• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN PERTANGGUNGJAWABAN PENERAPAN

SPIP, PENILAIAN MANDIRI ATAS PENERAPAN SPIP, DAN

EVALUASI ATAS PENERAPAN SPIP

DISUSUN OLEH:

Muhammad Naim 214200003

Nur Dwi Apriliah 215200001

Yusraevi 215200148

Nur Shadrina 215200089

Ririn Karlina 215200184

Dewi Pryani 215200125

Abd.Rahman 215200107

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

DAFTAR ISI

Sampul...

Daftar Isi...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyusunan Pertanggungjawaban Penerapan SPIP...

B. Penilaian Mandiri Atas Penerapan SPIP...

C. Evaluasi Atas Penerapan SPIP...

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...

B. Saran...

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian internal (internal control) merupakan salah satu

konsep yang sangat penting bagi bisnis profesional dalam segala

level. Hal ini karena pengendalian internal merupakan framework yang

bertujuan memberikan jaminan yang layak (reasonable assurance)

kepada perusahaan dalam berbagai hal. Dalam sebuah organisasi,

manajemen perlu melakukan pengambilan keputusan stratejik untuk

membawa organisasi tersebut mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Kualitas keputusan ini mempunyai korelasi dengan kualitas

pengendalian internal yang dimiliki. Hong Kong Institute (2005) dalam

Ionescu (2008) menekankan bahwa pengendalian internal yang baik

akan membantu manajemen dalam menyediakan jaminan kelayakan

yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dengan pertimbangan

yang baik, sehingga akan memberikan kesuksesan dalam pencapaian

tujuan.

Dalam pelaksanaannya, awalnya banyak kalangan menganggap

implementasi pengendalian internal hanya akan menambah cost

perusahaan dan tidak memberikan dampak yang signifikan untuk

kemajuan perusahaan. Namun, dewasa ini banyak perusahaan yang

sudah menyadari pentingnya pengendalian internal dalam

(4)

dalam Ioenescu (2008) berpendapat bahwa semakin banyak

perusahaan yang menyadari 2 bahwa memberikan perhatian yang

baik pada proses dan pengendalian internal mereka akan memberikan

peluang yang besar bagi mereka untuk membuat perusahaan

semakin efisien. Sistem pengendalian internal merupakan komponen

yang tak terpisahkan dalam sistem manajemen risiko perusahaan,

dan membantu untuk meyakinkan bahwa perusahaan berjalan ke arah

tujuan yang telah ditetapkan.

Adanya perubahan sikap dari perusahaan-perusahaan mengenai

pentingnya pengendalian internal tak lepas dari adanya risiko-risiko

yang muncul akan berpotensi menghalangi perusahaan dalam

mencapai tujuan. Berkaitan dengan risiko, pengendalian internal

mempunyai peranan yang sangat penting dalam manajemen risiko.

Pickett (2003) mengatakan bahwa ketika terdapat risiko-risiko

dalam mencapai tujuan perusahaan, yang berarti kegagalan

merupakan kemungkinan yang sangat kuat, pengendalian internal

harus diletakkan pada tempat yang mampu menunjukkan risiko-risiko

tersebut. Pickett (2003) juga menambahkan dengan adanya

risiko-risiko yang mengancam perusahaan, pengendalian internal yang

buruk akan mengarahkan perusahaan kepada kerugian, skandal,

kegagalan, dan merusak reputasi perusahaan dalam sektor apapun

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penyusunan Pertanggungjawaban Penerapan SPIP?

2. Bagaimana Penilaian Mandiri Atas Penerapan SPIP?

3. Bagaimana Evaluasi Atas Penerapan SPIP?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Penyusunan Pertanggungjawaban Penerapan

SPIP

2. Untuk Mengetahui Penilaian Mandiri Atas Penerapan SPIP

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyusunan Pertanggungjawaban Penerapan SPIP

Direksi bertanggungjawab terhadap efektivitas penerapan

sistem pengendalian internal perusahaan. Sebagai wujud tanggung

jawabnya. Direksi membuat pernyataan/asersi bahwa setiap

kegiatan dan transaksi perusahaan dilaksanakan berdasarkan pada

sistem pengendalian internal perusahaan yang memadai.

