BAB II
SEJARAH KETENAGAKERJAAN INDONESIA DI ARAB SAUDI
2.1. GAMBARAN UMUM HUBUNGAN LUAR NEGERI INDONESIA- ARAB SAUDI
Indonesia memiliki hubungan luar negeri yang cukup lama dengan Kerajaan
Arab Saudi. Kerajaan Arab Saudi beserta tujuh negara Arab lainnya memberikan
pengakuan kemerdekaan RI pada tanggal 4 November 1947. Arab Saudi sendiri
adalah sebuah negara yang berbentuk monarki atau negara kerajaan. Kerajaan
Arab Saudi (Kingdom of Saudi Arabia/Al-Mamlakah Al Arabiyah As-saudiyah).
Kerajaan yang berdiri pada tanggal 23 September 1932 dan Raja Pertama ialah
Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Sa'ud. Kerajaan yang terletak di Semenanjung
Arab di antara Laut Merah di sebelah barat dan Teluk Arab di sebelah timur.
Sistem pemerintahan negara ini adalah negara islam dengan dasar negara dan
hukum berdasarkan hukum islam (Syariah) yang bersumber dari kitab suci
Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Arab Saudi merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan yang
erat dengan Indonesia. Hubungan ini diperkuat dengan adanya hubungan
agama, budaya, politik selama bertahun-tahun. Indonesia dan Arab Saudi telah
membentuk Sidang Komisi bersama yang berfungsi sebagai forum bilateral
yang membahas berbagai masalah yang berkaitan dengan perkembangan
perdagangan energi, sosial-budaya, dan ketenagakerjaan.
Hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Kerajaan Arab
Saudi sendiri secara resmi didirikan pada 1 Mei 1950. Sebelumnya, Indonesia
membuka Kantor Perwakilan pertama di Timur Tengah di Kairo, Mesir, pada
7 Agustus 1949. Pada tahun 1950, Kantor Perwakilan ini kemudian
ditingkatkan statusnya menjadi Kedutaan Besar yang juga terakreditasi untuk
Arab Saudi, Iran dan Pakistan. Indonesia kemudian mendirikan Kedutaan
Besar untuk Kerajaan Arab Saudi di Jeddah pada 1964. Kedutaan Besar
Republik Indonesia selanjutnya dipindahkan dari Jeddah ke Riyadh pada 29
September 1985. Perwakilan Indonesia di Jeddah kemudian diubah statusnya
menjadi Konsulat Jenderal Indonesia.22
Arab Saudi membuka kantor perwakilannya pada 1950 dan kemudian
secara resmi mendirikan Kedutaan Besar di Jakarta pada 1955. Negara-negara
Arab berpenduduk mayoritas muslim biasanya selalu senantiasa menjunjung
tinggi nilai persaudaraan yang didasarkan pada persamaan agama atau
ukhuwah Islamiyyah. Sebagai wujud ukhuwah Islamiyyah inilah hubungan
kerjasama antara kedua Negara yang sama-sama berpenduduk mayoritas
penganut islam inilah yang kemudian mengekspresikan hubungan tersebut
melalui penandatanganan suatu “Perjanjian Persahabatan”, pada tanggal 24
Nopember 1970 di kota Jeddah. Pemerintah RI diwakili oleh Dubes Aminuddin
Aziz dan Kerajaan Arab Saudi oleh Menlu Omar Sakkaf.23
Di bidang ekonomi dan perdagangan, total nilai ekspor Indonesia ke
Arab Saudi telah meningkat secara signifikan dari US$ 672,07 juta di tahun
2006 menjadi US$ 944,24 juta pada tahun 2007, dan mencapai US $ 1,19
miliar pada 2008. Namun demikian, karena krisis ekonomi global pada tahun
2009, ekspor Indonesia ke Arab Saudi menurun hingga US$ 956 juta. Di sisi
lain, total ekspor Arab Saudi untuk Indonesia telah mencapai sebesar US $
3.384 miliar pada tahun 2006, US $ 33.372 miliar pada tahun 2007, dan
meningkat hingga mencapai US$ 4.804 miliar di tahun 2008. Namun
Sejak penandatanganan “Perjanjian Persahabatan itu”, hubungan antara
Indonesia dan Arab Saudi tetap erat, kuat, dan bersahabat sampai saat ini.
Pada tanggal 30-31 Agustus 2008, delegasi dari kedua negara sahabat telah
melakukan Sidang Komisi Bersama ke-8 dan sepakat untuk lebih meningkatkan
kerja sama dalam ketenagakerjaan, perlindungan hak-hak pekerja migran,
ekonomi dan perdagangan, pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh, hibah dan
wakaf, imigrasi, kesehatan, pariwisata, penerbangan, dan sektor energi. Saat itu
kedua delegasi sepakat untuk mengadakan pertemuan semacam ini setiap
tahunnya.
