• Tidak ada hasil yang ditemukan

sagu fix kelompok 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sagu fix kelompok 8"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Impor pangan terutama beras dari tahun ke tahun terus meningkat. Jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan konsumsi beras secara nasional terus meningkat. Ke depan kebutuhan beras untuk konsumsi penduduk akan terus meningkat sejalan dengan terus meningkatnya jumlah penduduk. Selain karena jumlah penduduk yang besar dan jumlahnya terus meningkat, konsumsi beras per kapita juga termasuk tinggi dibandingkan dengan konsumsi beras per kapita negara-negara lainya. Penduduk Indonesia termasuk pengkomsumsi beras yang paling "rakus", konsumsi beras per kapita mencapai 102 kg per penduduk per tahun hampir dua kali lipat dari komsumsi beras per kapita dunia yang rata-rata hanya berkisar 60 kg per kapita per tahun. Komsumsi beras per kapita kita jauh lebih tinggi dibandingkan Jepang yang mencapai 50 kg per kapita per tahun, Korean hanya 40 kg per kapita per tahun dan Malasyia serta Thailand masing-masing 70 kg dan 80 kg per kapita per tahun.

Beras telah menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat kita, bahkan beras telah dipersepsikan sebagai makanan pokok yang modern tidak seperti singkong, jagung atau sagu. Inilah yang juga menyebabkan komsumsi beras secara nasional naik. Keberhasilan pemerintah mempromosikan beras sebagai makanan pokok yang baik dan modern secara tidak langsung juga mencabut tradisi makanan pokok non beras yang selama ini sesuai dengan budaya dan agrikultur setempat. Padahal secara budaya dan agrikultur mereka yang sebelumnya tidak mengkomsumsi beras belum menguasai budaya dan agrikultur padi termasuk kondisi lahan mereka juga sebenarnya kurang cocok dengan budaya padi yang dibawa berbarengan dengan masuknya beras sebagai makanan pokok ke tempat mereka. Akibatnya mereka senantiasa tergantung pada pasokan beras dari luar.

(2)

turun menurun sejak nenek moyang kita digunakan juga sebagai makanan pengganti beras. Sagu sudah sejak lama menjadi makanan utama di sebagaian wilayah di Indonesia Timur, termasuk jagung maupun ubi jalar. Namun karena keberhasilan mempromosikan beras sebagai makanan modern dan lambang keberhasilan pembangunan membuat makanan pokok non beras itu kurang terperhatikan. Andaikata makanan pokok non beras itu tetap terjaga dan tetap dikonsumsi sebagai makanan pokok, dapat mengurangi konsumsi beras dan dapat mengurangi tekanan terhadap produksi beras maupun mengurangi impor beras untuk mencukupi pemenuhan konsumsi beras nasional. Makanan non beras seperti sagu, ubi jalar, jagung atau tiwul tidak berarti rendah dan kurang modern. Jagung, singkong atau ubi jalar posisinya sama dengan beras sebagai makanan pokok, ingat di Meksiko rakyatnya juga makan jagung dengan berbagai varian olahanya sebagai makanan pokok bukan beras. Toh rakyat Meksiko juga rakyat yang maju dan modern, tidak rendah atau miskin. Oleh karena itu untuk mengurangi impor beras kita perlu juga menekan konsumsi beras per kapita dengan menganekaragamkan makanan yang kita konsumsi bukan menitikberatkan pada beras saja serta dengan memprmosikan kembali makanan pokok non beras yang selama ini telah digantikan dengan beras untuk kembali menjadikan sagu, jagung, singkong atau ubi jalar sebagai makanan pokok . Bicara pengurangan impor beras bukan hanya bicara mengenai peningkatan produksi beras nasional akan tetapi juga bicara bagaimana mengurangi komsumsi beras dengan diversifikasi pangan non beras sebagai makanan pokok dan hilangkan persepsi kalau kita belum makan nasi berarti kita "belum makan".

(3)

(pasca panen) dilakukan secara alami, sehingga tepung sagu dapat dikategorikan sebagai pangan organik 100%.

