EDISI 11 / N
evember
2015
ANGGUR MERAH
Beri Bukti,
Bukan janji..!
Keberpihakan
Macet
?
Apa yang harus dibuat
11
Dari Redaksi
Pembaca yang bijak,
Liputan kali ini, redaksi berkesempatan menyambangi Sikka, salah satu kabupaten di daratan Flores. Kabupaten dengan 160 Desa/Kelurahan itu kami datangi. Sebutan Nusa Nipa, menjadi nama yang tidak asing lagi di indra dengar kita. Maumere Manise… menjadi sebuah lagu yang sangat jelas menggambarkan kecintaan massa, pada negerinya itu.
Kabupaten ini juga memiliki program replikasi dari program pemberdayan besutan Pemerintah Provinsi NTT. Mereka bahkan tengah mempersiapkan sebuah program pemberdayaan baru.
Gelora Sikka, adalah sebutan untuk program yang akan ditetaskan itu. Berbagai kelemahan program terus dibenahi secara serius. Akademisi luar pun diberi ruang, memaknai perdebatan tentang gagalnya aneka program pemberdayaan yang pernah ada. Ada keberpihakan di situ.
Pembaca yang arif,
Perdebatan angka bisa dijawab dengan fakat empiris. Waktunya, melihat sendiri, cerita demi cerita yang kurang ini, bisa menjawabnya. Sorotan berbagai pihak, dengan basis pijak di atas rilis lembaga berkompeten, ternyata juga bisa dibantah.
Temuan titik lemah terkait aspek perencanaan, tatakelola, pendampingan hingga pengawasan, memiliki penjelasan lapangan yang bisa dideskripsikan. Bukan untuk membenarkan, bukan pula untuk kembali mengulangi kesalahan media. Menyalahkan pihak tertentu, untuk lemahnya program. Menyudutkan individu, apalagi menyentuh aspek personal. Sekali lagi tidak. Ada juga keberpihakan di situ.
Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah telah merambah sampai kepada 119 Desa/Kelurahan yang ada. Angka ini bisa direkap dari jejak program, sejak 2011 hingga terbitan edisi kali ini, September 2015. Desa Tilang dan Koting menggenapi niat baik pemberdayaan, ala Kabupaten Nyiur Melambai itu…
Jika semua pihak terlibat aktif, banyak soal jadi mudah. Hoang Tilu Neon, uang yang tak bertelinga akan senyap dari indra dengar kita. Paham hibah itu bisa sirna dalam relung hati, juga pikir masyarakat penerima. Kegetolan sorot minor pelaksanaan program tidak lagi berkutit pada temuan teknis. Utilitas program menjadi yang utama. Masyarakat harus juga terlibat.
Mari tunjukan keberpihakan kita. Semua kita harus bersikap. Siapa pun kita, dari mana pun latar kita. Waktunya menunjukan keberpihakan itu. Mari berpihak…
Keberpihakan
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
Pemimpin Redaksi
Kepala Bagian Pers dan Kajian Pendapat Umum
(Viktor Manek, S.Sos, M.Si)
Sekretaris
Sekretaris Inspektur
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) Redaktur Pelaksana
Kasubag Penerbitan
(Lucius W. Luly, S.STP, MA)
Anggota
(Zeth O.S. Blegur, S.Sos, M.Si) (Dina M. Ballo,SP) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer (Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis (Marcurius Bani Haba,SH)
(Roland E. Nope, S.AP)
ANGGUR MERAH
Ijin : Hms.188.48/04/2015
Pemimpin Redaksi
Mengapa
Anggur Merah...?
9
11
4
13
20
28
30
32
22
34
35
Macet,
Beri Bukti, Bukan Janji
Ada Penambahan
Kalau Bisa,
Silahkan Singgah,
16
Tanggung
Rente
Vivi Wungu Belen :
Menjadi Gula,
Minta Banyak
Pendapat
Stefanus Jelalut
37
Suara PKM
Saya Yakin,
Ada Dampak
Drs. Paolus Nong Susar, Wakil Bupati SikkaApa Yang Harus Dibuat
Adrianus F. Parera,SE,M.Si
Desa Lepo Lima
Ada D MAM
e
Mereka Mujur,
Koperasi Simpan Pinjam Liting Gi'itElisabeth Nona Elvi
Senang...!
Piaraan Sapi Kembali
Desa AeburaCicipi Bakso Buatan Saya
Martina Emaloen
Tingkatkan Kewbawaan
Pemerintah Desa
Desa Wairterang
Bukan Semut
Elias Bata
Memang
Frumensia Mega
Mengapa
Anggur Merah...?
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
S
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
Program Anggur Merah
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
Program Anggur Merah
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar
(fresh
money)
Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Pro Rakyat
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
d
iwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
p
embangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Sasaran
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Tujuan Anggur Merah
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas
musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan.
(Tim redaksi)Dibantu PKM
Fokus
Saya
Yakin
,
ada dampak !
“Karena uang langsung terdistribusi kepada masyarakat.
Saya melihat Program Desa Mandiri Anggur Merah ini sebagai bentuk
kelanjutan komitmen Gubernur NTT. Misinya adalah untuk
peningkatan pendapatan masyarakat.
Hal itu sinkron denga misi ke-2 RPJMD Sikka”
emikian komentar Drs. Paolus Nong Susar, Wakil Bupati Sikka saat
D
dijumpai di ruang kerjanya. Siang itu, Selasa (24/11) tim redaksi berkesempatan
menjumpai orang nomor dua di Kabupaten Koperasi itu.
Diinformasikan sebelumnya bahwa Bupati Sikka sedang berada di Kupang. Beliau diundang menghadiri acara Palang Merah Indonesia pada tanggal 23 hingga 26 November
“Program pemberdayaan tersebut nyambung antara Pemerintah Provinsi NTT dengan dengan Pemerintah Kabupaten. Teman-teman akan bisa melihat sendiri dampak dari kehadiran koperasi sebagai Sokoh Guru Perekonomian. Tentu akan lebih dinamis melihat manajemen, peluang dan hambatannya di masyarakat” lanjut pria berkumis itu. Secara tegas ia kemudian mengonfirmasi
pernyataan sebelumnya tentang manfaat program.
“Sudah jelas ada manfaat. Sekarang, mungkin saja ada deviasi antara kebutuhan produktif dan konsumtif. Saya yakin, nanti bisa di lihat sendiri di lapangan” begitu lanjutnya menambahkan.
Sebagai bentuk Replikasi dari Program Anggur Merah,
disebutnya juga ada program pemberdayaan di Kabupaten Nyiur Melambai itu. Desa Tilang dan Koting disebutnya sebagai desa yang menerapakn
Fokus
Beliau berpendapat bahwa, tentu mereka melihat ada manfaatnya. Budaya berkoperasi yang tinggi,
dilihatnya sebagai modal yang sangat kuat untuk memulai pemberdayaan.
“Menjadi catatan kami, jangan sampai jebol
manajemen saja. Karena bisa terjadi pendobelan anggota koperasi. Tidak masalah kalau masyarakat menjadi anggota dari beberapa koperasi. Yang kita khawatirkan, jangan
sampai pinjam di koperasi lain, untuk menutupi pinjaman di koperasi sebelumnya.
Masyarakat lebih tahu, koperasi mana yang menguntungkan. Ini menjadi titik kritis yang perlu kita awasi bersama” jawabnya ketika kami coba menanyakan tentang banyaknya koperasi di Sikka.
“Hoang Tilu Neon. Uang yang Tidak Punya Telinga, kurang lebih begitu makna harafiahnya dalam bahasa setempat. Istilah yang digunakan masyarakat untuk menyebut pemberian.
door to door memberi fasilitas pinjaman tanpa jaminan atau bunga rendah” jawabnya mengenai hadirnya perbankan dan beberapa koperasi
terdahulu, dengan omset hingga milyaran rupiah di Sikka.