2.1.1. HUBUNGAN DI BIDANG EKONOMI DAN PERDAGANGAN
23http://www. aksesdeplu. com/merajut%20ukhuwah%20menjerat%20TKI, Perjanjian
disebabkan oleh krisis ekonomi global pada tahun 2009, ekspor Arab Saudi
ke Indonesia menurun hingga US$ 3,1 milyar.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi antara lain adalah
Kendaraan, Otomotif Suku Cadang, Minyak Kelapa, Ban, Tekstil dan Produk
Tekstil, Elektronika, Makalah, Kayu dan Produk Kayu, Ikan Tuna, Rumah
Tangga, dan Produk Listrik. Di sisi lain, komoditas ekspor utama Arab Saudi
untuk Indonesia adalah Crude Oil, Petroleum, Minyak, Jenuh Ethylene,
Ethylene Glycol, Polyprophylene dalam Butir, jenuh Prophene, Lain
Liquified Petroleum Gas, Belerang dari segala jenis kecuali belerang
sublimasi, dan Minyak Tanah. Pada tahun 2010, pada sektor ekspor non
migas RI bulan Januari-Mei meningkat 40% lebih tinggi di meningkat
dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009. Volume perdagangan
Januari-Mei 2009 tercatat mencapai US$ 340 juta sedangkan Januri-Mei
2010 mencapai US$ 483 juta.
Pada periode Januari - Desember 2012, total perdagangan Indonesia -
Arab Saudi mencapai US$ 6,97 miliar atau naik 1,74% dibanding tahun
2011. Pada tahun 2012, ekspor Indonesia ke Arab Saudi mencapai US$ 1,7
miliar, sedangkan impor Indonesia dari Arab Saudi sebesar US$ 5,1 miliar,
sehingga Indonesia mengalami defisit US$ 3,4 miliar. Perdagangan Indonesia
dengan Arab Saudi memang belum berimbang, karena impor migas Indonesia
yang jauh lebih besar dari kemampuan ekspor Indonesia. Namun pada
tahun 2011, menjadi US$ 4,15 miliar pada tahun 2012. Diluar komoditi
migas, neraca perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi terlihat cukup baik.
Ekspor non migas Indonesia ke Arab Saudi pada tahun 2012 tercatat US$
1,77 miliar, atau naik 24,01 % dibandingkan tahun 2011. Sedangkan ekspor
Arab Saudi ke Indonesia tercatat US$ 1,04 miliar, sehingga Indonesia
mengalami surplus US$ 728,2 juta.24
Dalam rangka untuk mempromosikan hubungan ekonomi dan
perdagangan kedua negara, KBRI Riyadh antara lain telah menyelenggarakan
temu bisnis Middle East Update di Medan (23-24 Maret 2010), Bandung
(29-30 Maret 2010), Pontianak (Juni 2010), Palembang (11-12 Oktober 2010), Selain itu, Arab Saudi juga merupakan salah satu investor terkemuka
di Indonesia dengan investasi diperkirakan sebesar US$ 7.594.000 selama
tiga tahun terakhir. Sebagian besar investasi Arab Saudi terdapat di industri
pupuk, kilang industri, pengolahan minyak, real estate dan kantor perwakilan
perdagangan. Kedua belah pihak telah mendorong pembentukan setidaknya
tiga usaha patungan antara Arab Saudi dan pengusaha Indonesia yang
terutama akan difokuskan pada pabrik garmen dan pengolahan makanan.
perkembangan
perdagangan Indonesia-Arab Saudi Bulan : Januari 2013 Sumber : Laporan ITPC, Jedah Arab
menghadirkan pengusaha Saudi pada INACRAFT (21-25 April 2010), PPKI
di JCC, Jakarta (Juni 2010), Trade Expo Indonesia (13-17 Oktober 2010),
Halal Business and Food Expo di Jakarta (23-25 Juli 2010),
mengikutsertakan pengusaha RI pada Saudi Arabia’s 15th International
Showcase for the Industry dan Saudi Build Interiors Exhibition 2010, Saudi Food di Jeddah (16-19 Mei 2010), Business Gathering di Dammam (30 Mei
2010), Pembuatan buku Market Research Produk Tas Wanita (Oktober
2010). Dalam bidang perhubungan udara, untuk pertama kalinya pada tahun
2010 ini, rute penerbangan Indonesia – Arab Saudi dapat dilayani oleh
perusahaan penerbangan selain Garuda Indonesia dan Saudi Airline, antara
lain Batavia Air, Lion Air, Al-Wafeel dan NAS.25
Hubungan Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi dalam
pelayanan dan perlindungan Warga Negara Indonesia dalam hal ini adalah
TKI yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Pada awalnya jumlah TKI yang
ditempatkan di Arab Saudi oleh pemerintah sebanyak 25 orang di tahun 1975.