Sagu memiliki potensi yang paling besar untuk digunakan sebagai pengganti beras. Keuntungan sagu dibandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya adalah tanaman sagu atau hutan sagu sudah siap dipanen bila diinginkan. Pohon sagu dapat tumbuh dengan baik di rawa-rawa dan pasang surut, dimana tanaman penghasil karbohidrat lainnya sukar tumbuh. Syarat-syarat agronominya juga lebih sederhana dibandingkan tanaman lainnya dan pemanenannya tidak tergantung musim. Kandungan kalori pati sagu setiap 100 gram ternyata tidak kalah dibandingkan dengan kandungan kalori bahan pangan lainnya. Perbandingan kandungan kalori berbagai sumber pati adalah (dalam 100 g): jagung 361 Kalori, beras giling 360 Kalori, ubi kayu 195 Kalori, ubi jalar 143 Kalori dan sagu 353 Kalori.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Morfologi SAGU

Sagu (Metroxylon spp) termasuk tumbuhan monokotil dari famili Palmae, marga Metroxylon dan ordo Spadiciflorae (Ruddie et al., 1976) dalam Haryanto dan Pangloli (1992). Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Metra berarti isi batang atau empelur dan xylon yang berarti xylem (Flach, 1977).

Secara taksonomi tumbuhan, sistimatika tumbuhan sagu (Metroxylon sp) adalah sebagai berikut :

Taksonomi Sagu

Divisi Spermatophyta

Kelas Angiospermae

Subkelas Monocotyledonae

Ordo Arecales

Family Palmae

Subfamil

i Lepidocaroideae (Calamoideae)

Genus Metroxylon

Spesies Eumetroxylon spp.

Sagu (Metroxylon sp.) di duga berasal dari Maluku dan Irian. Hingga saat ini belum ada data yangmengungkapkan sejak kapan awal mula sagu ini dikenal. Di wilayah Indonesia bagian Timur, sagu sejak lama dipergunakan sebagai makanan pokok oleh sebagian penduduknya terutama di Maluku dan Irian Jaya. Teknologi eksploitasi, budidaya dan pengolahan tanaman sagu yang paling maju saat ini adalah di Malaysia.

(5)

Aru.Tanaman sagu masuk dalam Ordo Spadicflorae, Famili Palmae. Di kawasanIndo Pasifik terdapat 5 marga (genus) Palmae yang zat tepungnya telah dimanfaatkan, yaituMetroxylon, Arenga, Corypha, Euqeissona, dan Caryota.Genus yang banyak dikenal adalah Metroxylon dan Arenga, karena kandungan acinya cukup tinggi.

Sagu dari genus Metroxylon, secara garis besar digolongkan menjadi dua,dua golongan, yaitu yang berbunga atau berbuah sekali (Hapaxanthic) dan yang berbunga atau berbuah lebih dari sekali (Pleonanthic) (Deinum, 1984 dalam Djumadi, 1989). Golongan pertama mempunyai nilai ekonomi yang penting karena kandungan acinya tinggi. Golongan ini terdiri dari lima jenis yaitu : (1) metroxylon sagus Rottb.; (2) Metroxylon rumphii Mart.; (3) Metroylon micracanthum Mart.; (4) Metroxylon Longispinum Mart. (5) Metroxylon sylvestre Mart.

Sedangkan golongan kedua terdiri dari spesies Metroxylon filarae dan Metroxylon elatum yang banyak tumbuh di dataran yang relatif tinggi. Golongan ini nilai ekonominya rendah karena kandungan acinya kurang.

Karateristik dari masing-masing jenis sagu yang tumbuh di Sulawesi Tenggara dengan ciri morfologi sebagai berikut:

 Runggamanu atau Tuni

Tinggi batang sekitar 10 – 15 meter, tebal kulit 2 -3 cm. Daunnya berwarna hijau tua dengan tangkai daun berwarn hijau kekuningan. Panjang tangkai daun sekitar 6,85 meter, sedangkan pnjang pelepah daun sekitar 2,71 meter, tangkai daun berduri pada pangkal sampai ujung pinggiran daun. Pada anakan sagu durinya sangat banyak dan rapat. Setiap tangkai daun terdiri atas 100-200 helai daun dengan panjang 151-155 cm dan lebar 8,1-9,1 cm (Tenda et al. 2003). Menurut Haryanto dan Pangloli (1992) produksi tepung sagu tuni di Sulawesi Tenggara dapat mencapai 250-300 kg. Sagu ini merupakan jenis sagu yang paling besar ukurannya dibandingkan dengan jenis lainnya (Manan et al. 1984) dalam Haryanto dan Pangloli (1992).

