Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 1
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud Dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik tujuan laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD yang disusun dan disajikan oleh SKPD harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap.
Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 2
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi
Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan,
pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Walaupun Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1), namun Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, dapat digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.
Untuk struktur anggaran pengelolaan keuangan BLUD mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) , sedangkan untuk struktur anggaran pengelolaan keuangan APBD sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 3 Dalam penyajian Laporan Keuangan SAP berbasis akrual, beberapa komponen yang harus disertakan antara lain :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Laporan Operasional (LO)
3. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 4. Neraca
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
1.1.1 Maksud Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang- undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan dengan maksud tercapainya :
(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 4
periode pelaporan sehingga memudahkanfungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan. (d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui
kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan 2 akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
1.1.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dengan :
a. Menyediakan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi
b. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
c. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 5 Selain menyajikan informasi yang relevan, tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan
penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan danperaturan perundang-undangan.
c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung atas pelaksanaan APBD dan BLUD Tahun 2015 adalah :
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 6
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Badan Layanan Umum;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
12. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 14 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung;
13. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 001 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2014;
14. Peraturan Walikota Bandung Nomor 094 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Pada RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung;
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 7 15. Peraturan Walikota Bandung Nomor 085 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2014.
16. Peraturan Walikota Bandung Nomor 542 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 276 Tahun 2014 tentang perubahan kedua Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah ;
17. Peraturan Walikota Bandung Nomor 528 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bandung;
18. Keputusan Walikota Bandung Nomor 900/Kep.066-DPKAD/2011 tentang Penetapan RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) secara penuh.
1.3 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan
Keuangan
1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan
Keuangan
BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD dan BLUD 2.1 Ekonomi Makro
2.2 Kebijakan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 8
BAB III IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN KINERJA
KEUANGAN
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
3.2. Hambatan dan Kendala yang Ada Dalam Pencapaian Target yang Telah Ditetapkan
BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1. Asumsi Dasar Penyajian Laporan Keuangan 4.2. Entitas Pelaporan Keuangan
4.3. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan.
4.4. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan.
BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 5.2. Penjelasan Pos-pos Laporan Operasional
5.3. Penjelasan Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas 5.4. Penjelasan Pos-pos Neraca
BAB VI PENJELASAN ATAS INFORMASI NON KEUANGAN BAB VII PENUTUP
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 9
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KINERJA
PADA RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG TAHUN 2015
2.1 Ekonomi Makro
Ekonomi makro merupakan perubahan ekonomi yang mepengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Dengan adanya ekonomi makro, kita dapat menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Pertumbuhan ekonomi makro salahsatunya dipengaruhi oleh tingkat kenaikan (inflasi). Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat dan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya beli. Tingkat kenaikan inflasi di Kota Bandung meningkat menjadi 3,35% yang mempengaruhi terhadap kenaikan harga sehingga daya beli masyarakat meningkat dan nilai tukar rupiah melemah. Keadaan tersebut mempengaruhi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang meningkat karena kebutuhan masyarakat akan pertahanan hidup semakin besar tertama aspek pendidikan dan kesehatan.
Pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung mencapai 8,5% hal ini menunjukan tingkat keberhasilan Pemerintah Kota Bandung guna meningkatkan kesejahteraan social dalam mengelola
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 10 kepemerintahannya melalui program kegiatan di bebrapa sektor, yaitu sektor perdagangan, sector industri dan jasa. Tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Bandung adalah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di Jawa Barat maupun di Indonesia. Secara terrinci kontribusi kegiatan ekonomi Kota Bandung dan sekitarnya terhadap Ekonomi Jawa Barat yang merupakan kota penting bagi aktivitas ekonomi di Jawa Barat maupun Nasional. Sebagai pusat pertumbuhan dengan tumpuan pada aktivitas perdagangan dan industri pengolahan, maka Kota Bandung juga menjadi salah satu tujuan migrasi tenaga kerja yang cukup besar. Peran lainnya adalah Kota Bandung sebagai salah satu kota pendidikan terpenting di Indonesia, telah menyatu dengan kehidupan ekonomi, sehingga tingkat pertumbuhan ekonominya tergolong sangat tinggi.
Salah satu program kegiatan Pemerintah Kota Bandung yang paling banyak memberikan kontribusi adalah sektor jasa yang menunjang terhadap laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Kota Bandung yaitu Program-program dibidang kesehatan yang telah berhasil meningkat. Peningkatan pelayanan kesehatan salah satunya pada SKPD pemberi pelayanan pada sektor jasa kesehatan.
Di tahun 2015 jumlah angka kematian ibu mengalami peningkatan yaitu ditemukan sebanyak 5 kasus kematian ibu atau mengalami peningkatan sebesar 20% dibanding tahun 2014 yaitu sebanyak 4 kasus, hal ini disebabkan karena RSKIA merupakan rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan khusus ibu dan anak. Jumlah Kematian Bayi tahun 2014 sebanyak 107 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 100 atau mengalami penurunan 7%. Jumlah kematian Anak tahun 2014 sebanyak 0 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 3 kasus atau mengalami peningkatan sebesar 3%. Keberhasilan program pelayanan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 11 kesehatan tidak terlepas dari peranan pemerintah daerah dalam memberikan bantuan anggaran bagi SKPD pemberi pelayanan kesehatan, walaupun masih adanya kasus kematian ibu dan bayi yang masih turun naik, hal ini dikarenakan fungsi RSKIA sebagai rumah sakit rujukan yang banyak menerima pasien rujukan bidan atau puskesmas bahkan rumah sakit lainnya yang tidak bias menangani secara klinis.
Pelaksanaan program kegiatan di bidang kesehatan bagi Pemerintah Daerah Kota Bandung terwujud salah satunya terrealisasinya pembelian lahan untuk rumah sakit yang dapat dijadikan sebagai rumah sakit khusus tipe A yang rencananya akan dibangun pada tahun 2017 sehingga Kota Bandung memiliki rumah sakit khusus tipe A yang dapat menjadi rumah sakit rujukan ibu dan anak setaraf nasional menyaingi rumah sakit lainnya di Kota Bandung.
