• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Luar Biasa (SLB)-E Negeri Pembina Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan dan Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Luar Biasa (SLB)-E Negeri Pembina Medan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERPUSTAKAAN SEKOLAH

2.1 Pengertian Perpustakaan Sekolah

Menurut Reitz dalam Hasugian (2004:70) terminologi perpustakaan dalam bahasa inggris adalah library yang berasal dari kata liber yang berarti buku.Dari istilah itu terbentuklah istilah libraries yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Greek dan Romance istilah yang bersesuaian adalah bibliotheca. Dari istilah ini maka dalam bahasa Belanda perpustakaan disebut bibliotheek, dalam bahasa Jermandisebut bibliothek, bahasa Prancis bibliotheque, dan pada bahasa Spanyol bibliotheca, serta dalam bahasa Potugis juga disebut bibliotheca. Akan tetapi semua istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani dari kata biblia yang juga artinya adalah tentang buku, kitab.Termasuk istilah kitab suci bible, yang juga berasal dari kata biblia. Oleh karena itu, bible diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Alkitab.

Perpustakaan sekolah merupakan usaha pendidikan. Secara aktif dan

positifPerpustakaan Sekolah menyelenggarakan pendidikan yaitu membangkitkan

kegemaran dan minat baca, meningkatkan minat baca, membangkitkan minat

terhadap hal-hal baru melalui buku-buku referensi, indeks, bibliografi dan

lain-lainnya.Selanjutnya perpustakaan sekolah mendidik kerapian, ketertiban disiplin

dan tanggungjawab dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah

merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca para

siswa melalui buku-buku yang tersedia dan dapat menggunakan fasilitas dengan

baik.

Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang mengumpulkan,

menyimpan, memelihara dan mengelola pemanfaatan koleksi untuk para pemakai

perpustakaan.Koleksi perpustakaan terdiri dari bahan-bahan tercetak atau grafis

lainnya seperti film, slide, piringan hitam, tape, dalam ruangan atau gedung yang

diatur dan diorganisasikan dengan sistem tertentu agar dapat digunakan untuk

keperluan studi, penelitian, pembacaan dan lain-lain (Soedibyo, 1988:23).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan merupakan

suatu ruangan yang didalamnya terdapat banyak informasi yang dihimpun dan

(2)

Menurut Sulistyo Basuki (1993: 3), “Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”.

Sedangkan menurut Sutarno NS(2006:11)”Perpustakaan adalah suatu

ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung tersendiri, yang berisi

buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk

dicari dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca”.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah

sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan buku yang dapat

digunakan oleh para pengguna.

Reitz (2004: 70) mendefinisikan Perpustakaan Sekolah (school library), A library in a public or private elementary or secondary school that serves the information needs of its students and curriculum needs of its teachers and staff, usually managed by a school librarian or media specialist. A school library collection usually contains books, periodicals, and educational media suitable for the grade levels served.

Definisi diatas menyatakan bahwa Perpustakaan Sekolah adalah suatu

perpustakaan yang berada pada jenjang sekolah dasar sampai dengan sekolah

lanjutan baik milik pemerintah (negeri) maupun swasta yang melayani kebutuhan

informasi siswanya, kebutuhan kurikulum dari guru dan staf, biasanya dikelola

oleh pustakawan sekolah ataupun spesialis media.

Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dalam Sutarno NS (2006: 47), ”Perpustakaan

merupakan sarana penunjang proses balajar mengajar di sekolah”. Keberadaanya

sebagai salah satu komponen pendidikan merupakan suatu keharusan.

(3)

2.2Tujuan dan Fungsi

Menurut Yusuf (2005: 3) Tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak

terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara

keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada

peserta didik (siswa atau murid), serta mempersiapkan mereka untuk

mengikuti pendidikan menengah.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka tujuan perpustakaan sekolah

adalah sebagai berikut:

a. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para

siswa.

b. Membantu menulis kreatifbagi para siswa dengan bimbingan guru dan

pustakawan.

c. Menumbuh kembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

d. Menyediakan berbagai sumber informasi untuk kepentingan

pelaksanaan kurikulum.

e. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat

belajar bagi para siswa.

f. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar

para siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung

ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.

g. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui

kegitan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang

bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya.

Menurut Mastini Hardjoprakoso(1992: 10) fungsi Perpustakaan sekolah

sebagai perangkat perlengkapan pendidikan yang merupakan bagian yang terpadu

dalam sistem kurikulum mempunyai tugas:

a. Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar dan

mengajar;

b. Mewujudkan suatu wadah pengetahuan dengan administrasi dan

(4)

c. Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat guna untuk kegiatan

konsultasi bagi pengajar dan pelajar;

d. Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekreatif

yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat meningkatkan selera,

mengembangkan daya kreatif;

e. Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan

menarik sehingga pengajar dan pelajar tertarik dan dapat menjadi

terbiasa dalam menggunakan perpustakaan

Seperti yang dikemukakan oleh Yusuf(2005: 3) Perpustakaan Sekolah

mempunyai enam fungsi umum, yaitu:

1. Fungsi Edukatif

Secara keseluruhan segala fasilitas dan sarana yang ada pada

perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak

membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh

kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan,

sehingga di kemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk

mengembangkan dirinya lebih lanjut.

2. Fungsi Informatif

Berkaitan dengan mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan

yang bersifat “memberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan

kepentingan para siswa dan guru.

3. Fungsi Rekreasi

Dengan disediakannya koleksi yang bersifat ringan seperti surat kabar,

majalah umum, buku-buku fiksi, dan sebagainya, diharapkan dapat

menghibur pembacanya di saat yang memungkinkan.

4. Riset atau Penelitian

Koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu

dilakukannya kegiatan penelitian sederhana.

5. Fungsi Pelestarian

Perpustakaan merawat bahan pustaka, baik secara fisik maupun

(5)

(perlindungan, pengawetan) dan preservasi (pemeliharaan,

penjagaan).Pemeliharaan bahan pustaka tidak ditujukan pada bahan

pustaka yang sudah tua dan rusak saja, tetapi juga pada bahan pustaka

yang baru.

6. Fungsi Administrasi

Perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan

pemrosesan bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi

yang praktis, efektif, efisien dan akurat.

2.2.1 Pemanfaatan Perpustakaan

Kata pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna,

faedah. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (2002: 928) disebutkan

bahwa pemanfaatan memiliki makna “proses, cara atau perbuatan

memanfaatkan.”

Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa pemanfaatan perpustakaan

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh pengguna dengan menggunakan

berbagai layanan dan fasilitas yang ada di perpustakaan. Perpustakaan dikatakan

berhasil jika pemustaka dapat memanfaatkan perpustakaan dengan baik dan dari

pemanfaatan perpustakaan itu, pemustaka dapat memenuhi kebutuhan

informasinya.

Perpustakaan tampak bermanfaat apabila benar-benar mempelancar

pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah.Indikasi manfaat tersebut

tidak hanya berupa tingginya prestasi murid-murid, tetapi lebih jauh lagi antara

lain adalah murid-murid mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai

informasi, murid-murid terbiasa belajar mandiri, murid-murid telah terlatih kearah

tanggung jawab, murid-murid selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dan sebagainya secara terinci.

Bimbingan pemanfaatan perpustakaan merupakan salah satu bentuk

layanan perpustakaan yang sering dilakukan oleh berbagai jenis

(6)

perpustakaan agar dapat memanfaatkan semua bentuk sarana layanan

perpustakaan dengan mudah (Darmono, 2007: 199).

