ANGGUR MERAH
Cerita Sukses
Dari Redaksi
Rai Belu, dulunya dikenal dengan kolam susu, judul tembang lawas karya grup musik legendaris Indonesia, Koes Plus. Semenjak jajak pendapat dan lahirnya negara baru Timor Leste pada tahun 1999, Belu semakin menggema sebagai daerah perbatasan yang strategis. Pintu masuk Motain setiap harinya super sibuk melayani lalu lintas manusia dan barang dari dan ke Timor Leste. Sebagai beranda terluar, Belu merupakan representasi wajah Indonesia. Tentunya wajahnya harus rupawan untuk menciptakan kesan positif bagi warga negara tetangga sebelah.
Masyarakat Belu sendiri tentunya juga akan selalu menatap geliat perkembangan di Negara Timor Leste. Kecenderungan untuk
membandingkan dapat menggerus semangat nasionalisme. Selain itu godaan untuk menyeberang ke negeri seberang juga menggeliat. Cahaya terang benderang dari wilayah seberang bertolak belakang dengan semakin meredupnya sinar di wilayah sendiri, menggetarkan sekaligus menumbuhkan rasa minder.
Fenomena ini tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Penataan pintu batas Motain yang kian megah harus dibarengi dengan upaya untuk membangun rasa kepercayaan diri (juga nasionalisme) masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dana Desa Mandiri Anggur Merah dengan ruang keterlibatan dan tanggung jawab masyarakat yang besar menjadi salah satu pelecut daya juang demi mengais hari depan.
Dana itu memang dirasakan masih kurang, belum dinikmati oleh seluruh masyarakat seiring dengan beberapa hal yang menyebabkan mandegnya pengembalian dana, namun secara umum masyarakat sangat senang dan bangga dengan bantuan tersebut.
Bantuan tersebut telah memangkas rantai rentenir dan koperasi harian yang mencekik leher masyarakat dengan bunga tinggi. Petani makin bergiat mengolah hasil kebun, peternak pun tambah
bersemangat merasakan keuntungan yang diraih dari hasil penjualan ternak Anggur Merah.
Geliat pelaku usaha di perbatasan terutama para penukar dollar dan porter semakin berkibar dengan berbagai kemudahan cicilan dan bunga rendah yang ditawarkan oleh Dana Anggur Merah. Ibu-ibu rumah tangga pun tak lupa mengurai senyum bahagia saat bantuan tersebut membantu perekonomia keluarganya. Rangkaian keceriaan dan kebahagian karena bantuan tersebut meringankan beban kebutuhan hidup yang semakin berat, menyiratkan raut optimisme masyarakat perbatasan.
Apapun tantangannya dana tersebut harus tetap bergulir kepada masyarakat lainnya agar semakin banyak masyarakat perbatasan tertular virus optimisme. Dengan bantuan tersebut, masyarakat diharapkan tak lagi punya waktu banyak untuk menoleh ke seberang, melainkan terus bergelut untuk menggali potensi ekonomi lokal. Tidak ada lagi rasa minder, yang ada cuma rasa bangga sejalan dengan membaiknya perekonomian masyarakat. Belu pada akhirnya tetap menjadi tanah bersama atau alinmaun yang menjanjikan.
Membangun Optimisme Dari Tapal Batas
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur (Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT) (Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I (Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos) PDE Inspektorat (Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda (Yohanes A. Kore, S.STP) Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH) (Roland E. Nope, S.AP)
ANGGUR MERAH
Mengapa
Anggur Merah...?
9
11
4
14
20
24
36
17
30
22
26
34
Dukung Anggur Merah,
Arahkan APBD Ke Desa
Jules Constantin Ando, SE, MM
“
Mereka Tidak Tahu
Manfaatnya Buat Rakyat
”
Strategi
Door To Door
Ala Kades Dualaus
Jangan Pernah
Ragukan Kami
Ibu-ibu
Haburas
Yang Berhasil
Sistem Tendang
Desa Silawan
Membentuk Kelompok
Dari Dalam Rumah
28
Beban Menjadi Ringan
Suara PKM
Suara Dewan
32
Kami Usul Dua Tahun
Untuk Paronisasi
Dusun Kelis
Dari Kita,
Untuk Kita
Pembentukan Koperasi
Sangat Membantu Kami
37
Program Ini
Tapi Manfaatnya
Masih Biasa-biasa Saja
Luar Biasa
Mengapa
Anggur Merah...?
udah lazim setiap pemimpin merancang program pembangunan
S
sebagai jawaban atas panggilannya menjadi pemimpin. Semua program pembangunan itu muaranya adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu berbeda setiap pemimpin. Di NTT para gubernur merancang program pembangunan dengan melihat kondisiDan konteks sosial masyarakat NTT pada masanya.
(Gerakan Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat) dan GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan tepat.
Herman Musakabe melanjutkan pembangunan sumber daya manusia yang telah dirintis Fernandez melalui 7 Program Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber daya manusia dilanjutkan oleh Piet Tallo pada masanya dengan program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur terdahulu, ketika Frans Lebu Raya mengambil alih kemudi NTT, pembangunan mulai diarahkan kepada peningkatan kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik menitikberatkan penataan birokrasi pada masa awal pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era pembangunan dengan fokus pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet dengan tetap fokus pada pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat sadar, lebih dari 80 persen warga NTT bermata pencaharian petani dan tinggal di desa-desa. Fokus program keduanya cocok dan kena menjawabi konteks dan situasi sosial masyarakat ketika itu.
Pada masa Hendrik Fernandez program sudah mulai mengarah kepada peningkatan sumber
Program Anggur Merah
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
Dua tahun setelah menjabat sebagai Gubernur NTT, Frans Lebu Raya yang berpasangan dengan sohib kentalnya Esthon Foenay, melakukan langkah jauh dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta kepada masyarakat di desa-desa. Terkesan pemerintah tampil seperti sinter klas yang membagi-bagi hadiah kepada masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini merupakan langkah konkrit dan langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih mendapat bantuan ini melalui kriteria-kriteria tertentu. Lebih dari itu, bantuan ini juga bukan hadiah, tetapi dimaksudkan sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir dari satu kelompok usaha ke
Bak gayung bersambut, DPRD NTT ketika itu setuju dan sepakat dengan pemerintah. Program Desa Mandiri Anggur Merah pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur Merah didukung alokasi dana APBD, yaitu dana segar (fresh money) Rp 250 juta untuk ekonomi produktif, Rp 50 juta untuk pembangunan rumah layak huni, pendamping
Operasional pengendalian pembangunan tingkat desa, kelurahan dan unsur tripika yaitu pemerintah kecamatan didukung Polsek dan Koramil diharapkan dapat menciptakan masyarakat desa/kelurahan maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM Mandiri, Program
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Pro Rakyat
Program Hibah Lembaga Internasional, CSR BUMN dan Replikasi Program Desa Mandiri Anggur Merah melalui APBD Kabupaten/Kota serta partisipasi masyarakat pada Gerakan Pulang Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada lokasi program Desa Mandiri Anggur Merah, maka kemitraan Bank NTT dan Bank mitra lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah dan Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakan upaya mewujudkan visi pembangunan daerah tahun 2013-2018 yaitu “Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan bersama untuk dapat
diwujudkan melalui sinergi Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta, asosiasi profesi, kelembagaan agama dan kelembagaan masyarakat.