Untuk menjamin efektifitas penerapan Sistem Pengendalian

Internal Perusahaan di PT Jasa Raharja (Persero), bahwa setiap

jajaran pimpinan di lingkungan PT Jasa Raharja(Persero) sesuai

dengan tanggung jawabnya membuat pernyataan bahwa dalam

setiap pelaksanaan tugasnya telah mendasarkan pada sistem

pengendalian intern yang memadai dan diungkapkan dalam setiap

pelaporan pelaksanaan tugas/kegiatan. Pernyataan dapat menjadi

kesatuan dengan Pernyataan terhadap Penerapan GCG oleh Insan

PT Jasa Raharja (Persero).

B. Penilaian Mandiri atas Penerapan Sistem Pengendian Internal Perusahaan (Control Self Assessment)

Penilaian mandiri atas penerapan Sistem Pengendalian Internal

Perusahaan adalah suatu proses yang dijalankan untuk menguji dan

(7)

Perusahaan. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk memberikan

keyakinan yang memadai bahwa seluruh tujuan kegiatan dapat

dicapai/dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan penilaian mandiri

atas penerapan Sistem Pengendalian Internal Perusahaan dilakukan

secara berkala oleh setiap Unit Kerja Perusahaan. Kepala Unit Kerja

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan penilaian mandiri tersebut.

Control Self Assessment atau disingkat CSA adalah salah satu

teknik ‘risk assessment’ yang dapat digunakan oleh berbagai

perusahaan dengan beberapa keunggulan dalam penerapannya,

terutama dalam membangun ‘risk culture’ yang sehat dan

mendorong pendekatan ‘bottom-up’ dalam pelaksanaan manajemen

risiko operasional suatu organisasi.

Dari pembahasan di atas, maka CSA dapat dilakukan oleh

berbagai perusahaan dengan beberapa keunggulan dalam

penerapannya. CSA perlu dilakukan karena dalam tujuan CSA sudah

dijelaskan bahwa CSA tidak lain untuk menilai efektivitas

penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal dalam rangka

memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan

perusahaan. Selain itu, berdasarkan kajian diketahui banyak

keunggulan dan manfaat penggunaan metode CSA sebagai alat

penilaian mandiri terhadap efektivitas penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Internal. CSA juga merupakan terobosan besar dalam

(8)

sebelumnya evaluasi pengendalian intern dianggap hanya urusan

Audit internal dan para pemeriksa ekstern, sekarang bergeser bahwa

“evaluasi pengendalian intern merupakan tanggung jawab pimpinan

perusahaan .

Manajemen risiko tanpa sistem pengendalian yang andal tidak

akan berjalan secara efektif. Untuk itu, perusahaan perlu

mengembangkan sayapnya di kedua sisi tersebut dengan

menerapkan integrated enterprise risk management yang di

dalamnya mencakup risk management dan pengendalian internal.

CSA dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kemampuan

manajer dan karyawan dalam proses identifikasi

objective-risks-controls yang melekat pada proses bisnis sehingga mereka dapat

mengelola risiko-risiko inheren maupun risiko-risiko

kontrol/pengendalian dengan lebih efektif. Di samping itu, CSA

membantu meningkatkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab

unit kerja atas efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan

(keuangan dan operasional) serta kepatuhan kepada kebijakan,

standar dan peraturan yang berlaku.

1. Risiko Inherent – Atau ‘Inherent Risk’ (IR) adalah risiko yang

mungkin timbul akibat karakter bawaan dari suatu transaksi,

entah karena: kompleksitas transaksi dan klas transaksi; 2. Kompleksitas perhitungan;

3. Aset yg mudah tercuri/digelapkan;

(9)

Sudah menjadi pemahaman publik bahwa inherent risk adalah

diluar jangkauan auditor dalam melakukan pencegahan. Bahkan,

juga diluar kendali pihak auditee sendiri. Dengan kata lain, auditor

hanya bisa menemukan tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Beberapa ciri IR yg tinggi, antara lain:

1. Terjadi profitabilitas (dan indikator kinerja kunci lainnya) yang terus

menurun

2. Terjadi kekurangan modal kerja; dan

3. Tingginya asset menganggur (tidak menghasilkan)

Risiko Pengendalian – Atau ‘Control Risk’ (CR) adalah risiko

yang bisa timbul akibat kelemahan sistim pengendalian intern (SPI)

auditee, entah karena desainnya yang lemah atau pelaksanaanya

yang tidak sesuai desain—thus tidak mampu mencegah potensi

salahsaji bersifat material dan/atau penggelapan (fraud). CR tidak

bisa dikendalikan oleh auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh

auditee jika mereka mau. Karakter perusahaan ber CR tinggi, antara

lain:

Struktur Organisasi (SO), tidak jelas dengan pembagian tugas

yang juga tidak jelas. Jika ini terjadi maka bisa dipastikan CR nya

(10)

Lemahnya pengawasan manajemen (para manager) terhadap

operasional perusahaan (ciri ini bisa dilihat dari beberapa hal, misal:

tidak ada level otorisasi transaksi yang jelas, semua orang bisa

mengakses semua data/informasi, tidak ada aktivitas supervisi, tidak

pernah ada audit fisik, tidak ada performance review, tidak ada

budgeted financial statement). Kalau ini yang terjadi maka angka

persentase CR sudah pasti tinggi.

Tidak memiliki auditor internal dan komite audit. Jika ini yang

tejadi maka bisa dipastikan angka CR juga tinggi. Sistim

Pengendalian Internal lemah atau tidak efektif (semua aspek SPI

perlu diperiksa terlebih dahulu untuk menentukan faktor ini,

perhatikan contoh dibawah.

Penilaian Mandiri (CSA) atas penerapan Sistem Pengendalian

Intern (SPIn) adalah suatu proses yang dijalankan untuk menguji dan

menilai efektifitas penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPIn) di

Perusahaan. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk memberikan

keyakinan yang memadai bahwa seluruh tujuan dari pelaksanaan

kegiatan dapat dicapai/dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan

penilaian mandiri atas penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPIn)

di PT Jasa Raharja (Persero) dilakukan secara berkala. Untuk

melaksanakan penilaian mandiri dibentuk tim melalui Surat

(11)

C. Evaluasi atas Penerapan Sistem Pengendalian Internal Perusahaan

Satuan Pengawasan Intern melakukan evaluasi atas

kecukupan dan efektivitas Sistem Pengendalian Internal Perusahaan

secara menyeluruh untuk mendukung asersi Direksi tentang

efektivitas Sistem Pengendalian Internal Perusahaan yang

diterapkan.

Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses

pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya

mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi

program berikutnya.

1. Lingkup Pelaporan Sistem Pengendalian Intern (SPIN)

Laporan merupakan merupakan kunci keberhasilan

pengendalian suatu sistem yang diberlakukan, karenanya

manajemen dan pelaksana tugas di lingkungan PT Jasa Raharja

(Persero), wajib untuk melaporkan aktivitas yang berkaitan

dengan pengendalian yang dilakukannya. Tingkat pelaporan

Sistem Pengendalian Intern (SPIn) terdiri dari tahapan sebagai

berikut:

a. Laporan Pengendalian Teknis

Laporan Pengendalian Teknis yang dilakukan dan

dilaporkan oleh petugas pelaksana teknis yang menangani

(12)

dengan pekerjaannya dan ditujukan kepada manajemen yang

mengawasinya. Sebagai panduan umumnya telah ditentukan

pada instruksi kerja/Standard Operation Procedure/Manual

pelaksanaan tugas, dan sebagainya yang berkaitan. Laporan

bersifat bahwa pekerjaan telah dilakukan secara prosedural

dan dilengkapi dengan lampiran yang telah ditentukan. Waktu

pelaporan dilakukan setiap selesai pelaksanaan pekerjaan

dimaksud.

b. Laporan Pengendalian Prosedur

Laporan Pengendalian Prosedur yang dilakukan dan

dilaporkan oleh pengawas/supervisor untuk pengendalian

pelaksanaan tugas.Laporan disampaikan kepada manajer

atasan/supervisinya. Laporan bersifat bahwa pekerjaan telah

sesuai sepenuhnya dengan prosedur, telah lengkap

lampirannya. Laporan ini menjadi bagian dari laporan unit

kerja. Waktu pelaporan dilakukan 2 x 24 jam setelah

diterimanya laporan dari pelaksanaan pekerjaan. Resume

keseluruhan laporan selama periode 1 (satu) bulan, dilakukan

setiap akhir bulan (selambat-lambatnya tanggal 5 bulan

berikutnya).