Bafadal (2008: 5) menjelaskan mengenai manfaat dari perpustakaan

sekolah adalah:

1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-muridterhadap

membaca.

2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar

murid-murid.

3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan balajar mandiriyang

akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri.

4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan

teknikmembaca.

5. Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan

kecepatanberbahasa.

6. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggungjawab

7. Perpustakaan sekolah dapat mempelancar murid-murid

dalammenyelesaikan tugas-tugas sekolah.

8. Perpustakaan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan

sumber-sumber pengajaran.

9. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru dan

anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa banyak manfaat yang didapat

dalam memanfaatkan perpustakaan sekolah. Tidak hanya untuk siswa, manfaat

perpustakaan juga didapat oleh guru dan staf sekolah untuk menemukan

sumber-sumber ajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3Pengelolaan

Pengelolaan perpustakaan merupakan penyelenggaraan tugas pustakawan

(7)

pengembangan, pemeliharaan dan pelayanan secara terus-menerus yang semuanya

diatur dan dikelola oleh perpustakaan (Soedibyo, 1988: 18).

Dahuri (2006: 46) lebih menjelaskan mengenai definisi dan pengertian pengelolaan dengan menggunakan beberapa pemahaman: 1) pengelolaan merupakan proses yang mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan dan suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara rasional; 2) Pengelolaan juga suatu proses kontinu dan dinamis yang mempersatukan/mengharmoniskan kepentingan antara berbagai stakeholders dan kepentingan ilmiah; 3) pengelolaan merupakan penyusunan dan pengimplementasian suatu rencana untuk memanfaatkan dan melindungi ekosistem suatu program kerja.

Pengelolaan merupakan bagian dalam menjalankan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian menjadi suatu rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dalam proses pendayagunaan segala sumber kegiatan secara efesien disertai penetapan cara pelaksanaannya oleh seluruh jajaran dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Sagala, 2006: 13).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan bukan hanya

melaksanakan suatu kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen seperti

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif

dan efisien.

Pada prinsipnya pengelolaan perpustakaan meliputi:

1) Koleksi

2) Pembinaan Koleksi

3) Pengadaan

4) Pengolahan

5) Pemeliharaan

2.4 Koleksi

Menurut Yusuf(2005: 9) yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan

sekolah adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik

berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan

proses belajar dan mengajar di sekolah yang bersangkutan. Secara

(8)

menunjang program kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, baik

program yang bersifat kurikuler maupun yang ekstra kurikuler.

Menurut buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literatur (1998: 2), ”Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

Sedangkan menurut Ade Kohar (2003 : 6), “Koleksi perpustakaan adalah

yang mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam

informasi”.

Secara fisik, jenis koleksi yang diperlukan untuk suatu perpustakaan

sekolah dapat dikelompokkan kedalam kategori buku dan bahan bukan buku.Yang

pertama meliputi segala jenis buku,yang terakhir meliputi segala jenis bahan yang

tidak termasuk ke dalam kategori buku. Rincian uraiannya sebagai berikut.

Menurut Yusuf(2005: 9) jenis-jenis koleksi terdiri dari:

1. Koleksi Buku

Buku disini bisa bermacam-macam jenisnya.Bisa buku yang bermateri

fiksi maupun buku yang bersifat nonfiksi.Baik yang pertama maupun yang kedua

masing-masing masih banyak variasi dan jenis dilihat dari segi isi maupun bentuk

penyajiannya. Misalnya yang termasuk buku-buku fiksi antara lain ada fiksi

umum, fiksi ilmiah, dan fiksi sastra. Sedangkan yang termasuk ke dalam

buku-buku nonfiksi antara lain meliputi buku-buku-buku-buku ilmiah, ilmiah populer, informasi

umum, dan informasi khusus, termasuk di dalamnya ada buku teks.

Untuk perpustakaan sekolah pembagian buku lebih baik disesuaikan

dengan jenis buku yang sudah dikenal selama ini, yakni buku-buku yang

berdasarkan jenis materi buku yang bersangkutan, buku nonfiksi, dan

buku-buku fiksi.

a. Buku-Buku Nonfiksi

1) Buku teks atau buku pelajaran

2) Buku teks pelengkap

3) Buku penunjang

(9)

Berikut diberikan beberapa contoh buku-buku yang tergolong kedalam

buku-buku atau koleksi referensi (Yusuf, 2007: 12).

a) Kamus

Kamus adalah daftar alfabetis kata-kata yang disertai dengan arti, lafal,

contoh penggunaannya dalam kalimat dan keterangan lain yang

berkaitan dengan kata tadi.

b) Ensiklopedia

Ensiklopedia sering disebut orang dengan namakamus besar ilmu

pengetahuan manusia. Ensiklopedia adalah daftar istilah-istilah ilmu

pengetahuan dengan tambahanketerangan ringkas tentang arti dari

istilah-istilah tadi.

c) Buku Tahunan

Buku tahunan adalah buku yang memuat peristiwa-peristiwa selama

setahun terakhir (yang sudah lewat).

d) Buku Pedoman, Buku Petunjuk

Dalam istilah sehari-hari sering disebut sebagai buku pintar, sebab

dengan membaca buku sejenis ini orang menjadi pintar dan bisa lebih

mengetahui akan sesuatu yang masih samar-samar sebelumnya, serta

dapat memperlancar kegiatan yang akan dijalankannya.

e) Direktori

Direktori sering disebut juga dengan buku alamat sebab di dalamnya

antara lain memuat alamat-alamat seseorang atau badan.

f) Almanak

Almanak adalah suatu publikasi tertentu yang memuat

bermacam-macam keterangan antara lain data statistik, ramalan cuaca, dan

berbagai peristiwa penting lainnya di suatu saat dan tempat tertentu,

termasuk informasi bidang ilmu pengetahuan dalam jangka waktu

tertentu.

(10)

Bibliografi adalah daftar buku-buku yang ada di suatu tempat.Ia

disusun berdasarkan urutan abjad nama pengarang, judul, subjek, atau

keterangan lain tentang buku.

h) Indeks

Indeks adalah daftar istilah yang disusun berdasarkan urutan abjad atau

dengan susunan tertentu dan disertai dengan keterangan yang

menunjukkan tempat istilah tadi berbeda.

i) Abstrak

Abstrak adalah uraian yang dipadatkan dari suatu karangan atau artikel

yang biasanya bersifat ilmiah.

j) Atlas

Bentuknya seperti buku. Berisi kumpulan peta dan keterangan lain

yang ada hubungannya dengan peta tadi, misalnya peta hasil tambang,

peta politik, peta demografi, dan lain-lain.

k) Dokumen Pemerintah

Dokumen pemerintah atau sering disebut juga dengan penerbitan yang

dicetak atas biaya dan tanggungjawab pemerintah.

b. Buku-Buku Fiksi

Menurut Yusuf(2005: 18) yang termasuk ke dalam kelompok buku-buku

fiksi adalah buku-buku yang ditulis bukan berdasarkan fakta atau kenyataan. Ia

ditulis atas dasar kehendak dan hayalan pengarangnya saja. Imajinasi pengarang

dan juga termasuk kecenderungan perasaan pada saat menulis sering tertuang

dalam wujud tulisan pada buku yang ditulisnya. Buku-buku model fiksi ini

biasanya dalam bentuk cerita, baik pendek maupun lengkap. Nama lain untuk

buku-buku fiksi ini sering dikaitkan dengan novel, romans. Hanya yang terakhir

ini lebih mendekati kepada karya sastra dilihat dari bobot tulisannya.

