147 | Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 | No.2 | 2017
Penerapan model pembelajaran picture and picture
dapat meningkatkan hasil belajar menulis puisi
siswa kelas VI SD Negeri 2
Sabang
HALIMATUSSAKDIAH Guru Kelas Pada SD Negeri 2 Sabang
Abstrak. Penelitian yang berjudul “Penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil
belajar menulis puisi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sabang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar menulis puisi melalui penerapan model pembelajaran picture and picture. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri 2 Sabang tahun pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 21 siswa terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Metode yang digunakan metode penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data dilakukan secara teknik tes, observasi dan dokumentasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata atau nilai rata-rata siswa dalam memahami menulis puisi adalah 66,38 pada siklus I, dan 75,00 pada siklus II. Berdasarkan kategori nilai yang menjadi acuan peneliti, nilai rata-rata 75,00 berada pada kategori baik. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memahami materi menulis puisi pada pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan hasil penelitian ini tergolong baik. Disarankan penelitian yang berhubungan dengan materi menulis puisi pada jenjang SD/MI dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga dapat terungkap hal-hal yang belum terungkap melalui penelitian ini, umpamanya materi teks penjelasan nara sumber.
Kata kunci: Menulis puisi, picture and picture.
Received: 30 April 2017, Revision: 25 Juni 2017, Accepted: 30 september 2017 P - ISSN: 2549-7189
E - ISSN: 2598-3024
Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih
didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan (teacher centered), ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar, yang berakibat kurangnya pengalaman belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar, pembelajaran menjadi sesuatu yang bersifat cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk and talk).
Secara umum, pendidikan saat ini
mengalami kendala dalam hal belajar dan pembejalarannya. Pembelajaran di kelas yang dilakukan guru secara konvensional atau masih tradisional dengan beberapa metode dan model belajar tertentu seperti ceramah dan sebagainya, akan membuat para siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran tersebut. Atas dasar itu seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi yang sudah merambah ke dunia pendidikan khususnya di sekolah dasar, guru dituntut untuk lebih kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan dan
memanfaatkan teknologi yang ada.
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama.
Menurut pendapat Piaget (dalam Lie, 2002:5), "Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut". Menurut pendapat Anderson (dalam Lie, 2002:5), "Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa,bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa".
Model pembelajaran ini bisa menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku,
membosankan, menakutkan,juga bisa
menjadi beban,sehingga menumbuhkan
perasaan senang belajar bagi anak didik. Berdasarkan pengamatan penulis kegiatan menulis puisi merupakan beban berat bagi sebagian siswa. Pendapat tersebut wajar karena ketika seorang menulis puisi, siswa dituntut untuk mengerahkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menghasilkan sebuah tulisan. Terlebih lagi telah diketahui bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang digambarkan suatu bahasa yang difahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang tersebut.
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa (Tarigan, 1994:21).
Kenyataan seperti ini bukan berarti menulis puisi adalah sesuatu yang menakutkan karena melalui menulis puisi seseorang dapat memperoleh manfaat yang positif. Perlu disadari bahwa proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, dituntut kreativitas yang tinggi daripada pengajar untuk terus mencari teknik dan media pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar seperti penyampaian materi pembelajaran. Adapun alasan mengapa model pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran yaitu menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai, karena dalam keadaan santai inilah siswa dapat berkonsentrasi dengan baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Hal lain yang menyebabkan siswa kurang efektif dalam menulis puisi adalah:
a. Kemampuan menulis siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.
b. Teknik dan media pembelajaran
menulis yang digunakan masih kurang variatif sehingga kurang memotivasi dan menggali potensi siswa.
c. Kegiatan pembelajaran yang
menjemukan, sehingga antusiasme
siswa agak kurang terhadap menulis puisi.
d. Kegiatan menulis merupakan hal yang sulit dan menguras pikiran, oleh karena itu memerlukan proses latihan yang intensif.
149 | Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 | No.2 | 2017
e. Kesulitan pemilihan tema,
penggunaan diksi, dan ketepatan ejaan sering menjadi kendala untuk menulis. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Picture and Picture dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan belajar siswa. Dengan model belajar tersebut siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan guru hanya sebagai pendamping dan mengarahkan saja.