2.2 Kebijakan Keuangan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kerangka anggaran, belanja dan pembiayaan. Hal tersebut menjadikan Keuangan Daerah merupakan salah satu faktor penentu dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan struktur keuangan yang lebih baik melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah dan pengawasan keuangan daerah. Kebijakan tersebut diharapkan meningkatkan kontribusi Pendapatan, khususnya pendapatan Operasional BLUD yang berasal dari Pelayanan Kesehatan. Hal tersebut ditempuh melalui peningkatan target
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 12 pendapatan. Untuk belanja melakukan efisiensi terhadap belanja administrasi umum dan operasional/pemeliharaan serta selektif dalam belanja modal serta memacu investasi pada daerah yang diprioritaskan. Untuk pembiayaan mengoptimalkan pemanfaatan sumber penerimaan daerah dalam menutupi defisit tahun anggaran berjalan dan pengeluaran lainnya.
Kebijakan keuangan meliputi komponen-komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan pada setiap kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat terutama pelayanan kesehatan. Kebijakan keuangan pada RSKIA meliputi dana APBD dan BLUD yaitu sumber anggaran dari Pemerintah Daerah dan sumber anggaran dari hasil pendapatan fungsional rumah sakit yang meliputi komponen-komponen kinerja pelayanan RSKIA sebagai Pola pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dan diharapkan pada setiap kewenangan SKPD sebagai BLUD dapat melaksanakan pengelolaan keuangan berpedoman pada Peraturan Walikota Bandung tentang Pola pengelolaan badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bagi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak yang bertujuan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat.
Kebijakan keuangan pada RSKIA Kota Bandung memiliki dua pengelolaan keuangan, yaitu RSKIA sebagai SKPD dan sebagai BLUD. Rumah sakit sebagai SKPD mendapat bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk membiayai Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Biaya Langsung (BL) untuk pelaksanaan program, kegiatan dan belanja yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja anggaran. Sedangkan RSKIA sebagai BLUD memiliki sumber anggaran dari hasil pendapatan fungsional rumah sakit untuk membiayai belanja pegawai Non PNS dan untuk belanja pelayanan kesehatan BLUD berkenaan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 13 dengan kebutuhan rumah sakit yang tidak difasilitasi dari APBD. Kebijakan keuangan pada RSKIA terdiri dari kebijakan pendapatan, belanja dan SILPA .
2.2.1 Pendapatan BLUD
Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung yaitu berasal dari Pendapatan fungsional yang digunakan langsung untuk kebutuhan operasional rumah sakit. Kontribusi
Pendapatan terhadap sektor kesehatan dibidang
pelayanan selama periode Tahun 2014 s.d 2015 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Realisasi Pendapatan BLUD Tahun 2014 dan Tahun 2015
CAPAIAN
TARGET
REALISASI
%
PENDAPATAN BLUD 2014
25,806,117,216.00
29,912,267,688.00
115.9%
a Jasa Layanan
29,486,046,088.00
b Hibah
c Hasil kerjasama
d Pendapatan lainnya yang sah
426,221,600.00
PENDAPATAN BLUD 2015
21,155,278,956.00
29,740,887,182.00
140.58%
a Jasa Layanan
28,752,232,171.00
b Hibah
c Hasil kerjasama
d Pendapatan lainnya yang sah
988,655,011.00
NO
URAIAN
TAHUN
Tabel 2.1 di atas, merupakan perbandingan pendapatan BLUD dari tahun 2014 s.d 2015 mengalami penurunan pendapatan sebesar 1%. Penurunan tersebut disebabkan karena adanya perubahan kebijakan pelayanan asuransi dengan BPJS yang mempengaruhi terhadap jumlah
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 14 kunjungan dan realisasi pendapatan rumah sakit. Untuk mengetahu secara jelas, sumber pendapatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Rincian Obyek Pendapatan Tahun 2015
JUMLAH
BULAN INI
I PENDAPATAN BLUD
21,155,278,956.00
29,740,887,182.00
141%
a. Jasa Layanan
- Jasa Layanan IGD
3,537,813,780.00
- Jasa Layanan Instalasi Rawat Jalan
4,061,844,500.00
- Jasa Layanan Instalasi Rawat Inap
4,247,384,020.00
- Jasa Layanan Instalasi VK ODS
4,447,769,500.00
- Jasa Layanan Instalasi Bedah Sentral
6,146,576,950.00
- Jasa Layanan Instalasi Laboratorium
1,839,249,750.00
- Jasa Layanan Instalasi Farmasi
4,429,471,171.00
- Jasa Layanan Instalasi Diklat
- Jasa Layanan Instalasi Ambulance
34,306,500.00
b. Hibah
-e. Hasil Kerjasama
7,816,000.00
d. Pendapatan Lainnya Yang sah/Bunga
Bank
988,655,011.00
ANGGARAN DALAM
DPA
NO
URAIAN
%
Berdasarkan tabel 2.2 di atas, dapat diartikan bahwa pendapatan RSKIA berasal dari pendapatan pada setiap instalasi yang ada. Uaraian pada tabel tersebut merupakan kinerja pelayanan disetiap bagian atas hasil pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2.2.2. Belanja APBD dan BLUD
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan
peningkatan pelayanan publik, pengaturan alokasi belanja diupayakan untuk efisien efektif dan proporsional. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menyatakan bahwa Belanja
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 15 meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Pengelolaan belanja BLUD merupakan belanja operasional rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan sesuai Peraturan Menteri dalam Negeri nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Belanja pada dasarnya untuk membiayai kegiatan pada Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung yang telah dialokasikan dalam DPA dan biaya kegiatan operasional yang dibiayai oleh BLUD yang telah dialokasikan dalam RBA. Untuk mengetahui kebijakan belanja setiap sumber anggaran dapat dilihat pada tabel realisasi belanja di bawah ini.
