• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor di Kota Medan (PT. Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor di Kota Medan (PT. Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor di Kota Medan)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA DENGAN DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN (PT.

PERMATA NIAGA SEBAGAI SALAH SATU DISTRIBUTOR DI

KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh

NUR SALAM

097011057/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SALAH SATU DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR SALAM

097011057/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN (PT.

PERMATA NIAGA SEBAGAI SALAH SATU

DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN)

Nama Mahasiswa : Nur Salam

Nomor Pokok : 097011057

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN

2. Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

3. Dr.T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : NUR SALAM

Nim : 097011057

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN (PT. PERMATA NIAGA SEBAGAI SALAH SATU DISTRIBUTOR DI KOTA MEDAN)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri

bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena

kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi

Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas

perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan

sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :NUR SALAM

(6)

Keberadaan industri susu kemasan saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi secara nasional. Perusahaan industri susu kemasan sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu susu dalam kemasan dan selanjutnya bagaimana produk yang dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada konsumen. Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh pembantu pengusaha yaitu dalam hal ini distributor. Secara yuridis pada transaksi antara perusahaan industri susu kemasan dengan distributor sebenarnya merupakan perjanjian kerjasama dagang, dimana dalam perjanjian yang dibuat tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor, dengan menjawab permasalahan, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga? bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor? dan bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak?

Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor dibuat dalam bentuk baku. Dengan dibuatnya perjanjian kerjasama dagang dalam bentuk baku maka salah satu pihak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau merubah kontrak seperti yang diinginkan, sehingga secara yuridis maupun secara ekonomis sebenarnya penerima kontrak ada pada posisi yang lemah, dimana klausul dalam perjanjian yang mengatur mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing pihak lebih menguntungkan pihak pembuat perjanjian yang dalam hal ini dibuat oleh PT Frisian Flag Indonesia.

(7)

At present, the existence of packed-milk industry has been rapidly developing to meet the national need for nutrition. The activities of Packed-Milk Company include the process of producing milk in packaging and marketing the product (milk in packaging) to the consumers. The product marketing can be done by distributor. Juridically, the transaction between the packed-milk company and the distributor is a trade agreement stating the rights and responsibilities of each party involved. The purpose of this descriptive study with empirical juridical approach was to analyze the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor to find out what the rights and responsibilities of each party involved in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga are; how the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor has been implemented; and how the dispute which may occur in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga will be settled according to the agreement agreed by both parties involved.

The data used in this study were primary data obtained through the interviews with informants and secondary data in the form of primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through qualitative method.

The result of this study revealed that the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor was made in the form of standard contract/agreement that one of the parties involved (PT. Permata Niaga) does not have an opportunity to negotiate or change the contract as intended. This condition shows that the recipient of contract (PT. Permata Niaga) has a weak position because the clause regulating the rights and responsibilities of each party involved stated in this trade agreement is more beneficial for PT. Frisian Flag Indonesia, the party that made this contract.

(8)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat

serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berikut

keluarga, para sahabat dan seluruh umat pengikutnya, atas terselesaikannya penulisan

Tesis dengan judul “Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian

Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor di

Kota Medan (PT. Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor di Kota

Medan).”

Penyusunan Tesis ini bertujuan untuk melengkapi syarat untuk memperoleh

gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan penuh kesadaran bahwa tiada satupun

yang sempurna di muka bumi ini, penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan

tesis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan terlebih dengan keterbatasan

kemampuan, baik dari segi penyajian teknik penulisan maupun materi.

Penulisan tesis ini tidaklah mungkin akan menjadi sebuah karya ilmiah tanpa

adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah ikut serta baik

langsung maupun tidak langsung dalam usaha menyelesaikan tesis ini. Untuk itu

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menjadi mahasiswa

Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan

selaku Anggota Komisi Pembimbing dalam penelitian ini..

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., Ketua Program Studi

(9)

memberikan waktu dan bimbingan serta materi ataupun teknik penulisan Tesis ini.

5. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua Komisi Penguji

dalam penelitian ini.

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., MHum., selaku Anggota Komisi Penguji dalam

penelitian ini.

7. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu kepada Penulis selama

menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Staff Pegawai Adiministrasi Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima

kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

10.Kepada rekan seperjuangan stambuk 2009 Group C dan seluruh

rekan-rekan lainnya di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

terima kasih atas dukungannya selama ini.

Secara khusus penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda H. Junaidi dan Ibunda Hj. Masdingin

yang tersayang dan tercinta yang telah bersusah payah melahirkan dan

membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang.

Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada Isteri tersayang dan tercinta

Siti Sarah, Amd serta anak kami yang tersayang Saira Azzahra Queen yang penuh

kerelaan, kesabaran, ketabahan, kesetiaan dan kasih sayang untuk memberikan

(10)

Akhirnya tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang

disengaja maupun tidak sengaja. Penulis hanya bisa mendoakan agar semua pihak

yang telah membantu selama ini dilipatgandakan pahalanya. Dengan iringan doa

semoga Allah SWT berkenan menerima amal ini menjadi sebuah nilai ibadah

disisi-Nya dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tesis ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Amiin Yaa

Robbal’alamin

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Januari 2012 Penulis

(11)

1. Nama : Nur Salam

2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 28 Desember 1982

3. Alamat : Jalan Brigjen Zein Hamid, G. Keluarga No 21,

Link I A – Medan

II. IDENTITAS KELUARGA :

1. Nama Isteri : Siti Sarah, Amd.

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 27 Maret 1985

2. Nama Anak : Saira Azzahra Queen

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 Mei 2011 3. Orang Tua

Ayah : H. Junaidi

Ibu : Hj. Masdingin

III. PENDIDIKAN :

1. Sekolah Dasar : SD 060900 Medan

Lulus tahun 1995

2. Sekolah Menengah Pertama : SMP YAPENA 45 Medan Lulus tahun 1998.

3. Sekolah Menengah Atas : SMU Negeri 2 Medan Lulus tahun 2001.

4. S-1 Fakultas Hukum : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Lulus tahun 2006.

5. S-2 Magister Kenotariatan : Program Studi Magister Kenotariatan

(12)

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

1. Kerangka Teori ... 12

2. Konsepsi... 22

G. Metode Penelitan ... 25

1. Spesifikasi Penelitian ... 25

2. Metode Pendekatan ... 25

3. Teknik Pengumpulan Data ... 26

4. Alat Pengumpulan Data ... 26

5. Analisis Data... 27

BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN PT. PERMATA NIAGA... 30

A. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya PT Frisian Flag Indonesia ... 30

