• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jilid-13 Depernas 24-Bab-109

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jilid-13 Depernas 24-Bab-109"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 109. GAMBARAN KEADAAN JANG DIINGINI DALAM PRODUKSI ZAT TEPUNG

§ 1208. Dasar dari rentjana usaha

Tudjuan dengan meningkatkan produksi bahan makanan pada tarap pertama dari Rentjana I, ialah untuk segera menghentikan im -por bahan makanan, dengan kata lain segera mentjapai selfsup-por ting dalam memenuhi keperluan bahan makanan rakjat Indonesia.

Sampai tahun 1960 ini, Indonesia masih memerlukan impor be-ras dan ikan asin. Garam hendaknja dipulihkan kembali pada produksi sebelum perang untuk dapat memenuhi keperluan pangan dan industri.

Bahan makanan lainnja jaitu gula, minjak kelapa dan bahan bakar seperti minjak tanah tjukup persediaan didalam negeri untuk konsumsi sebagai bahan makanan dan untuk memasak tetapi tidak lantjar dis-tribusinja.

§ 1209. Persediaan beras

Dalam rentjana meningkatkan produksi bahan makanan di In-donesia pada tarap-pertama Rentjana I ini, perhatian terbesar diarah-kan pada meningkatdiarah-kan hasil beras.

Bahan-bahan makanan lain jang merupakan equivalent beras, sudah baik bila produksinja dipertahankan pada keadaan sekarang.

Dengan menghitung perkembangan penduduk 2,3% setiap tahun dan target konsumsi beras per kapita pada tahun 1961 dan 1962 ada-lah 100 kg., untuk tahun 1963 dengan 102 kg., 1964 dengan 105 kg., pada tahun 1965 dengan 110 kg., tahun 1966 dengan 112 kg. serta 1967 dan 1968 dengan 115 kg. maka dapat dihitung berapa keperluan beras setiap tahun. Dengan membandingkan pada produksi ta -hun 1959 dapat dilihat kekurangan persediaan beras untuk ta-hun-ta- tahun-ta-hun berikutnja.

(2)

§ 1210. Ichtisar kebutuhan akan beras dan kekurangan tahun 1961—1967 Berdasarkan Produksi 1959.

No. Tahun

Keperlua n perkapita

Djumlah penduduk

K e p e r l u a n

Produksi 1959/ton

Kekurangan/to n Nominal/

ton

% Bufferstock berturut-turut (1.3.5.5.5.5.5.)

Djumlah ton

1. 1961 100 kg. 94.911.000 9.491.00 94.911 9.586.011 8.097.000 1.489.011 2. 1962 100 kg. 97.094.000 9.709.000 291.282 10.000.68

2

8.097.000 1.903.682

3. 1963 102 kg. 99.327.000 10.131.35 4

506.568 10.637.92 2

8.097.000 2.540.922

4. 1964 105 kg. 101.611.000 10.669.15 5

533.458 11.202.613 8.097.000 3.106.613

5. 1965 110 kg. 103.949.000 11.434.390 571.720 12.006.110 8.097.000 3.909.110 6. 1966 112 kg. 106.340.000 11.910.080 595.504 12.505.58

4

8.097.000 4.408.584

(3)

5 9 8. 1968 115 kg. 111.287.000 12.798.00

5

639.900 13.437.90 5

8.097.000 5.340.905

(4)

§ 1211. Rentjana usaha untuk meningkatkan produksi „beras”

Untuk dapat mengurangi impor bergs. pada tahun 1961 dan se-terusnja harus ada usaha-usaha tambahan dalam bidang produksi. Usaha-usaha jang dapat menaikkan produksi itu ialah :

a. Intensipikasi. b. Ekstensipikasi.

Mengingat keadaan negara Republik Indonesia sekarang ini pada umumnja, untuk tarap pertama dad Rentjana I ini dapat diadakan segera usaha-usaha intensipikasi, dibeberapa daerah dipulau Djawa pada 1961 dan seluruh Indonesia pada tahun 1962.

Usaha-usaha intensipikasi itu dapat didjalankan dengan 2 tjara organisasi: 1. Dengan Padi Sentra akan ditjapai tambahan hasil dad 45%, 50%,

75% dan pada taraf jang paling sempurna 100%.

2. Dengan intensipikasi massal sebagai pendahuluan untuk Padi Sentra akan ditjapai tambahan hasil 20% s/d 40%.

Pada pokoknja usaha-usaha intensipikasi ini didjalankan dengan : (a) Perbaikan dan pembangunan irigasi.

(b) Pemupukan kirmia. (c) Pembasmian hama. (d) Pemakaian bibit unggul.

(e) Penjempurnaan alat-alat pertanian. (f) Penjuluhan pertanian.

Usaha ekstensipikasi pada tarap pertama dari Rentjana I ini, ter-utama dengan perl'uasan areal dengan selesainja waduk-waduk (peng-airan-pengairan sedang/ketjil) jang sudah dimulai pada tahun ini (1959/1960), dan pembangunan irigasi baru di Sumatera dan Su-lawesi seluas 500.000 ha. dan beberapa pembukaan sawah kering. Usaha ekstensipikasi djangka pandjang harus sudah dimulai penelitian tentang kemungkinan-kemungkinan kanalisasi di Sumatra dan Kali-mantan.