Kebijakan program pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan dilaksanakan melalui kebijakan 8 agenda pembangunan, 6 tekad pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan; 2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Sasaran
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan 21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8 - 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14 - 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20 - 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Lokasi Program
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain : 1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan, baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan mendasar setiap desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang mendampingi 2 desa/kelurahan. (Tim redaksi)
Dibantu PKM
Dukung Anggur Merah,
Arahkan APBD Ke Desa
Kami memang tidak memiliki replika program Anggur Merah, namun kami
mendukung keberhasilan program tersebut dengan mengalokasikan dana
sebesar 10% dari APBD Kabupaten Belu untuk membangun desa.
al ini ditegaskan oleh Jules Constantin Ando, SE, MM saat
H
ditemui tim redaksi Anggur Merah di Kantor Bappeda Kabupaten Belu. Kepala Bidang Desa Tertinggal ini menyatakan kalau tidak ada halangan rencananya pada tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Belu baru akan mencanangkan program replika.
Sebagai daerah dengan jumlah Keluarga Miskin besar di daratan Timor, Pemerintah Daerah Belu menaruh perhatian besar terhadap pembangunan daerah pedesaan.
“Sebelum Undang-Undang mengamanatkan agar 10 % dari APBD diarahkan ke desa, pemerintah kabupaten Belu merupakan satu-satunya
kabupaten di NTT yang sudah melaksanakan hal tersebut. Sekitar Rp. 47 miliar lebih anggaran sudah
diarahkan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa yang berada di Kabupatn Belu” urai pria berdarah
Manggarai Belu ini.
Fokus
dan program yang dijalankan SKPD Teknis. Sekitar 70% dari program SKPD Teknis seperti pertanian, peternakan,
Pekerjaan Umum diarahakan untuk membangkitkan geliat ekonomi semua desa di Belu.
“Desa-desa yang belum menerima Anggur Merah diberikan bantuan lain. Sementara desa-desa yang menerima bantuan Anggur Merah semisal hewan ternak, kita bantu dalam hal
pengadaan pakan ternak dan pengobatan. Dengan adanya pembukaan jalan desa oleh Dinas Pekerjaan Umum diharapkan dapat meningkatkan mobilisasi ekonomis masyarakat
penerima bantuan,” jelasnya sambil sesekali
mempromosikan potensi alam Kabupaten Belu yang eksotis.
Terkait dengan Koperasi Anggur Merah, alumni Universitas Widya Mandira Kupang ini memandang wadah ini dengan sangat positif.
“Kehadiran Koperasi Anggur Merah sangat
membantu masyarakat kecil. Sistem ijon semakin
berkurang. Masyarakat tidak perlu lagi menggadai padi yang sedang menguning dan hasil pertaniaan yang
sedang bertunas kepada para pemilik modal di desa. Untuk menyewa traktor dan membeli pupuk, mereka dapat meminjam uang dengan bunga kecil di koperasi,” urainya dengan penuh semangat kepada tim buletin Anggur Merah.
Dalam pemahamannya, Bappeda Kabupaten
merupakan tim pengendali program pada level
kabupaten.
“Setiap tanggal 5 dalam bulan diadakan rapat koordinasi dengan seluruh PKM. Setiap pendamping diwajibkan untuk
mempresentasikan perkembangan program. Berbagai permasalahan dan solusi yang telah ditempuh disampaikan secara terbuka di hadapan tim Bappeda
Kabupaten,” jelas Konstan. Ditambahkannya untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas pendamping, mereka membuat pelatihan dengan menampilkan narasumber dari Yayasan Mitra Tani Mandiri Kefa.
Materi tentang koperasi diharapkan dapat
mempertajam kemampuan pendamping dalam
mengolah koperasi Anggur Merah.
Pada akhir pembicaraan, beliau juga mengakui adanya kepala desa dan PKM yang telah
menyalahgunakan bantuan tersebut. Namun Bappeda Kabupaten Belu telah
mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut. “Prinsipnya dana tersebut harus tetap bergulir karena sangat membantu
perekonomian masyarakat kecil” pungkasnya di akhir pembicaraan.
“
Mereka Tidak Tahu
Manfaatnya Buat Rakyat
”
Begitulah jawaban Helia
Lopes (40), Ketua
Kelompok Melati
Atambua, menanggapi
pandangan sejumlah
pihak yang menganggap
Program Desa Mandiri
Anggur Merah gagal
D
itemui di kediamannya, siang itu, istri bapak Mambuti atau yang biasa dipanggil Leopaldu, mengaku sangat senang bisa mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi NTT.Istri pensiunan tentara Tahun 2004 itu adalah salah satu penerima manfaat bantuan Desa Mandiri Anggur Merah, dengan usaha pengolahan jahe menjadi anggur jahe.
Dia menuturkan dengan polosnya, bahwa tidak semua keuntungan yang diperolehnya dari usaha pembuatan anggur jahe langsung digunakan kembali sebagai modal usaha berikutnya.
Sebagai warga baru (eks Timor-Timur) di Desa Haekasa (2003), dirinya memanfaatkan keuntungan yang diperolehnya untuk menafkahi keluarganya juga.
Contoh Anggur Jahe kemasan botol 625 ml.
Ibu Helia Lopes (081 237 539 631)
Ibu Helia Lopes menjelaskan cara membuat anggur jahe sampai pada proses pengemasan menggunakan alat tutup botol bantuan BPMD Belu.
Kebutuhan sekolah tiga orang anaknya terasa lebih ringan. Dua orang anaknya sudah SMP dan satu anak lagi masih di bangku SD.
Usaha pembuatan anggur jahe miliknya itu dimulai sejak Tahun 2007. Ketika itu, mereka berkesempatan mengikuti pelatihan yang dibuat oleh LIPI Subang, bekerjasama dengan BPMD Kabupaten Belu.
Berbekal ilmu yang didapatnya tersebut, dia
memulai usahanya. Masyarakat sekitar rumahnya adalah
pelanggan pertamanya.
Produk minuman berkemasan botol itu laris terjual dengan harga Rp.25.000,- per botolnya. Dengan isi 625 mili liter setiap botol, disebutkannya kalau dia mengunakan jahe sebagai bahan utamanya. Gula, air dan asam sitrat adalah bahan tambahan.
“Komposisi yang sama juga bisa digunakan untuk membuat
Untuk satu jerigen berukuran 25 liter, Ibu Helia bisa
menghasilkan 30 botol. Jika modalnya cukup, dia bisa meramu hingga lima Jerigen sekali proses.
Untuk hasil yang maksimal, dibutuhkan waktu fermentasi selama 40 hari. Artinya dalam waktu lebih dari sebulan bisa diperoleh hasil penjualan hingga Rp.3.750.000,- “Hasil itu lebih dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup…” ujarnya sambil tersenyum.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, wanita yang nampak bersemangat itu
menyisihkan keuntungan usaha untuk bercocok tanam.
”Saya sewa tenaga pemuda-pemuda di sini untuk balik tanah. Lalu, saya manfaatkan pekarangan kosong itu untuk menanam sayuran mayur. Ada sayur sawi, toge, lombok, terong, jagung dan beberapa semaian kemangi” demikian katanya sambil mengajak pisang atau jambu mete.
Sekarang saya sudah punya label sendiri. BPMD juga sudah membantu kami dengan mesin press botol” jelasnya sambil Menunjukan label minuman bersama press botolnya.
Walau nampak bersemangat, wanita beranak tiga itu terlihat sedih ketika redaksi
menanyakan anggota kelompoknya.
Sejak awal memulai usaha itu, kelompok mereka memiliki 16 orang anggota. Dalam perjalanan usaha mereka, beberapa orang menarik diri. Bahkan ada anggota yang sudah mencari peruntungan lain di tanah borneo
(Kalimantan).
Dirinya selalu mengajak anggota Kelompok Melati untuk melunasi pinjaman. Tetapi, mereka mengatakan kalau sisa uang pinjaman yang digunakan sebagai modal itu adalah
“Mendengar itu, saya hanya bisa mengelus dada, sambil terus sabar menjelaskan maksud program yang saya pahami. Tetapi saya bersyukur karena mereka mau terbuka, walau berpendapat seperti itu. Ibu Lani (PKM Desa Naekesa) juga berulangkali menjelaskan hal yang sama.” ceritanya dengan raut yang tidak lagi ceria.