B. Sejarah PT. Permata Niaga ... 34

C. Hak dan Kewajiban PT. Frisian Flag Indonesia Sebagai Prinsipal Sesuai Hukum Yang Berlaku ... 35

(13)

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN

PT. PERMATA NIAGA SEBAGAI PIHAK DISTRIBUTOR... 50

A. Bentuk Perjanjian Distributor PT Frisian Flag Indonesia Dengan PT. Permata Niaga ... 50

1. Pengertian Distributor... 50

2. Bentuk Perjanjian Disributor ... 51

3. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama ... 57

4. Ruang Lingkup Perjanjian Kerjasama ... 57

5. Jangka Waktu Perjanjian ... 58

B. Pelaksanaan Perjanjian Distributor Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan PT. Permata Niaga ... 61

C. Alasan Hukum PT. Frisian Flag Indonesia Menggunakan Perjanjian Baku Dalam Kerjasama Dagang... 69

D. Kendala Dalam Pelaksanaan Perjanjian Distributor ... 73

BAB IV PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN` KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN PT. PERMATA NIAGA... 76

A. Bentuk-Bentuk Sengketa ... 76

B. Penyelesaian Perselisihan Dalam Perjanjian Kerjasama Distributor... 77

C. Penyelesaian Perselisihan ... 88

D. Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase ... 89

1. Pengertian Sengketa ... 89

2. Penyelesaian Sengketa Dagang Melalui Arbitrase ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...101

A. Kesimpulan ...101

B. Saran ...102

(14)

Keberadaan industri susu kemasan saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi secara nasional. Perusahaan industri susu kemasan sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu susu dalam kemasan dan selanjutnya bagaimana produk yang dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada konsumen. Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh pembantu pengusaha yaitu dalam hal ini distributor. Secara yuridis pada transaksi antara perusahaan industri susu kemasan dengan distributor sebenarnya merupakan perjanjian kerjasama dagang, dimana dalam perjanjian yang dibuat tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor, dengan menjawab permasalahan, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga? bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor? dan bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak?

Metode penelitian dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Sumber data diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, didapati dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor dibuat dalam bentuk baku. Dengan dibuatnya perjanjian kerjasama dagang dalam bentuk baku maka salah satu pihak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau merubah kontrak seperti yang diinginkan, sehingga secara yuridis maupun secara ekonomis sebenarnya penerima kontrak ada pada posisi yang lemah, dimana klausul dalam perjanjian yang mengatur mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing pihak lebih menguntungkan pihak pembuat perjanjian yang dalam hal ini dibuat oleh PT Frisian Flag Indonesia.

(15)

At present, the existence of packed-milk industry has been rapidly developing to meet the national need for nutrition. The activities of Packed-Milk Company include the process of producing milk in packaging and marketing the product (milk in packaging) to the consumers. The product marketing can be done by distributor. Juridically, the transaction between the packed-milk company and the distributor is a trade agreement stating the rights and responsibilities of each party involved. The purpose of this descriptive study with empirical juridical approach was to analyze the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor to find out what the rights and responsibilities of each party involved in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga are; how the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor has been implemented; and how the dispute which may occur in the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga will be settled according to the agreement agreed by both parties involved.

The data used in this study were primary data obtained through the interviews with informants and secondary data in the form of primary, secondary and tertiary legal materials obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through qualitative method.

The result of this study revealed that the trade agreement between PT. Frisian Flag Indonesia and PT. Permata Niaga as the distributor was made in the form of standard contract/agreement that one of the parties involved (PT. Permata Niaga) does not have an opportunity to negotiate or change the contract as intended. This condition shows that the recipient of contract (PT. Permata Niaga) has a weak position because the clause regulating the rights and responsibilities of each party involved stated in this trade agreement is more beneficial for PT. Frisian Flag Indonesia, the party that made this contract.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya suatu perjanjian kerjasama berawal dari suatu perbedaan atau

ketidaksamaan kepentingan diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian

tersebut pada umumnya senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para

pihak. Melalui negosiasi para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk

kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan)

melalui proses tawar menawar.1

Umumnya perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang

dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut

diakomodir dan selanjutnya dibingkai dengan perangkat hukum sehingga

mengikat para pihak. Dalam perjanjian, pertanyaan mengenai sisi kepastian dan

keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak

terakomodir melalui mekanisme hubungan perikatan yang bekerja secara

seimbang.2

Kebebasan berkontrak yang merupakan inti dari sebuah perjanjian, secara

implisit memberikan panduan bahwa dalam berkontrak para pihak diasumsikan

mempunyai kedudukan yang seimbang.3 Dengan demikian diharapkan akan muncul

perjanjian yang adil dan seimbang bagi para pihak. Urgensi pengaturan perjanjian

1

Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal. 1.

(17)

dalam praktek bisnis adalah untuk menjamin pertukaran kepentingan (hak dan

kewajiban) berlangsung secara seimbang bagi para pihak, sehingga dengan demikian

terjalin hubungan yang adil dan saling menguntungkan.4

Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana

mestinya, maka pihak tersebut dapat dituntut untuk dimintakan ganti rugi. Dengan

demikian pertanggungjawaban atas ganti rugi yang diajukan salah satu pihak

memberikan konsekuensi kepada pihak lain untuk memenuhi prestasi yang dibuat

para pihak dalam suatu perjanjian.

Perjanjian menurut namanya dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Perjanjian bernama merupakan perjanjian yang dikenal di dalam KUH Perdata. Sedangkan perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang timbul, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Jenis perjanjian ini belum dikenal pada saat KUH Perdata diundangkan.5

Perjanjian kerjasama antara PT. Frisian Flag Indonesia (FFI) dengan

PT. Permata Niaga mengenai promosi dan sales yang telah disepakati oleh kedua

belah pihak dapat mengikat kedua belah pihak sebagaimana mengikatnya

undang-undang bagi para pihak yang melakukan suatu perjanjian, karena telah dibuat

memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1320 KUH

Perdata.

Menurut Alfred Sloan6 yang dikutip oleh Frans Hendra, tujuan strategis suatu

perusahaan adalah memperoleh hasil investasi dan dalam hal tertentu hasil jangka

panjang tidak memuaskan, maka kekurangan itu dikoreksi atau kegiatan itu

4

Ibid., hal. 6

5Handri Raharjo,Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisi, Yogyakarta, 2000, hal. 42. 6Frans Hendra, Merumuskan Kebijaksanaan Perusahaan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1974,

(18)

ditinggalkan untuk usaha lain yang lebih menguntungkan Perusahaan yang selalu ada

dan berada di tengah-tengah masyarakat dituntut untuk dapat membuat karya

ekonomi yang dalam pelaksanaannya memang berada diluar perusahaan itu sendiri,

yaitu para perantara perusahaan seperti agen, makelar, komisioner, dan distributor

yaitu dalam hal penciptaan pelanggan. Pemasaran adalah salah satu contoh yang

harus ditempuh oleh perusahaan itu dalam menciptakan suatu pelanggan.