(6)

Tinggi batang sekitar 10-14 meter, diameter sekitar 40-60 cm dan berat batang mencapai 1,2 ton atau lebih. Jenis sagu ini tidak berduri, ujung daun panjang meruncing sehingga dapat melukai orang bila menyentunya. Letak daun berjauhan, panjang tangkai daun sekitar 4-6 meter, panjanhg lembaran daun sekitar 1,5 meter dan lebernya sekitar 7 cm. Bunganya adalah bunga majemuk berwarna sawo matang kemerah-merahan. Empulurnya lunak dan berwarna putih. Berat empulur sekitar 80% dari berat batang dan kandungn acinya sekitar 18%. Setiap pohon dapat menghsilkan aci basah sekitar 800 kg atau sekitar 200 kg aci kering (Haryanto dan Pangloli, 1992).

 Barowila

Jenis sagu ini mempunyai tinggi batang sekitar 10 meter dengan dimeter sekitar 40-50 cm. Pelepah berwarna hijau keputih-putihan, empulurnya lunak dan berwarna putih. Setiap pohon dapt menghasilkan sekitar 120 kg aci kering. Produksi tepung sagu jenis barowila sangat sedikit jika dibandingkan dengan jenis sgu lainnya (Haryanto dan Pangloli, 1992).

 Rui atau Rotan

Jenis sagu ini dicirikan dengan tinggi batang yang relatif lebih pendek yaitu 7,20 meter, dengan diameter batang sekitar 40 cm. Panjang tangkai daun dapat mencapai 6,07 meter, sedangkan panjang pelepah daun sekitar 3,56 meter. Setiap tangkai daun terdiri atas 100-200 helai daun yang berwarna hijau dengan panjang daun antara 130-147 cm dan lebar daun 6-7 cm. Sagu ini memiliki empulur agak keras, mengandung banyak serat, dan berwarna kemerh-merahan serta kandungan aci paling sedikit (Tenda et al. 2003). Kandungan aci dalam empulur hanya sekitar 200 kg per pohon dan rasanya kurng enak (soerjono, 1980) dalam Harynto dan Pangloli (1992).

2.1.1 Teknik Budidaya Tanaman Sagu a. Syarat Tumbuh

(7)

berkisar antara 24,50 – 29oC dan suhu minimal 15oC, dengan kelembaban nisbi 90%. Sagu dapat tumbuh baik di daerah 100 LS - 150 LU dan 90 – 180 darajat BT, yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun. Sagu dapat ditanam di daerah dengan kelembaban nisbi udara 40%. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhannya adalah 60%.

Tanaman sagu membutuhkan air yang cukup, namun penggenangan permanen dapat mengganggu pertumbuhan sagu. Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat > 70% dan bahan organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi. Sagu dapat tumbuh pada tanah vulkanik, latosol, andosol, podsolik merah kuning, alluvial, hidromorfik kelabu dan tipe-tipe tanah lainnya. Sagu mampu tumbuh pada lahan yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhan yang paling baik terjadi pada tanah yang kadar bahan organiknya tinggi dan bereaksi sedikit asam pH 5,5 – 6,5.

Sagu paling baik bila ditanam pada tanah yang mempunyai pengaruh pasang surut, terutama bila air pasang tersebut merupakan air segar. Lingkungan yang paling baik untuk pertumbuhannya adalah daerah yang berlumpur, dimana akar nafas tidak terendam. Pertumbuhan sagu juga dipengaruhi oleh adanya unsur hara yang disuplai dari air tawar, terutama potasium, fosfat, kalsium, dan magnesium.

b. Teknologi Perbanyakan Tanaman Sagu

Teknologi perbanyakan tanaman sagu dapat dilakuan dengan metode generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan biji yang berasal dari buah yang sudah tua dan rontok dari pohonnya. Biji yang digunakan adalah biji yang berasal dari pohon induk yang baik, yang subur dan produksinya tinggi.

