• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Belajar dan Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII di SMPIT Izzatul Islam Getasan Tahun 20162017 T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Motivasi Belajar dan Fasilitas Belajar dengan Kemandirian Belajar pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII di SMPIT Izzatul Islam Getasan Tahun 20162017 T1 BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian Belajar

2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar

Beberapa pendapat menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Ali (2005: 109),

Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan”.

Siswadikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampumelakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Yamin (2008:126) menjelaskan bahwa,

“kemandirian dalam belajar adalah memerlukan tanggung jawab, mereka yang mandiri adalah mereka yang bertanggung jawab, berinisiatif, memiliki keberanian, dan sanggup menerima resiko serta mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri.”

(2)

8 2.1.2 Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Agar siswa dapat mandiri dalam belaja rmaka siswa harus mampu berfikir kritis, bertanggung jawab atas tindakannya, tidak mudah terpengaruh pada orang lain, bekerja keras dan tidak tergantung pada orang lain. Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari kemandirian belaja rsiswa. Menurut Babari (2002 : 145) membagi ciri-ciri kemandirian dalam lima jenis, yaitu:

1. Percaya diri

2. Mampu bekerja sendiri

3. Menguasai keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan kerjanya 4. Menghargai waktu

5. Bertanggung jawab

Selain itu, dalam kemandirian siswa harus dapat menentukan cara belajar yang efektif, mampu melaksanakan tugas denganbaik dan mampu melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Menurut Mudjiman (2011 : 20) kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya melakukan pelatihan belajar mandiri adalah sebagai berikut :

1. Adanya kompetensi-kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh siswa menuju pencapaian tujuan-tujuan akhir yang ditetapkan oleh program untuk setiap mata pelajaran.

2. Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh siswa. 3. Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri, dijalankan

oleh siswa, dengan ataupun tanpa bimbingan guru.

4. Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh siswa sendiri.

5. Adanya kegiatan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani siswa.

6. Adanya past experience review atau review terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki siswa.

(3)

9

Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai tanggung jawab dalam diri. Selain itu, dengan adanya kemandirian belajar siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Menurut Ali (2005:117) ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian belajar, yaitu sebagai berikut :

1. Gen atau keturunan orang tua

Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu yang menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.

2. Pola asuh orang tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya yang akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering membandingkan anak yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.

3. Sistem pendidikan di sekolah

(4)

10

pentingnya pemberian sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif akan memperlancar kemandirian remaja.

4. Sistem kehidupan di masyarakat

Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai menifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa menurut Basri (2004:53), antara lain:

1. Faktor endogen (faktor dari dalam diri siswa) yang meliputi: keadaan keturunan dan kondisi tubuhnya sejak dilahirkan dengan gejala perlengkapan yang melekat padanya. Bermacam-macamnya sifat dai Bapak/Ibu, atau nenek moyang mungkin akan didapatkan di dalam diri seorang seperti bakat, potensi-intelektual, potensi pertumbuhan tubuhnya.

(5)

11

Berdasarkan uraian tersebut, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar.

2.2 Motivasi Belajar

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi belajar berasal dari dua kata, yaitu motivasi dan belajar. Uno (2011:23) menyatakan bahwa

“Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada diri seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator dan atau unsur yang mendukung.”

Selain itu, Winkel (2004 : 169) menjelaskan bahwa

“Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.”

Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan atau penggerak yang berasal dari dalam diri siswa dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

2.2.2 Jenis Motivasi Belajar

Jenis motivasi dalam belajar menurut Yamin (2008: 85) dibedakan dalam dua jenis, yaitu:

1) Motivasi intrinsik

(6)

12

belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar. 2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorangan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik diantaranya adalah; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orangtua dan guru; dan (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang akan dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif. Dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar.

2) Kemampuan Belajar

(7)

13

ingatan, daya pikir, dan fantasi. Didalam kemampuan belajar ini, sehingga perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.

3) Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik.Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.

4) Kondisi Lingkungan

Kelas Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa.Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

5) Unsur-unsur Dinamis Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa

(8)

14

Unsur – unsur motivasi diatas akan mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Motivasi belajar siswa akan tumbuh jika unsur – unsur motivasi tersebut mempengaruhi. Sehingga motivasi untuk belajar membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik yang disekitar lingkungan siswa atau diluar lingkungan siswa.

2.2.4 Ciri – ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2014:83) motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

1) Tekun dalam menghadapi tugas-tugas (dapat mengerjakan secara kontinyu dalam durasi yang lama, dan tidak berhenti sebelum tugas tersebut selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan atau tidak mudah putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar siswa dalam berprestasi (tidak cepat puas dengan apa yang telah dicapai).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses).

4) Lebih senang bekerja dan mengerjakan secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.

5) Lebih cepat bosan dengan tugas yang selalu sama atau berulang-ulang begitu saja.