Tenaga Pendamping Kelompok Masyarakat (PKM) menurutnya sangat aktif berkomunikasi.
“Berkat komukasi yang baik
bertambah semangat. Kadang-kadang ibu datang ke rumah dengan orang yang berniat membeli anggur jahe kami” terangnya tentang pendamping pengganti Yohanes Safran, 2014 lalu itu.
“Berkat bantuan program seperti ini, saya bisa lebih berani mencoba usaha lain. Maklum, gaji pensiunan seperti bapak kecil. Untuk dipakai pinjaman di bank juga tidak seberapa” pungkasnya, sambil berharap program ini terus Ibu Helia Lopes (tengah) bersama PKM Desa Naekesa
Strategi
Door To Door
Ala Kades Dualaus
“Strategi pendekatan merupakan salah satu kunci keberhasilan perguliran Dana
Program Desa Mandiri Anggur Merah”
erakan pemberdayaan yang diusung oleh Program Desa Mandiri Anggur Merah rupanya masih asing. Persepsi
G
masyarakat terhadap bantuan dari pemerintah masih terpaku pada pola lama yakni sebagai penerima pasif. Artinya masyarakat memergunakan bantuan untuk peningkatanekonominya sendiri tanpa menuntut tanggung jawab (sosial) dari bantuan tersebut.
Pada sisi lain, dana Program Desa Mandiri Anggur Merah sangat mengandalkan partisipasi aktif dari masyarakat penerima, dimana sesudah taraf ekonominya membaik, bantuan tersebut harus dikembalikan agar dapat dialirkan kepada anggota masyarakat lainnya.
Untuk membongkar pola pikir lama tersebut, dibutuhkan usaha dan kerja keras.
Pendamping dan aparat desa merupakan ujung tombak dalam strategi dan pendekatan baru terhadap masyarakat penerima bantuan DeMAM.
Hal inilah yang tergambar dalam percakapan ringan dengan Okto Bijalis Napen, Kepala Desa Dualaus, Kecamatan Kalkuluk Mesak.
Kepala Desa Dualaus, Okto Bijalis Napen (kiri) b rsama e PKM Desa Dualaus Dominggus Serao Lopes da Silva,
Di teras kantor desa dan ditemani cahaya lampu yang meredup, kepala desa mulai mengisahkan dana anggur merah dengan penuh semangat.
“Anggur Merah datang bersamaan dengan
pengangkatan dan pelantikan saya sebagai Kepala Desa pada pertengahan tahun 2013. Tahun tersebut juga adalah tahun politik berkaitan dengan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur”.
“Gonjang-ganjing berkaitan dengan Dana Anggur Merah juga simpang siur. Ada tim sukses yang mengatakan
bahwa dana tersebut tidak perlu dikembalikan, ada juga yang mengatakan jika kandidat yang diusungnya menang maka dana tersebut akan dilipatgandakan,” jelas Okto di tengah kegelapan yang mulai menyelimuti.
Ia menambahkan bahwa isu-isu yang berkembang saat ini, sangat berpengaruh pada pengembalian dana Anggur Merah.
Dana Anggur Merah untuk Desa Dualaus sendiri digulirkan kepada 18 kelompok yang rata-rata bergerak dalam usaha jual beli ikan dan peternakan.
Usaha-usaha ini sudah
dikembangkan oleh masyarakat desa Dualaus. Namun
pengembalian dana tersebut mengalami hambatan.
“Selain itu pola
pengembalian dana lewat kelompok juga mempersulit pengembalian dana tersebut. Masyarakat memilih sikap saling menunggu dalam mengembalikan pinjaman. Mereka tunggu ketua kelompok bayar atau datang tagih di
pihak lain, ketua kelompok juga kurang proaktif dalam
mendatangi anggota kelompok” jelas Okto kepada tim peliput.
Sampai dengan tahun 2015, jumlah pengembalian dana Anggur Merah dari kelompok masyarakat penerima yang ada di kas desa sekitar Rp.11 jutaan.
“Saya sudah dua kali mengirimkan surat kepada ketua kelompok dengan tembusan ke seluruh anggota kelompok. Dalam surat tersebut, saya melampirkan peringatan bahwa kalau mereka tidak membayar, maka mereka akan berhadapan dengan pihak kepolisian dan kejaksaan. Namun surat tersebut sama sekali tak berpengaruh bagi mereka,” jelas Kades kepada tim Buletin Anggur Merah.
Rupanya masyarakat sudah terlanjur mengingat isu yang dihembuskan oleh tim sukses dalam kampanye politik tahun sebelumnya bahwa dana tersebut adalah dana hibah yang tidak perlu dikembalikan.
Setelah upaya tertulis tersebut tidak mempan, bersama PKM ia coba mendatangi rumah anggota kelompok satu persatu.
“Butuh waktu sekitar dua minggu untuk menjangkau seluruh rumah anggota kelompok. Dalam kunjungan tersebut, saya berkomunikasi secara pribadi dengan mereka. Saya menghimbau kepada mereka agar masingi-masing orang mencicil pengembalian dana tersebut sebesar Rp. 50.000,- setiap bulannya sehingga bebannya tidak besar,” jelas Kades Okto.
Kades Okto menambahkan bahwa sesungguhnya potensi Desa Dualaus sangatlah besar terutama di bidang perikanan kelautan.
“Sebagai contoh, isteri saya bersama beberapa ibu lainnya dengan modal Rp. 250.000 mengelola usaha abon ikan. Dalam sebulan mereka bisa mendapatkan penghasilan sampai Rp. 6 juta,” urainya sedikit berpromosi.
Dijelaskannya lebih lanjut bahwa sebenarnya Anggur Merah yang sudah
dikembalikan seluruhnya sebesar Rp. 27.000.000;- namun uang Rp. 16 juta masih tertahan di rekening salah satu anggota kelompok yang sudah melunasi cicilannya.
Dana tersebut tak dapat dicairkan dan dimasukan ke kas desa karena PKM belum mendapat SK Penetapan sebagai PKM.
“PKM kita yang sekarang ini mulai bertugas pada Januari 2015, namun ia belum
mendapatkan SK Penetapan. Sementara ia terus menerus memberikan laporan
pekerjaannya selama lima bulan secara lancar. Hal ini sudah dilaporkan kepada Bappeda Belu dan tim dari Propinsi. Bank tidak dapat mencairkan dana
pengembalian kelompok karena spesimen yang masih dipakai Bank atas nama PKM yang melalui pembentukan koperasi pinjam.
“Bayangkan saja, orang yang menjuial ikan mentah bisa mendapat untung sampai 1 juga dari hasil penjualannya. Namun sayang ia mendapatkan modal dari koperasi harian yang bunganya mencekik leher,” jelasnya dengan sedikit emosional karena rasa
geramnya terhadap dominasi koperasi harian. Ia
menguraikan lebih lanjut,
kehadiran PKM yang berlatar belakang seorang Sarjana Ekonomi semakin meneguhkan motivasinya untuk memajukan perekonomian desa
bermodalkan Dana Anggur Merah.
Ditemui di tempat yang sama, Dominggus Serao Lopes da Silva, PKM yang bertugas sejak Januari 2015 ini membenarkan pernyataan Bapak Kades. “Selama ini untuk kelancaran operasional dan administrasi tugas saya, Bapak Desa memakai uang dari kantongya sendiri. Syukurlah Bapak Kades sangat memahami saya.
Bayangkan saja, bagaimana saya bisa bergerak ke sana kemari serta membuat laporan tentang dana Anggur Merah tanpa memperoleh gaji selama ini,” kata alumni STIM
Handayani Denpasar.
