KOMUNIKASI ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS KERJA
(Studi Korelasional Perngaruh Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan danBawahan Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara )
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
DINA SABRINA SEMBIRING
020904055
Departemen Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Dina Sabrina Sembiring
Nim : 020904055
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Komunikasi Organisasi dan Efektifitas Kerja di Badan Informasi dan
Komuikasi Provinsi Sumatera utara
Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Dra. Dewi Kurniawati, Msi Drs. Amir Purba, MA
NIP. 131 837 036 NIP. 131 654 105
Dekan
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniahim,
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat karunia, kemudahan sera ridha-Nya, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa penulis mengucapkan shalawat dan
salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan hasil terbaik yang telah dilakukan penulis
selama dibangku perkuliahan. Dengan penuh kerja keras dan pengorbanan serta
harapan, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dikesempatan ini pula penulis
banyak sekali mendapat dukungan, bimbingan serta motivasi dari orang–orang
sekitar penulis terutama orang–orang terdekat.
Dalam kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dari kedua orang penulis,
bapakku dr.H.Burhanuddin Sembiring dan Bundaku Hj.Usniwati Sinulingga, yang
selalu memberikan dorongan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi
ini. Dan saudara–saudaraku, Kak Dini, Adikku Babang, dan Bang Fauzi, yang
telah memberikan keceriaan dan kebahagiaan dalam hari-hariku.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
2. Bapak Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, Msi, selaku pembimbing penulis yang telah
4. Bapak Drs. Syarifudin Pohan, Msi, selaku Dosen Wali yang selama ini
menjadi tempat berkeluh kesah penulis dalam hal akademis
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi, yang telah
mmberikan ilmu-ilmunya selama dibangku perkuliahan. Dan para staff
Jurusan Komunikasi, Kak Cut H, Kak Ros, maya, dan Rotua yang telah
banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
6. Bapak Drs. H. Eddy Syofian, M.A.P, selaku Kepala Badan Informasi dan
Komunikasi Provinsi Sumatera Utara
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi
provinsi Sumatera Utara terutama Bang Riza yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Untuk seseorang yang ada dihatiku dan menemani hari-hariku, Romie
Effendi, yang selalu memberikan dorongan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, dan selalu bersedia menemani penulis setiap
saat dibutuhkan. Terima kasih atas semua yang telah dirimu berikan
9. Untuk sahabat-sahabatku Andre, Pam-pam, Puan, Abram, Anggi, Tapi,
dan Myrna, terima kasih untuk kebersamaan yang menyenangkan dalam
menimba ilmu selama di FISIP USU. Untuk Gita, Rica, Rini, Kak Intan,
Kak Ika, Bang Irul, terima kasih atas bantuannya selama ini yang bersedia
menemani penulis setiap saat dibutuhkan dan juga untuk persahabatan
yang tidak mungkin penulis lupakan
10. Untuk teman-temanku seangkatan 2002, Ica, Dani, Ria, Ade co, Ade Ce,
Molita, Nia, Arif, Ricardo, dll yang tidak dapat penulis sebutkan satu
Akhirnya segala sesuatu penulis kembalikan kepada Allah SWT. Dan
semoga Allah SWT membalas segala yang telah diberikan dengan kebaikannya
lebih besar serta senantiasa dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Juni 2008
Penulis
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan pengaruh komunikasi organisasi dan efektifitas kerja.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan bagaimana variasi pada salah satu faktor berkaitan dengan faktor yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah populasi sebanyak 199 orang, yang tersebar di 4 bidang pekerjaan. Untuk menghitung sampel dari data populasi yang ada digunakan pendapat Arikunto. Diperoleh sampel sebanyak 50 orang. Untuk menentukan jumlah pegawai setiap bidang yang akan menjadi responden digunakan teknik
Proporsional Random Sampling. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan
cara penarikan sampel Accidental sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dengan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Prov. Sumatera Utara. Hasil rs yang
diperoleh adalah 0.96. Itu berarti rs > 0. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala >0.91, yang
menunjukkan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan bisa diandalkan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dapat dilakukan dengan menghitung nilai thitung. Untuk thitung. Diperoleh hasil thitung >
ttabel. yaitu 28,6>1,99. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Provinsi Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan pengaruh komunikasi organisasi dan efektifitas kerja.
Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel dan bagaimana variasi pada salah satu faktor berkaitan dengan faktor yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah populasi sebanyak 199 orang, yang tersebar di 4 bidang pekerjaan. Untuk menghitung sampel dari data populasi yang ada digunakan pendapat Arikunto. Diperoleh sampel sebanyak 50 orang. Untuk menentukan jumlah pegawai setiap bidang yang akan menjadi responden digunakan teknik
Proporsional Random Sampling. Teknik penarikan sampel dengan menggunakan
cara penarikan sampel Accidental sampling.
Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari literature, buku-buku, serta sumber yang relevan dan mendukung serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan bentuk analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan pengujian hipotesis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan dengan peningkatan efektifitas kerja pegawai di Bainfokom Prov. Sumatera Utara. Hasil rs yang
diperoleh adalah 0.96. Itu berarti rs > 0. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan skala Guilford, maka hasil rs berada pada skala >0.91, yang
menunjukkan hubungan yang kuat sekali, sangat tinggi dan bisa diandalkan.
Untuk mengetahui tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dapat dilakukan dengan menghitung nilai thitung. Untuk thitung. Diperoleh hasil thitung >
ttabel. yaitu 28,6>1,99. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah.
Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yangs serba tidak pasti.
Organisasi tidak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan dihadapi
esok, semuanya serba tidak pasti. Akan tetapi kondisi seperti ini tidak bisa
dihindari. Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat
disertai dengan kemajuan teknologi dan sistem informasi yang juga begitu cepat
berubah. Organisasi yang tidak mampu mengerti lingkungan di mana berada akan
senatiasa mengalami ketertinggalan, dan hanya akan menjadi pengikut.
Komunikasi penting bagi suatu organisasi, kerena komunikasi merupakan alat
utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan
aktifitas manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Komunikasi yang baik diperlukan untuk memperoleh keterangan yang
diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga setiap program kerja yang
telah ditetapkan dapat diselesaikan dengan lancar.
Dalam setiap usaha organisasi, komunikasi mempunya peranan sentral.
Ini terutama berlaku dalam masalah efektifitas organisasi. Proses dan pola
organisasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordisasikan dan
Agar tujuan-tujuan dari organisasi dapat diwujudkan, maka pimpinan
harus dapat melaksanakan fungsi-gungsi organisasi yang baik. Salah satu fungsi
tersebut adalah menempatkan pegawai yang tepat pada jabatan yang tepat pula.
Jadi, organisasi tidak akan pernah kecewa dengan para pegawai.