Tabel 2.3
Perbandingan Target dan Belanja Tahun 2014 dan Tahun 2015
CAPAIAN
ANGGARAN
REALISASI
%
1
2014
48,218,073,300.00
42,526,600,676.00
88.20%
2
2015
57,989,748,208.55
58,804,378,389.00
101.40%
NO
TAHUN
JUMLAH
Berdasarkan tabel 2.3 diatas merupakan kinerja rumah sakit dalam mengelola keuangan terutama dalam melakukan efisiensi anggaran.
Untuk dapat mengetahui rincian secara jelasnya sumber belanja APBD dan BLUD pada RSKIA dapat dilihat pada tabel selanjutnya.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 16
2.2.2.1 Belanja APBD
Kebijakan belanja APBD merupakan belanja pada rumah sakit yang menggunakan anggaran dari APBD. Berikut ini tabel realisasi belanja dengan sumber anggaran APBD.
Tabel 2.4
Realisasi Belanja APBD Tahun 2015
2015 2015 57,989,748,208.55 30,603,255,861.00 53% 11,388,290,955.55 10,722,976,631.00 94% 11,388,290,955.55 10,722,976,631.00 94% 46,601,457,253.00 19,880,279,230.00 43% 15,021,750,000.00 74,500,000.00 0% 17,346,050,460.00 8,696,854,801.00 50% 14,233,656,793.00 11,108,924,429.00 78% (57,989,748,208.55) (30,603,255,861.00) (57,989,748,208.55) (30,603,255,861.00) SURPLUS / DEFISIT SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
ANGGARAN REALISASI
%
KODE URAIAN
5 BELANJA
5 . 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
5 . 1 . 1 Belanja Pegawai 5 . 2 BELANJA LANGSUNG
5 . 2 . 1 Belanja Pegawai 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 5 . 2 . 3 Belanja Modal
Dari tabel 2.4 diatas, realisasi belanja tersebut merupakan kinerja dari pelaksanaan program, kebiatan dan belanja pada RSKIA yang merupakan kebutuhan pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2.2.2.2 Belanja BLUD
Kebijakan belanja BLUD merupakan belanja untuk kegiatan pelayanan kesehatan BLUD pada RSKIA Kota Bandung yang berasal dari pendapatan fungsional atau penggunaan langsung berbanding lurus dengan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas yaitu memahami kebutuhan apa
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 17 yang dihadapinya untuk meningkatkan kinerja layanan, efisiensi yaitu penggunaan langsung
memotong rantai birokrasi keuangan
pemerintahan daerah, dan efektivitas adalah
kecepatan penggunaan langsung akan
meminimalkan kehilangan momentum bisnis dan dapat dipertanggungjawabkan dalam kerangka pengendalian internal yang baik.
Kebijakan belanja BLUD atau penggunaan belanja dari pendapatan fungsional dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.5
Realisasi Belanja BLUD Tahun 2015
2015 2015 21,155,278,956.00 28,201,122,528.00 133% 21,155,278,956.00 28,201,122,528.00 133% 14,916,000,000.00 19,519,472,459.00 131% 5,839,278,956.00 8,474,656,469.00 145% 400,000,000.00 206,993,600.00 52% 0.00 1,540,057,124.00 0.00 1,540,057,124.00 Belanja Modal
5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 5 . 2 . 1 Belanja Pegawai 5 . 2 BELANJA LANGSUNG
5 BELANJA
SURPLUS / DEFISIT SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
5 . 2 . 3
REALISASI
%
KODE URAIAN ANGGARAN
Belanja BLUD berdasarkan tabel 2.5 di atas merupakan belanja pelayanan kesehatan BLUD yang bertujuan untuk mememuhi kebutuhan pelayanan terutama kegiatan-kegiatan pelayanan yang tidak dapat dibiayai dari APBD.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 18
2.2.3 Kebijakan SILPA
Kebijakan SILPA atau Surplus anggaran BLUD merupakan selisih lebih antara realisasi pendapatan dan realisasi biaya BLUD pada satu tahun anggaran. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD pada pasal 109 diatur tentang penggunaan surplus yang menyatakan bahwa “Surplus anggaran BLUD dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas permintaan kepala daerah disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLUD”. SILPA akhir tahun merupakan anggaran kas BLUD awal tahun berikutnya.
Surplus anggaran BLUD pada RSKIA Kota Bandung dapat dijelaskan secara rinci pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.6
Surplus Anggaran BLUD
Pada RSKIA Kota Bandung Tahun 2015
NO TAHUN PENDAPATAN BELANJA SURPLUS/DEFISIT
1 2011 11,226,284,342.00 9,020,359,750.00 2,205,924,592.00 2 2012 19,528,767,845.00 16,951,749,275.00 2,577,018,570.00 3 2013 22,495,819,935.00 17,565,707,889.00 4,930,112,046.00 4 2014 29,912,267,688.00 26,541,245,275.00 3,371,022,413.00 5 2015 29,740,887,182.00 28,201,414,998.00 1,539,472,184.00 112,904,026,992.00 98,280,477,187.00 14,623,549,805.00
Pada tabel 2.6 diatas menunjukan bahwa surplus anggaran BLUD dari setiap tahunnya mengalami penambahan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 19 sehingga posisi surplus anggaran tahun 2015 menjadi sebesar Rp. 14.623.549.805,00.