Suatu perusahaan harus bisa menciptakan suatu metode tertentu agar

pemasaran hasil produksinya dapat berjalan dengan baik melalui perantara

perusahaan, sampai ke tangan konsumen dengan aman dan dapat dipertanggung

jawabkan. Faktor lain yang ikut mendukung dalam penciptaan pelanggan adalah

masalah transportasi (pengangkutan) di samping faktor letak yang strategis serta

faktor-faktor lain yang mendukung.

Sasaran akhir setiap usaha dalam bidang pemasaran adalah untuk

menempatkan benda-benda ke tangan para konsumen. Ada sejumlah aktivitas

pemasaran yang perlu dilaksanakan, untuk mencapai sasaran tersebut, dan

aktivitas-aktivitas pokoknya dinyatakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi-fungsi

tersebut meliputi menjual, membeli, mentransfer, dan menyimpan benda-benda.

Distributor sebagai pihak yang ditunjuk oleh prinsipal untuk memasarkan dan

menjual barang-barang prinsipalnya dalam wilayah tertentu untuk jangka waktu

tertentu, tetapi bukan sebagai kuasa prinsipal disebut. Distributor tidak bertindak

untuk dan atas nama prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama sendiri.

Distributor membeli sendiri barang-barang dari prinsipalnya dan kemudian ia

(19)

dengan distributor tersebut. Segala akibat hukum dari perbuatannya menjadi

tanggung jawab distributor itu sendiri.

Dalam dunia bisnis, perusahaan atau perorangan yang mengangkat atau

menunjuk distributor disebut prinsipal. Pengangkatan atau penunjukan distributor

dapat dilakukan oleh prinsipal pada umumnya tertulis, sekalipun secara lisan tidak

ada larangan, tetapi pada saat ini hubungan distributor dengan prinsipal biasanya

diikat oleh suatu persetujuan dalam bentuk kontraktuil.

Secara yuridis, hubungan hukum antara para pengusaha dengan prinsipalnya

yaitu perusahaan industri merupakan hubungan hukum yang sejajar yaitu antara

perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Pada perjanjian kerjasama yang

diadakan masing-masing pihak memenuhi prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan

yang menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak.

PT. Frisian Flag Indonesia atau yang lebih dikenal dengan produk susu

bendera sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk

minuman dengan bahan dasar susu sebagai suatu hasil produksi, pada umumnya

melakukan kegiatan usaha yang meliputi proses menghasilkan barang, yang

menyangkut modal sebagai pembiayaan perusahaan dan bagaimana produk yang

dihasilkan dapat dipasarkan sampai pada konsumen. Kegiatan ini merupakan suatu

kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hasil produksi tidak akan berjalan

apabila tidak ada modal, demikian juga barang-barang yang dibuat sebagai suatu

(20)

dengan baik. Agar hasil produk dari perusahaan sampai ke tangan konsumen maka

perlu ditangani secara serius.7

Pemasaran produk tersebut dapat dilakukan oleh para pembantu pengusaha

diantaranya agen, makelar, komisioner, dan distributor. Secara yuridis, hubungan

hukum antara para pembantu pengusaha merupakan prinsipalnya perusahaan yang

memproduksi dalam hal ini PT. Frisian Flag Indonesia. Pada kontrak yang diadakan

masing-masing pihak memenuhi prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan yang

menimbulkan tanggung jawab pada masing-masing pihak.

Hubungan distributor dengan prinsipal diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata Pasal 1457 sampai Pasal 1540 tentang Jual beli pada umumnya.8

Pada perjanjian distributor dan perjanjian keagenan tidak diatur secara khusus dalam

KUH Perdata, mengingat bahwa distributor dan agen adalah lembaga yang

menjalankan perusahaan, maka segala kegiatannya selalu diawali dengan perjanjian.

Pada umumnya ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian terdapat dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III dengan judul “Tentang

Perikatan-Perikatan Umumnya” yang diatur pada Pasal 1233 sampai Pasal 1600 KUH Perdata.

Dengan demikian ketentuan-ketentuan tentang perjanjian berlaku pula untuk

perjanjian keagenan dan perjanjian distribusi, maka yang berlaku adalah tentang

perikatan-perikatan yang dilahirkan dari perjanjian, ketentuan-ketentuan tersebut

diantaranya terdapat pada Pasal 1313 tentang perjanjian, Pasal 1338 tentang akibat

7

Edie Lembong, Kertas Kerja Masalah-Masalah Penetrasi Pasar di bidang Farmasi, Jakarta, 1992, hal. 43.

8 BPHN Departemen Kehakiman, Laporan Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum

(21)

perjanjian, Pasal 1320 tentang sahnya perjanjian, Pasal 1365 apabila terjadi

wanprestasi dalam hal ganti rugi.

Khusus untuk perjanjian distributor selain Pasal-pasal tersebut berlaku pula Pasal-Pasal tentang perjanjian jual beli yang diatur pada Pasal 1457 sampai Pasal 1540. Perjanjian keagenan merupakan perjanjian yang dibuat antara agen dengan pihak ketiga, untuk dan atas nama prinsipal berdasarkan pemberian wewenang/ kuasa dari prinsipalnya. Prinsipal akan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh agen sepanjang tindakan tersebut dilakukan dalam batas kewenangan yang diberikannya. Apabila seorang agen dalam bertindak melampaui batas wewenangnya maka ia bertanggung jawab secara sendiri-sendiri atas tindakan tersebut. Agen bertindak atas nama prinsipal, maka agen tidak melakukan pembelian dari prinsipalnya.9

Perjanjian keagenan berbeda dengan perjanjian distributor. Distributor tidak

bertindak untuk dan atas nama prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama

sendiri. Distributor bertugas untuk memasarkan dan menjual barang-barang prinsipal

dalam wilayah tertentu. Secara yuridis pada transaksi antara perusahaan consumer

good dengan distributor sebenarnya merupakan kontrak jual beli beserta akibat

hukumnya yaitu kontrak dagang pendistribusian, dimana pihak distributor harus

membeli terlebih dahulu produk-produk tersebut selanjutnya dipasarkan ke berbagai

tempat.