Meskipun suatu organisasi mulai dari saat perekrutan tenaga kerja sampai
pada saat seleksi tenaga kerja sudah selektif namun kenyataan masih terdapat
hal-hal yang tidak diinginkan seperti keterlambatan pegawai dan tingkat absensi
pegawai serta banyak waktu yang tidak dipergunakan sebaik mungkin dan
terutama sekali kurangnya komunikasi diantara pimpinan dengan pegawai dan
juga antar pegawai. Jika organisasi tidak dapat mengatasi hal ini, maka tingkat
efektifitas pegawai akan menurun.
Perusahaan merupakan tempat dilakukannya berbagai kegiatan organisasi
dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses
pencapaian tujuan perusahaan melibatkan semua sumber daya yang tersedia di
dalam perusahaan tersebut. dalam hal ini, pegawai memegang peranan penting,
karena berhasil tidaknya tugas yang dipikul oleh perusahaan tergantung dari hasil
kerja pegawainya. Diharapkan pegawai dapat bekerja secara maksimal dan
seefektif mungkin.
Terbentuknya semangat kerja, disiplin kerja, serta adanya tanggung jawab
terhadap pekerjaan diantara pegawai sebagai akibat komunikasi organisasi yang
dilakukan dalam suatu perusahaan, akan dapat menciptakan efektifitas kerja yang
Untuk mencapai efektifitas kerja yang tinggi, harus ditunjang oleh disiplin
kerja dan semangat kerja serta mutu kerja yang baik pula. Oleh karena itu, suatu
organisasi dalam hal ini organisasi pada Badan Informasi dan Komunikasi
(Infokom) Provinsi Sumatera Utara dituntut untuk berperan aktif dalam
menunjang kelancaran peningkatan efektifitas kerja pegawainya.
Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara
berdiri pada tahun 2001 yang diresmikan oleh mantan Presiden Abdul Rahman
Wahid. Badan Infokom ini sebenarnya hanya berganti nama saja dari yang
sebelumya bernama Departemen Penerangan yang dibubarkan pada bulan
September 1998. Tetapi orang-orang yang bekerja pada Badan Infokom adalah
orang-orang yang bekerja pada Departemen Penerangan terdahulu. Sebagai suatu
badan organisasi yang baru, maka masih banyak masyarakat luas yang belum
mengetahui dan mengenal betul apa itu peranan dan fungsi Badan Infokom dalam
masyarakat.
Sejarah berdirinya Badan Infokom provinsi Sumatera Utara tidak dapat
dilepaskan dari terjadinya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan
pemerintah telah membawa perubahan yang mendasar terhadap peran yang harus
dilakukan pemerintah. Pemerintah pada dasarnya lebih diarahkan sebagai
fasilitator dan motivator. Dalam kaitan dengan pelaksanaan fungsi pemerintahan
di bidang informasi dan komunikasi, pemerintah melalui infrastruktur
kelembagaannya yang ada diharapkan dapat menjalankan peran tersebut secara
Badan Infokom sebagai badan yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat luas, harus selalu berusaha meningkatkan efektifitas kerjanya,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat.
Dengan demikian untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, maka efektifitas kerja pada Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara
yang sudah berjalan dengan baik harus terus lebih ditingkatkan.
Salah satu cara untuk mencapai efektifitas kerja pada Badan Infokom
Provinsi Sumatera Utara tersebut adalah melalui suatu komunikasi, sebab
komunikasi merupakan sebagian besar dari kegiatan manusia. Tidak adanya
komunikasi akan menyebabkan kerenggangan suatu hubungan. Jika hal ini
dibiarkan, maka akan mengakibatkan konflik.
Dalam kehidupan organisasi, efektifitas seorang pimpinan sebagian besar
terletak pada keahliannya dalam berkomunikasi, tanpa adanya keahliannya dalam
berkomunikasi, maka akan sering terjadi kesalahan penafsiran terhadap pesan
yang disampaikan.
Dengan demikian seorang pimpinan seperti pemimpin Badan Infokom
Provinsi Sumatera Utara tersebut, harus mamilih bentuk komunikasi yang efektif
untuk menggerakkan pegawainya dalam melaksanakan tujuan organisasi.
Komunikasi organisasi merupakan suatu bentuk komunikasi yang memungkinkan
seorang pimpinan berhadapan langsung dengan bawahannya, sekaligus dapat
Mengingat pentingnya komunikasi organisasi dalam mencapai efektifitas
kerja, hal ini mendorong penulis untuk memilih judul : Pengaruh Komunikasi
Organisasi Antara Pimpinan dan Bawahan Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai di
Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara Terhadap
Efektifitas Kerja.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan
terhadap efektifitas kerja pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom)
Provinsi Sumatera Utara.”
I.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih
khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi organisasi yang dilakukan antara
atasan dengan bawahan dalam lingkup formal dan informal di Badan Infokom
Prov. Sumatera Utara.
2. Perilaku yang mendukung efektifitas kerja pegawai di Badan Infokom Prov.
Sumatera Utara, seperti semangat kerja pegawai, disiplin kerja dan tanggung
3. Objek penelitian adalah seluruh pegawai yang masih aktif bekerja di Badan
Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
4. Lokasi penelitian adalah kantor Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom)
Provinsi Sumatera Utara di Medan.
5. Waktu penelitian adalah Februari – April 2008.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara komunikasi organisasi yang
dilakukan dengan efektifitas kerja karyawan.
2. Untuk mengetahui tanggapan karyawan terhadap komunikasi
organisasi yang dilakukan oleh atasan/pimpinan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung peningkatan
efektifitas kerja pegawai dilingkungan kerja Badan Informasi dan
Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya di bidang ilmu
komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
Badan Informasi dan Komunikasi (Infokom) Provinsi Sumatera Utara
I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39).
Kerangka teori dapat diartikan sebagai serangkaian asumsi , konsep,
konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep
(Singarimbun,1989:47).
Fungsi dari teori tersebut adalah untuk menerangkan, meramalkan,
memprediksi dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara sistematis
(Effendi,1993:244).
Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk
menentukan tujuan dan arah penelitian. Untuk memberikan kejelasan pada
penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan Adapun teori-teori yang dianggap relevan
dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi dan Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Antar Pribadi, Efektifitas Kerja dan Teori Kemanusiaan (Humanistic
1. Komunikasi dan Komunikasi Organisasi
Istilah komunikasi sebenarnya berasal dari bahasa latin’communication’
dan bersumber pada kata communis yang berarti sama. Yang dimaksud sama
disini adalah sama makna. (Effendi, 1992:9)
Jadi komunikasi adalah persamaan makna antara komunikator dan
komunikan, dengan tujuan mengubah sikap, opini, perilaku orang lain tentang
pesan yang disampaikan. Walaupun demikian tidak semua komunikasi yang
dilakukan itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan bahkan ada kesalahan
maksud dalam penerimaan pesan, untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang
efektif.