§ 1212. Usaha dalam tahun 1961

Pada tahun 1961 tambahan hasil diperoleh dengan memperluas :

a, Padi Sentra dengan 125 buah

a

4.000 ha, meliputi 500.000 ha, dengan tambahan hasil = 225.000 ton.

(5)

c. Selesainja dam dan Rehabilitasi pengairan di Djawa Barat dan Sumatra Selatan jang memperluas areal sawah dengan 63.700 ha maka tambahan hasil tahun ke-1 sebanjak 0,1 ton beras per ha = 6.370 ton.

Djumlah seluruh tambahan hasil = 541.370 ton.

Kekurangan seluruhnja = 1.489.011 — 541.370 ton 947.641 ton beras, jang harus diimpor. Ella beras tidak diimpor sebanjak itu, berarti target konsumsi dikurangi dan tanpa bufferstock.

§ 1213. Usaha dalam tahun 1962

Pada tahun 1962, tambahah hasil beras diperoleh dengan :

a. Padi Sentra sebanjak 500 buah

a

6.000 ha meliputi 3.000.000 ha, tambahan hasil = 1.350.000 ton beras.

b. Intensipikasi massal meliputi 2.000.000 ha dengan tambahan hasil = 500.000 ton beras.

c. Selesainja saluran detail di Djawa 17.500 ha dengan hasil = 19.250 ton beras.

d. Selesainja seksi I Djatiluhur jang mengairi 60.000 ha sawah di-waktu kemarau, dengan hasil = 60.000 ton beras.

e. Hasil tambahan dari tambahan sawah 1961 sub. c. naik mendjadi 0,3 ton beras/ha = 19.110 ton.

f. Dibukanja tanah kering untuk padi ladang seluas 500 ha. dengan hasil = 250 ton beras.

g. Intensipikasi 1.000.000 ha padi ladang dan gogo dengan hasil tambahan rata-rata 0,1 ton beras/ha = 100.000 ton.

Djumlah tambahan hasil tahun 1962 = 2.054.610 ton. Dengan demikian kelebihan = 2.054.610 — 1.903.682 ton = 150.928 ton.

§ 1214. Usaha dalam tahun 1963

Pada tahun 1963, tambahan hasil beras diperoleh dengan : a. Djumlah tambahan hasil s/d tahun 1962 = 2.054.610 ton.

b. Intensipikasi massal sisa dari seluruh luas sawah di Indonesia s/d tahun 1962 jaitu :

846.500 ha dengan tambahan hasil = 20% X 996.550 ton = 199.310 ton.

c. Selesainja Djatiluhur Seksi II jang memberikan tambahan areal 60.000 ha dengan hasil 6.000 ton.

d. Hasil padi ladang tahun 1962 + dengan pembukaan baru seluas 500 ha tambahan hasil 250 ton.

(6)

f. Perluasan areal sawah diluar Djawa dengan Rehabilitasi dan pe-njempurnaan irigasi seluas 40.000 ha dengan hasil = 44.000 ton beras.

g. Hasil tambahan pada tahun ketiga dari 63.700 ha sawah di Djawa Barat dan Sumatra Selatan dengan a 0,6 — 0,3 ton beras/ha = 19.110 ton.

h. Surplus tahun 1962 = 150.928 ton.

Djumlah tambahan hasil dengan surplus tahun 1962 seluruhnja =-2.397.140 + 150.928 ton = 2.548.068 ton.

Berarti pada tahun 1963 ada kelebihan beras sebesar 2.548.068 ton — 2.540.922 ton = 7.146 ton beras.

§ 1215. Usaha dalam tahun 1964

Pada tahun 1964, tambahan hasil beras diperoleh dengan a. Djumlah tambahan hash tahun 1963 = 2.397.140 ton. b. Tambahan areal karena selesainja waduk di Djawa 5.000 ha

5.500 ton.

c. Hasil padi ladang ditambah dengan 500 ha = 250 ton hasil beras. d. Hasil tambahan tahun keempat dart 63.700 ha di Djawa-Barat dan

Sumatra Selatan dengan hasil (1,1 — 0,6) ton/ha — 31.850 ton. e. Hasil dari Seksi III Djatiluhur seluas 60.000 ha dengan hasil

66.000 ton.

f.Padi Sentra dari 120.000 ha Djatiluhur, dengan tambahan hash 45%/ha = 59.400 ton.

g. Padi Sentra dart 851.360 (diluar P.S. dan I.M. tahun 1962) dengan hash tamlbahan 25% = 233.839 ton.

h. Padi Sentra 2.000.000 ha (areal I.M. tahun 1962) dengan kenaikan 45% — 25% dengan hasil = 440.000 ton.

Djumlah tambahan hasil padi tahun 1964 = 3..233.979 ton. Berarti ada surplus 3.233.979 ton — 3.106.613 ton = 127.366 ton beras.