Untuk meningkatkan hasil belajar, guru
dalam mengajar dapat menggunakan
beberapa metode dan pendekatan. Atas dasar inilah maka peneliti ingin Model Pembelajaran Picture and Picture pada pelajaran Bahasa Indonesia materi Puisi diajarkan di kelas VI SD Negeri 2 Kota Sabang , supaya siswa belajar lebih aktif dan hasil belajarnya lebih meningkat. Berbeda dengan media komik, Media yang tergolong ke dalam teknologi cetak yaitu media komik dan media handout. (Fauziah dan Muhammad Wali, 2017).
Keberhasilan menulis puisi bergantung pada kemampuan dalam menuangkan ekspresi perasaan diri dan kehidupan sekitar yang diungkapkan melalui olahan-olahan kata, sehingga ekspresi tersebut dapat memancarkan aura keindahan untuk diapresiasi oleh orang lain. Sementara keberhasilan seorang siswa dalam menulis puisi dapat bergantung pada pengajaran yang disampaikan oleh guru disekolah. Tidaklah sedikit siswa yang merasa kesulitan ketika proses pembelajaran menulis puisi. Misalnya, siswa kesulitan untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan imajinasi mereka ke dalam rangkaian kata atau bahasa, sehingga ekspresi dari hasil karyanya tidak maksimal,dalam hal ini seorang guru perlu
mempersiapkan pengajaran dengan
berbagai metode pembelajaran dan
pendekatan agar pembelajaran berlangsung lancar, menyenangkan, dan siswa mampu
mengekspresikan hal yang ingin
diungkapkannya melalui puisi.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis puisi adalah Model Pembelajaran Picture and Picture. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan model
pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar menulis puisi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sabang”.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas karena lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.
Penelitian tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, dilakukan untuk
meningkatkan kematangan rasional dan tindakan-tindakan dalam melakukan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tndakan yang dilakukan, serta
memperbaiki kondisi kelas tempat
pembelajaran tersebut dilakukan.
Penelitian dilaksanakan di kelas VI semester I SD Negeri 2 Sabang tahun 2015. Adapun dipilih sekolah tersebut sebagai tempat penulis mengajar, sehingga penulis tidak meninggalkan kegiatan belajar mengajar yang menjadi tugas sehari-hari.
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI yang berjumlah 21 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 13 orang perempuan pada SD Negeri 2 Kota Sabang tahun pelajaran 2015/2016 materi yang disa,paikan adalah menulis puisi.
Prinsip pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan penelitian formal. Dalam PTK umumnya dikumpulkan dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut digunakan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, baik perubahan kinerja siswa,
kinerja guru, dan perubahan suasana kelas. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Tes Hasil Belajar
Tes merupakan alat pengumpul data yang bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternative jawabannya memiliki standar jawaban tertentu. Tes bisa dilakukan secara tertulis, lisan atau tes kinerja (Hermawan, 2007:170). Dengan demikian, maka tes hasil belajar merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi dengan menggunakan model CTL, yang kemudian dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tertulis pilihan ganda sebanyak 10 soal.
b) Observasi
Observasi merupakan teknik
mengumpulkan data dengan cara mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung serta mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2005:94).
Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah, yang mana hasilnya dapat dijadikan bahan untuk analisis. Data ini bermanfaat bagi peneliti untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan dan hasil belajar siswa. Teknik pengolahan data dapat dipaparkan sebagai berikut :
1) Penetapan Nilai Tes Hasil Belajar
Penetapan nilai terhadap jawaban yang diberikan siswa. Tiap-tiap butir soal yang dijawab oleh siswa diberi skor sesuai dengan jawaban yang diberikan. (Rahayu, 2012:54) dengan rumus :
Nilai Siswa = 100
2) Data aktivitas siswa (Observasi)
Untuk mengetahui aktivitas siswa dianalisis dengan persentase. Adapun rumus persentase menurut Sudjiono (dalam Rahmi, 2008:30) adalah:
P = 100%
3) Hasil Belajar secara Klasikal
Penentuan nilai rata-rata tes dari seluruh siswa yang mengikuti tes. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa secara klasikal, yaitu jika >85% siswa memperoleh skor > 65% dari skor total. Menurut Mukhlis (2005:81) rumus yang digunakan adalah: P = ∑
∑ 100%
Sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan dan menganalisis data yang diperoleh perlu ditetapkan indikator kinerja dalam penelitian. Pada penelitian ini, indikator kinerjanya dalam bentuk hasil belajar siswa meningkat, ini nantinya dapat dilihat dari nilai tes yang diperoleh siswa bila dibandingkan dengan hasil tes sebelumnya dan akan menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang dilakukan pada materi puisi dengan menggunakan metode piture and piture.