Menurut Onong U Effendy (1992:5), komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, untuk memberitahukan
atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik langsung maupun tidak
langsung melalui media. Sementara itu Hovland mendefinisikan proses
komunikasi sebagai suatu proses mengubah perilaku orang lain yang disampaikan
melalui perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam kata-kata).
Dari definisi di atas, menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang-lambang
yang dapat menimbulkan efek seperti mengubah tingkah laku orang lain, yang
dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu.
Salah satu bentuk komunikasi adalah Komunikasi Organisasi. Komunikasi
merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam manajemen organisasi,
memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi maka kebutuhan akan
informasi juga akan bertambah. Oleh karena itu seorang pimpinan dalam suatu
perusahaan harus memperhatikan bahwa hal ini merupakan hal yang penting
dalam kelancaran jalannya organisasi atau perusahaan.
Menurut Goldhaber (dalam Muhammad, 2000:67) komunikasi organisasi
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam jaringan hubungan
yang saling bergantung satu sama lain untuk mangatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah. Sehingga arus pesan dalam jaringan komunikasi
yang bersifat formal atau non formal sangat mempengaruhi proses komunikasi
yang terjadi dalam sebuah organisasi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal dan informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada
kepentingan organisasi misalnya: memo, kebijakan, pernyataan dan surat-surat
resmi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Komunikasi yang dilakukan lebih kepada komunikasi antara anggotanya
secara individual.
Untuk menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik tergantung
pada seberapa kondusif dan efektif kondisi yang menunjang kebebasan dan
kemudahan perilaku komunikasi sumber daya manusianya. Rasberry dan Linsay
menegaskan bahwa inti aktifitas manusia dalam organisasi adalah seberapa jauh
1. Kualitas isi pesan
2. Kuantitas isi pesan
3. Media atau saluran komunikasi yang tersedia dan biasa digunakan dalam
proses komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi tersebut.
4. Etos dan kredibilitas komunikator (dalam Pohan,2005:12).
2. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih, dapat secara tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan media seperti: telepon, surat dan sebagainya.
Riyono Pratikno mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai
komunikasi tunggal yang ditujukan kepada sasaran tunggal pula. (Pratikno,
1983:147)
Halloran (dalam Liliweri, 1991:48) mengemukakan faktor-faktor sebagai
pembentuk dari komunikasi anatar pribadi yaitu:
1. Perbedaan antar manusia.
2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai
kekurangan.
3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.
4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain.
Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang
sebagai organ pelaksana dalam menyampaikan pesan. Karenanya agar pesan yang
dipergunakan tehnik persuasif. Tehnik persuasif yang dimaksud dalam hal ini
adalah kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau berbuat
sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator.
Pada prakteknya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
diterima oleh komunikan, seorang komunikator harus berorientasi kepada
beberapa hal yaitu:
1. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan kebutuhan
akan informasi terhadap sesuatu hal.
2. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan harga diri
publik.
3. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan seseorang
untuk diterima sebagai anggota kelompok.
4. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat memenuhi kebutuhan publik
akan popularitas dan harga diri di samping kekuasaan. (Djaya, 1985:51)
3. Efektifitas Kerja
Efektifitas berasal dari kata “efek” yang dalam kamus bahasa Indonesia
berarti terjadinya perubahan yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan
terjadinya kegiatan komunikasi.
Efektifitas itu dapat diartikan sebagai suatu sikap manusia dalam
menjalankan aktifitasnya agar dapat selesai tepat pada waktu yang ditentukan dan
dengan biaya yang seminim mungkin. Sikap manusia itu dapat berupa kerukunan
Kerja adalah kegiatan kemanusiaan yang mengandung makna ekonomis
bagi kehidupan manusia. Definisi tersebut mengandung dua unsur kegiatan, yaitu
kegiatan sosial dan kegiatan ekonomis (Benggolo,1973:6).
Agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan
efektifitas kerja pegawai dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus
dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pegawainya , sehingga dapat
menumbuhkan semangat, disiplin dan prestasi kerja dari para pegawai.
4. Teori Kemanusiaan (Humanistic Theory)
Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan
komunikasi organisasi seperti : hubungan interpersonal (relasi sosial, kelompok
informal), norma-norma kelompok dan gaya kepemimpinan supervisor dalam
praktek kepenyediaan (supervisory), perasaan karyawan terhadap kepuasan kerja
dan morale, yang juga memberi andil penting dalam mempengaruhi efektifitas,
efisiensi dan produktifitas karyawan, disamping juga pengaruh faktor-faktor lain
yang lebih dahulu dikenal.
Dengan kata lain, studi ini membuka dimensi pemahaman baru terhadap
hakekat organisasi. Yaitu perlunya memandang organisasi dan karyawan sebagai
suatu kelompok sosial atau sistem sosial yang berisikan baik struktur relasi formal
maupun informal, dimana antara dimensi sosial dan psikologis dengan dimensi
rasional formal dan emosional harus dipandang secara proporsional. Ganjaran
ekonomis material dan ganjaran sosial psikologis sama-sama signifikan
Teori ini terkenal dengan nama ‘Hawthorne Effect’, dimana sikap, emosi
dan perasaan karyawan secara signifikan memepengaruhi produktifitas.
Implikasinya temuan ini bagi manajer adalah pentingnya manajer lebih
menekankan faktor sosial dan prilaku manusia sebagai yang lebih utama daripada
faktor lainnya. Artinya, produktifitas akan dicapai bila hubungan personal dan
sosialnya efektif (Pohan, 2005: 39).
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis
dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan
adanya kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dan
merumuskan hipotesa penelitian. Adapun kerangka konsep yang dikemukakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang mempengaruhi unsur
lain (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi
Organisasi.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat adalah sejumlah gejala atau faktor yang muncul karena
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
3. Variabel Antara (Z)
Variabel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas (X) dan
varibel terikat (Y), yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan
antara variabel X dan Y. Variabel antara dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden.
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka
konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis, yaitu:
Gambar 1
Model Teoritis
I.8. Operasional Variabel
Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep
dalam melakukan penelitian. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain,
definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel (Singarimbun,1984:46). Karakteristik Responden Variabel Bebas (X)
Komunikasi Organisasi
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan
diatas, maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya di dalam
memecahkan masalah, maka dibuatlah operasional variabelnya sebagai berikut :
Tabel I
Operasionalisasi Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
Komunikasi Organisasi 1. Komunikator a. Kredibilitas
b. Daya tarik
2. Jenis komunikasi yang dilakukan:
a. Komunikasi Ke Bawah
- Perintah
b. Komunikasi Ke Atas
- Memberikan saran dalam rapat
3. Pesan yang disampaikan:
- Peraturan
- Kebijaksanaan
Variabel Terikat (Y)
Peningkatan Efektifitas Karja
1. Semangat kerja
2. Disiplin Kerja
Patuh terhadap aturan
Kehematan dalam bekerja 3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan
Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin
2. Pendidikan
3. Lama Bekerja
1.9 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan memberikan dan menjelaskan pengertian
variabel-variabel operasional. Dalam penelitian ini definisi operasional yang
diuraikan adalah:
A. Komunikasi Organisasi indikatornya adalah :
1. Komunikator :
a. Kredibilitas yaitu penilaian yang baik di mata khalayak dimana seorang
pimpinan harus mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya sebagai
seorang pimpinan.
b. Daya tarik yaitu dilihat dari segi fisik maupun karisma yang dimilikinya.