Kontrak dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor susu

bendera perjanjiannya dibuat secara tertulis. Pada kontrak yang diadakan antara

pengusaha dengan distributor yang ditunjuk adalah untuk memasarkan produk susu

tersebut. Distributor tersebut tidak hanya dapat memasarkan susu dari satu

perusahaan saja akan tetapi dapat dilakukan dari berbagai pabrik. Distributor harus

(22)

membeli produk susu terlebih dahulu dengan harga yang ditetapkan oleh pihak

prinsipalnya.10

Kontrak dagang yang dibuat merupakan instrumen bisnis yang saling

mengikat para pihak, bentuk perjanjiannya merupakan perjanjian yang tertulis. Pada

hakekatnya kontrak dipahami sebagai ketentuan dan persyaratan yang disepakati oleh

para pihak sebagai hasil perundingan atau negosiasi antar para pihak yang

membuatnya, akan tetapi dalam praktek perdagangan sering dijumpai kontrak yang

berbentuk baku (standardized contract ).11

Bentuk perjanjian yang diadakan antara Susu Bendera sebagai prinsipal

dengan distributor sebagai perantara pemasaran produk, pada umumnya dibuat secara

baku yang dibuat oleh salah satu pihak,12bahkan kontrak baku tersebut sudah tercetak

pada formulir yang dibuat oleh salah satu pihak yang kemudian apabila disetujui

maka kontrak ditanda tangani.

Umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja

tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya, sehingga biasanya pada kontrak baku

sangat berat sebelah dan hanya menguntungkan bagi si pembuat kontrak. Faktor

10 Menurut Subekti, Kontrak merupakan perjanjian yang lebih sempit dan dibuat secara

tertulis. (Subekti, Hukum Perjanjian, Internusa, Jakarta, 1984, hal. 1.) Kontrak dagang merupakan perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para pihak pada obyek dagang tertentu berupa barang dan jasa. Kontrak dagang merujuk pada pemikiran akan adanya keuntungan komersial yang diperoleh para pihak, sedang perjanjian dapat berarti perjanjian sosial yang belum tentu menguntungkan para pihak. (Etty Susilowati,Tahapan pada Pembuatan Kontrak Bisnis, Pelatihan IKM, 24 Juli 2005 ).

11 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bhakti,

Jakarta, 2003, hal. 76.

12 Kontrak baku sering digunakan oleh para pebisnis karena dianggap lebih efisien, lebih

(23)

penyebabnya adalah karena penyusunan kontrak dibuat oleh salah satu pihak, selain

itu pihak penerima kontrak tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi atau

merubah kontrak seperti yang diinginkan, sehingga secara yuridis maupun secara

ekonomis sebenarnya penerima kontrak ada pada posisi yang lemah. Pada kontrak

distributor dimungkinkan pula dibuat oleh kedua belah pihak, di mana para pihak

saling memberikan masukan apa saja yang akan diperjanjikan beserta

klausula-klausulanya, selanjutnya setelah ada kesepakatan maka kontrak tersebut di tanda

tangani oleh para pihak.

Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang“Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang

Antara PT Frisian Flag Indonesia dengan Distributor di Kota Medan”

(PT. Permata Niaga sebagai salah satu Distributor di Kota Medan).

B. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang yang di uraikan diatas, maka ditarik beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama dagang

antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag

Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam perjanjian

kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga menurut

(24)

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama

dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian

Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai pihak distributor.

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan dalam

perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga

menurut perjanjian yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis, yaitu:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dunia perguruan tinggi

sebagai acuan pengetahuan yang berhubungan dengan kontrak dagang juga

sebagai tambahan pengetahuan pada bidang Hukum Perdata pada umumnya dan

bidang Hukum Perdata Dagang pada khususnya.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bidang kajian yang

dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan, khususnya

mengenai kontrak dagang antara PT Frisian Flag dengan distributornya di Kota

(25)

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan penelurusan yang telah dilakukan, baik

terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, maupun yang sedang dilakukan,

khususnya pada Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara, belum ada penelitian yang menyangkut masalah, “Kedudukan Para Pihak

Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia dengan

Distributor di Kota Medan”. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya dan

secara akademis dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti

pendahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai masalah perjanjian kerjasama

dagang antara prinsipal dengan distributor, namun menyangkut judul dan substansi

pokok permasalahan yang dibahas sangat jauh berbeda dengan penelitian ini. Adapun

penelitian yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama dagang antara prinsipal

dengan distributor tersebut:

1. M. Imanullah Rambey, NIM: 017011076, mahasiswa Magister Kenotariatan

Sekolah Pascasarjana USU, Tahun 2007, dengan judul “Kedudukan Dan

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan (Kajian Pada

Perjanjian Keagenan Cat ICI Indonesia Di Medan),” dengan permasalahan yang

dibahas:

a. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam hukum

perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan,

b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap agen dalam perjanjian keagenan

cat tersebut ?

(26)

perjanjian keagenan tersebut ?

2. M. Masril, NIM: 077005052, mahasiswa Magister Ilmu Hukum Program

Pascasarjana USU, Tahun 2009, dengan judul “Mekanisme Penyelesaian

Sengketa Konsumen Terhadap Produk Cacat Dalam Kaitannya Dengan Tanggung

Jawab Produsen,” dengan permasalahan yang dibahas:

a. Bagaimana bentuk tanggung jawab produsen terhadap produk cacat dalam

perspektif perlindungan konsumen?

b. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa terhadap produk cacat dalam

kaitannya dengan tanggung jawab produk menurut Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

3. Kartika Puri Mandasari, NIM: 097011073, mahasiswa Magister Kenotariatan

Program Pascasarjana USU, Tahun 2011, dengan judul “Akibat Hukum Atas

Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara Produsen PT. PUSRI (Pupuk

Sriwijaya) dengan Pemegang Distributor Pupuk,” dengan permasalahan yang

dibahas:

a. Bagaimana bentuk kerjasama antara produsen PT. Pusri dengan Distributor

pupuk dalam menyalurkan pupuk (Cabang PPD Sumatera Utara)?

b. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan dalam perjanjian kerjasama antara

prosuden PT. Pusri dengan Distributor pupuk apabila telah melanggar

ketentuan klausula dalam perjanjian (Cabang PPD Sumatera Utara)?

c. Bagaimana upaya hukum penyelesaian sengketa apabila Distributor pupuk

tidak memenuhi kewajiban dalam klausula perjanjian (Cabang PPD Sumatera

(27)

Jika diperbandingkan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini,

baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian

ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Dalam kehidupan bermasyarakat kebutuhan akan hukum sangat diperlukan

untuk menjaga agar terjaganya kehidupan masyarakat yang tertib dan aman. Oleh

karena itu untuk menjaga perubahan masyarakat di bidang hukum tetap teratur

harus diikuti dengan pembentukan norma- norma sehingga dapat berlangsung secara

tertib dan harmonis.

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai

landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk: “menjelaskan nilai-nilai hukum

dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam,

sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam

bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri”.13

Teori merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berhubungan yang

dikemukakan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu.14 Teori berguna untuk

menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi

dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat

menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas

13 W. Friedmann, Teori dan Filsafat Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 2. 14 J. J. H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, dialih bahasakan oleh Arief Sidharta,

(28)

perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian

dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.”15

Snelbecker mendefenisikan “teori sebagai perangkat proposisi yang

terintegrasi secara sintaksis (yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan

secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati) dan berfungsi

sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati”.16

Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja menyatakan, pengembangan Ilmu

Hukum yang bercirikan Indonesia tidak saja dilakukan dengan mengoper begitu

saja ilmu-ilmu hukum yang berasal dari luar dan yang dianggap modern, tetapi

juga tidak secara membabi buta mempertahankan yang asli. Keduanya harus

berjalan secara selaras. Selanjutnya dengan mengilhami dari teori Law as a Tool of

Social Engineering dari ajaran Roscoe Pound yang beraliran Sociological

Jurisprudence. Mochtar Kusumaatmadja menghasilkan teori hukum sebagai sarana

pembaharuan masyarakat.17

Istilah “pembaharuan hukum” sebenarnya mengandung makna yang luas

mencakup sistem hukum.18Dalam prosesnya, pembangunan ternyata ikut membawa

konsekuensi terjadinya perubahan-perubahan atau pembaharuan pada aspek-aspek

sosial lain termasuk di dalamnya pranata hukum. Artinya, perubahan yang dilakukan

(dalam bentuk pembangunan) dalam perjalanannya menuntut adanya

perubahan-15 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hal. 6.

16Snelbecker dalam Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2002, hal. 34-35.

17Lili Rasyidi dan Bernard Arief Sidharta, Filsafat Hukum : Madzhab dan Refleksinya,

Bandung, Rosdakarya, 1994, hal. 111.

18

(29)

perubahan dalam bentuk hukum. Perubahan hukum ini memiliki arti yang positif

dalam rangka menciptakan hukum baru yang sesuai dengan kondisi pembangunan

dan nilai hukum masyarakat.19

Teori Sociological Jurisprudence yang dikemukakan oleh Roscoe Pound, ia

mengatakan bahwa hukum sebagai suatu unsur dalam hidup masyarakat harus

memajukan kepentingan umum. Artinya hukum harus dilahirkan dari konstruksi

hukum masyarakat yang dilegalisasi oleh penguasa. Ia harus berasal dari konkretisasi

nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Penelitian ini juga berusaha untuk memahami perjanjian kerjasama antara

produsen dengan distributor secara yuridis, artinya adalah memahami objek

penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum sebagaimana yang di tentukan

dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum

perjanjian.

Teori yang juga di pakai dalam penulisan tesis ini adalah teori keadilan

berbasis perjanjian (John Rawls) dan teori keseimbangan. Hal mana menyebutkan

keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan perjanjian, dimana

azas-azas keadilan yang dipilih bersama benar-benar merupakan kesepakatan bersama para

pihak, bebas, rasional dan sederajat.

Kemajuan pandangan Pound dibandingkan dengan ahli-ahli sebelumnya, ia

lebih banyak menekankan arti dan fungsi pembentukan hukum. Dimana hal itu bisa

dilihat dari pernyataan diatas yaitu bahwa hukum harus memajukan kepentingan

19Abdul Hakim Nusantara dan Nasroen Yasabain,Pembangunan Hukum : Sebuah Orientasi

(30)

umum.20 Statement inilah yang dikenal dengan teorinya “Law as a Tool of

Social Engineering” (hukum sebagai alat atau sarana rekayasa atau pembaharuan

sosial).21

Melalui pendekatan perjanjian dari sebuah teori keadilan mampu untuk

menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi

semua orang. Oleh karenanya suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat

kontraktual agar sisi kepastian hukum dapat tercapai. Konsekuensinya setiap konsep

keadilan yang tidak berbasis kontraktual haruslah dikesampingkan demi kepentingan

keadilan itu sendiri.

Menurut Subekti, mengemukakan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu

peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu

saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dikatakannya bahwa dua perkataan

(perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya”.22

Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada satu bentuk tertentu saja

tetapi perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun tulisan, andaikata perjanjian itu

dibuat secara tulisan maka ia bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi

perselisihan.23

Dalam membuat perjanjian antara para pihak pasti akan menimbulkan

hubungan hukum yang kemudian disertai adanya akibat-akibat hukum, dan akibat

20Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Kanisius, 2001,

hal. 180.

21Roscoe Pound,An Introduction To the Philosophy of Law, (New Heaven, Yale University

Press, 1954), hal. 47, (Mulhadi :Relevansi Teori Sociological Jurisprudence Dalam Upaya Pembaharuan Hukum di Indonesia, 2005, USU Repository 2006).

22

Subekti,Aneka Hukum Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, Cetakan Kesepuluh, 1995, hal. 23.

(31)

hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara

keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala

sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan).24

Selanjutnya Subekti memberi unsur-unsur yang terdapat dalam suatu

perjanjian yaitu :

1. Hubungan hukum (perikatan).

2. Subyek hukum.

3. Isi (hak dan kewajiban).

4. Ruang lingkup (lingkup hukum harta kekayaan).25

Oleh karena itu disebutkan bahwa kontrak merupakan suatu peristiwa yang

konkrit dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun

tidak tertulis. Hal ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak

atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya

kontrak kerjasama tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk

memenuhi apa yang diperjanjikan.

Pada dasarnya kontrak kerjasama harus dibuat berdasarkan kesepakatan

bersama sesuai dengan syara-syarat sah perjanjian didalam Pasal 1320 KUH Perdata

yaitu pemenuhan syarat subjektif dan syarat objektif, bertujuan untuk melaksanakan

prestasi tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku sebagaimana

ketentuan dalam Pasal 1337 KUH Perdata.

(32)

Namun adakalanya “kedudukan” dari kedua belah pihak dalam bernegosiasi

tidak seimbang, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang tidak terlalu

menguntungkan bagi salah satu pihak yaitu pihak yang tergolong lemah. Hal ini

terjadi dalam perjanjian kerjasama antara produsen dengan distributor yang

didalamnya mengatur tugas dan tanggung jawab.

Dalam kehidupan masyarakat sering terjadinya hubungan kontrak kerjasama,

sebagaimana dalam penelitian ini membahas kontrak kerjasama antara produsen

dengan distributor, harus memperhatikan segala ketentuan yang berlaku dan perlu

dijaga segala prinsip umum dalam hukum kontrak tersebut. Dengan demikian hak dan

kewajiban para pihak akan terlindungi.26

Jika antara kepentingan hak dan kewajiban para pihak tidak dijalankan dengan

ketidakseimbangan, maka akan terjadinya suatu konflik atau perselisihan kepentingan

para pihak tersebut, sehingga menimbulkan perbuatan wanprestasi atau perbuatan

melanggar hukum.

Sebagai pendukung teori yang dipaparkan diatas, dalam hukum perjanjian

terdapat beberapa asas-asas yaitu :

a. Asas kebebasan berkontrak

Pengertian asas ini terlihat pada Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya”.

(33)

Pada pasal ini menunjukkan bahwa perjanjian yang disepakati oleh kedua belah

pihak yang bersangkutan mengikat kedua belah pihak atau pihakpihak yang

bersangkutan. Pengertian ini disebutPacta Sunt Servanda.

b. Asas penambahan

Asas persetujuan para pihak dapat menambahkan atau melengkapi pasal-pasal

perjanjian apabila dikemudian hari terdapat kekurangan.

c. Asas kepercayaan

Para pihak sejak awal perjanjian, telah saling mengikatkan diri dengan

kepercayaan penuh untuk saling melaksanakan perjanjian.

d. Asas terbuka,

Asas terbuka ini tersirat pada Pasal 1338 dan 1339 KUH Perdata. Maksud

sistem terbuka disini adalah dalam membuat perjanjian diserahkan sepenuhnya

kepada para pihak untuk menentukan isi perjanjian dan hukum apa yang akan

digunakan demi kebebasan asasi setiap orang sebagai makhluk Tuhan yang

dijamin secara asasi menurut hukum asasi. Setiap orang tidak boleh dipaksa

oleh siapapun dan ia bebas menciptakan keadilan dan kepatutan menurut

kehendak pihak-pihak itu secara bersama-sama. Kalau para pihak telah

bersepakat secara terbuka dalam memperlakukan hukum yang disepakatinya,

maka perjanjian itu mengikat seperti undang-undang bagi pihak-pihak yang

bersepakat, seperti yang ditegaskan dalam Pasal 1338 dan Pasal 1339

KUHPerdata.

(34)

Sejak awal diadakannya kata sepakat para pihak dianggap dalam keadaan

seimbang sebagai subyek hukum secara yuridis, secara ekonomis dan secara

psikologis.

Suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah

pihak apabila memenuhi syarat-syarat perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUH

Perdata, yaitu :

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat: a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; c. Mengenai suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri,

Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih

dengan pihak lainnya. Artinya tawar menawar merupakan proses awal yang

terjadi sebelum terwujud kata sepakat diantara para pihak yang berjanji. Dengan

sepakat atau dinamakan perijinan, dimaksudkan bahwa kedua subyek yang

mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seia-sekata mengenai

hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh

pihak yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki

sesuatu yang sama secara timbal balik, yaitu si penjual menginginkan sejumlah

uang, sedang si pembeli menginginkan sesuatu barang dari si penjual.

2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian,

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan

(35)

orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Pada dasarnya, setiap orang

yang sudah dewasa atau akil balik dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut

hukum. Dalam Pasal 1330 KUH Pdt disebut sebagai orang-orang yang tidak

cakap untuk membuat suatu perjanjian yaitu :

a) Orang-orang yang belum dewasa;

b) Mereka yang berada di bawah pengampuan;

c) Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-undang, dan

semua orang kepada siapa Undang-undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu.

3) Mengenai suatu hal tertentu,

Undang-undang menentukan bahwa hanya barang-barang yang dapat

diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok perjanjian. Selanjutnya dikatakan

bahwa barang itu harus suatu barang yang paling sedikit dapat ditentukan

jenisnya ataueen bepaalde onderwerp. Jadi suatu hal tertentu yang dimaksudkan

adalah paling sedikit ditentukan jenisnya, atau asalkan kemudian jumlahnya dapat

ditentukan atau dapat dihitung. Sebab apabila suatu objek perjanjian tidak

tertentu, yaitu tidak jelas jenisnya dan tidak tentu jumlahnya, perjanjian yang

demikian adalah tidak sah.

4) Suatu sebab yang halal,

Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan, dan ketertiban umum. Yang dijadikan objek atau isi dan tujuan

(36)

sehingga perjanjian tersebut menjadi perjanjian yang valid atau sah dan mengikat

(binding). Karena syarat pertama dan kedua yaitu unsur kesepakatan dan

kecakapan menyangkut subjek perjanjian, keduanya disebut syarat subjektif,

sedangkan syarat ketiga dan keempat yaitu unsur yang berkenaan dengan materi

atau objek perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal disebut syarat

objektif. Dengan adanya pembedaan ini, akibat hukum yang ditimbulkan juga

berbeda.

Apabila unsur pertama dan kedua yang berarti syarat subjektif tidak terpenuhi,

akibat hukumnya adalah perjanjian tersebut dapat dibatalkan kepada hakim

melalui pengadilan (voidable atau vernietigbaar), sedangkan pada unsur ketiga

dan keempat atau syarat objektif tidak terpenuhi maka akibat hukumnya adalah

batal demi hukum (null and voidataunietig verklaard).

Adapun yang dimaksudkan dengan pihak-pihak dalam perjanjian disini adalah

tentang siapa-siapa yang tersangkut dalam suatu perjanjian antara PT Frisian Flag

Indonesia dengan PT. Permata Niaga. Menurut Pasal 1315 KUHPerdata,

disebutkan: “pada umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama

sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri”.

Asas tersebut dinamakan asas kepribadian suatu perjanjian. Mengikatkan diri,

ditujukan pada memikul kewajiban-kewajiban atau menyanggupi melakukan

sesuatu, sedangkan minta ditetapkannya suatu janji, untuk memperoleh hak-hak

atas sesuatu atau dapat menuntut sesuatu. Memang sudah semestinya, perikatan

hukum yang dilakukan oleh suatu perjanjian, hanya mengikat orang-orang yang

(37)

Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara para

pihak yang membuatnya. Orang-orang lain adalah pihak ketiga yang tidak

mempunyai sangkut-paut dengan perjanjian tersebut. Kalau seseorang ingin

mengikatkan diri dengan orang lain, harus ada kuasa yang diberikan oleh orang

tersebut. Namun, kalau akan dikuasakan kepada orang lain, yang selanjutnya

mengikatkan orang itu pada seorang lain lagi, maka orang tersebut tidak bertindak

atas nama diri sendiri, tetapi atas nama orang lain, yaitu si pemberi kuasa.