Ia berharap agar pihak-pihak yang terkait dapat segera menerbitkan SK agar ia dapat bergerak dengan leluasa lagi dalam mengurus dana Anggur Merah. (Ar/hms)
Jangan Pernah
Ragukan Kami
emikianlah goresan hati Feliks Barto Gama Dos Santos, salah seorang
D
penukar dollar di pintu perbatasan Indonesia-Timor Leste, tepatnya di Motain, Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.
Bukan tanpa alasan Feliks mewakili teman-temnnya, para penjajah dollar, menyampaikan pernyataan yang menggugat tersebut.
Profesi sebagai penukar dollar di perbatasan seringkali dipandang sebelah mata dan penuh resiko.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar atau sebaliknya yang berubah-ubah setiap saat dapat menciptakan kesulitan bagi para money changer tersebut. Kehadiran lembaga-lembaga perbankan di daerah
perbatasan juga turut
mempengaruhi penghasilan para penukar dollar.
Diakui oleh Feliks bahwa ia dan teman-temannya terjun ke pekerjaan sebagai penukar dollar dengan modal pinjaman.
“Para penukar dollar umumnya meminjam modal Dari koperasi harian dengan bunga yang tinggi. Akibatnya keuntungan yang kami dapat tidak seberapa karena harus membayar bunga yang tinggi ke pemilik modal,”jelas Feliks.
Menurut pengamatan alumni Fakultas Hukum Undana ini usaha tukar dollar di
perbatasan sangat menjanjikan dan perguliran
pinjamannya sangat cepat. Namun penjelasan tersebut tak mampu menepis keraguan para pengelola Anggur Merah.
Bappeda tetap
bertahan pada pendirian bahwa kelompok tersebut tidak termasuk dalam daftar penerima bantuan.
Setelah berdiskusi panjang lebar dengan aparat desa dan kelompok penukar dollar, kemudian PKM mengganti nama kelompok penukar dollar dengan kelompok simpan Pinjam. Dana Anggur Merah Desa Silawan dicairkan pada tahun 2012 untuk 9 kelompok yakni 4 kelompok Simpan Pinjam dan 5 kelompok paronisasi sapi.
Salah satu kelompok simpan pinjam adalah kelompok Melati yang diketuai oleh Feliks Barto Gama Do Santos dengan anggota 7 orang. Kelompok ini mendapat suntikan dana anggur merah sebesar Rp. 20 juta yang dibagi rata kepada 7 anggota kelompok.
Dengan modal dana bantuan Anggur Merah, Pak Feliks Barto
bersama teman-temannya dalam kelompok Melati menjalankan usaha tukar dolar. Usaha mereka berkembang
Keuntungan yang mereka dapatkan juga semakin tinggi dibandingkan ketika mereka menggunakan modaldari koperasi harian dengan bunga yang mencekik.
“Dengan mengembangkan dana Anggur Merah, saya bisa membeli sebuah motor baru. Sesuatu yang sama sekali tidak saya dibayangkan
sebelumnya,” jelasnya dengan muka sumringah.
Dalam perkembangannya justru dana kelompok simpan pinjam yang sebagian besar anggotanya bergerak dalam kegiatan tukar dollar bergulir dengan cepat. Sementara kelompok paronisasi, pengembaliannya tersendat dan bahkan sangat macet.
Sampai dengan tahun 2015, pengembalian dana dari kelompok paronisasi baru sekitar 2,5 jutaan. Alasan yang dikemukan bermacam-macam. Ada yang mengaku hewannya sudah mati terkena penyakit. Yang lain mengaku hewannya sudah dijual dan uang hasil jualannya dipakai untuk Karena itu ketika pada tahun
2012, Desa Silawan mendapat kucuran dana Desa Mandiri Anggur Merah sebesar Rp. 250 juta, mereka sangat gembira mendengar kabar tersebut. Apalagi tawaran bunga dan cicilan dana anggur merah sangat kecil dan mudah dijangkau oleh kalangan tak mampu seperti dirinya.
Pada awalnya proposal pinjaman mereka tidak ditanggapi oleh pihak pengelola di Bappeda Kabupaten Belu karena kegiatan tersebut dianggap tidak memiliki jaminan pasti.
Hal ini juga diakui oleh Pendamping Kelompok Mandiri (PKM) Desa Silawan Robertus Roni Ando, SH. Roni, begitu ia disapa, menjelaskan bahwa ia berkali-berkali harus bolak-balik ke Kantor Bappeda Belu untuk meyakinkan para
pengelola Dana Anggur Merah tentang keberadaan kelompok penukar dollar.
Agustinus Halek, Koperasi Hali Tulakadi
Untuk lebih memberdayakan pemanfaatan dana anggur merah yang sudah
dikembalikan oleh kelompok simpan pinjam sebesar Rp. 97.200.000, maka sejak Januari 2015 dibentuklah Koperasi Simpan Pinjam Hali Tulakadi Desa Silawan.
“Anggota koperasi pada mulanya berjumlah 82 orang anggota kelompok penerima anggur merah. Mereka wajib menyerahkan simpanan pokok sebesar Rp. 100.000 dan simpanan wajib sebesar Rp. 60.000;-,” jelas Agustinus Halek, Ketua Koperasi sedikit
berbangga.
Jumlah anggota koperasi terus bertambah. Sampai dengan keadaan bulan Juli, jumlah anggota koperasi mencapi 120 orang dengan jumlah dana koperasi sudah mencapai Rp. 130.000.000;-. Sesuai dengan arti nama Hali Tulakadi yang berarti Pohon
beringin besar yang menaungi, koperasi ini terbuka bagi setiap warga Silawan.
Menurut Halek, para anggota koperasi, 75 %nya bergerak dalam usaha tukar dollar. Para anggota koperasi tersebut begitu lancar mengembalikan dana tersebut, bahkan
beberapa anggota koperasi yang bergerak dalam kegiatan pertukaran dollar dan portir daerah perbatasan dapat mengembalikan dana pinjaman dan bungannya hanya dalam waktu 6 bulan.
Telah disepakati juga oleh seluruh anggota koperasi dan kepala desa bahwa anggota kelompok Anggur Merah yang belum mengembalikan dana bantuan tidak diperkenankan untuk meminjam dana koperasi sampai ia melunasi
pinjamannya.
Agustinus Halek, ketua koperasi yang adalah alumnus
salah satu STIE di Yogyakarta ini bermimpi jika suatu hari nanti koperasi anggur dapat memberikan pinjaman kepada seluruh masyarakat desa Silawan sebesar Rp. 1.500.000 per orang sebagai modal usaha dalam bidang apa saja. Karena ia melihat bahwa potensi desa Silawan sebagai salah satu daerah perbatasan sangatlah besar.
“Hanya saja masyarakat belum mampu menata perekonomian rumah tanggannya dengan baik. Mentalitas para penukar dolar di perbatasan yang masih sering menghabiskan keuntungan hasil usahanya untuk membeli minuman-minuman Timor Leste yang harganya selangit masih harus dirubah. Selain itu kesukaan masyarakat untuk berjudi juga menjadi penghambat dalam meningkatkan taraf
ekonominya,” katanya di akhir pembicaraan. (Ar/hms)
emikian ungkapan Ibu Adriana Paulina Leto, Bendahara
D
Kelompok Haburas, Desa Kabunak, Kecamatan Tasifeto Timur. Haburas sendiri dalam bahasa setempat berarti
Tunas Muda. Kelompok ini terdiri dari 10 orang Ibu Rumah Tangga yang
“Bapa-bapa dong harus bangga dengan kami ibu-ibu Anggur Merah”
Ketika disentil tentang nama kelompok, Ibu Ana menjelaskan bahwa
meskipun seluruh anggota kelompoknya adalah kaum ibu yang sudah berkeluarga, namun mereka tetap mau menjadi tunas harapan keluarga tanpa bergantung sepenuhnya pada hasil jerih
“Kami menerima dana bantuan Anggur Merah pada tahun 2011 sebesar Rp.10 juta. Setiap anggota mendapat Rp. 1 juta. Setengahnya kami pakai untuk membeli alat tenunan, setengahnya lagi dipakai untuk membeli babi,” jelas Ibu Ana kepada Tim Buletin
Yang Berhasil
tim redaksi menjelaskan bahwa koperasi Anggur Merah sudah dibentuk tapi belum berjalan dengan optimal.