2.3 Pencapaian Target Kinerja Keuangan Rskia Kota Bandung
Berdasarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 urusan wajib yang dilaksanakan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Tahun 2013 berbentuk Program dan Kegiatan, dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang memuat program kegiatan pada BLUD RSKIA, maka indikator pencapaian target kinerja RSKIA Kota bandung adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7
Indikator Pencapaian Target Kinerja Pada RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung
Tahun 2015
NO
PROGRAM
1
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan
listrik
2 Penyediaan jasa kebersihan kantor
3 Penyediaan Barang cetakan dan penggandaan
4 Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
5 Penyediaan Jasa Pengamanan Kantor
1 Pengadaan Perlengkapan Peralatan Aparatur
2
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
dinas/operasional
KEGIATAN
1 Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran
2 Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 20 Lanjutan tabel 2.7 3 Program peningkatan disiplin
aparatur
1 Pembinaan Kinerja Aparatur 2 Seminar dan Lokakarya
5 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
6 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1 Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan 2 Akreditasi Rumah Sakit
1 Pembangunan rumah sakit 2 Rehabilitasi bangunan rumah sakit 3 Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit 4 Pengadaan ambulance/mobil jenazah
9
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
10 Program peningkatan pelayanan kesehatan Badan Layanan Umum Daerah
7 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Pengadaaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
Pelayanan kesehatan BLUD
8 Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata
Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu
Berdasarkan tabel 2.7 tersebut diatas, menunjukan bahwa indikator pencapaian kinerja keuangan pada RSKIA terdiri dari program kegiatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan selama tahun 2015. Seluruh program kegiatan baik yang bersumber dari APBD maupun dari BLUD dapat terlaksana sepenuhnya atau sebesar 100% sesuai dengan kebutuhan dan rencana kerja yang telah disusun. Pencapaian tersebut membuktikan konsistensinya unsur pendukung pada setiap bagian untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan berdampak pada realisasi pencapaiaan efektifitas dan efefisiensi program dan kegiatan.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 21 Gambaran realisasi pencapaiaan efektifitas dan efefisiensi program dan kegiatan selama pelaksanaan BLUD Tahun 2015. Dalam hal ini laporan keuangan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung menggabungkan dua sumber pendanaan dari APBD dan BLUD, dimana kegiatan dari masing-masing sumber dana tersebut memiliki fungsi yang sama dalam meningkatkan mutu pelayanan, kualitas pelayanan dan pelayanan yang optimal bagi masyarakat yang telah dituangkan dalam program kegiatan untuk menunjang terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
Indikator pencapaian kinerja keuangan program kegiatan merupakan pencapaian kinerja rumah sakit yang dapat diuraikan melalui program dan kegiatan dari masing-masing urusan tersebut seperti yang disajikan melalui tabel di bawah ini:
Tabel 2.7
Indikator Pencapaian Target Kinerja Keuangan Tahun 2015
NO PROGRAM DAN KEGAIATAN INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KINERJA
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
Tersedianya kebutuhan listrik, telepon dan air bagi rumah sakit sebesar 100%
Penyediaan jasa kebersihan kantor Terpenuhinya jasa kebersihan kantor selama 12 bulan
Penyediaan Barang cetakan dan penggandaan Tersedianya kebutuhan kantor sebanyak 1 paket
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor Tersedianya peralatan dan perlengkapan kantor sebanyak 8 paket
Penyediaan Jasa Pengamanan Kantor Terpenuhinya jasa pengamanan kantor selama 12 bulan
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Pengadaan Perlengkapan Peralatan Aparatur Tercapainya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit sebesar 80% Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan
dinas/operasional
Terlaksananya kegiatan transfortasi aparatur sebesar 100%
1
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 22 Lanjutan tabel 2.7 3 Program peningkatan disiplin aparatur
Pengadaan pakaian dinas beserta
perlengkapannya Tercapainya performance seluruh pegawai di lingkungan RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung sebesar 100%
Pembinaan Kinerja Aparatur Terjalinnya solidaritas seluruh pegawai sebesar 100% Seminar dan Lokakarya Meningkatnya kompetensi pegawai sebesar 30%
5
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Pengadaaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terlaksananya pelayanan kesehatan sebesar 100%
6 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
Terlaksananya promosi kesehatan rumah sakit sebesar 100%
7 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan
Tersedianya sistem informasi rumah sakit yang terintegrasi sebesar 100%
Akreditasi Rumah Sakit Meningkatnya pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi rumah sakit sebesar 100%
8 Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/ rumah sakit jiwa/ rumah sakit paru-paru/ rumah sakit mata
Rehabilitasi bangunan rumah sakit Tercapainya akreditasi rumah sakit sebesar 100% Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit Terpenuhinya kebutuhan alat kesehatan rumah sakit sebesar 100% Pengadaan ambulance/mobil jenazah Terlaksananya rujukan pasien 100% dengan tersedianya mobil ambulance sebanyak 1 unit
9 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang mampu
Tercapainya kualitas pelayanan kepada ibu
melahirkan dari keluarga tidak mampu secara optimal selama 1 tahun
10 Program peningkatan pelayanan kesehatan Badan Layanan Umum Daerah
Pelayanan Kesehatan Terpenuhinya kebutuhan rumah sakit sebesar 100% dari pembiayaan BLUD bagi pelayanan masyarakat di lingkungan rumah sakit
4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Berdasarkan tabel 2.7 diatas, dapat disimpulkan bahwa penyerapan anggaran berasal dari program, kegiatan dan belanja pada RS Khusus Ibu dan Anak Kota bandung merupakan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 23 kinerja SKPD tidak terlepas dari peran serta unsur pendukung yang memiliki komitmen tinggi dan konsistensi dalam
melaksanakan program pelayanan kesehatan sehingga
realisasinya mencapai 100%.
2.3.1 Pencapaian Target Kinerja Keuangan Berbasis LRA
Pencapaian Target Kinerja Keuangan Berbasis Laporan Realisasi Anggaran adalah tolak ukur keberhasilan atau kinerja keuangan dalam mengungkapkan Pendapatan dan Belanja RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015.
