BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Studi kasus adalah kumpulan dari semua bahan-bahan (informasi-informasi) yang
berguna bagi seseorang untuk ditulis sedemikian rupa sehingga memeberikan suatu gambaran
yang jelas tentang latar belakang dan keadaan seseorang pada waktu ini yang merupakan
dasar untuk penyelidikan selanjutnya terhadap kasus tersebut (Hariwoejanto: 106).
Menurut moleong (2000: 5), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang merupakan data deskriftif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang
maupun perilaku yang diamati. Dengan metode studi kasus yang dilakukan dengan
pendeketan kualitatif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang,
“Integrasi sosial antara Etnis Cina (Cina) dan Suku Aceh di Kota Bireuen” sehingga
diupayakan dapat menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang diteliti di dalam penelitian
ini berdasarkan data dan informasi yang diperoleh selama melakukan penelitian.
3.2Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di wilayah Kabupaten Bireuen
tepatnya di Kota Juang. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan Etnis Cina sudah
sejak lama menjadi penduduk di Kota Juang dan telah terintegrasi dengan masyarakat asli
yaitu suku Aceh itu sendiri.
3.3Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian
(Arikunto, 1998: 2). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Etnis
3.4Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai yang informasi oleh peneliti. Informan
merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data informasi ataupun fakta
dari suatu objek penelitian (Bungin, 2008: 108). Berdasarkan dengan tujuan penelitian
kualitatif, maka pemilihan informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling
untuk menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang syarat
informasi sesuai dengan fokus penelitian. Dalam purposive sampling jumlah sampel atau
informan bisa sedikit, dan bisa juga banyak terutama tergantung dari tepat atau tidaknya
pemilihan informan dan kompleksitas dan keragaman yang di teliti (Bungin, 2007:53).
Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah:
1. Masyarakat Etnis Cina yang sudah menetap >25 tahun di Kota Juang.
2. Etnis Aceh di Kota Juang.
3.5Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data sebagai cara untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang
diperlukan. Peneliti akan menggunakan teknik obsevasi dan wawancara mendalam. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Obsevasi
Metode observasi atau pengamatan adalah metode pegumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian secara langsung. Peneliti akan
melihat pola interaksi antara Etnis Cina dengan Suku Aceh serta proses adaptasi
antara Etnis Cina dengan Suku Aceh.
2. Wawancara mendalam
Metode wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara dan pertayaan-pertayaan yang diajukan dapat berkembang sesuai
dengan jawaban yang diberikan oleh informan sampai mendapat informasi yang
diinginkan dan menjawab rumusan masalah penelitian. Pada penelitian kali ini,
peneliti akan melakukan wawancara mendalam kepada informan mengenai pola
interaksi dan proses adaptasi antara Etnis Cina dan Suku Aceh.
3.6Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu tahap pengelolaan data. Bogloan dan Biklei
menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari data dan menentukan pola. Mencari apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain (Moleong, 2005: 248).
Data-data yang telah diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dan
dikelompokkan ke dalam kategori tertentu. Pada penelitian kali ini, penulis akan
menyederhanakan dan mengedit data yang dari lapangan tersebut dan disusun serta
diinterpretasikan secara kualitatif. Pada bagian akhir dari analisis data adalah penegasan
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1.Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1. Deskripsi Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
Kabupaten Bireuen adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Kabupaten ini
menjadi wilayah otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh
Utara. Kabupaten ini terkenal dengan julukan kota juangnya, dan sempat menjadi salah satu
basis utama Gerakan Aceh Merdeka. Semenjak diberlakukannya darurat militer sejak bulan
Mei 2003, situasi di kabupaten ini berangsur-angsur mulai kembali normal meski belum
sepenuhnya. Adapun mengenai Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang, Bireuen pernah
menjadi ibukota RI yang ketiga selama seminggu, setelah Yogyakarta jatuh ke tangan
penjajah dalam agresi Belanda. Meuligoe atau kantor Bupati Bireuen yang sekarang ini
pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno. Selain dikenal sebagai tempat yang
bersejarah, Kabupaten Bireuen juga terkenal dengan makanan khasnya berupa emping
melinjo dan keripik pisang.
Kecamatan Kota Juang adalah salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabaupaten
Bireuen yang mempunyai luas wilayah sekitar 16,91 km2. Kecamatan ini merupakan wilayah
pusat kota yang ada di Kabupaten Bireuen, dan tempat di mana mayoritas etnis pendatang
berada. Adapun etnis yang berada di Kecamatan Kota Juang adalah Aceh, Jawa, Gayo,
Padang, Batak, India dan Cina. Saat ini etnis tersebut sudah menjadi bagian dari masyarakat
Bireuen, walaupun mereka merupakan etnis pendatang. Namun Bireuen sudah menjadi tanah
kelahiran mereka juga, maka dari itu tidak ada yang menyangkut perbedaan diantara etnis
yang berada di Kabupaten Bireuen khususnya Kecamatan Kota Juang. Hidup berdampingan
dengan etnis lain merupakan hal yang biasa di Kecamatan Kota Juang, termasuk dalam
1. Meunasah Blang 13. Gampong Baro
2. Meunasah Capa 14. Geudong Alue
3. Meunasah Dayah 15. Geudong geudong
4. Meunasah Reuleut 16. Geulanggang Baro
5. Meunasah Teungku 17. Geulanggang Gampong
6. Digadong 18. Geulanggang Kulam
7. Blang Reulieng 19. Geulanggang Teungoh
8. Blang Tingkeum 20. Kota Bieruen
9. Buket Teukueh 21. Lhok Awe Teungoh
10.Cot Gapu 22. Pulo Ara Geudong Teungoh
11.Cot Jrat 23. Pulo Kiton
12.Cot Peutek 24. Uteun Reutoh
Dikarenakan lokasinya yang strategis, Kecamatan Kota Juang menjadi tempat bagi
pendatang di Bireuen sehingga terdapat berbagai jenis etnis yang saling berinteraksi. Salah
satunya adalah etnis Cina yang merupakan etnis pedagang dan tinggal di pusat kota. Hal ini
memungkinkan adanya interaksi antara masyarakat lokal dan pendatang di Kota Juang
sehingga membuat peneliti tertarik untuk memilih Kota Juang sebagai tempat penelitian.
Berikut merupakan jumlah penduduk di Kecamatan Kota Juang kabupaten bireuen,
dilihat pada Tabel No.1
Tabel No.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
No Kelurahan
Jumlah Penduduk
Tahun 2015
1 Cot Peutek 370 Jiwa
3 Uteuen Reutoh 402 Jiwa
4 Buket Teukuh 938 Jiwa
5 Blang Reuling 463 Jiwa
6 Blang Tingkeum 606 Jiwa
7 Geulanggang Gampaong 3.690 Jiwa
8 Pulo Ara Gd. Teungoh 3.789 Jiwa
9 Bir. Mns Capa 3.522 Jiwa
10 Bir. Mns. Tgk. Digadong 2.206 Jiwa
11 Bir. Mns. Dayah 3.668 Jiwa
12 Bir. Mns. Blang 3.065 Jiwa
13 Bir. Mns. Reuleut 3.146 Jiwa
14 Bandar Bireuen 3.690 Jiwa
15 Pulo Kiton 2.485 Jiwa
16 Lhok Awe Teungoh 1.788 Jiwa
17 Geudong Alue 1.471 Jiwa
18 Geudong Geudong 4.262 Jiwa
19 Geulanggang Teungoh 4.040 Jiwa
20 Gelanggang Baro 1.157 Jiwa
21 Geulanggang Kulam 1.525 Jiwa
22 Cot Gapu 1.506 Jiwa
23 Gampong Baro 1.578 Jiwa
Total 49.758 Jiwa
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bireuen
Dari Tabel No. 1 terlihat bahwa Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen memiliki jumlah
4.1.2 Gambaran Penduduk Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen
Kecamatan Kota Juang merupakan jalan lintas antara sumatera dan wilayah dataran
tinggi Gayo (Takengon), dan beberapa dari penduduknya kebanyakan berdagang.
Berikut merupakan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, dilihat pada
Tabel No. 2
Tabel No.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Sumber data : Sekretaris Desa
Pada tabel No.2 terlihat bahwa rata-rata masyarakat Kecamatan Kota Juang bermata
pencarian sebagai Pedagang dengan jumlah sebesar 2580 jiwa. Hal ini terlihat karena letak
geografis Kecamatan Kota Juang sangat strategis bagi masyarakatnya yang bekerja di
Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
4.1.3. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen
A. Sarana Ibadah
Sarana Ibadah merupakan tempat yang telah disediakan oleh pihak pemerintahan di
daerah Kecamatan Kota Juang sebagai penunjang aktivitas keagamaan masyarakat sekitar.