6) Apabila sudah yakin akan sesuatu siswa dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak mudah melepas dalam berpendapat yang diyakini. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Menurut Uno (2011: 45), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

(9)

15

4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi tidak memerlukan dorongan dari luar untuk melakukan kegiatan belajarnya, hal ini karena seseorang tersebut mempunyai hasrat yang kuat dari dalam diri dan kebutuhan dalam belajarnya. Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri dan indikator motivasi seperti tersebut, berarti orang tersebut mempunyai motivasi belajar yang cukup kuat.

2.3 Fasilitas Belajar

2.3.1 Pengertian Fasilitas Belajar

Kelengkapan fasilitas belajar akan mempengaruhi semangat belajar peserta didik. Fasilitas belajar meliputi fasilitas belajar yang ada di sekolah dan fasilitas belajar yang ada di rumah. Pada dasarnya fasilitas belajar akan mempermudah proses belajar peserta didik. Djamarah (2010 :81)

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik disekolah.Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.”

Selain itu menurut Muhroji (2004:49),

“Fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien”.

Perlengkapan pendidikan menurut Bafadal (2004: 8)

(10)

16

peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat perlengakapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah”.

Dari beberapa pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan fasilitas belajar dalam penelitian ini adalah sarana dan prasana yang dapat memudahkan dan mendukung siswa untuk melakukan kegiatan belajar berupa tempat belajar, perlatan belajar dan perlengkapan belajar yang efektif dan efisien. Fasilitas belajar harus terdapat disekolah maupun dirumah untuk menunjang keberhasilan belajar siswa.

2.3.2 Jenis – jenis Fasilitas Belajar

Fasilitas belajar di sekolah identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII Standar Sarana dan Prasarana, pasal 42 menegaskan bahwa:

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi: perabot,peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjangproses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruangkelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat olahraga, tempatberibadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/ tempat lain yangdiperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur danberkelanjutan.

(11)

17

oleh sekolah akan memberikan kemudahan siswa dalam melakukan proses belajar. Gie dalam (Dwi :2013) menjelaskan macam-macam fasilitas belajar sebagai berikut:

1. “ Ruang atau Tempat Belajar Yang Baik

Tempat belajar yang baik harusmempertimbangkan Penerangan Cahaya dan Sirkulasi Udara.

2. Perabotan Belajar Yang Lengkap.

Dalam hal ini perabotan yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar mengajar yang

baik, diantanya yaitu meja belajar, kursi belajar, dan lemari buku serta kemungkinan perabotan lain yang dperlukan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. 3. Perlengkapan Belajar Yang Efisien

Kekurangan alat, ketiadaan atau kurang tepat alat yang dipergunakan akan mengurangi sempurnannya efisiensi maupun efektifitas kegiatan atau bahkan berhenti sama sekali. Syarat yang lain dalam kegiatan belajar mengajar yaitu buku-buku pegangan. Buku-buku pegangan yang dimaksud di sini adalah buku-buku pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru”.

Dari macam – macam fasilitas belajar tersebut harus disediakan disekolah. Ruang belajar yang baik akan menciptakan suasana yang nyaman sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Perabotan yang lengkap digunakan untuk menunjang kegiatan belajar siswa. Perlengkapan belajar yang efisien seperti buku pegangan akan menambah pengetahuan siswa tentang suatu materi. Sehingga kelangkapan buku – buku pelajaran harus diperhatikan untuk meningkatkan pengetahuan dan mendorong siswa dalam belajar.

2.3.3 Pentingnya Fasilitas Belajar

(12)

18

seperti perpustakaan akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik dalam memahami materi pelajar sehingga akan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Wina (2008 : 200) mengatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yaitu :

a. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Apabila mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien. Ketersediaan sarana yang lengkap, memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi mengajar mereka.

b. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.

Kelengkapan fasilitas belajar sangat dibutuhkan oleh semua sekolah.Selain kelengkapan fasilitas, pemanfaatan fasilitas juga diperlukan untuk efisien dan efektifitas fasilitas tersebut. Dorongan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana membutuhkan peran guru dalam memotivasi siswa untuk memanfaatkannya. Selain itu kelengkapan fasilitas belajar akan mempermudah guru dalam mencari bahan materi sebagai sumber belajar dan mempermudah dalam menyampaikan materi kepada siswa.

2.4 Penelitain Terdahulu yang Relevan

(13)

19

penelitian hasil belajar matematika menggunakan metode dokumentasi sedangkan pengumpulan data minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh orang tua menggunakan metode angket. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis jalur. Uji prasyarat analisis yang harus dipenuhi adalah uji normalitas, linearitas, multikolinearitas, autokorelai dan heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat kontribusi minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh orang tua dan signifikan terhadap hasil belajar matematika secara tidak langsung melalui kemandirian, kontribusi tersebut sebesar 33,8%; (2) terdapat kontribusi minat belajar, fasilitas belajar, dan pola asuh orang tua dan signifikan terhadap kemandirian, kontribusi tersebut sebesar 47,5%; (3) terdapat kontribusi kemandirian terhadap hasil belajar matematika sebesar 21,2%, tetapi tidak signifikan padataraf signifikansi.

