INDONESIA DENGAN DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN (PT.
PERMATA NIAGA SEBAGAI SALAH SATU DISTRIBUTOR DI
KOTA MEDAN)
TESIS
Oleh
NUR SALAM
097011057/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SALAH SATU DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
NUR SALAM
097011057/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN (PT.
PERMATA NIAGA SEBAGAI SALAH SATU
DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN)
Nama Mahasiswa : Nur Salam
Nomor Pokok : 097011057
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
2. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum
3. Dr.T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : NUR SALAM
Nim : 097011057
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM
PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN (PT. PERMATA NIAGA SEBAGAI SALAH SATU DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama :NUR SALAM
Keberadaan industri susu kemasan saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi secara nasional. Perusahaan industri susu kemasan sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu susu dalam kemasan dan selanjutnya bagaimana produk yang dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada konsumen. Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh pembantu pengusaha yaitu dalam hal ini distributor. Secara yuridis pada transaksi antara perusahaan industri susu kemasan dengan distributor sebenarnya merupakan perjanjian kerjasama dagang, dimana dalam perjanjian yang dibuat tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor, dengan menjawab permasalahan, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga? bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor? dan bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak?
Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor dibuat dalam bentuk baku. Dengan dibuatnya perjanjian kerjasama dagang dalam bentuk baku maka salah satu pihak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau merubah kontrak seperti yang diinginkan, sehingga secara yuridis maupun secara ekonomis sebenarnya penerima kontrak ada pada posisi yang lemah, dimana klausul dalam perjanjian yang mengatur mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing pihak lebih menguntungkan pihak pembuat perjanjian yang dalam hal ini dibuat oleh PT Frisian Flag Indonesia.
At present, the existence of packed-milk industry has been rapidly developing to meet the national need for nutrition. The activities of Packed-Milk Company include the process of producing milk in packaging and marketing the product (milk in packaging) to the consumers. The product marketing can be done by distributor. Juridically, the transaction between the packed-milk company and the distributor is a trade agreement stating the rights and responsibilities of each party involved. The purpose of this descriptive study with empirical juridical approach was to analyze the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor to find out what the rights and responsibilities of each party involved in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga are; how the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor has been implemented; and how the dispute which may occur in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga will be settled according to the agreement agreed by both parties involved.
The data used in this study were primary data obtained through the interviews with informants and secondary data in the form of primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through qualitative method.
The result of this study revealed that the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor was made in the form of standard contract/agreement that one of the parties involved (PT. Permata Niaga) does not have an opportunity to negotiate or change the contract as intended. This condition shows that the recipient of contract (PT. Permata Niaga) has a weak position because the clause regulating the rights and responsibilities of each party involved stated in this trade agreement is more beneficial for PT. Frisian Flag Indonesia, the party that made this contract.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut
keluarga, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, atas terselesaikannya penulisan
Tesis dengan judul “Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian
Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor di
Kota Medan (PT. Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor di Kota
Medan).”
Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk melengkapi syarat untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan penuh kesadaran bahwa tiada satupun
yang sempurna di muka bumi ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan
tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan terlebih dengan keterbatasan
kemampuan, baik dari segi penyajian teknik penulisan maupun materi.
Penulisan tesis ini tidaklah mungkin akan menjadi sebuah karya ilmiah tanpa
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah ikut serta baik
langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menjadi mahasiswa
Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
selaku Anggota Komisi Pembimbing dalam penelitian ini..
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., Ketua Program Studi
memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan Tesis ini.
5. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua Komisi Penguji
dalam penelitian ini.
6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., MHum., selaku Anggota Komisi Penguji dalam
penelitian ini.
7. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu kepada Penulis selama
menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Staff Pegawai Adiministrasi Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
9. Seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima
kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
10.Kepada rekan seperjuangan stambuk 2009 Group C dan seluruh
rekan-rekan lainnya di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungannya selama ini.
Secara khusus penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda H. Junaidi dan Ibunda Hj. Masdingin
yang tersayang dan tercinta yang telah bersusah payah melahirkan dan
membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang.
Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada Isteri tersayang dan tercinta
Siti Sarah, Amd serta anak kami yang tersayang Saira Azzahra Queen yang penuh
kerelaan, kesabaran, ketabahan, kesetiaan dan kasih sayang untuk memberikan
Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang
disengaja maupun tidak sengaja. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua pihak