“Terlepas dari semua
dinamika itu, saya pikir program ini jelas bermanfaat untuk masyarakat. Temuan di lapangan nanti pasti lebih menarik” tegasnya menyudahi wawancara kami.
(LWL/hms)
kurang lebih, maknanya mirip dengan kata hibah. Uang tersebut biasanya akan dihabiskan masyarakat,
berapapun benyaknya” tambah Paolus Nong Susar.
“Sebagai pemerintah daerah kita memang ditantang untuk mendidik masyarakat
bertanggung jawab. Harus cicil kalau sudah pinjam. Banyak cara mengikat masyarakat, supaya bantuan tidak mubasir. Apalagi, perbankan juga memiliki berbagai strategi Mengikat nasabah. Mereka
Fokus
egitu masukan Adrianus F. Parera,SE,M.Si selaku Sekretaris Bappeda
B
Sikka, ketika kami jumpai bersama anggota tim lainnya. Bertempat di ruang kerjanya, beliau cukup banyak memberi informasi detail.
Beberapa tenaga Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) nampak telah menanti. Ketika tim beranjak lepas meninggalkan Kantor Bupati, menuju Kantor
dilakukan secara sederhana, tidak repot !
Disampaikannya, secara garis besar kehadiran program pemberdayaan besutan
Pemerintah Provinsi NTT itu sangat baik. Tercatat 119 Desa dari total 160 Desa/kelurahan yang ada, telah tersentuh program Anggur Merah. Tersisa 41 desa, belum dibantu.
Total dana yang terserap di desa adalah sebesar
“Akan menjadi temuan. Kita dianggap tidak mampu
mengelola uang yang ada, saat pemeriksaan nanti. Tetapi otoritas kami terbatas. Karenanya, kami hanya bisa mengusulkan saja” begitu tambahnya.
Menurutnya, usulan ini pernah disampaikan beberapa kali pada forum bersama pemerintah provinsi. Belum direspon juga. Menurutnya, hal itu tidak sulit. Tidak butuh
“Rescheduling, Readministrasi dan Penghapusan.
Kita harus menjadwalkan kembali, menghitung ulang besaran pinjaman.
Kita juga perlu mendata kembali keanggotaan koperasi.
Kita tidak mungkin mengejar anggota koperasi
yang sudah pindah ke Kalimantan, misalnya.
Kalau tidak, daftar tunggakan pasti banyak”
Macet
?
Apa yang harus dibuat
Fokus
didapatnya, jika menjumlahkan total dana yang diserap sejak Tahun 2011 hingga Tahun 2015 ini. Jumlah uang yang sangat besar.
Untuk pengembalian, nilainya lebih dari Rp.3,805 Milyar. Artinya, kurang lebih baru sebesar 25% dana yang dikembalikan.
“Terlepas dari plus dan minusnya, kami melihat program ini sangat baik untuk membangun jiwa
entrepreneurship di tengah masyarakat. Hasil evaluasi kami, ada dampak yang baik bagi ekonomi keluarga. Indikatornya, masih ada
pengembalian. Kondisi riil, bisa dilihat pada nilai perguliran. Untuk hasil yang lebih ilmiah, tentu butuh penelitian lanjutan” begitu komentarnya
menanggapi manfaat program. Ketika ditanya tentang
kendala yang dihadapi, beliau cukup sependapat dengan hasil yang sudah pernah dirilis oleh BPKP. Beliau menyoroti
setidaknya tiga poin kruisal. Aspek Kelembagaan, aspek SdM PKM dan aspek
Ketatalaksanaan.
Pada aspek kelembagaan, beliau menyinggung peran Kecamatan yang dinilainya belum serius. Menyangkut kerjasama antar pihak Kecamatan, Danrem dan Kapolres juga disorotinya. Menurutnya, belum berjalan maksimal. Apalagi dalam kesepakatn tersebut
berkonsekuensi pembiayaan. Tentu harus dilakukan lebih baik lagi.
Pada aspek Sumberdaya tenaga PKM, menurutnya perlu diberikan penguatan kapasitas
“Kami rencanakan untuk beri berbagai pelatihan. Para PKM selama ini PKM berdaya secara mandiri. Padahal latar
belakang pendidikan dan pengetahuan mereka sangat bervariasi. Instrumen yang mereka gunakan untuk melakukan assessment juga dengan cara sendiri-sendiri” begitu penjelasannya pada aspek ketatalaksanaan.
Gelora Sikka, merupakan salah satu program yang sedang digagas. Belajar dari berbagai kelemahan program pemberdayaan yang telah hadir sebelumnya, sedang dilakukan kajian bersama Universitas Gajah Mada.
Terkait program replikasi, beliau juga membenarkan informasi yang sudah kami dapat sebelumnya. Desa Koting untuk Tahun 2014. Desa Tilang untuk Tahun 2015.
Ketika ditanya tentang banyaknya koperasi yang ada di sikka, pria beranak satu itu mengakuinya. Akan tetapi, beliau juga menyoroti pentingnya kualitas berkoperasi.
“Kalau Sikka memang terkenal dengan jumlah koperasi yang banyak.
Jumlahnya kalau tidaak salah encapai 150 koperasi. Untuk kualitas, masih perlu kita lihat lagi” demikian katapria yang menamatkan pendidikan pascasarjananya pada Tahun 2007 itu.
Beberapa kendala di lapangan disampaikannya dengan berkelakar. Secara eksplisit, beliau juga menitipkan pesan untuk memberi perhatian terhadap gaji PKM. Beliau menyayangkan keterlambatan gaji yang dialami beberapa PKM.
Akhirnya, mereka harus mencari pekerjaan lain, untuk menghidupi keluarga mereka. Urusan program, bisa saja menjadi prioritas ke dua.
Kondisi seperti ini mungkin bisa menjadi gesekan di tingkat pelaksana. Secara gantle, beliau juga memohon maaf, jika ada kekurangan dalam
pelaksanaan program di lapangan. Belum semua SKPD mengambil peran aktif.
Beri Bukti,
Bukan janji..!
“Kata diatas adalah ungkapan seorang anggota kelompok “Semangat Baru”
dia menginginkan agar bantuan dana Desa Mandiri Anggur Merah
meninggalkan bukti konkrit dalam meningkatkan
Roda perekonomian mereka”
iang itu sekira pukul 13.30 wita terasa sekali panasnya bumi namun
S
tak menyurutkan niat kami untuk melakukan kegiatan peliputan di desa Lepo Lima Lepo artinya rumah panggung, konon katanya dulu di desa tersebut hanya terdapat 5 buah rumah panggung.
Desa Lepo Lima merupakan desa pemekaran dari desa Nelle Urung yang terjadi pada tahun 2012. Sekarang desa Lepo Lima memiliki 8 RT dan 3 dusun, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.550 jiwa dari jumlah 404 kepala keluarga.
Desa Lepo Lima di nakhodai oleh seorang Kepala desa namanya Bapak Fritz J. Lino, Sekrtarisnya Bapak Benyamin Kristison dan Bendahara Desa sekaligus bendahara Anggur merah Ibu Falentina Ndari.
Desa Lepo Lima merupakan salah satu desa di kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka yang menerima Program Dana Kelurahan/desa mandiri Anggur Merah sebesar 250 juta rupiah pada tahun 2013.
Pada bulan Juli 2013
pertama dana Desa Mandiri Anggur Merah kepada 11 kelompok usaha, dengan jenis usaha kios, ternak ayam, tenun ikat dan jual ikan. Dari
keterangan yang diperoleh setiap anggota
kelompok
berfariasidari 4 -11 orang.
