• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HITUNG INTEGRAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HITUNG INTEGRAL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HITUNG INTEGRAL

Perhitungan integral merupakan teknik matematis standar yang penting untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup yang bentuknya tidak tertentu. Daerah terasir pada Gambar 5.1 menunjukkan daerah yang diekspresikan oleh fungsi sebagai berikut :

B A dx X F( )

Fungis F(X) adalah kontinyu pada interval titik A dan B

B A dx X F( )

Gambar 5.1 : Luas daerah terasir di bawah kurva Y=F(X) antara titik A

dan B adalah sama dengan

B

A dx X F( ) Y= F(X) A B X Y

Selama ini telah dikembangkan beberapa metoda numerik yang telah diformulasikan untuk perhitungan integral. Bagian ini akan membahas tiga metoda yang banyak dimanfaatkan dalam pemecahan permasalahan hitung integral, yaitu metoda Simpson, metoda Rectangle (empat persegi panjang), dan metoda Trapesoid (segi empat sembarang).

(2)

Ide dasar pendekatan perhitungan integral pada ketiga metoda tersebut sebenarnya hampir sama. Pada dasarnya cara untuk menghitung luas daerah terasir dalam interval titik A dan titik B pada Gambar 5.1 dapat dilakukan dengan cara membagi daerah terasir di bawah kurva F(X) menjadi sejumlah sub interval yang lebih kecil dan kemudian masing-masing sub interval tersebut dihitung luasnya. Luas daerah yang dicari adalah sama dengan hasil penjumlahan seluruh luas daerah sub interval. Semakin kecil sub interval yang digunakan akan semakin tinggi pula akurasi hasil perhitungan yang diperoleh. Hal ini karena ujung-ujung daerah sub interval akan mendekati bentuk kurva yang sesungguhnya.

Tentu saja tidak tertutup kemungkinan terjadinya kesalahan hasil perhitungannya. Oleh karenanya, kita akan dapat membandingkan tingkat akurasi hasil perhitungan di antara ketiga metoda tersebut. Dua hal penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih metoda yang paling tepat adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk perhitungan dan akurasi hasil perhitungannya.

Perbedaan antara ketiga metoda tersebut adalah terletak pada bentuk bidang yang digunakan untuk pendekatan pada bentuk kurvanya. Dalam pendekatan metoda Simpson luas daerah terasir di bawah kurva F(X) dihitung dengan menjumlahkan luas darah sub interval yang terdiri dari bidang dengan ujung berupa parabola. Dalam pendekatan metoda rectangle luas daerah terasir di bawah kurva F(X) adalah dihitung dengan menjumlahkan luas daerah sub interval yang terdiri dari bidang yang dengan ujung berbentuk empat persegi panjang. Sedangkan dalam pendekatan metoda trapezoid luas daerah terasir di bawah kurva F(X) adalah dihitung dengan menjumlahkan luas daerah sub interval yang terdiri dari bidang yang memiliki ujung berbentuk segi empat sembarang.

(3)

5.1. Metoda Simpson

Dalam pendekatan dengan metoda Simpson, luas daerah tertutup di bawah kurva F(X) pada interval titik A dan titik B, adalah dihitung dengan mempergunakan formula sebagai berikut ini :

{

}

B A ) F(X ) 4xF(X ) 2xF(X ... ) 4xF(X ) 2xF(X ) 4xF(X ) F(X x 3 P (X)dx 0P 0 1P 0 2P 0 3P (N 2)P (N 1)P NP B A + + + + + + + = + + +

Keterangan:

N : (B - A) / P, yaitu banyaknya sub interval P : lebar sub interval

X0 : A

XN : B

Gambar 5.2 adalah menunjukkan pendekatan metoda Simpson untuk

menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dan sumbu X dalam interval titik A dan titik B.

