• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR SAFAAT YULIANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES UNTUK ANALISIS KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR SAFAAT YULIANTO"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES

UNTUK ANALISIS KEMISKINAN

DI PROVINSI JAWA TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES

UNTUK ANALISIS KEMISKINAN

DI PROVINSI JAWA TIMUR

SAFAAT YULIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASINYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Model Otoregresif Simultan Bayes untuk Analisis Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Safaat Yulianto NIM G151090011

(3)

ABSTRACT

SAFAAT YULIANTO. Bayesian Simultaneous Autoregressive Models of Proverty Analysis in East Java Province. Supervised by ANIK DJURAIDAH and AJI HAMIM WIGENA.

Simultaneous Autoregressive (SAR) is a spatial model derived from the linear regression equation that the error is designed as an autoregressive model which is the response variable at one location simultaneously observed to the response variable at other locations. In a previous study, Meilisa (2010) used maximum likelihood methods (MLM) without considering the initial information (prior) in the parameter estimates. The Bayesian approach is very good for small-sized samples, but it has not been much used or explored. According to Oliviera and Song (2008), based on simulation results showed that estimate value by Bayesian approach was closer to actual value, whereas by MLM lower than actual value. In this research, the noninformative prior that used for the Bayesian method wass the independence Jeffreys, Jeffreys-rule, and the uniform prior. The dataset that used was percentage poverty of 38 districts/towns in East Java province on the basis of explanatory variables were percentage of household that did not use clean water, residents who get health insurance and subsidized rice. The results showed that the spatial correlation of the three noninformative priors was 0.10. The best prior for SAR Bayes model with Jeffreys-rule prior had a coefficient of determination of 83.89% and it had the smallest value of variance estimator and Bayesian Information Criterion (BIC). In this case study, SAR Bayesian model had almost same coefficient determination with the results of regression and SAR model.

Keywords: Bayesian simultaneous autoregressive, noninformative priors, integrated likelihood, neighborhood matrix

(4)

RINGKASAN

SAFAAT YULIANTO. Model Otoregresif Simultan Bayes untuk Analisis Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Dibawah bimbingan ANIK DJURAIDAH dan AJI HAMIM WIGENA.

Simultaneous Autoregressive (SAR) adalah model spasial yang berasal

dari persamaan regresi linear dengan galatnya dimodelkan dalam bentuk model otoregresif, dengan peubah acak pada satu lokasi diamati secara simultan terhadap peubah acak di lokasi lainnya. Dalam penelitian terdahulu (Meilisa 2010) menggunakan metode kemungkinan maksimum/maximum likelihood (ML) dalam pendugaan parameter tanpa mempertimbangkan informasi awal (prior) dalam pendugaan parameternya. Pendekatan metode Bayes untuk SAR belum banyak digunakan, padahal pendekatan tersebut baik digunakan untuk sampel yang berukuran kecil. Menurut hasil penelitian Oliviera dan Song (2008) berdasarkan hasil simulasi, nilai dugaan parameter menggunakan metode ML memiliki nilai yang dibawah nilai sebenarnya, sedangkan dengan pendekatan Bayes nilai-nilai dugaan yang dihasilkan lebih mendekati nilai yang sebenarnya. Pada penelitian ini digunakan informasi awal yang terdiri dari independence Jeffreys, Jeffreys-rule dan uniform. Pemilihan informasi awal noninformatif ini didasarkan atas pertimbangan bahwa tidak ada informasi berdasarkan penelitian sebelumnya.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari hasil Pendataan Potensi Desa/Kelurahan tahun 2008 yang dilakukan oleh BPS dan telah dipublikasikan oleh BPS pada Provinsi Jawa Timur. Peubah respon pada penelitian ini adalah Headcount Index tingkat kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Peubah-peubah penjelas yang digunakan adalah: persentase rumah tangga yang menggunakan air minum yang tidak berasal dari air mineral, air PAM, pompa air, sumur atau mata air terlindung, persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan dan persentase penduduk yang diperbolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi.

Berdasarkan data yang ada diketahui Kabupaten Bangkalan merupakan daerah dengan persentase tertinggi penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi. Hal ini menunjukkan persentase penduduk miskin di Bangkalan sangat besar dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur. Sebaran data terbesar terdapat pada peubah bebas persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan, yang memberikan gambaran masih banyak penduduk yang membutuhkan sarana pengobatan yang disubsidi oleh pemerintah sehingga dapat dikatakan masih banyak penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa nilai korelasi spasial antar daerah dari ketiga macam prior sama yaitu sebesar 0.10 yang mengindikasikan kemiskinan suatu daerah akan mempunyai akibat secara langsung maupun tidak

(5)

langsung terhadap daerah-daerah di sekitarnya, sedangkan model Bayesian

Simultaneous Autoregressive (SAR Bayes) terbaik yaitu dengan informasi awal

Jefrreys-rule yang terlihat dari nilai ragam penduga dan BIC yang terkecil dengan koefisien determinasi sebesar 83.89%. Dari perbandingan nilai koefisien determinasi diboboti (R2adjust) maka model regresi, model SAR, dan model SAR

Bayes sama baiknya digunakan dalam menentukan faktor-faktor untuk menganalisis kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Kata kunci: otoregresif simultan Bayes, prior noninformatif, fungsi kemungkinan terintegrasi, matriks tetangga terdekat

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(7)

MODEL OTOREGRESIF SIMULTAN BAYES

UNTUK ANALISIS KEMISKINAN

DI PROVINSI JAWA TIMUR

SAFAAT YULIANTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Statistika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(8)
(9)

Judul Tesis : Model Otoregresif Simultan Bayes untuk Analisis Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Nama : Safaat Yulianto

NIM : G151090011

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Erfiani, M.Si Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 18 September 2011

(10)

PRAKATA

Syukur nikmat penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat masukan dari Dosen Pembimbing, keluarga dan teman-teman. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, akhirnya tesis yang berjudul Analisis Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timur Dengan Model Otoregresif Simultan Bayes dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Anik Djuraidah, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing atas kesabaran dan saran-sarannya selama penyelesaian penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc selaku ketua Hibah Geoinformatika dan penguji luar komisi yang selalu memberikan motivasi dan wawasan keilmuan kepada penulis.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan melalui Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS).

4. Kedua orang tua, istri, anak-anak serta keluarga besar Cilacap atas doa dan dukungan sehingga mendorong penulis untuk memberikan yang terbaik.

5. Teman-teman yang tergabung dalam tim Hibah Geoinformatika yang selalu saling mendukung dan atas kebersamaannya.

6. Teman-teman seangkatan Statistika 2009.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian baik secara teknis maupun administrasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk semua pembaca. Amin.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap (Jawa Tengah) pada tanggal 3 Juli 1973 dari pasangan Wachid Sumadji dan Siti Fatonah. Penulis merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. Menyelesaikan program Sarjana di Fakultas MIPA, Jurusan Statistika, Universitas Padjajaran Bandung (UNPAD) pada tahun 1999.

Tahun 2000 penulis menjadi staff pengajar di Yayasan Sumber Perintis Teknik dan pada tahun 2005 penulis mengikuti tes CPNS dan diterima menjadi Pegawai Negri Sipil di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional yaitu Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VI sebagai tenaga edukatif dan diperbantukan pada Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang, pada tahun 2009 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan program Magister Sains pada Program Studi Statistika, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Beasiswa pendidikan Pascasarjana (BPPS) diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Berganda ... 5

Model SAR ... 5

Model SAR Bayes ... 7

Pendugaan dan Pengujian Parameter Model SAR Bayes dengan Markov Chain Monte Carlo (MCMC) ... 9

Pemilihan Model Terbaik... 10

METODOLOGI PENELITIAN Sumber Data ... 13

Metode Analisis ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data ... 17

Analisis Model Regresi ... 19

Analisis Model SAR ... 20

Analisis Model SAR Bayes ... 21

Analisis Perbandingan Model SAR Bayes, dan Model SAR ... 25

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Koefisien penduga model regresi ... 19

2 Koefisien penduga model SAR ... 20

3 Hasil pendugaan SAR Bayes... 21

4 Perbandingan nilai BIC dan ragam penduga ... 22

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Ilustrasi Pembobot Spasial ... 6 2 Peta Administratif Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur ... 13 3 Deskripsi peubah kabupaten/kota di Jawa Timur ... 18 4 Uji homoskedatisitas dan uji kenormalan sisaan pada model SAR Bayes 24

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Korelasi antar peubah penjelas dan peubah respon ... 31 2 Korelasi antar peubah penjelas ... 31 3 Hasil pendugaan parameter model SAR Bayes... 32 4 Hasil perbandingan model regresi, model SAR, dan model SAR Bayes.. 33

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang berarti tidak berharta-benda. Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain (Gunawan dan Sugiyanto 2005). Rangkaian perubahan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik telah membentuk kekhasan karakter kemiskinan di Indonesia.

Permasalahan kemiskinan tidak hanya berdiri sendiri, sehingga dalam penanggulangannya menuntut pemahaman, kecermatan dan kehati-hatian. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan. Hal ini bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan dan pemerataan pendapatan. Basri (1995) mengemukakan bahwa salah satu prasyarat keberhasilan program-program pembangunan sangat tergantung pada ketepatan pengidentifikasian target group dan target area. Oleh karena itu, penting mempertimbangkan faktor-faktor penyebab kemiskinan sebagai landasan awal dalam penanganan masalah kemiskinan (Bappenas 2010).

Strategi dan bentuk intervensi yang tepat dari pemerintah diperlukan dalam upaya mengurangi kemiskinan di tanah air. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah orang miskin di Indonesia masih sebesar 31.02 juta jiwa atau 13.33% dari total jumlah penduduk Indonesia, sedangkan jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur pada bulan Maret 2010 sebanyak 5.53 juta jiwa atau 15.26% dari penduduk Provinsi Jawa Timur. Indikator utama yang digunakan BPS untuk mengelompokkan suatu wilayah tergolong miskin (tertinggal) dengan menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita yang masih bersifat global (Rahmawati 2010) dengan tidak mempertimbangkan lokasi pengamatan atau kondisi geografis lokasi termasuk posisinya terhadap lokasi lain di sekitarnya. Di

(17)

sisi lain, strategi penanggulangan kemiskinan lebih efektif dengan pendekatan geografis yang akan berhubungan dengan sumber daya alam dan manusia, karena kemiskinan suatu wilayah dipengaruhi oleh kemiskinan di wilayah sekitarnya. Hal ini berdasarkan hukum geografi I yang dikemukakan Tobler yang berbunyi ”Segala sesuatu saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu yang lebih dekat mempunyai pengaruh dari sesuatu yang jauh” (Waller dan Gotway 2004). Adanya efek spasial merupakan hal yang lazim terjadi antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Ini berarti bahwa wilayah yang satu mempengaruhi wilayah lainnya. Dalam statistika, model yang dapat menjelaskan hubungan antara suatu wilayah dengan wilayah sekitarnya disebut sebagai model spasial.

Penelitian awal model spasial di antaranya: model otoregresif bersyarat/

Coditional Autoregressive (CAR) yang merupakan model bersyarat yang

mengamati peubah acak pada satu lokasi apabila lokasi lain diketahui (Besag 1974) dan Feldkircher (2007) menggunakan CAR untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara, sedangkan model otoregresif simultan/

Simultaneous Autoregressive (SAR), antara lain Whittle (1954) yang menjelaskan

bentuk otoregresif yang menjadi pembuka bagi formulasi SAR dan Anselin (1999) melakukan pendugaan parameter model dengan metode kemungkinan maksimum/maximum likelihood (ML).

Penelitian analisis spasial berdasarkan indikator kemiskinan di Indonesia telah banyak dikembangkan. Arisanti (2010) menyatakan bahwa model otoregresif lag spasial lebih baik dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dibandingkan regresi linier klasik. Meilisa (2010) menganalisis faktor-faktor kemiskinan di Provinsi Jawa Timur menggunakan model spasial otoregresif. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh bahwa model CAR dan model SAR sama baiknya dalam menentukan faktor-faktor kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Dalam penelitian tersebut digunakan metode ML dan tidak menggunakan informasi awal (prior) dalam pendugaan parameternya.

Pendugaan dengan metode Bayes akan baik digunakan untuk sampel yang berukuran kecil, sehingga dengan metode Bayes akan memperbaiki

(18)

pendugaannya. Metode Bayes merupakan metode pendugaan parameter yang memanfaatkan informasi awal dan informasi contoh (Gill 2002). Menurut hasil penelitian Oliviera dan Song (2008) berdasarkan hasil simulasi, nilai dugaan ragam dan parameter spasial yang menggunakan metode ML memiliki nilai di bawah pendugaan metode Bayes. Dengan demikian pendekatan Bayes menghasilkan nilai dugaan yang mendekati nilai sebenarnya. Informasi awal noninformatif/baku digunakan dalam situasi di mana informasi awal yang berasal dari subjektifitas peneliti atau berdasarkan penelitian sebelumnya sukar didapatkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan informasi awal noninformatif terbaik pada model SAR Bayes pada data kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

2. Membandingkan model regresi biasa, model SAR dan model SAR Bayes pada kasus kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

(19)
(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Model Regresi Berganda

Regresi linier adalah persamaan matematika yang menggambarkan hubungan antara peubah respon y dan peubah bebas X = (X1, X2,…, Xp).

Hubungan antara kedua peubah tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan:

= + ∑ + , i = 1, 2, …, n (1)

dengan merupakan konstanta, merupakan nilai peubah bebas ke-p pada pengamatan ke-i, merupakan nilai koefisien peubah penjelas . dan

merupakan galat acak pengamatan ke-i. Persamaan (1) dinyatakan dalam bentuk matriks:

= + ∗

~ ( , )

Model SAR

Model SAR dideskripsikan sebagai suatu model yang mempertimbangkan apabila suatu daerah yang dipilah-pilah menjadi subdaerah-subdaerah, dengan antara subdaerah yang satu dan subdaerah lainnya saling berhubungan secara simultan, {Ai : i = 1, 2, ..., n}, Ai melambangkan kumpulan dari

subdaerah-subdaerah. Misalkan ( ): ∈ ( , … , ) adalah proses gaussian acak dimana {A1,..., An} bentuk lattice dari D, hal tersebut berlaku jika {A1,..., An}

adalah partisi sederhana dari D, dengan ∪ … ∪ = dan Ai ∩ Aj= 0; ∀

i ≠ j (Oliviera dan Song 2008). Secara sederhana Wall (2004) menjelaskan bahwa

SAR adalah model spasial yang berasal dari persamaan regresi linear dengan galatnya dimodelkan dalam bentuk model otoregresif dengan peubah acak pada satu daerah dengan daerah lainnya diamati secara simultan.

Peubah y(Ai) merupakan peubah respon untuk setiap subdaerah yang diobservasi dengan peubah penjelas xi = (xi1, ... , xip)’ dimana p < n. Untuk

(21)

regresi SAR dari peubah respon, y = (y1, ... , yn) dapat dituliskan dalam

persamaan:

= ′ + ∑ − ′ + , i = 1, ..., n (2)

Jika dimisalkan B = (bij)nxn, maka persamaan (2) dapat dituliskan dalam bentuk

matriks :

= +( − ) +

dengan β = (β1, ..., βp)’

ε = (ε1,..., εn)’ diasumsikan εi~N(0,σi2)

sehingga y ~ N[X β, ( (In - B)-1M (In - B’)-1)] (3)

M = σ2In, dan σ2> 0 tidak diketahui (In- B) = matriks nonsingular

B = dengan merupakan parameter spasial yang tidak diketahui

W = (wij)nxnmerupakan matriks pembobot spasial simetri yang nonnegatif.

Matriks pembobot spasial pada dasarnya merupakan matriks ketergantungan spasial. Matriks ketergantungan spasial adalah matriks yang menggambarkan hubungan antar daerah. Pace dan Barry (1997) menyatakan pembobot yang diberikan pada kelompok blok sensus tergantung pada kedekatan antar daerah. Kedekatan suatu daerah berdasarkan ketergantungan spasial biner, sehingga matriks pembobot ini mempunyai aturan sebagai berikut :

wij 1, untuk daerah i yang bersebelahan dengan daerah j0, untuk lainnya

Sebagai ilustrasi, Gambar 1 merupakan contoh pembentukan matriks pembobot spasial tetangga terdekat.

R1

R2 R3

R4

R5

(22)

Matriks pembobot untuk Gambar 1 di atas adalah : R R R R R R R R R R ⎣⎢ ⎢ ⎢ ⎡0 1 11 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 11 0⎦⎥ ⎥ ⎥ ⎤

Baris pada matriks ketergantungan spasial menunjukkan hubungan spasial suatu daerah dengan daerah lain, sehingga jumlah nilai pada baris ke-i merupakan jumlah tetangga yang dimiliki oleh daerah i (wi.= Σwij).

Model SAR Bayes

Misalkan yi peubah acak yang mempunyai sebaran pada persamaan (3)

maka fungsi kemungkinan dari =( , , ) berdasarkan data yang diobservasi sebagai berikut:

( | ) ∝( ) − ( − )′ ( − ) (4)

dengan = ( − )( − ) = ( − )

Sebaran informasi awal dari η adalah :

( ) ∝( )( ) , , (5)

dengan Ω = Rp x (0,∞) merupakan ruang parameter yang memiliki ciri khas tergantung pada pembobotnya, a  R yang nilainya ditetapkan (Gill 2002) dan ( ) merupakan informasi awal marginal dari

dalam selang (λn-1,λ1-1);

λi, untuk i = 1, ..., n adalah nilai akar ciri dari matriks pembobot W.

Dalam Bayes diketahui bahwa sebaran  memerlukan persyaratan yakni 0 < ∫ ( | ) ( )Ω < ∞. Untuk penyederhanaan fungsi posterior dari persamaan (4) dan (5) dinotasikan sebagai berikut:

( , )( | ) ( ) = ( | ) ( ) (6)

dengan ( | ) ∝

= ( − )′ ( − )

(23)

( | )disebut fungsi kemungkinan terintegrasi dari (Oliviera dan Song 2008). Sebaran posterior dari  dari persamaan (4) akan tepat jika fungi kemungkinan terintegrasi pada persamaan (6) dan sebaran informasi awal

( ) berada pada selang (λn-1,λ1-1).

Informasi awal noninformatif digunakan dalam situasi dimana informasi awal yang berasal dari subjektifitas peneliti atau berdasarkan penelitian sebelumnya sukar didapatkan. Informasi awal noninformatif yang digunakan yakni Informasi awal Jeffreys dan informasi awal uniform/naive. Informasi awal uniform akan memberikan bobot nilai yang sama untuk semua nilai parameter spasial. Sedangkan informasi awal Jeffreys tidak membatasi antara λ1-1dan λn-1,

melainkan menetapkan pembobot yang penting untuk parameter spasial mendekati batas-batas antara nilai akar ciri terendah dan tertinggi.

1. Informasi awal Jeffreys

Dalam informasi awal Jeffreys, informasi awal yang digunakan yaitu ( ) ∝ (det[ ( )]) , dimana ( )merupakan matriks informasi Fisher. Bentuk matriks informasi Fisher sebagai berikut :

[ ( )] = log ( ( | )) log ( ( | )) |

Dengan mempertimbangkan fungsi kemungkinan persamaan (4) dengan W simetrik serta sebaran informasi awal persamaan (5) maka akan didapatkan :

i) untuk a = 1 maka ( ) ∝ ∑ − ∑ yang

merupakan informasi awal independence Jeffreys

ii) untuk a = 1 + maka ( ) ∝| ( − ) | ( ) yang merupakan informasi awal Jeffreys-rule

2. Informasi awal uniform

Informasi awal uniform memberikan bobot nilai yang sama untuk semua nilai parameter spasial, dituliskan sebagai :

(24)

Pendugaan dan Pengujian Parameter Model SAR Bayes dengan Markov

Chain Monte Carlo (MCMC)

Dalam tahapan pendugaan parameter model, ketika menggunakan metode bayes berhirarki, maka perhitungan yang dilakukan biasanya melalui integral multidimensi, alternatif yang dapat digunakan yakni menghitung besaran posterior melalui integrasi numerik dan salah satu metode yang digunakan adalah algoritma MCMC. Pendugaan parameter model didasarkan sampel dari sebaran posterior. Sampel posterior ini disimulasikan dengan algoritma MCMC yang didasarkan pada sebaran posterior :

( , , | ) = ( | , , ) ( | , ) ( | ) dari persamaan (4) dan (5) diketahui bahwa :

(i) ( | , , )~ , ( )

(ii) ( | , )~ + − 1, (7)

(iii) ( ( | ) ∝ ( ) ( )

Simulasi dari (i) dan (ii) untuk mendapatkan parameter dan pada persamaan (7) dapat dibangkitkan secara langsung dengan menggunakan algoritma MCMC, sedangkan untuk mendapatkan sampel dari (iii) persamaan (7) diselesaikan dengan menggunakan algoritma Adaptive Rejection Metropolis

Sampling (ARMS) yang diusulkan oleh Gilks et al. (1995).

Untuk menguji signifikansi dari parameter digunakan uji kuasa (Kutner et

al. 2005). Pengujian hipotesis untuk β :

: = 0

: ≠ 0 i = 0, .., p Dengan statistik uji :

= ( )

(25)

Sedangkan untuk menguji signifikansi korelasi spasial ( ), hipotesis yang digunakan :

: = 0 (tidak ada korelasi spasial) : ≠ 0 (ada korelasi spasial) Dengan statistik uji :

= ( )

kriteria penolakan Ho yaitu jika| | > ( ; )

Pemilihan Model Terbaik

Metode yang digunakan untuk memilih model bayes terbaik menurut Gill (2002) dengan Bayesian Information Criterion (BIC) dan ragam dari penduga, sedangkan kebaikan model dapat dilihat dari nyata atau tidaknya koefisien parameter model dan nilai koefisien determinasi (R2). Untuk menghitung nilai BIC digunakan rumus sebagai berikut:

BIC = -2log L + p log (n)

dengan L = nilai maksimum dari fungsi kemungkinan

p = banyaknya parameter dalam model n = banyaknya ulangan

Model dikatakan baik jika memiliki nilai BIC yang kecil.

Selain metode tersebut, nilai ragam penduga juga dapat menjadi kriteria pemilihan model terbaik. Ragam penduga adalah ukuran penyebaran penduga di sekitar nilai tengah populasi. Penduga dikatakan baik jika memiliki ragam yang kecil. Untuk menghitung ragam penduga digunakan rumus sebagai berikut:

var ( ) = E( ) − [E( )]

Untuk pemilihan model yang terbaik dapat digunakan uji kebaikan model, yakni dengan menggunakan koefisien determinasi. Fungsi utama dari koefisien determinasi adalah untuk menguji ketepatan hasil analisis regresi. Koefisien determinasi dinotasikan dengan :

(26)

Nilai koefisien determinasi berada pada 0 ≤ R2≤ 1. Semakin besar nilai R2maka model dikatakan semakin tepat menjelaskan peubah respon. Jika nilai R2bernilai nol berarti peubah bebas tidak memberikan kontribusi terhadap naik turunnya peubah respon dan apabila nilai R2bernilai 1 maka ragam peubah respon mutlak dipengaruhi oleh peubah-peubah penjelas yang terdapat pada model.

(27)
(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang telah dikumpulkan dari data Potensi Desa (Podes) 2008 yang telah dilakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur. Peta Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur disajikan dalam Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Peta Administratif Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur Keterangan: kode wilayah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur:

01. Pacitan 14. Pasuruan 27. Sampang

02. Ponorogo 15. Sidoarjo 28. Pamekasan

03. Trenggalek 16. Mojokerto 29. Sumenep

04. Tulungagung 17. Jombang 71. Kota Kediri

05. Blitar 18. Nganjuk 72. Kota Blitar

06. Kediri 19. Madiun 73. Kota Malang

07. Malang 20. Magetan 74. Kota Probolinggo

08. Lumajang 21. Ngawi 75. Kota Pasuruan

09. Jember 22. Bojonegoro 76. Kota Mojokerto

10. Banyuwangi 23. Tuban 77. Kota Madiun

11. Bondowoso 24. Lamongan 78. Kota Surabaya

12. Situbondo 25. Gresik 79. Kota Batu

13. Probolinggo 26. Bangkalan

Peubah respon pada penelitian ini adalah headcount index (HCI) kemiskinan di tingkat kabupaten. HCI adalah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis

(29)

Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), dengan GKM adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang dikonsumsi penduduk, disetarakan dengan 2100 kalori perkapita sehari, sedangkan GKNM adalah penjumlahan nilai kebutuhan dari komoditi non makanan terpilih meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan (BPS 2008).

Peubah penjelas dari data Podes 2008 yang berpengaruh nyata dengan model, yaitu :

X1= persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air minum yang tidak berasal dari air mineral, air PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung

X2= persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan

X3= persentase penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi

Dari masing-masing peubah penjelas tersebut diatas, terdapat hubungan yang erat dengan kemiskinan. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tinggi persentase penduduk yang mengkonsumsi air yang tidak layak minum menandakan ketidakmampuan penduduk memenuhi kebutuhan dasar, ketidakmampuan penduduk disebabkan tidak adanya dana khusus yang disediakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar sehingga dapat mengindikasikan penduduk tersebut mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu terkait dengan pola hidup dari masyarakat, sehingga kelompok mengkonsumsi air yang tidak layak minum dapat dikategorikan dalam kelompok miskin. Ketidakmampuan penduduk dalam membayar biaya pengobatan bisa dilihat dengan banyaknya permintaan untuk mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan yang disediakan pemerintah untuk membebaskan biaya pengobatan, padahal kesehatan adalah kebutuhan dasar dalam pembangunan masyarakat. Dengan ketidakmampuan sebagian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya mengindikasikan masyarakat tersebut masih berada dibawah garis kemiskinan. Kebutuhan dasar yang lain adalah pangan, semakin banyak penduduk yang membeli beras bantuan pangan yang diselenggarakan pemerintah berupa penjualan beras dibawah harga pasar kepada

(30)

penerima tertentu, memperlihatkan tingginya tingkat kemiskinan di wilayah tersebut.

Metode Analisis

Tahapan untuk memperoleh model SAR Bayes terbaik sebagai berikut : 1. Menentukan peubah-peubah yang diikutkan dalam pembentukan model 2. Menentukan matriks pembobot W. Matriks yang digunakan adalah matriks

pembobot tetangga terdekat, yaitu pada setiap baris, elemen yang wijbernilai

1 jika daerah i berdekatan dengan daerah j, sedangkan elemen diagonal utama akan selalu bernilai nol (wii= 0)

3. Menduga parameter untuk persamaan model SAR Bayes

Dalam tahapan pendugaan parameter model, ketika menggunakan metode bayes berhirarki, maka dibutuhkan perhitungan sebaran posterior. Perhitungan ini biasanya melalui integral multidimensi, alternatif yang dapat digunakan yaitu menghitung besaran posterior melalui integrasi numerik dan salah satu metode yang akan digunakan adalah algoritma Markov Chain

Monte Carlo (MCMC), sehingga parameter β dan σ2dari sebaran posterior

dapat diduga. Sedangkan untuk mendapatkan penduga digunakan algoritma Adaptive Rejection Metropolis Sampling (ARMS), dengan tahapan dari algoritma ARMS sebagai berikut :

a) Tentukan banyak sampel yang akan dilakukan (n)

b) Tentukan nilai inisial ( ) yang ada dalam selang nilai akar ciri dari matriks pembobot

c) Tentukan Syang merupakan nilai-nilai dalam selang nilai akar ciri

yang positif

d) Tentukan U dari uniform (0,1)

e) Jika U > f( )/exp hn( ), ganti S+1= S, dan ulangi langkah c, jika

tidak maka =

dengan hn( ) adalah nilai maksimum antara titik [ i, lnf( i)] dan

(31)

f) Jika > min 1,( ) { ( ),, ( )

( )} maka = , jika tidak =

g) Hasil

4. Menguji parameter model.

5. Memilih model SAR Bayes terbaik.

6. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.

Analisis dilakukan dengan menggunakan software R.2.13.0 , Minitab 14 dan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai 38 kabupaten/kota, terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu Jawa Timur dan Pulau Madura. Luas wilayah Jawa Timur hampir mencapai 90% dari luas keseluruhan, sedangkan wilayah Pulau Madura hanya sekitar 10%. Jumlah penduduk Jawa Timur adalah 37.79 juta jiwa (BPS 2008) dengan jumlah penduduk terbesar (7.197%) berada di Kota Surabaya.

Pembentukan model SAR Bayes diawali dengan pemilihan peubah yang akan digunakan dalam model. Peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (Lampiran 1). Peubah yang mempengaruhi persentase penduduk di bawah garis kemiskinan adalah persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air bersih, penduduk yang mendapatkan asuransi kesehatan dan beras bersubsidi. Peningkatan pesentase rumah tangga yang tidak menggunakan air mineral, PAM, sumur yang terlindung menyebabkan kenaikan persentase penduduk di bawah garis kemiskinan. Kenaikan persentase penduduk yang menerima asuransi kesehatan dan penerima beras miskin menyebabkan kenaikan persentase kemiskinan.

Dari tiga peubah penjelas yang diamati memperlihatkan adanya korelasi antar peubah penjelas (Lampiran 2). Hal tersebut menggambarkan bahwa ketiga peubah tersebut saling berhubungan. Hubungan yang terjadi dapat disebabkan semua peubah penjelas yang terpilih terdapat pada kriteria penduduk yang miskin atau karena setiap penduduk dengan kriteria miskin yang di survei akan mempunyai kriteria lain yang termasuk dalam peubah penjelas yang terpilih dalam model. Nilai korelasi yang terjadi antar peubah menunjukkan nilai yang cukup tinggi, tetapi ada juga nilai korelasi yang tidak signifikan. Korelasi yang tidak signifikan ditunjukkan pada korelasi antara persentase penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi dan persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan beras murah bersubsidi dengan persediaan terbatas memang

(33)

diperuntukan bagi penduduk yang

kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) hanya didapatkan oleh penduduk yang memenuhi persyaratan

Pola penyebaran data pada diagram kotak garis yang disajikan pada Gambar 3. Sebaran data

yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan

gambaran masih banyak penduduk yang membutuhkan sarana pengobatan yang disubsidi oleh pemerintah sehingga dapat dikatakan masih banyak penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut juga terlihat pada besarnya

yang berada dibawah garis kemi peubah bebas persentase

harga murah bersubsidi, tetapi terlihat adanya

Bangkalan, yang menunjukan bahwa minat untuk membeli daerah ini cukup tinggi yang

daerah tersebut.

Gambar 3. Deskripsi peubah kabupaten/kota di Jawa Timur

diperuntukan bagi penduduk yang benar-benar miskin. Sedangkan penerimaan kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) hanya didapatkan oleh

yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

Pola penyebaran data pada diagram kotak garis yang disajikan pada ta terbesar terdapat pada peubah bebas persentase

mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan, hal ini memberikan banyak penduduk yang membutuhkan sarana pengobatan yang disubsidi oleh pemerintah sehingga dapat dikatakan masih banyak penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut juga terlihat pada besarnya sebaran peubah respon persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Sebaran data yang kecil terdapat pada peubah bebas persentase penduduk yang yang dibolehkan membeli bera

harga murah bersubsidi, tetapi terlihat adanya pencilan data yaitu pada Kabupaten Bangkalan, yang menunjukan bahwa minat untuk membeli beras bersubsidi pada cukup tinggi yang memperlihatkan banyaknya penduduk miskin di

Gambar 3. Deskripsi peubah kabupaten/kota di Jawa Timur

benar miskin. Sedangkan penerimaan kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) hanya didapatkan oleh Pola penyebaran data pada diagram kotak garis yang disajikan pada persentase penduduk , hal ini memberikan banyak penduduk yang membutuhkan sarana pengobatan yang disubsidi oleh pemerintah sehingga dapat dikatakan masih banyak penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan. Hal peubah respon persentase penduduk skinan. Sebaran data yang kecil terdapat pada yang dibolehkan membeli beras dengan pada Kabupaten beras bersubsidi pada banyaknya penduduk miskin di

(34)

Analisis Model Regresi

Analisis model regresi pada Provinsi Jawa Timur dengan melibatkan seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada memperlihatkan bahwa persentase penduduk miskin dipengaruhi beberapa peubah. Berdasarkan metode ML tanpa melibatkan efek spasial yang ada, dari tiga peubah bebas yang digunakan pada tahun 2008 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 86.2% dan R2adjust

menunjukkan nilai sebesar 85.0%. Uji signifikansi peubah pada Tabel 1 menunjukkan bahwa semua peubah yang dimasukkan dalam model adalah signifikan.

Tabel 1 Koefisien Penduga Model Regresi

Penduga Nilai dugaan Simpangan baku t-hitung p value

b0 4,880 1,204 4,05 0,0000*

b1 0,419 0,2091 2,66 0,0350*

b2 0,712 0,1271 5,60 0,0000*

b3 1,202 0,2658 4,52 0,0000*

Keterangan : *) nyata pada α = 10%

Kenaikan persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air minum yang tidak berasal dari air mineral, air PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0.419%, hal tersebut juga dapat mengindikasikan penduduk tersebut mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu terkait dengan pola hidup dari masyarakat, sehingga kelompok mengkonsumsi air yang tidak layak minum dapat dikategorikan dalam kelompok miskin. Kenaikan persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0.712%. Kenaikan persentase penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 1.202%.

(35)

Analisis Model SAR

Analisis model SAR pada Provinsi Jawa Timur dengan melibatkan seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada menunjukkan bahwa persentase bahwa persentase penduduk miskin dipengaruhi beberapa peubah yang signifikan. Melalui pengujian dengan metode kemungkinan maksimum diperoleh nilai korelasi spasial sebesar 0.222. Uji signifikansi peubah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semua peubah yang dimasukkan dalam model adalah signifikan.

Tabel 2 Koefisien Penduga Model SAR

Penduga Nilai dugaan Simpangan baku t-hitung p value

b0 4,488 0,6410 7,0021 0,0000* b1 0,541 0,2611 2,0728 0,0458* b2 0,502 0,2182 2,2993 0,0278* b3 1,114 0,2992 3,7244 0,0007* 0,222 0,1235 1,7977 0,0811* R2 0.8204

Keterangan : *) nyata pada α = 10%

Kenaikan persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air minum yang tidak berasal dari air mineral, air PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0.541%, hal tersebut juga dapat mengindikasikan penduduk tersebut mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu terkait dengan pola hidup dari masyarakat, sehingga kelompok mengkonsumsi air yang tidak layak minum dapat dikategorikan dalam kelompok miskin. Kenaikan persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0.502%. Kenaikan persentase penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 1.114%.

(36)

Analisis Model SAR Bayes

Analisis model SAR Bayes pada Provinsi Jawa Timur dengan melibatkan seluruh wilayah kabupaten/kota yang ada menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin dipengaruhi oleh beberapa peubah. Hasil pendugaan dengan pengambilan contoh sebanyak 2.000 kali diperoleh nilai pendugaan dari tiga informasi awal noninformatif seperti tercantum dalam Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pendugaan SAR Bayes

Penduga Nilai Dugaan

Indep. Jeffreys Jeffreys-rule Uniform

b0 4,809 4,804 4,787 b1 0,490 0,495 0,496 b2 0,612 0,612 0,613 b3 1,164 1,156 1,149 8,336 7,410 8,315 0,100 0,100 0,100

Dari hasil pendugaan tersebut semua nilai penduga yang ada menunjukkan nilai positif yang dapat diartikan semua peubah penjelas yang ada berasosiasi positif terhadap peubah respon.

Secara keseluruhan hasil pendugaan dengan model SAR Bayes berdasarkan tiga informasi awal noninformatif yang dipilih menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh (Lampiran 3). Tetapi jika dilihat dari selang penduganya, pendugaan yang dihasilkan dengan informasi awal Jeffreys-rule memiliki selang penduga yang lebih kecil dari dua informasi awal noninformatif lainnya. Hal ini menunjukan pendugaan dengan informasi awal Jeffreys-rule menghasilkan nilai penduga yang lebih tepat.

Dari perbandingan nilai BIC pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai BIC yang terkecil diperoleh dari pendugaan dengan informasi awal Jeffreys-rule. Demikian juga berdasarkan nilai ragam penduga, yang secara keseluruhan memperlihatkan bahwa nilai ragam penduga dengan informasi awal Jeffreys-rule

(37)

lebih kecil dibanding dengan nilai ragam dua informasi awal noninformatif lainnya, sehingga dapat dikatakan pendugaan model SAR Bayes terbaik didapatkan jika dalam pendugaannya menggunakan informasi awal Jeffreys-rule.

Tabel 4 Perbandingan Nilai BIC dan Ragam Penduga

Indep. Jeffreys Jeffreys-rule Uniform

BIC 144.638 144.172 144.636 Ragam b0 1.851 1.543 1.752 b1 0.051 0.046 0.054 b2 0.021 0.018 0.020 b3 0.072 0.068 0.078 4.446 3.419 4.310 0.003 0.003 0.003

Koefisien model SAR Bayes dengan informasi awal Jeffreys-rule yang sesuai tertera pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua nilai pendugannya nyata. Koefisien determinasi (R2) model sebesar 83.89% menggambarkan proporsi keragaman peubah yang mempengaruhi persentase penduduk di bawah garis kemiskinan dapat dijelaskan dengan peubah penjelas: persentase penduduk yang berpendidikan di bawah SD, rumah tangga yang tidak menggunakan air bersih, penduduk yang mendapatkan asuransi kesehatan, beras bersubsidi, dan surat miskin.

Tabel 5 Koefisien Penduga Model SAR Bayes

Penduga Nilai dugaan Simpangan baku t-hitung p value

b0 4,804 1,2423 3,8670 0,0005* b1 0,495 0,2139 2,3149 0,0268* b2 0,612 0,1357 4,5090 0,0001* b3 1,156 0,2614 4,4221 0,0001* 0,100 0,0570 1,7542 0,0884* R2 0.8389

(38)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa dengan kenaikan persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air minum yang tidak berasal dari air mineral, air PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0.495%, hal tersebut juga dapat mengindikasikan penduduk tersebut mempunyai kualitas hidup yang kurang yaitu terkait dengan pola hidup dari masyarakat, sehingga kelompok mengkonsumsi air yang tidak layak minum dapat dikategorikan dalam kelompok miskin. Kenaikan persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 0.612%. Kenaikan persentase penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 1.156%. Banyaknya program bantuan yang dilakukan pemerintah untuk penduduk berupa pemberian jaminan kesehatan (Askeskin), dan bantuan beras bersubsidi (raskin) juga memperlihatkan kondisi penduduk daerah tersebut. Semakin banyak penduduk yang memperoleh bantuan, memperlihatkan tingginya tingkat kemiskinan di daerah tersebut, hal ini menyebabkan peningkatan persentase penduduk di bawah garis kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Hubungan spasial yang ada akan mempengaruhi persentase kemiskinan dari daerah sebesar 0.10 dan juga adanya pengaruh spasial dalam faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan persentase penduduk di bawah garis kemiskinan di Provinsi Jawa Timur, yang mengindikasikan kemiskinan disuatu daerah akan mempunyai akibat secara langsung maupun tidak langsung terhadap daerah-daerah disekitarnya.

Pengujian asumsi regresi pada model SAR Bayes yakni uji homokedastisitas atau uji kehomogenan, uji sisaan berdistribusi normal atau uji kenormalan dan uji sisaan antar pengamatan yang berdistribusi normal atau tidak ada korelasi antar sisaan. Pengujian asumsi dilakukan pada model SAR Bayes yang terpilih yaitu menggunakan informasi awal Jeffreys-rule.

(39)

a. Asumsi Kehomogenan

Uji ini dapat dilihat dari plot sisaan pada Gambar 4(a). Dari plot terlihat plot antara sisaan terhadap dugaan dari model

bahwa plot tidak mengikuti pola tertentu dan menyebar merata serta tidak cenderung berada di sekitar garis nol. Plot ini menunjukkan

homoskedastisitas atau uji kehomogenan sisaan terpenuhi. b. Asumsi Kenormalan

Pengujian asumsi sisaan berdistribusi normal atau uj

terlihat pada Gambar 4(b). Berdasarkan gambar tersebut terlihat plot sisaan cenderung terlihat disekitar garis lurus, yang menunjukkan sisaan mengikuti distribusi normal. Hal ini diperkuat dengan menggunakan metode Kolmogorov

KS 0.074 dengan nilai berdistribusi normal.

Gambar 4 Uji homoskedastisitas atau uji kehomogenan sisaan terhadap dugaan dari model

berdistribusi normal atau uji kenormalan pada model menggunakan informasi awal Jeffreys

c. Asumsi Otokorelasi Sisaan

Uji ini dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Hasil pengolahan yang diperoleh, nilai uji DW sebesar 1.

diperoleh nilai d

maka DW nyata yang berarti tolak H tidak ada otokorelasi pada sisaan terpenuhi. Asumsi Kehomogenan

Uji ini dapat dilihat dari plot sisaan pada Gambar 4(a). Dari plot terlihat lot antara sisaan terhadap dugaan dari model ini memberikan petunjuk tidak mengikuti pola tertentu dan menyebar merata serta cenderung berada di sekitar garis nol. Plot ini menunjukkan

homoskedastisitas atau uji kehomogenan sisaan terpenuhi. Asumsi Kenormalan

Pengujian asumsi sisaan berdistribusi normal atau uji kenormalan terlihat pada Gambar 4(b). Berdasarkan gambar tersebut terlihat plot sisaan cenderung terlihat disekitar garis lurus, yang menunjukkan sisaan mengikuti distribusi normal. Hal ini diperkuat dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov (KS). Hasil pengolahan diperoleh nilai dengan nilai p-value > 0.150 yang menunjukkan sisaan berdistribusi normal.

(a) (b)

Uji homoskedastisitas atau uji kehomogenan sisaan terhadap dugaan dari model SAR Bayes dari 38 kabupaten/kota (a),

berdistribusi normal atau uji kenormalan pada model SAR Bayes menggunakan informasi awal Jeffreys-rule (b)

Asumsi Otokorelasi Sisaan

Uji ini dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Hasil pengolahan diperoleh, nilai uji DW sebesar 1.993. Pada p = 3, α = 1%,

diperoleh nilai dL= 1.32 dan nilai dU= 1.66, karena dU< DW < 4 maka DW nyata yang berarti tolak H0 sehingga disimpulkan asumsi tidak ada otokorelasi pada sisaan terpenuhi.

Uji ini dapat dilihat dari plot sisaan pada Gambar 4(a). Dari plot terlihat ini memberikan petunjuk tidak mengikuti pola tertentu dan menyebar merata serta cenderung berada di sekitar garis nol. Plot ini menunjukkan asumsi

i kenormalan terlihat pada Gambar 4(b). Berdasarkan gambar tersebut terlihat plot sisaan cenderung terlihat disekitar garis lurus, yang menunjukkan sisaan mengikuti distribusi normal. Hal ini diperkuat dengan menggunakan il pengolahan diperoleh nilai > 0.150 yang menunjukkan sisaan

Uji homoskedastisitas atau uji kehomogenan sisaan terhadap nilai SAR Bayes dari 38 kabupaten/kota (a), Uji sisaan SAR Bayes

Uji ini dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Hasil pengolahan = 1%, n = 38, < DW < 4-dL, sehingga disimpulkan asumsi

(40)

Analisis Perbandingan Model Regresi, Model SAR, dan Model SAR Bayes Beberapa kriteria yang digunakan untuk melihat perbandingan model antara model regresi, model SAR dan model SAR Bayes adalah nilai koefisien determinasi dan nilai koefisien determinasi diboboti (R2adjust). Nilai perbandingan kedua kriteria tersebut yang tercantum dalam Lampiran 4, menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi dari model regresi (86.2%), SAR (82.04%), dan nilai koefisien determinasi model SAR Bayes (83.89%). Sedangkan untuk nilai R2adjust menunjukkan nilai R2adjust dari model regresi

(41)
(42)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Dari tiga informasi awal noninformatif yang digunakan dalam analisis model SAR Bayes, informasi awal Jeffreys-rule merupakan informasi awal terbaik, terlihat dari nilai BIC dan ragam penduganya yang memiliki nilai lebih kecil dari dua informasi awal noninformatif lainnya.

2. Berdasarkan perbandingan nilai R2adjust maka model regresi, model SAR

dan model SAR Bayes sama baiknya digunakan dalam menentukan faktor-faktor untuk menganalisis kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Peubah yang berpengaruh dari ketiga model tersebut adalah peubah persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air minum yang tidak berasal dari air mineral, air PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung, persentase penduduk yang mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan dan persentase penduduk yang dibolehkan membeli beras dengan harga murah bersubsidi.

Saran

Hasil model SAR Bayes disebabkan oleh pola spasial yang hanya melibatkan daerah terdekat dan menggunakan satu matriks pembobot saja. Perlu dikaji adanya kemungkinan spasial yang juga terjadi antar daerah yang secara tidak langsung bersebelahan dan penggunaan peubah lain dalam menentukan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan persentase kemiskinan suatu daerah.

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anselin L. 1999. Spatial Econometrics. Dallas: Bruton Center, University of Texas

Arisanti R. 2010. Model Regresi Spasial untuk Deteksi Faktor-faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Basri F H. 1995. Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI : Distorsi,

Peluang dan Kendala. Jakarta: Erlangga.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Peta Jalan

Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia, September 2010. [terhubung berkala]. http://www.bappenas.go.id.html [17 Maret 2011]

Besag J. 1974. Spatial Interaction and the Statistical Analysis of Lattice Systems.

Journal of the Royal Statistical Society. Series B (Methodological) 36(2):

192-236

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Data dan Informasi Kemiskinan 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

______. 2010. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010. Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010, Jakarta.

Feldkircher M. 2007. A Spatial CAR Model Applied to a Cross-Country Growth

Regression. Applied Empirical Homework. Institute for Advanced Studies

Gilks WR, Best NG, Tan KKC. 1995. Adaptive Rejection Metropolis Sampling within Gibbs Sampling. Journal of the Royal Statistical Society. Series C

(Applied Statistics) 44(4):455-472

Gill J. 2002. Bayesian Methods: A Social and Behavioral Sciences Approach. Chapman & Hall/CRC Press Company

Gunawan, Sugiyanto. 2005. Kondisi Keluarga Fakir Miskin. Jurnal Puslibang

UKS. [terhubung berkala]. http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang

%20UKS [18 April 2011]

Kutner MH, Nachtsheim CJ, Neter J, Li W. 2005. Applied Linier Statistical

Models. Ed ke-5. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Meilisa M. 2010. Model Otoregresif Simultan dan Otoregresif Bersyarat untuk Analisis Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Oliviera V de, Song JJ. 2008. Bayesian Analysis of Simultaneous Autoregressive Models. The Indian Journal of Statistics 70-B(2):323-350.

Pace RK, Barry R. 1997. Spare Spatial Autoregressions. Statist. & Probab.

(45)

Rahmawati R. 2010. Model Regresi Terboboti Geografis dengan Pembobot Kernel Normal dan Kernel Kuadrat Ganda untuk Data Kemiskinan (Kasus 35 Desa atau Kelurahan di Kabupaten Jember) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wall MM. 2004. A close look at the spatial structure implied by the CAR and SAR models. Journal of Statistical Planning an Inference 121:311-324.

Waller RA, Gotway CA. 2004. Applied Spatial Statistics for Public Health Data. New Jersey: JohnWiley & Sons, Inc.

(46)

Lampiran 1 Korelasi antar peubah penjelas dan peubah respon Peubah Penjelas Nilai Korelasi p-value

Air Bersih 0.842 0.000

Askeskin 0.766 0.000

Raskin 0.651 0.000

Lampiran 2 Korelasi antar peubah penjelas Air Bersih Askeskin Askeskin 0.678

0.000

Raskin 0.622 0.198 0.000 0.233 Cell Contents: Pearson correlation

(47)

Lampiran 3 Hasil pendugaan parameter model Bayesian SAR

Penduga parameter model Bayesian SAR dengan prior independece Jeffreys

b0 b1 b2 b3 σ2 ф Minimum 0.33078 -0.32031 0.14248 0.24133 3.70122 0.00011 Kuantil 1 2.14143 0.04261 0.31653 0.63466 5.14605 0.00490 Median 4.78173 0.48847 0.61011 1.16201 7.98327 0.09514 Kuanti 3 7.43379 0.93765 0.88886 1.69555 13.33185 0.18868 Maksimum 11.15917 1.26714 1.19808 2.16486 20.68765 0.19442

Penduga parameter model Bayesian SAR dengan prior Jeffreys-rule

b0 b1 b2 b3 σ2 ф Minimum 0.31156 -0.22371 0.21644 0.26556 3.45907 0.00013 Kuantil 1 2.37676 0.06754 0.34391 0.65191 4.70295 0.00472 Median 4.77063 0.48965 0.61172 1.15948 7.09060 0.09543 Kuanti 3 7.35401 0.92140 0.87959 1.66534 11.70589 0.18962 Maksimum 9.06489 1.27208 1.07403 2.03948 19.40064 0.19434

Penduga parameter model Bayesian SAR dengan prior uniform

b0 b1 b2 b3 σ2 ф Minimum 0.53894 -0.41079 0.15928 -0.02742 4.02562 0.00015 Kuantil 1 2.15238 0.06351 0.33791 0.59972 5.17268 0.00458 Median 4.81109 0.48877 0.61288 1.14774 7.97045 0.09574 Kuanti 3 7.21600 0.96976 0.90390 1.70611 13.37330 0.18966 Maksimum 8.78962 1.33466 1.09153 2.22404 19.67747 0.19437

(48)

Lampiran 4 Hasil perbandingan model regresi, model SAR dan model SAR Bayes

Penduga Regresi SAR SAR Bayes

b0 4.880 4.488 4.809 b1 0.419 0.541 0.490 b2 0.712 0.502 0.612 b3 1.202 1.114 1.164 - 0.222 0.100 R2 0.862 0.8204 0.8389 R2adjust 0.850 0.8581 0.8594

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi Pembobot Spasial
Gambar 2.  Peta Administratif Wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur Keterangan: kode wilayah 38 kabupaten/kota di Jawa Timur:
Gambar 3. Deskripsi peubah kabupaten/kota di Jawa Timur
Tabel 1  Koefisien Penduga Model Regresi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Tahun

Asri Nursiwi, STP., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan, dukungan, dan bimbingannya dalam menempuh studi sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian,

[r]

100 kg KCl, disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah, bagi tanah masam perlu dikapur 300 kg/ha sebagai sumber hara Ca atau Ca + Mg, pemberian 3 t/ha pupuk kandang kotoran ayam atau

Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sistem persediaan obat pada Apotek Adya, maka dapat disimpulkan bahwa menggunakan sistem yang

Kalau di buku saya tidak yakin, biasanya untuk buku panduan tentang riasan pengantin adat Solo/Yogya sudah cukup banyak informasinya P Apakah informasi tentang makanan

Menurut Struat Hall (1980), untuk mengetahui bagaimana media mempe- ngaruhi audiens setelah menerima pesan yang disampaikan adalah dengan melalui proses encoding