“Dana Anggur Merah yang sudah masuk ke kas koperasi sebesar Rp. 9 juta. Tapi yang tersisa sekarang sebesar Rp.2 juta, karena dana yang lain sudah digulirkan lagi oleh pengurus koperasi tanpa sepengetahuan saya.
Masyarakat juga masih belum semuanya mengikuti koperasi karena mereka tidak mau menyetor simpanan wajib dan simpanan pokok untuk menjadi anggota koperasi,” pungkasnya di akhir
percakapan. (Ar/hms)
Anggota kelompok lainnya Ibu Franselin Soares
menjelaskan bahwa mereka telah melunasi cicilan
Anggur Merah. Mereka berharap agar dana Anggur Merah dapat dipinjamkan lagi.
“Babi Anggur Merah telah saya jual untuk membeli sapi. Sapinya sekarang sudah beranak” katanya dengan penuh keceriaan. Ia menjelaskan bahwa hampir semua anggota kelompok Haburas sudah memiliki sapi dari hasil menjual babi dan tenun.
Bapak Matheus Yosep Bere Kia, Ketua RT 06/RW 03 Dusun Warahenek yang ditemui di tempat yang sama menguraikan, selain
kelompok Haburas, di RT tersebut juga ada satu lagi kelompok penerima Anggur Merah yang bergerak dalam usaha ternak babi. Namun pengembalian kelompok tersebut berbanding terbalik dengan kelompok Haburas.
“Dana dari kelompok babi sudah tidak jelas.
Pengembaliannya tersendat bahkan macet. Padahal dana Anggur Merah masih sangat dibutuhkan oleh warga dusun lainnya,” kata Bapak Matheus yang menjabat sebagai Ketua RT sejak tahun 2009.
Suami dari Ibu Adriana Paulina Leto ini menjelaskan bahwa mereka masih sangat ragu untuk membentuk koperasi.
Menurut penuturannya, pengalaman sebelumnya pernah mengikutii sebuah koperasi di dusun. Karena pengurus tidak tau
mengelola, uang koperasi pun raib tanpa bekas.
“Karena itu saya melarang isteri dan anggota kelompok Haburas untuk menjadi anggota koperasi” pungkasnya di akhir pembicaraan.
PKM Desa Kabuna, Marianus Nay Key kepada
Sistem Tendang
“Kami akan berupaya untuk melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo. Dengan
begitu, kami berharap bisa menerima bantuan dana segar lagi. Jika dapat
jumlahnya lebih besar.”
“Sebagai warga eks Timor-Timur, kami merasa
mendapat perhatian dari pemerintah. Bantuan yang kami peroleh sebesar Rp.5 juta kami manfaatkan untuk memelihara satu ekor sapi jantan” ungkap Joao yang memang sudah memiliki tiga ekor sapi betina. Baginya memelihara sapi tidaklah sulit. Hal itu karena pakan ternak yang mudah
didapatnya. emikian yang mereka
maksud dengan “Sistem Tendang.”
D
Mengembalikan pinjaman sebelum waktunya, agar dapat mendapatkan pinjaman lagi.
Begitu pula niat Joao Tilman, salah seorang
anggota Kelompok Nusikun di Desa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu. Welaka.
Desa ini memiliki 11 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 108 orang. Empat kelompok diantaranya memilih jenis usaha paronisasi. Tujuh kelompok lainnya memilih usaha Simpan Pinjam.
Semuanya disatukan dalam wadah koperasi yang mereka beri nama Koperasi Simpan Pinjam
sebesar Rp.100.000,-. Simpanan wajib sebesar Rp.60.000,- untuk setiap anggota. Dengan total
pinjaman sebesar Rp.250 juta yang dicairkan 14 pebruari 2014 lalu, kini mereka telah mengembalikan pinjaman dengan total Rp.95.586.000,-.
Jika sebelumnya mereka hanya memiliki 11 kelompok, saat ini mereka telah bisa menggulirkan dana bantuan program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah melalui Koperasi Simpan Pinjam Welaka untuk enam Ketika ditanya tentang
peran aparat desa dan tenaga Pendamping
Kelompok Masyarakat (PKM) dia pun menjawab sambil melucu. “Mau bilang baik, yah… mereka baik”
jawabnya sambil tersenyum melirik Maria Natalia Mau (PKM) yang redaksi ajak serta.
Bertemu Bapak Joao membuat kami sedikit
terhibur, lupa belum makan, saat waktu menunjukan pukul 15.05 Wita.
Sesuai kesepakatan anggota, Koperasi ini Suami dari Yosinta Tilma
itu telah memiliki tiga anak perempuan dari pernikahan mereka. Satu orang sudah duduk di bangku SMA, satu orang di bangku SMP dan yang bungsu berada di bangku SD.
Sebagai warga baru, dia merasa diperhatikan
pemerintah melalui program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah.
Tetapi jika terus digali, sosok bapak tiga anak itu terlihat cukup pasrah. Dari komentarnya, dia sangat menggantungkan diri
kepada Tuhan, juga bantuan pemerintah. “Kalau memang pemerintah mau hentikan bantuan ini, kami mau bilang apa lagi ?” demikian
jawabnya menanggapi isu penghentian program Desa/Kelurahan Mandiri
Membentuk Kelompok
Dari Dalam Rumah
arapan ini disampaikan oleh Marius Bere, Ketua Kelompok Kabuna
Membangun, Dusun Manubaun, Desa
H
Kabuna Kecamatan Kalkulu Mesa. Dusun Manubaun sendiri terkenal sebagai dusun sayur.
“Sebagian besar sayur-sayuran di pasar inpres Atambua berasal dari sini. Umumnya masyarakat dusun kami bekerja sebagai petani,” urai Martinus kepada tim buletin Anggur Merah di pelataran rumahnya.
Sambil menunjuk rumah tembok di samping rumahnya yang belum sepenuhnya rampung, ia menjelaskan bahwa itu adalah rumah anak keduanya yang baru kembali dari Malaysia empat tahun lalu.
“Anak saya bisa membangun rumah tersebut dari hasil bertani sayur. Ia juga termasuk salah satu anggota Kelompok Kabuna Membangun” katanya dengan bangga.
Ia pun mengajak tim untuk melihat-lihat hasil tanaman pertanian di kebunnya yang tidak jauh dari rumahnya.
Di bawah terpaan panas terik yang
menyengat, ia bercerita bahwa dana bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah yang digulirkan pada tahun 2011, mampu
memotivasi para petani untuk bekerja.
“Para penerima bisa menambah aneka bibit sayur-sayuran dalam jumlah banyak, membeli pupuk yang harganya cukup tinggi. Usaha pertanian warga juga bisa berkembang pesat,” katanya sambil mempromosikan hamparan tanaman pertanian masyarakat di dekat pinggiran jalan.
Anggota Kelompok Kabuna Membangun sendiri berjumlah 15 orang. “Dana tersebut dibagi rata kepada seluruh anggota kelompok
Bapak Marius Bere,
Ketua Kelompok Kabuna Membangun
“Sebelumnya saya hanya menyewa tanah milik orang untuk menanam Sayur. Tapi sekitar tiga tahun lalu saya bisa memiliki tanah sendiri” jelasnya sambil memetik buah peria yang tumbuh subur di atas lahannya.