Kemudian di tahun 1976 naik menjadi 480 orang dan tahun 1977 meningkat
menjadi 2.838. Sejak tahun 1975 tersebut sampai sekarang hubungan RI-Arab
Saudi sering mangalami pasang surut terlebih lagi jika kasus kekerasan
2.1.2. HUBUNGAN DALAM PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN WNI
25
terhadap tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi terdengar ke publik Indonesia
yang sering mendapat komentar negatif dari publik Indonesia.
Kasus kekerasan yang sering terjadi pada TKI membuat
Mennakertrans RI dengan Dubes Arab Saudi memberlakukan MoM (Minute
of Meeting) Pada tanggal 14 September 2001. Dalam kesepakatan tersebut,
menyebutkan apabila ada permasalahan TKI di Arab Saudi, maka
permasalahan yang terjadi akan diselesaikan di Jakarta. Kemudian pada tahun
2003, kemudian dalam rangka upaya pemerintah Indonesia dalam
memberikan perlindungan dan menangani kasus TKI di Arab Saudi maka,
pemerintah Indonesia mulai membuat pola pengiriman TKI ke Arab Saudi
yang sudah diubah dengan dibuatnya perjanjian yang baru, yaitu dengan
berdasarkan payung kerja sama antara Indonesia dan Arab Saudi. Hal tersebut
diwujudkan dalam bentuk perjanjian yang ditandatangani oleh Wakil
Presiden (Wapres); Hamzah Haz dan Menteri Perburuhan dan Sosial Arab
Saudi; Ali bin Ibrahim Al Namlah.
Perjanjian yang telah disepakati bersama tersebut memberi peluang
bagi pemerintah dalam mengintervensi pengiriman TKI serta
perlindungannya untuk melindungi kepentingan Pemerintah Indonesia yang
berkaitan dengan penerimaan negara, yaitu devisa. Selain itu, Dalam pola
yang baru ini lebih menekankan pada seleksi majikan yang lebih ketat melalui
secara lebih detail kondisi majikan yang sebenarnya demi kepentingan TKI
yang akan dipekerjakan.
Selain itu di tahun 2003, Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi juga
sepakat bekerja sama meningkatkan kualitas TKI agar lebih profesional
dalam melaksanakan pekerjaan di Arab Saudi, untuk itu kedua negara
berusaha menyelesaikan berbagai masalah yang dialami TKI dalam
pengiriman maupun saat bekerja. Jika dalam penyelesaian tidak berhasil,
pemerintah Arab Saudi menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara
bagi mereka yang tidak diterima keluarga. Mereka kemudian dibekali
keterampilan-keterampilan sehingga bisa bekerja lagi. Jika persoalan terkait
dengan masalah keamanan, pemerintah Arab Saudi minta ditangani oleh
pihak kepolisian. Apabila tidak bisa diselesaikan, maka TKI dapat
dikembalikan ke Indonesia.
Erman Suparno, selaku mennakertrans RI di masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2005-2009,menegaskan bahwa agar
segala permasalahan yang menyangkut TKI di luar negeri dapat diselesaikan
dengan baik, maka diperlukan adanya ”payung hukum”, untuk itu pemerintah
Indonesia menargetkan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan
sepuluh negara penempatan TKI, termasuk Arab Saudi. Namun MoU dengan
Arab Saudi masih perlu disempurnakan lagi. Dalam kunjungan
Yudhoyono dan Raja Abdullah bin Abdul Azis sepakat untuk meningkatkan
perlindungan dan memberikan hak-hak bagi TKI yang bekerja di sana untuk
mencari nafkah.26
Pada tanggal 19 Februari 2014 Pemerintah Republik Indonesia dan
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melakukan penandatangan agreement
(perjanjian bilateral) tentang penempatan dan perlindungan TKI sektor
domestik worker atau pekerja rumah tangga. Penandatangan aggrement ini
langsung dilakukan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Muhaimin Iskandar dan Menteri Tenaga Kerja Arab Saudi Adiel Meskipun banyak hal yang telah kedua negara lakukan demi
terciptanya perlindungan serta penempatan TKI yang baik terutama bagi TKI
yang bekerja di sektor Informal tidak menurunkan kasus kekerasan yang
dilakukan oleh majikan terhadap TKI. Kasus overstayer menjadi puncak dari
hubungan bilateral RI-Arab Saudi dalam penempatan TKI. Pemerintah
Indonesia pada bulan Agustu tahun 2011 resmi memberlakukan moratorium
dalam rangka pencegahan terjadinya permasalahan yang lebih kompleks lagi
dalam persoalan TKI ini. Pemerintah Indonesia pun terus berupaya agar
Pemerintah Arab Saudi mau membuat MoU ketenagakerjaan sambil
membenahi kualitas tenaga kerja yang akan dibrangkatkan ke Arab Saudi.
26 Geerards Imanuella Tamara,Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 21,
M.Fakeih di Riyadh Arab Saudi. Perjanjian ini dilakukan oleh kedua negara
melalui pembahasan yang cukup panjang dengan serangkaian pertemuan
Joint Working Commite yang dibentuk oleh kedua negara.