Selain itu juga, sarana ibadah dapat digunakan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial dan
Jenis Mata Pencarian Jumlah
Petani 1734
Nelayan 9
Pedagang 2580
Industri Rumah Tangga 391
PNS 1912
Buruh/Pegawai Swasta 2096
tempat bertemunya warga sekitar Kecamatan Kota Juang khususnya yang memeluk agama
Islam.
Sarana Ibadah di Kecamatan Kota Juang sangat lengkap dan mewakili masing-masing
agama yang dianut masyarakat sekitar. Terdapat mesjid dan surau/meunasah sebagai tempat
beribadah bagi pemeluk agama Islam sebagai masyarakat mayoritas. Terdapat juga gereja
sebagai tempat ibadah agama Kristen dan sekaligus di dalamnya terdapat kuil sebagai tempat
beribadah agama Budha.
Berikut merupakan Sarana Ibadah yang terdapat di Kecamatan Kota Juang yang dapat
dilihat pada Tabel No. 3
Tabel No.3
Sarana Ibadah di Kecamatan Kota Juang
No Sarana Ibadah Jumlah
1 Mesjid 9
2 Surau 27
3 Gereja 1
4 Vihara 1
Total 38
Sumber data : Sekretaris Desa
B. Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan merupakan upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan bagi masyarakat di Kecamatan Kota Juang yang memerlukan periksaan,
pengobatan/perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Selain tempat untuk perawatan
orang sakit dan gangguan kesehatan lainnya, sarana kesehatan juga digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial seperti donor darah, check up gratis, pemeriksaan
Puskesmas merupakan unit fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan mudah dijangkau oleh masyarakat
Kecamatan Kota Juang. Sebagai unit yang kecil puskesmas dapat menjadi tempat perawatan
yang cepat bagi masyarakat, untuk itu puskesmas ini berada di tengah-tengah wilayah
Kecamatan Kota Juang.
Selain puskesmas sarana kesehatan lainnya yaitu adanya rumah sakit yang dibangun
tepat di Kecamatan Kota Juang, di mana rumah sakit ini dapat membantu dan menyediakan
alat-alat medis yang tidak ada di puskesmas. Selain itu juga terdapat klinik yang menjual
obat-obatan dan dapat menanggulangi penyakit ringan yang dialami oleh masyarakat
Kecamatan Kota Juang dengan cepat khususnya bagi anak-anak. Dengan adanya sarana
prasarana kesehatan ini masyarakat akan mudah untuk mendapatkan pertolongan dalam
masalah kesehatan.
Berikut merupakan sarana kesehatan di Kecamatan Kota Juang, dilihat dari Tabel
No.4
Tabel No.4
Sarana Kesehatan di Kecamatan Kota Juang
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit 4
2 Puskesmas/Pustu 2
3 Klinik/Dokter Praktek 19
4 Polindes 7
Total 32
C. Sarana Pendidikan
Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan namun juga sebagai upaya
untuk membentuk karakter dan menumbuhkan sifat sosial.
Sarana pendidikan yang dibangun di wilayah Kecamatan Kota Juang bertujuan untuk
memudahkan masyarakatnya untuk mendapatkan pendidikan atau pembelajaran yang mereka
tidak dapatkan di rumah. Seperti halnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang
merupakan langkah awal bagi anak-anak di Kecamatan Kota Juang untuk mengenal dunia
pendidikan. Mengenal teman-teman baru di tempat belajar dapat membantu anak tersebut
memiliki sikap mudah untuk bersosialisasi, faktor eksternal atau lingkungan ini dapat
memberikan dampak positif bagi seorang anak. Selain PAUD, ada juga TK (Taman
Kanak-kanak) dan tingkatan lainnya seperti SD, SMP, serta SMU yang tersedia bagi anak-anak di
Kecamatan Kota Juang. Sarana pendidikan ini ditempatkan di wilayah Kecamatan Kota
Juang agar masyarakat sekitar mudah untuk memperoleh pendidikan dan sebagai bentuk
perwujudan bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi siapa saja.
Berikut merupakan sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Kota Juang, dilihat
Tabel No.5
Sarana Pendidikan di Kecamatan Kota Juang
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 SD/MI 24
2 SMP/MTS 8
3 SMU/MA 5
4 Perguruan Tinggi Non Agama 1
Total 38
D. Sarana Olahraga
Sarana olahraga merupakan tempat untuk melatih tubuh seseorang secara jasmani dan
rohani. Aktivitas-aktivitas dalam olahraga berguna untuk melatih fisik serta psikis yang
bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan seseorang. Walaupun fasilitas untuk
tempat berolahraga di Kecamatan Kota Juang kurang lengkap, namun lapangan atau fasilitas
yang ada dapat dimanfaatkan masyarakat dalam berolahraga untuk menjaga dan menigkatkan
kesehatan masyarakat di Kecamatan Kota Juang.
Selain itu, lapangan olahraga juga dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan acara
besar seperti perlombaan dalam memperingati Hari Kemerdekaan 17 agustus atau acara
momentum lainnya. Adanya sarana olahraga tersebut dapat bermanfaat untuk mempererat
silaturahmi solidaritas berbagai etnis masyarakat di Kecamatan Kota Juang.
Berikut merupakan sarana olahraga yang terdapat di Kecamatan Kota Juang, dilhat
Sarana Olahraga yang terdapat di Kecamatan Kota Juang (Tabel No.6)
No Sarana Olahraga Jumlah
1 Sepak Bola 29
2 Bola volly 19
3 Bela Diri 4
4 Bulu Tangkis 14
5 Sepak Takrow 2
Total 68
Sumber data : Sekretaris Desa
4.2. Karakteristik Informan
Informan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian dan merupakan salah
satu kunci bagi peniliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Karakteristik informan ini digunakan sebagai penentuan informan dalam penelitian. Adapun
karakteristik tersebut terbagi atas etnis, lama tinggal, umur, pekerjaan dan agama di
Kecamatan Kota Juang. Untuk lebih jelas maka peneliti akan mendeskripsikan karakteristik
informan sebagai berikut:
4.2.1. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur
Karakteristik Informan Berdasarkan Umur (Tabel No. 7)
NO Kategori Umur Jumlah (n) Persentase (%)
1 25-35 Tahun 8 66,7%
2 >36 Tahun 4 33,3%
Total 12 100%
Berdasarkan Tabel No. 7 memperlihatkan bahwa data informan penelitian
berdasarkan umur terdapat 8 orang (66,7%) adalah informan yang berumur 25-35 tahun dan 4
orang (33,3%) adalah informan yang berumur diatas 36 tahun.
4.2.2. Karakteristik Informan Berdasarkan Agama
Tabel No. 8
Karakteristik Informan Berdasarkan Agama
No Kategori Agama Jumlah (n) Persentase (%)
1 Islam 8 66,7
2 Budha 3 25
3 Kristen 1 8,3
Total 12 100%
Sumber : Hasil Penelitian 2017 (data diolah)
Berdasarkan Tabel No. 8 memperlihatkan bahwa informan penelitian berdasarkan
agama terdapat 8 orang (66,7%) beragama Islam, 3 orang (25%) beragama Budha, 1 orang
(8,3%) beragama Kristen.
4.2.3. Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis
Tabel No. 9
Karakteristik Informan Berdasarkan Etnis
NO Kategori Etnis Jumlah (n) Persentase (%)
1 Aceh 7 58,3
2 Cina 5 41,7
Total 12 100%
Sumber : Hasil Penelitian 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel No. 9 memperlihatkan bahwa informan penelitian berdasarkan
4.3. Profil Informan Masyarakat Kecamatan Kota Juang
1. Informan Pertama
Nama : Joki Zulfik
Umur : 25
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh/Pegawai Swasta
Alamat : Geudong Teungoh Lorong Musala
Joki merupakan warga di Kecamatan Kota Juang, tepatnya berada di Geudong
Teungoh dan Kecamatan Kota Juang tersebut adalah tanah kelahirannya. Beliau merupakan
alumnus Universitas Medan Area yang saat ini bekerja sebagai Buruh/Pegawai swasta di
Bireuen. Saat beliau menduduki sekolah SMP dan SMA, berteman dengan lain etnis
merupakan hal yang biasa baginya. Karena sejak kecil, teman berinteraksinya tidak hanya
berasal dari etnisnya sendiri namun juga dari Etnis pendatang seperti Etnis Cina, Batak dan
Jawa.