Indikator kinerja dinyatakan terpenuhi, jika seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Jadi indikator kinerjanya adalah ketuntasan baik secara individu yakni 65 nilai yang dicapai ataupun secara keseluruhan (klasikal) adalah 85% siswa yang tuntas hasil belajarnya.
Pada dasarnya, prosedur dalam penelitian itu terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi dan diskusi balikan. Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan PTK berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran.
Model siklus yang digunakan adalah model spiral seperti yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998:70) yakni momen-momen dalam bentuk spiral yang meliputi perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari rangkaian kegiatan atau langkah-langkah yang sudah ditentukan.
151 | Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 | No.2 | 2017
langsung secara aktif dalam mengamati setiap kegiatan dengan cermat. Melalui langkah-langkah yang telah ditentukan tersebut, peneliti dan guru dapat bersama-sama menentukan tindakan yang dianggap tepat guna meningkatkan pembelajaran.
Hasil Penelitian
A. Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Sebelum menyusun perencanaan
pembelajaran, peneliti mengidenifikasi masalah dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus I, yaitu:
1) Menentukan pokok bahasan yang akan
dijadikan materi bahasan pada
penelitian
2) Peneliti menyusun silabus dan RPP yang berkaitan dengan pokok bahasan Puisi
3) Merevisi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang digunakan karena adanya perbedaan pada metode yang digunakan pada hari biasanya, dimana pada pertemuan ini digunakan model pembelajaran picture and picture.
4) Mengembangkan format evaluasi. 5) Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan yang diaksanakan pada siklus 1
dilaksanakan pada hari Senin tanggal
dalam satu kali pertemuan dengan
menggunakan pendekatan media gambar dan alokasi waktu 2 x 35 menit dengan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal
- Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengkondisikan kelas agar dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif. - Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai.
- Guru memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang
diajarkan dengan mengunakan
strategi pembelajaran aktif dengan teknik menstimulir rasa ingin tahu siswa.
2) Kegiatan Inti
- Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari yaitu materi menulis puisi.
- Guru menuliskan puisi dan
menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan puisi di papan tulis.
- Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok. Siswa dibagi secara heterogen secara kognitif. Dalam satu kelompok terdiri dari siswa yang berpengetahuan dengan kategori pintar, sedang, dan lemah.
- Guru menjelaskan bahwa setiap
kelompok bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap anggota lainnya dengan maksud siswa bisa
saling membantu menjelaskan
pembelajaran kepada teman yang memerlukan bantuan.
- Guru meminta siswa untuk
menempelkan gambar serta meminta kepada seluruh siswa menulis sebuah puisi berdasarkan gambar-gambar yang telah ditempelkan guru dan tugas yang diberikan bersifat individu dan dikerjakan dalam kelompok.
- Guru meminta siswa untuk
mengumpulkan tugas yang diberikan untuk di bacakan pada pertemuan berikutnya.
3) Kegiatan Penutup
- Guru dan siswa bersama-sama
menarik kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari.
- Guru memberikan evaluasi (pos tes)
pada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa berkaitan dengan
materi menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture.
3. Observasi dan Hasil Tindakan Siklus I Dari hasil observasi siklus I, didapatkan dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture pada siklus I, guru telah menerapkan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan alat peraga yang telah dipersiapkan.