Penandatangan perjanjian ini umtuk memberikan kepastian hukum
bagi pengguna jasa sekaligus bagi TKI sendiri. Isi perjajanjian tersebut
mencakup beberapa hal antara lain, pengakuan mekanisme hubungan kerja
melalui standar perjanjian kontrak kerja yang memuat jenis pekerjaan beserta
besaran upah yang diterima oleh TKI, hak dan kewajiban bagi pengguna jasa
dan TKI serta masa perjanjian kerja dan cara perpanjangannya. Perjanjian ini
juga memuat hak-hak TKI dalam penyediaan akses komunikasi, hari libur
sehari dalam seminggu (one day off), cuti, paspor dipegang oleh TKI,
pengaturan jam kerja serta penyediaan sistem penggajian melalui perbankan,
asuransi dan perawatan kesehatan. Perjanjian ini juga memuat sistem online
dalam rekrutment dan penempatan TKI, mekanisme bantuan 24 jam (call
center), kesepakatan konsuler untuk perlindungan, repartasi dll.
Dalam pernyataan secara langsung dalam pertemuan tersebut Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar juga menyatakan bahwa
pihak pemerintah terus melakukan perbaikan dalam pelayanan, penempatan
dan perlindungan TKI melalui sistem komputerisasi sejak proses
keberangkatan TKI saat bekerja hingga kepulangannya. Pemerintah pun terus
keluar negeri melalui pemberlakuan standar dan sertifikasi pelatihan
keterampilan kerja selama 400 jam di balai latihan kerja luar negeri
(BLKLN), pembekalan akhir dan pemberangkatan.
Dalam rangka mengimplementasikan poin-poin perjanjian tersebut,
kedua belah pihak akan segera menindaklanjuti dengan melibatkan
stakeholder terkait di negara masing-masing. Suhartono Kepala Pusat Humas
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mengatakan bahwa Joint
Working Committee (JWC) dan Joint Task force (JTF) kedua negara akan
bertemu untuk menentukan mekanisme yang sesuai dengan perjanjian ini.
Dengan adanya perjanjian ini tidak secara langsung mencabut
moratorium yang telah diberlakukan pada tahun 2011 yang lalu. Pencabutan
moratorium baru akan dilaksanakan jika Pemerintah Indonesia dan Kerajaan
Arab Saudi beserta stakeholder terkait telah siap untuk benar-benar
melaksanakan seluruh point-point dari perjanjian tersebut.27
2.1.3. HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN PENDIDIKAN
Hubungan kerjasama dalam bidang sosial budaya dan pendidikan
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mulai
diresmikan secara tertulis dan ditandatangani pada 12 Februari 2001 dalam
acara Minutes Meeting antara Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam
27
dan Arab di Indonesia Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud Arab
Saudi. Penandatanganan kerjasama tersebut berupa penyediaan tenaga,
penyelenggaraan kerjasama akademik, bahan pengajaran, fasilitas
pendidikan dan kebudayaan serta pemberian beasiswa S2 dan S3 bagi
mahasiswa Indonesia.28
Selain kerjasama di atas Arab Saudi juga telah membentuk Lembaga
Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta, sementara itu di
Indonesia juga telah didirikan sekolah untuk pelajar Indonesia di Riyadh,
Jeddah, dan Mekah. Saat ini terdapat sekitar 237 mahasiswa Indonesia di
King Saud University (KSU)-Riyadh, Imam Muhammad bin Saud Islamic
University (IMSIU)-Riyadh, King Fahd University Minyak dan Minerals
(KFUPM)-Dhahran, Umm Al-Quran University (UQU)-Mekkah, dan
Universitas Islam Madinah (IUM)-Madinah.29
Dengan adanya kerjasama di bidang sosial dan pendidikan dapat
membangun persepsi positif tentang masyarakat Indonesia di mata
masyarakat Arab Saudi terutama jika dikaitkan dengan pekerja-pekerja
Indonesia yang bekerja dalam sektor domestik atau asisten rumah tangga.
Lewat kerjasama ini juga diharapkan agar jumlah mahasiswa Indonesia
28
bidang pendidikan tinggi agama direktorat perguruan tinggi agama islam direktorat jendral kelembagaan agama islam departemen agama RI 2005, di akses tanggal 23 Mei
terutama yang belajar dalam bidang sains dan teknologi serta pengajar dan
peneliti Indonesia dapat berkesempatan untuk bekerja di Arab Saudi.
Keberhasilan misi diplomasi Indonesia-Arab Saudi sangat ditentukan
dengan kualitas kerja sama pendidikan tidak hanya terkait pemberian
beasisiwa kepada pelajar-pelajar Indonesia, tetapi harus diperluas juga dalam
kerjasama kebudayaan.