§ 1216. Usaha dalam tahun 1965

Pada tahun 1965, tambahan hasil beras diperoleh dengan : a. Djumlah tambahan hasil tahun 1964 = 3.233.979 ton beras.

b. Hasil tambahan tahun pertama dari 120.000 ha dari penjempur-naan dengan hasil = 132.000 ton.

c. Perluasan areal sawah karena pembangunan irigasi seluas 401.000 ha a 0,1 ton beras = 40.000 ton.

(7)

e. Hasil tambahan intensipikasi dari 63.700 ha dengan a 50% = 35.034 ton beras.

f. Selesai Seksi IV (terachir) dari waduk Djatiluhur dengan tam-bahan areal 60.000 ha dengan hash = 66.000 ton.

g. Intensipikasi padi Sentra areal Djatiluhur 180.000 ha dengan tam-bahan hasil' 45%/ha = 89.100 ton.

h. Berarti. djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri = 3.917.980 ton. Surplus = 3.917.980 — 3.909.110 ton = 8.870 ton beras.

§ 1217. Usaha dalam tahun 1966

Pada tahun 1966, tambahan hasil beras diperoleh dengan : a. Djumlah tambahan hash tahun 1965 = 3.917.980 ton beras.

b. Tambahan hasil dari (1965 sub. b) dengan intensipikasi massal 120.000 ha dengan tambahan hash 20% X 132.000 ton = 26.400 ton.

c. Hasil tambahan tahun karena (1965) sub. c) dari 410.000 ha de-ngan hasil (0,3 — 0,1) ton beras/ha = 80.200 ton.

d. Padi Sentra di Djawa tarap ke-3 sebanjak 3.000.000 ha dengan kenaikan 75 — 50%) X 1,1 ton/ha = 825.000 ton.

Berarti ada djumlah tambahan persediaan beras dalam negeri = 4.849.588 ton. Surplus = 4.849.588 — 4.408.584 = 440.996 ton beras.

§ 1218. Usaha dalam tahun 1967

a. Djumlah tambahan hash tahun 1966 = 4.849.588 ton beras.

b. Intensipikasi dengan Padi Sentra areal 120.000 ha (1966 sub. b) memberikan kenaikan 50%/ha = 39.600 ton beras.

c. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke-4 seluas 3.000.000 ha dengan kenaikan hasil (100 — 75%) ha = 825.000 ton beras.

d. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke-3 seluas 2.850.360 ha. sisa, de-ngan tambahan hasil (75 — 50%) ha = 781.349 ton beras.

e. Hasid tambahan tahun ketiga (1966 sub. c) dari 401.000 ha diluar Djawa dengan hasil (0,6 — 0,3) ton/ha = 120.000 ton beras.

f. Hasil dari irigasi baru seluas 851.000 ha dengan hash 0,1 ton

tiap

ha = 8.510 ton.

(8)

§ 1219. Usaha dalam tahun 1968

Pada tahun 1968 tambahan hasil (produksi) beras diperoleh de. ngan

a. Djumlah tambahan hasil tahun 1967 = 662.427 ton.

b. Intensipikasi Padi Sentra tarap ke-4 dari sawah seluas 2.850. 360 ha (1967 sub d) dengan tambahan hasil (100% — 75%) per ha 781.349 ton.

c. Hasil tambahan dari sawah 401.000 ha diluar Djawa (1967 sub e), dengan hasil (1,1 — 0,6) ton/ha = 200.500 ton.

d. Rehabilitasi pengairan 90.932 ha dengan hasil 1,1 ton/ha = 100.026 ton.

e. Irigasi b a r u 297.000 ha. A 0,1 ton/ha = 29.700 ton.

Djumlah tambahan persediaan beras = 7.735.821 ton. Berarti ter. dapat surplus 7.735.821 ton — 5.340.905 ton = 2.394.916 ton.

§ 1220. Kesimpulan a.

Tahun

Surplus beras/ton

1961 Impor

1962 + 150.928

1963 — 142.782 (kekurangan ini bisa diisi dengan sur-plus tahun 1962)

1964 + 127.366 1965 + 8.870 1966 + 440.996 1967 + 1.585.458 1968 + 2.394.914

b. Djumlah areal panen sawah fang diperhitungkan sudah dapat memberikan hasil seluruh Indonesia pada tahun 1968 adalah :

1. sampai dengan tahun 1959 = 5.829.000 ha 2. tambahan dengan selesainja Djatiluhur = 240.000 ha 3. tambahan dengan selesainja rehabilitasi

dan penjempurnaan irigasi sedang dan ke-tjil serta dam di Djawa dan Sumatera Se-latan