Pencapaian kinerja keuangan pada LRA dapat
diungkapkan melalui realisasi pendapatan sebesar Rp 29.740.887.182,00 atau 141% dari target pendapatan Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp 21.155.278.956,00. Namun jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan Tahun 2014 sebesar Rp 29.912.267.688,00 telah mengalami penurunan sebesar Rp 171.380.506,00 atau 1% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp. 25.806.117.216,00.
Realisasi belanja RSKIA tahun 2015 sebesar Rp. 58.804.378.389,00atau sebesar 101% dari target belanja sebesar Rp. 57.989.748.248,00. Jika dibandingkan dengan realisasi belanja Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp 41.448.668.139,00 maka mengalami kenaikan sebesar Rp 17.355.710.250,00 atau 42%. Dengan demikian, berdasarkan realisasi pendapatan dan realisasi belanja Tahun Anggaran 2015 tersebut diperoleh surplus pada BLUD RSKIA sebesar Rp 14.623.549.805,00.
2.3.2 Pencapaian Target Kinerja Keuangan Berbasis Laporan Oerasional (LO)
Pencapaian Target Kinerja Keuangan Berbasis Laporan
Operasional adalah tolak ukur keberhasilan atau kinerja keuangan dalam mengungkapkan Pendapatan-LO dan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 24 Beban-LO pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015. Pencapaian kinerja keuangan pada LO dapat diungkapkan melalui realisasi Pendapatan-LO sebesar Rp 32.493.318.782,00 dan Beban-LO Tahun 2015 sebesar Rp
46.255.119.163,00. Dengan demikian, berdasarkan
pendapatan dan beban Tahun 2015 tersebut diperoleh
defisit dari kegiatan operasional sebesar Rp
13.761.800.381,00.
2.3.3 Pencapaian Target Kinerja Keuangan Berbasis Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
Pencapaian Target Kinerja Keuangan Berbasis Laporan Perubahan Ekuitas adalah tolak ukur keberhasilan atau kinerja keuangan dalam mengungkapkan ekuitas awal, surplus/defisit yang menghasilkan ekuitas akhir pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015. Pencapaian kinerja keuangan. Laporan Perubahan Ekuitas tahun 2015 ditunjukan melalui realisasi pada ekuitas akhir sebesar Rp. 47.358.015.530.10,00 yang merupakan ekuitas akhir dari BLUD sebesar Rp. 17.869.178.612,00 dan dari APBD sebesar Rp.29.488.836.918.10,00
2.3.4 Pencapaian Target Kinerja Keuangan Pada Neraca
Pencapaian Target Kinerja Keuangan Pada Neraca adalah tolak ukur keberhasilan atau kinerja keuangan dalam mengungkapkan aset, kewajiban dan ekuitas pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015. Pencapaian kinerja keuangan berbasis Neraca merupakan bagian laporan keuangan 2015 yang menunjukan jumlah aset lancar sebesar Rp. 19.729.627.618,00, jumlah aset tetap sebesar Rp. 58.193.772.490,00, jumlah aset lainnya sebesar Rp.
1.504.744.418.10, jumlah kewajiban sebesar Rp.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 25 47.358.015.530.10 sehingga jumlah kewajiban dan ekuitas dana sebesar Rp. 79.428.144.526.10.
2.3.5 Pencapaian Target Keuangan Pada CaLK
Pencapaian Target Kinerja Keuangan pada Catatan atas Laporan Keuangan merupakan tolak ukur keberhasilan atau kinerja keuangan dalam mengungkap seluruh aktivitas keuangan mulai dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 26 BAB III
IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Sebagimana dikemukakan pada bab terdahulu bahwa struktur APBD telah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa dalam Catatan Atas Laporan Keuangan harus menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja APBD yang berisi gambaran realisasi pencapaiaan efektifitas dan efefisiensi program dan kegiatan selama pelaksanaan APBD Tahun 2015, dan sturktur BLUD telah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bahwa BLUD-SKPD wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari laporan operasional, neraca, laporan arus kas atau laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja kepada PPKD untuk dikonsolidasikan ke
dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam
menyampaikan ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan, pada bab ini akan diungkapkan ikhtisat realisasi kinerja keungan antara lain:
a. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja b. Realisasi Pendapatan-LO dan Beban-LO c. Realisasi Perubahan Ekuitas
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 27
3.1.1 Ikhtisar Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2015
3.1.1.1 Ikhtisar Realisasi Pendapatan
Ikhtisar Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 Periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 menunjukkan pendapatan sebesar Rp 29.740.887.182,00 atau 140,58% dari anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp. 21.155.278.956,00. Realisasi pendapatan tersebut di atas dapat diuraikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
Ikhtisar Realisasi Pendapatan RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
2015 2015 21,155,278,956.00 29,740,887,182.00 141% 21,155,278,956.00 29,740,887,182.00 141% 21,155,278,956.00 29,740,887,182.00 141% 28,744,416,171.00 0.00 7,816,000.00 988,655,011.00 REALISASI % PENDAPATAN 2 Hibah 3 Hasil Kerjasama
4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah PENDAPATAN ASLI DAERAH
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
1 Jasa Layanan
URAIAN ANGGARAN
Dari tabel 3.1 di atas dapat diketahui bahwa penyerapan pendapatan RSKIA pada tahun 2015 sebesar 141% dengan sumber dari pendapatan jasa layanan (pasien umum, Jamkesda, JKN), pendapatan hasil kerjasama dan pendapatan lainnya yang sah yaitu berasal dari bunga giro dan bunga deposito.
3.1.1.2 Ikhtisar Realisasi Belanja Tahun 2015
Ikhtisar Realisasi Anggaran Belanja pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 Periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 menunjukkan belanja
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 28 sebesar Rp 58.804.378.389,00 atau 101,40% dari
anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp.