Contoh buku-buku yang termasuk fiksi (Sumardji, P, 2010) yang banyak

beredar di pasaran antara lain adalah:

a) Kabut Sutra Ungu karangan Ike Supomo

(11)

c) Sejuta Surat Cinta karangan Freddi S

d) Malin Kundang

e) Sangkuriang Dayang Sumbi

f) Purba Sari Purbararang

g) Mundinglaya Dikusuma

Di perpustakaansekolah, buku-buku yang tergolong dalam karya fiksi ini

hendaknya mendapat proporsi yang seimbang dengan karya-karya lain yang

bukan nonfiksi.

c. Komik (Buku Cerita Bergambar)

Komik termasuk jenis koleksi, biasanya berupa buku yang banyak

digemari oleh anak-anak usia sekolah dasar.

1. Koleksi Bahan Bukan Buku

Yang dimaksud dengan bahan bukan buku adalah bahan atau koleksi yang

masih dalam bentuk cetakan namun bukan berupa buku. Jenis koleksi yang

termasuk ke dalam kategori ini banyak macamnya, antara lain adalah berkala,

gambar, globe, map, surat kabar, dan majalah. Karya-karya selipat seperti brosur,

pamphlet atau selebaran juga termasuk ke dalam jenis bahan bukan buku

(Sumarji, P, 2010).

a. Terbitan Berkala (Majalah dan Surat Kabar)

Terbitan berkala atau publikasi berkala biasanya memuat beberapa artikel

atau tulisan dari beberapa pengarang serta berbagai berita dan keterangan

lain yang dianggap penting, dengan kala terbit secara teratur dan dalam

jangka waktu yang tidak ditentukan kapan terbit terakhirnya.

b. Pamflet

Pamflet merupakan bahan cetakan yang terdiri dari beberapa lembar,

namun tidak dijilid, dan berisi tentang berbagai masalah yang masih

hangat dan mutakhir.

c. Brosur

Brosur bisa juga disebut dengan sebaran (atau ada yang mengatakan

selebaran).

(12)

Guntingan surat kabar disebut juga dengan kliping.

e. Gambar atau Lukisan

Gambar atau lukisan adalah bentuk karya seni seseorang yang perlu

dihargai keberadaannya.

f. Globe

Globe dikenal pula dengan bola dunia.

g. Koleksi Bahan Bukan Buku Lainnya

Surat-surat berharga, piagam penghargaan, pandel kenang-kenangan,

plakat, piala, dan sebagainya, biasa juga disimpan di perpustakaan.

2.5Pembinaan atau PengembanganKoleksi

“Pembinaan koleksi adalah kegiatan kerja perpustakaan yang berupa tugas

menyediakan sumber informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada

pemakai, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya” (Soetimah, 1993: 66).

Menurut Sulistyo-Basuki(1991: 427) “pengertian pengembangan koleksi

lebih ditekankan pada pemilihan buku. Pemilihan buku artinya memilih buku

untuk perpustakaan”. Pemilihan buku berarti juga proses menolak buku-buku

tertentu untuk perpustakaan.

Adapun syarat pembinaan koleksi menurut Soetimah (1993: 66) adalah :

1) Minat dan kebutuhan pemakai perpustakaan.

2) Dana dan sarana.

3) Prosedur dan tata kerja.

4) Laporan.

MenurutHerlina (2009) prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan agar

pembinaan dan pengembangan koleksi dapat di laksanakan dengan efisien dan

efektif adalah:

1. Prinsip Relevansi

Pembinaan koleksi seyogyanya relevan dengan tujuan perpustakaan. Karena

setiap jenis perpustakaan mempunyai tujuan tersendiri yang berbeda satu

sama lain, maka pembinaan koleksinya pun berbeda-beda.

(13)

Pembinaan koleksi hendaknya berorientasi pada minat dan kebutuhan pemakai

secara secara individual atau pribadi agar dapat membantu perkembangannya.

3. Prinsip Kelengkapan

Koleksi perpustakaan diusahakan agar lengkap dan setiap jenis pustaka

mendapat perhatian yang seimbang agar perawatan dan pemanfaatannya

merata.

4. Prinsip Kemutakhiran

Bahan pustaka yang dihimpun hendaknya dipilih yang mutakhir sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar pemakai dapat

memperoleh informasi yang selalu sesuai dengan perkembangan zaman.

5. Prinsip Kerja Sama

Hendaknya pembinaan koleksi adalah hasil dari kerjasama dari setiap pihak

yang berkepentingan, baik user-nya sendiri ataupun dari perpustakaan luar.

Pada umumnya kegiatan pembinaan koleksi meliputi:

1. Pengadaan bahan pustaka

2. Pengolahan bahan pustaka

3. Pemeliharaan/perawatan bahan pustaka.

2.5.1 Pengadaan

“Kegiatan pengadaan bahan pustaka adalah kegiatan mengadakan bahan

pustaka untuk dijadikan koleksi perpustakaan” (P. Sumarji 1993: 23). Sedangkan

menurut Eva Philips dalam bukunya membina perpustakaan (1992: 108)

“pengadaan adalah kegiatan pokok dari perpustakaan atau pusat dokumentasi

karena kegiatan ini mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam

koleksi”.

Menurut Sulistyo Basuki (2001: 17) pengadaan bahan pustaka merupakan konsep yang mengacu kepada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk memperoleh dokumen, yang digunakan untuk mengembangkan dan membina koleksi atau himpunan dokumen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta mencapai sasaran unit informasi.

Rangkaian kegiatan pengadaan bahan atau koleksi di perpustakaan sekolah

(14)

Dasar dari pengadaan koleksi untuk perpustakaan sekolah adalah dengan

memerhatikan kebutuhan-kebutuhan segenap anggota masyarakat sekolah yang

bersangkutan, terutama para murid dan guru.

Dalam pengadaan bahan pustaka biasanya perpustakan memiliki suatu

kebijakan. Menurut Eva Philips (1992: 109) kebijakan pengadaan dari suatu

organisasi tergantung pada beberapa hal yaitu :

a. Anggaran

b. Tujuan dan perioritas dari organisasi

c. Jenis pemakai dan kebutuhannya

d. Hubungan dengan perpustakaan atau pusat informasi lain

e. Kekhususan

f. Staf perpustakaan

g. Bahasa

Pengadaan bahan pustaka biasanya diperoleh dengan cara pembelian,

hadiah, sumbangan, tukar menukar dan titipan.

1) Pembelian

Pembelian langsung atau pemesanan kepada penerbit, toko buku, atau

agen, baik pemesanan secara tetap (standing order) atau sesuai kebutuhan.

Adapun alat bantu dalam pemilihan bahan pustaka adalah:

a. Katalog penerbit baik dalam maupun luar negeri

b. Bibliografi nasional dan internasional

c. Bibliografi khusus berbagai bidang ilmu

d. Daftar tambahan koleksi perpustakaan

e. Timbangan buku dan iklan

Setelah buku dipilih maka selanjutnya adalah melakukan pemesanan buku.

Menurut Yuyu Yulia (1993: 43) pemesanan buku dapat dilakukan melalui

berbagai saluran yang ada yaitu :

a. Toko Buku

Pembelian secara langsung ketoko buku banyak dilakukan oleh

perpustakaan yang memiliki dana relatifkecil hingga pembelian juga

(15)

b. Penerbit

Pemesanan bahan pustaka dapat dilakukan melalui penerbit baik dalam

maupun luar negeri.