Perbanyakan tanaman sagu secara vegetatif dapat dilakukan dengan menggunakan bibit berupa anakan yang melekat pada pangkal batang induknya yang disebut dangkel atau abut (jangan yang berasal dari stolon).

(8)

Syarat bibit untuk pembibitan cara generatif adalah biji yang digunakan sudah tua, tidak cacat fisik, besarnya rata-rata dan bertunas. Syarat bibit untuk pembibitan cara vegetatif adalah berasal dari tunas atau anakan yang umurnya kurang dari 1 tahun, dengan diameter 10-13 cm dan berat 2-3 kg. Tinggi anakan +1 meter dan punya pucuk daun 3-4 lembar.

d. Pengolahan Media Tanam 1. Persiapan

Lahan dipilih yang sesuai dengan ketentuan. Menurut kebiasaan petani sagu Riau dan Maluku, penanaman sagu dilakukan pada awal musim hujan.

2. Pembukaan Lahan

Lahan dibersihkan dari semua vegetasi di bawah diameter 30 cm dekat permukaan tanah dan semua pohon yang tinggal. Vegetasi bawah dan ranting – ranting kecil tersebut dibakar dan abunya untuk pupuk. Pokok – pokok batang yang besar, yang sulit penggaliannya dapat ditinggalkan begitu saja di lahan, kecuali pokok – pokok yang berada pada calon baris tanaman harus dibersihkan. 3. Pembentukan bedengan

Dilakukan untuk penanaman dengan cara blok (biasanya dilakukan perusahaan perkebunan sagu).

e. Penanaman dan Penyulaman

Penanaman dengan sistem blok adalah jarak tanam atau jarak lubang antar bervariasi antara 8-10 meter, sehingga satu hektar hanya menampung + 150 buah. Jarak tanam yang dianggap ideal adalah :

 Sagu Tuni 8 x 8 atau 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan memuat 143 tanaman.

 Sagu Ihur 9 x 9 m, hubungan segitiga sama sisi, sehingga 1 hektar akan memuat 143 tanaman.

 Sagu Molat 7 x 7, hubungan segi empat, sehingga 1 hektar akan memuat 2043 tanaman

(9)

 Pembuatan Lubang tanam

 Lubang tanam digali sebulan/selambat-lambatnya 1 minggu sebelum penanaman dengan ukuran lubang 30x30x30 cm. Hasil galian tanah bagian atas dipisahkan dari tanah lapisan bawah dan dibiarkan beberapa hari. Pada lubang tanaman itu ditempatkan pancang – pancang bambu, tiap lubang 2 pacang.

 Cara Penanaman

Cara penanaman dilakukan dengan membenamkan dangkel ke dalam lubang tanaman. Bagian pangkal dangkel ditutup dengan tanah remah bercampur gambut. Tanah penutup jangan ditekan tapi dangkel jangan sampai bergerak. Tanah lapisan atas dimasukkan sampai separuh lubang apabila mungkin di campur puing – puing. Akar – akar dibenamkan pada tanah penutup lubang dan pangkalnya agak ditekan sedikit ke dalam tanah.

f. Panen

Panen dapat dilakukan umur 6 -7 tahun, atau bila ujung batang mulai membengkak disusul keluarnya selubung bunga dan pelepah daun berwarna putih terutama pada bagian luarnya. Tinggi pohon 10 – 15 m, diameter 60 – 70 cm, tebal kulit luar 10 cm, dan tebal batang yang mengandung sagu 50 – 60 cm. Ciri pohon sagu siap panen pada umumnya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk dan batang.

Langkah-langkah pemanenan sagu adalah sebagai berikut :

 Pembersihan untuk membuat jalan masuk ke rumpun dan pembersihan batang yang akan di potong untuk memudahkan penebangan dan pengangkutan hasil tebangan.Sagu dipotong sedekat mungkin dengan akarnya. Pemotongan menggunakan kampak/mesin pemotong (gergaji mesin).Batang dibersihkan dari pelepah dan sebagian ujung batangnya karena acinya rendah, sehingga tinggal gelondongan batang sagu sepanjang 6 – 15 meter. Gelondongan dipotong – potong menjadi 1-2 meter untuk memudahkan pengangkutan. Berat 1 gelondongan adalah + 120 kg dengan diameter 45 cm dan tebal kulit 3,1 cm.  Harga jual pati sagu Rp.2.200,-/kg.