Jumlah pinjaman setiap kelompok antara Rp.1-24 juta, mekanisme
pengembalian yang
berlaku di desa lepo lima agak berbeda dengan kelompok lain, dimana cicilan pertama akan dimulai pada bulan ke enam setelah proses pencairan, sehingga jatuh temponya membutuhkan waktu
selama 23 bulan. Kelurahan/Desa Mandiri Anggur Merah kepada 11 kelompok usaha, dengan jenis usaha kios, ternak ayam,
Foto bersama. Kades Lepo Lima (kedua kanan), tenaga PKM (kiri) dan Tim
tenun ikat dan jual ikan. Dari keterangan yang diperoleh setiap anggota kelompok berfariasi dari 4 -11 orang.
Jumlah pinjaman setiap kelompok antara Rp.1-24 juta, mekanisme pengembalian yang berlaku di desa lepo lima agak berbeda dengan kelompok lain, dimana cicilan pertama akan dimulai pada bulan ke enam setelah proses pencairan, sehingga jatuh temponya membutuhkan waktu selama 23 bulan.
Sesuai penjelasan yang diperoleh tim, pengembalian tahap pertama semuanya telah lunas.
Menurut PKM kondisi kas keadaan bulan Nopember 2015 sebesar Rp.335.595.240,- dana tersebut telah digulirkan kepada 5 kelompok baru sebesar
Rp.196.000.000, sehingga sisa saldo di rekening desa
Rp.139.595.240.
Sehingga jumlah kelompok pada putaran ke dua telah bertambah menjadi 16 kelompok dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 104 orang.
Diakui oleh bapak Kades bahwa masih banyak permohonan peminjaman, namun untuk sementara di hentikan karena menurut rencana akan dibentuk koperasi, sambil menunggu semua anggota melakukan pengembaliannya, dan setelah itu akan dilakukan evaluasi, apakah akan dibentuk koperasi atau tetap menggunakan pola yang lama, yakni di kelola oleh aparat desa.
Pada kesempatan pertemuan tersebut bapak desa juga
anggota kelompok yang melalaikan kewajibannya menyetor cicilan pinjaman, pihak desa tidak akan melayani administrasi surat menyurat apapun juga. Maka itu
masyarakat akhirnya takut juga. Sekalipun kita sudah kerjasama dengan pihak kepolisian, kami rasa masih kurang. Tapi cara ini merupakan pegangan kami yang lebih pasti” ujar bapak Kades, pada kami.
“Yah masing-masing desa mempunyai caranya sendiri-sendiri untuk meminimalisir tunggakan. Kami mau seluruh masyarakat di desa Lepo Lima harus turut merasakan dana ini, semua masyarakat harus tahu dan merasakan program bapak gubernur karena ini merupakan bentuk perhatian dari bapak gubernur untuk masyarakatnya” tegas Fritz.
Kami diarahkan oleh Yosep Yan Bemuaja, sebagai PKM yang bertugas melakukan pendampingan di desa Lepo Lima ke rumah mama Maria Deonsa, beliau adalah sebagai anggota kelompok Semangat Muda, yang sehari-harinya melakukan usaha tenun.
Disaat kami sampai mama maria sedang menenun, sambil bincang-bincang dengan kami nampak jari-jarinya tangannya tetap mengatur helai-helai benangnya.
Mama Maria ini usianya sudah nampak tua,
diperkirakan sudah berumur 60an tahun, tapi tetap kuat duduk, untuk tenun, dan bisa menghasilkan selembar kain tenuan dalam jangka waktu minimal 4 hari dan maksimal 1 minggu.
Mama Maria akui kepada kami bahwa dengan dengan adanya program kelurahan /desa Anggur merah, dia mendapatkan pinjaman dana sebasar 3 juta rupiah yang gunakannya untuk membeli bahan baku tenunan, dari hasil tenuan dia bisa membiayai anaknya sekolah dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Mama Maria juga sempat mengeluh sambil bercanda kepada tim dan tenaga PKM yang hadir saat itu, “saya telah melunasi pinjaman dan ingin melakukan pinjaman lagi,
namun belum juga terlaksana sampai sekarang. Kalau mau dibilang, kami merupakan kelompok teladan di desa Lepo Lima, tapi PKM tipu-tipu kami, bilangnya mau kasih bantuan pinjaman lagi, tetapi belum ada juga” ujar mama Maria sambil tersenyum dan menatap tenaga PKM.
Bersama PKM kami juga mengunjungi salah satu anggota Kelompok lain,
rumahnya berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah mama Maria. Di situ kami bertemu dengan mama Bernadetha Nihan, sama halnya dengan mama Maria, dia juga
meminjam 3 juta untuk usaha ternak babi, tapi sayang ketika kami minta untuk melihat ternak babinya ternyata sudah laku terjual.
Ketika tim berikan
kesempatan kepada mama Bernadetha untuk bercerita tentang apa yang dia harapkan dengan adanya program Desa Mandiri Anggur Merah, dengan berapi-api dia mengatakan bahwa dana Anggur Merah sangat bermanfaat dan membantu mereka. Tetapi menurutnya dana yang diperoleh sangat sedikit.
Ibu ini mengharapkan agar segera direalisasikan pinjaman tahap kedua dengan jumlah pinjaman yang lebih besar lagi karena ada harapan yang belum tercapai yakni ia ingin pasang meteran listrik.
“ Jujur saja, saya mau dirumah kami ada bukti dari dana bantuan Anggur Merah, saya ingin pasang meteran listrik, kami sangat butuh dana ini, PKM tolong realisasi, saya tidak pernah terlambat untuk cicil” demikian harapan dan
Maria Deonsa anggota kelompok Semangat Baru
Bernadetha Nihan
Mereka Mujur, ada DeMAM
“Waktu itu, Kelompok Plea Puli sedang mengalami kesulitan dana.
Saat yang sama, panen komoditi berlimpah. Masyarakat menjual hasil
komoditinya kepada mereka, tetapi mereka hanya memiliki sisa modal
sebesar Rp.5 jutaan. Kebetulan, ada Program Desa Mandiri Anggur Merah ini.
Tertolonglah mereka…”
egitu cerita Flugensius Magnus (42), Ketua Koperasi Simpan Pinjam
B
(KSP) Liting Gi'it kepada redaksi siang itu, Rabu (25/11). Secara resmi, koperasi ini didirikan pada Bulan April 2014. 27 Juni 2014 adalah tanggal pencairan dana sebesar Rp. 250 juta itu.
Jumlah anggota koperasi, awalnya cuman sebanyak 51 orang. Saat ini, mereka telah memiliki 10 kelompok, dengan jumlah anggota sebanyak 74 orang.
“Koperasi ini sudah memiliki ikatan sejak generasi orang tua kami. Pengalaman saat menjadi anggota Gabungan Koperasi Petani juga menjadi modal kami berkoperasi. Supaya aman, anggota kelompok memilih pengurus koperasi, dari orang yang tidak menjadi pengurus maupun anggota dalam kelompok usaha” demikian tambah pria beranak satu itu.
Sedikit berkomentar
membenarkan pernyataan tadi, Maria Kresensia sang
Bendahara Koperasi berujar. “Kami menganggap, kelompok-kelompok sebagai unit usaha dari koperasi. Karenanya, pengurus koperasi berhubungan dengan pengurus
Cerita Sukses
Kelompok saja. Sedangkan pengurus kelompok
berhubungan langsung dengan anggota kelompok masing-masing. Pengurus kelompok lebih tahu karakter anggotanya” demikian ujar Maria.
Koperasi ini telah dua kali melakukan perguliran. Perguliran pertama
diperuntukan bagi 51 orang anggota awal. Sedangkan perguliran ke dua, ditujukan bagi 23 orang anggota baru.
Cerita Sukses
Total pengembalian angsuran pokok dan bunga pada
perguliran pertama dan ke dua adalah sebesar Rp.222 juta. Total dana itu dihitung sejak Juli 2014 hingga Oktober 2015. Sedangkan total pengembalian dana khusus untuk perguliran yang kedua, tercatat senilai Rp.47,2 juta.