Adapun cara pemesanannya adalah :

1. Tentukan penerbit yang dapat melayani pemesanan buku

perpustakaan

2. Buatlah daftar pemesanan buku yang dikelompokkan menurut

penerbitnya

3. Kirimkan daftar pemesanan kepada penerbit yang dituju untuk

diperiksa ketersediaan buku-buku tersebut dan harga satuannya

4. Setelah invoice diterima periksa dana yang tersedia

5. Pembayaran dapat dilakukan langsung ataupun melalui

bank/rekening

c. Agen Buku

2) Tukar-Menukar

Biasanya dilakukan dengan perpustakaan atau lembaga lain. Untuk

melakukan cara ini perpustakaan harus mempunyai bahan pustaka yang dapat

dipertukarkan, seperti terbitan perpustakaan, atau diambil dari koleksi yang

jumlah kopinya berlebih.

Tujuan diadakannya tukar-menukar yaitu :

a) Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko

buku atau tidak tersedia karena alasan lain.

b) Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang

buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.

c) Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan

khususnya pada tingkat internasional.

3) Hadiah dari siswa yang sudah tamat, dari penerbit, atau lembaga lain

Penambahan melalui cara ini lebih ekonomis, tetapi sering tidak sesuai dengan

kebutuhan dan bahkan kadang-kadang sudah kadaluarsa. Oleh karena itu,

(16)

tidur, antara lain dengan cara memberikan daftar judul bahan pustaka

diperlukan kepada para calon pemberi hadiah.

4) Titipan

Perpustakaan kadang-kadang memperoleh titipan bahan pustaka dari

perorangan atau lembaga lain agar bisa dimanfaatkan oleh pemakai

perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan sekedar menjaga keberadaannya

tanpa memikul resiko.

5) Terbitan Sendiri

Perpustakaan hendaknya menghimpun semua bahan pustaka seperti majalah,

buku, brosur, laporan yang diterbitkan oleh perpustakaan atau sekolah.

6) Kerjasama

Kita bisa mendapatkan bahan pustaka dengan melakukan kerjasama, misalnya

dengan penerbit dan penulis dengan mendapatkan harga buku-buku yang

serendah-rendahnya dengan kualitas yang sama dengan buku yang bagus dan

mahal.

Tujuan Pengadaan Bahan Pustakaadalah :

Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai

dengan kebutuhan pengguna.Kesesuaian diharapkan dapat meningkatkan

pemanfaatan koleksi perpustakaan.Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu

seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, dan

anggaran yang tersedia.Dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi

perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat

tercapai.

Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah:

Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan

bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan

bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam

koleksi.Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan

(17)

Kebijakan pengadaan bahan pustaka berfungsi sebagai :

1. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah

2. Secara komunikasi untuk memberi tahu kepada para pemakai,

administrator, dewan Pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri

koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selanjutnya

3. Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana.

2.5.2 Pengolahan

“Pengolahan bahan pustaka dilakukan sejak bahan pustaka masuk

keperpustakaan sampai siap untuk dimanfaatkan atau dipinjam oleh pengguna

perpustakaan” (Rachmat, 2000: 19).

Menurut P. Sumardji (1993 : 25) “kegiatan pengolahan bahan pustaka

adalah kegiatan mempersiapkan bahan yang telah diperoleh agar dengan mudah

dapat diatur ditempat-tempat atau rak-rak penyimpanan sehingga mudah untuk

dilayankan kepada pengguna”. Adapun hal-hal yang termasuk dalam pengolahan

yaitu:

1) Inventarisasi

Inventarisasi adalah kegiatan memeriksa, memberi stempel, dan mencatat/mendaftar semua koleksi perpustakaan dalam buku induk dan diberi nomor induk, setiap satu eksemplar satu nomor. Setiap jenis koleksi dicatat dalam buku induk tersendiri seperti buku induk untuk mencatat koleksi buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain (Rachmat, 2000: 20).

Menurut Soetimah(1992: 81) inventarisasi adalah kegiatan mencatat setiap

eksemplar buku dan mencatat dalam buku yang bersangkutan.

Jenis inventarisasi yaitu:

A. Inventarisasi Buku Induk untuk Buku

Buku induk untuk buku mempunyai fungsi yaitu:

a) Sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan

b) Mengetahui jumlah koleksi perpustakaan dengan cepat

c) Mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan pada

saat/tahun tertentu

(18)

e) Mengetahui jumlah koleksi buku menurut jenis, bahasa,

pembelian, hadiah, maupun berdasarkan tukar-menukar

Tata cara pencatatan buku induk yaitu terdiri dari:

1) Tanggal penerimaan

2) Pengarang

3) Judul

4) Asal perolehan

5) Penerbit

6) Tahun terbit

7) Nomor induk

8) Harga

9) Keterangan lain (bahasa, jumlah, dan lain-lain)

B. Inventarisasi buku induk untuk majalah

Majalah adalah terbitan yang direncanakan diterbitkan secara periodik selama kurun waktu yang cukup lama untuk subyek tertentu. Majalah biasanya diterbitkan lebih dari satu kali dalam setahun dengan dibubuhi volume dan nomor yang berurutan untuk setiap terbitan. Pencatatan majalah dalam buku induk berguna untuk memastikan nomor-nomor yang benar-benar datang; melihat riwayat majalah; dan untuk mengetahui nomor-nomor majalah sebelumnya yang kosong (Yulia, 1993: 155).

Adapun yang dilakukan dalam inventarisasi adalah :

a. Menyediakan buku khusus inventaris dan menentukan apa saja dari ciri bahan

pustaka yang hendak ditulis dalam inventaris.

b. Menentukan letak stempel kepemilikan agar ada keseragaman.

c. Menginventarisasi semua bahan pustaka sebagai bukti bahwa bahan pustaka

tersebut ada diperpustakaan yang bersangkutan.

d. Memberi stempel sesuai ketentuan

2) Katalogisasi

Menurut Yusuf(2007: 45) “katalog adalah daftar buku-buku dengan

segenap keterangan kelengkapannya (data bibliografinya) dari buku yang

(19)

Katalogisasi adalah kegiatan membuat entri dalam kartu atau daftar

mengenai buku dan bahan pustaka lainnya yang ada dalam koleksi perpustakaan

yang disusun menurut aturan tertentu.

Katalogisasi adalah proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah,Compact Disc(CD), film mikro dan sebagainya) milik suatu perpustakaan. Daftar ini berfungsi untuk mencatat koleksi yang dimiliki, membantu proses temu kembali, dan mengembangkan standar-standar bibliografi internasional (Lasa Hs, 2007:129).

Katalogisasi diawali dengan kegiatan pengatalogan deskriftif yaitu

menentukan tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan.Kegiatan ini berpedoman

pada peraturan katalogisasi Indonesia edisi 4 (Perpustakaan Nasional, 1994) yang

bersumber pada peraturan pengatalogan standar internasional yaitu “The Anglo

American Cataloguing Rules” (AACR). Kegitan dilanjutkan dengan pembuatan

kartu katalog yang kemudian digandakan sesuai kebutuhan (pengarang, judul,

subjek, dan jejakan lain) serta shelf dan dijajarkan pada laci-laci katalog.