Dalam hal fisik dilihat dari penampilan, kecantikan, karakter dan hal
lainnya yang melekat pada diri seorang pemimpin.
2. Jenis komunikasi yang dilakukan :
a. Komunikasi Ke Bawah
- Perintah yaitu pesan yang disampaikan oleh pimpinan agar bawahan
dapat melakukan apa yang diinginkannya.
b. Komunikasi Ke Atas
- Memberikan saran atau ide dalam rapat yaitu suatu cara yang
dilakukan oleh pimpinan dimana pegawai diminta untuk memberikan
saran atau ide yang relevan dalam membuat suatu peraturan di
perusahaan. Hal ini dilakukan agar tercipta situasi yang harmonis
3. Pesan yang disampaikan :
a. Peraturan yaitu sebuah informasi yang berisi tentang hal-hal yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap pegawai.
b. Kebijaksanaan yaitu sebuah informasi mengenai hal-hal yang menjadi
pedomann pegawai agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai.
B. Efektifitas Kerja indikatornya adalah :
1. Semangat Kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang
dilakukan, sehingga mampu bekerja dengan sebaik-baiknya.
2. Disiplin Kerja adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh para pegawai untuk
dapat hadir dan pulang tepat waktu dari kantor dan dapat melaksanakan semua
tugas yang diberikan secara tepat waktu pula.
3. Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh
pegawai dimana mereka merasa harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan
yang diberikan yaitu dengan bekerja sebaik-baiknya..
C. Karakteristik Responden indikatornya adalah :
1. Jenis kelamin yaitu pegawai pria dan wanita
2. Pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal pegawai
3. Lama Bekerja yaitu berapa lama pegawai tersebut bekerja di perusahaan.
I.9. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terdapat pemecahan masalah melalui
data yang terkumpul (Singarimbun, 1995:36).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha: Terdapat pengaruh Komunikasi Organisasi antara pimpinan dan bawahan
terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan Komunikasi
(Infokom) Provinsi Sumatera Utara.
Ho: Tidak terdapat pengaruh Komunikasi Organisasi antara pimpinan dan
bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai pada Badan Informasi dan
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Komunikasi dan Komunikasi Organisasi A. KOMUNIKASI
a. Pengertian Komunikasi
Studi komunikasi dapat diterima sebagai suatu disiplin ilmu, baru pada
pertengahan abad ke-20. Walaupun telah diketahui bahwa komunikasi manusia itu
sesungguhnya telah hadir sejak diciptakannya manusia. Kehadirannya malah tidak
bisa dielakkan, karena perjumpaan itu sendiri memerlukan komunikasi agar dapat
berlanjut menjadi persahabatan, pertemanan, persekutuan atau bahkan
perkawinan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan
perekat hubungan antar manusia.
Komunikasi dibutuhkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain,
karena komunikasi merupakan pengaruh dan alat dalam aktifitas manusia. Dengan
berkomunikasi manusia dapat bertanya mengenai suatu hal yang tidak
diketahuinya, menerima dan mengawasi. Komunikasi dapat menjadi saran-saran
guna terciptanya ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan melalui tukar
menukar pesan (informasi), menggambarkan emosi dan kebutuhan mulai dari
yang paling sederhana sampai yang kompleks.
Istilah komunikasi sudah demikian popular dan dipergunakan oleh
kebanyakan orang. Istilah tersebut dipergunakan dalam semua kesempatan baik
sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial mempunyai rasa ingin tahu, ingin
maju dan ingin berkembang, maka salah satu syaratnya adalah komunikasi.
Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan
manusia.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin yaitu
communico yang artinya membagi (Cangara,1998:17).
Komunikasi dapat diartikan sebagai ‘transfer informasi’ atau pesan-pesan
(messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan
sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back)
untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah
pihak (Rosady, 2001:77).
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell, bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan : siapa yang menyampaikan (komunikator), apa yang disampaikan
(pesan), melalui saluran apa (media), kepada siapa (komunikas) dan apa pengaruhnya (efek) (dalam Effendy,1999:10).
Menurut Onong Uchjana Effendy (2001:2) mengatakan bahwa komunikasi
adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan-aturan tertentu, sehingga
dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah.
Komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah upaya yang sistematis untuk
pendapat dan sikap. Dalam hal ini ada upaya dari komunikator selaku penyampai
pesan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat dari komunikan atau sasaran
komunikasi (dalam Effendy,1993:12).
H.A.W. Widjaja (2000:13), berpendapat bahwa komunikasi merupakan
suatu hubungan dimana terdapat tukar menukar pendapat atau informasi diantara
pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu
hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Arifin Anwar (1999:17), komunikasi adalah proses individu
mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah
laku orang lain..
JB. Wahyudi (1999:15), memberikan definisi komunikasi yang lebih
bersifat universal yang menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dengan
mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Menurut Delozier, komunikasi melibatkan berbagai tanda-tanda informasi
baik yang berbentuk verbal, nonverbal dan paralinguistik. Tanda-tanda nonverbal
meliputi ekspresi fasial, gerak anggota tubuh, pakaian, warna, musik, rasa, ruang
dan waktu, sentuhan serta bau. Sedangkan tanda paralingustik adalah
tanda-tanda yang terdapat diantara komunikasi verbal dan nonverbal yang meliputi
kualitas suara seperti kecepatan berbicara, tekanan suara dan vokalisasi yang
digunakan untuk menunjukkan makna dan emosi tertentu (dalam Jahi,1993:3).
Definisi-definisi komunikasi di atas tentunya belum mewakili semua
definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar. Namun, sedikit
dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja serta tidak terbatas
pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni
dan teknologi (Cangara,1998:19).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan / informasi. Di dalam
proses komunikasi terdapat tiga unsur yang sangat penting, yaitu komunikator,
pesan dan komunikan. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer, yaitu : proses penyampaian pikiran oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang
(symbol) sebagai media atau saluran.
2. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu : proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Komunikator dalam hal ini menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang
relatif jauh dan berjumlah banyak (Effendy,1993:33).
b. Ciri Komunikasi
Komunikasi memiliki sifat atau ciri. Adapun sifat atau ciri dari
komunikasi, antara lain :
1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication)
b) Komunikasi Tulisan / Cetak (Written/Printed Communication)
2. Komunikasi Niverbal (Nonverbal Communication)
a) Komunikasi Kial / Isyarat Badaniah (Gestured Communication)
b) Komunikasi Gambar (Pictorial Communication)
3. Komunikasi Tatap Muka ( Face to Face Communication)
4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication) (Effendy,1993:33)
c. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Suatu pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan
agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan bahkan mampu mengubah
orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi tidak begitu saja
diterima oleh komunikan, tetapi akan mengalami proses pengolahan terlebih
dahulu sebelum akhirnya diterima dan menghasilkan efek sesuai dengan
keinginan komunikator. Adapun tujuan komunikasi menurut Onong U. Effendy
(1993:55), adalah :
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah pendapat atau opini (to change the opinion)
3. Mengubah prilaku (to change the behaviour)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Fungsi komunikasi dipandang dari arti yang luas, tidak hanya diartikan
sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan
kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari
1. Menyampaikan informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
d. Tatanan Komunikasi
Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi yang ditinjau dari jumlah
komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang atau sejumlah orang yang
bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu,
maka komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication), yaitu : komunikasi diri
sendiri, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan.
Komunikasi Pribadi ini terbagi atas:
a). Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
b). Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
2. Komunikasi Kelompok (Group Communcation), yaitu: komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang.
Komunkasi ini terdiri dari :
a). Komunkasi kelompok kecil (small group communication)
Ceramah (lecture)
Symposium
Forum
Seminar
Lain-lain
b). Komunikasi kelompok besar (large group communication / Public
Speaking).
3. Komunikasi Massa (Mass Communication), yaitu: komunikasi yang
berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan
oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan
kegiatan yang sebenarnya).
Komunikasi Massa ini terdiri dari :
a). Komunikasi media massa cetak (printed mass media communication)
Surat Kabar (daily)
Majalah (magazine)
b). Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media
communication)
Radio
Televisi
Film
Lain-lain
4. Komunikasi Medio (Medio Communication), yang terdiri dari:
a). Surat
c). Pamflet
d). Poster
e). Lain-lain (Effendy,1999).
B. KOMUNIKASI ORGANISASI
a. Pengertian Komunikasi Organisasi
Ilmu komunikasi mempunyai peranan penting dalam pengembangan
ilmu-ilmu lain. Penggunaan ilmu-ilmu komunikasi secara tepat akan memberi manfaat yang
besar dalam kelangsungan ilmu lainnya.
Komunikasi organisasi merupakan salah satu bidang komunikasi, dapat
berperan dalam menyediakan informasi komunikasi yang efektif bagi manajemen
dalam rangka pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah ataupun
peluang-peluang yang berkaitan dengan organisasi, untuk meningkatkan kinerja
organisasi itu sendiri.
Dalam kehidupan modern, sebagian besar dari kita paling tidak pernah
menjadi anggota sebuah organisasi. Ukurannya mungkin kecil, sederhana ataupun
besar. Ada organisasi yang berorientasikan semata-mata tanpa mementingkan
keuntungan dan ada juga yang mementingkan keuntungan. Wujud organisasi
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi sektor pemerintah dan organisasi
sektor swasta.
Louis E Boone (1997) mengatakan tentang komunikasi dan komunikasi
organisasi yaitu: (1) komunikasi adalah aktivitas yang berlaku dalam proses
dengan pihak lain yang menerima semua tindakan dan ujaran. (2) komunikasi
organisasi adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan
orang untuk memenuhi keperluan organisasi baik pada tingkat internal atau
eksternal dan lingkungannya yang kompleks.
Katz dan Khan (dalam Gohdhaber, 1983:17), berpendapat bahwa
komunikasi organisasi sebagai sebuah pengaturan informasi, petukaran informasi
dan penyampaian maksud dalam lingkungan organisasi. Jadi penyampaian pesan
atau maksud dari komunikator kepada komunikan tidak hanya vital dalam
perumusan dan pencapaian tujuan organisasi tetapi juga merupakan sarana yang
penting untuk melaksanakan kegiatan organisasional.
Komunikasi organisasi terdiri atas komunikasi di luar perusahaan dan
komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi di luar perusahaan adalah komunikasi
antara perusahaan dengan pelanggan, pemegang saham, pemasok, mitra kerja,
pemimpin dan komunitas lokal. Sedangkan komunikasi dalam perusahaan adalah
komunikasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas antara pimpinan dengan
pegawainya. Kedua hal ini merupakan hal yang penting dan harus ditingkatkan.
Dalam suatu organisasi komunikasi tersebut dapat terjadi antara pimpinan
dengan pegawai atau antara sesama pegawai dan antara organisasi yang satu
dengan organisasi yang lainnya.
Proses komunikasi antara pimpinan dengan pegawai atau komunikasi
sesama pegawai berfungsi untuk memberikan informasi atau mentransfer pesan
makna. Melalui transfer informasi atau pesan-pesan tersebut terjadi proses
‘encode’ dari berbagai sudut pandangnya (perseptif), berasal dari kerangka
pengalamannya (field of experiences) dan kerangka referensinya (frame of
references).
Untuk dapat mengubah sesuatu, maka harus disampaikan pesan yang
berupa gagasan-gagasan, ide-ide maupun perintah-perintah agar dapat diterima
dan disetujui. Adapun pesan yang biasa digunakan dalam suatu perusahaan ,
biasanya berupa peraturan-peraturan yang dibuat oleh pimpinan untuk lebih
mengikat para pegawai. Selain itu, pimpinan juga biasanya membuat
kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk lebih dapat mengatur para pegawainya dalam
melaksanakan setiap pekerjaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan
baik.
Berhasil atau tidaknya suatu pesan yang disampaikan akan bergantung
pada pengemasan pesan, kemampuan komunikator menyampaikan pesan serta
kemampuan dalam memilih komunikasi apa yang efektif. Dengan demikian orang
lain akan menerima pesan tersebut dan bahkan mampu mengubah orang tersebut.
Pengemasan pesan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu
komunikasi. Pesan yang dikemas sedemikian rupa tentu akan lebih mudah diserap
dan dimengerti sehingga tujuan komunikasi tepat mengenai sasaran.
Menurut Wilbur Schramm (Effendy,1992:37), agar proses penyampaian
pesan dapat berjalan secara efektif, maka komunikator harus memperhatikan
kondisi-kondisi (the condition of success in communication), berikut ini :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang yang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikannya sehingga sama-sama
mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang
layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan
efektifitas dalam proses komunikasi adalah sangat penting, karena daripadanya
terletak efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif
adalah komunikasi yang dipersiapkan. Persiapan dalam arti membuat perencanaan
dan strategi itu, adalah tugas dan fungsi komunikator.