= 302.423 ha

4. tambahan dengan pembangunan irigasi baru di Indonesia

(9)

e. Hasil padi pada areal baru diluar Djawa dengan irigasi pada tahun pertama diperhitungkan 0,1 ton beras, tahun kedua 0,3 ton, tahun ketiga 0,6 ton beras dan tahun ke-4 dengan 1,1 ton beras per ha. Tambahan hasil dengan intensipikasi massal mulai dengan 20% s/d 40% sedang bila dengan Padi Sentra mulai dengan 45%, 50%, 75% dan pada sebagian daerah dimungkinkan sampai 100%. Kemungkinan tambahan hasil sampai 100% ini pada tarap jang terachir tidaklah berlebih-lebihan djika dibandingkan dengan hasil pertjobaan dari Jajasan Lembaga Penjelidikan Keilmiahan di Kla-ten, jang oleh Jagus dibuktikan bahwa kenaikan hasil dengan

in-tensipikasi terutama dengan menggunakan bibit unggul sampai mentjapai ± 190% jaitu dari hasil 1,1 ton beras ha mendjadi 3 ton beras/ha. Untuk mendjamin kepastian pelaksanaan, maka sebagai dasar perhitungan hasil pertjobaan tersebut digunakan sebagai pedoman belaka bukan sebagai target jang harus ditjapai, pada tarap pertama dari Rentjana I ini.

Pertjobaan itu diperkembang dan diperluas dibeberapa matjam tanah dan iklim di Indonesia dan setelah merata baru dapat diambil sebagai dasar perhitungan untuk seluruh Indonesia.

d. Djenis pupuk jang diperlukan ialah :

1. Semua sawah untuk penanaman path memerlukan 1/2 kw. D.S./ha.

2. Untuk tanah margalit jang luasnja ± 200.000 ha dipulau Djawa selain D.S. memerlukan pula 1 kw. Z.A./ha.

3. Untuk penanaman palawidja sesudah penanaman path disawah, digunakan :

(a) 1 kw. Urea/ha. (b) ½ kw. D.S./ha.

dan untuk Djawa Barat dan Sumatera ditambah dengan 1 kw. Z.K./ha.

§ 1221. Hal-hal jang mesti diperhatikan

Gerakan intensipikasi dengan tambahan hasil sampai 100% itu, haruslah memenuhi sjarat antara lain dengan mengintensipkan organi -sasi dan administrasi penjelenggaraannja, sehingga :badan-badan jang mengorganisasi dan para petani akan berusaha dengan effisiensi jang maximal.

Untuk itu diperlukan antara lain : a. lantjarnja distribusi pupuk.

b. plafond harga beras jang menarik dibanding dengan harga ba rang lain.

(10)

d. memberikan balas djasa tambahan bag! badan pemerintah jang bekerdja dilapangan intensipikasi produksi beras ini sesuai de-ngan prestasi jang ditjapainja.

e. memberikan pasilitet jang tjukup baik bagi petani, dalam men-dapatkan pupuk, alat-alat pertanian, bibit, obat pemberantasan hama dsb.

§

1222. Biaja Intensipikasi

a. Biala Intensipikasi tahun 1961.

Pada tahun 1961 biaja Intensipikasi adalah : 1. padi sentra Rp. 674.160.000,-2. Intensipikasi

massal Rp.

778.900.000,-Djumlah Rp. 1.463.060.000,- = ± 1,47 miljar rupiah. Perintjian sebagai berikut :

No. O b j e k 1960/1961

(Rupiah). ad 1. PADI SENTRA :

(a). Belandja Pegawai 28.000.000

(b). „ Barang 547.450.000

(c). „ M o d a l 94.750.000

(d). Training kader 3.960.000

Djumlah I 674.160.000 ad 2. INTENSIPIKASI UMUM :

(a). (b).

Bibit padi unggul

Obat-obatan untuk pemberantasan

240.000.000

hama/penjakit 26.900.000

(c). Pampa tekanan tinggi 9.000.000 (d). Perbaikan irigasi desa 25.000.000 (e). Pompa air untuk irigasi 17.000.000

(f). Pupuk buatan 435.000.000

(11)

b. Biaja intensipikasi tahun 1962.

Pada tahun 1962 areal jang sudah diintensipikasikan dengan :

ad

1. padi sentra seluas 2. intensipikasi massal

3.000.000 ha. 2.000.000 ha. 1.850.000 ton beras, jang akan menambah produksi

dengan biaja :

1. (a). padi Sentra :

(1). belandja pegawai Rp. 84.000.000, (2). barang „ 3.142.000.000,

(3). „ modal „ 83.300.000,

(4). training kader „ 6.000.000, Djumlah I Rp. 3.315.300.000, (b). Intensipikasi massal:

(1). bibit padi unggul Rp. 400.000.000, (2). obat-obatan pemberantasan hama/

penjakit „ 28.000.000,

(3). pompa tekanan tinggi „ 2.400.000, (4). perbaikan irigasi desa 20.000.000, (5). pompa air untuk irigasi „ 42.000.000,

(6). pupuk buatan „ 306.000.000,-,

(7). pembibitan tanaman pupuk hidjau ,, 5.000.000, (8). alat-alat pertanian „ 33.000.000, (9). penjaluran/instruksi „ 6.000.000,

(10). perlombaan/gerakan 10.000.000,

Djumlah II Rp. 853.500.000, ad 2. Untuk 1.000.000 ha padi ladang

clan path gogo ditaksir biajanja Rp. 425.000.000, Djumlah biaja intensipikasi pada

tahun 1962 seluruhnja Rp. 4.168.800.000, + Rp. 425.000.000; Rp. 4.593 800.000,— = dibulatkan Rp. 4,60 miljar. (c). Biaja intensipikasi tahun 1963.