2.1.4 HUBUNGAN BUDAYA DAN PARIWISATA
Di sektor kerjasama budaya & pariwisata, sekitar 49.000 orang
wisatawan asal Arab Saudi mengunjungi Indonesia per tahunnya (2009),
untuk tujuan bisnis dan berlibur, dan di lain pihak, tidak kurang dari 250.000
orang Indonesia berkunjung ke Arab Saudi untuk melakukan Ibadah Haji dan
Umrah per-tahunnya. Indonesia dan Arab Saudi juga secara intens terus
menjalin kerjasama dan hubungan baik antar kementerian pariwisata,
pemerintah daerah dan perusahaan travel perjalanan antara kedua negara guna
bersama menaikkan tingkat kunjungan wisatawan kedua negara, baik melalui
pertemuan acara bisnis pariwisata, wisata keluarga dan kunjungan wartawan
kedua negara serta hadirnya delegasi dari kedua negara dalam pameran
budaya dan wisata yang diselenggarakan secara bergantian.30
30
60 Tahun
Secara umum kita dapat melihat bahwa sesungguhnya hubungan luar
negeri yang di jalani antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi berjalan
dengan baik dan harmonis. Meskipun beberapa tahun ini peristiwa mengenai
Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi menyebabkan masyarakat Indonesia
memiliki persepsi yang kurang baik mengenai masyarakat Arab Saudi tetapi
hal ini tidak menggoyahkan hubungan baik yang telah dijalin cukup lama
oleh kedua negara yang merupakan negara dengan populasi masyarakat
muslim terbesar di dunia.
2.2 GAMBARAN UMUM KETENAGAKERJAAN DI ARAB SAUDI
Kerajaan Arab Saudi memiliki luas wilayah 2.240.350 km2 atau sekitar
4/5 dari luas Semenanjung Arab, dengan jumlah penduduk sekitar 28 juta jiwa
menurut sensus tahun 2010, dan 7 juta diantaranya adalah expatriate. Menurut
sensus tahun 2006, dari 5,6 juta tenaga kerja sektor swasta yang ada di Arab
Saudi, sebanyak 87,2 % adalah warga negara asing, sementara warga negara
Arab Saudi sendiri hanya 12,8%. Arab Saudi terletak di Semenanjung Arab,
berbatasan dengan Laut Merah di sebelah Barat (1.760 km), Teluk Arab di
sebelah Timur (560 km), Yordania (728 km), Irak (814 km), Kuwait (222 km),
Qatar (60 km), Uni Emirat Arab (457 km), Oman (676 km) dan Yaman (1.845
km). GDP Arab Saudi pada tahun 2009 sebesar US$ 369,173 milyar dengan
US$ 377 milyar.
Arab Saudi adalah sebuah negara monarki yang hukumnya berlandaskan
hukum islam. Raja adalah pemegang kekuasaan eksekutif sekaligus pembuat
undang-undang. Karena itulah, selain mempunyai kedudukan sebagai pemimpin
politik, Raja juga berkedudukan sebagai imam atau pemimpin agama. Negara
ini secara praktis tidak memiliki undang-undang dasar, karena sumber
hukumnya ialah hukum islam. Di Arab saudi terdapat sebuah badan yang
disebut Syariah berfungsi untuk membuat segala peraturan untuk menjaga
ketertiban masyarakat. Meskipun begitu beberapa peraturan tetap harus dibuat
berdasarkan dekrit raja.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Arab Saudi terdapat beberapa
tradisi yang berjalan di dalam kehidupan sosial masyarakat mereka. Beberapa
tradisi tersebut antara lain:
1. Perempuan tidak boleh bergul sembarangan dengan laki-laki yang bukan
muhrimnya (saudara kandung, suami maupun kerabat dekat).
2. Memberi senyum kepada pria selain keluarga dekat dianggap sebagai
perbuatan yang memalukan (aib).
3. Jangan menerima telepon tanpa seizin majikan terutama jika telepon
tersebut berasal dari pria.
4. Orang Arab memiliki sifat yang kasar baik kata-kata maupun tindakan.
5. Mereka kadang-kadang menyebut kata bunuh, sapi atau keledai tetapi
6. Mereka akan tersentuh hatinya apabila seseorang mengucapkan kalimat
“Semoga Allah merahmati kedua orangtuamu” atau “semoga Allah
memberimu umur panjang” (terutama ketika tiba saatnya pembayaran
upah/gaji).
7. Orang Arab tidak akan segan mengucapkan ketidaksukaan mereka
terhadap pekerjaan pegawainya misalnya “Saya benar-benar tidak suka
anda melakukan hal itu”.
8. Jika anda bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di rumah orang
Arab Saudi, maka dilarang berkencan dan menerima telepon dari pria.
9. Di Arab Saudi jumlah anggota keluarga rata-rata 7 sampai 10 orang dan
biasanya orangtua maupun saudara tinggal serumah.
10. Peraturan makan ialah laki-laki makan terlebih dahulu kemudian
perempuan dan terakhir adalah pembantu rumah tangga.
11. Tata cara makan orang Arab jarang sekali memakai sendok mereka
menggunakan tangan langsung untuk makan.
12. Pemerintah Arab Saudi sangat ketat melakukan razia terhadap orang
asing yang iqomah (izin tinggal) nya telah habis masa berlakunya. Orang
asing yang ketahuan telah habis masa izin tinggalnya akan langsung
dideportasi.
Selain itu, Arab Saudi juga memiliki beberapa peraturan buruh migran,
peraturan tersebut antara lain ialah :
oleh negara lain, yang dijadikan undang-undang dasar ialah hukum
syariat islam. Oleh sebab itu disana masih berlaku hukum pancung,
cambuk dan potong tangan terhadap pelaku pelanggaran hukum.
2. Aturan tentang ketertiban masyarakat dibuat oleh sebuah lembaga yang
disebut Syariah dan berdasarkan dekrit raja. Kekuasaan kehakiman
berada di bawah kekuasaan seorang kadi yang mengepalai badan
peradilan. Kekuasaan seorang kadi hanya terbatas pada persoalan hukum
dan peraturn yang dikeluarkan oleh lembaga Syariah. Jika kasusnya
menyangkut peraturan yang diundangkan dengan dekrit raja, maka yang
berhak mengadili bukan kadi melainkan gubernur ataupun kepala daerah
setempat.31
2.3. SEJARAH TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
Sebelum membahas mengenai sejarah tenaga kerja Indonesia di luar
negeri terlebih dahulu kita mengetahui mengenai pengertian yang tepat mengenai
tenaga kerja Indonesia itu sendiri. Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka
waktu tertentu dengan menerima upah. 32
31 Desty Purwanti.2013,“Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menangani Permasalahan PRT
tahun 2006-2012”(Skripsi),Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Perpindahan tenaga kerja Indonesia antar pulau dan luar negeri tidak bisa
dipisahkan dari masa orde lama dan orde baru bahkan sejak masa penjajahan pada
tahun 1887. Pada tahun tersebut, tenaga kerja dikirim ke beberapa daerah jajahan
seperti Suriname, Kaledonia dan Belanda.33 Penempatan tenaga kerja dari Indonesia oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dilakukan melalui
penempatan buruh kontrak ke Suriname dan Amerika Selatan sebagai pekerja
perkebunan.34
Kondisi migrasi berlanjut hingga masa kemerdekaan, orde lama, orde baru
hingga reformasi. Tanggal 13 Juli 1947 merupakan hari bersejarah bagi lembaga
Kementrian Perburuhan dalam era kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan
Pemerintah no 3 tahun 1947 dibentuk lembaga yang mengurus permasalahan
perburuhan di Indonesia yang disebut Kementrian Perburuhan. Migrasi penduduk
tidak hanya terjadi secara nasional tetapi juga internasional. Fenomena awal
migrasi juga dapat dilihat sebelum perang dunia II, banyak warga negara
Indonesia dikirim ke Malaysia, Guyana dan New Caledonia. Setelah perang dunia
II berakhir, mulai ada tenaga kerja yang bekerja di Singapura dan negara lainnya.
Perpindahan tenaga kerja dari Indonesia pada saat itu hanya untuk mencukupi
33 Arwani Irewaty, Kebijakan Indonesia Terhadap Masalah Tki di Malaysia Dalam Ed Awani
Irewati, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Masalah Legal di Negara ASEAN,Jakarta:Pusat Penelitian Politik LIPI ,2003 hal 34.
kebutuhan tenaga kerja di beberapa negara tersebut dan tidak termasuk kedalam
kebijakan pemerintah di bidang pekerjaan pada saat itu.35
Pada mulanya, migrasi TKI ke luar negeri terjadi dengan sendirinya,
artinya mereka meninggalkan Indonesia untuk bekerja ke luar negeri dengan cara
spontan tanpa melalui prosedur yang dibuat oleh pemerintah. Namun mulai
sekitar tahun 1970-an, pemerintah Indonesia mengadakan program
penempatan TKI ke luar negeri, dengan tujuan memenuhi permintaan tenaga kerja
dari luar negeri dan memenuhi minat TKI yang ingin bekerja di luar negeri.36
1. “Tarikan” perubahan demografi dan kebutuhan-kebutuhan pasar kerja
di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Salah satu alasan mengapa fenomena migrasi tenaga kerja ini terjadi adalah
karena negara asal belum bisa menciptakan lapangan kerja yang kondusif serta
penghasilan yang mencukupi untuk kebutuhan hidup. Ada beberapa kekuatan
pendorong migrasi perburuhan internasional, yaitu:
2. “Dorongan” perbedaan upah dan tekanan-tekanan krisis di
negara-negara yang belum berkembang.