(13)

Laporan Pengendalian Internal yang dilakukan dan

dilaporkan oleh manajemen unit kerja kepada Direksi melalui

Satuan Pengawasan Intern (SPI), sebagai pertanggung

jawaban pelaksanaan pengendalian intern yang dilaksanakan

di unit kerjanya. Laporan bersifat bahwa Sistem Pengendalian

Intern (SPIn) pada unit bersangkutan telah berjalan sesuai

dengan ketentuan, prosedur dan merupakan gabungan dari

laporan pengendalian intern dari bagian-bagian unit kerja

dimaksud. Waktu Pelaporan dilakukan setiap Triwulan (3

bulanan).

d. Laporan Sistem Pengendalian Intern (SPIn)

Laporan Sistem Pengendalian Intern (SPIn) adalah

laporan yang disusun oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI)

yang merupakan hasil penilaian secara keseluruhan dari

Sistem Pengendalian Intern (SPIn) perusahaan. Laporan

berpedoman pada 5 (lima) komponen Sistem Pengendalian

Intern (SPIn) 37 pengendalian (Lingkungan Pengendalian,

Assessment Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan

Komunikasi dan Monitoring) Waktu pelaporan dilakukan untuk

periode 1(satu) tahun, terkait dengan laporan tahunan

(14)

2. Pemberkasan Laporan

Dokumen Laporan yang dibuat selama proses

pengendalian perlu dipilah ke dalam beberapa kategori berkas

untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dengan

kategori berkas sebagai berikut:

a. Berkas Permanen (Permanent File)

Berkas ini berisikan data/informasi yang diperlukan oleh

pengawas/supervisor untuk memahami gambaran umum

pengendalian intern yang dilakukan. Dilihat dari dimensi

waktu, informasi yang dimasukkan kedalam berkas permanen

adalah informasi yang relatif tidak sering berubah. Dengan

adanya berkas permanen, pengawas pengendalian tidak

perlu menerangkan atau meminta informasi tersebut kepada

pelaksana pengendalian setiap kali menerima laporan

pengendalian yang dilakukan.

b. Berkas Berjalan (Current File)

Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan

dengan pengendalian yang sedang dilakukan atau

pengendalian yang baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi

untuk informasi yang dimasukkan dalam berkas berjalan

(15)

1) Berkas Umum

Berkas ini terdiri atas: Informasi Umum pekerjaan

yang dikendalikan, Laporan teknis pelaksanaan pekerjaan

terkait dengan 3E (Ekonomis, Efektif dan Efisien) dan

Akurasi (terhadap perhitungan, penulisan, Laporan

kepatuhan pelaksanaan pekerjaan.

2) Berkas Analisis

Berkas ini berisikan dokumentasi rinci atas proses

pengumpulan dan pengujian bukti pengendalian untuk

masing-masing data yang dicakup dalam pelaksanaan

pengendalian.

3) Berkas Pengendalian Intern

Berkas ini merupakan resume atas pengendalian

intern yang dilakukan berdasarkan pada 5 komponen

pengendalian.

c. Berkas Lampiran (Bulk File)

Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan

dokumen yang menjadi data mentah bagi proses

pengendalian intern, informasi mengenai proses dan hasil

pelaksanaan pengendalian dimasukkan dalam berkas

laporan hasil pengendalian.

(16)

Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapat

perhatian khusus. Sebagian besar informasi ini berkaitan

dengan indikasi kecurangan yang perlu ditindaklanjuti dengan

laporan khusus, yang selanjutnya menjadi bahan untuk audit

Internal Audit. Sistem Pengendalian Intern (SPIn)

3. Tindak Lanjut Laporan

Tindak lanjut laporan menentukan tindakan apa yang akan

diambil untuk perbaikan kondisi atau pengendalian yang lemah

yang telah diidentifikasi oleh pelaksana dan/atau supervisor yang

dilaporkan kepada manajemen. Tanggung jawab untuk

pelaksanaan tindak lanjut terletak pada pelaksana dan

manajemen, sedangkan pengawas bertanggung jawab untuk

memastikan apakah prinsip tindak lanjut ini dapat dipahami

dengan baik.

a. Proses Tindak Lanjut

1) Kepala SPI yang menentukan apakah manajemen

mengambil tindakan atau mengimplementasikan Sistem

Pengendalian Intern (SPIn) tersebut, dan akan

menentukan apakah hasil yang diinginkan telah diterima

atau jika Manajer perusahaan (Dewan Direksi) telah

mengasumsikan risiko bahwa tidak akan mengambil

tindakan atau mengimplementasikan rekomendasi

(17)

2) Proses tindak lanjut adalah sebuah proses dimana para

manajer sebagai pengawas/supervisor akan mengevaluasi

kecukupan, efektifitas, serta jadwal tindakan yang telah

diambil oleh manajemen dalam melaporkan hasil observasi

pengendalian intern, termasuk semua penilaian yang telah

dibuat oleh pihak eksternal. Proses ini juga termasuk hal

dalam menentukan apakah para senior manajer (Dewan

Direksi) telah mengasumsikan risiko bahwa tidak akan

mengambil tindakan koreksi dalam hasil observasi;

3) Ketentuan atas kegiatan pengendalian Intern harus

mendefinisikan kewajiban untuk proses tindak lanjut.