Saldo rekening koperasi per tanggal 30 Oktober 2015, tercatat sebanyak
Rp.25.183.464,- sedangkan uang kas yang dipegang bendahara hari itu, dilaporkan senilai Rp.6.759.000,-.
“Kesepakatan kami, setiap hari kamis akhir bulan wajib berkumpul di sini. Bulan ini, akan jatuh di Hari Jum'at tanggal 27 November 2015. Segala macam kegiatan transaksi, pembayaran,
dilakukan hari itu juga” begitu jelas Ketua Koperasi.
Ditemui tim hari itu, tampak sedang dilakukan pekerjaan gedung Kantor Desa Bloro. Bersama Apolonarius Kowe,SE, tenaga PKM Desa itu, kami
Ketua Koperasi, telah hadir juga ibu Maria Kresensia.
Dia adalah Bendahara Koperasi itu. Dalam struktur pemerintah desa, ibu itu juga menjabat sebagai Kepala Seksi Kesos dan Perekonomian.
Sesaat kemudian, turut
bergabung bersama kami Oskar Yakob Laka. Dia adalah
Manajer Koperasi Simpan Pinjam itu. Kami pun
menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan tim.
Sengaja, informasi resmi tidak kami sampaikan. Harapannya, kami bisa melihat langsung kondisi riil di lapangan, tanpa rekayasa.
Ketika kami mencoba menggali informasi tentang peran tenaga pendamping, mereka memberikan respon yang sangat positif.
“Kami masih sangat butuh baru lagi, kadang-kadang bisa tidak cocok dengan kami” begitu tanggapan mereka soal peran PKM yang sering
dipanggil Poli itu. Bagi mereka,
Maria Kresensia, Bendahara Koperasi Simpan Pinjam Liting Gi'it
Warisan Nilai-nilai Positif
Inspirasi Lain : Oskari Yakob Laka
berdirinya Kelompok Plea Puli. Kelompok Pemasaran Bersama Hasil Komoditi itu,beranggotakan sepuluh orang. Mereka adalah Eustachius Gleko, Oskari Yakob Laka, Thomas Aquino Liin, Agnes Marlin, Fransiskus Yaverius Nurak, Yanuarius Lodan, Yanuarius Ludju, Nikolaus Kama, Florida Sengsara Soru, Robertus Hale.
Manajer koperasi itu sempat merayakan HUT RI yang ke-70, bersama Presiden RI di Istana Negara pada Tahun 2015 ini. Mewakili kelompoknya, mereka mendapatkan hadiah uang sebesar Rp.20 juta.
Penghargaan itu diraih, untuk kategori kelembagan ekonomi petani. Seingatnya, ada tujuh orang mewakili NTT, dengan kategori lomba yang berbeda-beda.
“Makan minum kami
ditanggung panitia. Penginapan dan pesawat, dibayar. Kami juga diajak ke Kebun Raya Bogor. Kalau tidak salah, empat orang dari Flores. Seingatnya, untuk kategori Gapoktan berprestasi dan penyuluh swadaya diraih oleh Desa Langir, Kecamatan Kangae” ceritanya mengenang dengan raut senyum sumbringah.
“Awal mulanya, 1 Agustus 1990 kami menjadi anggota
Cerita Sukses
Karena adanya kebutuhan anggota, dibentuklah unit simpan pinjam pada Tahun 1995. Kalau tidak salah dibawah bimbingan Yaspen. Setelah itu, pada Tahun 2012 disepakati pembentukan Koperasi Simpan Pinjam. Kami ini adalah generasi kedua, ahli waris dari orang tua kami” begitu kisahnya mengurai sejarah berdirinya koperasi mereka.
Jadi, saat masuknya program Anggur Merah, mereka telah memiliki koperasi yang diturunkan dari generasi sebelumnya.
“Kami, anak-anak pengganti orang tua ini merasa malu. Karena orang tua kami dengan SdM yang rendah saja
bisa berkoperasi. Bahkan pendiri koperasi awal itu, masih ada yang hidup saat ini” begitu
keterangan Oskari Yakob Laka.
Untuk diketahui, koperasi ini telah memilik kantor sendiri. Dari hasil swadaya anggota kelompok, telah juga dibentuk enam unit usaha. Masing-masing unit usaha memilki pengurus sendiri-sendiri.
Ada ketua unit usaha, bendahara dan sekretarisnya. Saat ini mereka telah memiliki 40 orang anggota kelompok. Semua anggota punya kebun sendiri-sendiri.
“Kami buatkan contoh, hasil kakao dengan kualitas bermutu yang tinggi, kepada anggota kelompok. Mutu
diutamakan. Kami
mengukur kadar air. Harganya kami tentukan sesuai harga yang ditentukan PT.Coomestra. Dengan jaminan kualitas yag tinggi itu, kami bisa dipercaya. Sekarang, telah masuk lagi satu orang pengusaha, dengan tawaran harga yang lebih tinggi”
Koperasi ini pun telah
mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Ada bantuan dari Anggota DPRD setempat. Bantuan dari Dinas Koperasi. Tahun 2013, merri eka juga mendapatkan bantuan dari dari Bappeda,lewat Program P2D4T.
Ada juga bantuan untuk gudang dan lantai jemur dari dinas Pertanian untuk Tahun 2015.
Untuk Gudang, dibantu sebuah bangunan dengan ukuran 10m x 15m. Sedangkan bantuan lantai jemur, diberikan bukaan lantai semen dengan ukuran 8m x 12m. Kira-kira bisa menampung lebih dari satu ton kakao.
Sebelumnya, pada Tahun 2012, mereka telah mendapatkan batuan lantai jemur juga untuk setiap rumah anggota.
“Untuk Tahun 2014 lalu, perputaran uang khusus unit pemasaran saja mencapai lebih dari Rp.1 Milyar. Saat itu, hasil panen berkisar 35 ton biji kering. Harganya di pasaran laku dengan nilai Rp.32 ribu per kilogramnya. Prinsipnya, semua sudah sepakat. Jadi, kita buat
Cerita Sukses
yang sudah kita sepakati bersama itu. Kami
bersyukur dapat bantuan anggur merah ini, saat pasokan berlebih di Bulan Juni” begitu cerita manajer koperasi dengan entengnya.
Saat ditanya tentang harapan kelompok Plea Puli, disebutnya mesin pengolah kakao biji. “Kami sudah usulkan proposal ke koperasi untuk pengadaan mesin pengolah biji kako menjadi teping setengah jadi. Mesin itu kira-kira harganya Rp.300 juta. Untuk skala rumah
tangga, maksimal produksi 200 kg per hari. Kami sudah sempat lihat mesinnya di makasar juga. Infonya, proposal kami sudah langsung dibawa Ibu Kadis Koperasi ke pusat. Mudah-mudahan bisa dilayani” begitu katanya berharap.
Sementara itu, Soter Sani Nurak, Kepala Desa Bloro sempat juga kami wawancarai. Pria berusia 54 tahun itu
menyampaikan ucapan syukurnya atas perhatian Pemerintah Provinsi NTT.
“Terim kasih, Pemerintah Provinsi sudah bantu kami. Membantu masyarakat dalam bidang perekonomian. Bukan saja bermanfaat untuk orang per orang, tetapi juga untuk kelompok-kelompok, termasuk kelompok perempuan. Untuk desa kami, kami sangat percaya dengan kelompok yang ada. Usia kelompok mereka memang sudah matang” begitu jawan Soter.
Sebagi informasi tambahan, desa ini telah memilki Peraturan Desa tentang Sanksi Adat.
takut kalau melakukan kesalahan. Termasuk tidak mengembalikan pinjaman mereka.
”Repot kalau sudah berurusan dengan adat. Berlaku sanksi ujung kampung” begitu terang soter.