35 Nasution M.Arif,Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, kerjasama Yayasan Adikarya IKAPI
dengan The Ford Foundation,1999 hal 126
36
3. Berdirinya jaringan antar negara berdasarkan keluarga, budaya dan
sejarah.37
Adanya Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1970, program penempatan
Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN)
diperkenalkan untuk memuluskan jalan bagi keterlibatan sektor swasta dalam
industri perekrutan dan penempatan tenaga kerja. Baru pada tahun 1979,
pemerintah mulai berupaya langsung dalam mengirimkan tenaga kerja keluar
negeri. Pada masa pemberlakuan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar
negeri, mayoritas tipe buruh migran Indonesia yang paling banyak ialah tenaga
kerja yang tidak tersisik dan berpendidikan rendah. Dalam hal ini, Depnaker
(Departemen Tenaga Kerja) pada masa itu berupaya untuk mengurangi
pengiriman tenaga kerja kurang terdidik dan sebaliknya secara bertahap
meningkatkan tenaga kerja yang terdidik. Pada akhirnya Depnaker menetapkan
kuota atas pengiriman untuk tenaga kerja tidak terdidik selama Repelita VI.38
Meskipun TKI di negara Timur Tengah antara 1996 dan 2007 jumlahnya
fluktuatif, namun secara umum jumlahnya meningkat dari 517.169 menjadi
696.746 antara 2004 dan 2007. Sekitar 60 persen TKI berada di negara-negara
Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Jordan dan Qatar.
37
Ibid, hal 15
Sisanya berada di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur seperti Malaysia,
Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan (Cina) dan Amerika.39
Saat ini, buruh migran masih terus berangkat ke wilayah tersebut untuk
berbagai alasan. Para buruh migran yang telah kembali dalam penelitian ini
menyatakan bahwa prosedur pra-keberangkatan untuk negara-negara tujuan Timur
Tengah lebih cepat dan lebih terjangkau daripada tujuan lain di Asia Timur dan
Asia Tenggara. Mereka juga mencatat bahwa nilai budaya dan spiritual di
kawasan ini sangat penting bagi umat Islam Indonesia. Pakar yang diwawancarai
dalam penelitian ini meyakini bahwa perempuan muslim akan terus memilih Arab
Saudi dibandingkan negara-negara yang secara geografis lebih dekat dengan
2.4. Latar Belakang Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Ke Arab Saudi
Globalisasi telah meningkatkan lalu lintas barang, jasa, dan tenaga kerja
melintasi batas-batas kenegaraan. Jumlah pengangguran dan pencari kerja di
Indonesia cukup tinggi, sementara penciptaan kesempatan kerja di dalam negeri
tidak mampu menyerapnya. Pasar kerja di luar negeri menjadi alternatif bagi
tenaga kerja dan pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu dengan
bekerja di luar negeri diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraannya. Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, telah menjadi tujuan
penting buruh migran Indonesia sejak negara tersebut memulai program migrasi
tenaga kerja.
39
harapan bahwa mereka akan memiliki kesempatan untuk melihat kota suci
Mekkah dan dapat menunaikan ibadah haji. Para pakar dari Indonesia juga
mencatat kesamaan persepsi bahwa Timur Tengah adalah “Tanah Harapan”, tetapi
para buruh migran tersebut memiliki pemahaman yang sangat sedikit tentang
konteks sosial dan budaya sebelum keberangkatan, sehingga begitu terkejut
dengan “pekerjaan berat dan jam kerja panjang yang merupakan realitas yang
harus mereka hadapi” pada saat kedatangan mereka ke negara tersebut.40
Program penempatan TKI ke Arab Saudi sendiri secara resmi di mulai
pada tahun 1975. Hal ini disebabkan adanya peristiwa ”boom oil” pada tahun
1974 di negara Arab Saudi dan negara teluk lainnya, sehingga kebutuhan akan
tenaga kerja yang berupah rendah meningkat tajam di negara tersebut.41
Pada awalnya jumlah TKI yang ditempatkan di Arab Saudi oleh
pemerintah sebanyak 25 orang di tahun 1975. Kemudian di tahun 1976 naik
menjadi 480 orang dan tahun 1977 meningkat menjadi 2.838. Jumlah
penempatan TKI tersebut semakin meningkat, terutama sejak krisis ekonomi Peristiwa
“boom oil” dimana melonjaknya harga minyak di pasar internasional
menyebabkan munculnya masyarakat kelas menengah di Arab Saudi sebagai
negara pengekspor minyak dunia. Saat itulah muncul kebutuhan akan pembantu
rumah tangga yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kelas tersebut.