(14)

20

dengan Kemandirian Belajar. Hal tersebut dilihat dari tabel pedoman terprestasi korelasi pada 0,080-1,00 yang memiliki hasil sangat kuat. hasil perhitungan koefesien korelasi antara variabel (X1) Interaksi Sosial dengan (Y) Kemandirian Belajar yang menunjukan koefisien korelasinya sebesar positif 0,776 dan signifikan. Artinya semakin tinggi Interaksi sosial, maka kemandirian belajar semakin tinggi Sedangkan untuk tingkat signifikansi dikatan signifikan karena dari tabel nampak bahwa sig (1-tailed) sebesar ɑ = 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil yang diperoleh bahwa variabel Motivasi (X2) memiliki koefesien korelasi 0,751 (positif) terhadap variabel Kemandirian belajar Mahasiswa PE FKIP UKSW Salatiga (Y), dengan nilai signifikansi ɑ = 0,000 < 0,05 sehingga signifikan. Artinya semakin tinggi Motivasi, maka Kemandirian Belajar semakin tinggi

2.5 Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono (2015:91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar pada mata IPS Motivasi dalam belajar akan mendorong siswa lebih giat dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan akan menumbuhkan semangat siswa untuk belajar mandiri pada saat diberikan tugas maupun pada saat pembelajaran berlangsung. Maka dalam penelitian ini diduga terdapat hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar.

2. Hubungan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar pada mata pelajaran IPS

(15)

21

3. Hubungan motivasi belajar dan fasilitas belajar dengan kemandirian belajar pada mata pelajaran IPS

Dengan adanya motivasi belajar dan fasilitas belajar siswa akan menumbuhkan rasa semangat dalam meningkatkan kemandirian belajar pada saat pelajaran maupun pada saat diberikan tugas oleh guru. Dalam penjelasan latar belakang siswa di SMPIT Izzatul Islam Getasan masih terlihat kurang ada motivasi belajar dalam diri siswa dan juga dalam memanfaatkan fasilitas belajar karena masih bergantung kepada temannya jika mendapat tugas.

Variabel Variabel bebas atau Independen diberi notasi X yaitu dengan (X1) Motivasi dan (X2) kemandirian dan Variabel terikat atau

Dependen diberi notasi Y yaitu Prestasi belajar. Maka model hipotetis asosiatif sebagai berikut:

Keterangan :

X1 : Motivasi Belajar X2 : Fasilitas Belajar Y : Kemandirian Belajar

: Menyatakan Hubungan Asosiatif

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian digunakan sebagai dugaan sementara terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Dengan mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

(X1)

(Y)

(16)

22 1. Hipotesis Kerja

1) Hipotesis kerja I

Ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan kemandirian belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Di SMPIT Izzatul Islam Getasan. Artinya, semakin baik motivasi belajar maka akan semakin tinggi kemandirian belajar siswa.

Hipotesis Statsitik I H0 : x1.y = 0

H1: x1.y > 0

2) Hipotesis kerja II

Ada hubungan positif antara fasilitas belajar dengan kemandirian belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran IPS Di SMPIT Izzatul Islam Getasan. Artinya, semakin baik fasilitas belajar maka akan semakin tinggi kemandirian belajar siswa.

Hipotesis Statsitik II H0 : x2.y = 0

Referensi

Dokumen terkait

1. Minat belajar yang dimaksud adalah kecederungan dan gairah yang tinggi dalam mengikuti dan memperhatikan pelajaran. Kemandirian belajar yang dimaksud adalah kemampuan

Yang dimaksud dengan kemandirian dalam penelitian ini adalah perilaku siswa dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian siswa dalam belajar adalah perilaku yang akan diukur yaitu siswa sebagai subyek yang akan diteliti, hal ini

Jadi yang dimaksud dengan “Kemandirian Belajar Anak Yatim Kajian Deskriptif Proses Pembentukan Kemandirian Belajar Anak Asuh Di Panti Asuhan Nur Hidayah Banyuanyar Surakarta”

Kemandirian dan juga minat dalam pembelajaran sering disepelehkan sehingga siswa sering merasakan kurangnya motivasi dalam dirinya sendiri yang dapat menimbulkan sikap

Jadi yang dimaksud kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah seseorang yang mempunyai sikap kepercayaan diri yang tinggi, mempunyai inisiatif untuk mengatasi

motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa karena bertujuan agar dapat.. meningkatkan kemandirian belajar sehingga para siswa dapat belajar

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sugandi Sulistyani et al., 2020 bahwa kemandirian belajar merupakan suatu proses belajar dimana siswa memiliki sikap inisiatif dalam belajar, dapat