Untuk diketahui, Kepal Desa beranak empat itu telah menetapkan dua peraturan Desa. Peraturan Desa Nomor 4 tentang Kelembagaan Adat dan Peraturan Desa Nomor 4 tentang Sanksi Adat.
Desa Bloro berbatasan wilayah dengan Desa Riit/Ladogahar Kecamatan Nita di Bagian Utara. Berbatasan dengan Desa Lusi Tada Kecamatan Nita, di bagian selatan.
Pada bagian barat berbatasan dengan Desa Tilang Kecamatan Nita. Bagian Timur, berbatasan dengan Nita/Nita Kloang, Kecamatan Nita. Luas wilayah 136.448 hektar.
Total jumlah penduduk sebanyak 1.441 jiwa, yang mendiami empat Dusun.
Cerita Sukses
Kalau Bisa,
Ada Penambahan
“Saya ingin meminjam lebih dari Rp.5 juta. Saat putaran pertama,
saya pinjam Rp.2 juta untuk penggemukan babi. Saya bisa beli babi lima ekor.
Saya beli dengan harga Rp.500 ribu per ekor.
Jantan dua ekor, betina tiga ekor.”
modal lebih besar lagi. Saya mau bangun kios lebih luas. Kalau kelola baik-baik pasti bagus. Kalau salahgunakan, tidak baik. Tergantung anggota…” demikian kata wanita beranak empat itu berpendapat.
emikian kata Elisabeth Nona Elvi (37).
Diceritakannya bahwa,
D
empat ekor babi kemudian laku terjual pada bulan ke tiga. Masing-masing ekor dihargai dengan Rp.800 ribu. Sementara itu, satu ekor babi betina lagi, tetap dipelihara. Babi itu kemudian bisa melahirkan 5 ekor babi.
“Satu ekor kasi orang, yang punya jantan waktu kawin. Satu ekor lagi jual Rp.730 ribu. Sisa tiga ekor” begitu kata Ibu Elvi, langsung mengajak kami melihat ke rumahnya.
Ibu dua anak itu tidak merasa kesulitan, mengembalikan cicilan tiap bulannya. Setiap bulan, ia mencicil sebesar Rp.164 ribu, selama 18 bulan.
Baginya, kesulitan
pengembalian bisa ditutup dari hasil usaha lain. Setidaknya, hasil penjualan kelapa, bambu dan kakao cukup untuk itu. Untuk kopra, bisa diraup keuntungan hingga Rp.600 ribuan sekali panen. Panennya dilakukan tiga bulan sekali. Sementara kakao, setahun sekali panen.
Pendapat yang sama terlontar juga dari mulut Magdalena Rince (52). “Kalau bisa tambah
Magdalena telah
mengusahakan kiosnya sejak Tahun 1997. Ia pun telah dua kali melakukan pinjaman. Pinjaman pertama sebesar Rp.10 juta dan ibu beranak empat ini telah melunasi pinjaman pertamanya.
Cerita Sukses
Pinjaman ke dua dengan besaran yang sama, dilakukan lagi pada Tahun 2015 ini. Untuk jangka waktu 18 bulan
pinjaman, ia harus mencicil sebesar Rp.666 ribu per bulannya.
Baginya cicilan sebesar itu tidak memberatkannya. Dari hasil penjualan kiosnya, paling rendah diperoleh untung sebesar Rp.300 ribuan.
Rata-rata, keuntungan harinya adalah sebesar Rp.500 ribu hingga Rp.600 ribu.
Bahkan, keuntungannya bisa mencapai Rp.1 juta sehari, kalau ada acara didesanya.
Pagi itu, Rabu (25/11), tim kami bergegas menuju beberapa desa yang telah disepakati bersama. Target kami, minimal bisa melihat langsung desa-desa di Wilayah Kecamatan Koting dan Nita. Semoga masih cukup waktu, satu desa lagi di Kecamatan Lela. Begitu pikir kami.
Jarak yang tidak terlalu jauh, jika dibandingkan dengan beberapa daerah liputan kami sebelumnya. Kurang dari satu jam perjalanan konvoi, kami tiba juga. Pagi itu, telah hadir di kantor desa itu beberapa orang ibu. Sepertinya, mereka sedang ada kegiatan. Benar juga, informasinya bahwa ada pembagian benang untuk para ibu.
Kepala Desa telah selesai jabatannya pada Bulan Juli 2015 lalu. Untuk sementara, Maria N. Kesna, Sekretaris Desa adalah Pelaksana tugas Kepala Desa. Maria bersama Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan, dilaporkan sedang mengikuti pelatihan di Hotel Gardena.
Setelah menyapa dan bersalaman, kami langsung diterima salah satu Kaur di desa Rencananya, akan dipakai untuk membeli babi lagi.
Tak berapa lama, hadir juga seorang ibu. Namanya adalah Klemensia Luisa, SE. Rupanya, dia adalah Bendahara Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Paubekor. berbentuk koperasi. Artinya, keliru juga kalau ada anggapan
Bahwa semua desa penerima bantuan sebelum dibentuk koperasi, gagal.
Menurut Klemensia, beberapa orang anggota baru membayar simpanan pokok dan wajibnya, saat meminjam. Pada
September 2015, tercatat total uang yang masih beredar di kelompok masyarakat adalah sebesar Rp.289.150.000,-. Dana yang tersimpan di rekening koperasi adalah
Rp.18.325.000,- dan kas koperasi sebesar Rp.13.026.500,- Dengan demikian, total asset seluruhnya adalah senilai Rp.312 juta. Koperasi ini memiliki sembilan kelompok. Jumlah anggotanya telah mencapai 88 orang. Jumlah perguliran sejak Tahun 2013 hingga 2014, berjumlah Rp.143 juta. Sedangkan jumlah perguliran di awal 2015 hingga sekarang adalah sebesar Rp.321 juta. (LWL/hms)
Cerita Sukses
Senang....!!
Piaraan Sapi Kembali
“Dulu waktu di Baubau, kami dapat bantuan sapi dari Dinas Peternakan.
Sapinya berkembang pesat sampai puluhan ekor. Namun kami menjual semua
sapi tersebut setelah memutuskan untuk pulang kampung pada tahun 2006”
emikian diungkapkan oleh Ibu Viktoria, isteri dari Antonius Hile salah
D
satu anggota kelompok Sinar Watu Jajing Desa Aebura Kecamatan Waigete saat ditemui tim buletin Anggur Merah di rumahnya.
Meninggalkan Kota Maumere manise saat waktu menunjukan pukul 10.00 wita, panas mulai mendera. Tak salah kami memutuskan untuk memakai jasa mobil rental. Selain karena alasan keamanan karena tingkat kecelakaan bermotor di Sikka tergolong tinggi, kami juga bisa menikmati sejuknya suhu dari AC mobil.
Dengan ditemani iringan lagu-lagu lawas, mobil yang
lagi. Saat Anggur Merah datang dan kami diberi peluang
meminjam uang, saya bersama suami langsung memutuskan untuk membeli sapi. Saya
senang bisa piara sapi kembali” jelas wanita yang hanya
mengenyam pendidikan SD dengan mata berbinar-binar.
Di rumahnya yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari kantor desa dengan ditemani PKM Desa Aibura, Kurniawati Selci, ibu delapan orang anak itu menjelaskan bahwa mereka meminjam sebesar Rp 6 juta untuk membeli seekor sapi. Sapi tersebut sedang bunting 2 bulan.
Rupanya keluarga sederhana tersebut cukup terbuka satu sama lain. Tatkala sang suami yang adalah anggota kelompok tak bisa ditemui karena sedang bekerja di kebun, isteri dan anak-anak dapat memberikan informasi yang memadai.