Menurutnya, dana bantuan Program Desa Mandiri Anggur Merah harus tetap ada dan bergulir, karena masih banyak masyarakat kecil yang
membutuhkan bantuan ini. “Hanya saja kelompok
peminjamnya biar orang-orang dalam rumah saja. Misalnya saya bersama anak-anak saya membentuk satu kelompok. Biar tidak repot tagih dan
kembalikannya” pungkas bapa empat anak ini pada akhir percakapan di pinggiran kali.
(Ar/hms)
sebesar Rp. 1.840.000,- per orang. Karena itu
pengembalian dana ke PKM atau kas desa harus menjadi tanggung jawab setiap penerima. Ketua hanya berperan mengingat
kananggota,” urainya kepada tim.
Setelah mengembalikan dana tersebut beserta bunganya, ia pun menjadi anggota kelompok perguliran baru yakni Kelompok Bia Luli. Ia juga telah melunasi cicilan perguliran kedua ini.
Bagi Bapak Marius, dana Anggur Merah cukup
membantunya terutama dalam menambah modal usaha. Dengan peningkatan hasil pertanian, ia bisa membeli tanah seluas setengah hektar di pinggiran kali.
Beban Menjadi Ringan
perasaan harap-harap
cemas. Ada perasaan
dikarenakan mereka
hanya bon ikan dari
para juragan ikan,
mereka membayar
sesudah ikan-ikan
mereka laku”
Demikian kata Martinus Buru Bara, Ketua Koperasi DeMAM Bintang Laut Desa Kenebibi saat ditemui tim redaksi di Kantor Desa Kenebibi.
Niatan tim redaksi untuk bertemu Ibu Kepala Desa tak kesampaian karena pada waktu bersamaan ibu Kades bersama seluruh perangkat desa terkait sedang
menjemput mahasiswa/I Undana yang akan
melaksanakan KKN di kantor Camat.
Ditambahkan oleh Martinus berdasarkan
penuturan para penjual ikan keliling bahwasanya harga ikan dengan sistem bon dan membeli kontan agak
berbeda.
“Harga ikan untuk mereka yang jual dulu baru bayar lebih tinggi daripada mereka yang bayar dulu baru jual. Akibatnya tatkala hasil
jualannya tidak cukup untuk membayar modal, mereka harus meminjam di koperasi harian walaupun dengan bunga tinggi,” jelasnya dengan penuh semangat. Jerih lelah mereka berkeliling dari kampung ke kampung untuk menjajakan ikan terkadang tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh.
Begitu dana bantuan Desa Mandri Anggur Merah
datang, beban mereka menjadi lebih ringan. Bapak Martinus menjelaskan syarat penerima bantuan Anggur Merah yang harus menjadi anggota Koperasi tidak menjadi hambatan berarti bagi mereka.
”Koperasi Demam Bintang Laut dibentuk pada tanggal 8 Maret tahun 2014 dengan jumlah anggota 126 orang. Para anggota kelompok wajib menyerahkan uang
anggota sebesar Rp. 160.000, dengan perincian simpanan pokok Rp. 100.000;- dan simpanan wajib sebesar Rp 60.000;” urainya kepada tim buletin Anggur Merah.
Dana Anggur Merah sendiri dicairkan pada bulan Agustus 2014. Dana tersebut digulirkan kepada 126 orang anggota koperasi yang terbagi dalam 24 kelompok usaha. Ada yang bergerak dalam bidang usaha kios, meubeler, pertanian, papalele, dan nelayan.
Menurut Bapak Martinus, para papalele ikan begitu gembira dengan adanya bantuan tersebut. Mereka dapat membeli ikan secara kontan.
“Mereka tidak lagi dikejar serta dibebani target tertentu dalam menjual ikan.
Keuntungan yang mereka peroleh juga semakin besar. Setoran cicilan ke Koperasi juga berjalan lancar. Sekarang ini hanya karena keadaan cuaca yang tidak
mendukung, pengembalian sedikit tersendat,” jelasnya sambil membuka catatan pengembalian dana Anggur Merah.
Sampai dengan keadaan Juli 2015, pengembalian dana tersebut sudah mencapai Rp. 102.955.522;-. Bapak
Martinus memperkirakan pada akhir tahun ini, target pengembalian dana Anggur Merah sudah bisa mencapai 90% atau bahkan 100%. (Ar/hms)
Robertus Roni Ando, SH., PKM Desa Kenebibi
Ada informasi yang terputus. Kami merasa terhambat oleh PKM
sebelumnya. Sebagai PKM pengganti, kami harus berupaya sendiri
mengumpulkan kembali anggota kelompok. Itulah kendala kami. Untuk menggerakan masyarakat memang sulit. Tetapi kami akan terus berupaya. Pastinya, Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah ini sangat membantu masyarakat. Sebagai PKM, kami juga merasakan manfaatnya. Jika ada yang mengusulkan
penghentian program ini, kami tidak sependapat.
Ada Informasi
Yang Terputus
Seluruh PKM
Saudara-saudara warga baru memiliki pemahaman yang berbeda. Beberapa orang anggota Koperasi kami (KSP Haliburas) memang telah menarik diri. Tetapi, ada juga yang kembali masuk mendaftar karena pernah merasakan manfaat sebagai anggota koperasi.
Emelia Seran, S.IP
Yusta Un Nana,S.KM
Memang benar saya sudah dipanggil anak rumah oleh Mama dan Bapak Markus Fouk. Berada bersama
Suara Dewan
Anggota DPRD Provinsi NTT tiga periode ini kemudian menandaskan, implementasi yang kurang bagus di lapangan disebabkan oleh dua soal yakni:
1) sosialisasi mengenai Program Desa Mandiri Anggur Merah yang masih kurang baik intensitas kegiatan sosialisasi serta materi sosialisasinya,
2) penentuan pendamping tidak selektif dan kurang dipersiapkan secara baik sebelum terjun ke lapangan sebagai pendamping.
Lebih lanjut, Ansel Talo menjelaskan, akibatnya terjadi dampak yang seturut pantauan kami di lapangan berkisar pada dua hal yakni, pertama, terjadinya mis-persepsi soal mekanisme pengelolaan dana Program Desa Mandiri Anggur Merah.
Bagi masyarakat di desa, dana dari Program Desa Mandiri Anggur Merah merupakjan dana hibah bukan dana bergulir. Persepsi ini keliru namun mengakibatkan dana Program Desa Mandiri Anggur Merah tidak dikembalikan, disalahgunakan dan akhirnya tidak bisa digulirkan; kedua, pendamping tidak dipersiapkan secara baik. Akibatnya, sarjana sebagai PKM tidak dibekali dengan berbagai ketrampilan managerial dan teknis, sehingga peran pendampingan tidak maksimal.
Selain berpendapat soal sosialisasi dan peran PKM, wakil Rakyat dari Partai Demokrat yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT ini juga menyentil soal pendirian Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah. Menurutnya, koperasi didirikan atas dasar kesadaran anggota. Kesadaran ini memupuk militansi anggota dalam hidup berkoperasi.
Proses ini terbalik bila dikaitkan dengan Koperasi Desa Mandiri Anggur Merah. Ada intervensi program dalam pendirian koperasi. Harusnya dipisahkan. Jangan digabung. Setelah koperasinya berjalan, pemerintah memberi pembinaan dan suntikan modal sebagai
Anselmus Talo,SE (Demokrat)
Program Desa Mandiri Anggur
Merah sejauh pantauan saya,
“tataran perencanaan sangat
bagus untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Namun
pada tataran implementasinya di
lapangan masih kurang bagus.”
