian harus juga dianggap tercantum dalam perjanjian.

Hal-hal diluar perjanjian kerjasama pengelolaan mobil tangki PT. Pertamina (Persero) meskipun tidak mencantumkan hal itu akan tetapi apabila suatu yang lazim dalam perjanjian maka tetap dianggap dicantumkan dalam perjanjian.

Perjanjian menimbulkan perikatan yang harus dilaksanakan setelah para pihak sepakat. Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga yang menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab diantara kedua belah pihak yang berarti suatu hubungan hukum antara dua orang. Perikatan ini memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya diwajibkan memenuhi tuntutan itu begitu pula sebaliknya.

3. Penerapan Syarat Sahnya Perjanjian Dalam Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

(23)

1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut :

1) Sepakat

Maksud dari sepakat adalah bahwa kedua subyek yang mengadakan perjanjian itu harus setuju dengan hal-hal pokok dari perjanjian yang dilangsungkan. Dalam hal ini terjadi kesepakatan antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga. Kesepakatan secara tertulis ini terlihat dalam perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga dimana dinyatakan kedua belah pihak telah sepakat untuk dan dengan itu mengadakan perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian.

2) Cakap

Orang yang membuat perjanjian harus cakap secara hukum. Pada asasnya, setiap orang yang sudah dewasa dan akil balik dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum. Pasal 1329 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh Undang-Undang tidak dinyatakan cakap. Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga kedua belah pihak yang bertanda tangan cakap dalam membuat perjanjian. Hal ini dapat dilihat dari kedua belah pihak sebagai berikut:

a. Pihak PT. Pertamina (Persero)

(24)

P-0104/C00000/2013-S8 tanggal 12 Februari 2013. Sesuai dengan Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Ketentuan ini menugaskan direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari perseroan. Ketentuan lebih lanjut di dalam Pasal 92 ayat (2) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar. Menurut Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sehingga Muji Pangestu selaku Supply & Distribution Region Manager I yang mewakili Direktur Utama merupakan subjek yang cakap di dalam peraturan perundang-undangan untuk membuat suatu perjanjian b. PT. Pertamina Patra Niaga

(25)

Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. Menurut Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Sehingga Gema Iriandus Pahalawan selaku Direktur Operasi merupakan subjek yang cakap di dalam peraturan perundang-undangan untuk membuat suatu perjanjian

3) Hal tertentu

Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan, jika tidak maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1322 dan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa barang yang menjadi obyek perjanjian harus:

a. Barang yang dapat diperdagangkan

b. Barang yang dapat ditentukan lain jenisnya

(26)

Pasal 4 berisi tentang pengamanan kualitas/mutu dan kuantitas produk yang diangkut dengan melakukan pengadaan segel oleh pemberi kontrak untuk dipasang di mobil tangki dan penerima kontrak wajib mendata/menginvetarisir dalam penggunaan segel tersebut. Pasal 5 berisi bahwa kualitas/mutu produk yang diangkut oleh penerima kontrak wajib memeriksa sertifikat kualitas/mutu produk (certificate of quality) yang dikeluarkan oleh pemberi kontrak. Pasal 6 berisi kuantitas produk yang diangkut oleh penerima kontrak dan wajib mengganti kehilangan sebahagian atau seluruh volume produk akibat pencurian atau kecelakaan yang dilakukan oleh penerima kontrak. Tata cara perhitungan penggantian yaitu volume produk yang hilang dikalikan dengan harga keekonomian per satuan volume pada saat tanggal kejadian. Pasal 7 berisi Key Performance Individu/KPI, evaluasi dan penilaian menyatakan bahwa penerima kontrak juga diatur dalam KPI yang akan dievaluasi oleh pemberi kontrak. Pasal 8 berisi standard operating prosedure/SOP berisi bahwa penerima kontrak dan pemberi kontrak memiliki standar prosedur dalam melaksanakan perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki serta kewajiban dari pemberi kontrak dicantumkan dalam Pasal 10, yang menyatakan bahwa pihak pemberi kontrak akan memberikan fee jasa pengelolaan kepada penerima kontrak sebesar yang telah disepakati dan belum termasuk pajak pertambahan nilai/PPN sebesar 10 % (sepuluh persen) untuk setiap produk yang didistribusikan oleh penerima kontrak. 4) Suatu sebab yang halal

(27)

kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki ini adalah melakukan pendistribusian produk yang dimiliki oleh pemberi kontrak serta klausa dalam perjanjian ini tidak terlarang dan tidak palsu sehingga tidak menyebabkan perjanjian ini batal demi hukum (null or void). Dengan telah dipenuhinya empat syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki menjadi sah dan mengikat secara hukum yang membuatnya.

4. Penerapan Asas-Asas Perjanjian Dalam Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Seperti perjanjian-perjanjian pada umumnya, perjanjian kerja sama jasa pengelolaan mobil juga menganut asas-asas sebagai berikut:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Arti dari asas ini adalah para pihak dapat membuat berbagai kesepakatan asalkan tidak menyimpangi Undang-Undang dan sepanjang tidak bertentangan dengan keadilan, kepatutan, dan kesusilaan. Dalam perjanjian antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga para pihak bebas membuat dan menentukan isi perjanjian selama tidak bertentangan dengan keadilan, kepatutan, dan kesusilaan. Penerapan asas ini dapat terlihat dalam penentuan bentuk kerja sama, jangka waktu perjanjian, hak dan kewajiban para pihak dan hal-hal lain terkait pengelolaan mobil tangki.

b. Asas Konsesualisme (Kesepakatan)

(28)

dengan kesepakatan lisan semata. Oleh karena itu perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki tidak didasarkan oleh asas konsesualisme semata karena perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki harus dibuat tertulis dan harus didaftarkan

c. AsasPacta Sunt Servanda

Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa : “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Adapun maksud dari asas ini tidak lain untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak, maka sejak dipenuhinya syarat sahnya perjanjian maka sejak saat itu juga perjanjian mengikat para pihak yang membuatnya seperti Undang-Undang. Dengan demikian maka PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina Patra Niaga terikat pada perjanjian yang telah mereka sepakati dan perjanjian ini akan berlaku layaknya Undang-Undang bagi mereka. Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan akan tetapi juga terhadap unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral. Demikianlah sehingga asas-asas moral, kepatutan dan kebiasaan yang mengikatkan para pihak.

d. Asas Itikad Baik

(29)

mobil tangki yang dimiliki/disewa oleh PT. Pertamina (Persero) dengan memberikan imbalan/pembayaran fee tertentu

e. Asas Kepercayaan

Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, menumbuhkan kepercayaan diantara kedua pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya dibelakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Asas kepercayaan menjadi sangat penting dalam perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki untuk menjaga rahasia-rahasia dagang. Asas ini sangat dibutuhkan agar para pihak tidak mengungkapkan pada pihak lain dan atau memakai segala infromasi yang diperoleh dari hubungan kerjasama yang diperjanjikan.

f. Asas Kesetaraan

Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Asas kesetaraan dalam perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki menjadi penting untuk menunjukkan bahwa hubungan yang timbul dari perjanjian memiliki kedudukan yang setara.

g. Asas Keuntungan Timbal Balik

(30)

PT. Pertamina (Persero) mendapatkan imbalan berupa pengelolaan mobil tangki yang dilakukan oleh PT. Pertamina Patra Niaga.

h. Asas Kepribadian

Perjanjian yang dibuat hanya berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri (Pasal 1315 jo. Pasal 1340 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), pengecualiannya menurut Pasal 1317 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga hanya mengikat para pihak yang terdapat dalam perjanjian ini.

i. Asas Desentralisasi

Pemerintah dalam hal ini memberikan wewenang dan kebebasan kepada setiap usaha besar ataupun usaha menengah bersama mitra usahanya untuk mendesain dan merancang sendiri pola kemitraan yang akan dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara masing-masing pihak yang bermitra.

5. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Jasa Pengelolaan Mobil Tangki

Perlindungan hukum dalam suatu perjanjian merupakan unsur yang sangat penting yang harus ada. Perlindungan hukum disini terkait dengan masalah perlindungan hak bagi para pihak dalam perjanjian tersebut. Apabila ada salah satu pihak dalam perjanjian dirugikan oleh pihak lain dalam suatu perjanjian, maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut haknya agar tetap dipenuhi. 1. Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Kontrak

(31)

Tentang Merek. Pasal 46 dinyatakan bahwa “penggunaan merek terdaftar di Indonesia oleh penerima lisensi dianggap sama dengan penggunaan merek tersebut di Indonesia oleh pemilik merek”. Dengan adanya ketentuan ini, PT. Pertamina (Persero) sebagai pemberi kontrak merupakan perusahaan yang kepemilikan saham dimiliki oleh negara, sehingga segala keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan dikembalikan/dibagikan keuntungan berupa deviden kepada negara.

2. Perlindungan Hukum Bagi Penerima Kontrak

Di dalam Pasal 1 perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga disebutkan “Pemberi kontrak menyerahkan mobil tangki beserta kelengkapan dokumen, perlengkapan dan peralatan mobil tangki sebagaimana tercantum dalam berita acara serah terima mobil tangki kepada penerima kontrak. Selain itu disebutkan pula bahwa pemberi kontrak memberikan jaminan kepada penerima kontrak perihal ketersediaan produk Bahan Bakar Khusus (Pertamina Dex) dan mutu dari produk dengan dilampirkansertificate quality”.

(32)

Dilain sisi pendistribusian Bahan Bakar Khusus (Pertamina Dex) kepada pelanggan pemberi kontrak menjadi tidak sesuai jadwal yang telah direncanakan. Disamping itu jumlah unit dari mobil tangki menjadi permasalahan tersendiri dikarenakan permintaan dari pelanggan pemberi kontrak belum ada kenaikan signifikan. Permintaan dari pelanggan pemberi kontrak yang belum menunjukan kenaikan signifikan yang menyebabkan armada mobil tangki yang dikelola oleh PT. Pertamina Patra Niaga belum ditambah, yang hanya 1 (satu) unit. Di dalam Pasal ini dapat terlihat bahwa perlindungan yang diberikan oleh pemberi kontrak kepada penerima kontrak merupakan suatu perlindungan yang tidak sungguh-sungguh. Hal ini dikarenakan tidak ada batas minimal dalam pemesanan/pemberian Bahan Bakar Khusus (Pertamina Dex) dari pelanggan pemberi kontrak yang akan diterima oleh penerima kontrak dalam pendistribusian Bahan Bakar Khusus (Pertamina Dex) melanggar kalusula perjanjian ini. Perlindungan Hukum para pihak dalam hal pembatalan perjanjian. Pada prinsipnya terdapat beberapa cara untuk pembatalan perjanjian sesuai Pasal 22128 yang berisi pengakhiran perjanjian, yaitu:

a. Pemberi kontrak sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 KUHPerdata sepanjang mengenai persyaratan adanya putusan pengadilan untuk pengakhiran dan pemutusan perjanjian.

b. Pemberi kontrak dapat mengakhiri perjanjian sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian dengan memberitahukan secara tertulis kepada pihak kedua 14 (empat belas) hari kelender sebelum perjanjian berakhir, apabila penerima kontrak tidak melaksanakan pekerjaan sesuai isi perjanjian ini.

128

(33)

c. Para pihak dapat bersepakat untuk mengakhiri perjanjian ini apabila terjadi keadaan kahar melebihi waktu 30 (tiga puluh) hari kelender berturut-turut sebagaimana diatur dalam perjanjian ini.

Pembatalan perjanjian yang sebagaimana diatur dalam Pasal 22, memberikan kewajiban penerima kontrak untuk menuaikan kewajiban seperti yang tertuang dalam Pasal 23, yaitu :

1). Penerima kontrak wajib mengembalikan seluruh mobil tangki dalam keadaan baik kepada pemberi kontrak dengan dibuktikan berita acara penyerahan mobil tangki.

2). Penerima kontrak wajib menyampaikan kepada penerima kontrak perihal kewajiban pembayaran seperti pajak, pungutan, hutang dan lain-lain terkait dengan pengelolaan dan pengoperasian mobil tangki telah terselesaikan.

(34)

itu tidak dilaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidak ada pada pihaknya”.

Bila terjadi keadaan kahar maka bisa diselesaikan dengan penyelesaian sengketa yaitu pihak yang mengalami keadaan kahar (force majeure) harus segera memberitahukan pihak lainnya secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kelender setelah terjadinya keadaan kahar (force majeure) tersebut, dan wajib disertai dengan bukti atau keterangan resmi dari instansi berwenang dan upaya-upaya yang telah dilakukannya dalam rangka mengatasi keadaan tersebut yang berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan perjanjian ini.129

Pihak yang diberitahu dapat menolak atau menyetujui keadaan kahar (force majeure) berdasarkan alasan-alasan yang dibenarkan oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kelender setelah diterimanya pemberitahuan. Apabila keadaan kahar (force majeure) ditolak oleh pihak lainnya, maka para pihak akan meneruskan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini. Apabila keadaan kahar (force majeure) tersebut disetujui oleh para pihak, maka para pihak akan merundingkan kembali kelanjutan pelaksanaanya. Perjanjian ini termasuk antara lain menetapkan kembali hal-hal yang dianggap penting oleh para pihak dalam pelaksanaan perjanjian ini selanjutnya, apabila keadaaan kahar berlangsung lebih dari 30 (tiga puluh) hari kelender, maka para pihak dapat bersepakat untuk mengakhiri atau memutuskan perjanjian ini.130

129

Loc. Cit, hal. 16

130

(35)

Dalam hal ini yang dimaksud keadaan kahar (force majeure) adalah pelaksanaan Undang-Undang, peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, tindakan pengadilan atau pemerintah/instansi yang berwenang seperti kebakaran, ledakan, banjir, tanah longsor, gempa bumi, bencana alam, topan/badai, perang saudara, huru-hara, kerusuhan, blokade, perselisihan perburuhan, pemogokan, dan wabah penyakit yang kesemuanya itu secara langsung berhubungan dan pelaksanaan perjanjian ini.131

131

(36)

95

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan tersebut, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perjanjian kerjasama jasa pengelolaan mobil tangki antara PT. Pertamina (Persero) dengan PT. Pertamina Patra Niaga merupakan kontrak baku yang dibuat oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, dimana pihak lain didalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegoisasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak, sehingga kebebasan berkontrak para pihak tidak seimbang dan sangat berat sebelah.

(37)

secara musyawarah maka akan ditempuh dengan cara Badan Abitrase Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta.

(38)

Khusus (Pertamina Dex) dari pelanggan PT. Pertamina (Persero) dan cara menyelesaikan perselisihan dengan mengutamakan musyawarah yang telah diatur didalam perjanjian. Dilain sisi PT. Pertamina Patra Niaga sebagai penerima kontrak baku hanya menerima dan menjalankan apa yang menjadi kewajiban yang telah tercantum didalam perjanjian, hal-hal yang terjadi saat pelaksanaan perjanjian akan diberitahukan kepada PT. Pertamina (Persero). Setelah kewajiban yang dilakukan oleh PT. Pertamina Patra Niaga maka PT. Pertamina Patra Niaga akan mendapatkan prestasi berupa komisi/fee sesuai dari perjanjian yang telah disepakati.

B. Saran

Dari uraian pembahasan tersebut, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Perjanjian jasa pengelolaan yang disepakati oleh para pihak sebaiknya dibuat dalam perjanjian akta otentik oleh pejabat yang berwenang/notaris sehingga bila terjadi perselisihan dari kedua belah pihak maka perjanjian tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti.

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC adalah tidak seimbang dimana pemilik franchise ( franchisor )

Dengan dibuatnya perjanjian kerjasama dagang dalam bentuk baku maka salah satu pihak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau merubah kontrak seperti yang diinginkan,

Berdasarkan dari tabel tersebut di atas, maka dalam hal ini menunjukkan bahwa Perjanjian Kerjasama Operasi pada Perusahaan PT Satria Express Perdana setiap bulan mengalami

Garda Bhakti Nusantara dengan perusahaan pengguna jasa pengamanan, bagaimanakah kesetaraan para pihak ditinjau dari hak dan kewajiban dalam perjanjian kerjasama jasa pengamanan,

Garda Bhakti Nusantara dengan perusahaan pengguna jasa pengamanan, bagaimanakah kesetaraan para pihak ditinjau dari hak dan kewajiban dalam perjanjian kerjasama jasa pengamanan,

Dalam pelaksanaan usaha kerjasama antara pemilik mobil tangki air dengan driver ini bergerak pada bidang jual beli air, dimana modal yang berupa mobil tangki air

Salah satu syarat khusus yang diterapkan oleh Ngabar Rent Car adalah membuat suatu perjanjian sewa menyewa mobil dengan bentuk perjanjian tertulis tulisan yang merupakan suatu