(10)

Tepung Sagu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung Sagu mengandung energi sebesar 209 kilokalori, protein 0,3 gram, karbohidrat 51,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 13 miligram, dan zat besi 0,6 miligram. Selain itu di dalam Tepung Sagu juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung Sagu, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Tepung Sagu :

Nama Bahan Makanan : Tepung Sagu Nama Lain / Alternatif :

-Banyaknya Tepung Sagu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr

Bagian Tepung Sagu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 % Jumlah Kandungan Energi Tepung Sagu = 209 kkal

Jumlah Kandungan Protein Tepung Sagu = 0,3 gr Jumlah Kandungan Lemak Tepung Sagu = 0,2 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Sagu = 51,6 gr Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Sagu = 27 mg Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Sagu = 13 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Sagu = 0,6 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Sagu = 0 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Sagu = 0,01 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Sagu = 0 mg Khasiat / Manfaat Tepung Sagu : - (Belum Tersedia) Huruf Awal Nama Bahan Makanan : T

Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Komposisi Angka Gizi Hasil Penelitian yang Lain :

Banyaknya Tepung Sagu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr

(11)

Jumlah Kandungan Protein Tepung Sagu = 0,7 gr Jumlah Kandungan Lemak Tepung Sagu = 0,2 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Sagu = 84,7 gr Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Sagu = 11 mg Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Sagu = 13 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Sagu = 2 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Sagu = 0 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Sagu = 0,01 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Sagu = 0 mg

Keterangan :

Riset/penelitian pada Tepung Sagu yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi.

2.3. Manfaat Sagu bagi Kesehatan

Beberapa manfaat tanaman sagu sebagai salah satu komoditi budidaya: Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah daunnya untuk atap, kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus, aci sagu (bubuk yang dihasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi berbagai makanan, sebagai makanan ternak, serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur semen, dapat dijadikan perekat (lem) untuk kayu lapis.

Tepung sagu juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan makanan yang lebih modern (Bintoro,1999). Seperti halnya dengan jenis karbohidrat lainnya, tepung sagu juga dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai bahan utama maupun sebagai bahan tambahan dalam berbagai jenis industri, seperti industri pangan, industri makanan ternak, industri kertas, industri perekat, industri kosmetika, industri kimia, dan industri energi. Dengan demikian pemanfaatan dan pendayagunaan sagu dapat menunjang berbagai macam industri, baik dalam bentuk industri kecil, menengah maupun industri teknologi tinggi.

(12)

kontemporer-fungsional, antara lain: bika, brouwnis, rollcook, bruder, roti, mi, bakso, dan lainnya (Papilaya, 2008).

Sagu sebagai obat sakit perut

Sagu bukan hanya bisa dijadikan sebagai sumber makanan pokok. Sagu bisa juga digunakan untuk obat sakit perut sseperti:

1. Perut kembung 2. Mencret

3. Buang air besar dengan darah 4. Muntah-muantah.

5. Semua gangguan perut. Manfaat pohonya

 Pelapahnya dipakai sebagai dinding atau pagar rumah.  Daunya sebagai atap.

 Kulit atau batangnya merupakan kayu bakar yang bagus.

 Aci sagu(bubuk yang di hasilkan dengan cara mengekstraksi pati dari umbi atau empulur batang) dapat diolah menjadi makanan.

 Sebagai makanan ternak.

 Serat sagu dapat dibuat hardboard atau bricket bangunan bila dicampur dengan semen.