Kepala SPI akan menentukan asal-usul, waktu, dan

tingkatan dari tindak lanjut, dengan mempertimbangkan

beberapa fakor, antara lain:

a) Tingkat signifikasi dari hasil pengendalian intern yang

telah dilaporkan atau dilaksanakan;

b) Tingkat usaha dan biaya yang diperlukan untuk

mengkoreksi kondisi laporan tersebut;

c) Dampak yang akan ditimbulkan harus mengkoreksi

tindakan yang salah;

d) Tingkat kerumitan dari tindakan perbaikan;

(18)

4) Kepala SPI bertanggung jawab dalam menentukan jadwal

tindak lanjut sebagai bagian dari jadwal perbaikan

pengendalian intern. Penentuan jadwal untuk proses tindak

lanjut berdasarkan pada risiko dan pihakpihak yang terlibat,

sebanding dengan tingkat kesulitan dan tingkat signifikasi

dalam penjadwalan dalam mengimplementasikan tindakan

perbaikan;

5) Kepala SPI mempertimbangkan bahwa tanggapan

manajemen secara lisan maupun tulisan mengindikasikan

bahwa tindakan yang telah diambil telah cukup terhadap

kepentingan yang relatif dari sebuah pengendalian, para

manajer sebagai supervisor akan melakukan tindak lanjut

sebagai bagian pengendalian selanjutnya; Para manajer

sebagai supervisor akan memastikan apakah tindakan

yang telah diambil dalam pengendalian intern akan

memperbaiki kondisi utama. Proses tindak lanjut harus

didokumentasikan secara tepat.

(19)

A. Kesimpulan

Direksi bertanggungjawab terhadap efektivitas penerapan

sistem pengendalian internal perusahaan. Sebagai wujud tanggung

jawabnya. Direksi membuat pernyataan/asersi bahwa setiap

kegiatan dan transaksi perusahaan dilaksanakan berdasarkan pada

sistem pengendalian internal perusahaan yang memadai.

Penilaian mandiri atas penerapan Sistem Pengendalian Internal

Perusahaan adalah suatu proses yang dijalankan untuk menguji dan

menilai efektivitas penerapan Sistem Pengendalian Internal

Perusahaan. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk memberikan

keyakinan yang memadai bahwa seluruh tujuan kegiatan dapat

dicapai/dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan penilaian mandiri

atas penerapan Sistem Pengendalian Internal Perusahaan dilakukan

secara berkala oleh setiap Unit Kerja Perusahaan. Kepala Unit Kerja

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan penilaian mandiri tersebut.

Satuan Pengawasan Intern melakukan evaluasi atas

kecukupan dan efektivitas Sistem Pengendalian Internal Perusahaan

secara menyeluruh untuk mendukung asersi Direksi tentang

efektivitas Sistem Pengendalian Internal Perusahaan yang

diterapkan.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat efek price discount dan premium terhadap buying intention dan moderasi kecenderungan otak maka digunakan ANOVA sebagai alat analisis data dalam

 menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi : membaca

(2) Biaya untuk mediator atau pihak ketiga lainnya pada penyedia jasa yang dibentuk oleh Pemerintah selain dibebankan atas kesediaan dari salah satu pihak atau para pihak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional, lingkungan kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Jago

bahwa beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 41/KEP/M.PAN/12/2000 tentang Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan

SCRABBLE GAME ON THEIR COMPETENCE IN ARRANGING ENGLISH VOCABULARY AT THE FIRST YEAR STUDENTS OF SMP NEGERI 8 KOTA CIREBON .” This thesis is presented to t he English

Hasil yang dicapai adalah dengan upaya mencari solusi dari kendala internal maupun eksternal yang menghambat optimasi perawatan, seperti ; melakukan revitalisasi pada

Validasi data perlu dilakukkan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dalam penelitian benar-benar vaid atau sahih .Dalam penelitian ini, data yang divalidasi