Komunikasi yang efektif dalam sebuah organisasi dapat dicapai bila
derajat antara komunikator dan komunikan sama dalam setiap situasi. Dan untuk
melaksanakan komunikasi yang efektif menurut Drs. Onong U.Effendy
(1981:39-42), terdapat dua faktor penting yang harus diperhatikan oleh komunikator yaitu:
a. Kepercayaan terhadap komunikator (source credibility), yang ditentukan oleh
keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa
kapercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap,
sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang
lebih cenderung komunikan untuk merubah kepercayaannya kearah yang
dikehendaki oleh komunikator.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang
sifat-sifat komunikator. Karena itu kredibilitas tidak melekat pada diri seseorang,
artinya seorang pimpinan bisa jadi memiliki kredibilitas di mata keluarganya,
namun tidak di kalangan teman-temannya (Rakhmat,2000:257).
b. Daya Tarik Komunikator (source attractivness), seorang komunikator akan
mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui
mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut
serta dengan mereka maka akan tercipta suatu opini publik yang
menyenangkan.
Menurut Cangara (1998:98), daya tarik seorang komunikator terletak
pada empat hal, yaitu :
1. Similarity, kesamaan demografik seperti bahasa, suku, agama, ideologi dan
lain-lain.
2. Familiarity, komunikator dikenal baik.
3. Liking, komunikator disukai atau didolakan oleh khalayak.
4. Physic, bentuk dan tampilan fisiknya sempurna.
Dengan demikian, setiap orang yang hendak memahami suatu organisasi,
sebaiknya memahami dahulu begaimana kondisi dan proses komunikasi
berlangsung dalam organisasi tersebut. Sebab organisasi tidak hanya sekedar alat
juga memiliki peranan lebih luas, antara lain sebagai penyedia lingkungan hidup,
sebagai tempat bagi kehidupan sosia
b. Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
Pola komunikasi harus memberikan kemungkinan komunikasi dalam
empat arah yang berbeda-beda yaitu ke atas, ke bawah, horizontal dan diagonal.
1. Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah mengalir dari orang pada jenjang hirarki yang lebih
tinggi ke yang lebih rendah. Bentuk yang paling umum adalah: instruksi, memo
resmi, pernyataan tentang kebijaksanaan perusahaan, prosedur, pedoman kerja dan
pengumuman perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi ke bawah sering
kali tetap dan kurang teliti. Ini terlihat dari pernyataan yang sering terdengar
diantara para anggota bahwa mereka tidak mengetahui informasi yang telah
disampaikan.
Katz dan Khan (dalam Reksohadiprojo & Hani, 1991:18) mengemukakan
bahwa aliran komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok yaitu:
a. Untuk memberikan pengarahan-pengarahan atau intruksi kerja tertentu.
b. Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan itu harus
dilaksanakan.
c. Untuk memberikan informasi prosedur organisasi.
d. Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para
pegawai/bawahan.
e. Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu
2. Komunikasi Ke Atas (Upward Communication)
Organisasi yang efektif memerlukan komunikasi keatas yang sama banyaknya
dengan kebutuhan akan komunikasi ke bawah. Dalam situasi ini komunikator
berada dalam jenjang yang lebih rendah dari organisasi daripada si penerima.
Arus komunikasi ke atas yang sering dilakukan adalah pengadaan kotak saran,
pertemuan kelompok dan sebagainya.
3. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Hal yang seringkali dilupakan oleh banyak organisasi adalah arus
komunikasi horizontal. Komunikasi ini terjadi terhadap sesama anggota dalam
kelompok kerja yang sama dan diantara departemen pada tingkatan organisasi
yang sama. Komunikasi horizontal sangat perlu untuk mengadakan koordinasi
dari bermacam-macam fungsi keorganisasian, misalnya antara produksi dan
penjualan dalam organisasi bisnis.
4. Komunikasi Diagonal (Diagonal Communcation)
Meskipun arus komunikasi ini paling sedikit digunakan tetapi pada dasarnya
komunikasi ini dapat juga dikatakan penting apabila para anggota tidak dapat
berkomunikasi secara efektif melalui cara yang lain. Komunikasi ini bila berlaku
secara informal tidak akan menimbulkan masalah tetapi apabila timbul rasa
ketidakpuasan bawahan akan informasi yang disampaikan oleh pimpinan akan
c. Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Ketidakefektifan komunikasi dalam suatu organisasi dapat disebabkan
oleh berbagai macam hambatan manusiawi dan teknis. Bentuk-bentuk hambatan
itu menurut Soekanto dan Handoko (1991:185) dapat diklasifikasikan kedalam
empat kategori yaitu: diri pribadi, antar pribadi, organisasional dan teknologi.
1. Faktor Hambatan Dalam Diri Pribadi
a. Persepsi Selektif
Persepsi selektif adalah suatu proses menyeluruh dimana seseorang dapat
menyeleksi, mengorganisasikan dan mengartikan segala sesuatu yang terjadi
dalam lingkungannya. Dalam hal ini individu menpunyai kecenderungan untuk
melihat dan mendengar hanya terbatas pada apa yang diiinginkannya.
b. Perbedaan Individual Dalam Ketrampilan Komunikasi
Disamping perbedaan persepsi, individu juga memiliki perbedaan dalam
hal kemampuan untuk mengembangkan dan menerapkan ketrampilan komunikasi.
Ada individu yang merupakan pembicara yang baik tetapi menjadi pendengar
yang jelek. Ada yang tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara verbal (lisan)
tetapi mampu menulis berita-berita dengan sangat jelas dan ringkas.
2. Faktor Hambatan Antar Pribadi
a. Iklim (suasana)
Iklim akan mempengaruhi proses komunikasi. Pada saat pimpinan dan
bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang muncul akan membatasi atau
mendukung dapat dengan mudah menjadi sebuah penolakan bagi aliran
komunikasi yang dilakukan. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpercayaan dari
komunikan terhadap komunikator.
b. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikator sangat dipengaruhi
oleh pandangan dan reaksi komunikan terhadap gagasan dan tindakan
komunikator. Ketidakpercayaan dapat menyebabkan salah satu pihak bersikap
defensif sehingga dapat mengurangi kemungkinan untuk melakukan komunikasi
yang efektif.
c. Kredibilitas
Kredibilitas berhubungan erat dengan kepercayaan. Kredibilitas itu sendiri
menyangkut unsur: kejujuran, keahlian atau kemampuan, dinamisme atau
antusiasme dan keterbukaan atau objektivitas. Para pegawai akan lebih
mempercayai informasi yang berasal dari sumber yang menurut mereka paling
jujur, adil dan objektif.
d. Kesamaan Komunikator dan Komunikan
Adanya kesamaan seperti umur, jenis kelamin, ras atau suku bangsa, sikap,
minat dan kemampuan seseorang akan dapat meningkatkan efektifitas komunikasi
antara komunikator dan komunikan.
3. Faktor Hambatan Organisasional
a. Status
Status seseorang dalam organisasi bergantung pada posisi yang sedang ia
- Orang yang memiliki status lebih tinggi biasanya lebih senang melakukan
komunikasi dengan mereka yang sama derajatnya daripada dengan mereka
yang berstatus lebih rendah .