Memang harus diakui dengan jujur, terdapat beberapa pokmas di desa dengan usaha pertanian dan peternakan cukup bagus dan dananya sudah digulirkan. Namun
Saat kami melakukan kunjungan kerja, reses atau kunjungan komisi, ketika ditanya soal Program Desa Mandiri Anggur Merah, masyarakat dengan antusias mengatakan sangat senang, demikian kata Alfridus Bria Seran anggota DPRD Provinsi NTT dapil TTU-Belu Malaka ketika dimintai pendapatnya oleh Redaksi Buletin Desa Mandiri Anggur Merah terkait Program Desa Mandiri Anggur Merah.
Anggota DPRD Provinsi NTT dua periode yang pernah menjabat pimpinan sementara DPRD Provinsi NTT ini mengatakan, sebagai anggota DPRD kami melihat Program Desa Mandiri Anggur Merah ini baik.
Berdasarkan hasil pantauan kami di lapangan, beberapa desa penerima Program Desa Mandiri Anggur Merah di Belu dan Malaka menunjukkan perkembangan cukup baik, sekalipun ada juga desa-desa yang perkembangannya kurang baik.
“Yah… lumrahlah, keberadaan sebuah program pada tataran implementasinya ada yang berhasil ada pula yang belum berhasil” kata Alfridus sambil menebar senyum khas penuh sumringah.
Lebih lanjut politisi muda Golkar yang humanis dan bersemangat ini menegaskan, apapun hasil realistis yang dicapai dari implementasi Program Desa Mandiri Anggur Merah, kita harus tetap optimis.
Optimisme ini kami tunjukkan dengan terus memberi dukungan kepada pemerintah, agar Program Desa Mandiri Anggur Merah terus dilanjutkan sampai semua desa/kelurahan
menerima Program Desa Mandiri Anggur Merah. Karena apapun kondisi aktual di lapangan, Program Desa Mandiri Anggur Merah harus tetap jalan, untuk menenun kesejahteraan
masyarakat Nusa Tenggara Timur mulai dari desa tertinggal. (VM/hms)
Alfridus Bria Seran,ST (Golkar)
Program Desa
Mandiri Anggur
Merah yang digagas
Gubernur dan wakil
Gubernur pada
dasarnya baik sekali,
diapresiasi dan
mendapat respons
masyarakat yang
sangat baik di
kampung-kampung
“Demikian usulan Markus Fouk, salah-satu anggota Kelompok Tunas Muda,
Dusun Kelis, Desa Leuntulo Kecamatan Raimanuk, Belu.”
Kami Usul
Dua Tahun
Untuk Paronisasi
termasuk ketua kelompok. Anggota kelompoknya adalah Markus Fouk, Fridus Luan, Monika Seuk, Veronika Lotu, Mikhael Un, Karolina Bete, Hilarius S. Gasa, Yosefina Bete, Petrus Koli, Maria Kolo, Gerson Bere, Frida Fouk, Emanuel Hane, Margareta Keke, Yanti Meat, Marselinus Molo, Dominggus Molo, Guido Fouk dan
Getrudis M. Hati. sulan di atas
terungkap saat kami mendatangi kelompok
U
penerima manfaat Program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014 itu. Kelompok itu berada di Dusun Kelis,
dengan bapak Johanes Koli sebagai ketuanya.
Sebelumya kelompok itu hanya memiliki 10 orang anggota, kini mereka telah memiliki 20 orang anggota
Markus Fouk (kanan) bersama Johanes Koli ketua kelompok (kiri) menjelaskan alasan mereka memilih usaha paronisasi, persoalan dan
“Jika melihat waktu
pengembaliannya maka
bulan depan (Agustus)
nanti, kami sudah harus
mengembalikan
Mereka juga menceritakan perbandingan antara
mengelola ternak dari program Desa Mandiri
Anggur Merah dengan model lain.
Diceritakan kalau ada juga pengusaha lokal yang
menawarkan usaha
pemeliharaan sapi dengan harga menggiurkan.
Terungkap jika ada tawaran dari PT. TP untuk memlihara sapinya dengan modal sapi bibit. Nantinya (tanpa batas waktu),
pengusaha itu akan membeli kembali sapi yang dipelihara tersebut dengan harga 14.000 perkilogram daging saat timbang.
Rata-rata waktu
pemeliharaan adalah 2,5 tahun. Saat itu, sapi bisa memiliki bobot hingga 400an kilogram. Artinya kalo dijual bisa dihargai hingga sebesar Rp.6 jutaan.
“Fakta itu cukup
mengagngu mereka. Kalau Paronisasi hanya diberi waktu satu tahun kami rugi. Itu artinya niat untuk
mensejahterakan kami tidak berhasil” cerita Markus berapi-api.
Mereka kompak menjawab “kami raka pak. Dagingnya kami bagi kepada anggota kelompok dengan harga yang cukup untuk melunasi pinjamannya. Bagaimana pun, dia ini adalah anggota kelompok kami.
Kesusahannya harus menjadi tanggungjawab kami
bersama” sambung Johanes. Melihat keadaan sekitar yang juga memiliki air, kami tergoda untuk bertanya alasan mereka memilih usaha paronisasi. Kenapa tidak memilih usaha ikan, ternak babi atau yang lain?
Terungkap jika memang usaha padi sawah juga menjanjikan. Demikian pula jenis usaha holtikultura, memiliki peluang untung yang besar. Kesulitan yang umumnya dialami para petani adalah pupuk.
Jika pemerintah bisa menjamin ketersediaan pupuk dengan harga
terjangkau, mereka pasti bisa untuk lebih maju lagi.
“Kalau petani yang
memiliki lahan lebih dari satu hektar diberikan bantuan pupuk, saya yakin hasilnya akan lebih dari cukup. Minimal kami tidak terjebak lagi dengan koperasi
Selamat Pagi (tengkulak). Karena didesak kebutuhan sehari-hari beberapa warga desa kami terpaksa
meminjam kepada mereka itu (tengkulak). Tetapi kami yang sudah menjadi anggota koperasi tidak” cerita mereka yang merasa beruntung, walau program
pemberdayaan miliki Pemerintah Provinsi NTT itu dirasa memiliki kekurangan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa “Kami merasa bersyukur karena bisa meminjam di koperasi kami menerima bantuan Program Anggur Merah ini, kami mereka terlunasi. (Lwl/hms)
Tetapi sapi kami pasti
belum bisa laku terjual
dengan harga Rp. 5 juta.
Itu berarti, kami akan
mengalami kerugian”
kurang lebih demikian
penjelasan Markus Fouk,
berharap agar ada
Dari Kita, Untuk Kita
“Mudah-mudahan Anggur Merah lebih baik dan tidak mengecewakan
masyarakat. Kami masih sangat mengharapkan bantuan Anggur Merah.
Apalagi dengan menjadi Anggota Koperasi Anggur Merah, maka dana
tersebut menjadi milik seluruh anggota koperasi, dari kita dan untuk kita”
al ini dinyatakan oleh Ibu Halima Atamili, Ketua Kelompok
H
Firdaus, Kelurahan Atambua. Wanita berdarah Arab ini menerima bantuan Anggur Merah pada tahun 2013. Anggota kelompoknya berjumlah 5 orang dengan besaran pinjaman sebesar Rp. 10 juta.
Tak lama setelah
pencairan dana, PKM lama yang telah diberhentikan pada tahun 2014, Franki Lalang memaksakan agar salah satu kelompok
masyarakat penerima yakni Kelompok Melati disatukan dengan Kelompok Firdaus. Hal mana ditentang oleh Ibu Halima.