Adapun fungsi umum dari katalog menurut (Pawit, 2007: 46) adalah:

1. Menunjukkan tempat suatu buku atau bahan lain dengan menggunakan

simbol-simbol angka klasifikasi dalam bentuk nomor panggil (call

number).

2. Mendaftar semua buku atau bahan lain dalam susunan alfabetis nama

pengarang, judul buku, atau subjek buku yang bersangkutan kedalam satu

tempat khusus di perpustakaan guna memudahkan pencarian entri-entri

yang diperlukan.

3. Memberikan kemudahan untuk mencari suatu buku atau bahan lain di

perpustakaan dengan hanya mengetahui salah satu dari daftar kelengkapan

buku yang bersangkutan.

Adapun tujuan katalogisasi menurut Sulistyo-Basuki(1991) adalah :

a. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang dapat diketahui

melalui pengarangnya, judul, atau subjeknya.

b. Menunjukkan buku yang dimiliki oleh perpustakaan.

(20)

Katalog perpustakaan adalah sarana temu balik oleh karena itu

perpustakaan haruslah memiliki katalog. Dalam hal ini katalog perpustakaan dapat

berbentuk kartu dan juga secara on-line atau dengan tersimpan di dalam

komputer.

Tata kerja pengatalogan menurut Depdikbud (1979: 16) terbagi 2 yaitu :

a. Kegiatan kerja profesional

1. Menetapkan katalog yang dipergunakan

2. Menetapkan macam katalog yang disajikan

3. Menetapkan macam dan tempat penempelan label

4. Menetapkan pedoman penyusunan koleksi di rak

b. Kegiatan kerja non profesional

1. Melaksanakan pengetikan katalog sesuai dengan sistem yang

ditetapkan

2. Melakukan penggandaan katalog sesuai dengan macam yang dipilih

3. Melaksanakan penempelan label sesuai dengan macam dan

tempatnya yang telah ditentukan

4. Melaksanakan penyusunan katalog sesuai dengan pedoman

5. Melakukan penyusunan di rak sesuai dengan pedoman

Contoh kartu katalog menurut Pawit(2007: 48) yaitu:

342

DAR DARMODIHARDJO, Djadji.

o Orientasi singkat Pancasila; dilengkapi

dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila (Ketetapan MPR No. 11/MPR/1978)/

oleh Dardji Darmodihardjo.-Malang: Universitas

Brawijaya, 1979.

(21)

Gambar 1. Contoh Kartu Katalog Entri Utama di bawah Pengarang

Keterangan gambar:

1) Nomor buku (call number);

2) Nama pengarang, dibalik;

3) Judul buku, ditulis lengkap;

4) Anak judul;

5) Nama pengarang, tidak dibalik;

6) Kota atau tempat terbit;

7) Penerbit;

8) Tahun terbit;

9) Jumlah halaman; dan

10) Ukuran atau tinggi buku.

3) Klasifikasi

Klasifikasi adalah kegiatan menganalisa isi bahan pustaka dan menetapkan kode menurut sistem tertentu yang tepat untuk sebuah buku, karangan dalam majalah dan lain-lain. Penetapan nomor klasifikasi bahan pustaka menggunakan sarana bantu “Terjemahan Ringkasan Desimal dan Indeks Relatif: disesuaikan dengan DDC 20” (Perpustakaan Nasional, 1983). Sedangkan menurut P. Sumardji(2010) adalah “kegiatan pengelompokan

bahan pustaka sesuai dengan macam dan bidang ilmu masing-masing”.

Menurut Pawit(2007: 40) “klasifikasi adalah penggolongan atau

pengelompokan buku berdasarkan subjek atau isi buku yang bersangkutan”.

Tujuan klasifikasi menurut Sulistyo-Basuki (1991) adalah:

1. Membantu pemakai mengidentifikasi dan melokalisasi sebuah dokumen

berdasarkan nomor panggil

2. Mengelompokkan semua dokumen sejenis menjadi satu

Ada beberapa sistem klasifikasi untuk menentukan notasi bahan pustaka

yakni:

a. DDC (Dewey Decimal Clasification)

b. UDC (Universal Decimal Clasification)

(22)

Mekanisme skema klasifikasi tersebut di atas perlu dipahami untuk

menjamin kelancaran klasifikasi.

Contoh kelas utama Dewey Decimal Clasification (DDC) Pawit(2007: 41) yaitu:

000 Karya Umum

100 Filsafat dan Psikologi

200 Agama

300 Ilmu-Ilmu Sosial

400 Bahasa

500 Ilmu-Ilmu Murni

600 Ilmu-Ilmu Terapan

700 Kesenian dan Olahraga

800 Kesusastraan

900 Sejarah

4) Pelabelan

Menurut P. Sumardji (1992: 26) pelabelan adalah kegiatan membuat atau

menulis nomor penempatan (call number) setiap bahan pustaka pada label

tertentu, kemudian menempelkannya pada punggung masing-masing bahan

pustaka sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5) Penyelesaian

Penyelesaian adalah kegiatan pembuatan dan pemasangan kelengkapan

fisik bahan pustaka seperti kantong buku, kartu buku, lembar tanggal kembali, dan

label atau tanda buku (nomor panggil).

6) Pengaturan Koleksi

Penetapan koleksi perpustakaan sekolah diatur sedemikian rupa agar para

pengguna mudah mencari koleksi yang diperlukan.

a. Pengaturan Buku

Buku diatur menurut urutan subjek dan ditempatkan pada rak buku yang

tersedia. Buku yang berukuran lebih tinggi atau lebar (oversize books)

ditempatkan terpisah dari buku yang berukuran biasa.Selain itu, pengaturan

buku juga disesuaikan dengan kegunaan masing-masing buku tersebut,

(23)

b. Pengaturan Majalah

Majalah lepas disimpan dalam kotak dan ditempatkan pada rak berdasarkan

urutan abjad judul majalah. Majalah yang dianggap penting, setelah lengkap

terkumpul, kemudian dijilid.Penyusunan majalah yang sudah dijilid di dalam

rak juga berdasarkan abjad judul majalah atau nomor klasifikasi.

c. Pengaturan Surat Kabar

Surat kabar baru disusun pada alat penjepit surat kabar. Setelah terkumpul

lengkap selama satu minggu, surat kabar dikeluarkan dari alat penjepit untuk

menunggu pengolahan selanjutnya misalnya, menjadi koleksi guntingan surat

kabar atau untuk penyusunan indeks artikel surat kabar. Setelah jangka waktu

tertentu koleksi surat kabar dikeluarkan dari koleksi.

d. Pengaturan Bahan Bukan Buku

Koleksi bukan buku, misalnya peta, bahan audio visual, disket, Compact Disc

(CD), dan lain-lain ditempatkan pada tempat khusus sesuai dengan jenis

bahan tersebut. Ada yang ditempatkan dalam map khusus dan dijajarkan

dalam lemari arsip (filing cabinet) atau ditempatkan dalam kotak khusus yang

dibuat untuk menyimpan bahan-bahan tersebut. Untuk memudahkan

penelusuran, masing-masing map atau kotak diberi label yang memuat

deskripsi bibliografi pustaka yang bersangkutan.

2.5.3 Pemeliharaan

“Pemeliharaan koleksi merupakan kegiatan menjaga koleksi agar tetap

berada dalam kondisi yang selalu baik untuk siap digunakan pada pelayanan

pemakai baik dari segi kualitas dan kuantitasnya” (Depdikbud, 1979: 17).

Menurut Lindley R. Keith Mobley (2002) “pemeliharaan adalah

suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar

peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya”.