(13)

2.4. Resep, Cara Membuat, Cara Menyajikan, Kandungan Gizi 1. Sagu Ayam Selimut

Bahan :

 250 gr ayam

 150 gr tepung sagu tani

 3 batang daun bawang

 5 siung bawang putih

 1 bungkus lada bubuk

 1 sdt gula

 1 sdt garam

 1 butir telur

 secukupnya Kol untuk membungkus adonan

Cara membuat :

1. Blender ayam masukkan dalam 1 wadah

(14)

3. Tambahkan telur, tepung sagu, terigu, gula,garam, penyedap rasa

4. Cetak menggunakan Kol lalu kukus selama 20 menit

Cara menyajikan :

Cocok disantap dengan sambal kacang atau dibuat pelengkap sop

Kandungan Gizi :

Meal analysis: energy 1361.3 kcal (100 %), carbohydrate 137.5 g (100 %)

(15)

cholesterol 409.5 mg -

-Vit. A 192.5 µg 800.0 µg 24 %

carotene 0.0 mg -

-Vit. E (eq.) 1.0 mg 12.0 mg 8 %

Vit. B1 0.3 mg 1.0 mg 26 %

Vit. B2 0.9 mg 1.2 mg 71 %

Vit. B6 0.7 mg 1.2 mg 57 %

tot. fol.acid 34.5 µg 400.0 µg 9 %

Vit. C 0.0 mg 100.0 mg 0 %

sodium 258.0 mg 2000.0 mg 13 %

potassium 522.5 mg 3500.0 mg 15 %

calcium 60.5 mg 1000.0 mg 6 %

magnesium 59.5 mg 310.0 mg 19 %

phosphorus 555.5 mg 700.0 mg 79 %

iron 4.8 mg 15.0 mg 32 %

zinc 5.2 mg 7.0 mg 74 %

2. Pentul Tempe

Bahan :

 300 gr tempe

 2 sdm tepung sagu

 1 butir telur

 Minyak secukupnya untuk menggoreng

 Bumbu Yang Dihaluskan:

 5 btr bawang merah

(16)

 2 cm kencur

2. Ambil sesendok makan, bentuk bulat lonjong.

3. Panaskan minyak, goreng hingga matang dan berwarna coklat. Angkat dan tiriskan.

4. Sajikan hangat. Cara menyajikan :

Cocok disajikan dengan saus sambal atau sambal kacang

Kandungan Gizi :

Meal analysis: energy 1047.8 kcal (100 %), carbohydrate 78.9 g (100 %)

==================================================================

Result

==================================================================

Nutrient analysed recommended percentage

(17)
(18)

 ¼ kg Kacang tanah  Garam

 Bawang putih

 Penyedap rasa/masako  Gula putih ½ sendok teh

 3 buah jeruk limau kuit/jeruk nipis

Cara Membuat Resep Kapurung :

1. Bersihkan ikan patin, cuci bersih, potong sesuai selera, kukus sampai empuk. 2. Siapkan sayuran, potong sesuai selera lalu dicuci bersih

3. Goreng kacang tanah dengan sedikit minyak sampai matang 4. Tambahkan perasan jeruk limau/jeruk nipis

5. Panaskan air dipanci kurang lebih 4 liter sampai mendidih

6. Masukan sagu diwajan besar, taburkan garam secukupnya, tambahkan sedikit air dingin untuk mengencerkan sagu (sampai bisa dibuat ukuran membulat) 7. Apabila sudah mendidih, tuang sagu ke wadah sedikit demi sedikit sambil

diaduk sampai sagunya mengental berwarna putih bening

8. Siapkan air bening, kemudian buat bentuk bulat-bulat seperti pentol/cilok menggunakan sumpit sampai adonan sagu habis

9. Siapkan air mendidih, masukan ikan patin yang sudah dikukus, labu hijau dan kangkung kemudian rebus sampai matang

10. Masukan tomat dan sayuran, tunggu sekitar 2 menit, angkat

11. Masukan bumbu kacang yang sudah dihaluskan, garam, penyedap rasa secukupnya

12. Campurkan dengan sagu yang sudah dibentuk bulat-bulat tadi 13. Aduk dan makanan siap disajikan.

(19)

Peanut roasted 250 g 1448,4 kcal 23,6 g

Meal analysis: energy 3124,2 kcal (100 %), carbohydrate 107,6 g (100 %)

(20)

 60 gr Nangka

 100 gr kelapa muda, dikerok  50 gram sagu mutiara, direbus  150 ml susu kental manis putih  750 gram es serut

 200 ml gula pasir  300 ml air

 1 lembar daun pandan

Cara Membuat :

1. Sirup, rebus gula pasir, air, dan daun pandan. Masak sampai gula larut. Dinginkan.

2. Tata dalam gelas, avokad, kelapa muda, dan sagu mutiara. Tambahkan air gula, es serut dan susu kental manis. Sajikan.

Kandungan Gizi :

================================================================== ===

Analysis of the food record

================================================================== ===

Food Amount energy carbohydr.