Setelah menyelesaikan studinya di Universitas, beliau kemudian kembali ke Kota
Juang. Setelah kembali, beliau menganggap bahwa perilaku sosial yang ada di masyarakat
Bireuen masih sama seperti biasanya disaat dia meninggalkan kampung halaman untuk
melanjutkan studinya ke luar kota. Meskipun terdapat sedikit perubahan yang ditemui seperti
warung kopi yang kini sudah semakin modern dan tidak hanya diperuntukkan untuk kalangan
orang tua saja. Warung kopi menjadi salah satu tempat untuk berinteraksi bagi berbagai etnis
yang terdapat di Kota Juang. Ia memiliki banyak teman dari berbagai etnis salah satunya
adalah etnis Cina. Kedekatan ini menjadikan Joki leluasa untuk bermain bersama temannya
bola di tanah lapang tepat di belakang rumahnya dengan teman-temannya yang lain dari Etnis
Cina, Batak, Jawa dan sebagainya.
2. Informan ke dua
Nama : Pak Agus
Umur : 34 Tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Gampong Baro
Bapak Agus merupakan warga Gampong Baro yang berumur 34 Tahun, dan
Gampong Baro Kecamatan Kota Juang adalah tanah kelahirannya. Beliau merupakan dosen
salah satu universitas swasta yang terdapat di Kabupaten Bireuen dan terlibat aktif dalam
beberapa kegiatan masyarakat yang ada di Kelurahan Gampong Baro. Salah satunya adalah
dengan mengikuti perwiritan yang diadakan setiap malam Jumat. Beliau adalah alumnus
Universitas Sumatera Utara Jurusan Pertanian. Pak Agus lebih dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan Pak Dosen.
Sejak lahir dan tinggal di Kecamatan Kota Juang, Pak Agus sudah berteman dengan
berbagai etnis lain yang ada di Kelurahan Gampong Baro. Meskipun Pak Agus memiliki latar
belakang keluarga yang taat agama, beliau tidak memiliki kesulitan untuk berinteraksi dengan
etnis dan agama yang berbeda. Seperti etnis Cina yang mayoritas beragama Kristen atau
menganut Budha.
Pak Agus dikenal baik oleh masyarakat sekitar, hal ini dikarenakan ia sering
mengunjungi salah satu kedai kopi yang terdapat di Kecamatan Kota Juang sehingga dapat
3. Informan Ketiga
Nama : Ibu Dar
Umur : 40 Tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Geudong Alue
Ibu Dar merupakan penduduk asli Geudong Alue Kecamatan Kota Juang berumur 40
tahun dan bekerja sebagai PNS di Kantor Camat Kota Juang. Profesinya ini menjadikannya
dikenal oleh masyarakat. Selain itu, beliau juga aktif mengikuti kegiatan seperti perwiritan
untuk ibu-ibu yang selalu diadakan pada Jumat sore. Peserta perwiritan tersebut tidak hanya
berisikan perempuan etnis Aceh yang beragama Islam namun juga berasal dari etnis lain
seperti Batak, Jawa, Padang dan bahkan Cina.
Lingkungan tempat tinggal Ibu Dar tidak hanya berisikan etnis Aceh namun juga
terdapat Etnis Cina. Dalam aktivitas sehari-harinya, mereka berkomunikasi dengan baik tidak
hanya sekadar bertegur sapa namun juga bergosip. Walaupu Bu Dar merupakan Etnis asli
Aceh, Bu Dar tidak pernah menunjukkan rasa tidak suka terhadap etnis lain seperti Etnis
Cina. Mereka selalu berbaur dan saling mendukung satu sama lain, bahkan tetangganya Etnis
Cina selalu membantu apabila beliau mengadakan acara di rumah dan begitu juga sebaliknya.
4. Informan Ke empat
Nama : Nita
Umur : 27 Tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Kota Bireuen
Nita merupakan penduduk Kota Bireuen yang berumur 27 tahun. Ia bekerja sebagai
pegawai swasta yang ada di Kota Bireuen dan aktif dalam kegiatan seperti donor darah di
beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Kota Juang.
Sejak kecil ia sudah berinteraksi dengan Etnis Cina yang menjadi teman sekolahnya
saat di Kecamatan Kota Juang. Ia memiliki sahabat yang berasal dari etnis Cina meskipun
saat ini ia mengaku sudah jarang berkomunikasi dengan sahabatnya tersebut dikarenakan
sudah menetap di luar kota. Sehari-harinya Nita berinteraksi dengan etnis lain di warung
kopi, tempat berbagai anak muda dari beragam etnis menghabiskan waktu. Nita tidak
memiliki masalah dengan etnis mana pun yang ada di Kecamatan Kota Juang, dan sudah
dikenal ramah di kalangan anak muda yang berada di lingkungannya. Sifatnya yang mudah
bersosialisasi menjadikannya berteman dengan etnis pendatang yang ada di sekitarnya.
Meskipun Nita sempat meninggalkan kampung halaman ketika menempuh
pendidikan di Universitas, ia tidak merasa asing saat kembali. Itu semua berkat sikap terbuka
yang dimilikinya sehingga ia sangat dikenal oleh anak muda sekitar.
5. Informan Ke lima
Nama : Kak Rina
Umur : 30 Tahun
Suku : Cina
Agama : Budha
Pekerjaan : Dokter
Alamat : Jl. Yoesoef Bahrun Kota Bireuen
Kak Rina merupakan anak dari pedagang Mie Pangsit Apilin yang terkenal di
sakit umum di Kecamatan Kota Juang. Bireuen tempat kelahirannya, sejak kecil ia tinggal di
Bireuen dikarenakan ayahnya adalah pedagang dan memutuskan untuk merantau ke Bireuen.
Saat konflik terjadi antara Gam (Gerakan Aceh Merdeka) dengan TNI di Bireuen,
banyak Etnis Cina yang pergi ke luar kota untuk mencari tempat aman namun keluarga
mereka memilih untuk tetap tinggal di Bireuen. Bagi Kak Rina, Bireuen adalah tanah
kelahirannya dan memiliki kenangan masa kecilnya. Ia berteman baik dengan masyarakat
Bireuen lainnya. Sebagai seoarang dokter, tentu ia juga merawat pasien yang merupakan
korban konflik antara GAM dan TNI di Kabupaten Bireuen. Termasuk porsonil TNI yang
tertembak oleh Kombantan Gerakan Aceh Merdeka. Pada saat itu dia juga merupakan dokter
satu-satunya yang ada di Rumah Sakit Umum yang menetap di Bireuen saat konflik terjadi
ditemani beberapa perawat yang menjadi temannya di rumah sakit tersebut.
Proses interaksi yang dijalaninnya dengan etnis lokal berjalan dengan baik, ia tidak
memiliki kesulitan dikarenakan masyarakat Bireuen khususnya di Kecamatan Kota Juang
sangat menghargai etnis lain yang menetap di sini. Kak Rina merasa nyaman tinggal di
Bireuen, hal ini menjadikannya memilih kembali ke Bireuen setelah menempuh pendidikan
dokternya untuk mengabdi kepada masyarakat Kota Juang. Meskipun minoritas, ia aktif
berpartisipasi dalam acara gotong royong di Kota Juang.
6. Informan Keenam
Nama : Danil
Umur : 28
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh/Pegawai Swasta
Danil adalah seorang penduduk di Kelurahan Lhok Awe Teungoh yang berumur 28
tahun. Di lingkungan tempat ia tinggal terdapat Etnis Cina yang beragama Kristen, proses
interaksi antara Danil dan etnis Cina tersebut sering terjadi sehingga sudah terjalin keakraban
di antara mereka.
Sebagai seorang anak muda, tidak heran apabila Danil biasa menghabiskan waktu
untuk duduk di warung kopi di dekat rumahnya untuk menikmati kopi dan berinteraksi
dengan berbagai etnis yang ada di Lhok Awe Teungoh. Tidak terlihat perbedaan dalam
interaksi tersebut dikarenakan bahasa yang digunakan adalah bahasa Aceh, meskipun masih
terdapat dialek khas dari Etnis Cina. Sebagai penduduk lokal Danil tidak pernah menutup diri
untuk beradaptasi dengan etnis lain yang ada di Kelurahan Lhok Awe. Ia dikenal ramah dan
suka membantu masyarakat setempat dan begitu juga sebaliknya.
7. Informan Ketujuh
Nama : Ibu Kusuma
Umur : 35 Tahun
Suku : Cina
Agama : Budha
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kota Bireuen
Ibu Kusuma merupakan Etnis Cina dan dari kecil sudah tingggal di Kota Bireuen
hingga kini beliau berumur 35 tahun. Ia memiliki usaha fotokopi yang berada tepat di tengah
Kota Bireuen Kecamatan Kota Juang, di tokonya ia memiliki 2 karyawan Etnis Aceh.
