• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Tugas Akhir Mei 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Tugas Akhir Mei 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Automatic Processing Film Berbasis Mikrokontroller ATMEGA 8535 (Kecepatan Motor dan Sensor Film))

Putri Laras Sari1, Tri Bowo Indrarto2, Lamidi3

Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Jln. Pucang Jajar Timur No. 10 Surabaya

ABSTRAK

Automatic Processing Film digunakan untuk pengolahan atau pencucian film yang mengubah gambaran laten yang diciptakan oleh X-Ray menjadi gambar radiografi dengan menggunakan bantuan dari cairan kimia fotografi. Pada tugas akhir ini, penulis mengembangkan alat automatic processing film dari sistem digital ke sistem Mikrokontroller. Penulis merancang dengan menggunakan Mikrokontroler ATMega 8535.

Sebelumnya alat ini pernah dibuat dengan pengaturan suhu developer, suhu pengering dan keceptan motor. Untuk memaksimalkan Alat Automatic Processing Film yang lama maka alat ini dikembangkan dengan penambahan sensor ukuran luasan film untuk mengetahui ukuran yang sedang dicuci, Selain itu dikembangkan juga pengaturan kecepatan motor atau lama waktu pencucian, dengan pemilihan kecepatan High, Low, Medium, pemilihan kecepatan ini digunakan dengan menyesuaikan kondisi cairan. Jika cairan dalam kondisi baru maka kecepatan motor dipilih pada mode high, sedangkan mode medium digunakan pada saat cairan mulai kotor dan mode low digunakan pada saat cairan dalam kondisi over dead.

Hasil pengujian alat menunjukan bahwa lama waktu pencucian pada mode high memiliki tingkat error 3% dan kelemahan alat ini tidak dilengkapi dengan penyimpanan data berapa banyak jumlah film beserta ukuran film yang telah dicuci.

Kata Kunci: Film, Kecepatan, Cairan

1.1 Latar Belakang Masalah

Automatic Processing Film (APF) merupakan alat pengolahan atau pencucian film yang mengubah gambaran laten yang diciptakan oleh X-ray menjadi gambar radiografi dengan menggunakan bantuan dari cairan kimia fotografi. Bidang teknologi radiologi terus berkembang menjadi lebih otomatis dan mekanis untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan tingkat beban kerja yang terus meningkat di klinik atau instalasi radiologi. Produksi hasil rontgen setiap hari terus meningkat, maka diperlukan metode pengolahan film-film yang lebih cepat. Akibatnya, prosesor otomatis telah berkembang dari proses manual dan sekarang digunakan banyak rumah sakit. (Rizki Kurniawan, 2014)

Pengolahan film X-ray dapat dilakukan secara manual atau otomatis,

untuk proses secara manual dibutuhkan waktu proses yang cukup lama, biaya yang dikeluarkan lebih besar, tergantung dari ketrampilan user dalam mengolah film. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan ketidakefektifan dalam pencucian film dan hanya dapat menghasilkan film dalam jumlah sedikit. (Sita Alfitrah, 2013)

Sebelumnya alat ini pernah dibuat pada tahun 2005, namun hanya sebatas rangkaian pengontrol dengan judul Rangkaian Kontrol Suhu Pengering dan Kecepatan Motor pada APF Berbasis Mikrokontroller AT89S51 oleh Nova Dwi Hapsari dan Rangkaian Kontrol Suhu Developer dan Kecepatan Motor pada APF Berbasis Mikrokontroller AT89S51 oleh Siti Nurkalima. Selain itu pernah juga dilakukan modifikasi APF pada tahun 2010 oleh Okky Aditya Surya Wardana dan Affan Ardianto dengan judul Modifikasi Rangkaian APF compact

(2)

2 X-4 X-ogograph Berbasis

Mikrokontroler AT89S51.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis ingin membuat “Automatic Processing Film (APF) Berbasis Mikrokontroller AT MEGA 8535” yang memiliki kelebihan dengan adanya indikator film menggunakan photodioda dan infrared selain itu terdapat sirkulasi cairan.

.

1.2 Batasan Masalah

1.2.1 Ukuran film yang digunakan adalah 18x24 cm, 24x30 cm, 30x40 cm, 35x35 cm

1.2.2 Sensor film membaca lebar film dan dimulai dari titik yang telah ditentukan

1.2.3 Sensor film menggunakan photodioda dan infrared

1.2.4 Ada 3 pemilihan kecepatan motor yaitu Low, Medium dan High

1.2.5 LCD menampilkan luasan film yang dicuci

1.3 Rumusan Masalah

Dapatkah dibuat “Automatic Processing Film (APF) berbasis mikrokontroller ATMega 8535 ?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Dibuatnya alat radiologi khususnya proses pencucian film menggunakan Automatic Processing

Film (APF) berbasis

mikrokontroller ATMega 8535.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Membuat Rancangan Mekanik Motor

1.4.2.2 Membuat Rangkaian Minimum System

1.4.2.3 Membuat Rangkaian Sensor Film 1.4.2.4 Membuat Rangkaian Kontrol Motor 1.4.2.5 Uji Coba alat

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1.5.1.1 Meningkatkan wawasan dan pengetahuan di bidang peralatan Radiologi

1.5.1.2 Dapat dijadikan referensi bagi

mahasiswa yang ingin

mengembangkan lebih lanjut pada proses pengolahan Film X-Ray

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Membantu proses kegiatan pembelajaran di mata kuliah bedah dan anasthesi serta kalibrasi

1.5.2.2 Membantu cara untuk memastikan hasil kerja Autocalve

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam dunia radiografi, pengolahan film yang dilakukan tidak hanya dengan cara manual, tetapi ada pengolahan film dengan cara lain yaitu pengolahan film secara otomatis (automatic processing). Automatic processing mempunyai pengertian pengolahan film yang dilajukan secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang biasanya dilakukan oleh manusia.

Dalam automatic processing, semua telah diatur oleh mesin mulai film masuk ke developer, ke fixer hingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering. Automatic processing dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya film masuk dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering, tidak seperti pada pengolahan film secara manual dimana film masih harus dikeringkan beberapa saaat sebelum akhirnya kering.

Gambar 2.1 Blok Diagram APF

Film (gambar laten)

Developer Fixer Washer

Dryer Film

(3)

3

3. Metodologi

3.1 Diagram Mekanis

Gambar 3.1 Blok Diagram Mekanis 3.2 Blok Diagram

Gambar 3.2 Blok Diagram Rangkaian

Cara Kerja Blok Diagram

Ketika alat dihidupkan, semua blok mendapatkan suplai tegangan. Blok kontrol suhu melakukan proses

pre-heating yang sudah disetting terlebih

dahulu. Setelah suhu setting tercapai buzzer akan berbunyi yang menandakan film siap dimasukkan. Rangkaian suhu

akan mempertahankan suhu setting pada

developer. Blok rangkaian setting

kecepatan digunakan untuk mengatur kecepatan yang diinginkan. Fungsi blok rangkaian sensor film yaitu mendeteksi adanya film berupa detector infrared yang diletakkan pada tempat masuknya film (feed tray). Cara kerjanya adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan memutus hubungan infrared. Pemutusan hubungan infrared ini akan mengaktifkan semua mekanik dari processing yang meyebabkan motor akan bergerak, selain mengaktifkan motor juga sebagai sensor untuk mengetahui ukuran film yang dimasukkkan dan ditampilkan pada LCD. Blok ADC akan merubah output dari rangkaian sensor film yang masih berupa sinyal analog menjadi sinyal digital yang nantinya dapat diproses oleh mikrokontroller. Blok mikrokontroller akan mengatur system kecepatan motor yang telah di setting.

Driver motor berfungsi mengatur putaran motor sehingga motor dapat bekerja. F IX ER W A TER DE V E L O P ER SENSOR FILM M I K R O K O N T R O L L E R SETTING KECEPATAN SETTING SUHU BUZZER DRIVER HEATER HEATER SENSOR SUHU DRIVER MOTOR MOTOR LCD Blok yang dibahas Blok yang tidak dibahas

(4)

4

3.3 Diagram Alir

Gambar 3.3 Blok Alir

Cara Kerja Diagram Alir

Setelah alat menyala, setting suhu yang dibutuhkan dan heater akan bekerja. Setelah suhu tercapai maka buzzer berbunyi, setting kecepatan pada motor yang terdapat 3 pilihan yaitu low, medium dan high. Kemudian sensor film akan mendeteksi ketika film telah diletakkan di feed tray. Motor bekerja dan film akan masuk kedalam proses pencucian. Luasan film akan ditampilkan pada LCD.

3.4 Desain Exsperimental

Rancangan desain experimental alat ini menggunakan metode pre-eksperimental dengan jenis penelitian

One Group Post Test Design. Pada

rancangan ini, peneliti hanya melihat hasil perlakuan pada satu kelompok objek tanpa ada kelompok pembanding dan kelompok kontrol. Paradigma

dalam penelitian eksperimen mode ini dapat digambarkan sebagai berikut :

X = Treatment/perlakuan yang diberikan (variable independent) O = Observasi (Variabel Dependen)

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Sebagai variabel bebas adalah kecepatan motor

3.5.2 Variabel Terikat

Sebagai variabel terikat adalah film X-ray

3.5.3 Variabel Moderator

Sebagai variabel terikat adalah film X-ray

3.6 Definisi Operasional

Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan modul, baik variabel tekendali, tergantung, dan bebas memiliki fungsi-fungsi antara lain :

Tabel 3.1 Tabel Variabel N

o

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Kecepata n Motor Cepat lambatnya putaran pada motor. Terdapat tiga pengaturan motor yaitu low, medium, dan high.

Stopwatch Low = 10 mnt Medium = 7 mnt High = 5 mnt Ordinal 2. Film X-ray Sebagai bahan yang digunakan untuk mencetak hasil rontgen. Mistar 18x24 cm, 24x30 cm, 30x35cm, 35x35cm Nomin al 3. Motor Alat yang

digunakan untuk menjalankan Roller untuk menarik film Perlakuan Diukur X---O

Deteksi Luasan Film

Motor bekerja Setting kecepatan

Proses pencucian selesai

selesai No Yes Mulai Buzzer Setting Suhu Heater Bekerja Suhu Tercapai

(5)

5

3.7 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penulis susun menurut jadwal kalender Akademik yang ada di PoleteknikKesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.

Tabel 2 Jadwal Kegiatan

4. Hasil pengukuran dan Analisis

4.1 Pengukuran Kecepatan Motor Mode High

Tabel 4.1 Hasil pengukuran kecepatan motor mode high Pengukuran Ke- Tachometer (RPM) STOPWATCH (Detik) I 89,4 Rpm 191 detik II 88,3 Rpm 192 detik III 90,5 Rpm 190 detik IV 91,3 Rpm 187 detik V 90,8 Rpm 188 detik Jumlah 450,3 948 Rata-rata 90,6 Rpm 189,6 detik

4.2 Hasil Pengukuran Kecepatan Motor Mode Medium

Tabel 4.2 Hasil pengukuran kecepatan motor mode medium Pengukuran Ke- Tachometer (RPM) STOPWATCH (Detik) I 76,9 Rpm 239 detik II 78,5 Rpm 221 detik III 80,5 Rpm 211 detik IV 79,7 Rpm 214 detik V 81,9 Rpm 205 detik Jumlah 397,5 1090 Rata-rata 79,5 Rpm 218 detik