(1). Biaja intensipikasi tahun 1962 sebanjak Rp. 4,6 miljar. (2). I.M. sawah seluas : 846.500 ha (829.000 ha + 17.500 ha)

= ± 43% X Rp. 853.500.000,— = Rp. 367.005.000,

Djadi djumlah biaja intensipikasi = Rp. 4,6 miljar +

(12)

( d ) . Biaja intensipikasi tahun 1964.

(1). Biaja intensipikasi tahun 1963 sebanjak Rp. 5 miljar. (2). Padi Sentra daerah I.M. seluas : (2.000.000 ha =

2.000.000

X Rp. 3.315.300.000) --3.000.000

Rp. 853.500.000 = Rp. 1.356.700.000. (3). Padi Sentra 120.000 ha Djatiluhur = 120.000 X

3.000.000 Rp. 3.315.300.000 = 12 X 300

Rp. 3.315.300.000 = Rp. 132.612.000 (4). Padi Sentra 846.500 ha I.M. tahun 1963 ditambah dengan

5.000 ha baru ditaksir menambah biaja Rp. 595.984.550,—. Djumlah biaja intensipikasi tahun 1965 = Rp. 7,83 miljar. Rp. 7.085.296.550,— dibulatkan Rp. 7,08 miljar.

(e). Biaja intensipikasi tahun 1965.

(1). Biaja intensipikasi tahun 1964 = Rp. 7,08 miljar.

(2). Intensipikasi massal dari 63.700 ha = ± Rp. 75.000.000,— Djumlah Biaja intensipikasi tahun 1965 = Rp. 7,83 miljar. (f). Biaja intensipikasi tahun 1966.

Biaja intensipikasi 'sama dengan tahun 1965 j.i. Rp. 7,83 miljar. (g). Biaja intensipikasi tahun 1967.

(1). Biaja intensipikasi tahun 1966 = Rp. 7,83 miljajr. (2). Padi Sentra 120.000 ha (Djatiluhur) = Rp. 132.612.000. Djumlah biaja intensipikasi tahun 1967 = Rp. 7.962.612.00 =

Rp. 7.963 miljar. (h). Biaja intensipikasi tahun 1968.

Biaja intensipkasi sama dengan baja tahun 1967 j.i. Rp. 7.963 miljar

Kesimpulan : Biaja intensipikasi:

1961 = ± Rp. 1,47 miljar 1962 = ± Rp. 4,60 „ 1963 = ± Rp. 5,

1964 = ± Rp. 7,08 „ 1965 = ± Rp. 7,83 miljar 1966 = ± Rp. 7,83 „ 1967 = ± Rp. 7,963 1968 = ± Rp. 7,963 „

(13)

Diperhitungkan investasi diperlukan sebanjak Rp. 18,150 miljar, jaitu biaja sampai dengan tahun 1964 didjadikan Rp. 18,135 mil-jar (disesuaikan dengan alokasi Depernas). Sesudah tahun 1964 mengingat perluasan intensipikasi hampir mentjapai maximum-nja, maka projek ini sudah dapat membiajai sendiri usaha-usaha-nja, bahkan sudah memberikan keuntungan.

§ 1223. Impor (pupuk) dan pendirian pabrik-untuk intensipikasi Berhubung dengan usaha intensipikasi besar-besaran diperlukan pupuk kimia, terutama :

a. double super phosphate (D.S.). b. zwavelzuur amoniak (Z.A.).

Setiap ha sawah memerlukan 1/a qt. D.S. dan pada tanah margalit seluas ± 200.000 ha ditambah dengan 1 kw. Z.A./ha ditambah dengan 1 kw. Z.A./ha. Kedua djenis pupuk itu setiap ton berharga U.S. $ 55, + US $ 25, shipping cost. Oleh karena besarnja devisen jang diper-lukan untuk mengimpor pupuk itu dari tahun ketahun maka harus diusahakan pendirian pabrik pupuk dalam negeri jang mungkin. Pa-brik pupuk jang dapat didirikan dalam negeri ialah :

1. Pabrik E.S. di Djawa dengan kapasitet 100.000 ton setahun. 2. „ Urea di Palembang „ 100.000 ton setahun.

Persiapan-persiapan pendirian pabrik pupuk ini dimulai pada ta-hun 1961 dan selesai pada tata-hun 1962. Kemungkinan

ini

harus diper-luas untuk tahun-tahun berikutnja dan mengurangi impor pupuk.

Mengingat adanja sumber seperti gas alam dan lain-lain maka harus diselidiki mulai tahun 1961 kemungknan mendirikan pabrik pu-puk di:

1. Sumatera Timur untuk Urea dengan kapasitet ± 1 000.000 ton setahun.

2. Riau — di Pakan Baru, kapasitet jang sama.

3. Balik Papan dengan kapasitet lebih besar jaitu 1.500.000 ton se-tahun.

4. Di Djakarta dan setiap kota besar di Djawa untuk pupuk kompos dari sampah kotoran kota untuk palawidja dan untuk kebersihan kota jang sebaiknja dikerdjakan oleh swasta.