Hubungan beliau dengan karyawannya terjalin dengan harmonis, mereka tidak sungkan untuk
berbicara bahkan sesekali bergosip. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Aceh, tidak
Keseharian Bu Kusuma hanyalah menjaga usaha fotokopinya, namun hal tersebut
tidak mengurangi intensitasnya untuk berinterkasi dengan etnis lain yang ada di Kota
Bireuen. Beliau juga ikut berpartisipasi apabila diadakan acara besar seperti perayaan 17
Agustus, ia membantu memeriahkan acara dan turut melibatkan anak-anak dalam mengikuti
perlombaan yang diselenggarakan oleh panitia.
8. Informan Kedelapan
Nama : Pak Adnan
Umur : 48 Tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Geucik/Lurah Kota Bireuen
Alamat : Jl. Bakti Kota Bireuen
Pak Adnan merupakan warga asli Kelurahan Kota Bireuen dan sekarang menjabat
sebagai Kepala Geucik/Lurah di Kelurahan Kota Bireuen, beliau berumur 48 tahun. Kota
Bireuen merupakan tanah kelhirannya, sejak kecil beliau sudah berinteraksi dengan berbagai
etnis yang berada di Kecamatan Kota Juang.
Sebagai lurah, beliau banyak dikenal oleh masyarakat sekitar. Keseharian Pak Adnan
selalu disibukkan perihal kegiatan yang melibatkan masyarakat kelurahan Kota Juang, dan di
sinilah beliau banyak berinteraksi dengan Etnis lain selain Aceh. Beliau sangat melindungi
masyarakat Kelurahan Kota Juang, tanpa membeda-bedakan Etnis lokal maupun pendatang,
beliau menganggapkan mereka semua adalah sama karena mereka juga bagian dari
masyarakat Kelurahan Kota Juang. Saat terjadi konflik di aceh, apabila masyarakat lokal
yang berstatus sebagai Kombantan Gerakan Aceh Merdeka untuk mengusir Etnis Cina untuk
pergi, Pak Adnan melindungi mereka sehingga pengusiran tersebut tidak terjadi. Menurutnya,
Bireuen saja. Masyarakat Bireuen tetap menganggap Etnis Cina sebagai bagian dari mereka,
maka dari itu masyarakat bireuen khususnya Pak Adanan sebagai Lurah tidak pernah
terpengaruh oleh isu tersebut. Pak Adnan terkenal ramah di kalangan masyarakat Bireuen
baik dari etnis lokal maupun etnis Cina yang berada di Kecamatan Kota Juang khususnya di
Kelurahan Kota Bireuen.
9. Informan Kesembilan
Nama : Pak Herman
Umur : 40 Tahun
Suku : Cina
Agama : Islam
Pekerjaan : Dokter
Alamat : Kota Bireuen
Pak Herman merupakan warga Kelurahan Kota Bireuen dan bekerja sebagai dokter
paktek dan membuka sebuah klinik, ia kini berumur 40 tahun. Beliau merupakan asli
penduduk Kota Medan. Ia bertugas di Bireuen di Kecamatan Kota juang pada umur 30 tahun
dan tertarik kepada gadis Etnis Aceh Bireuen kemudian beliau menikahinya. Sebelum
menikah, beliau memutuskan untuk menjadi mualaf dan memilih untuk menetap di Bireuen.
Proses interaksi beliau dengan masyarakat lokal sama sekali tidak terasa sulit untuk
dilakukan, karena masyarakat Bireuen sangat terbuka dan menghargai etnis pendatang.
Keseharian beliau saat ini selain bekerja sebagai dokter, sebagai mualaf ia juga belajar
mendalami ilmu Agama Islam. Sebagai Etnis yang minoritas beliau mencoba beradaptasi
dengan berinteraksi dengan etnis lokal demi menjalin hubungan baik. Selama di Bireuen
Pak Herman juga banyak dikenal oleh masyarakat setempat, karena beliau mualaf dan
juga tempat prakteknya banyak didatangi masyarakat Aceh untuk berobat. Selain mudah
ditemui, beliau juga menjual obat herbal di kliniknya.
10.Informan Kesepuluh
Nama : Ibu Hasridar
Umur : 56
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Geudong Teungoh lorong meunasah
Ibu Hasridar merupakan penduduk asli Kecamatan Kota Juang dan bersuku Aceh.
Pekerjaan beliau sebagai Ibu Rumah Tangga dan aktif dalam perwiritan yang diadakan oleh
ibu-ibu Geudong teungoh. Perwiritan salah satu wadah untuk ia berinteraksi dengan sesama
Etnis dan begitu juga dengan diluar Etnis Aceh seperti Padang, Hindia dan Melayu.
Ia sering berinteraksi dengan Etnis Cina yang berada di depan rumahnya, ia mengakui
sering bergosip dengan temannya yang Etnis Cina. Selama beliau bertetangga dengan Etnis
Cina tersebut tidak ada rasa sulit untuk berinteraksi, mereka saling bertukar pikiran apabila
dalam kondisi kesulitan dan saling membantu satu sama lain.
11.Informan Kesebelas
Nama : Hendri tandi utama
Umur : 25 Tahun
Suku : Cina
Agama : Budha
Pekerjaan : Pedagang
Hendri sudah menetap lama di Kota Bireuen dan mempunyai mata pencaharian
sebagai pedagang, beliau berumur 25 tahun. Selama menetap di Bireuen beliau merasa
nyaman karena masyarakatnya terbuka dan menghargai perbedaan. Saat beliau berinteraksi
dengan Etnis Aceh sebagai penduduk lokal, Hendri tidak pernah merasakan kesulitan.
Dalam kesehariannya mengurus dagangan, Hendri sering berkumpul dengan
temannya yang mempunyai perbedaan Etnis dengannya. Hendri tidak pernah melarang
siapapun untuk datang ke tempat kerjanya baik untuk bercerita ataupun meminta tolong
kepadanya. Sebagai pedagang Hendri banyak bertemu dengan Etnis lain dan kebanyakan di
antara mereka Etnis Aceh yang datang ke tempanya untuk membeli barang dagangannya.
12.Informan Keduabelas
Nama : Anthony
Umur : 27 Tahun
Suku : Cina
Agama : Kristen
Pekerjaan : Toko Obat/ Apotik
Alamat : Kota Bireuen
Anthony merupakan warga di Kecamatan Kota Juang kelurahan Kota Bireuen. Beliau
saat ini berumur 27 tahun dan sudah sejak awal tinggal di Kota Bireuen. Interaksi dengan
Etnis Aceh sudah lumrah karena dari sejak kecil beliau sudah tinggal di Kota Bireuen, ia
sudah sangat lancar dalam menggunakan bahasa Aceh. Meskipun dengan sesama Etnisnya ia
tetap mengunakan bahasa Cina.
Mempunyai apotik untuk orang berobat pekerjaan ini juga sekaligus meneruskan
usaha ayahnya, di mana tempat ia bekerja tersebut bisa menjadi wadah beliau untuk
berinteraksi dengan Etnis lain. Sebagai penduduk pendatang dan minoritas, beliau tidak
dengan Etnis Aceh sudah terjalin dari sejak beliau kecil di Kota Bireuen, ia juga menempuh
pendidikannya di salah satu sekolah Negeri yang ada di Kecamatan Kota Juang. dan
kebanyakan teman kecil beliau berasal dari Etnis Aceh.
4.4. Bentuk Interaksi Pada Etnis Cina dan Etnis Aceh di Kecamatan Kota Juang
4.4.1. Interaksi Sosial Secara Langsung Pada Masyarakat Kecamatan Kota Juang
Dalam penelitian ini, interaksi sosial secara langsung ditandai dengan adanya kontak
langsung antar individu maupun kelompok yang melakukan percakapan antara 2 orang atau
lebih secara tatap muka tanpa adanya perantara seperti halnya bertegur sapa dengan tetangga.
Seperti yang dilakukan oleh Ibu Hasridar yaitu :
“...kalau ngobrol seringlah saya lakukan, apalagi dengan tetangga yang di depan rumah saya udah gitu Ibu itu Etnis Cina lagi. Kadang saya ke rumahnya, tapi dia sih paling sering ke rumah saya. Kalau udah duduk-duduk sesama ibu-ibu semuanya di diceritain...( Hasil wawancara, 18/02/2017)”
Sama halnya yang dikatakan oleh Nita, Yaitu :
“...sebenarnya saya agak jarang kalau berinteraksi dengan tetangga, malah
lebih sering sama teman-teman kerja. Karena kerjanya dari pagi sampai sore, tapi kalau pulang kerjalah saya ketemu sama tetangga. Itupun kadang-kadang saya ngajak tetangga saya duduk warung kopi, disitulah kami sering ngobrol. Tapi ada juga teman-teman lain yang datang kayak teman sekolah....” ( Hasil wawancara, 20/02/2017)
Dan juga yang dikatakan oleh Joki, yaitu :
“...aku suka sarapan pagi di tempat apilin, ibu itu orang Cina. Sarapannya Mie Pangsit kebetulan aku sering makan di situ sebelum berangkat kerja. Disitulah aku berinteraksi dengan yang punya, karena udah sering makan situ makanya kami sering ngobrol juga. Enak kali mie pangsitnya, kau coba jugalah makan disitu...” (Hasil wawancara, 20/02/2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa, tanpa disadari oleh warga di
Kecamatan Kota Juang mereka melakukan proses dari interaksi sosial berupa kontak dan
adanya komunikasi dengan tetangganya. Melalui percakapan yang diawali dengan bertegur
sapa dan kemudian menanyakan kabar serta sesuatu hal terkait keadaan yang ada di tempat
mereka akan berkomunikasi walaupun Etnis yang berbeda asalkan ada rasa kenyamanan
diantara mereka.
4.4.2. Interaksi Sosial Secara Tidak Langsung Pada Masyarakat Kecamatan Kota
Juang
Interaksi sosial secara tidak langsung adalah dengan adanya menggunakan alat bantu
sebagai perantara seperti halnya melalui telfon, surat ataupun alat bantu lainya. Interaksi
sosial secara tidak langsung ini juga terdapat kontak ataupun komunikasi sebagai syarat
terjadinya interaksi, hanya saja dilakukan dengan menggunakan sarana komunikasi sarana
komunikasi. Seperti halnya akan di adakan kegiatan perwiritan rutin maka penggurus mesjid
maupun meunasah akan memberitahukan kepada warga sekitar jadwal giliran akan
mengadakan perwiritan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Pak Agus:
“...dari dulu biasanya, kalau mau kasih pengumuman kepada warga setempat untuk jadwal perwiritan. Itu hanya cukup dengan ditulis di papan tulis mesjid atau meunasah saja, nanti warga melihat ketika mereka shalat berjamaah di mesjid...” (Hasil wawancara tanggal, 10/04/2017)
Selain kegiatan perwiritan, saat ada salah satu warga yang sedang kemalangan juga
akan diumumkan atau diberitahukan melalui alat bantu berkomunikasi seperti pengeras suara
yang berada di mesjid.
Seperti yang dikatakan oleh Danil:
”... setiap warga yang ketimpa musibah khususnya kemalangan kita dari keluarga korban melalui penggurus mesjid akan mengumumkannya. Lagian kalau melalui mesjid kan langsung didengar oleh warga sekitar dan lebih mudah juga...” (Hasil Wawancara, 7/04/2017)
Selain itu juga, setiap lurah akan memeberitukan kepada masyarakat melaui media
perantara seperti halnya menuliskan bentuk penggumuman di mading kantor Lurah yang
memberitahukan tentang kegiatan yang akan dilaksakan oleh kelurahan. Seperti kegiatan
Seperti yang dikatakan oleh Pak Adnan:
“...sebagai lurah, saya sering memberitahukan masyarakat setempat untuk
mengajak bergotong royong. Biasanya melalui papan tulis atau mading yang ada di depan lurah, dan melalui alat pengeras suara yang ada di meunasah...” ( Hasil wawancara, 12/04/2017)
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dengan adanya alat bantu
berkomunikasi, maka warga tidak harus saling bertatap muka untuk berinterkasi. Dengan
demikian, informasi-informasi penting dapat sampai ke masyarakat baik kelurahan maupun
tingkat kecamatan Kota Juang dengan cepat.
4.4.3. Interaksi Antar Sesama Etnis
Etnis merupakan sekelompok individu dalam masyarakat yang memiliki kesamaan
ras, adat, bahasa, keturunan, dan memiliki sejarah yang sama sehingga mereka memiliki
keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan suatu sistem budaya dan mereka terikat di
dalamnya. Melalui interaksi akan tercipta suatu hubungan yang akan membentuk suatu
kelompok sosial, dimana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan untuk bersama.
Adapun persyaratan untuk membentuk suatu kelompok dalam masyarakat adalah :
1. Adanya dorongan atau motif yang sama pada setiap individu, sehingga terjadi
interaksi sosial dan memiliki tujuan bersama.
2. Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu dengan yang
lain, akibat terjadinya interaksi sosial.
3. Adanya pembentukan dan penegasan stuktur kelompok yang jelas.
4. Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok.
Dari kesadaran untuk membentuk suatu kelompok sosial dalam hal ini adalah Etnis,
maka setiap Etnis mempunyai kelompok sosialnya masing-masing dengan berbagai
aturan-aturan yang mengikat berupa nilai dan norma serta adat istiadat. Seperti yang dikatankan kak
“...kalau saya berinteraksi dengan sesama etnis saya, saya keseringan mengunakan bahasa etnis saya walaupun terkadang mengunakan bahasa Indonesia. Tapi mau gimana pun namanya juga sesama etnis, pasti keseringan menggunakan bahasa etnis kita punya...” ( Hasil wawancara tanggal, 12/03/2017)
Kesamaan suku atau etnis didalam masyarakat, membuat mereka semakin dekat
dengan sesama Etnis dan terasa asing apabila mengunakan bahasa lain dalam berinteraksi
dengan sesama Etnis. Penyebab demikian adalah karena mereka sudah terbiasa dengan etnis
mereka sendiri dalam berinteraksi, bukan hanya Etnis Cina saja, tapi beberapa etnis lain juga
demikian. Seperti yang dikatakan Anthony, yaitu :
“...begitula namanya juga satu suku, kan lebih akrab mengunakan bahasa sendiri dalam berkomunikasi. Suku lain juga begitu yang ada disini, mereka mengunaka bahasa mereka sendiri apabila berkomunikasi dengan yang satu suku sama mereka...” ( Hasil wawancara tanggal, 12/03/2017)
Hal ini juga sama dengan yang dikatakan Hendri, yaitu:
“...kalau satu suku agak asing rasanya apabila berbicara mengunakan bahasa lain. Makanya saya kalau udah ketemu dengan etnis yang sama dengan saya, saya selalu berbahasa etnis saya. Kecuali dengan etnis aceh, kadang saya mengunakan bahasa indonesia terkadang juga mengunakan bahasa aceh...” ( Hasil wawancara tanggal, 12/03/2017)
Kebiasaan berinteraksi dengan satu suku membuat masing-masing Etnis terbiasa
dengan sukunya sendiri, sehingga dalam berinteraksi mereka mengunaka bahasa mereka
sendiri. Begitu juga dengan Etnis lain yang ada di Kecamatan Kota Juang. Seperti yang
dikatakan oleh Bu Dar, yaitu:
“...saya kalau ngobrol dengan sesama etnis, saya selalu mengunakan bahasa daerah saya Aceh. kecuali saya berada dikantor, disitu saya baru mengunakan bahasa Indonesia...” (Hasil wawancara, 10/04/2017)
Dari hasil wawancara diatas terbukti bahwa, masing-masing Etnis masih mengunakan
bahasanya sendiri kecuali mereka sedang berada dalam perihal tugas atau bekerja, dimana
4.4.4. Interaksi Antar Etnis Yang Berbeda
Etnisitas sebagai bentuk dari status kelompok yang menyuguhkan kepercayaan
subjektif di dalam keturunan karena adanya tipe fisik yang mirip. Status merupakan hal yang
paling sering menjelaskan kelompok Etnis yang membuat orang-orang percaya bahwa
mereka dari kultur dan bahasa. Karakter setiap Etnis yang berbeda-beda akan mewarnai
dinamika interaksi sosial di Kecamatan Kota Juang, berikut adalah karakter Etnis berdasarkan
hasil wawancara kepada masyarakat Kecamatan Kota Juang dilihat pada Tabel No. 10
Tabel No. 10
Karakteristik Etnis
Etnis Karakter
Aceh Nada atau logat berbicara masih kental
Cina Giat dalam bekerja
Dalam suatu kehidupan sosial tentunya ada kelompok-kelompok sosial yang tinggal
dalam satu wilayah seperti yang ada di Kecamatan Kota Juang terdapat masyarakat dengan
beberapa Etnis tinggal di satu wilayah dan hidup berdampingan. Seperti yang dikatakan oleh
ibu Hasridar, yaitu:
“...teman-teman saya disini juga banyak dari etnis lain, kayak yang di depan
rumah saya itu, dia etnis Cina kami sering ngobrol bareng bahkan ke pajak juga lumayan sering sama. Lagian kalau berteman dengan etnis lain kan tidak masalah...” ( Hasil wawancara, 10/02/2017)
Sama halnya dengan dikatakan kak Rina, yaitu:
“...banyak juga kawan saya yang beda etnis disini. Kayak misalnya acara
17-an kemaren saya ngumpul bareng tem17-an di lap17-ang17-an sambil lihat perlombo17-an y17-ang diadakan oleh panitia. Dan kami berbaur disitu, lagian tidak ada yang mengharuskan berteman dengan satu etnis...” ( Hasil wawancara, 12/03/2017)
Selain berinteraksi disekitar rumah dan perkumpulan lainnya yang didalamnya terjadi
halaman atau teras rumah penduduk dan sebagainya dinilai cukup fungsional dalam menjalin
hubungan antar etnis.
Seperti yang dikatakan oleh Anthony:
“...saya inikan punya apotik atau klinik dan rata-rata pekerjaan saya itu disini,
tapi terkadang saya duduk disebelah toko sambil ngobrol-ngobrol, lagian disebelah toko itu orang aceh kok. Selain itu, palingan yang datang kemari untuk beli obat dan sambil cerita juga kadang sama pembeli dan kebanyakan dari mereka etnis aceh” ( Hasil wawancara, 13/03/2017)
Sama halnya yang dikatakan oleh Hendri, yaitu:
“... saya kalau berinteraksi dengan etnis lain keseringan di warung kopi,
karena kan saya berdagang, ngobrol sama pelanggan cuma sebentar aja itupun soal barang yang mau dibelinya di toko saya. Kalau di warung kopi saya keseringan duduk malam hari, sama temen yang ada di Kecamatan Kota Juang...” ( Hasil wawancara tanggal, 12/02/2017)
Interaksi sosial antar etnis juga menghasilkan sebuah akulturasi serta amalgamasi
dalam masyarakat Kecamatan Kota Juang, seperti yang dikatakan oleh pak Herman, yaitu:
“...saya sendiri menikah dengan gadis aceh yang tinggal di bireuen ini. Pada
waktu itu saja juga tertarik untuk belajar Agama Islam makanya sekarang saya muallaf, dan tidak ada orang sekitar Bireuen ini melarang saya untuk menikahi
gadis aceh yang menjadi istri saya sekarang...” ( Hasil Wawancara, 14/04/2017)
Sama halnya yang dikatakan oleh pak adnan, yaitu:
“...disini ada orang jawa yang sudah lama tinggal di Kecamatan Kota Juang ini dan sangat lancar mengunakan bahasa aceh. sekarang beliau mempunyai istri dari etnis Cina dan istri sudah masuk islam sebelum mereka menikah...” ( hasil wawancara, 12/04/2017)
Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Kota Juang dapat
mempengaruhi mereka dalam bersikap kepada Etnis yang berbeda. Seperti yang dikatakan
joki, yaitu:
“...orang kita disini udah biasa kumpul dengan etnis lain, kayak di warung kopi saya sering ketemu dengan orang batak, jawa, padang dan bahkan etnis Cina. Namanya juga kita hidup bertetangga dan bermasyarakat dengan mereka jadi wajar-wajar saja saya kira. Tapi mereka yang etnis lain disini, kalau berinteraksi mengunaka bahasa aceh juga. Jadi udah biasa disini kalau berinteraksi dengan etnis yang berbeda. Bahkan kadang-kadang saya juga nayain soal budaya mereka, jadi
Dari hasil wawancara memperlihatkan bahwa, masyarakat di Kecamatan Kota Juang
memperlihatkan kenyamanan mereka dalam berinteraksi dengan memiliki Etnis yang
berbeda. Selain mendapatkan teman yang banyak dari proses interaksi tersebut juga akan
menghasilkan pengetahuan kita akan kebudayaan dari etnis lain, baik berupa bahasa,
adat-istiadat dan lain sebagainya. Sebab sebagai makhluk sosial kita tidak dapat untuk hidup
sendiri dan memerlukan bantuan orang lain serta interaksi dapat menghasilkan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Dimana hubungan-hubungan sosial yang dimaksud adalah hubungan-hubungan
antar individu yang satu dengan yang lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun dengan kelompok antar individu.
4.5. Persepsi Etnis Cina di Kecamatan Kota Juang terhadap Identitas Yang
Dimilikinya
Setiap kali peneliti melakukan wawancara dengan para informan, maka pertayaan yang
paling sering saya tanyakan adalah bagaimana penerimaan masyarakat dari Etnis Aceh
terhadapa Etnis Cina sendiri. Informasi yang saya kumpulkan, semua memberi jawaban yang
sama. Bahwa mereka diterima dengan baik di masyarakat, ini bukan sesuatu yang
dipaksakan. Akan tetapi perilaku Etnis Cina yang juga baik kepada mereka sehingga
masyarakat setempat juga berlaku yang sama. Etnis Cina yang dikenal sebagai Etnis
pedagang ternyata berdampak baik bagi keberlangsungan mereka di Kecamatan Kota Juang,
karena Bireuen merupakan daerah lintas atau persimpangan antara Sumatera dan wilayah
dataran tinggi Gayo ( Takengon ). Tidak ada kecemburuan sosial sama sekali yang terjadi di
Kecamatan Kota Juang, walaupun masyarakat aceh juga sebagian besar mata pencarian
mereka sebagai pedagang.
Kepercayaan yang diberikan terhadapa Etnis Cina membuatnya diterima disemua
lapisan masyarakat Aceh. Pak Herman merupakan Etnis Cina yang kini sudah menjadi
keyakinannya. Sudah banyak sekali pengalaman beliau ketika berhadapan dengan
masyarakat lokal. Namun, apa yang dikhawatirkan selama ini ketika pertama kali datang ke
Bireuen, yang ia ketahui sebelumnya bahwa Etnis Aceh sangat konservatif terhadap Agama.
Seperti yang dikatakan Pak Herman, yaitu:
“... sejak saya datang di Kecamatan Kota Juang, ternyata masyarakat Aceh tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Meskipun pandagan mereka sangat keagamaan tapi mereka juga baik dan terbuka kepeda Etnis pendatang seperti saya...” ( Hasil wawancara, 14/04/2017)
Seiring perjalanan waktu persepsi itu mulai hilang, bahkan pak Herman merasa
bersalah karena pernah menduga-duga sesuatu yang belum pernah ia buktikan sendiri.
Menurutnya orang-orang lokal sangat baik terhadap mereka yang pendatang terutama dari
Etnis Cina, bahkan tak sungkan untuk bekerjasama dan membaur seperti yang lainnya.
Seperti hal ini, dijelaskan dalam materi perubahan sosial dan kebudayaan. Setiap masyarakat
pasti mengalami perubahan karena berbagai faktor. Perubahan-perubahan hanya dapat
ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat
pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak sempat menelaah susunan dan
kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat
tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah. Pernyataan demikian berdasarkan pandagan
sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu
masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa
sudah mengenal perdagangan, alat-alat taransport modern, bahkan dapat mengikuti
berita-berita mengenai daerah lain mengenai media elektronik maupun media massa. (Soerjono
Soekanto 259:2010)
Etnis Cina di Kecamatan Kota Juang merupakan Etnis yang minoritas, dan kebanyakan
dari mereka bermata pencaharian sebagai pedagang. Tapi ada beberapa dari mereka juga
tak pernah ada gesekan karena masalah Etnis. Ini disebabkan karena mereka menganggap,
mereka sebagai satu bagian yaitu masyarakat Kota Juang dan begitu juga sebaliknya. Seperti
yang dikatakan buk Kusuma, yaitu:
“...saat saya berinteraksi dengan karyawan saya dari Etnis Aceh, kami tidak pernah membedakan latar belakang kesukuan kami. Saling membaur dan bekerja sama satu sama lainnya...” ( Hasil wawancara tanggal, 10/03/2017)
Ketika peneliti bertanya persepsi mereka terhadap identitas sosial yang dimilikinya,
maka jawaban mereka seragam yakni mereka diterima dengan baik di masyarakat, sikap baik
yang ditunjukkan etnis Cina ternyata berdampak baik terhadap mereka juga. Masyarakat aceh
menganggap bahwa mereka orang yang baik dan gampang bergaul dengan masyarakat.
Seperti yang dikatakan buk Dar, yaitu:
“...Masyarakat disini sama halnya dengan daerah lain kami tidak menjadikan masalah hal-hal yang menyangkut perbedaan etnis. Kami tetap bekerjasama, hidup berdampingan dan rukun satu sama lainnya...” (Hasil wawancara tanggal, 10/03/2017)
Pernyataan diatas mebuktikan bahwa Etnis Cina benar-benar diterima di masyarakat
Aceh, perbedaan yang terjadi bukan sesuatu yang dibesar-besarkan. Informan diatas
merupakan masyarakat lokal di Kota Juang, beliau juga mengenal etnis Cina yang berada di
daerahnya bahkan ada yang menjadi tetangganya. Perilaku masyarakat juga sangat terlihat
ketika ada acara-acara keagamaan, mereka saling menyatu sehigga terlihat tidak ada
perbedaan diantara mereka. Seperti yang dikatakan oleh pak Adnan selaku sebagai lurah di
Kota Juang, yaitu:
“...kami sangat menjunjung tinggi toleransi itu, misalnya saat perayaan adat dari etnis Cina seperti penampilan acara barongsai, kami selaku masyarakat lokal ikut melihat dan terlibat langsung dalam memeriahkan acara tersebut...” (Hasil wawancara tanggal, 10/03/2017)
Terjadinya interaksi karena ada proses aksi dan reaksi. Manusia punya naluri
Sebagai makhluk sosial, manusia punya kecenderungan untuk bekerjasama dengan orang
lain.