“Kalau saya ambil uang dan langsung dihabiskan, baru saya merasa beban. Tetapi ini, saya ambil ada imbalannya yakni seekor sapi. Saya tidak rasa beban lagi untuk kembalikan dana Anggur Merah karena kami punya jaminan,” jelas ibu Viktoria dengan bahasa
kencang pada jalanan lurus Maumere-Larantuka. Dengan kemampuannya, lelaki
berdarah campuran Sikka-Ambon mengajak kami sedikit berterbang sepanjang 20-an km.
Rupanya Alfrianus K. Caesar, PKM Wulonwalun yang
menemani sekaligus penunjuk jalan, sudah lupa jalan ke Aibura. Syukurlah, ada papan pemandu jalan, sehingga kami tak tersesat untuk kedua
kalinya. Bermodalkan jawaban dari masyarakat yang kami temui di pinggiran jalan, kami tiba juga di kantor Desa Aibura.
“Kami mulai merintis hidup dari nol lagi. Selama delapan tahun, kami hanya memendam
Cerita Sukses
Ia menguraikan lebih lanjut bahwa untuk mencicil
pengembalian, mereka bayar dengan bekerja sebagai buruh bersama anak-anak, seperti memetik cengkeh milik orang lain dengan biaya Rp 5 ribu per kilogram.
Saat sang ibu sedikit lupa tentang besarnya jumlah cicilan, Yohanes Petrus, anak sulungnya langsung
menyebutkan angka pasti sebesar Rp. 394.000/bulan. Jawaban ini membuat kami termangu, tak mungkin sang anak tahu kalau orang tua tidak menjelaskan secara terbuka.
“Saya bekerja bantu bapak dan mama di Anggur Merah,” jelas pria 17 tahun yang hanya tamatan SD ini dengan penuh semangat. Jawaban ini membuat tim merasa tambah bingung.
“Kelompok kami yang berjumlah 18 orang memiliki rasa persaudaraan dan kekompakan yang tinggi. Kalau ada anggota kelompok yang
mengadakan pesta atau dirundung duka, maka semua anggota kelompok berserta anak-anak harus terlibat aktif di dalamnya,” lanjut ibu Viktoria setelah penjelasan anaknya.
“Begitu juga kalau ada orang lain yang ingin cari pekerja untuk garap lahan kebunnya, tinggal hubungi anggota kelompok dengan tarif Rp. 100 ribu per jam. Anggota yang berhalangan dapat di gantikan oleh anak-anaknya. Jika ada anggota yang tidak terlibat sama sekali dalam pekerjaan, akan dikenakan denda Rp. 20 ribu” jelas ibu yang mengaku pernah merantau dan tinggal di Baubau sejak kecil.
Maria Kristina Rima berpose di dalam usaha kiosnya
Ditambahkannya, uang kelompok tersebut bisa dipakai kalau ada anggota kelompok punya kebutuhan. “Bunganya tidak diteapkan. Kalau pinjam 100.000, bunganya mungkin Rp 10.000,- dengan waktu pinjaman tidak ditentukan,” jelas ibu Viktoria.
Ia mengaku kegiatan kelompok ini sudah berjalan selama setahun. Dari 18 anggota kelompok tersebut, hanya 7 yang lolos verifikasi pinjaman di Koperasi Anggur Merah Sama Sejahtera.
Ia sendiri belum bisa mencicil selama dua bulan terakhir (bulan September sampai dengan bulan Nopember) karena mereka sedang mempersiapkan acara terima hantaran belis keponakannya, anak wanita dari adik laki-laki suaminya.
Tingginya rasa solidaritas antara anggota kelompok Anggur Merah juga diakui oleh Maria Kristina Rima, anggota kelompok Berdikari. Alumnus D3 Keperawatan ini menjelaskan bahwa di antara sesama anggota kelompok berdikari yang berjumlah 5 orang ini tumbuh rasa kebersamaan.
Cerita Sukses
“Ada pertemuan kelompok setiap tanggal 21 untuk sekadar berbagi pengalaman di
antarara anggota kelompok yang semuanya ibu-ibu. Setiap anggota wajib menyerahkan uang iuran wajib Rp 10.000 per anggota untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak seperti dipinjamkan untuk ongkos anak sekolah atau untuk kepentingan kesehatan. Bunganya Rp. 5-10 ribu,” jelas alumnus Universitas Nusa Nipa Maumere ini.
Wanita beranak dua yang juga dipercayakan sebagai bendahara KSP Sama Sejahtera (Satu Hati
Membangun Aibura Sejahtera) mengaku meminjam uang sebesar Rp. 5 juta untuk
penambahan modal usaha kios yang telah dirintisnya sejak September 2014.
“Saya tidak punya pinjaman di tempat lain. Saya berani pinjma di Anggur Merah karena cicilan dan bunganya kecil serta tidak dikenai potongan
administrasi. Sebagai bendahara koperasi, saya berusaha untuk bekerja secara sukarela tanpa beban demi kebaikan bersama anggota kelompok,” kata wanita yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Sukarela di Pustu Aibura sejak tahun 2014 ini.
Satu yang kadang membuat dirinya kecewa yaitu sudah berjalan jauh-jauh ke pelosok desa, yang diperolehnya bukan cicilan tapi cacian dan
kemarahan dari warga. Hal serupa diakui oleh Kurniawati Selci, PKM Desa Aibura saat ditemuii di kantor desa. Wanita berdarah Makasar ini mengakui bahwa karakter masyarakat Aibura yang sering mengungkapkan sesuatu yang
“Sudah enam bulan ini, ketua pengurus koperasi yang baru belum dilantik. Hal ini
mengakibatkan pengelolaan dan pelayanan koperasi tidak berjalan sebagaimana
mestinya,” jelas Sarjana Komputer kepada tim buletin Anggur Merah.
Didampingi Sekretaris Desa Aibura Marselus Oktavianus Laka, wanita beranak satu ini menguraikan bahwa uang sekitar Rp 68 jutaan di rekening belum dapat digulirkan lagi karena belum adanya
serahterima jabatan dari ketua koperasi yang lama ke ketua yang baru.
KSP Sama Sejahtera dibentuk pada bulan April 2014 dengan simpanan pokok Rp. 100.000, SMK (Simpanan Modal
Koperasi) sebesar Rp. 100.000, iuran wajib yakni Rp 10.000 dan simpanan pangkal senilai Rp 50.000 per anggota. Jumlah anggotanya yang mencapai 71 orang, baru 51 orang yang memanfaatkan dana tersebut.
Menanggapi keluhan tersebut, Sekretaris Desa mengakui bahwa SK Kepala Desa untuk pengurus baru telah diterbitkan. Hanya saja Kepala Desa dan perangkatnya sedang dikejar waktu mengelola Dana Desa.
“Kesibukan tersebut
mengakibatkan penundaaan pelantikan pengurus baru. Mungkin Desember ini sudah bisa dilantik,” jelas Marselus Oktavianus Laka. Terhadap hal ini, PKM Desa berharap agar ada kepastian soal waktu pelantikan tersebut.
Dalam kesempatan tersebut Sekretaris Desa yang telah diangkat menjadi seorang
melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dana Anggur Merah.
“Saya melakukan audit internal terhadap dana tersebut sebanyak empat kali.
Seharusnya sebagai bagian dari APBDes, Dana Anggur Merah masuk ke kas desa dulu baru ke koperasi,” jelas tamatan SMEA ini.
Menanggapi pikiran bapak satu anak ini, salah seorang anggota tim yang berasal dari in inspektorat Provinsi NTT mengapresiasi bentuk
pengawasan yang dilakukan oleh sang sekdes. “Dana itu harus langsung masuk ke kas koperasi tanpa melalui rekening desa semata-semata dilakukan untuk memudahkan pencairan dan menghindari birokrasi yang berbelit-belit,” pungkas anggota tim tersebut disambut anggukan kepala Bapak Sekdes. (AR/hms)
Kurniawati Selci, Marselus Oktavianus Laka ,
Cerita Sukses
Silahkan Singgah,
“Dengan Anggur Merah, saya punya modal untuk mengisi waktu pensiun saya.