Pabrik pupuk jang menghasilkan nitrogeen (N) diperlukan untuk palawidja dan perkebunan. Untuk keperluan intensipikasi padi teruta-ma diperlukan phosfat (P2O5) jang bahan bakunja tersedia terutateruta-ma dipulau Djawa untuk memenuhi :keperluan dalam masa ± 5 tahun. Oleh karena itu harus diselidiki pula kemungkinan mendirikan pabrik pupuk E.S. diluar Djawa.

(14)

§ 1224. Organisasi dan administrasi pemupukan

Untuk menghindari kematjetan pemupukan jang merata dan te-pat pada waktu diperlukan, haruslah diperhatikan :

a. kemampuan pengangkutan dan organisasi distribusi, harus diba -ngun sesuai dengan kebutuhan terhadap pupuk diseluruh daerah dari tahun ketahun.

b. persediaan pupuk harus melebihi dari keperluan untuk padi dan tjukup pupuk jang tersedia untuk keperluan perkebunan terutama jang berada disekitar persawahan, untuk menghindari spekulasi pupuk.

c. harga pupuk untuk didjual pada petani, tjukup rendah dibanding kan dengan harga kenaikan hasil jang diakibatkan pemupukan itu. Hat ini berarti :

1. penetapan harga beras jang tidak terialu rendah,

2. atau untuk pupuk harus diberikan subsidi chusus bila harga beras ditetapkan dengan rendah,

d. diadakan sematjam balas djasa tambahan, bagi badan-badan jang mengurus organisasi intensipikasi produksi beras pada umumnja, dalam pemakaian pupuk chususnja, seimbang dengan basil ke naikan produksi beras jang ditjapai didaerah operasinja dan hu -kuman jang tjukup berat terhadap penjalah-gunaan kekuasaan atau melalaikan kewadjiban.

§

1225. Matjam usaha extensipikasi jang dilakukan ialah :

No. Nama/Djenis Tempat Areal/ha. Selesai th.

a. Rehabilisasi dan pem-bangunan dam baru

Djawa-Barat dan Sumatera Selatan

63.700 1960/1961

b. 1. Penjempurnaan Djawa-Tengah + Djawa-Timur

17.500 1962

2. Seksi I projek be-sar Djatiluhur

Djawa-Barat 60.000 1962

3. Pembukaan tanah kering (padi la-dang)

(15)
(16)

Usaha extensipikasi ini diudjudkan dalam projek pengairan besar, sedang dan ketjil. Projek pengairan ini terutama projek besar adalah bersifat multipurpose djuga a.l, untuk pentjegah bahaja bandjir.

§ 1226. Usaha extensipikasi djangka pandjang

Untuk dapat mengimbangi kenaikan penduduk dari tahun keta-hun dan naiknja taraf hidup ralcjat, perlu diusahakan projek djangka pandjang.

Projek ini diselidiki pada Rentjana I ini dan sebagian didjadikan pilot projek untuk bahan sandang dan achirnja dapat digunakan pula untuk penanaman bahan makanan.

Projek-projek itu ialah :

a. Kanalisasi Kalimantan Selatan jang meliputi tambahan areal sa-wah dengan 6.000.000 ha.

Projek ini harus diselidiki mulai pada tahun 1961. Bila penjeli-dikan ini menghasilkan kesimpulan dapat dilaksanakannja kanali-sasi itu untuk menambah produksi beras maka pada achir tahun 1962 sudah dapat memberikan areal baru untuk penanaman padi ± 50.000 s/d 100.000 ha.

Bila hasil penjelidikan itu menundjukkan bahwa penggunaan areal baru itu untuk padi kurang effisien, maka areal ini pasti da -pat digunakan untuk penanaman sajur-sajuran atau rami untuk tarap pertama. Pada tarap kedua dan selandjutnja dapat digunakan untuk persawahan.

b. Kanalisasi Sumatera Timur meliputi 3 s/d 4.000.000 ha ; pada Ren-tjana I Pembangunan Semesta sudah diselidiki kemungkinankemungkinannja sama halnja dengan kenailisasi pasang surut ka -nalisasi pada tarap pertama, diadakan pertjobaan untuk penanam-an padi pada areal seluas 10.000 ha s/d 20.000 ha itu.

Dan bila belum mungkin, digunakan lebih dahulu untuk penanam-an selain dari path.

Projek kanalisasi ini adalah projek multipurpose j.i. untuk keper luau lalu lintas, perikanan, penanaman rami dan penambahan per-sawahan.

c. Usaha-usaha kemungkinan mekanisasi pertanian produksi padi dan beras, terutama diluar Djawa, sudah disiapkan pada Rentjana I ini dan sudah memberikan basil pada permukaan Rentjana II Pembangunan Semesta.