Secara umum hubungan (integrasi) sosial antara masyarakat lintas suku di Kecamatan
Kota Juang berjalan dengan baik. Hal itu ditandai dengan tingginya intensitas interaksi sosial
antara masyarakat, tidak terjadi jarak sosial dan upaya menjaga keamanan dan harmoni
bersama. Interaksi dan kerjasama antara masyarakat berjalan dengan baik, bahkan terjadi
perkawinan campuran antara etnis. Sejalan dengan yang lainnya sudah menyatu bahkan
seperti orang-orang yang berasal pada daerah yang sama. Seperti yang dikatakan joki, yaitu:
“...itulah yang menjadi keunikan dari daerah kami, berbagai etnis yang
menghuni namun mereka seperti berasal dari etnis yang sama. Tidak ada kelompok tertentu yang merasa dikucilkan. Sangat sulit untuk memisahkan mereka, karena mereka sudah sangat lama tinggal di Kecamatan Kota Juang ini dan Kota Juang ini juga merupakan tanah kelahirn mereka...” (Hasil wawancara tanggal, 10/03/2017)
Sudah terlihat bahwa, proses interaksi diantara kedua etnis yang berbeda sangat baik,
dan tidak pernah mempersoalkan perbedaan diantara mereka. Karena mereka sudah
sama-sama menganggap Kota Juang adalah tanah kelahiran mereka.
4.6. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Etnis Cina Dan Etnis Aceh Terhadap
Identitas Sosial Yang Dimilikinya.
Kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial
akan sulit dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau masyarakat majekmuk, integrasi sosial
akan sulit dicapai dan akan memakan waktu yang sangat lama. Dengan demikian, dapat kita
katakan bahwa semakin homogen suatu kelompok atau masyarakat, semakin mudah pula
proses integrasi antara anggota di dalam kelompok atau masyarakat tersebut. Contoh
kelompok atau masyarakat yang homogen adalah kelompok atau masyarakat dengan satu
suku bangsa. Umumnya, dalam kelompok yang kecil, tingkat kemajemukan anggotannya
relative rendah sehingga integrasi sosialnya akan lebih mudah tercapai. Hal itu dapat
sehingga komunikasi dan tukar menukar budaya akan semakin cepat. Dengan demikian,
penyesuaian atas perbedaan-perbedaan dapat lebih cepat dilakukan. Sebaliknya dalam
kelompok besar, yang tingkat kemajemukannya relatif tinggi, integrasi sosial akan lebih sulit
dicapai.
Anggota kelompok yang baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas
masyarakat yang ditujunya. Namun, semakin sering anggota masyarakat datang dan pergi
akan semakin sulit pula proses integrasi sosial. Sementara itu, dalam masyarakat yang
mobilitasnya rendah seperti daerah atau Etnis terisolasi integrasi sosial dapat cepat terjadi.
Efektivitas komunikasi yang baik dalam masyarakat juga akan mempercepat integrasi sosial.
Semakin efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat integrasi anggota-anggota
masyarakat tercapai. Sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang berlangsung antara
anggota masyarakat semakin lambat dan sulit integrasi sosial dicapai.
(http://ao-in.blogspot.com/2015/faktorpendorong-dan-penghambat_14.html)
Masyarakat berbeda suku pada umumnya mengalami kesulitan untuk berinteraksi
dengan orang lain diluar dari suku mereka. Untuk itu perlu mereka mengubah kebiasaan itu,
perubahan itulah yang tentunya akan membuat integrasi mudah terjalin di masyarakat.
Mengingat di Kecamatan Kota Juang adalah masyarakatnya yang multikultural, maka perlu
adanya toleransi-toleransi yang lebih luas untuk mempertahankan identitas mereka. Hal ini
berlaku untuk semua suku yang ada di Kecamatan Kota Juang. Seperti yang dikatakan oleh
pak Herman, yaitu:
“ ...saat saya datang kemari, ternyata masyarakat aceh yang saya kenal
Selain itu, kak Rina juga mengatakan dengan perihal yang sama, yaitu:
“...menurut saya hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan semakin
maju, pendidikan dalam bidang keagamaan khususnya. Mereka menyadari hal ini ada unsur yang tidak sesuai dengan ajaran Agama sihingga lambat laun ditinggal oleh masyarakat. Mungkin ini juga yang saling merekatkan, agama sangat berperan untuk menjaga hubungan antara masyarakat. Seperti yang kalian lihat masyarakat disini hidup rukun dan tidak ada konflik yang terjadi antar suku...” ( Hasil wawancara,13/03/2017)
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa perlunya perubahan itu untuk bisa membaur
dengan masyarakat. Sehingga apa yang menjadi pembeda akan sedikit demi sedikit
ditinggalkan. Mengawali pembahasan ini, maka terlebih dahulu akan saya uraikan pengertian
hubungan sosial dan interaksi sosial. Hubungan sosial adalah wujud dari adanya proses
interaksi yang dapat menimbulkan proses kerja sama karena orientasi orang perorangan
terhadap perlengkapan dan bahkan terhadap kelompok orang lain. Sedangkan interaksi sosial
adalah hubungan yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
atau antara kelompok dengan kelompok dalam berbagai aspek kehidupan karena ada
kepentingan yang ingin dicapai. Seperti yang dikatakan kak Rina, yaitu:
“...di tempat jualan pangsit ibu saya ini juga terdapat Etnis Aceh sebagai karyawan kita, dan mereka bekerja dengan baik begitu juga hubungan kami dengan mereka sangat berjalan dengan baik...” ( Hasil wawancara, 13/03/2017)
Wujud dari kerjasama bisa merupakan kerja kelompok ataupun kerja yang mencakup
skala luas misalnya kerjasama antar organisasi atau kerjasama antar negara (kerjasama
internasional). Untuk kerjasama yang melibatkan negara lain maka diatur dalam skala yang
lebih besar tentunya dengan berbagai tujuan misalnya untuk bertukar pendidikan, kerjasama
dalam dunia perdagangan dan lain sebagainnya.
Menerapkan konsep kerjasama maka kita akan mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan pekerjaan yang sangat berat atau membutuhkan kekuatan kelompok. Dalam
hal ini tentunya harus ada batasan yang jelas ketika suatu kerjasama ditetapkan, agar kelak
supaya kerjasama yang terjalin tetap pada jalur yang sudah di sepakati dan tidak
menimbulkan konflik dalam kerjasama tersebut. Berkaitan dengan hubungan kerjasama,
seperti yang dikatakan oleh joki, yaitu:
“...masyarakat disini, mereka tidak menjadikan masalah dalam hal-hal yang
berkaitan dengan Etnis atau suku. Mereka tetap bekerjasama dan hidup rukun satu
dengan yang lainnya...” (Hasil wawancara, 11/04/2017)
Melihat sejauh mana hubungan kerjasama oleh Etnis Cina dengan Etnis Aceh, maka
peneliti telah melakukan observasi dan wawancara atau diskusi dengan beberapa responden.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap identitas Etnis Aceh yang dimilikinya sangat
terlihat dari kerjasama yang mereka lakukan, yang mana mereka saling terbuka satu sama lain
dan menjadi alasan kuat integrasi mereka terjalin. Dari proses wawancara tersebut dapat
mengakumulasikan bentuk-bentuk kerjasama dalam bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan,
kegiatan keagamaan, prekonomian, maupun adat-istiadat.
a. Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Suatu masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya pasti mempunyai kegiatan-kegiatan
sosial yang melibatkan orang-orang yang tinggal dan masuk dalam komunitas masyarakat
diwilayah dimana mereka berdomisili, dari sini peneliti melihat sebagai gambaran
penerimaan masyarakat terhadap Etnis Cina di Kecamatan Kota Juang. kelompok Etnis Cina
sebagai salah satu kelompok dari beberapa kelompok yang ada di Kecamatan Kota Juang
telah menunjukkan kerjasama yang baik dengan dasar hubungan sosial kemanusiaan antara
satu dengan yang lainnya. Dari beberapa informasi yang peneliti himpun, tidak ada satu
informasi yang mengindikasikan akan kesan jelek terhadap kerjasama yang ditunjukkan oleh
Etnis Cina atas kegiatan sosial kemasyarakatan di lokasi penelitian. Beberapa kegiatan sosial
masyarakat di Kecamatan Kota Juang, seperti gotong royong di setiap bulannya di setiap hari
minggu. Memperbaiki jalan dan ikut dalam rapat-rapat yang dilakukan oleh aparat desa.
peneliti akumulasikan dari informasi-informasi beberapa informan. Seperti yang dikatakan
oleh pak Adnan selaku lurah di Kota Bireuen. Menurutnya bahwa Etnis Cina bertahan lama
karena disebabkan mereka mau bekerjasama.
