• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Alat Pencacah Pelepah Sawit Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Kualitas Produksi (Studi Kasus di Ukm Tani Sidorukun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangan Alat Pencacah Pelepah Sawit Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Kualitas Produksi (Studi Kasus di Ukm Tani Sidorukun)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah satu solusi untuk menanggulangi kekurangan pakan ternak. Pelepah sawit selama ini hanya menjadi limbah yang dibiarkan membusuk di lapangan menjadi pilihan untuk mengantisipasi berkurangnya ketersediaan pakan ternak. Kebun kelapa sawit menghasilkan limbah berupa pelepah dan daun sawit yang memiliki potensi prospektif sebagai penyedia pakan ternak sapi. Pemanenan kelapa sawit dilakukan setiap 14 hari, yang setiap pohon menghasilkan sekitar 3 pelepah seberat 10 kg perpelepah. Satu hektar lahan ditanami sekitar 148 pohon sehingga akan dihasilkan 8.880 kg pelepah sawit setiap bulannya.

Pelepah sawit memerlukan sentuhan teknologi lebih lanjut atau diolah sebelum dapat digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu komponen penting dalam proses ini adalah alat pencacah pelepah sawit. Alat ini berfungsi mencacah pelepah sawit menjadi bagian yang lebih kecil sehingga dapat dikonsumsi oleh ternak sebagai pakan.

(2)

kualitas cacahan masih kurang baik. Cacahan pelapah sawit yang dihasilkan dengan alat yang digunakan saat ini masih terlalu kasar dengan ukuran cacahan lebih besar dari 3 cm. Cacahan yang masih terlalu kasar tidak dapat langsung diberikan sebagai pakan ternak karena dapat melukai lambung ternak dan menyebabkan kematian.

Alat pencacah pelepah sawit yang di gunakan UKM Tani Sidorukun saat ini

dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Alat Pencacah Aktual dan Hasil Cacahan

(3)

operator membutuhkan waktu lebih lama setiap akan mengoperasikan alat. Mesin penggerak menggunakan sistem start manual, menghidupkan mesin dengan penggerak engkol sering menimbulkan keluhan musculosceletal dan dapat mencederai operator. Proses pencacahan pelepah sawit didorong secara manual kedalam corong pengumpan alat pencacah. Posisi corong pengumpan mengharuskan operator bekerja dengan posisi membungkuk selama ± 6 jam tiap harinya menyebabkan keluhan rasa sakit operator pencacah.. Hasil cacahan pelepah masih kasar dengan ukuran 5 cm tidak dapat langsung diberikan kepada ternak karena dapat melukai lambung ternak. Cacahan diberi perlakuan lanjutan berupa fermentasi secara anaerob selama tiga minggu sebelum dapat diberikan kepada ternak. Perlakuan lanjutan mengakibatkan pakan jenis ini terlihat seperti sampah kering sehingga kurang sesuai untuk ternak. Peternak UKM Tani Sidorukun lebih menerapkan pemberian pakan pelepah kelapa sawit hasil cacahan langsung diberikan kepada ternak karena sapi menyukai pakan jenis ini dan teknologinya mudah diterapkan oleh peternak.

(4)

produksi dan kesesuaian ukuran alat perajang dengan rata-rata antropometri pekerja menghasilkan tingkat kenyamanan pekerja yang lebih baik .

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kristanto (2015) tentang perancangan ulang alat perontok padi yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kebersihan padi. Alat perontok padi dioperasikan dengan cara berdiri pada satu kaki sedangkan kaki yang lain mengayuh pedal perontok. Pengoperasian alat perontok padi menimbulkan ketidaknyamanan berupa pegal pada punggung, kaki, leher, pinggang, bahu, dan lain sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan penurunan waktu proses sebesar 65,69%, penurunan konsumsi energi sebesar 67,43%, penurunan kotoran dalam padi 79,52%, dan peningkatan produktivitas sebesar 205,5%. Pendekatan ergonomi menghasilkan rancangan alat perontok yang ergonomis terlihat dari menurunnya keluhan operator.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dirancang alat pencacah pelepah kelapa sawit yang mudah dioperasikan, ergonomis dan hasil cacahan yang lebih baik. Rancangan desain alat pencacah pelepah sawit dimaksudkan untuk mengurangi keluhan muscolusceletal operator dan hasil cacahan pelepah sawit yang dihasilkan lebih halus dan seragam.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah kualitas cacahan yang kasar dan pengoperasian alat pencacah pelepah sawit yang sulit pada kegiatan

menghidupkan mesin, pemasangan ruang pencacah menimbulkan keluhan

(5)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah merancang ulang alat pencacah

dengan desain ergonomis untuk mendapat kualitas cacahan lebih halus. Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi keluhan rasa sakit pekerja dengan menggunakan Standard Nordic Questionnaire (SNQ).