___________________________________________________________________________ ___

nangka biji 60 g 91.8 kcal 20.2 g

kelapa muda daging 100 g 70.0 kcal 10.0 g

tepung sagu 50 g 190.5 kcal 45.7 g

susu kental manis 150 g 480.0 kcal 81.8 g

gula pasir 200 g 773.9 kcal 199.8 g

(21)

==================================================================

2. Diversifikasi pangan berkaitan dengan upaya untuk mencapai ketahanan pangan. Tujuan

(22)

mencapai pola konsumsi pangan yang tepat, mewujudkan pola pangan harapan, daan gizi

yang terjangkau oleh semua pendapatan.

3. Sagu (Metroxylon spp) merupakan salah satu sumber pangan tradisional potensial yang dapat dikembangkan dalam diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan lokal dan

nasional. Bahan pangan tradisional ini memiliki nilai gizi tidak kalah dengan sumber

pangan lainnya seperti beras, jagung, ubikayu, dan kentang. Potensi lahan sagu di

Maluku cukup luas, demikian pula dengan potensi produksinya cukup tinggi (30 t/ha/th),

jauh melebihi sumber pangan lainnya (padi, jagung, dan kentang). Tepung sagu dan

produk olahannya dapat dikelompokkan sebagai pangan fungsional karena memiliki

kandungan karbohidrat (84,7%) dan serat pangan (3,69-5,96%) yang cukup tinggi,

indeks glikemik (28) rendah, dan mengandung pati resisten, polisakarida bukan pati, dan

karbohidrat rantai pendek yang sangat berguna bagi kesehatan. Proses budidaya sagu

(pra-panen) sampai pengolahan tepung sagu basah (pasca panen) dilakukan secara alami,

sehingga tepung sagu dapat dikategorikan sebagai pangan organik 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, Janes Berthy dan A. Arivin Rivaie. 2011. Sagu Mendukung Ketahanan Pangan dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim. Diunduh dari

http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2012/03/ perkebunan_perspektif_Vol10211_N-4-JanesB.pdf

Fadila, Ila. 2011. Potensi Sagu dalam Upaya Diversifikasi Pangan. Diunduh dari

(23)

http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/SAGU-SEBAGAI-BAHAN-PANGAN.pdf

Limbongan, Jermia. 2007. mia.2 007.Beberapa Jenis Sagu Potensial di Papua. Diunduh dari

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Adanya hubungan umur, pendidikan, sumber informasi dan pengetahuan dengan peran suami dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur di Desa Percut

Sejumlah studi menunjukkan bahwa program tersebut mendorong terjadinya konsentrasi penguasaan tanah: Program revolusi hijau yang bersandar kepada penggunaan teknologi pertanian

Perencanaan strategik SI/TI ini dibuat dan dikembangkan dari kondisi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi yang ada pada saat sekarang di Universitas

Terkait risiko terinfeksi HIV, hepatitis dan PMS (penyakit menular seksual), populasi warga binaan dapat memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada populasi umum melalui

Asam laktat inilah yang dapat menimbulkan rasa pegal atau nyeri.Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi virus.Myalgia yang berlangsung dalam

Pertama, Peran Akuntansi sektor publik dapat memberikan informasi yang memungkinkan pada pelaksanaan tanggung jawab program yang dilakukan domain publik dalam mengelola

Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan R guru BK di SMA Negeri 1 Samarinda pada tanggal 16 November 2013, di SMA Negeri 1 Samarinda

12 Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Satker 01 Jumlah Penerbitan Dokumen Keimigrasian Bagi Orang Asing Indikator Kinerja Kegiatan. 01 Jumlah Penerbitan Dokumen