“Pemeliharaan koleksi perpustakaan merupakan kegiatan yang cukup

penting untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tidak cepat rusak atau bahkan

(24)

Menurut Rachmat(2000: 22) “tujuan pemeliharaan antara lain

memperpanjang usia koleksi.Kegiatan pemeliharaan koleksi meliputi reproduksi,

penjilidan, laminasi, dan penyiangan”.

a. Reproduksi dilakukan terhadap koleksi langka yang hendak dilestarikan.

Selain itu reproduksi juga dilakukan atas pustaka yang mudah rusak karena

jenis kertasnya, ataupun bentuknya.

Reproduksi dilakukan dengan cara:

1. Fotokopi

2. Membuat bentuk mikro

3. Membuat duplikasi dari pustaka bukan buku dan koleksi yang sering

digunakan.

b. Penjilidan

Penjilidan dilakukan terhadap:

1. Bahan pustaka yang rusak sampulnya

2. Bahan pustaka yang sampulnya terlalu tipis

3. Bahan pustaka yang terlepas jilidannya

4. Majalah yang nomornya sudah lepas

Penjilidan dapat dilakukan oleh perpustakaan sendiri atau oleh pihak luar.

Dalam kegiatan penjilidan, perpustakaan diharuskan melengkapi lembar

catatan penjilidan untuk buku, majalah, atau dokumen lain.

c. Laminasi

Pelestarian dengan cara laminasi yaitu memberi pelindung plastik pada

dokumen agar bahan pustaka tersebut tidak sobek atau hancur. Cara lain

untuk penanganan bahan pustaka pola laminasi dapat dilakukan dengan

pelapisan/penyemprotan bahan pustaka dengan kimia (coating). Laminasi

dilakukan untuk bahan pustaka yang sudah tua atau lapuk seperti manuskrip,

naskah dan dokumen kuno. Laminasi dapat dilakukan dengan cara manual

dan modern yakni dengan menggunakan mesin.

d. Penyiangan

Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka yang

(25)

baru.Pemilihan bahan pustaka yang dikeluarkan dari koleksi sebaiknya

dilakukan oleh petugas perpustakaan dan guru, kemudian diputuskan untuk

dipisahkan atau dipindahkan, dihibahkan atau

dimusnahkan.Keputusantersebutberdasarkanpertimbangankemutakhiran,

kesesuaian, dankondisifisikdokumen.

Pencegahan Faktor Perusak Koleksi

Ini berkaitan dengan kebersihan lingkungan sekitarnya. Ada banyak hal

yang dapat merusak koleksi salah satunya hama, maka dari itu untuk mencegah

itu semua sebaiknya dilakukan kegiatan-kegiatan seperti berikut :

a. Memberi kapur barus disela-sela rak untuk mencegah adanya hama

pemakan kertas (perusak buku)

b. Secara rutin menjaga dan membersihkan rak-rak, lantai, ruangan dan

perkakas yang ada diperpustakaan.

Bahan pustaka yang telah diadakan segera diolah untuk dapat

dimanfaatkan oleh pengguna.Tujuan pengelolaan koleksi adalah membuat sarana

temu kembali sehingga memungkinkan pengguna untuk menemukan kembali

koleksi yang diperlukan melalui kartu katalog dan atau melalui susunan koleksi di

rak.

1. Faktor perusak pustaka dan cara mengatasinyamenurut Rachmat(2000: 24)

antara lain:

a. Faktor fisik

1. Keausan yang terjadi karena perlakuan yang kurang tepat terhadap

pustaka pada saat pengiriman, penempatannya di rak, frekuensi

pemakaian, penanganan yang salah oleh pengguna atau petugas pada

waktu pengambilan dan penempatan kembali pada rak.

2. Debu dan kotoran yang terjadi karena kurang bersihnya lingkungan

perpustakaan

3. Cahaya matahari yang langsung mengenai pustaka

Cara mengatasi kerusakan atau pencegahan kerusakan karena faktor fisik

(26)

1. Pustaka diperlakukan dengan hati-hati pada waktu pengiriman,

penempatan dan pengambilan pada rak, waktu membaca, membuka

dan menutup buku.

2. Bahan yang mudah rusak harus dijilid terlebih dahulu sebelum

dimasukkan dalam koleksi.

3. Memelihara kebersihan gedung dan lingkungan sekitar perpustakaan.

Gunakan alat pendingin (AC) bila memungkinkan.

4. Hindarkan pustaka dari cahaya matahari langsung.

b. Faktor Kimiawi

1) Kelembaban udara yang terlalu tinggi

2) Suhu udara yang fluktuatif

3) Reaksi kimia yang terjadi karena proses oksidasi dan hidrolisa materi

pustaka

4) Pencemaran udara

Cara mengatasi faktor kimiawi dan iklim ini adalah:

1. Mengurangi kelembaban, mengatur suhu udara dan mengurangi

pencemaran udara dengan pengaturan ventilasi yang baik, memasang

kipas penghisap udara (exhaustfan), atau memasang pendingin ruangan

(AC) apabila memungkinkan.

2. Tidak terlalu rapat dalam menempatkan pustaka.

3. Koleksi mikrofilm atau mikrofis sebaiknya disimpan dalam kotak

berbahan kayu atau polyester, dan bukan logam.

c. Faktor Hayati

Beberapa faktor hayati perusak pustaka antara lain:

1. Jamur (cendawan)

2. Serangga

3. Tikus

4. Hewanpengerat

5. Kecoa

6. Silverfish (lepismasaccharina)

(27)

8. Ulatbuku

Beberapa cara mengatasi faktor-faktor hayati di atas menurut

Rachmat(2000: 26) adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan yang disebabkan oleh jamur (cendawan) dapat diatasi

dengan:

a. Mengurangi kelembaban

b. Menghindari adanya debu, kotoran, minyak atau bahan organik

lainnya

c. Tidak menggunakan perekat yang mengandung omylum untuk

menjilid tetapi bahan sintesis seperti misalnya polyvinyl acetat

d. Mengatur suhu udara ruangan agar tidak terlalu tinggi

e. Menggunakan bahan fungisida untuk membasmi cendawan

(dengan bantuan ahli)

f. Menggunakan larutan kimia yang tidak berbahaya bagi manusia

Pertumbuhanjamurjugadapatdicegahdenganataudihentikandengancara:

a) Penyinaranmatahari

b) Pengaliranudarasegar

c) Pembersihandengankainkering, dan

d) Pemeliharaankeadaan yang kering

Selainpencegahantersebut, dapat pula

dilakukanperawatanapabilabuku-bukusudahdihinggapijamur, yaitu:

a) Penguapan (fumigasi)

b) Penggosokanbahanpustakadenganobat anti jamur, dan

c) Pembersihandenganalkoholatauspirtus

2. Kerusakan karena serangga dapat diatasi dengan:

a. Mengatur kelembaban udara dalam ruangan dengan sekitar 50%

b. Mengatur suhu ruangan sekitar 20-24 derajat celcius

c. Memelihara kebersihan ruangan

d. Mengadakan fumigasi dengan bantuan ahli

3. Hewan pengerat dapat diatasi dengan:

(28)

b. Tidak meninggalkan sisa makanan dalam ruangan

c. Menggunakan bahan pembasmi tikus.