57.989.748.248,55. Realisasi belanja tersebut merupakan realisasi belanja dari APBD dan BLUD. Untuk lebih jelasnya lagi uraian dari belanja tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2
Ikhtisar Realisasi Belanja RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung
Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
2015 2015 57,989,748,208.55 58,804,378,389.00 101.40% 11,388,290,955.55 10,722,976,631.00 94.16% 11,388,290,955.55 10,722,976,631.00 94.16% 46,601,457,253.00 48,081,401,758.00 103.18% 15,021,750,000.00 19,593,972,459.00 130.44% 17,346,050,460.00 17,171,511,270.00 98.99% 14,233,656,793.00 11,315,918,029.00 79.50% Belanja Modal Belanja Pegawai BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai % BELANJA
BELANJA TIDAK LANGSUNG
ANGGARAN REALISASI URAIAN
Belanja Barang dan Jasa
Dari tabel 3.2 diatas dapat diartikan bahwa penyerapan realisasi belanja tahun 2015 sebesar 101% yang merupakan belanja APBD dan BLUD . Rincian realisasi belanja tersebut dapat diuraiakan lagi secara rinci seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.3
Ikhtisar Realisasi Belanja APBD RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
ANGGARAN REALISASI 2015 2015 36,834,469,252.55 30,603,255,861.00 83% 11,388,290,955.55 10,722,976,631.00 94% 11,388,290,955.55 10,722,976,631.00 94% 25,446,178,297.00 19,880,279,230.00 78% 105,750,000.00 74,500,000.00 70% 11,506,771,504.00 8,696,854,801.00 76% 13,833,656,793.00 11,108,924,429.00 80% Belanja Pegawai BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai BELANJA
BELANJA TIDAK LANGSUNG URAIAN
Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 29 Tabel 3.3 diatas menunjukan bahwa penyerapan realisasi belanja RSKIA dari APBD sebesar Rp. 30.603.255.861,00 atau sebesar 83,08% dari anggaran yang telah ada sebesar Rp. 36.834.469.252.55. Selain belanja dari sumber anggaran APBD, RSKIA memiliki anggaran belanja dari sumber pendapatan fungsional BLUD seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.4
Ikhtisar Realisasi Belanja BLUD RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
ANGGARAN REALISASI 2015 2015 21,155,278,956.00 28,201,122,528.00 133% 21,155,278,956.00 28,201,122,528.00 133% 14,916,000,000.00 19,519,472,459.00 131% 5,839,278,956.00 8,474,656,469.00 145% 400,000,000.00 206,993,600.00 52% Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal
URAIAN %
BELANJA
BELANJA LANGSUNG
Berdasarkan tabel 3.4 diatas, terlihat bahwa penyerapan realisasi belanja BLUD sangat tinggi yaitu sebesar Rp. 28.201.122.528,00 atau mencapai 133% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp. 21.155.278.956,00. Namun demikian, realiasi belanja murni berdasarakan kegiatan pelayanan pada RSKIA tahun 2015 adalah sebesar Rp. 27.123.189.991,00 dan kewajiban atau utang jangka pendek tahun 2014 yang dibayar pada tahun 2015 sebesar Rp. 1.077932.537,00.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 30
3.1.2 Ikhtisar Realisasi Pendapatan-LO dan Beban-LO Tahun Anggaran 2015
Ikhtisar Realisasi Pendapatan-LO dan Beban-LO pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 Periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.5
Ikhtisar Realisasi Pendapatan-LO dan Beban-LO RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
APBD BLUD JUMLAH
3,432,275,000.00
29,061,043,782.00 32,493,318,782.00 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 29,061,043,782.00 29,061,043,782.00
0.00 29,061,043,782.00 29,061,043,782.00 3,432,275,000.00 - 3,432,275,000.00 3,432,275,000.00 3,432,275,000.00 17,806,196,846.00 28,448,922,317.00 46,255,119,163.00 17,806,196,846.00 28,448,922,317.00 46,255,119,163.00 Beban Pegawai - LO 10,722,976,631.00 10,722,976,631.00 Beban Barang dan Jasa 7,083,220,215.00 28,448,922,317.00 35,532,142,532.00
(14,373,921,846.00) 612,121,465.00 (13,761,800,381.00) BEBAN - L0 BEBAN OPERASI SURPLUS/DEFISIT-LO URAIAN PENDAPATAN - LO
Lain-lain PAD yang Sah - LO
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO
Pendapatan Hibah
Berdasarkan tabel 3.5 diatas, menyebutkan bahwa Pendapatan-LO sebesar Rp. 32.493.318.782,00 dikurangi beban-LO sebesar Rp. 46.255.119.163,00 sehingga menjadi defisit pada LO sebesar Rp.13.761.800.381,00.
3.1.3 Ikhtisar Realisasi Perubahan Ekuitas Tahun Anggaran
2015
Ikhtisar Realisasi Perubahan Ekuitas pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 Periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 31
Tabel 3.6
Ikhtisar Realisasi Perubahan Ekuitas Pada RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2015
URAIAN TAHUN 2015
EKUITAS AWAL 43,862,758,764.10 SURPLUS/DEFISIT-LO (14,373,921,846.00) EKUITAS AKHIR 29,488,836,918.10
Dari tabel 3.6 diatas, ikhtisar realisasi perubahan ekuitas berkurang semula ekuitas awal sebesar Rp. 43.862.758.764.10,00 mengalami defisit sebesar Rp. 14.373.921.846,00 sehingga posisi ekuitas akhir sebesar Rp. 29.488.836.918.10,00.
3.1.3 Ikhtisar Neraca Tahun Anggaran 2015
Ikhtisar Neraca pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 Periode 1 Januari 2015 sampai dengan 31 Desember 2015 dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Aset sebesar Rp. 79.428.144.526,00 yang terdiri dari: (1) Aset Lancar sebesar Rp. 19.729.627.618,00 terdiri
dari:
a. Kas di BLUD sebesar Rp. 14.623.842.275,00
b. Piutang Pendapatan sebesar Rp.
2.084.033.300,00
c. Beban dibayar dimuka sebesar Rp.
59.687.500,00
d. Persediaan sebesar Rp. 2.962.064.543,00
(2) Aset Tetap sebesar Rp. 58.193.772.490,00 terdiri dari:
a. Tanah sebesar Rp. 6.515.000.000,00
b. Peralatan dan mesin sebesar Rp.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 32
c. Gedung dan bangunan sebesar Rp.
13.955.943.667,00
d. Jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp. 555.736.150,00
2) Kewajiban sebesar Rp. 32.070.128.996,00 yang terdiri dari :
(1) Utang beban sebesar Rp. 1.466.873.135,00
(2) Kewajiban untuk dikonsolidasikan sebesar Rp. 30.603.255.861,00
3) Ekuitas sebesar Rp. 47.358.015.530,00
4) Jumlah kewajiban dan ekuitas dana sebesar Rp. 79.428.144.526,00
Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan untuk lebih jelasnya lagi akan diungkapkan di bab selanjutnya pada Bab V yaitu Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan.
3.2 Hambatan Dan Kendala Yang Ada Dalam Pencapaian Target Yang Telah Ditetapkan
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan antara lain sebagai berikut :
1. Pendapatan
Secara umum pencapaian target kinerja keuangan khususnya pendapatan pada RSKIA Kota Bandung tidak memiliki masalah maupun hambatan dalam pencapaian target pendapatan, namun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pelayanan di rumah sakit yaitu belum adanya pola tarip baru, hal ini menimbulkan masalah ketika banyak pelayanan yang diberikan namun belum ada penetapan
taripnya. Walaupun dalam memberikan pelayanan
kesehatan tidak mencari keuntungan atau near laba, namun keadaan tersebut dapat menimbulkan inefisiensi dan tidak efektifnya pembiayaan terhadap pelayanan yang
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 33
diberikan yang dapat mempengaruhi terhadap
pembengkakan biaya yang tidak sesuai dengan pendapatan. 2. Belanja
Penyerapan belanja BLUD pada RSKIA Kota Bandung Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar 85%. Namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 133% dari anggaran yang ditetapkan. Kondisi tersebut secara umum berdampak pada penilaian kinerja keuangan yang kurang
efisien dalam mengelola anggaran BLUD, namun
peningkatan tersebut tidak semata karena borosnya biaya yang dikeluarkan namun pagu anggaran yang ditetapkan untuk BLUD terlalu rendah, sedangkan dari pendapatan BLUD masih mendapatkan surplus biaya. Surplus tersebut dibuktikan dengan adanya penambahan sis akas setiap tahunnya.
3. Pembiayaan BLUD
Pembiayaan BLUD pada dasarnya tidak mengalami banyak kendala. Namun demikian dengan penetapan pembiayaan BLUD yang terlalu rendah, hal ini menyebabkan penyerapan belanja melebihi pagu anggaran yang ditetapkan. Kondisi tersebut merupakan rendahnya pemahaman penganggaran dan belanja khususnya tentang Badan Layanan Umum Daerah, dikarenakan RSKIA Kota Bandung selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan juga sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memiliki dua sumber pembiayaan yang tentunya harus dapat dikonsolidasikan atau dikonversikan secara jelas di bagian penganggaran daerah. Dengan adanya target belanja BLUD yang ditetapkan lebih rendah dari kebutuhan belanja rumah sakit, hal ini memperlihatkan bahwa rumah sakit telah melakukan pemborosan biaya dalam penggunaan belanja operasional, padahal pembiayaan yang membengkak dikarenakan pengaruh dari meningkatnya pendapatan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 34 rumah sakit yang mempengaruhi secara signifikan terhadap belanja pelayanan. Untuk mengantisifasi hal tersebut, maka rumah sakit seringkali menggunakan nilai ambang batas yang sampai saat ini masih belum ada tentang penggunaan nilai ambang batas.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 35
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1. Asumsi Dasar Penyajian Laporan Keuangan
1) Asumsi Dasar Kemandirian Entitas
Setiap unit organisasi merupakan unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, sehingga penyusunan laporan keuangan dapat disusun sesuai dengan kebiajakn akuntansi yang berlaku.
2) Asumsi Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaanya. Dengan demikian Pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
3) Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.
4.2. Entitas Pelaporan Keuangan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Sedangkan entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa “tiap-tiap kementrian negara/lembaga merupakan entitas pelaporan yang tidak hanya wajib menyelenggarakan akuntansi, tetapi juga
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 36 wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan”.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada Pasal 232 ayat (1) menyatakan bahwa : “Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah”.
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan pokok adalah meliputi:
a. Laporan Realisasi Anggaran(LRA); b. Laporan Operasional(LO);
c. Laporan Perubahan Ekuitas(LPE); d. Neraca;
e. Catatan atas Laporan Keuangan(CaLK).
4.3. Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan
Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Kota Bandung adalah basis basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca, pengakuan Pendapatan-LO dan beban dalam laporan operasional.
Basis akrual untuk LO berarti pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi, walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah Kota Bandung, dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah Kota Bandung atau Rekening Kas BLUD. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula di Laporan Operasional.
Basis akrual untuk neraca dan berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 37 transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah daerah, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah Kota Bandung. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan basis kas berarti pendapatan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah Kota Bandung, serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Kebijakan akuntansi dalan penyusunan laporan keuangan, Pemerintah daerah tidak menggunakan istilah laba, melainkan menggunakan sisa perhitugan anggaran (lebih/kurang) untuk setiap tahun anggaran. Sisa perhitungan anggaran tergantung pada selisih realisasi penerimaan pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.