40Farbenblum Bassina, Nicholson Eleanor, Paoletti Sarah,KSES BURUH MIGRAN TERHADAP
KEADILAN DI NEGARA ASAL : STUDI KASUS INDONESIA.New York:Open Society
Foundation,2013. Publikasi terjemahan pdf dalam www.opensocietyfoundations.org/.../migrant- hal 36 di akses pada tanggal 20 Mei 2014.
melanda Indonesia, yaitu sekitar tahun 1997. Namun jumlah penempatan TKI
ke negara tersebut pada tahun tertentu mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya, seperti yang terjadi pada penempatan TKI di Arab Saudi pada
tahun 2003 yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012.42
Pada tahun 2003 jumlah TKI yang di tempatkan 169.038 orang, hal
tersebut mengalami penurunan dari jumlah penempatan TKI di tahun 2002 yang
mencapai jumlah sebanyak 213.603. TKI di kawasan Timur Tengah, yaitu
dengan total sebanyak 1,139,880 orang. Untuk dapat melihat lebih jelas
mengenai distribusi penempatan TKI ke Arab Saudi dalam satu dekade antara
tahun 2001 smpai tahun 2012 sedangkan untuk tahun 2013 sampai tahun 2014
karena keputusan moratorium dari pemerintah Indonesia maka pengiriman
tenaga kerja ke Arab Saudi dihentikan. Untuk dapat memahami mengenai
pengirman TKI ke Arab Saudi kita dapat melihatnya melalui tabel-tabel
berikut:
42 Valentina, R.2003, ”Rumitnya Persoalan TKW Kita”, Pikiran Rakyat, 13 Nopember 2003
Tabel 1 : Penempatan TKI Sektor Formal & Informal Kawasan Arab Saudi Tahun 2001-2006.
Tahun
Formal Informal
Jumlah
Laki-laki
(L)
Perempuan
(P)
Laki-laki
(L)
Perempuan
(P)
2001 15 229 9,802 93,189 103.235
2002 880 859 17.376 194.488 213.603
2003 633 291 13,671 154,443 169.038
2004 432 191 13,724 181,995 196.342
2005 1,579 1,145 9,788 ,723 150.235
Sumber : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans137), Dirjen
PPTKLN dikutip dari Imanuella Tamara Geerards,2010 JURNAL MASYARAKAT
KEBUDAYAAN DAN POLITIK Volume 21, Nomor 4:361-37
Dari tabel 1 diatas kita dapat melihat data penempatan tenaga kerja yang
di berangkatkan keluar Arab Saudi, pada tahun 2001 pekerja yang berangkat ke
Arab Saudi berjumlah 103.235 dan pada tahun berikutnya 2002 meningkat lebih
dari 100 persen yaitu 213.603. Meskipun pada tahun 2003 jumlahnya menurun
169.038 dan meningkat kembali pada tahun 2004 sebanyak 196.342 dan menurun
pada tahun 2005 sebanyak 150.235 jiwa kemudian meningkat lebih dari 100
persen kembali pada tahun 2006 yaitu sebanyak 307.427 jiwa.
Data-data ini menunjukkan kepada kita bahwa antusias masyarakat
Indonesia masih sangat tinggi untuk bekerja keluar negeri yang secara tidak
langsung menunjukkan ketidak siapan pemerintah dalam menciptakan lapangan
pekerjaan di negeri sendiri. Mayoritas masyarakat Indonesia yang pergi untuk
bekerja disana adalah perempuan dan ironisnya mayoritas para perempuan tersebut
bekerja di sektor informal. Orang Indonesia yang bekerja di sektor formal pun
jumlahnya sangat berbanding jauh dengan mereka yang bekerja di sektor informal.
Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan data jumlah masyarakat
Indonesia dari tahun 2007 sampai tahun 2012 berdasarkan jenis kelamin :
Tahun 2007 – Juni 2012
Tahun LK PR
2007 22.056 235.232
2008 33.307 201.337
2009 24.909 251.724
2010 25.263 203.625
2011 27.002 203.625
2012 7.757 3,939
Jumlah 161.174 1.256.174
Total 2.855.856
Sumber : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di kutip dari
Dalam kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 2007-2012 perempuan
masih mendominasi sebagai tenaga kerja dari Indonesia yang paling banyak
dikirimkan ke Arab Saudi jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki
dengan perbandingan yang cukup jauh tetapi kita dapat melihat jumlah penurunan
yang cukup drastis pada tahun 2011 ke 2012 yang menurun yang diakibatkan
pemerintah Indonesia memberlakukan moratorium tenaga kerja informal ke Arab
Saudi. Tabel berikut juga menyajikan data mengenai distribusi TKI di luar negeri
Tabel 3 : Distribusi Tenaga Kerja Indonesia Sektor Informal dan Formal di Arab Saudi Tahun 2007- Juni 2012
Tahun Formal Informal
2007 5.342 251.875
2008 23.021 211.623
2009 3957 272.676
2010 13,377 215.513
2011 31.714 105.929
2012 6.409 5.405
Jumlah 85.496 1.514.424
Total 3.028.848
Sumber : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di kutip dari
Dari beberapa data yang disajikan pada tabel diatas kita dapat melihat
mulai dari distribusi tenaga kerja yang dikirim keluar negeri 60 persennya ialah
perempuan dan lebih banyak bekerja di sektor informal. Hal ini terjadi adalah
dikarenakan kurangnya keseriusan pemerintah dalam membangun sumber daya
yang mapan di dalam negeri sehingga Indonesia seharusya tidak harus
mengirimkan tenga kerja dengan upah rendah demi perbaikan ekonomi dalam
negeri.