2.6Pelayanan Pengguna

Pelayanan pengguna merupakan kegiatan kerja perpustakaan dalam

penyebarluasan informasi dan bahan pustaka pada pengguna perpustakaan.Suatu

perpustakaan dikatakan baik apabila perpustakaan tersebut dapat memberikan

pelayanan yang baik pula pada pengguna, karena itu pelayanan pengguna menjadi

tolak ukur bagi keberhasilan suatu perpustakaan (Bafadal, Ibrahim, 2011: 125).

Menurut buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994: 53)

pelayanan pengguna adalah kegiatan pemberi informasi kepada pengguna

perpustakaan.

Menurut Direktori Jendral Perguruan Tinggi (2004: 53) menyatakan bahwa: Pelayanan pengguna merupakan layanan yang diberikan oleh suatu perpustakaan sehubung dengan pemanfaatan koleksi tersebut. Pelayanan pengguna ini bertujuan agar perpustakaan dapat menggunakan bahan perpustakaan dengan mudah, cepat, dan tepat serta jelas dimengerti oleh pengguna.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna

merupakan kegiatan yang memberikan jasa kepada pengguna secara baik, benar

dan tepat agar para pengguna merasakan kepuasan.

Dalam pelayanan pengguna ada dua sistem pelayanan, yakni :

1. Sistem Layanan Terbuka (Open Access)

Dalam sistem pelayanan terbuka perpustakaan memberi kebebasan kepada

para pemakai untuk dapat masuk dan memilih sendiri koleksi yang diinginkannya

dari rak. Petugas hanya mencatat apabila koleksi tersebut akan dipinjam serta

dikembalikan.

(29)

“Layanan sistem terbuka adalah sistem layanan yang memungkinkan para

pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri

bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi perpustakaan” (Bafadal,

2011: 125).

Pendapat diatas menyatakan bahwa sistem layanan terbuka merupakan

sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memilih secara

langsung bahan pustaka yang mereka butuhkan.

Lihat skema peminjaman berikut untuk kejelasan tentang sistem layanan

terbuka.

(30)

Gambar 2: Skema Sistem Layanan Terbuka (Open Access).

2. Sistem Pelayanan Tertutup (Close Access). Mencarilokas

ibuku

Ada

Tidak

Ya

Bolehdipinjam

Serahkanbukudani dentitas

Catatdibukupemin jaman/input kedalam database

bukukeluar

Tempatkankartubu ku

Serahkanbuku Pesan

Ya Tidak

Selesai Borangpem

esanan/inpu t data

Serahkan kepada petugas/ Terekamdal

(31)

Kebalikan dari sistem pelayanan terbuka adalah sistem pelayanan tertutup

dimana pengunjung tidak boleh masuk ke ruangan koleksi, tetapi koleksi yang

dibutuhkannya harus diambilkan oleh petugas.

Menurut Soetimah(1992: 137)“sistem pelayanan tertutup adalah suatu

sistem yang tidak memperbolehkan pengunjung masuk keruangan koleksi”.

Sedangkan menurut Lasa(1994: 5) menyatakan bahwa sistem layanan tertutup adalah suatu layanan yang tidak memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi perpustakaan. Koleksi yang ingin dipinjam dapat dipilih melalui daftar/katalog yang tersedia koleksinya akan diambil oleh petugas.

Pada pelayanan tertutup para peminjam atau pengunjung tidak bisa langsung mengambil buku yang diinginkan pada rak buku, tetapi harus melihat terlebih dahulu dilaci katalog buku. Setelah ditemukan dicatat nomor kelas buku dan diberikan kepada petugas.Selanjutnya petugas perpustakaan mengambil buku yang dimaksud (Bafadal, 2011: 126).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan tertutup

merupakan sistem layanan yang tidak memberikan kebebasan kepada para

pengguna perpustakaan untuk mencari sendiri koleksi yang ada di perpustakaan.

Kelebihan sistem layanan tertutup adalah:

a) Susunan dan letak buku lebih teratur dan terpelihara. Hal ini karena

hanya petugas (yang tentunya sudah terampil dalam menyusun

buku) yang menyimpan dan mengambil buku ke rak.

b) Tidak perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna.

Dengan demikian koleksi dapat terjaga dengan sendirinya

(Ramdan, 2009).

(32)

Gambar 3: Skema Sistem Pelayanan Tertutup (Close Access).

Untuk dapat melaksanakan pelayanan dengan baik pada kedua macam

sistem pelayanan perpustakaan tersebut diperlukan beberapa syarat, yaitu:

a) Koleksi harus disusun secara sistematis

1. Koleksi buku atau brosur disusun menurut nomor panggilnya.

2. Koleksi majalah menurut bidang subjek luas, yang didalamnya

disusun menurut abjad judul majalahnya.

3. Koleksi rujukan menurut jenis publikasinya, yang berbentuk buku

disusun menurut nomor panggil dan yang berupa majalah disusun Mencari data

buku

Tanya petugas

Petugaskerakb uku

Ada

ya

Bolehdipinjam

Serahkanbukudanidentita sanggota

Cetakdibukupeminjaman /input kedalam database

bukukeluar Beritahu

Siswa

Selesai

Serahkanbuku

(33)

menurut abjad judul, namun disimpan di dalam ruang koleksi

rujukan.

b) Alat temu kembali koleksi pustaka harus lengkap.

2.6.1 Pelayanan Sirkulasi

“Kegiatan yang paling utama dalam pelayanan pengguna adalah pelayanan

sirkulasi karena dalam sirkulasilah terjadi transaksi peminjaman dan

pengembalian bahan pustaka” (Bafadal, 2011: 125).

Menurut Bafadal (2011: 125) “pelayanan sirkulasi adalah kegiatan

melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan sekolah”.

Kegiatan pelayanan sirkulasi adalah kegiatan melayankan koleksi

perpustakaan kepada para pemakai perpustakaan dengan berbagai macam

kegiatan (P. Sumardji, 1993: 27). Sedangkan menurut Rusina Sjahrial Pamantjak

(1986: 60) pelayanan sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan,

baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun dibawa keluar perpustakaan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa layanan sirkulasi adalah

layanan yang berhubungan langsung dengan pengguna dalam hal pelayanan

perpustakaan.

Adapun tujuan layanan sirkulasi menurut Lasa HS (1994: 1) adalah

sebagai berikut :

a) Agar para Siswa mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal

mungkin

b) Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi tertentu dimana alamatnya

serta kapan kembalinya.

c) Terjaminnya pengembalian dalam waktu yang jelas dengan demikian

keamanan bahan pustaka akan terjaga

d) Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan

pemanfaatan koleksi

e) Apabila terjadi pelanggaran akan segera diketahui

Tujuan layanan sirkulasi perpustakaan sekolah menurut Lasa Hs(2007:

(34)

1. Agar bahan informasi yang dikelola perpustakaan sekolah dapat

dimanfaatkan secara optimal.

2. Akan segara diketahui siapa yang meminjambahan pustaka tertentu.

3. Terjaminnya pengembalian pinjaman karena data peminjamtelah terekam

sistem administrasi perpustakaan sekolah.

4. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan

pemanfaatan koleksi.

Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan pelayanan sirkulasi

dinyataka (Sulistyi-Basuki, 1991: 257) yaitu sebagai berikut :

a) Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.

b) Pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan dan pengunduran diri

anggota perpustakaan.

c) Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu

peminjaman.

d) Menarik denda dengan buku yang terlambat dikembalikan.

e) Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada

waktunya.

f) Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang

atau rusak.

g) Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman.

h) Membuat statistik peminjaman.

i) Peminjaman antar perpustakaan.

j) Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel dan sebagainya milik

pengunjung perpustakaan.

k) Tugas lainnya terutama yang berkaitan dengan peminjaman.