4.3 Hasil Pengukuran Kecepatan Motor Mode Low

Tabel 4.3 Hasil pengukuran kecepatan motor mode low

5. Pembahasan

5.1 Rangkaian Sensor Film

Gambar 7 Rangkaian Sensor Film

5.2 Rangkaian Kontrol Kecepatan Motor J4 MIC 1 R6 1K R2 1K +5 +5 0 +5 Q4 BD 139 1 2 3 Q2 BD 139 1 2 3 Q3 BD 139 1 2 3 D1 PHOTODIODE 0 J3 MIC 1 J1 MIC 1 +5 D4 PHOTODIODE R9 1K R11 1K J2 MIC 1 0 +5 0 0 R13 1K D3 PHOTODIODE D2 PHOTODIODE R12 1K 0 0 R10 1K 0 R4 1K Q5 BD 139 1 2 3 R8 1K 0 +5 J5 MIC 1 R15 1K Q1 BD 139 1 2 3 +5 R1 1K R14 1K D5 PHOTODIODE 0 +5 R7 1K J6 PS 1 2 R3 1K +5 R5 1K +5 0 +5 R8 1K 1/4 R2 POT J1 MOTOR 1 2 J2 220V 1 2 Q1 TRIAC Q4004LT R7 1K 1/4 U5 MOC3021 1 2 6 4 U7 MOC3021 1 2 6 4 R4 1K 1/2 U6 MOC3021 1 2 6 4 C1 33n 250V 0 R3 POT R5 POT J3 CON4 1 2 3 4 R1 10K 1/2 R6 1K 1/4 C2 33n 250V

(6)

6 Gambar 5.2 Rangkaian Kontrol Kecepatan Motor

5.3 Rangkaian M inimum system

Gambar 8 Rangkaian sensor warna

6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengukuran dan analisa data penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1) Telah dapat dibuat alat Automatic Processing Film

2) Memiliki 3 pemilihan kecepatan yaitu High, Medium dan Low

3) Memiliki sensor film untuk mendeteksi ukuran film menggunakan Photodioda dan Infrared

6.2. SARAN

Dari hasil penelitian, dapat dianalisa kekurangan dari alat yang penulis buat. Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk penyempurnaan penelitian lebih lanjut:

1) Menggunakan penyimpanan untuk mengetahui jumlah film yang sudah dicuci untuk mengetahui kelayakan cairan developer

2) Sirkulasi eksternal

DAFTAR PUSTAKA

Nova Dwi Hapsari, 2005. Rangkaian Kontrol

Suhu Pengering dan Kecepatan Motor pada APF Berbasis Mikrokontroller AT89S51. Jurusan Teknik

Elektromedik-Poltekkes Kemenkes, Surabaya.

Siti Nurkalima, 2005. Rangkaian Kontrol

Suhu Developer dan Kecepatan Motor pada APF Berbasis Mikrokontroller AT89S51. Jurusan Teknik

Elektromedik-Poltekkes Kemenkes, Surabaya.

Okky Aditya Surya Wardana, 2010.

Modifikasi Rangkaian APF compact X-4 X-ogograph Berbasis Mikrokontroler AT89S51. Jurusan Teknik

Elektromedik-Poltekkes Kemenkes, Surabaya.

Affan Ardianto, 2010. Modifikasi Rangkaian

APF compact X-4 X-ogograph Berbasis

Mikrokontroler AT89S51. Jurusan

Teknik Elektromedik-Poltekkes

Kemenkes, Surabaya.

Fujiflm Technical Handbook, 2009. The

Fundamentals of Industrial Radiograpy.

Tokyo, Japan

Neil Serman, 2000. Processing The

Radiograph Chapter 6

U.S. Army Medical Department Center And School, X-Ray Film Processing. Fort Sam Houston, Texas

NATIONAL HEALTH AND NUTRITION, August 1998, X-ray Procedures Manual, Rockville, Maryland.

Sita Alfitrah,2013.

http://sitaalfitra.blogspot.co.id/2013/06/a utomatic-processing.html diakses pada tanggal 25 September 2015 pada pukul 18.00 WIB

Eka Rezkiyani, 2014.

http://ririru.blogspot.co.id/2014/05/auto

matic-processing.html diakses pada

tanggal 25 September 2015 pada pukul 18.23 WIB

Wanda Saputra, 2015.

https://wandasaputra93.wordpress.com/20 15/01/10/motor-ac/ diakses pada tanggal September 2015 pada pukul 17.10 WIB

PA3 PD4 PA0 R2 50K 1 3 2 Y 1 XTAL J2 Lcd (-PD7) 1 2 3 4 5 6 7 8 PD0 J3 1 2 3 4 5 6 7 8 PD1 PA5 sck PC0 C3 22pF +5v PA0 PA4 +5v R3 220 SW4 ENTER mosi PA1 J7 enable 12 PA6 ATMEGA8535 16 4 28 36 19 9 27 38 29 6 22 33 1 20 40 34 8 17 3 14 32 5 13 26 18 37 24 2 39 23 35 25 21 7 15 12 30 31 10 11 PD2/INT0 PB3/AIN1/OC0 PC6/TOSC1 PA4/ADC4 PD5/OC1A RESET PC5/TDI PA2/ADC2 PC7/TOSC2 PB5/MOSI PC0/SCL PA7/ADC7 PB0/T0/SCK PD6/ICP1 PA0/ADC0 PA6/ADC6 PB7/SCK PD3/INT1 PB2/AIN0/INT2 PD0/RXD AREF PB4/SS XTAL1 PC4/TDO PD4/OC1B PA3/ADC3 PC2/TCK PB1/T1 PA1/ADC1 PC1/SDA PA5/ADC5 PC3/TMS PD7/OC2 PB6/MISO PD1/TXD XTAL2 AVCC AGND VC C GN D J5 1 2 3 4 5 6 7 8 PC1 C2 22pF PD3 PA1 +5v PD6 mosi PA5 PC5 C1 100nF PA2 PD3 PD7 + -AC ~ D2 DIODE BRIDGE_1234 PA7 PD1 PC2 U1 LM7805 1 3 2 VI GN D VO PD0 PD4 +5v R1 1K miso PA6 +5v SW1 Reset PD5 PA2 PC3 PA3 J4 LCD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 PD2 PC6 PD5 +5v sck PA7 R10 20K rst SW2 UP PD6 SW3 DOWN J1 VCC 1 2 PD2 PA4 miso PC7 rst PC4 J6 CON6 1 2 3 4 5 6

(7)

7

Dickson Kho, 2014.

http://teknikelektronika.com/pengertian-

optocoupler-fungsi-prinsip-kerja-optocoupler/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2014 pada pukul 12.51

Mr. Alan Chen, 2015. http://shbysh.en.made- in-china.com/product/EqemBxhlYsWG/Chi na-X-ray-Film-Medical-Film-X-ray Medical-Film-Radiology-Film-Analogue- Film-Wet-Film-Conventional-Film- Medical-Consumables-Green-Sensitive-Blue-Sensitive-18X24cm.htmldiakses

pada tanggal 4 November 2015 pada pukul 11.37 WIB

Ismaya,2010.http://siavent.blogspot.co.id/201 0/03/jenis-film-sinar-x.html diakses pada tanggal 4 November 2015 pada pukul 11.56 WIB

Rizdha Jihan, 2012.

http://rizdhajihan.blogspot.co.id/2012/05/t

eknik-kamar-gelap.html diakses pada

tanggal 24 November 2015 pada pukul 20.21 WIB

BIODATA PENULIS

Nama : Putri Laras Sari

NIM : P27838013018

Gambar

Gambar 2.1 Blok Diagram APF Film
Gambar 3.1 Blok Diagram Mekanis
Tabel 3.1 Tabel Variabel  N
Tabel 2 Jadwal Kegiatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat keuntungan usahatani kakao di Kabupaten Luwu atas biaya tunai yang berasal dari pengurangan antara penerimaan yang

Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi untuk mensukseskan program-program yang disusun oleh pemerintah dengan pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota (LPMK)

Saya juga ingin menyampaikan ucapan selamat kepada para penerima penghargaan yang telah berprestasi dalam dunia inovasi, invention and discovery, dan karya cipta yang

Hasil rata-rata zona hambat pada konsentrasi ekstrak 100% lebih besar dari kontrol positif serta tidak memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol positif dalam uji

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan Antara lain dengan konservasi.. Seperti spesies harimau sumatra di Indonesia yang

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

organisasi terhadap kinerja anggota dewan, baik secara simultan maupun parsial serta dampaknya pada kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan

peneliti terhadap suatu masalah juga untuk mendeskripsikan pemberdayaan keluarga melalui program microfinance pada kelompok simpan pinjam perempuan (SPP) di Desa Pawenang