- Semakin lebar perbedaan status, semakin besar kecenderungan bahwa
informasi akan mengalir dari individu yang berstatus lebih tinggi ke individu
yang berstatus lebih rendah dan ini tidak berlaku sebaliknya.
- Individu yang berstatus lebih tinggi pada umumnya lebih mendominasi
pembicaraan dibandingkan dengan individu yang berstatus lebih rendah.
b. Transmisi Hirarki
Perbedaan hirarki merupakan aspek pokok pengembangan sebuah
organisasi. Hirarki dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian
kegiatan-kegiatan melalui informasi yang disalurkan secara sistematik keseluruh bagian
organisasi. Namun kesulitan komunikasi juga akan timbul, jika semakin banyak
tingkatan yang harus dilalui pesan atau informasi maka semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk sampai ketempat tujuan sehingga ketepatan berita akan semakin
kecil pula.
4. Faktor Hambatan Teknologis
Salah satu hambatan yang terbesar terhadap akurasi komunikasi adalah
anggapan bahwa setiap kata yang sama akan mengandung pengertian yang sama
pula. Latar belakang seseorang, kepentingan dan pendidikan sesorang akan
menentukan pengertiannya terhadap pesan yang diterima. Sebagai contoh perintah
atasan untuk mengerjakan tugas ‘secepat mungkin’ dapat mengandung arti satu
2.2.Komunikasi Antar Pribadi
1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi.
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua
orrang atau lebih, dapat berlangsung secara tatap muka (face to face) maupun
dengan menggunakan media seperti telepon, telegram, surat dan sebagainya.
Dean C. Barluns menggemukakan bahwa komunikasi antar pribadi
biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau
mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. (Liliweri,
1991:48)
William G. Glueck dalam bukunya manajemen mengatakan bahwa
komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan
pengertian antar dua orang atau lebih dalam suatu kelompok kecil. (Widjaya,
1986:8)
De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mengandung
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Keterbukaan (openess)
2. Empati (emphaty)
3. Dukungan (support)
4. Rasa positif (positiveness)
Ad 1. Keterbukaan (openess)
Segala ide, gagasan maupun permasalahan hendaknya diungkapkan secara
bebas dan terbuka, karenanya antara komunikator dan komunikan harus
saling mengerti dan memahami.
Ad 2. Empati (emphaty)
Pesan-pesan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian
oleh kedua belah pihak tanpa berpura-pura.
Ad 3. Dukungan (supportiveness)
Ide maupun gagasan yang dikomunikasikan hendaknya mendapat
dukungan dari kedua belah pihak, dengan adanya dukungan tersebut akan
menimbulkan semangat dalam melaksanakan aktivitas untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Ad 4. Rasa Positif (positiveness)
Rasa positif yang timbul di dalam berkomunikasi dapat menghindarkan
pihak-pihak yang berkomunikasi untuk berprasangka atau curiga antara
satu dengan yang lain.
Ad 5. Kesamaan (equality)
Komunikasi yang berlangsung akan terasa terjalin lebih akrab dan kuat
apabila terdapat berbagai kesamaan diantara pihak-pihak yang
berkomunikasi.
Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang
sebagai organ pelaksana dalam penyampaian pesan. Karenanya agar pesan yang
digunakan teknik persuasif. Teknik persuasif yang dimaksud adalah kegiatan
dalam upaya membujuk komunikan untuk melakukan atau berbuat sesuai dengan
maksud dan tujuan komunikator.
Untuk itulah seorang komunikator dalam melakukan komunikasi antar
pribadi hendaknya mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap,
pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik agar pihak
komunikan merasakan bahwa komunikator itu sendiri ikut serta dengannya.
Adanya rasa kesamaan tersebut akan dapat menimbulkan sikap simpati
komunikan terhadap komunikator yang pada akhirnya komunikan akan bersedia
untuk mengikuti pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.
2. Proses Dan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi A. Proses Komunikasi Antar Pribadi
Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau
peristiwa yang sedang berlangsung dalam mencapai suatu hasil tertentu. Proses
komunikasi itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan
mulai disampaikan sampai terjadinya tindakan sebagai pengaruh dari pesan itu.
Komponen komunikasi tersebut di atas harus saling berhubungan dan
tidak dapat dipisahkan. Jika suatu komponen diabaikan maka kegiatan proses
komunikasi tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam proses komunikasi antar pribadi memerlukan lambang-lambang
sebagai media. Lambang sebagai media yang terdapat dalam komunikasi antar
1. Lambang Verbal, yaitu penggunaaan bahasa sebagai media. Bahasa
merupakan lambang yang dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan objektif
disamping juga dapat mewakili hal-hal yang bersifat abstrak.
2. Lambang Non Verbal, dimana proses komunikasi yang berlangsung dengan
gejala yang menyangkut gerak-gerik (gesture), sikap (postures), ekspresi
(facial expression) dan gejala lain yang sama.
B. Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi
Efektifitas komunikasi antar pribadi dalam hal ini adalah apabila tercapai
tujuan dalam rangka mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku.
Mc Grosky, Larson dan Knap dalam bukunya”An Introduction to
Interpesonal Communication” mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat
dicapai dengan mengusahakan ketepatan yang paling tinggi derajatnya antara
komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi. (effendy, 1981:37)
Steward L. Tubs dan Sylvia Moss mengemukakan bahwa komunikasi
yang efektif setidaknya akan menimbulkan lima hal yaitu: pengertian,
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makna baik dan tindakan.
(Rakhmat, 1986:38)
Pengertian, diartikan sebagai penerimaan yang cermat dari pesan-pesan
yang disampaikan oleh komunikator.
Kesenangan, komunikasi yang dilakukan bukan hanya menyampaikan
informasi, melainkan untuk menjalin hubungan yang lebih akrab dan
Pengaruh pada sikap, bagaimana agar pesan yang disampaikan dapat
mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku sesesorang.
Hubungan yang semakin baik, Komunikasi ditujukan untuk dapat
membina hubungan sosial diantara para komunikannya.
Tindakan, merupakan tujuan yang diinginkan dari proses komunikasi.
Chester I Barnard mengatakan jika ditinjau dari unsur komunikasi maka
seseorang akan menerima pesan jika terjadi empat kondisi berikut:
1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
2. Pada saat ia mengambil keputusan ia sadar bahwa keputusanya bersangkutan
bagi kepentingan pribadinya.
3. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai
dengan tujannya.