4.3.1 Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LO
1. Definisi
Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
2. Pengakuan
Pendapatan-LO diakui pada saat Timbulnya hak atas pendapatan (earned) atau saat pendapatan direalisasi yaitu aliran masuk sumber daya ekonomi (realized). 3. Pengukuran
Pengukuran pendapatan-LO menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 38
4.3.2 Kebijakan Akuntansi Pendapatan-LRA
1. Definisi
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Transfer Masuk (LRA) adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari Pemerintah Provinsi
2. Pengakuan
Pendapatan-LRA diakui pada saat Diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan saat pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan yang sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan bagian dari BUD;
3. Pengukuran
Pengukuran pendapatan-LRA menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya pendapatan.
4.3.3 Kebijakan Akuntansi Beban
1. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 39 Beban diakui pada Saat timbulnya kewajiban; Saat terjadinya konsumsi aset; dan Saat terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
3. Pengukuran
Pengukuran beban menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Beban yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah bank Indonesia) pada saat terjadinya belanja.
4.3.4 Kebijakan Akuntansi Belanja
1. Definisi
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas daerah Kota Bandung yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Transfer keluar(LRA) adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh Pemerintah Pusat dan bagi hasil oleh Pemerintah Daerah.
2. Pengakuan
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
rekening kas daerah Kota Bandung. Khusus
pengeluaran yang dilakukan melalui bendahara
pengeluaran, pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan. 3. Pengukuran
Pengukuran belanja menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah Kota Bandung. Belanja yang diukur dengan
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 40 mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah bank Indonesia) pada saat terjadinya belanja.
4.3.5 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan
1. Definisi
Pembiayaan merupakan seluruh transaksi keuangan pemerintah baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali yang
dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan
rekening kas daerah Kota Bandung yang antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi daerah/negara,
penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan
dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya.
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran
rekening kas umum daerah Kota Bandung antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan merupakan penambah dana cadangan dan dicatat dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 41
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan
pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.
2. Pengakuan
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada kas daerah Kota Bandung. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan dengan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas daerah Kota Bandung. Selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran
pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
3. Pengukuran
Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang Rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima dan atau akan dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang Rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan belanja.
4.3.6 Kebijakan Akuntansi Aset
1. Definisi
Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai dan dapat diukur dengan satuan uang. Aset terdiri dari Aset Lancar, Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, Aset Lainnya. Aset Lancar adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat kurang dari 12 (dua belas) bulan (satu periode akuntansi).
a. Aset Lancar, antara lain terdiri dari : 1) Kas
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 42 (1) Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di Bank yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan . (2) Kas dinyatakan dalam Rupiah. Apabila dalam
kas terdapat valuta asing maka valuta asing tersebut dikonversikan terlebih dahulu
berdasarkan nilai kurs pada tanggal
transaksi. Pada akhir tahun, saldo kas dalam valuta asing dikonversi ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
(3) Nilai kas pada tanggal neraca adalah hasil kas opname di masing-masing pemegang kas (Bendahara Umum Daerah dan Pemegang Kas).
2) Piutang
(1) Piutang adalah hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi.
(2) Piutang dapat berupa tagihan hasil penjualan barang, kewajiban pihak ketiga yang belum
dilunasi, seperti pajak/retribusi atau
pinjaman uang yang belum dilunasi pada saat pencatatan.
(3) Piutang dinilai serta disajikan di neraca sebesar jumlah yang dapat direalisasikan setelah memperhitungkan penyisihan piutang tidak tertagih dan penghapusan piutang. (4) Piutang diakui pada saat timbulnya hak atas
piutang tersebut.
(5) Piutang Pajak/Retribusi diakui sebagai piutang apabila telah diterbitkan dasar
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 43 Keputusan Pajak Daerah/Surat Keputusan Retribusi Daerah (SKPD/SKRD).
3) Persediaan
(1) Persediaan adalah barang yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah dan atau untuk dijual/diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
(2) Persediaan pada akhir periode akuntansi dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan.
(3) Saldo persediaan dinilai dan disajikan dalam neraca berdasarkan:
- Biaya perolehan apabila diperoleh dengan
pembelian. Nilai pembelian yang
digunakan adalah biaya perolehan
persediaan yang terakhir diperoleh;
- Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
- Nilai wajar apabila persediaan diperoleh dengan cara lain seperti donasi/rampasan (4) Jenis-jenis persediaan:
- Persediaan Pakai Habis, adalah barang-barang yang bekas penggunaannya tidak dapat digunakan kembali, misalnya ATK. - Persediaan Tak Habis Pakai, adalah
persediaan yang dapat digunakan
berulang kali, misal kotak file.
- Persediaan untuk dijual, misal aspal
dalam drum, obat-obatan, alat-alat
kedokteran, bibit tanaman, benih ikan dan sebagainya.
b. Investasi Jangka Panjang, antara lain terdiri dari:
Catatan Atas Laporan Keuangan RSKIA Tahun 2015 44
Penyertaan Modal Pemerintah adalah jumlah yang
dibayar oleh pemerintah daerah untuk penyertaan modal dalam Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau lembaga keuangan lainnya dimana pemerintah daerah memiliki kepentingan yang dinyatakan dalam perjanjian. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dicatat dalam neraca sebesar nilai nominal.
c. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi untuk digunakan dalam kegiatan kepemerintahan dan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap dapat diperoleh melalui pembelian dan atau pembangunan yang sumber dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari APBD, hibah atau donasi, pertukaran dengan aset lainnya dan dari sitaan atau rampasan.
Aset tetap dicatat dengan nilai historis. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Nilai tercatat (carrying amount) aset adalah nilai buku aset, yang dihitung dari biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
Konstruksi dalam pengerjaan dicatat berdasarkan
Surat Perintah Membayar (SPM) yang diterbitkan
atas pekerjaan tersebut. Apabila penilaian
konstruksi dalam pengerjaan berdasarkan SPM yang diterbitkan tidak memungkinkan, maka konstruksi