yang telah membantu selama ini dilipatgandakan pahalanya. Dengan iringan doa
semoga Allah SWT berkenan menerima amal ini menjadi sebuah nilai ibadah
disisi-Nya dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Amiin Yaa
Robbal’alamin
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Januari 2012 Penulis
1. Nama : Nur Salam
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 28 Desember 1982
3. Alamat : Jalan Brigjen Zein Hamid, G. Keluarga No 21,
Link I A – Medan
II. IDENTITAS KELUARGA :
1. Nama Isteri : Siti Sarah, Amd.
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 27 Maret 1985
2. Nama Anak : Saira Azzahra Queen
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 Mei 2011 3. Orang Tua
Ayah : H. Junaidi
Ibu : Hj. Masdingin
III. PENDIDIKAN :
1. Sekolah Dasar : SD 060900 Medan
Lulus tahun 1995
2. Sekolah Menengah Pertama : SMP YAPENA 45 Medan Lulus tahun 1998.
3. Sekolah Menengah Atas : SMU Negeri 2 Medan Lulus tahun 2001.
4. S-1 Fakultas Hukum : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Lulus tahun 2006.
5. S-2 Magister Kenotariatan : Program Studi Magister Kenotariatan
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Keaslian Penelitian ... 10
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12
1. Kerangka Teori ... 12
2. Konsepsi... 22
G. Metode Penelitan ... 25
1. Spesifikasi Penelitian ... 25
2. Metode Pendekatan ... 25
3. Teknik Pengumpulan Data ... 26
4. Alat Pengumpulan Data ... 26
5. Analisis Data... 27
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN PT. PERMATA NIAGA... 30
A. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya PT Frisian Flag Indonesia ... 30
B. Sejarah PT. Permata Niaga ... 34
C. Hak dan Kewajiban PT. Frisian Flag Indonesia Sebagai Prinsipal Sesuai Hukum Yang Berlaku ... 35
BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN
PT. PERMATA NIAGA SEBAGAI PIHAK DISTRIBUTOR... 50
A. Bentuk Perjanjian Distributor PT Frisian Flag Indonesia Dengan PT. Permata Niaga ... 50
1. Pengertian Distributor... 50
2. Bentuk Perjanjian Disributor ... 51
3. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama ... 57
4. Ruang Lingkup Perjanjian Kerjasama ... 57
5. Jangka Waktu Perjanjian ... 58
B. Pelaksanaan Perjanjian Distributor Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan PT. Permata Niaga ... 61
C. Alasan Hukum PT. Frisian Flag Indonesia Menggunakan Perjanjian Baku Dalam Kerjasama Dagang... 69
D. Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian Distributor ... 73
BAB IV PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN` KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN PT. PERMATA NIAGA... 76
A. Bentuk-Bentuk Sengketa ... 76
B. Penyelesaian Perselisihan Dalam Perjanjian Kerjasama Distributor... 77
C. Penyelesaian Perselisihan ... 88
D. Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase ... 89
1. Pengertian Sengketa ... 89
2. Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...101
A. Kesimpulan ...101
B. Saran ...102
Keberadaan industri susu kemasan saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi secara nasional. Perusahaan industri susu kemasan sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu susu dalam kemasan dan selanjutnya bagaimana produk yang dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada konsumen. Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh pembantu pengusaha yaitu dalam hal ini distributor. Secara yuridis pada transaksi antara perusahaan industri susu kemasan dengan distributor sebenarnya merupakan perjanjian kerjasama dagang, dimana dalam perjanjian yang dibuat tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor, dengan menjawab permasalahan, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga? bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor? dan bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak?
Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor dibuat dalam bentuk baku. Dengan dibuatnya perjanjian kerjasama dagang dalam bentuk baku maka salah satu pihak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau merubah kontrak seperti yang diinginkan, sehingga secara yuridis maupun secara ekonomis sebenarnya penerima kontrak ada pada posisi yang lemah, dimana klausul dalam perjanjian yang mengatur mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing pihak lebih menguntungkan pihak pembuat perjanjian yang dalam hal ini dibuat oleh PT Frisian Flag Indonesia.
At present, the existence of packed-milk industry has been rapidly developing to meet the national need for nutrition. The activities of Packed-Milk Company include the process of producing milk in packaging and marketing the product (milk in packaging) to the consumers. The product marketing can be done by distributor. Juridically, the transaction between the packed-milk company and the distributor is a trade agreement stating the rights and responsibilities of each party involved. The purpose of this descriptive study with empirical juridical approach was to analyze the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor to find out what the rights and responsibilities of each party involved in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga are; how the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor has been implemented; and how the dispute which may occur in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga will be settled according to the agreement agreed by both parties involved.
The data used in this study were primary data obtained through the interviews with informants and secondary data in the form of primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through qualitative method.
The result of this study revealed that the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor was made in the form of standard contract/agreement that one of the parties involved (PT. Permata Niaga) does not have an opportunity to negotiate or change the contract as intended. This condition shows that the recipient of contract (PT. Permata Niaga) has a weak position because the clause regulating the rights and responsibilities of each party involved stated in this trade agreement is more beneficial for PT. Frisian Flag Indonesia, the party that made this contract.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama berawal dari suatu perbedaan atau
ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian
tersebut pada umumnya senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para
pihak. Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk
kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan)
melalui proses tawar menawar.1
Umumnya perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang
dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut
diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga
mengikat para pihak. Dalam perjanjian, pertanyaan mengenai sisi kepastian dan
keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak
terakomodir melalui mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara
seimbang.2
Kebebasan berkontrak yang merupakan inti dari sebuah perjanjian, secara
implisit memberikan panduan bahwa dalam berkontrak para pihak diasumsikan
mempunyai kedudukan yang seimbang.3 Dengan demikian diharapkan akan muncul
perjanjian yang adil dan seimbang bagi para pihak. Urgensi pengaturan perjanjian
1
Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal. 1.
dalam praktek bisnis adalah untuk menjamin pertukaran kepentingan (hak dan
kewajiban) berlangsung secara seimbang bagi para pihak, sehingga dengan demikian
terjalin hubungan yang adil dan saling menguntungkan.4
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
mestinya, maka pihak tersebut dapat dituntut untuk dimintakan ganti rugi. Dengan
demikian pertanggungjawaban atas ganti rugi yang diajukan salah satu pihak
memberikan konsekuensi kepada pihak lain untuk memenuhi prestasi yang dibuat
para pihak dalam suatu perjanjian.
Perjanjian menurut namanya dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Perjanjian bernama merupakan perjanjian yang dikenal di dalam KUH Perdata. Sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal pada saat KUH Perdata diundangkan.5
Perjanjian kerjasama antara PT. Frisian Flag Indonesia (FFI) dengan
PT. Permata Niaga mengenai promosi dan sales yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak dapat mengikat kedua belah pihak sebagaimana mengikatnya
undang-undang bagi para pihak yang melakukan suatu perjanjian, karena telah dibuat
memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1320 KUH
Perdata.
Menurut Alfred Sloan6 yang dikutip oleh Frans Hendra, tujuan strategis suatu
perusahaan adalah memperoleh hasil investasi dan dalam hal tertentu hasil jangka
panjang tidak memuaskan, maka kekurangan itu dikoreksi atau kegiatan itu
4
Ibid., hal. 6
5Handri Raharjo,Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisi, Yogyakarta, 2000, hal. 42. 6Frans Hendra, Merumuskan Kebijaksanaan Perusahaan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1974,
ditinggalkan untuk usaha lain yang lebih menguntungkan Perusahaan yang selalu ada
dan berada di tengah-tengah masyarakat dituntut untuk dapat membuat karya
ekonomi yang dalam pelaksanaannya memang berada diluar perusahaan itu sendiri,
yaitu para perantara perusahaan seperti agen, makelar, komisioner, dan distributor
yaitu dalam hal penciptaan pelanggan. Pemasaran adalah salah satu contoh yang
harus ditempuh oleh perusahaan itu dalam menciptakan suatu pelanggan.