Saya membuka kembali kios yang lama sempat vakum karena saya pindah
tugas di Boganatar. Saya juga bisa membuka usaha baru yakni warung makan.
Dari kedua usaha ini saya dapat pemasukan terus tiap hari walalupun kecil.”
engakuan nan tulus ini disampaikan oleh Ibu Martina Emaloen,
P
penerima manfaat Anggur Merah Desa Talibura
Kecamatan Talibura. Wanita berdarah Adonara itu dalam percakapan dengan tim buletin Anggur Merah mengaku sangat terbantu dengan program Anggur Merah.
Didampingi Pjs. Kepala Desa Talibura, Vinsensius, PKM Desa TaliburaTimotius Dervianus Ferti, serta seorang rekan penerima manfaat lainnya Agustina Getrudis, tim disambut dengan ramah walau waktu sudah memperlihatkan pukul 16.00 wita. Tak ada raut kekecewaan apalagi
keputusasaan meski mereka telah menunggu sejak pagi jam 11.00 wita.
“Talibura berarti tali persahabatan (bura dalam bahasa setempat berarti putih, red). Orang luar yang masuk dan tinggal di Talibura pasti akan lupa pulang karena susu dan madu hanya ada di Talibura, Tanah Ai. Batang ubi yang dilempar begitu saja, tahun depan dipastikan akan tumbuh dan dipanen,” jelas Pjs. Kepala Desa Vinsensius,
mempromosikan kesuburan tanah Talbura di awal percakapan dengan Anggur
Cicipi Bakso Buatan Saya
Dengan gaya yang sedikit kocak, pria yang memiliki 3 orang anak ini mengaku hanya sebagai “sopir tembak”. Dia dilantik sebagai Pjs. Kades pada 24 Februari 2014
menggantikan Kades lama yang sudah berakhir masa
jabatannya.
“Anggur Merah sangat membantu masyarakat kecil. Karena itu walaupun informasi kunjungan ini terlambat
disampaikan, hingga kami menunggu sampai sore hari, namun untuk kepentingan masyarakat kami punya prinsip harus selalu siap sedia setiap saat,” jelas pria yang mengaku pernah bekerja sebagai tenaga lapangan LSM World Vision Indonesia dari tahun 1987 sampai 1995.
Pria berumur 51 tahun tersebut mengutarakan bahwa Anggur Merah memiliki banyak keunggulan. “Kalau masyarakat butuh, langsung mendapatkan pelayanan pinjaman tanpa bertele-tele. Kalau program lain harus melalui prosedur yang berbelit-belit, belum tentu juga permohonan dikabulkan. Namun masyarakat memiliki
Martina Emaloen
Cerita Sukses
Tanggapan yang berbeda-berbeda, ada yang mengerti, kurang mengerti dan setengah mengerti,” urai Kades
Vinsensius sambil
menginformasikan bahwa ada begitu banyak cabang koperasi besar seperti Obor Mas,
Tukejung, Bintang Gita, serta lembaga perbankan semisal BRI dan Bank NTT yang ada di
Menanggapi hal ini, Ibu Martina Emaloen yang juga dipercayakan sebagai Bendahara Koperasi Anggur Merah Bao Lin Desa Talibura mengakui betapa peliknya berhadapan dengan masalah uang.
“Saya tidak pernah punya pengalaman jadi pengurus koperasi. Saya belajar mandiri untuk membuat pembukuan karena tidak adanya pelatihan pengelolaan koperasi,” jelas wanita yang mengaku hanya tamat Sekolah Menengah Keperawatan (SPK).
Agar tim buletin memiliki gambaran, pensiunan PNS tersebut menggabarkan bahwa KSP Bao Lin didirikan pada Mei 2014, empat bulan sebelum dana Anggur Merah dicairkan pada bulan September 2014. Iuran pangkalnya sebesar Rp 200.000 yang terbagi dalam iuran pokok Rp. 100.000 dan iuran wajib Rp. 100.000,-.
Jumlah anggotanya sudah mencapai 89 orang dengan 20 orang dikategorikan sebagai pendiri. Anggota-anggota ini terbagi dalam 13 kelompok usaha seperti beternak babi, sapi, ayam kios, warung,jualan kecil-kecilan serta usaha produktif lainnya. Jumlah uang yang ada di kas sampai
anggotakoperasi Obor Mas secara pribadi merasakan sungguh manfaat dana bantuan Desa Mandiri Anggur Merah.
Ditambahkannya ia telah mencicil dana Anggur Merah sampai bulan ke-13 dari masa
“Saya meminjam dana Rp. 5 juta. Anggur Merah cicilannya sangat ringan serta bunganya kecil dibandingkan koperasi lainnya. Kalau tidak ada Anggur Merah, saya tidak bisa membuka usaha kecil,” kata wanita yang mengaku anaknya yang sulung telah
menyelesaikan kuliah
sementara tiga lainnya masih bersekolah, dua di perguruan tinggi dan satu di bangku sekolah menengah atas.
Ibu Martina menjelaskan bahwa ia membuka usaha anak-anaknya yang sedang berkuliah. Kalau bapak berkenan, bisa cicipi bakso buatan saya. Minta maaf mienya hanya dari mie instan, maklum di kampung,” tawarnya yang disambut anggukan kepala seluruh anggota tim.
Sambil pamit untuk mempersiapkan bakso di warungnya yang berjarak satu kilometer dari kantor desa, ia berharap agar dana Anggur Merah semakin berkembang sehingga bisa dimanfaatkan oleh seluruh anggota
masyarakat.
Agustinus Getrudis, Ketua Kelompok Sejahtera Bapak Vinsensius,
Cerita Sukses
Ibu Agustinus Getrudis, Ketua Kelompok Sejahtera mengakui juga kemudahan yang
diberikan Anggur Merah.
“Anggur Merah sangat bagus. Kalau di bank banyak
kriterianya. Sementara di Anggur Merah hanya datang lihat atau verifikasi usaha serta kemampuan angsuran tanpa adanya jaminan,” kata ibu dua orang anak ini sambil
menginformasikan dirinya sudah punya pengalaman
meminjam uang di bank beberapa kali sampai saat ini.
Wanita yang memiliki usaha perkiosan dan fotocopy serta pengetikan memberikan gambaran bahwa kelompok sejahtera sejak tahun 2007 memliki jumlah anggota 13 orang. Kelompok tersebut juga mengadakan arisan setiap minggu pertama dalam
bulannya dengan iuran arisan Rp. 10.000,-. Ada juga yang memakai sistem tembak dalam
arisan dengan menyetor dana sebesar Rp. 250.000,-.
“Sampai sekarang jumlah kas kelompok Rp. 5 juta. Anggota kelompok bisa meminjam uang kelompok sampai dengan jumlah 1 juta. Dicicil dalam jangka waktu 3 sampai dengan 4 bulan. Bunganya hanya untuk kebutuhan konsumsi pada saat pertemuan kelompok,”pungkas ibu yang hanya tamatan SLTA itu.
Tak lama kemudian hp ibu Agustina berdering. Rupanya sms dari IbuMartina bahwa bakso telah siap. Sembari mengajak seluruh anggota tim menuju warung ibu Martina, ia berharap bisa meminjam uang lebih besar lagi di Koperasi Anggur Merah sekitar Rp 20 juta, pungkas wanita yang mengaku cicilannya telah memasuki bulan kesepuluh.
Kami pun segera beranjak ke warung Martina denga penuh semangat. Setelah sepanjang hari hanya menyantap jajanan bakso yang dijual mas jawa dengan motor bututnya.
(AR/hms)
Pose bersama tim buletin Anggur Merah
Cerita Sukses
Tingkatkan Kewibawaan
Pemerintah Desa
“Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi. Selain untuk meningkatkan ekonomi
keluarga dan masyarakat, secara tidak sadar bantuan Anggur Merah
juga menignkatkan kewibawaan pemerintah desa. Kita omong,
pasti masyarakat ikut. Seandainya Kabupaten juga menempelkan dana
tambahan sebesar Rp. 250 juta, perekonomian desa pasti berkembang pesat.”
arapan ini disampaikan oleh Ignasius Selves, Kepala Desa Wairterang Kecamatan Waigete Kabupaten Sikka saat
H
ditemui tim redaksi Anggur Merah di kantor desa setempat pada Rabu, (25/11).
Seturut penyampaian Herman Yoseph, PKM desa Wairterang via sms kepada tim redaksi bahwa dirinya bersama kepala desa dan beberapa anggota kelompok Anggur Merah telah menanti kedatangan tim sejak jam 10.00 pagi. Sembari meminta maaf karena harus menghadiri pemakaman keluarga, PKM tak dapat hadir dalam pertemuan tersebut.
Disambut senyum Kepala Desa, beberapa perangkat desa dan 3 orang ibu anggota kelompok yang masih bertahan, seluruh anggota tim buletin terlebih dahulu menyampaikan permohonan maaf atas keterlambatan. Waktu telah menunjukan pukul 13.45 wita saat tim buletin selesai menyelesaikan tugas di Desa Aibura. Syukurlah kami memiiki Om Yopi, sopir yang handal, lika-liku tajam yang berjumlah puluhan bahkan ratusan hanya ditempuh dalam kurun waktu singkat. Kami kembali melintas di jalanan negara Maumere- Larantuka. Sekitaran dua kilo meninggalkan cabang Aibura, abang tukang bakso melintas dengan pelan di depan kami.
Setelah mendahului, motor bakso kami hentikan. Kampung tengah sudah tak bisa diajak kompromi. Dengan lahapnya, mie dan bakwan kami eksekusi dengan cepat, hanya dengan hitungan detik. Waktu telah menunjukan pukul 14.30 saat anggota tim memperkenalkan diri dan mengisi buku tamu di desa Wairterang.
Bapak Kepala Desa yang juga alumnus STFK Ledalero menilai bahwa program Angggur Merah merupakan sebuah terobosan inovatif yang tidak hanya memiliki nilai ekonomis tetapi juga sosial.
“Anggur Merah tidak hanya membangun sisi ekonomi produktif masyarakat tetapi juga membangkitkan kehidupan bermasyarakat. Orang yang biasanya tidak pernah ikut pertemuan, mau tidak mau dipaksa untuk mulai terlibat dalam kehidupan bersama karena dana tersebut diterima dalam suatu wadah kelompok, bukan perorangan” kata ayah dua orang anak ini.
Cerita Sukses
Sejak digulirkan pada tahun 2013, dilakukan verifikasi secara ketat. Akibatnya dana sebesar Rp 250 juta tersebut dicairkan dalam dua tahap. Tahap pertama digulirkan Rp 175 juta dan sisanya 2-3 minggu kemudian baru disalurkan.
“Hal ini dilakukan karena pada saat verifikasi, ada yang belum memenuhi syarat. Verifikasi ini dilakukan secara kelompok dan orang per orang,” jelas alumnus Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret, sembari menjelaskan bahwa yang berhak menentukan layak atau tidak layaknya seseorang diberi pinjaman adalah kepala desa dan fasilitator atau PKM.
Ukurannya apakah orang tersebut masih memiliki pinjaman di Koperasi, Bank atau PNPM.
Ia mengakui bahwa pada awalnya batas pinjaman tidak bisa lebih dari Rp. 5 juta. Namun s e t e l a h m e l i h a t k e b u t u h a n , a d a y a n g diperbolehkan untuk meminjam Rp. 10 juta terutama untuk usaha ternak.
“Bahkan kami membuat suatu terobosan yang mungkin salah dan di luar juklak. Kami menyiapkan uang Rp. 20 juta dari dana bantuan Anggur Merah, anggota kelompok mencari dan membeli sendiri motor dan sisanya dipakai untukmenjual ikan atau papalele,” akunya sambil
menjelaskan anggota papalele tersebut diverivikasi secara ketat. Hasilnya setoran papalele sampai sekarang tetap lancar dan beberapa bulan lagi sudah lunas.
Ia juga tak menampik bahwa ada juga satu dua kelompok dari 15 kelompok penerima manfaat yang seharusnya tidak pantas mendapatkan guliran dana. Namun dengan pertimbangan kemanusiaan dan pertimbangan lainnya mereka tetap diloloskan.
“Ada satu kelompok di pegunungan yang secara ekonomis kita lihat tidak punya potensi untuk dapat mengembalikan dana bantuan ini. Namun saya tetap memberikan mereka pinjaman. Untuk melunasi cicilan mereka, saya biasanya melibatkan mereka dalam pekerjaan-pekerjaan di kelurahan atau juga bekerja di kebun saya. Upahnya saya langsung potong untuk melunasi cicilan mereka. Dengan cara ini syukurlah cicilan mereka sudah lunas,” jelas kades yang punya mimpi agar pada akhir masa jabatannya dana tersebut sudah dinikmati oleh lebih dari setengah masyarakat Wairterang
Ditambahkan pada setiap tanggal 28 dalam bulan ditetapkan sebagai hari angsuran baik itu PNPM, Anggur Merah maupun Gapoktan.
(AR/hms)
trategi tersebut dipakai oleh Kelompok Cahaya Pertiwi Desa Wairterang
S
seperti yang diungkapkan oleh Ibu Maria Nuria, Ketua
Kelompok tersebut saat ditemui tim buletin Anggur Merah di kantor desa setempat.
Wanita berdarah Manggarai itu merupakan salah satu dari 3 orang ibu kelompok penerima manfaat yang masih setia menanti kehadiran tim buletin Anggur Merah sejak jam 10.00 pagi wita. Anggota lainnya memutuskan meniggalkan kantor desa karena menunggu terlalu lama.
Wanita berusia 43 tahun tersebut menjelaskan bahwa dana Anggur Merah yang masuk ke kas kelompok sebesar Rp. 32 juta rupiah. Dari 11 anggota awal pembentukan kelompok, hanya 4 orang anggota yang berdasarkan musyawarah kelompok dapat mengakses dana tersebut. Ibu tiga orang anak ini adalah salah satu orang yang diberi pinjaman Rp. 10 juta.
”Dana tersebut saya pakai untuk membeli 4 ekor induk babi yang siap kawin. Sebelumnya saya hanya punya satu ekor induk babi. Hasil anakan dari 4 ekor babi tersebut membuat saya kuat sampai sekarang untuk mengongkos anak-anak
Tanggung
R
ente
“Uang pinjaman Anggur Merah masuk ke kas kelompok.
Kelompok yang menentukan siapa yang boleh pinjam. Walalupun dana tersebut
dipakai untuk usaha anggota, tapi pinjaman itu menjadi
Tanggung rente kelompok.”
sampai ke bangku kuliah setelah sebelumnya dengan satu induk saya jatuh bangun,” aku ibu yang hanya
menamatkan pendidikan SMA.
Ia menambahkan bahwa ia sudah melunasi pinjaman beserta bunganya hanya dalam tempo 19 bulan dari jangka waktu kontrak yang disepakati yakni 24 bulan. Seharusnya jatuh temponya pada bulan Nopember 2015, tapi saya sudah melunasinya pada bulan Juli lalu, jelasnya dengan bangga.
Anggota Kelompok Cahaya Pertiwi lainnya, Ibu Agustine Dua Muja mengakui bahwa walaupun dirinya belum mendapat pinjaman Anggur Merah namun manfaat dana tersebut juga dirasakannya.