Hasil dari pengamatan selama proses berlangsung, guru terlalu cepat pada saat menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dan pada saat menjelaskan materi sebagai pengantar pembelajaran tanpa melihat keadaan siswa, yaitu: masih ada siswa yang ngobrol, main-main bahkan ada siswa yang masih asyik dengan mainannya
bukannya memperhatihan dan
mengikutinya serta ada pula siswa yang masih tidak membawa buku catatan dikarenakan ketinggalan. Pada saat guru menuliskan puisi di papan tulis kelas gaduh sesaat dikarenakan guru berkonsentrasi pada penulisan puisi sehingga siswa terabaikan sesaat. Pada saat menunjukkan gambar, siswa mulai menunjukkan adanya perhatian terhadap pembelajaran. Namun demikian, guru masih terfokus hanya pada beberapa siswa serta belum menguasai keadaan siswa yang berakibat terpecahnya
konsentrasi siswa pada kegiatan
dilaksanakan sehingga kegiatan hari ini tidak maksimal sepenuhnya dan tidak sesuai yang diharapkan dan ditargetkan. Siswa masih terlihat malu-malu ketika guru mengajak untuk mengeluarkan pendapat tentang kesimpulan materi yang dipelajari hari ini. Data mengenai keaktifan siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi seperti pada lampiran dan yang menjadi observer adalah guru pada SD Negeri 2 Sabang.
Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang tergolong dalam kategori sangat aktif sebanyak 2 orang siswa (9,52%), kategori aktif sebanyak 5 orang siswa (23,81%), sedangkan yang tergolong dalam kategori tidak aktif sebanyak 14 orang siswa (66,67%).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus I dapat dijelkaskan bahwa siswa yang tergolong dalam kategori kurang sebanyak 1 orang siswa (4,76%), siswa yang tergolong dalam kategori cukup sebanyak 10 orang siswa (47,62%), sedangkan siswa yang sudah tuntas dan tergolong dalam kategori baik baru mencapai 8 orang siswa (38,10%), serta kategori baik sekali sebanyak 2 orang
siswa (9,52%). Jumlah Nilai seluruh siswa sebesar 1.394 dengan nilai rata-rata keseluruhan siswa adalah 66,38, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 50. Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia belum tuntas secara klasikal dikarenakan pada siklus 1 siswa yang tuntas belum mencapai 80% yang diharapkan atau hanya sebesar 47,62%.
4. Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan analisis data di atas, masih terdapat kekurangan-kekurangan pada siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain guru terlalu cepat pada saat menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai kepada siswa dan pada saat menyampaikan materi sebagai pengantar pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok, guru masih terfokus hanya kepada beberapa siswa saja. Guru masih kurang pada saat memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat pada saat menarik kesimpulan pada akhir pembelajaran. Dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam KBM untuk siklus II. Perbaikan tersebut yaiu dengan cara melakukan peragaan yang menarik sebagai
metode pembelajaran untuk lebih
memotivasi siswa. Selain itu guru harus lebih dapat mengkondisikan siswa, sehingga siswa benar-benar terlibat dalam KBM.
B. Siklus II
1. Rencana Tindakan Siklus II
Sebelum menyusun perencanaan
pembelajaran, penyusun mengidenifikasi masalah berdasarkan refleksi pada pada siklus I dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada siklus II, seperti berikut:
1) Peneliti mengetahui masalah dan langkah-langkah yang akan digunakan pada tindakan pada siklus II, kemudian peneliti menyusun silabus dan RPP yang berkaitan dengan pokok bahasan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. 2) Menentukan pokok bahasan yang akan
153 | Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 | No.2 | 2017
penelitian.
3) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4) Mengembangkan format evaluasi. 5) Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari Selasa tanggal 19 September 2015 dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dan alokasi waktu 3 x 35 menit dengan pelaksanaan pembelajaran seperti berikut :
1) Kegiatan Awal
- Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengkondisikan kelas agar dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif.
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang
diajarkan dengan mengunakan
strategi pembelajaran aktif dengan teknik menstimulir rasa ingin tahu siswa.
2) Kegiatan Inti
- Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan menggunakan puisi yang telah ditulis di atas selembar karton dan gambar-gambar yang nantinya sebagai tugas bagi siswa untuk menulis puisi berdasarkan gambar yang telah ditempelkan di papan tulis.
- Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar dan selanjutnya
kelompok tersebut sebagai
kelompok diskusi.
- Guru meminta siswa untuk
menyajikan hasil diskusi tiap-tiap kelompok di depan kelas secara bergantian.