“...Etnis Cina itu mau di ajak untuk bekerja sama, namun pada dasarnya itu
tergantung dari pemimpinya. Etnis Cina kelihatannya aja tertutup, tapi disini mereka sangat terbuka dan mau bekerjasama seperti kegiatan yang kami adakan di setiap bulannya seperti kegiatan gotong royong. Mereka juga yang bersuku cina juga ikut dalam kegiatan gotong royong....” ( Hasil wawancara,12/04/2017)
Kutipan wawancara uraian tersebut membuktikan bahwa kelompok Etnis Cina
menganggap diri mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompok masyarakat
Aceh di Kecamatan Kota Juang. Sehingga setiap ada kegiatan-kegiatan sosial yang
melibatkan orang banyak mereka harus ikut terlibat di dalamnya. Seperti yang dikatakan
Danil, yaitu:
“...kami dari dulu tidak pernah melihat seseorang dari latar belakang yang
mereka miliki, selama mereka tidak menganggu kami maka kami juga berlaku sama dengan yang mereka lakukan. Kami sangat menjunjung tinggi identitas kami dan begitu juga Etnis Cina, tapi sekali lagi itu bukan menjadi hambatan untuk saling bekerjasama dan hidup berdampingan...” ( Hasil wawancara, 7/04/2017)
Dari pandangan-pandangan tersebut baik yang datang dari Etnis Cina, diakui bahwa
mereka bekerjasama satu dengan yang lainnya untuk tetap menjadi satu bagian dan menjadi
satu seperti halnya masyarakat yang tak memiliki perbedaan mendasar yang selalu
dibesar-besarkan.
b. Kegiatan Keagamaan
Selain kerjasama dalam bidang sosial, perubahan hubungan yang ditunjukkan dalam
bentuk kerjasama, orang-orang Cina juga tidak ketinggalan dalam hal kegiatan keagamaan.
Sebagaimana yang dikatakan beberapa informan diatas, kerjasama masyarakat yang
melibatkan komponen-komponen yang ada baik dari Etnis Cina maupun dari Etnis Aceh.
hubungan kerjasama dengan Etnis Aceh karena kegiatan secara Agama akan mengarahkan
kepada perihal kebaikan. Seperti yang dikatakan pak Herman, yaitu:
“...meskipun kami hanya beberapa orang saja yang memeluk Agama islam
atau seperti saya muallaf disini, tapi kami tak sungkan untuk melakukan hubungan kerjasama dengan Etnis Aceh. Seperti mengadakan perwiritan secara bergiliran...” ( Hasil wawancara, 14/04/2017)
Seperti yang dikatakan oleh pak Agus, yaitu:
“...disini bukan kami yang bersuku aceh aja yang ikut perwiritan, tapi mereka juga yang bersuku cina tapi yang muallafnya juga ikut perwiritan bapak-bapak yang diadakan setiap malam jumat...” (Hasil wawancara, 14/04/2017)
Dari paparan informan tersebut dapat dikatakan secara detail bahwa beberapa kegiatan
keagamaan yang melibatkan seluruh masyarakat termasuk didalamnya kelompok Etnis Cina
sendiri yang telah masuk Islam.
c. Kegiatan Prekonomian
Kegiatan prekonomian yang dimaksud adalah kegiatan yang melibatkan antara satu
orang dengan orang lain atau kelompok dengan kelompok lain dengan kepentingan untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan hidup. Bagi Etnis Cina, kegiatan ekonomi mereka tidak
dapat dipisahkan dari berdagang, karena sumber pendapatan utama mereka adalah berdagang.
Begitu juga dengan Etnis Aceh yang berprofesi sebagai pedagang sehingga mereka dengan
yang lainnya dapat bekerjasama. Salah seoarang informan dari Kecamatan Kota Juang
mengatakan bahwa integrasi masyarakat juga bisa terjalin melalui perdagangan. Interaksi
yang terjadi melibatkan Etnis lain. Seperti yang dikatakan Nita, yaitu:
“... pertama kali Etnis Cina kemari dengan tujuan baik, mereka berdagang
disini, hal tersebut membuat mereka berinterkasi dengan masyarakat Aceh dan itu berjalan sampe sekarang...” ( Hasil wawancara, 20/02/2017)
Sama seperti yang dikatakan oleh pak Adnan, yaitu:
Dari hasil komunikasi peneliti dengan salah satu informan, ternyata membagun suatu
hubungan kerjasama juga bisa melalui perekonomian khususnya dalam hal berdagang.
d. Kegiatan adat-istiadat
Adat-istiadat bagi suatu kelompok masyarakat adalah norma-norma yang selalu
dipedomani dalam setiap kehidupannya, kebiasaan yang telah berlaku dari waktu-kewaktu.
Bagi Etnis Cina, setiap mereka mengadakan pernikahan misalnya mereka tetap mengunakan
budaya mereka seperti memainkan barongsai sebagai simbol dari budaya mereka dan
merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Seperti yang dikatakan Hendri:
“...Etnis Cina disini dan termasuk saya juga, kalau ada acara yang berkaitan
dengan budaya kami tetap mengunakannya karena itu merupakan warisan dari
leluhur maka kami akan mengunakannya...” ( Hasil wawancara, 12/04/2017)
Pelaksanaan upacara adat istiadat pada dasarnya adalah kegiatan internal oleh salah satu
kelompok masyarakat. Toleransi merupakan suatu sikap saling menghargai
perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masyarakat. Dalam bentuk ini, masyarakat harus saling
menghargai satu sama yang lainnya. Apa yang dianutnya, apa yang dipercayainnya, dan
sebagainnya. Etnis Aceh sangat berpegang teguh terhadap Agama, bahkan budaya mereka
diselaraskan dengan ajaran Agama Islam.
Meskipun mereka berdampingan hidup dengan Etnis lain, akan tetapi mereka tidak
pernah meninggalkan budaya asli mereka sebagai masyarakat Aceh dan begitu juga dengan
Etnis Cina. Seperti yang dikatakan ibu Hasridar, yaitu:
“...mekipun kita saling berhubungan dengan Etnis Cina, tetapi kita akan selalu
berpegang kepada kebudayaan kita. Karena budaya kita sesuai dengan ajaran Islam...” ( Hasil wawancara tanggal, 10/02/2017)
Budaya merupakan warisan dari leluhur kita, dan setiap Etnis pasti mempunyai
kebudayaannya sendiri. Seperti Etnis Cina meskipun mereka lebih sedikit karena mereka
merupakan Etnis pendatang, namun tidak ada hambatan bagi mereka untuk melaksanakan
“...kalau kami etnis Cina disini, kalau mau melaksakan kebudayaan kami seperti dipesta pernikahan misalnya. Kan ada itu kayak tari barongsai, yaudah anak-anak disini juga ikut menonton dan ikut meramekan juga...” ( Hasil wawancara tanggal, 10/02/2017)
Hasil wawancara diatas merupakan bentuk toleransi yang ada di Kecamatan Kota Juang
Kabupaten Bireuen. Mereka saling menghargai satu sama lain termasuk kebudayaan yang
masing-masing dianut oleh mereka.
4.7. Pola Hubungan Yang Terjadi Antara Etnis Cina dengan Etnis Aceh Di
Kecamatan Kota Juang
Hubungan antar kelompok terjadi karena adanya ikatan dan keterkaitan saling
memerlukan. Karena tidak ada suatu kelompok manusia yang bisa menjalani hidup dengan
baik tanpa adanya hubungan dengan kelompok lain. Hubungan tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan moril maupun kebutuhan materil. Jadi,
hubungan antar kelompok adalah hubungan yang sangat penting dan sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Adapun bentuk pola interaksi sosial yang terjadi di masyarakat.
Kecamatan Kota Juang dilihat pada Tabel No. 11
Tabel No. 11
Pola Interaksi Sosial
Wilayah Interaksi Sosial Bentuk Interaksi
Hubungan sosial Toleransi
Hubungan antar tetangga Kekerabatan
Hubungan kerjasama Kebutuhan
Selain bentuk interkasi sosial, ada juga bentuk-bentuk integrasi sosial yang terjadi pada