§ 1227. Pabrik penggllingan padi

(17)

Sebagian ketjil dari beras tumbuk ini diolah lebih landjut (dibikin be-ras putih) di penggilingan-penggilingan ;bebe-ras milik swasta. Sebagian priduksi padi dibeli oleh Pemerintah dari rakjat dan diolah di penggi-lingan-penggilingan padi swasta dengan upah giling.

Penggilingan padi jang ada sekarang ialah : Daftar IV.

P u 1 a u Daja kuda Kap. ton/7 djam

beras.

a. di Djawa 611 41.971,60 3.414,0

b. Sumatera 63 3.498,5 253,5

c. Kalimantan 29 1.402 98,5

d. Sulawesi 31 2.198 162,3

e. Nusa Tenggara 14 1.140 76,5

Djumlah : 748 50.210,10 4.004,8

Keperluan beras jang harus digiling setiap hari diseluruh Indo-nesia rata-rata = 25.550 ton. Untuk dapat melajani keperluan penggi-lingan beras, maka pabrik jang ada harus dapat bekerdja dengan kapasitet jang penuh (dua kali kakapasitet sekarang) dan bila telah diper -lukan menambah shift dengan 2 kali dalam sehari.

Projek penggilingan padi termasuk projek industri; jaitu mendirikan pabrik penggilingan padi ditempat Padi Sentra baru (diluar Djawa).

§ 1228. Harga beras dihubungkan dengan usaha menaikkan produksi a. Ditindjau dari sudut usaha menggiatkan petani untuk menaikkan

produksi adalah penting adanja djaminan terhadap harga beras jang tjukup tinggi bagi petani dan tjukup murah bagi penduduk kota.

b. Berdasar prinsip diatas harus diadakan plafond harga beras.

Untuk ini harus ada usaha dan tjara untuk mengendalikan harga beras menurut harga jang ditentukan dengan:

1. Persediaan beras tertentu :

(18)

(b) persediaan ini diperoleh dengan impor atau pembelian padi dalam negeri dengan harga berdasarkan prinsip ad a diatas ;

(c) plafond harga beras tidak diumumkan sebelum terwudjud stock atau persediaan beras jang tertentu tadi dan ada-nja alat distribusi jang tjukup lantjar ;

(d) peraturan jang mengantjam hukuman terhadap pelang-garan menaikkan harga beras melebihi plafond jang di-tentukan;

(e) mengadakan pembagian/distribusi beras terhadap pega-wai-pegawai pemerintah sipil dan militer dengan harga Penggilingan padi mendjadi beras didjalankan diperusa-haan-perusahaan penggilingan padi milik swasta jang mendapat upah giling dari Pemerintah.

Distribusi selandjutnja diselenggarkan melalui pedagang-pedagang grossier, kemudian pengetjer-pengetjer dan ko-perasi-koperasi, jang bertugas menjampaikan kepada umum, pegawai negeri termasuk alat-alat negara.

Distribusi ini hanja didjalankan dikota-kota.

2. Lumbung padi didesa-desa jang diambil sebagai pembelian atau pindjaman padi dari petani-petani kaja.

Pindjaman dapat dibajar setelah beras

itu

didjual. Lumbung desa ini digunakan untuk keperluan :

(a) pindjaman diwaktu patjeklik pada petani jang memer-lukannja.

(b) sisanja didjual untuk pembelian bahan-bahan dan alatalat pertanian desa jang diperlukan.

(c) bila mungkin untuk menekan harga jang naik didesa dan djika perlu dengan bantuan beras indjeksi dari Daswati I. Oleh karena panting funksi gudang dan lumbung padi maka gudang dan lumbung padi ini didjadikan projek pangan. § 1229. Soal peredaran beras berhubungan dengan projek gudang

lumbung padi

Pokok-pokok peredaran dipikirkan sebagai berikut:

(19)

pa-nen rendeng kemasa papa-nen rendeng j.a.d. Djika tidak mungkin mana dalam wilajah Swatantra tingkat II itu.

c. Djika sudah ada persediaan buat daerahnja sendiri, maka daerah Swatantra tingkat II menjediakan kelebihannja itu untuk diper-gunakan oleh Pemerintah Pusat. Atas nama Pemerintah Pusat, Pemerintah Swatantra tingkat I mengatur, bahwa kelebihan itu dapat diambil guna keperluan Swatantra tingkat II jang lain, ataupun untuk keperluan kota-kota, angkatan bersendjata dan lain-lain jang memperlukan, menurut ketentuan Pemerintah Pusat.

d. Kekurangan-kekurangan buat setiap wilajah, baik didesa Swatantra tingkat II, maupun kota-kota dan pihak-pihak lainnja, djika tidak dapat disediakan oleh sumber jang terdekat, Baru disediakan dari beras impor. Beras impor ini oleh kapal-kapal sedapat mungkin disampaikan langsung kepelabuhan jang terdekat pada daerah jang membutuhkan.

e. Agar ada kesediaan dari para penanam untuk setjara sukarela mendjual padinja kepada Pemerintah, baik untuk Lumbung desa, keperluan daerah Swatantra tingkat II, maupun untuk keperluan jang lain menurut Pemerintah Pusat, maka penetapan harga pembelian padi itu harus berpedoman pada : Penanam lebih untung, setidak-tidaknja tidak rugi, djika dibandingkan dengan mendjual atau menjerahkan kepada pelepas uang gelap. Tentu sadja har-ga-harga pembelian itu buat setiap daerah mempunjai ukuran jang berlain-lain. Karena itu, penetapan harga pembelian harus ditetapkan menurut keadaan ditiap daerah.