4. Ia mampu untuk menempati baik secara mental maupun secara fisik. (Rahmat,
1986:38)
2.3.Efektifitas Kerja
Efek secara umum berarti dampak atau akibat. Efektifitas terdiri atas
gabungan dua kata yaitu efek dan aktifitas. Pengertian efek telah diuraikan di atas,
sedangkan aktifitas berarti tindakan (aksi) atau kegiatan yang dilakukan secara
rutin pada waktu tertentu. Jadi arti sederhana dari efektifitas adalah dampak atau
akibat dari tindakan yang dilakukan secara rutin pada waktu tertentu.
Efektifitas berasal dari bahasa Inggris “effective”, yang berarti hasil,
diartikan sebagai pencapaian tugas yang menunjukkan tingkat keberhasilan tugas
dan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kerja adalah kegiatan kemanusiaan yang mengandung makna ekonomis
bagi kehidupan manusia. Definisi tersebut mengandung dua unsur kegiatan, yaitu
kegiatan sosial dan kegiatan ekonomis. Dikatakan kegiatan sosial karena kegiatan
tersebut dilakukan oleh jasa yang diberikan oleh manusia atau sekelompok
manusia terhadap orang lain. Jasa tersebut kemudian mendapatkan imbalan
(resiprocity), berupa materi (uang), sehingga disebut dengan kegiatan ekonomis
(Benggolo,1973:6).
Berbicara mengenai atau definisi efektifitas kerja, bukanlah hanya satu
masalah teknis semata, tetapi merupakan suatu masalah yang kompleks. Ada
banyak pengertian tentang efektifitas, yang mana menunjukkan betapa
kompleksnya sesungguhnya arti dari efektifitas kerja dalam suatu organisasi. Ada
ciri yang sama dari berbagai pengertian yang diberikan yaitu menyangkut
keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi.
Menurut Handayaningrat (2000:16), efektifitas adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan
manajemen yang efektif disertai dengan manajemen yang efisien.
Sondang P.Siagian mengetakan bahwa efektifitas adalah penyelesaian
pekerjaan tepat waktu yang telah ditentukan artinya pelaksanaan suatu pekerjaan
dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut,
bagaimana cara melaksanakan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu
Efektifitas menurut Sarwoto adalah pelayanan yang baik dan mutunya
benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam mencapai tujuan organisasi
(1991:126).
Dengan demikian efektifitas merupakan suatu keadaan keberhasilan kerja
baik dan sempurna, dalam arti sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Efektifitas
kerja dalam pencapaiannya tidak dapat dipisahkan dari efisiensi kerja.
Agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan
efektifitas kerja pegawai dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus
dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pegawainya , sehingga dapat
menumbuhkan semangat, disiplin dan tanggung jawab dari para pegawai.
Menurut Nitisemito (1982:160), semangat kerja adalah kesenangan yang
mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja
dan keadaan yang didapat atau dialaminya setelah atau selama bekerja.
Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar efektifitas kerja dari
pegawainya dapat ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan efektifitas yang lebih
tinggi lagi perlu ditimbulkan dan ditingkatkan semangat dan kegairahan kerja
pegawainya. Karenanya suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap pegawainya
memiliki moral kerja yang tinggi pula.
Displin kerja yaitu suatu sikap yang ditunjukkan oleh pegawai berupa
keputusan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan-aturan organisasi yang
berlaku. Setiap pegawai diharapkan mampu untuk mematuhi segala aturan yang
berlaku dalam perusahaan. Selain itu, para pegawai juga harus dapat
waktu ke kantor dan berusaha untuk menyelesaikan segala tugas dengan
sebaik-baiknya.
Selain itu, seorang pegawai juga harus mempunyai tanggung jawab yang
besar dalam melaksanakan segala tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa upaya peningkatan efektifitas kerja pegawai selain dengan pembinaan
technikal skill (pengembangan dan latihan) pegawai, juga perlu diadakan
pembinaan kesejahteraan sosial para pegawai dan keluarganya serta jaminan
keamanan selama bekerja maupun sesudahnya dan yang paling penting adalah
terjadinya komunikasi yang lancar antara pimpinan dengan pegawai.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya sangat diperlukan
guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap pegawai
sudah sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektifitas kerja mereka
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektifitas kerja
merupakan tahapan usaha bagi pendayagunaan tenaga kerja secara maksimal.
Sehingga dengan demikian pemanfaatan sumber daya manusia menjadikannya
lebih berpotensi dan lebih mendukung keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan.
Badan Infokom Provinsi Sumatera Utara sebagai sebuah perusahaan,
memberikan berbagai kebijaksanaan dan peraturan yang bertujuan agar para
pegawai dapat bekerja secara optimal. Dengan demikian, efektifitas kerja di
2.4.Teori Kemanusiaan (Humanistic Theory)
Teori ini dianggap para ahli muncul efektif sejak tahun 1930, dipelopori
oleh Elton Mayo (1933), Fritz J. Roethlisberger & William Dickson (1939) yang
semula mengadakan riset pada perusahaan listrik di Hawthorne sebagai reaksi
terhadap pendekatan klasik, yaitu menjelajahi prinsi-prinsip manajemen ilmiah
apakah keberlakuannya masih bisa dipertanggungjawabkan, dominan dan
konsisten antara teori dengan praktek.
Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan
komunikasi organisasi seperti : hubungan interpersonal (relasi sosial, kelompok
informal), norma-norma kelompok dan gaya kepemimpinan supervisor dalam
praktek kepenyeliaan (supervisory), perasaan karyawan terhadap kepuasan kerja
dan morale, yang juga memberi andil penting dalam mempengaruhi efektifitas,
efisiensi dan produktifitas karyawan, disamping juga pengaruh faktor-faktor lain
yang lebih dahulu dikenal.
Dengan kata lain, studi ini membuka dimensi pemahaman baru terhadap
hakekat organisasi. Yaitu perlunya memandang organisasi dan karyawan sebagai
suatu kelompok sosial atau sistem sosial yang berisikan baik struktur relasi formal
maupun informal, dimana antara dimensi sosial dan psikologis dengan dimensi
rasional formal dan emosional harus dipandang secara proporsional. Ganjaran
ekonomis material dan ganjaran sosial psikologis sama-sama signifikan
mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
Teori ini terkenal dengan nama ‘Hawthorne Effect’, dimana sikap, emosi
Implikasinya temuan ini bagi manajer adalah pentingnya manajer lebih
menekankan faktor sosial dan prilaku manusia sebagai yang lebih utama daripada
faktor lainnya. Artinya, produktifitas akan dicapai bila hubungan personal dan
sosialnya efektif (Pohan, 2005: 39).
Implikasinya bagi pengkajian dan perkembangan komunikasi organisasi
makin jelas, temuan Hawthorne dapat di interpretasikan bahwa kinerja
organisasional sangat tergantung pada pemahaman manajemen dan perhatiannya
terhadap kebutuhan dan ide-ide karyawan. Pada masa Human Relation inilah
dimulai gerakan dimana perhatian labih besar pada komunikasi dua arah (two way
flow of communication) antara karyawan dan manajemen lebih diintensifkan