Gambar 5.2: Menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dengan

pendekatan metoda Simpson

X Y

Y=F(X)

(4)

Proses penyelesaian perhitungan integral dengan pendekatan metoda Simpson dimulai dengan membaca fungsi F(X), dan titik-titk batas interval kurva yang akan dihitung luasnya, yaitu titik A untuk batas awal interval dan titik B untuk batas akhir interval. Mula-mula lebar masing-masing sub interval (=P) dihitung dengan membagi dua jarak antara titik A dan titik B. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :

P = (B – A) / 2

Sedangkan cacah sub interval yang terbentuk dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

N = (B - A) / P

Langkah berikutnya adalah menjumlahkan luas masing-masing sub interval yang telah terbentuk tersebut. Proses dilanjutkan untuk membagi kembali setiap sub inteval menjadi sub interval yang lebih sempit / kecil dan kemudian dijumlahkan kembali luas setiap sub interval yang baru. Suatu batas ketelitian perlu ditetapkan untuk mengecek perbedaan hasil perhitungan luas pada setiap kali perulangan. Untuk itu batas ketelitian dapat menggunakan suatu angka yang sangat kecil hampir mendekati 0 (nol) yang biasanya disebut epsilon atau ε. Jika perbedaan hasil perhitungan penjumlahan luas masing-masing sub interval sudah sangat kecil yaitu lebih kecil atau sama dengan ε, maka proses dapat dihentikan. Tetapi jika perbedaan perhitungan jumlah luas sub interval masih cukup besar yaitu masih lebih besar dari pada ε, maka masing-masing sub interval tersebut perlu dibagi kembali sehingga menjadi semakin sempit dan kemudian dijumlahkan kembali luas setiap sub interval yang baru. Demikian proses pembagian sub interval dan penjumlahan luas setiap sub interval ini akan dilakukan terus menerus hingga proses dapat dihentikan.

Jika TERAKHIR menyatakan hasil perhitungan intergral Simpson pada pendekatan terakhir, dan INTEGRAL_SIMPSON menyatakan hasil perhitungan

(5)

pada langkah sebelumnya, maka akurasi hasil perhitungan yang diperoleh dapat dicek berdasarkan kesalahan relatif yang dihitung dengan formula sebagai berikut :

ε

<

SIMPSON

INTEGRAL

TERAKHIR

SIMPSON

INTEGRAL

_

_

Keterangan:

INTEGRAL_SIMPSON : hasil pendekatan terakhir TERAKHIR : hasil pendekatan terdekat sebelumnya

Namun demikian, untuk menghindari proses yang berkepanjangan dalam melaksanakan proses perulangan tersebut kita dapat menetapkan batas cacah perulangan yang harus dilakukan. Dalam contoh di sini cacah iterasi perulangan ditetapkan sebanyak 20 kali. Sehingga jika iterasi perulangan telah dilakukan sebanyak 20 kali, tetapi perbedaan hasil perhitungan masih cukup besar, maka proses akan diperhentiikan dengan menyertakan pesan bahwa harga integral yang dicari tidak ditemukan.

Flowchart prosedur perhitungan integral dengan pendekatan metoda Simpson

(6)

Mulai Baca F(X), A, B, ε INTEGRAL_SIMPSON = 0.0 P = (B-A) / 2 FOR I = 1 TO 20 TERAKHIR = INTEGRAL_SIMPSON N = (B-A) / P FOR J=2,4,6,…N-2 JUMLAH = JUMLAH+2xF(A+JxP)+4xF(A+(J+1)xP INTEGRAL_SIMPSON=P/3xJUMLAH ABS((INTEGRAL_SIMPSON - TERAKHIR)/INTEGRAL_SIMPSON) <ε CETAK INTEGRAL_SIMPSON P = P / 2 NEXT I

CETAK “Integral Simpson tidak ditemukan dalam 20 iterasi, hasil perhitungan : “,

INTEGRAL_SIMPSON

Selesai

Gambar 5.3 : Flowchart prosedur menghitung

B

A

dx X

(7)

Dengan asumsi bahwa fungsi F(X) telah diketahui, maka solusi dalam bentuk algoritma untuk menghitung harga integral suatu fungsi dengan menggunakan pendekatan metoda Simpson dapat dituliskan sebagai berikut ;

Masukkan fungsi F(X), titik awal A dan titik akhir B, dan ε sebagai batas ketelitian 1. Mulai

2. Inisialisasikan harga-harga awal INTEGRAL_SIMPSON = 0.0

P = (B – A) / 2

3. Proses berulang langkah-4 s/d langkah-9 FOR I = 1 TO 20

4. Catat hasil perhitungan nilai pendekatan sebelumnya TERAKHIR = INTEGRAL_SIMPSON 5. Hitung cacah sub interval

N = (B – A) / P

6. Akumulasikan luas bidang pada semua sub interval JUMLAH = F(A) + 4xF(A+P) + F(B)

FOR J = 2, 4, 6, .. ,N-2

JUMLAH = JUMLAH + 2xF(A+JxP)+4xF(A+(J+1)xP) 7. Hitung Integral

INTEGRAL_SIMPSON = P / 3 x JUMLAH 8. Cek konvergensi

| (INTEGRAL_SIMPSON – TERAKHIR) / INTEGRAL_SIMPSON| < ε Jika yA, cetak Hasil (INTEGRAL_SIMSON)

Lanjutkan ke langkah-11

9. Tentukan lebar sub interval untuk iterasi berikutnya P = P / 2

10. Tidak konvergen dan cetak pesan

(“Integral tidak ditemukan dalam 20 iterasi, hasil perhitungan : ”, INTEGRAL_SIMPSON)

(8)

Untuk membuktikan keakuratan hasil perhitungan fungsi integral dengan pendekatan metoda Simpson, berikut ini diberikan contoh penyelesaian fungsi integral yaitu sebagai berikut :

Contoh :

+

2 1 2 3

)

2

3

4

(

X

X

dx

Jika dihitung harga fungsi integral tersebut adalah sebagai berikut :

= 2 1 dx X F( )

(

)

(

)

(

) (

(

) (

)

10 2 12 1 x 2 1 1 2 x 2 2 2 C X 2 X X C X 2 X X C X 2 X X dx 2 X 3 X 4 3 4 3 4 1 x 3 4 2 x 3 4 2 1 3 4 2 1 2 3 = − = + − − + − = + + − − + + − = + + − = + − = = =

)

Dari perhitungan di atas, diperoleh hasil akhir harga fungsi integral adalah 10. Selanjutnya kita akan menyelesaikan perhitungan fungsi integral tersebut dengan pendekatan metoda Simpson. Untuk itu, perlu ditetapkan lebar sub interval (=P) terlebih dahulu, misal 0.1. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Contoh : = (P/3)x(F(X0P)+4xF(X0+1P)+2xF(X0+2P)+4xF(X0+3P)+…+ 2xF(X(N-2)P)+4xF(X (N-2)P)+4xF(X(N-1)P)+F(XNP)) 2 1 = 0.1/3x{(4x13-3x12+2)+(4(4x1.13-3x1.12+2))+(2(4x1.23-3x1.22+2))+(4(4x1.33 -3x1.32+2))+…..+ (2(4x1. 83-3x1.82+2))+(4(4x1.93-3x1.92+2))+((4x23-3x22+2))} = 0.0033x{(3)+(4x3.694)+(2x4.592)+(4x5.718)+…+(2x15.608)+(4x18.606)+(22)} = 9.602

(9)

Dengan menggunakan sub interval 0.1, maka hasil perhitungan dengan pendekatan metoda Simpson diperoleh hasil akhir untuk harga fungsi integral sebesar 9.602. Harga fungsi integral yang sebenarnya adalah 10, sehingga terdapat selisih harga sebesar 0.398 lebih kecil daripada harga yang sesungguhnya. Kejadian seperti ini sangat wajar, karena bisa jadi bentuk bidang berbentuk parabola yang digunakan untuk mendekati kurva F(X) tidak dapat persis sama dengan bentuk kurvanya. Tentu saja kita dapat memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara memperkecil lebar sub intervalnya, misal diubah menjadi 0.01.

Pembaca dapat mencoba dan mengecek hasil pehitungannya apabila lebar inteval diubah menjadi 0.01, dan penggunaan komputer akan membantu dalam menyelesaikan perhitungan tersebut. Karena jika lebar sub intrval yang digunakan 0.01, maka akan diperlukan 100 kali perhitungan untuk menemukan hasil akhir perhitungan, yaitu mulai dari titik 1.00, 1.01, 1.02, 1.03,….dst,…., 1.98, 1.99, 2.00. Selain menjadi rumit, proses perhitungan tersebut akan memerlukan ketelitian yang sangat tinggi. Tetapi jika dilakukan oleh komputer, maka hal ini tidak akan menjadi permasalahan dan sekaligus dapat mengetes prosedur pada algoritma di atas.

5.2. Metoda Empat Persegi Panjang (Rectangle)

Logika prosedur untuk menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dalam

interval titik A dan titik B atau dengan menggunakan pendekatan

metoda empat persegi panjang (rectangle) sebenarnya sama dengan pendekatan metoda Simpson. Perbedaannya adalah terletak pada bentuk bidang yang digunakan untk mendekati bentuk kurva F(X). Gambar 5.4 adalah menunjukkan pendekatan metoda empat persegi panjang untuk menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dalam interval titik A dan titik B. Titik A adalah berfungsi sebagai batas bawah interval, sedangkan titik B berfungsi sebagai batas atas interval.

B

A

dx

X

F

(

)

(10)

Secara ringkas, luas daerah tertutup yang dibatasi oleh kurva F(X) pada interval titik A dan titik B dengan menggunakan pendekatan metoda empat persegi panjang adalah dihitung dengan formula sebagai berikut :

(

) (

) (

)

(

) (

{

}

B A P N P N P P P F X F X F X F X X F P dx X F 0 0 1 0 2 0 () 2) 0 () 1) 2 1 ... ) ( = + + + + + + + − + + − =

)

Keterangan:

N : (B – A) / P, yaitu banyaknya sub interval P : lebar sub interval

X0 : A

XN : B

Gambar 5.4: Menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dengan

pendekatan metoda empat persegi panjang

X Y

Y=F(X)

X0=A X1 X2 X3 ……. XN-2 XN-1 XN=B

Sebagaimana terjadi dalam pendekatan metoda Simpson, akurasi hasil perhitungan fungsi integral dengan pendekatan metoda empat persegi panjang akan semakin bertambah jika cacah sub interval (=N) semakin banyak, sehingga ukuran lebar masing-masing sub interval (=P) semakin kecil / sempit.

Tingkat akurasi hasil perhitungan yang diperoleh dapat dicek berdasarkan kesalahan relatif yang dihitung dengan formula sebagai berikut :

ε

<

TERAKHIR

TERAKHIR

RECTANGLE

INTEGRAL _

(11)

Keterangan:

INTEGRAL_RECTANGLE : hasil pendekatan terakhir

TERAKHIR : hasil pendekatan terdekat sebelumnya

Dengan asumsi bahwa fungsi F(X) telah diketahui, maka solusi dalam bentuk algoritma untuk menghitung harga integral suatu fungsi dengan menggunakan pendekatan metoda empat persegi panjang dapat dituliskan sebagai berikut :

Masukkan fungsi F(X), titik awal A dan titik akhir B, dan ε sebagai batas ketelitian 1. Mulai

2. Inisialisasikan harga-harga awal INTEGRAL_RECTANGLE = 0.0 P = (B – A) / 2

3. Proses berulang langkah-4 s/d langkah-9 FOR I = 1 TO 20

4. Catat hasil perhitungan nilai pendekatan sebelumnya TERAKHIR = INTEGRAL_RECTANGLE 5. Hitung cacah sub interval

N = (B – A) / P

6. Jumlahkan luas bidang pada semua sub interval

JUMLAH = 0.0

FOR J = 0 TO N -1

JUMLAH = JUMLAH + F(A+JxP) 7. Hitung integral

INTEGRAL_RECTANGLE = P x JUMLAH 8. Cek konvergensi

IF ABS((INTEGRAL_RECTANGLE-TERAKHIR)/INTEGRAL_RECTANGLE)<ε Jika ya, cetak hasil (INTEGRAL_ RECTANGLE)

Lanjutkan ke langkah-11

9. Tentukan lebar sub interval untuk iterasi berikutnya P = P / 2

10. Tidak konvergen dan cetak pesan

(“Integral tidak ditemukan dalam 20 iterasi, hasil perhitungan : ”, INTEGRAL_ RECTANGLE)

(12)

11. Selesai

Sebagaimana terjadi dalam metoda Simpson yang telah dibahas sebelumnya, pembagian sub interval di sini hanya dibatasi hingga 20 kali. Selanjutnya

Gambar 5.5 adalah menunjukkan flowchart prosedur pendekatan metoda empat

persegi panjang untuk menghitung harga fungsi integral.

Berikut ini akan diberikan contoh menghitung harga integral dengan metoda empat persegi panjang. Persamaan fungsinya adalah sama dengan contoh sebelumnya. Demikian juga untuk lebar sub intervalnya yaitu 0.1. Perhitungannya adalah seperti berikut ini :

Contoh :

(

)

= + + = 2 1 2 3 2 1 2 3 4 ) (X dx X X dx F

(

)

(

) (

)

(

) (

)

{

}

B A P N P N P P P F X F X F X F X X F P 0 + 0+1 + 0+2 +...+ 0+() 2) + 0+() 1) = = 0.1{(4x13-3x12+2)+ (4x1.13-3x1.12+2)+ (4x1.23-3x1.22+2)+…+ (4x1.83 -3x1.82+2)+ (4x1.93-3x1.92+2)} = 9.075

Hasil perhitungan dengan pendekatan metoda segi empat persegi panjang untuk harga fungsi integral adalah sebesar 9.075. Harga fungsi integral yang sebenarnya adalah 10, sehingga terdapat selisih harga sebesar 0.925 lebih kecil daripada harga yang sebenarnya.

Sebagaimana terjadi dalam pendekatan metoda Simpson kejadian seperti terjadi karena bidang berbentuk empat persegi panjang yang digunakan untuk mendekati kurva F(X) tidak dapat persis sama dengan bentuk kurva F(X). Hasil yang lebih baik akan diperoleh jika lebar masing-masing sub intervalnya diperkecil.

(13)

Mulai Baca F(X), A, B, ε INTEGRAL_RECTANGLE = 0.0 P = (B-A) / 2 FOR I = 1 TO 20 TERAKHIR = INTEGRAL_RECTANGLE N = (B-A) / P JUMLAH = 0.0 FOR J = 0 TO N-1

JUMLAH = JUMLAH + F(A+JxP)

INTEGRAL_RECTANGLE = P / 3 x JUMLAH ABS((INTEGRAL_RECTANGLE - TERAKHIR)/INTEGRAL_RECTANGLE)<ε Cetak INTEGRAL_ RECTANGLE P = P / 2 NEXT I

CETAK (“Integral Rectangle tidak ditemukan dalam 20 iterasi, hasil perhitungan : “,

INTEGRAL_RECTANGLE)

Selesai

Gambar 5.5 : Flowchart prosedur menghitung

B

A

dx X

(14)

5.3. Metoda Segi Empat Sembarang (Trapezoid)

perhitungan harga integral suatu fungsi dengan pendekatan metoda segi empat sembarang adalah hampir sama dengan pendekatan metoda Simpson dan empat persegi panjang. Perbedaannya, pada pendekatan metoda segi empat sembarang bidang yang digunakan untuk pendekatan kurva F(X) adalah berbentuk segi empat sembarang, tidak harus empat persegi panjang. Penyelesaian integral dengan pendekatan ini ditunjukkan pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6: Menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dengan

pendekatan metoda segi empat sembarang

X Y

Y=F(X)

X0=A X1 X2 X3 ……. XN-2 XN-1 XN=B

Perhitungan integral dengan pendekatan metoda Segi empat sembarang, umumnya memberikan hasil perhitungan yang lebih akurat daripada pendekatan metoda empat persegi panjang. Penyelesaian integral suatu fungsi dengan pendekatan metoda segi empat sembarang adalah dihitung dengan formula sebagai berikut ini :

(

)

(

)

(

)

(

)

(

)

{

}

B A NP P N P P P B A X F X xF X xF X xF X F x P dx X F = + + + + + =

( ) /2 0 2 0+1 2 0+2 ... 2 ( −1) Keterangan:

N : (B – A) / P, yaitu banyaknya sub interval P : lebar sub interval

(15)

X0 : A

XN : B

Sebagaimana terjadi dalam pendekatan meoda empat persegi panjang, akurasi hasil perhitungan fungsi integral dengan pendekatan metoda segi empat sembarang akan semakin bertambah jika cacah sub interval (=N) semakin banyak, sehingga ukuran lebar masing-masing sub interval =(P) semakin kecil / sempit. Tingkat akurasi hasil perhitungan yang diperoleh dapat dicek berdasarkan kesalahan relatif yang dihitung dengan formula sebagai berikut ini :

ε

<

TERAKHIR

TERAKHIR

TRAPEZOID

INTEGRAL _

Keterangan:

INTEGRAL_TRAPEZOID : hasil pendekatan terakhir

TERAKHIR : hasil pendekatan terdekat sebelumnya.

Dengan asumsi bahwa fungsi F(X) telah diketahui, maka solusi dalam bentuk algoritma untuk menghitung harga integral suatu fungsi dengan menggunakan pendekatan metoda segi empat sembarang dapat dituliskan sebagai berikut ini :

Masukkan fungsi F(X), titik awal A dan titik akhir B, dan ε sebagai batas ketelitian 1. Mulai

2. Inisialisasikan harga-harga awal INTEGRAL_TRAPEZOID = 0.0 P = (B – A) / 2

3. Proses berulang langkah-4 s/d langkah-9 FOR I = 1 TO 20

4. Catat hasil perhitungan nilai pendekatan sebelumnya TERAKHIR = INTEGRAL_ TRAPEZOID 5. Hitung cacah sub interval

N = (B – A) / P

6. Jumlahkan luas bidang pada semua sub interval

JUMLAH = 0.0

(16)

JUMLAH = JUMLAH + F(A+JxP)+F(A+(J+1)xP) 7. Hitung Integral INTEGRAL_TRAPEZOID = P x JUMLAH 8. Cek konvergensi IFABS((INTEGRAL_TRAPEZOID - TERAKHIR)/INTEGRAL_TRAPEZOID)< ε

Jika ya, cetak hasil (INTEGRAL_ TRAPEZOID) Lanjutkan ke langkah-11

9. Tentukan lebar sub interval untuk iterasi berikutnya P = P / 2

10. Tidak konvergen dan cetak pesan

(“Integral tidak ditemukan dalam 20 iterasi, hasil perhitungan : ”. INTEGRAL_ TRAPEZOID)

11. Selesai

Gambar 5.7 adalah menunjukkan flowchart prosedur untuk menghitung harga

fungsi integral dengan pendekatan metoda segi empat sembarang, dan sebagaimana terjadi dalam pendekatan metoda Simpson dan metoda empat persegi panjang yang telah dibahas sebelumnya, pembagian sub interval di sini hanya dibatasi hingga 20 kali.

(17)

Mulai Baca F(X), A, B, ε INTEGRAL_TRAPEZOID = 0.0 P = (B-A) / 2 FOR I = 1 TO 20 TERAKHIR = INTEGRAL_TRAPEZOID N = (B-A) / P JUMLAH = 0.0 FOR J = 0 TO N-1

JUMLAH = JUMLAH + F(A+JxP)+F(A+(J+1)xP)

INTEGRAL_TRAPEZOID = P x JUMLAH ABS((INTEGRAL_TRAPEZOID - TERAKHIR)/INTEGRAL_ TRAPEZOID)<ε Cetak INTEGRAL_ TRAPEZOID P = P / 2 NEXT I

CETAK (“Integral Trapezoid tidak ditemukan dalam 20 iterasi, hasil perhitungan : “,

INTEGRAL_TRAPEZOID)

Selesai

Gambar 5.7 : Flowchart prosedur menghitung

B

A

dx X

(18)

Dengan menggunakan persamaan fungsi pada contoh sebelumnya dan lebar sub interval 0.1, maka jika dihitung menggunakan pendekatan metoda segi empat sembarang akan diperoleh hasil sebagai berikut ini :

Contoh :

(

)

= + + = 2 1 2 3 2 1 2 3 4 ) (X dx X X dx F

(

)

(

)

(

)

(

)

(

)

{

}

125 . 11 )} 2 2 3 2 4 ( ) 2 9 . 1 3 9 . 1 4 ( 2 ( ... ) 2 1 . 1 3 1 . 1 4 ( 2 ( ) 2 1 3 1 4 {( 2 / 1 . 0 2 ... 2 2 2 / 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 ) 1 ( 2 0 1 0 0 = + − + + − + + + − + + − = + + + + + = + + − x x x x x x x x x x x X F X xF X xF X xF X F x P P P P N P NP

Hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan segi empat sembarang adalah 11.125, sehingga terjadi selisih perhitungan dengan harga integral yang sebenarnya sebesar 1.125. Dalam kasus ini, perhitungan fungsi integral dengan pendekatan segi empat sembarang telah memberikan hasil perhitungan paling tidak akurat.

Secara relatif, umumnya perhitungan fungsi integral dengan pendekatan metoda

Simpson akan memberikan hasil paling akurat. Kemungkinan kesalahan dalam

perhitungan relatif lebih kecil. Hal ini dikarenakan bidang yang digunakan untuk pendekatan terhadap kurva fungsinya adalah berbentuk parabola sehingga akan lebih sempurna jika dibandingkan dua pendekatan metoda lainnya yang menggunakan bidang dengan batas berupa garis lurus. Pendekatan metoda

Simpson sangat terkenal dan banyak dimanfaatkan dalam banyak aplikasi

karena kesederhanaan formulanya.

Penggunaan pendekatan metoda empat persegi panjang dalam aplikasi relatif paling mudah dipahami dan sederhana. Namun demikian, pendekatan dengan metoda ini mempunyai kelemahan yaitu kemungkinan terjadinya kesalahan

(19)

perhitungan sangat besar. Sedangkan metoda segi empat sembarang secara relatif memiliki keunggulan dan kelemahan di antara dua metoda lainnya.

Selain itu penetapan lebar sub interval dalam perhitungan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat akurasi hasil perhitungan. Sebagaimana dalam dua pendekatan sebelumnya, Pembaca dapat mengetes hasil perhitungan menggunakan pendekatan metoda segi empat sembarang apabila lebar sub interval yang digunakan adalah 0.01. Tentu kita juga akan sepakat bahwa semakin kecil lebar sub interval yang digunakan akan memberikan hasil yang lebih baik. Perbedaan pada bentuk bidang yang dipergunakan untuk pendekatan kurva fungsi pada masing-masing metoda akan memberikan hasil akhir perhitungan yang tingkat akurasinya dapat saling diperbandingkan.

Gambar

Gambar 5.1 : Luas daerah terasir di bawah kurva Y=F(X) antara titik A  dan B adalah sama dengan  ∫B
Gambar 5.2: Menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dengan  pendekatan metoda Simpson
Gambar 5.3 : Flowchart prosedur menghitung  ∫ B
Gambar 5.4: Menghitung luas daerah di bawah kurva F(X) dengan  pendekatan metoda empat persegi panjang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghitung integral tentu dengan menggunakan jumlah Riemann dibutuhkan langkah yang panjang dan agak rumit?. Amati dengan cermat beberapa bentuk integral tentu berikut diambil

Persegi Panjang adalah: bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.

Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.. sifat-sifat persegi panjang

Pada saat equilibrium, jumlah total pengeluaran (total expenditure) konsumen = P0.X0 yang dalam gambar ini adalah luas empat persegi panjang 0ABC, sedangkan konsumen yang

Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.. sifat-sifat persegi panjang

Jika f suatu fungsi dua variabel yang kontinu dan terdefinisi pada persegi panjang D.. Integral Lipat-Dua Atas Daerah Bukan

Jika f suatu fungsi dua variabel yang kontinu dan terdefinisi pada persegi panjang D.. Integral Lipat-Dua Atas Daerah Bukan

Jika menelaah konsepsi dari integral, maka pada integral tentu dari sebuah fungsi adalah luas bidang yang dibatasi oleh grafik fungsi, sumbu-X, dan garis-garis