- Guru meminta kelompok siswa
sebagai pendengar untuk
mengomentari hasil paparan
kelompok lain yang menyajikan serta mengarahkan siswa agar tujuan
pembelajaran tercapai sebagaimana dimaksudkan.
3) Kegiatan Penutup
- Guru dan siswa bersama-sama
menarik kesimpulan terhadap materi yang telah disajikan.
- Guru memberikan evaluasi (post test)
pada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa berkaitan dengan
materi menulis puisi dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture.
3. Observasi Pembelajaran Siklus II
Hasil dari pengamatan selama proses siklus II berlangsung, guru telah melakukan
perbaikan-perbaikan, diantaranya: pada saat
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dan menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran, guru menjelaskan dengan perlahan sehingga siswa mengerti apa yang disampaikan. Guru lebih memotivasi siswa sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti KBM, siswa mulai terfokus pada model pembelajaran yang disajikan dengan menarik oleh guru dengan beberapa alat pendukung lainnya yang dapat membuat siswa berkonsentrasi pada materi ajar. Guru memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas .Pada saat diskusi dan pada saat memaparkan hasil diskusi kelompok masing-masing di depan kelas, siswa sudah mulai berani walaupun masih ada diantara siswa yang malu-malu. Saat diajak menarik kesimpulan pada akhir pembelajaran, beberapa siswa sudah mulai mengeluarkan pendapatnya. Berdasarkan data yang diperoleh terlihat ada kemajuan aktivitas siswa dan antusias siswa dalam pembelajaran dari siklus I, ditandai dengan meningkatnya aktivitas siswa. Pada siklus I tidak ada satu siswapun yang memperoleh nilai aktivitas baik sekali, pada siklus II 8 orang siswa (38,10%) sudah mencapai dengan kategori sangat aktif, kategori aktif sebanyak 12 siswa (57,14%), dan tidak aktif sebanyak 1 orang siswa (4,76%). Berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus I dapat dijelkaskan bahwa siswa yang masuk dalam kategori cukup sebanyak 2 orang
siswa (9,52%), siswa dengan kategori baik sebanyak 11 orang siswa (52,38%), sedangkan siswa dengan kategori baik sekali sebanyak 8 orang siswa (38,10%). Jumlah seluruh nilai siswa pada siklus II adalah sebesar 1575 dengan nilai rata-rata diperoleh sebesar 75 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65.
Siswa yang hasil belajarnya di atas KKM berjumlah 19 orang siswa atau 90,48%. Hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ada peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan ketuntasan secara klasikal telah tercapai.
4. Refleksi Tindakan Siklus II
Berdasarkan temuan hasi observasi,peneliti dapat melihat peningkatan hasil belajar
siswa.Selain itu peneliti sudah
membangkitkan motivasi sehingga siswa sudah memiliki minat untuk bertanya,dan siswa tidak pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Pembahasan
Dari hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran picture and picture dan jawaban soal-soal evaluasi yang diberikan, kemudian peneliti menggunakan jawaban-jawaban tersebut untuk mengetahui apakah
pembelajaran Bahasa Indonesia
menggunakan model pembelajaran picture and picture.Dari hasil jawaban tersebut peneliti dapat melihat peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Sabang. Hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dikarenakan beberapa faktor, diantaranya dari segi metodologi yang berbeda dan adanya perubahan, persiapan materi yang sudah dipersiapkan sebelumnya agar materi dapat dimengerti oleh siswa, sebagai alat peraga yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian selama dua siklus yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menulis puisi, terlihat pada pelaksanaaan siklus I dan siklus II telah menunjukkan hal-hal berikut yaitu proses pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture ditinjau dari segi interaksi siswa dan guru pada awal pelajaran, guru membuka pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture sebagai titik tolak pembelajaran.
Kemudian guru mengarahkan dan
menjelaskan bagaimaan siswa belajar dengan
baik. Kemudian pada saat proses
pembelajaran berlangsung, guru mengelola kelas secara interaktif, membimbing siswa, dan memotivasi siswa untuk aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran. Pada akhir pelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru mengevaluasi siswa dengan memberikan soal-soal yang relevan dengan konsep. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah ada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Peningkaatan rata-rata nilai siswa juga ditunjang oleh peningkatan nilai terendah dan nilai tertinggi siswa setiap siklus.