(20)

Bertalian dengan soal waktu jang tepat, dapatlah diperhitung-kan : Waktu mengerdjadiperhitung-kan sawah, waktu habisnja persediaan makanan didesa, dan waktu keperluan-keperluan tradisionil, se-perti dalam bulan-bulan tertentu untuk keperluan pernikahan, chitanan, dan sebagainja.

Persediaan keridit itu, selain daripada uang, tentu lebih mengun-tungkan, djika ada djuga sebagian jang berupa barang keperluan hidup sehari-hari, dantaranja jang terpenting ialah bahan pa-kaian, lauk-pauk jang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan daerah jang bersangkutan. Disamping rabuk dan alatalat perta -nian, djika ada perlu pula disediakan ternak guna pekerdjaan itu. Akan lebih baik pula djika bahan pakaian, lauk-pauk dan uang itu selalu tersedia setiap waktu.

g. Aparatur peredaran.

1. Didesa.

Buat keperluan lumbung desa, dibentuk pengurus dibawah pengawasan sehari-hari dari Kepala Desa.

Personalia pengurus lumbung desa, jang djumlahnja kira-kira tjukup dua atau tiga orang, dipilih oleh rapat desa. Demikian djuga keperluan perkeriditan desa diatur oleh bank desa. Bank desa ini langsung dipimpin oleh Bank Rak-jat Indonesia. Djika lembaga perkeriditan desa ini djuga akan menjediakan pindjaman berupa barang, maka pengurusan barang-barang itu dapat diserahkan kepada pengurus lum-bung desa, dengan pimpinan dan pengawasan 1.angsung dari B.R.I.

2. Di-swatantra tingkat 2 (kabupaten).

Pengurus dibentuk dibawah pimpinan Pemerintah daerah. Pengurus ini terdiri dad wakil-wakil organisasi golongan fungsionil tani sedaerah itu. Djumlahnja dibatasi antara tiga dart lima orang.

Pimpinan tetap pada petugas/pegawai jang ditugaskan oleh Pe-merintah Daerah. Soal-soal keuangan, balk untuk pembelian padi, maupun untuk keperluan perkreditan, dibawah pimpinan B.R.I. bersama dengan petugas dari Pemerintah Daerah.

3. Dikota-kota. (hanja distribusi). Dibawah pimpinan petugas dari Pemerintah Daerah Kota, wakil-wakil dari gabungan distribusi beras, dari angkatan bersendjata dan dari organisasi golongan fungsionil buruh/pegawai. Keuangannja diurus oleh B.R.I. diban -tu oleh pe-tugas Pemerintah Daerah Kota.

(21)

5. Di Pusat. bibawah pimpinan badan chusus jang mengurus ini. Keuangan: Dibawah pimpinan Menteri jang bersangkutan : B.R.I. Pusat.

§ 1230. Intensipikasi penanaman djagung

Penanaman djagung diadjukan sebagai projek industri „Pangan” untuk memenuhi

keperluan, baik sebagai staple-food didaerah

ter-tentu atau sebagai bahan makanan tambahan pada umumnja jang mempunjai nilai gizi jang balk.

Selain itu sebagian dari buah djagung dan semua daun dan ba tangnja digunakan sebagai makanan ternak.

Usaha intensipikasi penanaman djagung sangat menguntungkan karena

didaerah-daerah jang kurang subur untuk penanaman

Referensi

Dokumen terkait

1 MOHAMMAD ILHAM MAHFUD MI MUHAMMADIYAH MADIUN 58 2 HAUZAN HANIFAH ZAHRA SD MUHAMMADIYAH MADIUN 52 3 ATIKA BANOWATI SD MUHAMMADIYAH MADIUN 44 4 HAMZAH ABDURRAHMAN

Keputusan Walikota Semarang Nomor 875.1/2 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Perijinan dan Non Perijinan kepada Kepala Badan Pelayanan.. Perijinan Terpadu

Di Kota Probolinggo, terdapat wisata kawasan hutan mangrove (mangroveforest) merupakan kawasan konservasi, dan sudah menjadi kawasan hutan lindung yang

Keterlibatan kecelakaan diekspresikan sebagai jumlah pengemudi kendaraan dengan karakteristik yang pasti terlibat dalam kecelakaan per 100 juta vehicle-miles

• Membandingkan keuntungan investasi alternatif; dihitung dengan membagi nilai saat ini dari total arus kas masuk dari investasi dengan biaya awal investasi. – Nilai

Dengan posisi yang berada ditengah- tengah antara pusat ekonomi nasional yakni Jakarta dan Surabaya, menjadikan Kota Semarang semakin strategis.. Sebagai Ibukota

32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa “ Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA IV