2. Konsepsi

Konsepsi diartikan sebagai ”kata yang menyatukan abstraksi yang

digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.”27

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, “kerangka konsepsi pada hakekatnya

merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis

yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional

yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian.”28

Samadi Surya Brata memberikan arti khusus mengenai pengertian konsep,

yaitu sebuah konsep berkaitan dengan defenisi operasional, “konsep diartikan

sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang

khusus, yang disebut dengan defenisi operasional”.29 Defenisi operasional perlu

disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah, tidak boleh memiliki

makna ganda.

27

Samadi Surya Barata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 28.

(38)

Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada

proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan

serangkaian defenisi operasional atas beberapa variable yang digunakan.

Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang

berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian

dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut:

a. Kedudukan hukum adalah hubungan hukum antara para pihak yang terjadi

bersifat berimbang kedudukannya di dalam hukum. Karena hubungan ini, maka

kedudukan kedua belah pihak akan sama di depan hukum. Hal ini dapat dilihat di

dalam peraturan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap konsumen yang

dapat menjamin dipenuhinya hak-hak konsumen sebagai pemakai suatu hasil

produksi. Untuk itu, pemerintah mensahkan suatu undang-undang yang

melindungi konsumen, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

b. Perlindungan konsumen menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah ”segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen”.

c. Konsumen menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen adalah ”setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

(39)

d. Perjanjian adalah: “Suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antar dua

pihak, dimana salah satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan

sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak

untuk menuntut pelaksanaan janji itu”.30

e. Pengertian perjanjian baku menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, adalah: “setiap aturan atau

ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih

dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen

dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.

f. Kerjasama Dagang adalah penyaluran atau sering disebut distribusi sebagai suatu

rangkaian perbuatan perusahaan, senantiasa diawali dengan suatu perjanjian.

Perjanjian tersebut adalah sebagai hasil dari pembicaraan awal antar perusahaan

yang dilakukan sebelumnya.

g. PT Frisian Flag Indonesia adalah perusahaan industri pengolahan susu, yang

didirikan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, berkedudukan

dan berkantor pusat di Jakarta.

h. Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk dan

atas namanya sendiri berdasarkan perjanjian yang melakukan pembelian,

30 Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, cet. 8, Mandar Maju, Bandung,

(40)

penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dan/atau jasa yang

dimiliki/dikuasai.31

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

“Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, artinya penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-fakta (individu,

kelompok atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi”.32

Penelitian yang bersifat deskriptif dimaksudkan untuk melukiskan

keadaan objek atau peristiwanya, kemudian menelaah dan menjelaskan serta

menganalisa data secara mendalam dengan mengujinya dari berbagai peraturan

perundangan yang berlaku maupun dari pendapat ahli hukum sehingga dapat

diperoleh gambaran tentang data faktual yang berhubungan dengan pelaksanaan

perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan Distributor.

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat

yuridis empiris. Metode yuridis empiris dipergunakan untuk mendapatkan jawaban

dari permasalahan dengan melihat berbagai aspek yang terdapat dalam perjanjian

kerjasama dagang, sehingga akan diketahui secara hukum tentang kedudukan para

pihak dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan

Distributor.

31

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 11/M-Dag/Per/3/2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen Atau Distributor Barang Dan/Atau Jasa, Pasal 1 Angka 5.

(41)

3. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang deperoleh melalui studi lapangan dan data

sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data ditempuh

degan cara:

a. Studi kepustakaan (library reasearch) yaitu dilakukan untuk memperoleh atau

mencari konsepsi-konsepsi terori-teori atau doktrin-doktrin yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian studi keputakaan meliputi bahan hukum tertier28. Bahkan

menurut Ronny Hanitijo Soermitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum

termasuk dalam bahan hukum skunder.29

b. Studi lapangan (field reasearch) yaitu dengan melakukan wawancara yang

menggunakan pedoman wawancara (interview guide) dan beberapa informan

yang dijadikan sebagai sumber informasi pengumpulan data dalam penelitian ini,

yaitu:

1. Bisnis Area Manager Medan PT Frisian Flag Indonesia

2. Direktur Distributor PT. Permata Niaga

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga

apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil

penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat

28Ibid. hal. 36

29 Ronny Hanitijo Soermitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalian Indonesia, Jakarta, 1982.

(42)

dipertanggung jawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat

pengumpulan data.

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan

alat pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi Dokumen atau studi kepustakaan

Penelitian pustaka dimaksud penelitian bahan hukum perimer yaitu peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum perikatan, perjanjian,

khususnya kontrak dagang antara perusahaan yang memproduksi barang

dengan distributor yang memasarkan barang. Demikian pula dikaji bahan

hukum sekunder berupa karya para ahli termasuk hasil penelitian. Untuk

melengkapi bahan hukum tersebut ditunjang pula dengan bahan hukum tertier

seperti kamus umum, kamus hukum, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar

dan internet.

b. Wawancara

wawancara (interview) dengan nara sumber dengan menggunakan pedoman

wawancara (interview guide) agar lebih fokus dan sistematis.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30

(43)

Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan cara penguraian,

menghubungkannya dengan peraturan-peraturan yang berlaku, menghubungkan

dengan pendapat pakar hukum serta pelaksanaan penyelesaian sengketa perjanjian

kerjasama antara PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor PT. Permata Niaga

agar terjadi perimbangan kedudukan hukum.

Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh dari

wawancara dianalisis secara kualitatif. Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan

pemeriksaan terhadap data yang terkumpul melalui penelitian kepustakaan dan

wawancara yang dilakukan, inventarisasi peraturan, data-data yang berkaitan dengan

judul penelitian, sehingga analisis yang dilakukan dapat memberikan jawaban

terhadap pilihan forum penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama antara

PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor di Kota Medan agar terjadi perimbangan

kedudukan hukum.

Data yang didapat dari penelitian studi dokumen dan data yang diperoleh dari

wawancara akan disusun secara sistematik untuk mengetahui bagaimana

perimbangan kedudukan hukum antara PT Frisian Flag Indonesia dengan distributor

di Kota Medan, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi PT

Frisian Flag Indonesia dengan distributornya di Kota Medan dan untuk mengetahui

pilihan hukum dan pilihan forum penyelesain sengketa yang terjadi dalam

pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT Frisian Flag dan distributornya di Kota

Medan.

Atas dasar pembahasan dan analisis ini diperoleh suatu kesimpulan terhadap

(44)

yang diteliti. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir

yang induktif yaitu logika yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari

(45)

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJASAMA DAGANG ANTARA PT. FRISIAN FLAG INDONESIA DENGAN

PT. PERMATA NIAGA

A. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya PT Frisian Flag Indonesia

1. Sejarah Perusahaan PT Frisian Flag Indonesia

PT. Frisian Flag Indonesia pada mulanya bernama PT. Geo Wehry Indonesia,

yang didirikan pada tahun 1917, adalah salah satu perusahaan dagang yang terbesar

yang beroperasi di Indonesia sebelum perang dunia ke-II dan bergerak sebagai

distributor barang yang berasal dari pabrik ke konsumen. Pada saat itu kegiatan

perusahaan belum menunjukan hasil yang memuaskan karena pada saat itu Indonesia

masih berada di bawah penjajahan Belanda.

Pada tahun 1969 nama PT. Geo Wehry Indonesia, dirubah menjadi PT.

Mexim yang masih melanjutkan usaha dari PT. Geo Wehry Indonesia. Tetapi oleh

karena beberapa hal, maka pada tanggal 13 Oktober 1972 nama dari PT. Mexim

dirubah lagi menjadi PT. Borsumij Wehry Indonesia (PT. BWI) dengan akte notaris

Subandi, SH.

Tahun 1978 Direktur PT. Borsumij Wehry Indonesia mengambil keputusan

bersama dengan para pemilik saham untuk mengembangkan dan memperkuat

distribusinya dalam menyalurkan produk-produk mentrust dan secara bertahap

mendistribusikan produk-produk lain baik dari perusahaan asing (PMA) maupun

(46)

Pada tahun 1992 Direktur PT. Borsumij Wehry Indonesia mengambil

keputusan bersama pemiik saham untuk mengembangkan dan memperkuat

distribusinya dalam menyalurkan produknya dan secara bertahap mampu

mendistribusikan produk-produk lain, baik dari perusahaan asing (PMA) maupun

perusahaan (PMDN) seperti Formost Indonesia, Anker, A dan W Root, Pepsi, Coca

Cola, Adidas, dan lain sebagainya. Beberapa perusahaan multinasional dan nasional

terkemuka, juga memanfaatkan PT. Borsumij Wehry Indonesia sebagai distributor

seperti barang-barang elektronik, minuman, obat-obatan, pakaian o1ahraga dan lain

sebagainya.33

Sehuhungan dengan perkembangan perusahaan dan banyaknya produk yang

didistribusikan maka pihak manajemen memutuskan untuk membentuk dua divisi

yaitu Divisi Susu dan Divisi Non Susu.

Pada tanggal 1 Juli 1995 berdiri PT. Teson Mulia sebagai distributor tunggal

susu bendera produksi PT. Frisian Flag Indonesia dan PT. Formost Indonesia.

PT. Tesori Mulia adalah ex Divisi Susu dari PT. Bersumij Wehry indonesia.

Pada tanggal 1 September 2003 sesuai akte Notanis Sucipto, SH., No. 28

tanggal 3 Juli 2003 perihal akte penggabungan dari PT. Tesori Mulia, PT. Frisian

Flag Indonesia dan PT. Formost Indonesia yang didahului dengan RUPS dari ketiga

badan usaha tersebut, maka disepakati untuk menggabungkan (merger) menjadi satu

badan usaha atas nama PT Frisian Flag Indonesia yang dinyatakan pada akte notaris

33

(47)

tersebut di atas. PT. Frisian Flag Indonesia terdiri dari 7 cabang besar dan di setiap

propinsi dan kota besar terdapat cabang kecil, dimana kantor pusat PT. Frisian Flag

Indonesia terletak di .Jalan Bogor Km. 5 Cijantung Jakarta Timur dan salah satu

Kantor Cabangnya di Jalan SM. Raja KM 7.3 No. 117 Medan yang membawahi

wilayah Sumatera dan mendistribusikan satu jenis produk yaitu susu bendera.

Sebagai pemimpin pasar susu yang telah menghadirkan produk-produk

bernutrisi bagi keluarga Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia senantiasa taat pada

ketentuan peraturan dan hukum nasional serta standar-standar Internasional Codex

yang meregulasi seluruh proses produksi hingga produksi produk-produk berbasis

susu kemasan.

2. Komitmen PT Frisian Flag Indonesia

Sebagai ahli nutrisi susu bertaraf internasional, PT Frisian Flag Indonesia

memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk termasuk susu bubuk, susu cair

siap minum dan susu kental manis. PT Frisian Flag Indonesia telah mengoperasikan

dua fasilitas produksi yang canggih di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Pabrik

di Pasar Rebo memproduksi susu bubuk dan pabrik di Ciracas memproduksi susu cair

serta susu kental manis. Proses produksi susu di PT Frisian Flag Indonesia

menggunakan teknologi mutakhir dan praktek sterilisasi terbaik dari awal hingga

akhir untuk menghindari kontaminasi dalam proses produksinya praktek ini yang

dikenal sebagai “Good Manufacturing Practices”. PT Frisian Flag Indonesia

mengikuti standar sertifikasi produksi kelas dunia tertinggi untuk memastikan hasil

produksi yang berkualitas tinggi bagi konsumen. Seluruh proses “supply chain”,

(48)

distributor dan grosir, diawasi oleh HACCP (Hazardous Analysis Critical Control

Point)dan sistem ISO 9001; 2000 dan sistem ISO 14000.

3. Kepegawaian

PT Frisian Flag Indonesia berkantor-pusat di Jakarta dengan 7 (tujuh) kantor

penjualan dan perwakilan di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan lebih dari 1600

(seribu enamratus) orang karyawan. Nilai-nilai perusahaan yaitu dapat diandalkan

(reliable), berdedikasi tinggi (dedicated) dan selalu berusaha memberi yang terbaik

(execellence)senantiasa dipegang teguh di hati dan pikiran para karyawan agar terus

fokus pada tujuan dan mencapai yang terbaik. PT Frisian Flag Indonesia percaya

bahwa para karyawan adalah aset terbesar dan ingin tumbuh bersama dengan

perusahaan. Setiap tahun perusahaan mengirim karyawan ke berbagai Program

pelatihan dan pengembangan baik di Indonesia maupun di luar negeri untuk

menambah pengetahuan dan mempelajari hal-hal baru.

4. Prestasi

PT Frisian Flag Indonesia mendapat kehormatan meraih sejumlah

penghargaan dari berbagai organisasi dan bangga akan apa yang telah di capai.

percaya kesuksesan ini akan menjadi motivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi

di masa yang akan datang. Penghargaan-penghargaan yang telah diterima antara lain:

1). Penghargaan sebagai Penanam Modal Asing Terbaik Untuk Industri Skala

Besar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional (BKPM) Republik

Indonesia.

2). Indonesian Customer Satisfaction Awards 2007 dari Frontier Consulting

Referensi

Dokumen terkait