Pelayanan layanan sirkulasi meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Keanggotaan

2) Peminjaman

3) Pengembalian

4) Perpanjangan

(35)

6) Pemberian sanksi

7) Surat keterangan bebas pinjam

8) Statistik pengunjung

2.6.2 PelayananReferensi

Salah satu layanan yang ada di perpustakaan adalah layanan

referensi.Layananreferensiadalahkegiatanpelayananperpustakaanuntukmembantup

emakaiperpustakaanmenemukaninformasidengancaramenjawabpertanyaandengan

menggunakankoleksireferensi.

Karenaitulayananreferensitersebuttidaklainadalahlayanan

yangbersifatlangsungartinyadalammemberikanlayananitubetul-betulberhubunganlangsungdenganparapemakai,memberikaninformasikepa dapemakaibaikinformasi

yangsifatnyailmiahuntukkepentinganstudidanpenelitianmaupuninformasi yang sifatnyatidakilmiah (Bafadal, 2011: 133).

Menurut Sutarno NS(2006: 94) “menyatakan layanan rujukan itu

merupakan kegiatan memberikan informasi kepada pengguna perpustakaan dalam

bentuk cepat atau pemberian bimbingan pemakai sumber rujukan”.

Higgin (1980)

“mendefinisikanpelayananreferensiinisebagaikegiatanperpustakaandalammenjawa

bpertanyaanpenggunadenganmenggunakankoleksireferensisebagaialatbantu”.

Adapun tujuan layanan referensi menurut Sumardji(1992: 11) adalah

sebagai berikut:

1) Mengarahkan pemakai/pengunjung perpustakaan menemukan informasi

yang dibutuhkan dengan tepat dan cepat.

2) Memampukan pemakai/pengunjung perpustakaan menelusur informasi

dengan menggunakan berbagai pilihan sumber informasi yang lebih luas.

3) Memampukan pemakai/pengunjung perpustakaan menggunakan setiap

bahan pustaka koleksi referensi dengan lebih tepat guna.

Sedangkan fungsi dari pelayanan referensi menurut Sumardji(1992: 12)

(36)

1) Informasi

Memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang informasi yang

dibutuhkan oleh para pemakai/pengunjung perpustakaan.

2) Bimbingan

Memberikan bimbingan kepada para pemakai/pengunjung perpustakaan

untuk mencari/menemukan bahan pustaka dalam kelompok koleksi

referensi yang tepat sesuai dengan bidang masing-masing, dan bagaimana

pula cara menggunakannya untuk mencari/menemukan informasi yang

dikendaki.

3) Pemilihan atau Penilaian

Memberikan petunjuk/pengertian tentang bagaimana cara memilih/menilai

koleksi bahan pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang bermutu

dan berbobot ilmiah agar diperoleh sumber informasi yang berdaya guna

maksimal.

Kegiatan pokok pelayanan referensi menurut Sumardji (1992: 13) adalah

sebagai berikut:

a) Memberikan informasi yang bersifat umum, baik mengenai perpustakaan

yang bersangkutan pada umumnya maupun khususnya mengenai unit

pelayanan referensinya.

b) Memberikan informasi yang bersifat spesifik/khusus, yang untuk itu

diperlukan bahan pustaka koleksi referensi yang ada di perpustakaan lain,

atau berkonsultasi (minta informasi) kepada para pustakawan di

perpustakaan-perpustakaan tersebut.

c) Memberikan bantuan menelusur informasi sampai ditemukan informasi

yang dibutuhkan para pemakai/penggunjung baik melalui bahan pustaka

koleksi referensi perpustakaan yang bersangkutan maupun perpustakaan

yang lain.

d) Memberikan bantuan untuk menelusur bahan pustaka koleksi referensi

yang diperlukan oleh para pemakai/pengunjung perpustakaan dengan

menggunakan katalog, bibliografi, komputer (kalau ada), dan alat-alat

(37)

e) Memberikan bantuan pengarahan kepada para pemakai/pengunjung

perpustakaan untuk menemukan pokok-pokok bahasan pengetahuan yang

terdapat di dalam bahan pustaka koleksi referensi.

f) Memberikan bimbingan (kalau perlu secara klasikal dan formal) kepada

para pemakai/pengunjung perpustakaan untuk mengenal berbagai jenis

bahan pustaka koleksi referensi, mengetahui bagaimana cara

menggunakan masing-masing dan mengetahui cara memilih yang tepat

untuk menemukan/mencari informasi yang mereka masing-masing

butuhkan.

2.6.3 Pendidikan Pemakai

Tidak semua pengguna perpustakaan dapat atau mampu menggunakan

perpustakaan dengan baik dan benar. Banyak perpustakaan tidak mengetahui

fungsi katalog, cara penyusunan buku di rak, penggunaan bahan-bahan referensi,

alat-alat baca seperti alat baca mikro pada perpustakaan masa kini, dan

komputer.

Pendidikan pengguna merupakansuatu proses

dimanapenggunaperpustakaanuntukpertama kali diberipemahamandanpengertiansumber-sumberperpustakaan,

termasukpelayanandansumber-sumberinformasi yang salingterkait, bagaimanamenggunakansumber-sumbertersebut,

bagaimanapelayanannyadan dimanasumbernya (Sukarman, 2000).

Menurut Sutarno NS(2006: 95) bimbingan pemakai adalah suatu kegiatan

yang bermaksud memberikan panduan, penjelasan tentang penggunaan

perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru perpustakaan.

Pendidikan pemakai dilakukan agar:

1. Pemakai perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta

menggunakan sistem yang diberlakukan di perpustakaan.

2. Menggunakan sarana temu informasi yang tersedia seperti

kode/nomor klasifikasi, kartu katalog, dan petunjuk yang lain.

3. Dengan cepat dan tepat menemukan apa yang diperlukan, tanpa

(38)

4. Memperluas jangkauan pemakai koleksi oleh pengunjung dan

anggota perpustakaan.

5. Mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian dari lembaga

pendidikan.

Cara atau teknik penyampaian pendidikan pemakai sangat bervariasi untuk

setiap jenis perpustakaan, antara lain:

1. Disampaikan secara formal seperti penyelenggaraan pendidikan

pemakai di kelas.

2. Disampaikan secara tidak formal seperti pemberian bimbingan di

Gambar

Gambar 2: Skema Sistem Layanan Terbuka (Open Access).
Gambar 3: Skema Sistem Pelayanan Tertutup (Close Access).

Referensi

Dokumen terkait

Analisa terhadap kelemahan sistem yang lama dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan apa saja yang tidak optimal dalam sistem tersebut, yang dapat diidentifikasi

Contoh Dewa yajña dalam keseharian, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan piodalan (upacara pemujaan) di pura dan

The proof for horizontal slices is easy: at the bottom of the cube (finest detail, largest scale) the input was already a valid planar partition, every generalization operation

Banyak perusahaan-perusahaan distributor dan perdagangan dalam pendataan (pencatatan) dan bertransaksi penjualan barang masih menggunakan secara tradisional atau dengan kaa lain

Ketentuan dalam Peraturan Wallkota Padang Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Blaya Kegiatan Tahun Anggaran 2011 dilingkungan Pemerintah Kota Padang (Berita Daerah Kota

[r]

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat design antarmuka , pembentukan elemen, penggabungan

[r]