“Keputusan itu saya tolak karena saya sama sekali tidak mengenal anggota kelompok Mawar dan bidang usaha yang mereka lakukan. Semua anggota saya bekerja
Ibu Halima Atamili, Ketua Kelompok Firdaus
menganggur. Semua anggota kelompok Firdaus telah melunasi pinjamannya, sementara kelompok Melati sendiri bermasalah karena pengembaliannya macet,” urai ibu dua anak ini saat ditemui di rumahnya.
Anggota kelompok Firdaus sendiri sudah memliki bidang usaha yakni bengkel, kios, catering, dan rumah makan. Semuanya memiliki
tanggung jawab untuk mengelola uang tersebut. Dana Anggur Merah dipakai untuk mengembangkan usaha yang telah mereka rintis.
Setelah melunasi pinjaman tahap pertama, semua
anggota Firdaus mengajukan pinjaman tahap kedua.
Berhubung sejak tahun 2014, Dana Anggur
Merah telah dikelola oleh suatu Koperasi Desa, seluruh anggota
kelompok Firdaus diajak oleh Ibu Halimah untuk menjadi anggota
koperasi.
“Anggur Merah sangat membantu untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ada banyak kebutuhan yang tak terduga dapat
ditalangi dengan dana Anggur Merah. Selain itu juga sangat meringankan biaya pendidikan anak,” jelas ibu yang salah satu puterinya telah meraih gelar sarjana.
Dana pinjaman tahap kedua dipinjam masing-masing oleh anggota kelompok Firdaus, namun sebagai penanggung jawab kelompok lama, Ibu Halimah selalu mengingatkan
anggota kelompok agar mengembalikan pinjaman secara teratur.
Semua anggota kelompok Firdaus hampir melunasi pinjaman tahap kedua tersebut, jelas ibu yang bergerak dalam usaha Catering Kue ini.
Terkait dengan
pengelolaan dana bantuan Angguir Merah melalui Koperasi, Ibu Halimah mengaku gembira
karena dapat menjadi anggota koperasi.
“Dengan itu, dana tersebut dapat kita gunakan secara berkelanjutan. Dana itu dari kita, untuk kita, bukan dari kita untuk orang lain. Karena itu semua anggota pasti bertanggung jawab terhadap pengelolaannya,” jelas Ibu Halimah sambil
menyuguhkan kue hasil olahannya untuk dicicipi tim buletin Anggur Merah dan rombongan.
Ia beranggapan bahwa simpanan wajib dan sisa hasil usaha sebagai uang tabungan yang tidak
diperhitungkan namun terus berkembang.
Pendapat
Pembentukan Koperasi
Sangat Membantu Kami
etua Koperasi Dua Manu, Paulus Kanda Talo, mengatakan
K
pembentukan koperasi Desa Mandiri Anggur Merah sangat membantu kami terutama dalam mengelola dana Desa Mandiri Anggur Merah sebesar Rp. 250 juta. Hal ini disampaikan Paul Talo ketika menerima radaksi Buletin Desa Mandiri Anggur Merah di rumahnya, Rabu 15 Juli 2015 di Maubusa
Kecamatan Raihat Kabupaten Belu.
Lebih lanjut Paul Talo
mengatakan, selama ini kami kesulitan untuk menyadarkan masyarakat agar
mengembalikan dana Desa Mandiri Anggur Merah agar dapat digulirkan kembali ke kelompok lainnya.
Selain mekanisme
perguliran yang tidak tegas, kami sendiri kesulitan
memberikan kesadaran masyarakat yang telanjur memahami dana ini sebagai dana hibah. Dengan adanya koperasi, maka semua
mekanisme pengelolaan disesuaikan dengan mekanisme berkoperasi.
Paul Talo yang
kesehariannya bertugas sebagai guru SD Fatu Lora ini melanjutkan, Koperasi Dua Manu di Desa Asumanu
bentuk dan kelola
berdasarkan mekanisme koperasi yang sudah saya pahami secara baik.
Saya sendiri selama ini menjadi Ketua Koperasi Pintu Air. Karena itu, pengalaman mengelola Koperasi Pintu air menjadi modal bagi saya dan teman-teman di sini untuk membentuk dan mengelola koperasi Desa Mandiri Anggur Merah Dua Manu di Desa Asumanu Kecamatan Raihat.
Kesepakatan yang kami buat yakni, untuk menjadi
Kami sedang mendapat modal untuk berkoperasi sebesar Rp. 250 juta. Dana akan kami kembangkan untuk membangun ekonomi masyarakat terutama
masyarakat yang anggota koperasi Dua Manu Desa
Perjuangan. Kita harus berjuang untuk meretas mimpi besar jadi prestasi besar. Sekalipun tapak kaki meretas mimpi besar,
bergulir dari tapak-tapak sederhana di pedesaan Asumanu yang membentang
ribuan kilometer engkau
mau pergi, dimulai dari
langkahmu yang
pertama. Teruslah
berjalan sekalipun harus
mendaki bukit Asumanu
menggapai
Puncak impian...
rogram Desa mandiri Anggur Merah ini baik dan luar biasa namun
P
belum dilaksanakan dengan baik untuk memberi hasil luar biasa bagi masyarakat banyak, manfaatnya biasa-biasa saja karena segelintir orang menyamakannya dengan Program dana bantuan desa sebelumnya”, demikian simpul pendapat yang dikemukakan saudara Vinsen Bauk, S.Sos, dalam dualisme kapasitasnya sebagai Tokoh adat Manleten dan Sekretaris Camat Kecamatan Tasifeto Timur, (18/7/2015) di
rumahnya di Manleten. Lebih lanjut Vinsen Bauk demikian biasa dipanggil, menjelaskan bahwa, kehadiran program ini sangat membantu
masyarakat kecil terutama memperpendek akses masyarakat di kampung-kampung dan desa kepada modal usaha yang selama ini menjadi kendala
pengembangan usaha kecil di kampung-kampung di wilayah Kecamatan Tasifeto Timur.
Dana Rp. 250 juta ini sangat luar biasa dampaknya terhadap kesempatan masyarakat untuk berwirausaha.
Namun demikian kata
dan pendampingan perlu dilakukan lebih serius dan konsisten. Para pendamping harus diarahkan secara tegas untuk selalu berada di desa-desa penerima
program. Jangan seperti sekarang. Saat diperlukan baru dicari, karena
tinggalnya tidak di desa tetapi di kota atau tempat yang lain.”
Ketika Redaksi Buletin Desa Mandiri Anggur Merah meminta komentarnya soal bagaimana solusinya supaya program ini bisa berjalan dengan baik, dengan penuh keyakinan Vinsen
mengatakan bahwa,
“program ini baru berjalan sepihak”.
Saya katakan sepihak karena, pendamping dengan latar belakang yang berbeda menjadi pendamping desa, mendampingi pokmas dengan berbagai problema dengan berbekal
pengetahuan semata.
Seandainya dimungkinkan sedikit dukungan dana untuk pendamping berwirausaha di desa, akan lebih baik.
Pendamping memberi contoh melalui usaha yang
dilakukannya, sehingga masyarakat tambahan pengalaman praktis untuk langsung berusaha.
Sama halnya dengan PKM menjadi anggota dan
pengurus koperasi Desa Mandiri Anggur Merah di desa.
Melakukan usaha produktif dan mengelola koperasi secara langsung, dapat menjadi tahapan
pembalajaran bagi masyarakat. Hal praktis tentunya mudah dipahami dan diterima masyarakat di desa.
Dengan dana ekonomi produktif untuk pendamping, mereka akan semakin betah mengurus usahanya dan sekalian dapat menjadi contoh untuk pokmas yang didampinginya, pungkas Vinsen Bauk. (VM/hms)
Vinsen Bauk, S.Sos, Sekretaris Camat Kecamatan Tasifeto Timur
Program Ini Luar Biasa
Laporan Perkembangan Desa Mandiri Anggur Merah
Gunung Lakaan, Lamaknen - Belu