Suatu perusahaan harus bisa menciptakan suatu metode tertentu agar
pemasaran hasil produksinya dapat berjalan dengan baik melalui perantara
perusahaan, sampai ke tangan konsumen dengan aman dan dapat dipertanggung
jawabkan. Faktor lain yang ikut mendukung dalam penciptaan pelanggan adalah
masalah transportasi (pengangkutan) di samping faktor letak yang strategis serta
faktor-faktor lain yang mendukung.
Sasaran akhir setiap usaha dalam bidang pemasaran adalah untuk
menempatkan benda-benda ke tangan para konsumen. Ada sejumlah aktivitas
pemasaran yang perlu dilaksanakan, untuk mencapai sasaran tersebut, dan
aktivitas-aktivitas pokoknya dinyatakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi
tersebut meliputi menjual, membeli, mentransfer, dan menyimpan benda-benda.
Distributor sebagai pihak yang ditunjuk oleh prinsipal untuk memasarkan dan
menjual barang-barang prinsipalnya dalam wilayah tertentu untuk jangka waktu
tertentu, tetapi bukan sebagai kuasa prinsipal disebut. Distributor tidak bertindak
untuk dan atas nama prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama sendiri.
Distributor membeli sendiri barang-barang dari prinsipalnya dan kemudian ia
dengan distributor tersebut. Segala akibat hukum dari perbuatannya menjadi
tanggung jawab distributor itu sendiri.
Dalam dunia bisnis, perusahaan atau perorangan yang mengangkat atau
menunjuk distributor disebut prinsipal. Pengangkatan atau penunjukan distributor
dapat dilakukan oleh prinsipal pada umumnya tertulis, sekalipun secara lisan tidak
ada larangan, tetapi pada saat ini hubungan distributor dengan prinsipal biasanya
diikat oleh suatu persetujuan dalam bentuk kontraktuil.
Secara yuridis, hubungan hukum antara para pengusaha dengan prinsipalnya
yaitu perusahaan industri merupakan hubungan hukum yang sejajar yaitu antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Pada perjanjian kerjasama yang
diadakan masing-masing pihak memenuhi prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan
yang menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak.
PT. Frisian Flag Indonesia atau yang lebih dikenal dengan produk susu
bendera sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk
minuman dengan bahan dasar susu sebagai suatu hasil produksi, pada umumnya
melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang, yang
menyangkut modal sebagai pembiayaan perusahaan dan bagaimana produk yang
dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada konsumen. Kegiatan ini merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hasil produksi tidak akan berjalan
apabila tidak ada modal, demikian juga barang-barang yang dibuat sebagai suatu
dengan baik. Agar hasil produk dari perusahaan sampai ke tangan konsumen maka
perlu ditangani secara serius.7
Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh para pembantu pengusaha
diantaranya agen, makelar, komisioner, dan distributor. Secara yuridis, hubungan
hukum antara para pembantu pengusaha merupakan prinsipalnya perusahaan yang
memproduksi dalam hal ini PT. Frisian Flag Indonesia. Pada kontrak yang diadakan
masing-masing pihak memenuhi prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan yang
menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak.
Hubungan distributor dengan prinsipal diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Pasal 1457 sampai Pasal 1540 tentang Jual beli pada umumnya.8
Pada perjanjian distributor dan perjanjian keagenan tidak diatur secara khusus dalam
KUH Perdata, mengingat bahwa distributor dan agen adalah lembaga yang
menjalankan perusahaan, maka segala kegiatannya selalu diawali dengan perjanjian.
Pada umumnya ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian terdapat dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III dengan judul “Tentang
Perikatan-Perikatan Umumnya” yang diatur pada Pasal 1233 sampai Pasal 1600 KUH Perdata.
Dengan demikian ketentuan-ketentuan tentang perjanjian berlaku pula untuk
perjanjian keagenan dan perjanjian distribusi, maka yang berlaku adalah tentang
perikatan-perikatan yang dilahirkan dari perjanjian, ketentuan-ketentuan tersebut
diantaranya terdapat pada Pasal 1313 tentang perjanjian, Pasal 1338 tentang akibat
7
Edie Lembong, Kertas Kerja Masalah-Masalah Penetrasi Pasar di bidang Farmasi, Jakarta, 1992, hal. 43.
8 BPHN Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum
perjanjian, Pasal 1320 tentang sahnya perjanjian, Pasal 1365 apabila terjadi
wanprestasi dalam hal ganti rugi.
Khusus untuk perjanjian distributor selain Pasal-pasal tersebut berlaku pula Pasal-Pasal tentang perjanjian jual beli yang diatur pada Pasal 1457 sampai Pasal 1540. Perjanjian keagenan merupakan perjanjian yang dibuat antara agen dengan pihak ketiga, untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan pemberian wewenang/ kuasa dari prinsipalnya. Prinsipal akan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh agen sepanjang tindakan tersebut dilakukan dalam batas kewenangan yang diberikannya. Apabila seorang agen dalam bertindak melampaui batas wewenangnya maka ia bertanggung jawab secara sendiri-sendiri atas tindakan tersebut. Agen bertindak atas nama prinsipal, maka agen tidak melakukan pembelian dari prinsipalnya.9
Perjanjian keagenan berbeda dengan perjanjian distributor. Distributor tidak
bertindak untuk dan atas nama prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama
sendiri. Distributor bertugas untuk memasarkan dan menjual barang-barang prinsipal
dalam wilayah tertentu. Secara yuridis pada transaksi antara perusahaan consumer
good dengan distributor sebenarnya merupakan kontrak jual beli beserta akibat
hukumnya yaitu kontrak dagang pendistribusian, dimana pihak distributor harus
membeli terlebih dahulu produk-produk tersebut selanjutnya dipasarkan ke berbagai
tempat.
Kontrak dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor susu
bendera perjanjiannya dibuat secara tertulis. Pada kontrak yang diadakan antara
pengusaha dengan distributor yang ditunjuk adalah untuk memasarkan produk susu
tersebut. Distributor tersebut tidak hanya dapat memasarkan susu dari satu
perusahaan saja akan tetapi dapat dilakukan dari berbagai pabrik. Distributor harus
membeli produk susu terlebih dahulu dengan harga yang ditetapkan oleh pihak
prinsipalnya.10
Kontrak dagang yang dibuat merupakan instrumen bisnis yang saling
mengikat para pihak, bentuk perjanjiannya merupakan perjanjian yang tertulis. Pada
hakekatnya kontrak dipahami sebagai ketentuan dan persyaratan yang disepakati oleh
para pihak sebagai hasil perundingan atau negosiasi antar para pihak yang
membuatnya, akan tetapi dalam praktek perdagangan sering dijumpai kontrak yang
berbentuk baku (standardized contract ).11
Bentuk perjanjian yang diadakan antara Susu Bendera sebagai prinsipal
dengan distributor sebagai perantara pemasaran produk, pada umumnya dibuat secara
baku yang dibuat oleh salah satu pihak,12bahkan kontrak baku tersebut sudah tercetak
pada formulir yang dibuat oleh salah satu pihak yang kemudian apabila disetujui
maka kontrak ditanda tangani.
Umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja
tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, sehingga biasanya pada kontrak baku
sangat berat sebelah dan hanya menguntungkan bagi si pembuat kontrak. Faktor
10 Menurut Subekti, Kontrak merupakan perjanjian yang lebih sempit dan dibuat secara
tertulis. (Subekti, Hukum Perjanjian, Internusa, Jakarta, 1984, hal. 1.) Kontrak dagang merupakan perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak pada obyek dagang tertentu berupa barang dan jasa. Kontrak dagang merujuk pada pemikiran akan adanya keuntungan komersial yang diperoleh para pihak, sedang perjanjian dapat berarti perjanjian sosial yang belum tentu menguntungkan para pihak. (Etty Susilowati,Tahapan pada Pembuatan Kontrak Bisnis, Pelatihan IKM, 24 Juli 2005 ).
11 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bhakti,
Jakarta, 2003, hal. 76.
12 Kontrak baku sering digunakan oleh para pebisnis karena dianggap lebih efisien, lebih
penyebabnya adalah karena penyusunan kontrak dibuat oleh salah satu pihak, selain
itu pihak penerima kontrak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau
merubah kontrak seperti yang diinginkan, sehingga secara yuridis maupun secara
ekonomis sebenarnya penerima kontrak ada pada posisi yang lemah. Pada kontrak
distributor dimungkinkan pula dibuat oleh kedua belah pihak, di mana para pihak
saling memberikan masukan apa saja yang akan diperjanjikan beserta
klausula-klausulanya, selanjutnya setelah ada kesepakatan maka kontrak tersebut di tanda
tangani oleh para pihak.
Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang“Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang
Antara PT Frisian Flag Indonesia dengan Distributor di Kota Medan”
(PT. Permata Niaga sebagai salah satu Distributor di Kota Medan).
B. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang yang di uraikan diatas, maka ditarik beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang
antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga?
2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag
Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian
kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga menurut
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama
dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian
Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor.
3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam
perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga
menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis, yaitu:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dunia perguruan tinggi
sebagai acuan pengetahuan yang berhubungan dengan kontrak dagang juga
sebagai tambahan pengetahuan pada bidang Hukum Perdata pada umumnya dan
bidang Hukum Perdata Dagang pada khususnya.
2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bidang kajian yang
dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan, khususnya
mengenai kontrak dagang antara PT Frisian Flag dengan distributornya di Kota
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian dan penelurusan yang telah dilakukan, baik
terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, maupun yang sedang dilakukan,
khususnya pada Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah, “Kedudukan Para Pihak
Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia dengan
Distributor di Kota Medan”. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan
secara akademis dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti
pendahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai masalah perjanjian kerjasama
dagang antara prinsipal dengan distributor, namun menyangkut judul dan substansi
pokok permasalahan yang dibahas sangat jauh berbeda dengan penelitian ini. Adapun
penelitian yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama dagang antara prinsipal
dengan distributor tersebut:
1. M. Imanullah Rambey, NIM: 017011076, mahasiswa Magister Kenotariatan
Sekolah Pascasarjana USU, Tahun 2007, dengan judul “Kedudukan Dan
Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan (Kajian Pada
Perjanjian Keagenan Cat ICI Indonesia Di Medan),” dengan permasalahan yang
dibahas:
a. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam hukum
perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan,
b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap agen dalam perjanjian keagenan
cat tersebut ?
perjanjian keagenan tersebut ?
2. M. Masril, NIM: 077005052, mahasiswa Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana USU, Tahun 2009, dengan judul “Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggung
Jawab Produsen,” dengan permasalahan yang dibahas:
a. Bagaimana bentuk tanggung jawab produsen terhadap produk cacat dalam
perspektif perlindungan konsumen?
b. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa terhadap produk cacat dalam
kaitannya dengan tanggung jawab produk menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?
3. Kartika Puri Mandasari, NIM: 097011073, mahasiswa Magister Kenotariatan
Program Pascasarjana USU, Tahun 2011, dengan judul “Akibat Hukum Atas
Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara Produsen PT. PUSRI (Pupuk
Sriwijaya) dengan Pemegang Distributor Pupuk,” dengan permasalahan yang
dibahas:
a. Bagaimana bentuk kerjasama antara produsen PT. Pusri dengan Distributor
pupuk dalam menyalurkan pupuk (Cabang PPD Sumatera Utara)?
b. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dalam perjanjian kerjasama antara
prosuden PT. Pusri dengan Distributor pupuk apabila telah melanggar
ketentuan klausula dalam perjanjian (Cabang PPD Sumatera Utara)?
c. Bagaimana upaya hukum penyelesaian sengketa apabila Distributor pupuk
tidak memenuhi kewajiban dalam klausula perjanjian (Cabang PPD Sumatera
Jika diperbandingkan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini,
baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian
ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam kehidupan bermasyarakat kebutuhan akan hukum sangat diperlukan
untuk menjaga agar terjaganya kehidupan masyarakat yang tertib dan aman. Oleh
karena itu untuk menjaga perubahan masyarakat di bidang hukum tetap teratur
harus diikuti dengan pembentukan norma- norma sehingga dapat berlangsung secara
tertib dan harmonis.
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk: “menjelaskan nilai-nilai hukum
dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam,
sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam
bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri”.13
Teori merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berhubungan yang
dikemukakan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu.14 Teori berguna untuk
menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi
dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat
menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas
13 W. Friedmann, Teori dan Filsafat Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 2. 14 J. J. H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, dialih bahasakan oleh Arief Sidharta,
perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian
dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.”15
Snelbecker mendefenisikan “teori sebagai perangkat proposisi yang
terintegrasi secara sintaksis (yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan
secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi
sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”.16
Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja menyatakan, pengembangan Ilmu
Hukum yang bercirikan Indonesia tidak saja dilakukan dengan mengoper begitu
saja ilmu-ilmu hukum yang berasal dari luar dan yang dianggap modern, tetapi
juga tidak secara membabi buta mempertahankan yang asli. Keduanya harus
berjalan secara selaras. Selanjutnya dengan mengilhami dari teori Law as a Tool of
Social Engineering dari ajaran Roscoe Pound yang beraliran Sociological
Jurisprudence. Mochtar Kusumaatmadja menghasilkan teori hukum sebagai sarana
pembaharuan masyarakat.17
Istilah “pembaharuan hukum” sebenarnya mengandung makna yang luas
mencakup sistem hukum.18Dalam prosesnya, pembangunan ternyata ikut membawa
konsekuensi terjadinya perubahan-perubahan atau pembaharuan pada aspek-aspek
sosial lain termasuk di dalamnya pranata hukum. Artinya, perubahan yang dilakukan
(dalam bentuk pembangunan) dalam perjalanannya menuntut adanya
perubahan-15 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hal. 6.
16Snelbecker dalam Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002, hal. 34-35.
17Lili Rasyidi dan Bernard Arief Sidharta, Filsafat Hukum : Madzhab dan Refleksinya,
Bandung, Rosdakarya, 1994, hal. 111.
18
perubahan dalam bentuk hukum. Perubahan hukum ini memiliki arti yang positif
dalam rangka menciptakan hukum baru yang sesuai dengan kondisi pembangunan
dan nilai hukum masyarakat.19
Teori Sociological Jurisprudence yang dikemukakan oleh Roscoe Pound, ia
mengatakan bahwa hukum sebagai suatu unsur dalam hidup masyarakat harus
memajukan kepentingan umum. Artinya hukum harus dilahirkan dari konstruksi
hukum masyarakat yang dilegalisasi oleh penguasa. Ia harus berasal dari konkretisasi
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
Penelitian ini juga berusaha untuk memahami perjanjian kerjasama antara
produsen dengan distributor secara yuridis, artinya adalah memahami objek
penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum sebagaimana yang di tentukan
dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum
perjanjian.
Teori yang juga di pakai dalam penulisan tesis ini adalah teori keadilan
berbasis perjanjian (John Rawls) dan teori keseimbangan. Hal mana menyebutkan
keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan perjanjian, dimana
azas-azas keadilan yang dipilih bersama benar-benar merupakan kesepakatan bersama para
pihak, bebas, rasional dan sederajat.
Kemajuan pandangan Pound dibandingkan dengan ahli-ahli sebelumnya, ia
lebih banyak menekankan arti dan fungsi pembentukan hukum. Dimana hal itu bisa
dilihat dari pernyataan diatas yaitu bahwa hukum harus memajukan kepentingan
19Abdul Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabain,Pembangunan Hukum : Sebuah Orientasi
umum.20 Statement inilah yang dikenal dengan teorinya “Law as a Tool of
Social Engineering” (hukum sebagai alat atau sarana rekayasa atau pembaharuan
sosial).21
Melalui pendekatan perjanjian dari sebuah teori keadilan mampu untuk
menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi
semua orang. Oleh karenanya suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat
kontraktual agar sisi kepastian hukum dapat tercapai. Konsekuensinya setiap konsep
keadilan yang tidak berbasis kontraktual haruslah dikesampingkan demi kepentingan
keadilan itu sendiri.
Menurut Subekti, mengemukakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu
peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu
saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dikatakannya bahwa dua perkataan
(perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya”.22
Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada satu bentuk tertentu saja
tetapi perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tulisan, andaikata perjanjian itu
dibuat secara tulisan maka ia bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi
perselisihan.23
Dalam membuat perjanjian antara para pihak pasti akan menimbulkan
hubungan hukum yang kemudian disertai adanya akibat-akibat hukum, dan akibat
20Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Kanisius, 2001,
hal. 180.
21Roscoe Pound,An Introduction To the Philosophy of Law, (New Heaven, Yale University
Press, 1954), hal. 47, (Mulhadi :Relevansi Teori Sociological Jurisprudence Dalam Upaya Pembaharuan Hukum di Indonesia, 2005, USU Repository 2006).
22
Subekti,Aneka Hukum Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, Cetakan Kesepuluh, 1995, hal. 23.
hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara
keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan).24
Selanjutnya Subekti memberi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
perjanjian yaitu :
1. Hubungan hukum (perikatan).
2. Subyek hukum.
3. Isi (hak dan kewajiban).
4. Ruang lingkup (lingkup hukum harta kekayaan).25
Oleh karena itu disebutkan bahwa kontrak merupakan suatu peristiwa yang
konkrit dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun
tidak tertulis. Hal ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak
atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya
kontrak kerjasama tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk
memenuhi apa yang diperjanjikan.
Pada dasarnya kontrak kerjasama harus dibuat berdasarkan kesepakatan
bersama sesuai dengan syara-syarat sah perjanjian didalam Pasal 1320 KUH Perdata
yaitu pemenuhan syarat subjektif dan syarat objektif, bertujuan untuk melaksanakan
prestasi tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku sebagaimana
ketentuan dalam Pasal 1337 KUH Perdata.
Namun adakalanya “kedudukan” dari kedua belah pihak dalam bernegosiasi
tidak seimbang, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak terlalu
menguntungkan bagi salah satu pihak yaitu pihak yang tergolong lemah. Hal ini
terjadi dalam perjanjian kerjasama antara produsen dengan distributor yang
didalamnya mengatur tugas dan tanggung jawab.
Dalam kehidupan masyarakat sering terjadinya hubungan kontrak kerjasama,
sebagaimana dalam penelitian ini membahas kontrak kerjasama antara produsen
dengan distributor, harus memperhatikan segala ketentuan yang berlaku dan perlu
dijaga segala prinsip umum dalam hukum kontrak tersebut. Dengan demikian hak dan
kewajiban para pihak akan terlindungi.26
Jika antara kepentingan hak dan kewajiban para pihak tidak dijalankan dengan
ketidakseimbangan, maka akan terjadinya suatu konflik atau perselisihan kepentingan
para pihak tersebut, sehingga menimbulkan perbuatan wanprestasi atau perbuatan
melanggar hukum.
Sebagai pendukung teori yang dipaparkan diatas, dalam hukum perjanjian
terdapat beberapa asas-asas yaitu :
a. Asas kebebasan berkontrak
Pengertian asas ini terlihat pada Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya”.
Pada pasal ini menunjukkan bahwa perjanjian yang disepakati oleh kedua belah
pihak yang bersangkutan mengikat kedua belah pihak atau pihakpihak yang
bersangkutan. Pengertian ini disebutPacta Sunt Servanda.
b. Asas penambahan
Asas persetujuan para pihak dapat menambahkan atau melengkapi pasal-pasal
perjanjian apabila dikemudian hari terdapat kekurangan.
c. Asas kepercayaan
Para pihak sejak awal perjanjian, telah saling mengikatkan diri dengan
kepercayaan penuh untuk saling melaksanakan perjanjian.
d. Asas terbuka,
Asas terbuka ini tersirat pada Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata. Maksud
sistem terbuka disini adalah dalam membuat perjanjian diserahkan sepenuhnya
kepada para pihak untuk menentukan isi perjanjian dan hukum apa yang akan
digunakan demi kebebasan asasi setiap orang sebagai makhluk Tuhan yang
dijamin secara asasi menurut hukum asasi. Setiap orang tidak boleh dipaksa
oleh siapapun dan ia bebas menciptakan keadilan dan kepatutan menurut
kehendak pihak-pihak itu secara bersama-sama. Kalau para pihak telah
bersepakat secara terbuka dalam memperlakukan hukum yang disepakatinya,
maka perjanjian itu mengikat seperti undang-undang bagi pihak-pihak yang
bersepakat, seperti yang ditegaskan dalam Pasal 1338 dan Pasal 1339
KUHPerdata.
Sejak awal diadakannya kata sepakat para pihak dianggap dalam keadaan
seimbang sebagai subyek hukum secara yuridis, secara ekonomis dan secara
psikologis.
Suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah
pihak apabila memenuhi syarat-syarat perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUH
Perdata, yaitu :
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; c. Mengenai suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri,
Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih
dengan pihak lainnya. Artinya tawar menawar merupakan proses awal yang
terjadi sebelum terwujud kata sepakat diantara para pihak yang berjanji. Dengan
sepakat atau dinamakan perijinan, dimaksudkan bahwa kedua subyek yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seia-sekata mengenai
hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh
pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki
sesuatu yang sama secara timbal balik, yaitu si penjual menginginkan sejumlah
uang, sedang si pembeli menginginkan sesuatu barang dari si penjual.
2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian,
Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan
orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,
sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Pada dasarnya, setiap orang
yang sudah dewasa atau akil balik dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut
hukum. Dalam Pasal 1330 KUH Pdt disebut sebagai orang-orang yang tidak
cakap untuk membuat suatu perjanjian yaitu :
a) Orang-orang yang belum dewasa;
b) Mereka yang berada di bawah pengampuan;
c) Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-undang, dan
semua orang kepada siapa Undang-undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
3) Mengenai suatu hal tertentu,
Undang-undang menentukan bahwa hanya barang-barang yang dapat
diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian. Selanjutnya dikatakan
bahwa barang itu harus suatu barang yang paling sedikit dapat ditentukan
jenisnya ataueen bepaalde onderwerp. Jadi suatu hal tertentu yang dimaksudkan
adalah paling sedikit ditentukan jenisnya, atau asalkan kemudian jumlahnya dapat
ditentukan atau dapat dihitung. Sebab apabila suatu objek perjanjian tidak
tertentu, yaitu tidak jelas jenisnya dan tidak tentu jumlahnya, perjanjian yang
demikian adalah tidak sah.
4) Suatu sebab yang halal,
Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang,
kesusilaan, dan ketertiban umum. Yang dijadikan objek atau isi dan tujuan
sehingga perjanjian tersebut menjadi perjanjian yang valid atau sah dan mengikat
(binding). Karena syarat pertama dan kedua yaitu unsur kesepakatan dan
kecakapan menyangkut subjek perjanjian, keduanya disebut syarat subjektif,
sedangkan syarat ketiga dan keempat yaitu unsur yang berkenaan dengan materi
atau objek perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal disebut syarat
objektif. Dengan adanya pembedaan ini, akibat hukum yang ditimbulkan juga
berbeda.
Apabila unsur pertama dan kedua yang berarti syarat subjektif tidak terpenuhi,
akibat hukumnya adalah perjanjian tersebut dapat dibatalkan kepada hakim
melalui pengadilan (voidable atau vernietigbaar), sedangkan pada unsur ketiga
dan keempat atau syarat objektif tidak terpenuhi maka akibat hukumnya adalah
batal demi hukum (null and voidataunietig verklaard).
Adapun yang dimaksudkan dengan pihak-pihak dalam perjanjian disini adalah
tentang siapa-siapa yang tersangkut dalam suatu perjanjian antara PT Frisian Flag
Indonesia dengan PT. Permata Niaga. Menurut Pasal 1315 KUHPerdata,
disebutkan: “pada umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri”.
Asas tersebut dinamakan asas kepribadian suatu perjanjian. Mengikatkan diri,
ditujukan pada memikul kewajiban-kewajiban atau menyanggupi melakukan
sesuatu, sedangkan minta ditetapkannya suatu janji, untuk memperoleh hak-hak
atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu. Memang sudah semestinya, perikatan
hukum yang dilakukan oleh suatu perjanjian, hanya mengikat orang-orang yang
Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara para
pihak yang membuatnya. Orang-orang lain adalah pihak ketiga yang tidak
mempunyai sangkut-paut dengan perjanjian tersebut. Kalau seseorang ingin
mengikatkan diri dengan orang lain, harus ada kuasa yang diberikan oleh orang
tersebut. Namun, kalau akan dikuasakan kepada orang lain, yang selanjutnya
mengikatkan orang itu pada seorang lain lagi, maka orang tersebut tidak bertindak
atas nama diri sendiri, tetapi atas nama orang lain, yaitu si pemberi kuasa.
2. Konsepsi
Konsepsi diartikan sebagai ”kata yang menyatukan abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.”27
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, “kerangka konsepsi pada hakekatnya
merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis
yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional
yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.”28
Samadi Surya Brata memberikan arti khusus mengenai pengertian konsep,
yaitu sebuah konsep berkaitan dengan defenisi operasional, “konsep diartikan
sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang
khusus, yang disebut dengan defenisi operasional”.29 Defenisi operasional perlu
disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah, tidak boleh memiliki
makna ganda.
27
Samadi Surya Barata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 28.
Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada
proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan
serangkaian defenisi operasional atas beberapa variable yang digunakan.
Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang
berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian
dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:
a. Kedudukan hukum adalah hubungan hukum antara para pihak yang terjadi
bersifat berimbang kedudukannya di dalam hukum. Karena hubungan ini, maka
kedudukan kedua belah pihak akan sama di depan hukum. Hal ini dapat dilihat di
dalam peraturan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap konsumen yang
dapat menjamin dipenuhinya hak-hak konsumen sebagai pemakai suatu hasil
produksi. Untuk itu, pemerintah mensahkan suatu undang-undang yang
melindungi konsumen, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
b. Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah ”segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen”.
c. Konsumen menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen adalah ”setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
d. Perjanjian adalah: “Suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antar dua
pihak, dimana salah satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan
sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak
untuk menuntut pelaksanaan janji itu”.30
e. Pengertian perjanjian baku menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, adalah: “setiap aturan atau
ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih
dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen
dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.
f. Kerjasama Dagang adalah penyaluran atau sering disebut distribusi sebagai suatu
rangkaian perbuatan perusahaan, senantiasa diawali dengan suatu perjanjian.
Perjanjian tersebut adalah sebagai hasil dari pembicaraan awal antar perusahaan
yang dilakukan sebelumnya.
g. PT Frisian Flag Indonesia adalah perusahaan industri pengolahan susu, yang
didirikan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, berkedudukan
dan berkantor pusat di Jakarta.
h. Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan
atas namanya sendiri berdasarkan perjanjian yang melakukan pembelian,
30 Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, cet. 8, Mandar Maju, Bandung,
penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dan/atau jasa yang
dimiliki/dikuasai.31
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
“Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, artinya penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu,
kelompok atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi”.32
Penelitian yang bersifat deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan
keadaan objek atau peristiwanya, kemudian menelaah dan menjelaskan serta
menganalisa data secara mendalam dengan mengujinya dari berbagai peraturan
perundangan yang berlaku maupun dari pendapat ahli hukum sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang data faktual yang berhubungan dengan pelaksanaan
perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan Distributor.
2. Metode Pendekatan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat
yuridis empiris. Metode yuridis empiris dipergunakan untuk mendapatkan jawaban
dari permasalahan dengan melihat berbagai aspek yang terdapat dalam perjanjian
kerjasama dagang, sehingga akan diketahui secara hukum tentang kedudukan para
pihak dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan
Distributor.
31
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 11/M-Dag/Per/3/2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen Atau Distributor Barang Dan/Atau Jasa, Pasal 1 Angka 5.
3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang deperoleh melalui studi lapangan dan data
sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data ditempuh
degan cara:
a. Studi kepustakaan (library reasearch) yaitu dilakukan untuk memperoleh atau
mencari konsepsi-konsepsi terori-teori atau doktrin-doktrin yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian studi keputakaan meliputi bahan hukum tertier28. Bahkan
menurut Ronny Hanitijo Soermitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum
termasuk dalam bahan hukum skunder.29
b. Studi lapangan (field reasearch) yaitu dengan melakukan wawancara yang
menggunakan pedoman wawancara (interview guide) dan beberapa informan
yang dijadikan sebagai sumber informasi pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Bisnis Area Manager Medan PT Frisian Flag Indonesia
2. Direktur Distributor PT. Permata Niaga
4. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga
apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil
penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat
28Ibid. hal. 36
29 Ronny Hanitijo Soermitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalian Indonesia, Jakarta, 1982.
dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat
pengumpulan data.
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan
alat pengumpulan data sebagai berikut:
a. Studi Dokumen atau studi kepustakaan
Penelitian pustaka dimaksud penelitian bahan hukum perimer yaitu peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum perikatan, perjanjian,
khususnya kontrak dagang antara perusahaan yang memproduksi barang
dengan distributor yang memasarkan barang. Demikian pula dikaji bahan
hukum sekunder berupa karya para ahli termasuk hasil penelitian. Untuk
melengkapi bahan hukum tersebut ditunjang pula dengan bahan hukum tertier
seperti kamus umum, kamus hukum, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar
dan internet.
b. Wawancara
wawancara (interview) dengan nara sumber dengan menggunakan pedoman
wawancara (interview guide) agar lebih fokus dan sistematis.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30
Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara penguraian,
menghubungkannya dengan peraturan-peraturan yang berlaku, menghubungkan
dengan pendapat pakar hukum serta pelaksanaan penyelesaian sengketa perjanjian
kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor PT. Permata Niaga
agar terjadi perimbangan kedudukan hukum.
Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh dari
wawancara dianalisis secara kualitatif. Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan
pemeriksaan terhadap data yang terkumpul melalui penelitian kepustakaan dan
wawancara yang dilakukan, inventarisasi peraturan, data-data yang berkaitan dengan
judul penelitian, sehingga analisis yang dilakukan dapat memberikan jawaban
terhadap pilihan forum penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama antara
PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor di Kota Medan agar terjadi perimbangan
kedudukan hukum.
Data yang didapat dari penelitian studi dokumen dan data yang diperoleh dari
wawancara akan disusun secara sistematik untuk mengetahui bagaimana
perimbangan kedudukan hukum antara PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor
di Kota Medan, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi PT
Frisian Flag Indonesia dengan distributornya di Kota Medan dan untuk mengetahui
pilihan hukum dan pilihan forum penyelesain sengketa yang terjadi dalam
pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag dan distributornya di Kota
Medan.
Atas dasar pembahasan dan analisis ini diperoleh suatu kesimpulan terhadap
yang diteliti. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir
yang induktif yaitu logika yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN
PT. PERMATA NIAGA
A. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya PT Frisian Flag Indonesia
1. Sejarah Perusahaan PT Frisian Flag Indonesia
PT. Frisian Flag Indonesia pada mulanya bernama PT. Geo Wehry Indonesia,
yang didirikan pada tahun 1917, adalah salah satu perusahaan dagang yang terbesar
yang beroperasi di Indonesia sebelum perang dunia ke-II dan bergerak sebagai
distributor barang yang berasal dari pabrik ke konsumen. Pada saat itu kegiatan
perusahaan belum menunjukan hasil yang memuaskan karena pada saat itu Indonesia
masih berada di bawah penjajahan Belanda.
Pada tahun 1969 nama PT. Geo Wehry Indonesia, dirubah menjadi PT.
Mexim yang masih melanjutkan usaha dari PT. Geo Wehry Indonesia. Tetapi oleh
karena beberapa hal, maka pada tanggal 13 Oktober 1972 nama dari PT. Mexim
dirubah lagi menjadi PT. Borsumij Wehry Indonesia (PT. BWI) dengan akte notaris
Subandi, SH.
Tahun 1978 Direktur PT. Borsumij Wehry Indonesia mengambil keputusan
bersama dengan para pemilik saham untuk mengembangkan dan memperkuat
distribusinya dalam menyalurkan produk-produk mentrust dan secara bertahap
mendistribusikan produk-produk lain baik dari perusahaan asing (PMA) maupun
Pada tahun 1992 Direktur PT. Borsumij Wehry Indonesia mengambil
keputusan bersama pemiik saham untuk mengembangkan dan memperkuat
distribusinya dalam menyalurkan produknya dan secara bertahap mampu
mendistribusikan produk-produk lain, baik dari perusahaan asing (PMA) maupun
perusahaan (PMDN) seperti Formost Indonesia, Anker, A dan W Root, Pepsi, Coca
Cola, Adidas, dan lain sebagainya. Beberapa perusahaan multinasional dan nasional
terkemuka, juga memanfaatkan PT. Borsumij Wehry Indonesia sebagai distributor
seperti barang-barang elektronik, minuman, obat-obatan, pakaian o1ahraga dan lain
sebagainya.33
Sehuhungan dengan perkembangan perusahaan dan banyaknya produk yang
didistribusikan maka pihak manajemen memutuskan untuk membentuk dua divisi
yaitu Divisi Susu dan Divisi Non Susu.
Pada tanggal 1 Juli 1995 berdiri PT. Teson Mulia sebagai distributor tunggal
susu bendera produksi PT. Frisian Flag Indonesia dan PT. Formost Indonesia.
PT. Tesori Mulia adalah ex Divisi Susu dari PT. Bersumij Wehry indonesia.
Pada tanggal 1 September 2003 sesuai akte Notanis Sucipto, SH., No. 28
tanggal 3 Juli 2003 perihal akte penggabungan dari PT. Tesori Mulia, PT. Frisian
Flag Indonesia dan PT. Formost Indonesia yang didahului dengan RUPS dari ketiga
badan usaha tersebut, maka disepakati untuk menggabungkan (merger) menjadi satu
badan usaha atas nama PT Frisian Flag Indonesia yang dinyatakan pada akte notaris
33
tersebut di atas. PT. Frisian Flag Indonesia terdiri dari 7 cabang besar dan di setiap
propinsi dan kota besar terdapat cabang kecil, dimana kantor pusat PT. Frisian Flag
Indonesia terletak di .Jalan Bogor Km. 5 Cijantung Jakarta Timur dan salah satu
Kantor Cabangnya di Jalan SM. Raja KM 7.3 No. 117 Medan yang membawahi
wilayah Sumatera dan mendistribusikan satu jenis produk yaitu susu bendera.
Sebagai pemimpin pasar susu yang telah menghadirkan produk-produk
bernutrisi bagi keluarga Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia senantiasa taat pada
ketentuan peraturan dan hukum nasional serta standar-standar Internasional Codex
yang meregulasi seluruh proses produksi hingga produksi produk-produk berbasis
susu kemasan.
2. Komitmen PT Frisian Flag Indonesia
Sebagai ahli nutrisi susu bertaraf internasional, PT Frisian Flag Indonesia
memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk termasuk susu bubuk, susu cair
siap minum dan susu kental manis. PT Frisian Flag Indonesia telah mengoperasikan
dua fasilitas produksi yang canggih di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Pabrik
di Pasar Rebo memproduksi susu bubuk dan pabrik di Ciracas memproduksi susu cair
serta susu kental manis. Proses produksi susu di PT Frisian Flag Indonesia
menggunakan teknologi mutakhir dan praktek sterilisasi terbaik dari awal hingga
akhir untuk menghindari kontaminasi dalam proses produksinya praktek ini yang
dikenal sebagai “Good Manufacturing Practices”. PT Frisian Flag Indonesia
mengikuti standar sertifikasi produksi kelas dunia tertinggi untuk memastikan hasil
produksi yang berkualitas tinggi bagi konsumen. Seluruh proses “supply chain”,
distributor dan grosir, diawasi oleh HACCP (Hazardous Analysis Critical Control
Point)dan sistem ISO 9001; 2000 dan sistem ISO 14000.
3. Kepegawaian
PT Frisian Flag Indonesia berkantor-pusat di Jakarta dengan 7 (tujuh) kantor
penjualan dan perwakilan di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan lebih dari 1600
(seribu enamratus) orang karyawan. Nilai-nilai perusahaan yaitu dapat diandalkan
(reliable), berdedikasi tinggi (dedicated) dan selalu berusaha memberi yang terbaik
(execellence)senantiasa dipegang teguh di hati dan pikiran para karyawan agar terus
fokus pada tujuan dan mencapai yang terbaik. PT Frisian Flag Indonesia percaya
bahwa para karyawan adalah aset terbesar dan ingin tumbuh bersama dengan
perusahaan. Setiap tahun perusahaan mengirim karyawan ke berbagai Program
pelatihan dan pengembangan baik di Indonesia maupun di luar negeri untuk
menambah pengetahuan dan mempelajari hal-hal baru.
4. Prestasi
PT Frisian Flag Indonesia mendapat kehormatan meraih sejumlah
penghargaan dari berbagai organisasi dan bangga akan apa yang telah di capai.
percaya kesuksesan ini akan menjadi motivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Penghargaan-penghargaan yang telah diterima antara lain:
1). Penghargaan sebagai Penanam Modal Asing Terbaik Untuk Industri Skala
Besar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional (BKPM) Republik
Indonesia.
2). Indonesian Customer Satisfaction Awards 2007 dari Frontier Consulting