2. Menganalisa postur kerja operator dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).

3. Mengukur dimensi tubuh (antropometri) sebagai dasar perancangan alat pencacah pelepah sawit.

4. Mengidentifikasi karakteristik atau atribut-atribut alat pencacah pelepah sawit yang akan dirancang.

5. Merancang alat pencacah pelepah sawit dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah : a. Bagi Mahasiswa

(6)

prinsip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke dalam lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaiakan suatu permasalahan-permasalahan praktis.

b. Bagi perusahaan

Menjadikan suatu pertimbangan sebagai masukan untuk merancang fasilitas kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan musculoskeletal disorders.

c. Bagi Departemen Teknik Industri

Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk menambah literatur perpustakaan.

1.4. Batasan dan Asumsi Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Rancangan ulang dilakukan pada alat pencacah pelepah sawit tipe S1100N-1 yang digunakan saat ini.

2. Rancangan ulang yang dibuat hanya sebatas konsep rancangan alat pencacah. 3. Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode REBA

(Rapid Entire Body Assesment) dan antropometri. 4. Konsep rancangan alat menggunakan metode QFD .

Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

(7)

2. Operator yang diukur berada dalam kondisi yang sehat, baik jasmani maupun rohani.

3. Operator leluasa bekerja, artinya tempat kerja dan susunan fasilitas kerja tidak menjadi penghambat.

4. Operator tidak mengalami pergantian selama bekerja.

5. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan sesuai standar.

6. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitan berlangsung.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(8)

manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika penulisan tugas sarjana.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung UKM Tani Sidorukun. BAB III LANDASAN TEORI

Landasan Teori menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian yang berisi teori-teori antropometri, metode REBA dan QFD.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

(9)

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini diuraikan mengenai analisis SNQ, postur kerja, biomekanika, antropometi, korelasi dari penelitian sehingga memperjelas hasil pengolahan data dan karakteristik perancangan alat pencacacah pelepah dengan QFD. Selain itu juga diuraikan evaluasi dari hasil penelitian yang dilakukan, yaitu berupa perancangan alat untuk memperbaiki kualitas hasil cacahan dengan desain ergonomis.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar

Gambar 1.1. Alat Pencacah Aktual dan Hasil Cacahan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kuisioner Standard Nordic Questionnaire (SNQ) identifikasi dari kuesioner SNQ menunjukkan bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan operator bagian

Berdasarkan hasil kuisioner Standard Nordic Questionnaire (SNQ) identifikasi dari kuesioner SNQ menunjukkan bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan operator bagian

Wawancara awal yang dilakukan dengan operator penggiling buah kopi diketahui.. bahwa keluhan rasa sakit yang dialami sakit kaku di leher bagian bawah,

• Pengkajian lapang pemanfaatan mesin pencacah pelepah kelapa sawit, kemudian hasil cacahan difermentasikan dengan beberapa formulasi perlakuan dan ditambahkan dengan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah terdapat keluhan pasien terhadap penggunaan alat Electrolarynx agar memberikan usulan perbaikan rancangan alat

HANDYMAN MAKMUR WARUWU: Performa dan Biaya Operasional Mesin Pencacah Pelepah Kelapa Sawit Rancangan UPT Mekanisasi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, dibimbing

Penilaian postur kerja peternak sapi pada kegiatan pencacahan pelepah sawit dilakukan terhadap 2 elemen kegiatan yaitu menghidupkan mesin pencacah dan memasukkan

Dalam penelitian ini dirancang sebuah desain mesin pencacah daun pelepah sawit dengan menggunakan metode DFMADesign For Manufacture and assembly, Batasan masalahnya hanya pada