Data aktifitas guru menunjukkan bahwa pada siklus I secara umum sudah baik, namun ada beberapa komponen penilaian dari observer yang masih kurang yaitu kemampuan pengelolaan waktu yang kurang optimal dan kurang memotivasi siswa sehingga semangat siswa pada siklus I secara umum masih kurang. Kekurangan-kekurangan pada siklus I ini kemudian diperbaiki pada siklus II dan pada akhirnya aktivitas guru ini secara umum sudah baik.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran tentang materi menulis puisi dengan model pembelajaran picture and picture dikembangkan dari Standar Kompetensi “Mengungkapkan pikiran,perasaan,dan informasi secara tertulis dalam bentuk formulir, ringkasan, dialog dan parafrase” ke Kompetensi Dasar “Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap memperhatikan makna puisi” kemudian dipetakan menjadi
155 | Jurnal Ekonomi, Pendidikan dan Sains Vol.1 | No.2 | 2017
kompetensi : “(1) Menjelaskan pengertian puisi, (2) Menyebutkan syarat-syarat untuk menulis puisi dengan penghayatan yang baik, (3) Menuliskan puisi dengan pilihan kata yang tepat.
2. Pelaksanaan pembelajaran tentang materi menulis puisi dengan model pembelajaran picture and picture di Kelas VI SD Negeri 2 Sabang dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu : (1) Kegiatan awal yang meliputi apersepsi dan motivasi, (2) kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan (3) kegiatan akhir yang meliputi kesimpulan, evaluasi, dan tindak lanjut.
3. Kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SD Negeri 2 Sabang dinyatakan sangat kurang berdasarkan hasil pretest
yang dilakukan sebelum siswa
diberikan tindakan pada penelitian ini, dengan nilai ketuntasan klasikal hanya mencapai 4,76%.
4. Hasil belajar siswa materi menulis puisi
dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture mengalami peningkatan yang cukup drastis. Dari siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan rata-rata sebesar 66,38 menjadi 75. Sementara itu peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I sebesar 47,62% menjadi 90,48% pada siklus II. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran picture and picture pada materi menulis puisi meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Sabang.
5. Penerapan model pembelajaran
picture and picture pada materi menulis puisi pada SD Negeri 2 Sabang berpengaruh signifikan pada hasil belajar siswa ditandai dengan meningkatnya test hasil belajar siswa
sebelum dilakukan tindakan
dibandingkan sesudah dilakukan tindakan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, untuk
perbaikan tindakan dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi di kelas VI SD Negeri 2 Sabang, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia hendaknya guru sekolah dasar dapat menggunakan model pembelajaran picture and picture yang mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menantang dan menyenangkan, dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan diskusi, rasa ingin tahu siswa dan motivasi belajar siswa lebih besar, dan kemampuan kerjasama dengan siswa lain lebih besar.
2. Bagi sekolah, perlu diadakannya sosialisasi model pembelajaran picture and picture agar para tenaga pengajar bisa memahami dan dapat menerapkan secara baik di lapangan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
dapat mengembangkan model
pembelajaran picture and picture dan memperluas penelitian ini di kelas yang lebih rendah agar siswa lebih awal mampu mengembangkan cara berfikir dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ,bagi orang tua bangga anaknya bias menulis puisi dan membaca puisi.
Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabati, dkk. 1998. Pembinaan
Kemampuan menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Aminudin. 1995. Pengantar Apresiasi Karya
Sastra. Bandung: CV Sinar Baru
Offiset.
Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Asrori, Mohammad. 2008. Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Wacana Prima.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Mandiri.
Depdikud. 1999. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Effendi, S. 2002. Bimbingan apresiasi Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Fauziah, F. and Wali, M., 2017. Penggunaan Media Komik Terhadap Hasil Belajar PAI Di SDN 2 Sabang Tahun Ajaran 2015/2016. JEPS (Jurnal Ekonomi, Pendidikan, dan Sains), 1(1), pp.20-27. Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif.
Medan: Media Persada.
Joyce, Bruce. 2009. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning
Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Tarigan, H.G. 1994. Menulis sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi