mEtryns
ffis
crrilFe rfir{Beilc
*n+
{'w
sDT
12
SIT$ffAISAPU
TSCflllTrN
TRT*AFJI
I!
T
r*,o**e
gl(FFs
Dbiulen
rebegd
Sh
rer
4rd lffi*
marmp*
$rn
rB*
Sadrne
l{rdotrhrln
I
SJ(rdl.
frh
Frbilll
thloHnn
ffrrlc&
*rffimq3
Ewtrs*tffi
92tffirE
Fff{TLTASlieperfERAil
t$*lltEffiffA3
llfiAtAS
F'A'ANG
frWTSASWATI
921'200i8
FAKIJLTAS XESSKTERA*I
..UHwER$ITAS Af,ItrALAS PADANG
NAMA
2. Dr.H. Diohar
lsmail,
DSPKJABATAN
3.
4,
Drs.Almurdi,, DMM, MkeE
.a :,:.
Dr.Mz,Syo€ib'
P${('':'-Sekr6taris
An$gola
.,::l.:
..:
KATfr.
Pf,NGfiNTAB
Dengan nama AlluL Yurrg Multa PengasiL L"gi Maha Penyayang'
Puji sprLur
L" h.Jirot All"h
Yang Maha Kuasa, yang telah memteri .ahmatJ.n
trrorriu-Ny.,
sehingglap"rrJi,
Japat
*"rry"l"s.ihan
stripsi
ini
Jcn6fanitJJ
.FREKUENSI
INFEKSI
CACING
TAI{BANG
PADA
MURID SDN
12SUNGAI SAPIH I{ECAlvt{TA}{
KUMNII
KODYA
PADANG"
yaug*t
..putor,
,ulul,
satu
syarot
untut
,rr"rr"*prrh
uiian uhhit
SarianaK"doLt"run ( S. KeJ.), poJu Fuh.Jtas K"Joht"ran lJniversitas AnJalas.
P"nJis
menyaJari skripsiini
masih iauh darit"r"*p.rrrraan, untuL
itu
penulismengLarapkutt
kitib
J.rrrt
u'
yang memLanglun'P"rrJis
menyampaiLan ucapanterima
k.rih ,lrr,
penghargaanyang
,"lr"rur-bou-yu
t"puJu'
l.
BapahD"tun
Fut.rlttt
K"doLt".on Universitas AttJulut,P.Jtttg.
2.
Bupuh Dr.H.Dlohar Ismail,DSPK
setagaip"*tirntirrp I
yang t"luL*"I.*tngkan
-.tto
Jur,*"*b"akutt
bi*bingan
,"lu*o
penyusunan sLripsi ini.3.
BapatD.s.Al*roJi,DMM,Mkur,
,"tug.i
pemtimting
II,
yangtelaL
-emt"ritan
bi*bingutr puJu purrlr.r"unan shripsi
ini.
4.
Ih.. Dr.Rismawali Yaswir, DSPK se],agaip"-],i-birrg
ahaclemis.5. B.pah Jun Ib.,
staf pengajar sertaLoryu*.n
ParasitologiFuktrlt", K"dott"r.r,
6.
Bopuk-brputdot
lbrr-ibtr guruSDN
12
Sungai Sapih Kec.Kuranji yangblah
ilut
memtantu terlatsananya p"rt"litiurr.7.
R"tun-r"Lun yurrg telah ihutmemhritun
dorongandolu*
pen,,lisan shripsi ini.8.
Orang tua dan ,urduru-rundara tercinta yang telahmemb"titon
Jorongan rno$lJan materil.
Semoga T.rhnrr Yang Maha Kuasa
*"li*polrLan
rahmat Jaot.trnia-Nya
Lup",luseglenap
pihu!
yang telaL memLantup"rrJir.
Semoga sLripsiini
Lermanfaatuntuf
p.tL"-tu.gan
ilmu pengptahrran Ji**o
menJatang.PnJ.rrg, Januari 1$$?
ABSTRACT
Soil
Transmitted Helminth, especially
hook
worm
still
become
thehealth problem
in lndonesia. lt can be proved by see the high
prevalenceof
lrcok worm that
was
found
in
many researches
in the
past.
The
increasenumber of
this
prevalence is caused bythe
poor sanitation,the
lackof
peopleunderstanding
how
to
keep
the
cleaning environment
and
defication
inwerywhere.
Many researches about hook
worm
had bedone
by checkingthe
feceswith
direct
stainning,
such
as the
eosin stain
2%.
The
sample
for
thisresearch
was
collect
from about
170 students
of
SDN 12
Sungai
SapihlGcamatan Kuranji Kodya Padang randomly.
The
result
of this
researchshours that the frequence of hook worm infection is 6,47%.
The exact difference of hook worm infection can be seen ac@rding to
gender,
parents'social-economic rate.
Basicly from the gendercan
be provedthat the infection
of
hook worm is higher to the girls than the boys.ABSTRAK
Soil
Transmitted
Helminth, khususnyacacing
tambang masih merupakanrnasalah kesehatan
di
lndonesia.
Hal
ini
terbukti karena masih
tingginyaprevalensi
cacing
tambang
yang
ditemukan
dari
hasil-hasil
penelitianbrdahulu.
Tingginya prevalensi
ini
disebabkan
karena sanitasi yang tidak
npmadai, kurangnya kesadaran penduduk
menjaga
kebersihan
lingkunganserta defikasi di sembarang tempat.
Telah
dilakukan
penelitian
tentang infeksi cacing
tambang
denganperneriksaan
tinja secara
pewarnaan langsung,yaitu
pewarnaan eosin
2%.Sampel diambil secara random sebanyak 170 orang murid SDN 12
SungaiSapih Kec Kuranji
KotamadyaPadang.
Hasilpenelitian menunjukkan
bahwafrekuensi infeksi cacing tambang adalah 6,470/o.
Perbedaan
yang
bermakna didapatkan
pada
frekuensi
infeksi
cacingtambang
berdasarkanjenis
kelamin
dan pekerjaan orang tua.
Berdasarkanpnis
kelamin didapatkan bahwafrekuensi
infeksi cacingtambang
lebih tinggipada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar...
Abstract..
Abstrak...
Daftar
isi...
Daftar
tabel...
...
Daftal
gambar...
BAB I. Pendahuluan...
...1.1.
Latar
Belakang
1.2.
Perumusan
N{asalah..1.3.
Batasan Masalah...
...1,.4.
Tujuan Penelitian...
...1.4.1.Tujuan
Umum
1.4.2.Tujuan
Khusus...
...
1.5.
Manfaat Penelitian...
1.6. Metoclologi
Penelitian...
BAB
IL Tinjauan
Pustaka..
2. 1.
Morfologi
CacingTambang...
...2.2.
Siklus Hidt4r
CacingTambang
2.3. Patogenesis
tlan Gejala
lilinili...
2.4.
Diagnosis...
2.5.
Pengobatan...
2.6. Pencegahan...
BAB
III.
Pelaksanaan
Penelitian...
3.1.
Waktu
dan'fempat
Penelitian
3.2.
Teknik
Pengumpulan Data.
3.2.1.
Alat
danBahan
3.2.2.
Cara Kerja
3.3.
Pengolahan
danAnalisa Data
BAB
IV.
Hasil Penelitian
BABV.Pembahasan...
...r..r
BAB
VI
.Kesimpulan dan Saran...
6.1.
I(esimpulan
6.2.
Saran
Daftar Pustaka..
[,ampiran
15
15
16
16
18
23 28
28 28 29
Tabel
1.Tabel
2.Tabel
3.Tabel
4.Tabel
6.Tabel
6.Tabel
7.Tabel
8.Tebel
9.Tabel
10.Tabel
11.Tabel
12.Tabel
13.DAFTAR
TABEL
Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang
padaSDN
12Sungai
Sapih
18Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang berdasarkan
jenis
kelamin..
18Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang berdaearkan
tempat
buang
air
besar.
19Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang berdasarkan kebiasaan
memakai
alaskaki
ketika
bermain..
19Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang berdasarkan
usia
20Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang berdasarkan
tingkat
pendidikan orang tua...
Frekuensi
Infeksi
Cacing Tambang berdasarkan pekerjaan
orang
tua...
22Uji
statistik
berdasarkan jenis
kelamin..
23Uji
statistik
berdasarkan
usia...
...
24Uji
statistik
berdasarkan kebiasaan
memakai alas
kaki ketika
bermain..
24Uji
statistik
berdasarkan pekerjaan orang tua...
.
25Uji
statistik
berdaearkan
tingkat
pendidikan orang
tua
26Uji
statistik
berdasarkan
tempat buang
air
besar.
27DAFTAR
GAMBAR
Gambar'
L.Siklus Hidup CacingTambang
l0
BAB
I
PENDAHULUAhI
l-t.
Latar Belakang
Target Departemen Kesehatan Republik Indonesia
di
tahun 2000
sehat untuk Gnrua, haruslah diseftai angka kesakitanturun
menjadi 2OO perseribu pendudukFtahun
(Pidato Menteri Kesehatan pada pembukaan KonikaV,
1981,di
Medan).OHr sehb
itu
masih diperlukan pertelitiandan
pengembangan dalam berbagairryt
penyakit, misalnya infeksi saluran pencernaan, termasuk di dalamnya infeksimirgusus
(Azwin
dkk., 1985).hftfsi
cacingusus
termasuk penyakit yangditularkan melalui tanah
(Soilkumitted
Helminth
yaitu
cacing
gelang, eacing cambuk,
Strcngiloidesufrrcazlis,
dan cacing tambang (Azwin
dkk., 1 9S5).Ehu
cacing tambang yang paling penting pada manusia adalah Ancylostomahdeflqle
dan Necator americanus.
Lalu lintas modern memberikan kesempatanI
g
luas bagi kedua cacingtersebut untuk
menyebar keseluruh
penjurufuir
(
Elmerdkk.,
1989).Di
Indonesia
infeksi
cacing tambang
lebihhyet
disebabkan
Necator
americanus
daripada
Ancylostoma*tdeqab
( Rampengan dkk., 1995).Program
pembrantasan
penyakitcacing
di
tndonesia telahdimulai
sejaktrn
1975 dan sejak Pelita IV (1984) prcgram pemberantasan penyakit cacing iniEmesrk
pr,da Program Pemberantasan PenyakitDiare (P2
Diare)(Emiliana ,!Sgl),
tetapi angka prevalensi penyakitini
masih cukup tinggi. Tingginya angkapnkrsi
ini
erat hubungannya dengan bebevpa faktor yaitu:!-
hdonesia terletakdi
daeruhberiklim tropik,
sehingga merupakan tempat yangf-
f,cbiasaanhidup
yarg
tidak
sehat,seperti
kebiasaanbuang
air
besar di
crnbarang tempat dantanpa alas kaki.
g.
Tlrykat
sosial ekonomiyang masih rendah ( Rampengan dkk., 1995).Cacing tambang melekat pada mukosa usus. Kehilangan damh
yang
terjadi rrbabkan cacing mengisapdanh
dan
perdarahanyarg
berlanjut
pada tempatdtatnya
cacing, sehingga dapat menyebabkan anemia. Biasanya 1 ekor Necator-]i.?4tts
mengisap
darah
hospes
sebanyak Op26-O,2OOcc
dalam 1tmda
yang terjadi biasanya Anemia mikrositik hipoknrm ( Srisasi dkk., 1992).EI'i lndonesia insiden cacingtambang cukup tinggi, menurut penelitian Sutanto
dnfr (1976) didapath,anTgoA dari
383
anak-anaksD di Sumatera Utara. Pada tahunIf,lg
samadi
lakarta
Timur
dilaporkan
95,1oo/odari
2.508
murid
SD;
diilmnr./Sleman 23p8%;
di
Jawa BaratlSerpong 95,570,6.Di
daenh
Kalimantanflrportan
berkisar 56-65,80%.
Padatahun
1988
di
Indramayu
dilaporkanfiq''62f,. Di
SulawesiUtara
1,28oA(
Rampengandkk., 1995)
dan bd.b,rapa hasilpnaruan hinnya,
seperti yang ditemukan oleh Rosdiana Safar (1992) pada muridnidur
Ismail dkk.(1983) di Tarusan l(ab.Pesisir Selatan 3L,9% dan pada karyawanrrte
heluarya PN.Batu Bara Sawahlunto (199O) dilaporkan yang terinfeksi berattrJ4f,,
infeksi sedang 74,29% dan sangat ringan 78,5'l.06.nada
blita,
prevalensi infeksicacing
tambang adalah rendah, sebagaimana&nukakan
oleh Suwarnidkk.(
1993) bahwa prevalensi infeksi cacing tambangplc.nalensi
infeksi
cacing anak balitarelatif
lebih sedikit dibandingkan golongannnur
lain, halini
mungkin karena anakbalita relatif lebih sedikit tercemar infeksihnelitian
terhadap
prevalensiinfeksi cacing
tambangyang
berhubungan&qgan
pekerjaantelah dilakukan oleh Margono
dkk.(1975'),dari
penelitian@ernukan
U-87,3%
padaburuh waduk irigasi
dan lapangan terbang, buruh hchrn karet 93,10,6( nasiai dkk, 1976) dan Adjung (1985) menemukan 79,8% padahruh
tambang batubara ( Emiliana, 1991).Ma
krbagai
daerahdi
Indonesia,umumnya
prevale4sicacing
tambangffiisar
antara30-50%
(
Srisasidkk.,
1996). Sedangkanuntuk
daerah Sumbarptralensi
cacingtambang berkisar antara 20-360/0(
Emiliana, 1991). Prevalensi5pg
lebih tinggi ditemukandi
daemh perkebunan karetdi
Sukabumi, Jawa Bamtt$,l%
dandi
perkebunan kopi diJawa Timur 80,69% ( Srisasi dkk., 1992).12- Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil-hasil penelitian
para
ahlidi
atas,terlihat
masih tingginya6runlensi infeksi cacing
tambang
di
Indonesiaserta
anak-anaklebih
rentanEftadap
infeksicacing
dibandingkan dengan orang dewasa(
Rampengan dkk.,l!Xls),
maka penulis tertarik untuk meneliti frekuensi infeksi cacing tambangpadat[r${
12 Sungai Sapih Kec. Kuranji Kodya Padangyang berusia antaru 6-13 tahun.Dipilihnya
SDN12
sebagai tempat penelitian, karena sebagian besar muridfiDN
12
sanitasilingkungannya masih belum
memadaidan
masih
banyakprduduk
kelurahan tersebut menggunakan air sungai sebagai sarana MCK(Mandi0rci
lQkus).oleh
karena masih tergantung kepada sungai, kemungkiananak-mnt
btrangair
besardi
tanah terbuka,hal ini
merupakan sumber infeksi cacingil"L
Batasan Masalah
tda
beberapa spesies cacing tambangyang penting. Spesies yang paling seringnqEinfeksi manusia
dan cacing dewasanyadapt
bertelur dalarn usus manusia*frh
Neator
americanus dan Ancylostomadudenale. Oleh
karenaitu
yangfrrt
d
dalam penelitian
ini
adalahNrcatar
atn:ericanusdan
AncylostomaWnate*bagai
penyebab infeksi pada manusia.L.t.'
Tuiuan Penelitian
I.lil.l.
Ttjuan
Umumlbjuan
dari
penelitianini
adalahuntuk
mengetahui frckuensiinfeksi
cacinghhry
pada murid-murid SDN 12
Sungai Sapih KecamatanKuranji
Kodyaffiry.
lL{I.
ltrjuan
Khusustffiik
mengetahui fiekuensi infeksi cacing tambang bedasarkan jenis kelamin,d&
hcbiasaan memakai alaskaki
ketika bermain,
pekerjaan orang tua, tingkatpdidftan
orang tua, tempat buang air besar.t5-
Hanfaat Penelitian
llssil
dari
penelitianini
diharapkan dapat dimanfaatkanuntuk
menurunkanfrruensi
infeksi cacing tambang pada murid-murid SDN
12
Sungai
Sapihrrnatan Kuranji Kodya Padang, sehingga dapat meningkatlan daya tahan tubuh
fu
temampuan belajar bagi
anak-anakusia
sekolah sehingga 4apat terciptaLg
nebdologi
Penelitian
tnelitian
ini
menggunakan metoda pemeriksaantinja
untuk
mendapatkan,nrhh
kasus. Populasi muriddi
SD tersebut diambil secara random sebanyak 170arrl8"
Kemudian pada masing-masingmurid
yangterpilih
sebagai sampel diberi6d
plastik untuk meletakkan tinja dan selembar kertas kuesioner. Pot plastik yangffi
diisi dengantinja
dan lembaran kertas kuesioner yang telahdiisi
diserahkanlhroknn
harinya. Masing-masing pot plastik diberi nomor sesuai dengan nomorhlrs
tuesioner.$danjutnya
sampel
dibawa ke Laboratorium ParasitolqSi Fakultas Kedokteranrht
diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan cara langsung, yaitu[Frrfla8n
eosin 2%. Pemeriksaan cukup dilakukan satukali
,jika
hasilnya positif[t
sdiaan yang
pertama dan4
kali
jika
hasilnya negatif pada pemeriksaandlen
pertama.
Kemudianhasilnya
dicatatdan
dianalisa.
Pengolahan data&tan
secara manual dantahilasi. Uji statistik dilakukan dengan menggunakanBAB
II
TINJAUAIV PUSTAI(A
I.t-
torfologi
Cacing Tambang
Cecing tambang dewasa adalah
nematoda kecil
seperti
silinder
yangffientuk
kumparan (fusiform) berwarna
putih
keabu-abuan.
Cacingpg
jantan
hanya
berukuran
panjang
rata-rata5-11
mm dengan diameter@Jf-O,45 mm. Cacing tambang mempunyai kutikula yang relatif tebal . Pada ujung
rior cacing jantan terdapat
bursa
caudalyang merupakanmembran yanglhr
danjernih
dengan garis-garis seperti tulang iga, bursaini
digunakan untuklmsng
cacing betina selama kopulasi ( Rampengan dkk., I99S).Cecing
dewasa Ancylostoma duodenale
lebih
besar
daripada Nrcator
G'*nnus.
Bentuk badan Necator americanus
yang
telah
mati
biasanyal
ryerupaihuruf
S, sedangkan Ancylostomadudenale
menyerupaihuruf
C.,W
anericanus mempunyai bendakitin,
sedangkan Ancylostomadudenale
mrFrnyai
dua pasanggigi ( Srisasi dkk., 1992)."Il:lur mempunyai
ujung-ujung yang
bulat
danselapis
kulit
hialin
tipisIEt
transparan.Telur dari
berbagai spesies cacing tambanghampir
tifuk
dapatflqdrfun.
Telur Necator arnericanus biasanyalebih
panjang dibandingkantelur
,@na
dudenale
(
George,
1951).Telur
Neator
americanus berukuranpfrrnS
64-76
mikron dengan
diameter36-40 miknrn
dan telurAncylostomaffita
le
paryangny a 56-60mikron
dengan diameterg}-
omikron. Telur-telurffi
diteluarkan perhari
berkisar 25.000-30.000butir
(
Rampengandkk.,
1995,Cacing tambang melekat pada mukosa usus
dengan
rcng8a mulutnya. Tempatp1g
palingdisukai
adalahbagian atas usus halus, tetapi pada infeksi berat cacing&pt
ditemukan sampai bagian kaudal ileum. Infeksi oleh Ancylostomadudenale
Hengsung
selama6-8
tahun bahkan lebih,
sedangkanNecator
americanusu.tanyakan
menghilang dalamwaktu
2
tahun, tetapiada
yangbertahan
4-5
uilmtn ( Rampengan dkk., 1995).
f-L
Siklus
Hidup Cacing Tambang
Manusia adalah hospes satu-satunya bagi cacing tambang (Rampengan dkk.,
0$e$.
Telur yang dikeluarkan bersamatinja
dapat menjadi matangdi
tanah. Padahryfarn
yang menguntungkan dan suhu optimal23-33"C,
dalamwaktu
l-Zhafi
drut
keluar lawaraMitiformis. larva
rabditiformis (stadium I) secaraaktif
makanmtln
organik dan bakteri dalam tanah dan mengalami penggantiankulit
dua kali,pg
peftama
padahari
ketiga
(stadiumII)
dan
sekalilagi
padahari
kelima@dium III)
( Srisasi dkk., 7992),tetapi padakeadaanyan9 tidak menguntungkanti
padasuhu
45"C,
telur
cacing
tambangmati
dalam beberapa
jam,dngkan
pada suhu O"C telurini
mati dalam waktu 7hafi.
lawa
stadiumlll
ataularva
filariform
terbungkus dalam sarun8dan
tidakilirtsSu
di
tanah( Srisasi dkk.,
1992).Iarva
ini
hidup
paling baik pada, tempatpug
teduh sepe$i tanah pasir atau tanah yang lembab yang menyebabkan
lawa-hmz
terlindung terhadap
pengeringanatau
keadaan basahyang
berlebihanil|lrcld,
1g7g).
Dan
lawa
filariform
harus
menembuskulit
manusia untukmleruskan
lingkaran hidupnya ( Srisasi dkk., 1992).Infeksi tedadi
bilalawa filariform
menembuskulit.
Halini
terjadi bila berjalantanp
sepatu
atau
sandal
di
tanah
yang
berisi
lawa
cacing tambangfilariform(
Shulmandkk.,
1994). Penelitianterakhir
menunjukkan bahwa infeksiAnqlostoma
dudenale
dapatte$adi
pada
sayuran
dan
makanan
lain
yanStertontaminasi dengan tanah yanS menSandung
larva
(Srisasidkk.,
1992). lika
narva
filariform
Ancylostoma duodenale masuk melaluimulut,
menurut Nagahanadan
Yoshida(1965) larva tersebut
dapat berkembangmenjadi cacing
dewasa,Calam usus manu siatanpamelalui
siklus
paru (Lynne dkk., 1996).Iarva
ini
dapat menyebabk an gejala- gejala beru pa ganggual gastrointestinal(kpary,
1 985)Tanah
yang
basah dan melekat mempermudah penulamn. Pada penambang Liasanya tempat infeksi adalahdiantarajari-jari
kaki
dan padapetani
terinfeksidcrWt melalui tangan,terutama .sela-sela
jari.
IQdang-kadang infeksi dapat terjadinrelalui
mulut
dengan
prantaraan
air
minum
atau
makanan
yang
telahre-rtontaminasi ( Rampengan dkk., 1995).
2-3.
Patogenesis dan Gejala
Klinik
lnfeksi
cacing
tambang teqiadi karena
larva filariform
menembuskulit.
Sehingga
sering
menimbulkanerupsi
papula dan prurituskulit
yang berat("gatal!meh"). Selanjutnya larva
filariform
masuk sirkulasi vena dan dibawa ke anyamanhrpiler
paru.Setelahitu
larva masuk ke dalam cabang-cabang bnrnkus ,naik
ketre.khea kemudian ke esofagus dantertelan ( Shulman dkk., 1994).
lawa
dapat tertelan dan langsung masuk ke usus halus, tetapilawa-lawa
lain
rcnembus
membran mukosamulut dan faring,
menyebabkan imigrasike
paru.gejala: batuk, sesak nafas,
mual,
muntah,dan
hipereosinofilia. Padafoto
toraksterlihat adany a
infiltrasi-infiltrasi.
Pengalaman
di
klinis
menunjukkan bahwa
anemiaterjadi terutama
akibat kehilangan damh yang terus menerus.Hb
dapatturun
sampai 5gr/dl
atau lebih rendah,anemia yang terjadi
adalah anemiakronik
yang
dapat menyebabkankompensasi
fisiologik pada
manusiayaitu
adanya peningkatan kapasitas paru, peningkatantoleransi
sel-seljaringan
terhadap anoksia, pembesaran jantung, penurunan tekanan sistolik dan penurunanaliran
darah tepi. Pada gambaran foto abdomenterlihat
adanyahipermotilitas
usus,dilatasi
jejunum
dan
kasarnyalipatan-lipatan mukosa usus
(
Rarnpengan dkk., 1995).Kekurangan darah
ini
biasanyatidak
sampai menyebabkan kematian, tetapidapat menyebabkan daya tahan
tubuh
dan daya kerjaturun. Menurut
Noerhayati(1990), sejumlah penderita penyakit cacing tambang yang dirawat
di
Yqgyakaftamempunyai kadar hemoglobin yanS semakin rendah
jika
penyakit semakin berat.Colongan ringan, sedang dan berat dan sangat berat mempunyai kadar
Hb
rata-rata
berturut-turut
'1.1,3 g%,8r8 g%,4,8 g% dan ZrG g7o ( Srisasi dkk., 1992).Dari
hasil
suatu
penelitian
di
RS Dr.Soetomo, Surabaya, Kusumobnrto etal
(
1975) dilaporkan bahwadari
26.81.5 penderita yangdirawat,
terdapat 26,7mil
penderita anemia defisiensiferum
dan duapertiga
dafipadanya disebabkanoleh infeksi cacing tambang ( Depary, 1985).
Beratnya infeksi secara
klinik
sangat berhubungan dengan banyaknya cacing.Jumlah telur yang
kurang
dari5/mg
feses jarang bermanifestasiklinik,
sedangkan20/mg
feses sering berkaitan dengananemi
dan pada infeksi yang berat jumlahcacirq dcwara hUrp
dalam unr hal.r
lclur keluar bocamr linia
lerb.otuk lawa lilarilorm sclehh I rninggu di lanrh
*rc
lac;a firardotm
[image:23.425.21.369.69.609.2]menerntus kulil (faii)
Gambar 1 : Siklus Hidup CacingTambang
Sumber
: Srisasidkk.,
1992larua rabdililotm
2.4.DtAGNOStS
Diagnosis
yang pasti
adalah dengan ditemukannyatelur dalam
tinja
segarpenderita ( Hunfer, 1995). Secara praktis
telw
Ancylostomadudenaletidak
dapt
dibedakan dengan
telw
Necator americanus.Banyak cara pemeriksaan telur dalam tinja seperti pemeriksaan secara langsung dengan pengecatan sederhana
atau
pemeriksankuantitatif
menurut
modifilcasiKato. Selain
itu
dapat juga dilakukan dengan biakanmenurut
HaradaMori.
Diruna
camini
lebihsensitif
dari cara IGto. Dengan biakantinja
dapat dibedakanbwa
Necator americanus denganlawa
Ancylostoma duodenale(
Srisasi dkk.,r992).
2.5.
Pengobatan
Pada kasus-kasus tanpa gejala atau hanya anemia ringan, pengobatannya cukup
dengan anti cacingyang spesifik. Obat-obat yang dapat digunakan adalah:
l.
furantelpamoat.Adalah obat
pilihan
utama dengan dosis tunggal 10mglkg furat
badan.Dapt
diberikan setiap saat tanpa dipengaruhi
oleh
makanan dan minuman. Pada infeksi Nrcator americanusyang sedangdanbrat
diperlukan pemberian 3hari
berturut-turut.
Efek sampinS yang sering adalah keluhan saluran pencernaan, sakit kepala.Menurut Rai.( 1980) angka penyembuhan 81,6 oA, jika digunakan dosis 1O
mglkg
berat badan ( Emiliana, 1991).
Efek
antelmintik
pyrantel pamoat adalah menimbulkan depolarisasi otot padaotot cacing dan
meningkatkanfrekuensi impuls,
sehinggacacing
mati
dalamteadaan spastis dan ia
juga
berefek menghambat enzim kolinestirase(
Sukarnodkk., 1995).
2. Mebendazol.
Obat
ini
adalah antelmintik yang paling luas spektrumnya danmemiliki
bataskeananan yanglebar. Merupakan bubuk yang berwarna
putih
kekuningan, tidaklarut
dalarn
air
dantidak bersifat
higroskopis sehinggastabil
dalam keadaanterbuka dan rasanya enak.
Mebendaz,al menyebabkan kerusakan
struktur
subseluler,dan
menghambatsekrtsi
asetilkolinesteruse cacing.Obat
ini
juga
menghambatambilan
3lukosas@ara irreversibel, sehingga terjadi pengosongan (deplesi
)
Slikqgenpda
caeing. Dan cacingakan mati secara perlahan-lahan. Obat ini juga menimbulkan sterilitaspada
tclur
cacing tambang, sehingga gagal berkembang menjadilarya (
Sukarnodkk., 1995).
Mebendazol
merupakan
Drug
of
choice
untuk
Nuator
americanus
dan Ancylostonu duodenale. Dosis yang diberik,an adalah 10O mg, 2 tKli
sehari selama3
hari
tanpa pencahat. Dosis tidak dipengaruhiumur
maupunbrat
hdan.
Obatini aman diberikan pada
pnderita
anemi dan malnutrisi.Penelitian oleh Is Suhariah dkk. ( 1993) pada murid Madrasah Tsanawiyah Wda
Pondok Pesantren Ashaddiqqiyah Jakarta Bamt dengan menSgunakan Mebendazol
500
mg
dosistunggal
didapatkan angka penyembuhan 100%.Dan
pada dosistersebut dapat ditoleransi dengan baik oleh anak-anakyang berumur 13-15 tiahun,
tanpaada efek samping.
3. Albendazole
Obat
ini
efektif
untuk
cacing
dewasa,larva
dan telur
cacing
tambang.Albendazole bekerja dengan
cara memblokir
pengambilan glukosaoleh
larvanuupull
cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen menurull dan pembentukanATP berkutang, akibatnya cacing akan mati. Obat
ini juga
berkhasiat membunuh lawa Necator am ericanus.Dosis yang
diberikan
adalah4oo
mg, dosis tunggaluntuk
or?ng dewasa dan2oo mg
untuk
anak-anak Efek samping berupanyeri
perut, sakit kepala, keringda,lam mulut.
4.Tiabendazole.
Merupakan obat
cacing denganspektrum luas dan efektif
untuk
furbagai
nematoda
pada
manusia termasukcacing
tambangdan juga
dapat digunakanuntuk
cutaneuslarva
migrans.
cara
kerja obat
ini
belum jelas.
Dosis yangdianjurkan 25 mg/kgberatbadan sehari tanpa pencahar.
S.Tetrakloretile.
Obat ini efektif untuk Necator anrcricanus dan kurang efektif untuk Ancylostoma
dudenale.
Tetrakloretil menyebabkan kelumpuhan pada cacing, sehinggadawt
Erlepas
dari
tempat
menempelnyadi
mukosausus
dan
dikeluarkan
denganpncahat
dalam
keadaanhidup
sebelum
sempat
melekat kembali pada usus( Sukarno dkk., 1995). Dosis yang diberikan Q,72
mllkg
beratbadan dosis tunggal,Etapi dengan ulangan 2
k^li
atau lebih dengan interval4
hari untuk pembasmianbtal
( Rampengan dkk., 1995).2-6.
Pencegahan
Pada umumnya
cara infeksi cacing
tambangterjadi melalui larva filariform
menembus
kulit,
walaupun pernah dilaporkan bahwa infeksi dapat terjadi melalui brtelannya larva. Oleh karenaitu untuk
mencegah terjadinya infeksi, diusahakanfka
bermaindi
halaman menggunakan alaskaki
serta mencuci dengan bersihhhan-bahan
makanan yang akan dimakan.Selain
itu
diperlukan
usahauntuk
mencegah perkembangantelur
cacing tembang menjadi larva.Hal
ini
dapat dilakukan dengan menghindari buangair
besar
di
tanah terbuka. Karena
cacing
tambang memerlukan
tanah
bagiperkembangan
telurnya.
Dan
usaha
untuk
memberikan penyuluhan
kepada
nasyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik d,an cara menghindari infeksi cacing ini.
BAB
III
PEII\KSAI{AAN
PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat penetitian
Penelitian dilakukan
dari
tanggal4
November sampai1g
November 1996 diSDN
t
2
Sungai Sapih Kecamatan Kuranji Kodya padang.52, Teknik Pengumpulan
DataPenelitian
dilakukan pada murid-murid
sDN
IZ
Sungaisapih
Kec.Kuranji
Kodya Padang dari kelas
l-vl.
Populasiyang
ada diambil secara random sebanyak170 orang. Kemudian pada masing-masing
murid
yangterpilih
menjadi samperdiberi pot plastik untuk meletakkan tinja yang disertai dengan pemberian selembar
fuftar
kuesioner yangberisi
antaralain:
nama, umur,jenis
kelamin, penghasilandang
tua perbulan, tingkat pendidikan orangtua,
pekerjaan orang tua, kebiasaannremakaialas kaki ketika
bermain,
tempatbuangair besar.Kuesioner diisi oleh oranS tua atau dibantu oleh guru. Masing-masing pot diberi
nomor sesuai dengan nomor pada kertas kuesioner. Pot plastik yang telah diisi tinja
diserahkan
keesokanharinya
wda
peneliti. selanjutnya sampel dibawa
kelaboraforiu m parasitologi FKUA u ntu k di periksa.
3.2.7.
Alat dan Bahan
Pemeriksaan
tinja
dilakukan dengan
cara
pewarnaan langsung,
yaituWwarnaan eosin 2o/o.
Alatdan Bahan:
l.Y,aca benda
i^f'acatutup
3. Pot plastik
4. Kuesioner 5. Lidi bersih
6.
tarutan
eosin 2o/o7. Mikroskop
3.2.2.
cara
kerja
larutan
eosin 20,6, dibuat dengan mencampurkan 1gram
eosin denganso
mlaquadest. Sampel
tinja
diambil seujunglidi,
kemudian dioleskanWfu
kaca krcndayang telah ditetesi
1
teteslarutan
eosin2%
dan
dicampurkan dengan
rata,kemudian
ditutup
dengan kaca penutup. Setelahitu dilihat
di
mikrmkop
denganpembesaran 10x10.
Hasil dinyatakan positif bila ditemukan telur cacing tambang, sedangkan hasil
dinyatakan
negatif,
jika
tidak ditemukan
telur
cacing
tambang.Telur
cacing tambang mempunyai ujung-ujung yang membulattumpul
dan selapiskulit hialin
tipis
yang transparan.Dan telur
cacing tambang harus dibedakan dengantelur
Trichostrongilus
yang lebih
besar,
lebih
memaqjang,
dan lebih
banyakmengandung blastomer ( Harold, 1979).
3.3.
Pengolahan dan Analisa
DataHasil
yang
didapatdihitung
dengan cara tally yangmeliputi
frekuensi infeksi cacing tambang berdasarkanjenis
kelamin,umur, tingkat
pendidikan orang fua,pekerjaan orang
tua,
kebiasaan memakai alas kaki ketika bermain, tempat buangair
besar.Hasil disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Kemudian dilakukan
uji
statistik yaitu Chi-Square Test.BAB
IV
HASIL PENELITIAhI
Dari penelitianyangtelah dilakukan didapatkan hasil pada tabeldi bawah
ini
: Tabel 1. Frekuensiinfeksi cacingtambangpadamirid sDN
tz
sungai sapihTELUR CACING TAMBANG POSITIF NEGATIF TOTAL
N 11
r59
170oh 6,47 93,53
100
Dari tabel
di atas
dapatdilihat
frekuensi infeksi cacing tambang pada SDN 1Z Sungai Sapih Kec.Kuranji 6,470A. Sedangkan yang tidak terinfeksi adalah I 59 orang [image:31.444.13.404.129.262.2](93,53%).
Tabel 2. Frekuensi Infeksi cac_ing-Tambangpada
murid sDN
t2
sungai sapih berdasarkan jenis kelaminJENIS KELAMIN JUMLAH TELUR CACING TAMBANG
+ %
PEREMPUAN 92 IO 1O,97
LAKI-LAKI 78 1 1,28
JUMLAH 170 11
Dari
tabeldi
atasterlihat,
bahwa .perempuanlebih
banyak terinfeksi cacingtambang dibandingkan dengan
laki-laki, yaitu
dari
gz
oranganak
perempuanterinfeksi 10 orang (10,87%), sedangkan dari 78 orang anak
laki-laki
terinfeksil
omng (1,280 ). [image:31.444.19.410.406.552.2]Tabel 3. Frekuensi Infeksi cacingTambang
padamurid sDN
l2
sungai sapih berdasarkan tempat buangair
besarTEMPAT BUANG AIR BESAR JUMLAH
TELUR CACING TAMBANG
+ %
JAMBAN qq 1 3r45
SUNGAI 132 10 7,58
SEMBAMNG TEMPAT
I
0 oJUMLAH 170 11
Dari tabel 3 terlihat, bahwa dari sampel, didapatkan 732 orang buang
air
besar di zungai dan yangterinfeksi 10 orang
(7,58%), sedangkandari
zg
orang
yangbuang
air
besardi
jamban terinfeksi 1 orang(sls%)
dan dafi 9 orang yang buang air besar di sembarang tempat terinfeksi O orang (O%).Tabel 4. Frekuensi Infeksi.cacing Tambang pada
murid sDN
t2
sungai sapihberdasarkan kebiasaan memakai alas kaki ketika bermain
MEMAKAI ALAS KAKI JUMLAH
TELUR CACING TAMBANG
+ %
TIDAK BIASA 49 4 8,16
BIASA 121 7 5,79
JUMLAH 170 11
Dari tabel
4
terlihat, bahwa dafi49
orang yang tidak terbiasa memakai alas kaki ketika bermain terinfeksi4
omng (8,'t60/o), sedangkandarj
TZt
oreng yang biasa memakai alas kaki ketika bermain terinfeksi Z orang (S,Zg%). [image:32.455.12.426.421.582.2]Tabel 5. Frekuensi Infeksi cacing.Tambangpada
murid sDN
tz
sungai sapih berdasarkan usia (tahun)USIA JUMLAH
TELUR CACING TAMBANG
+ oa
t-I
19 2 10,538-9 52 6 1r,54
10-1 1 51 2 3,92
72-13
48 I 2,o8JUMLAH
t70
11Dari
tabel5 terlihat,
bahwa
frekuensi infeksi cacing tambanglebih tinggi
padainterval usia 8-9 tahun yaitu
dari 52
orangyang berada
pada interval usia temebutterinfeksi 6 orang (11,54Yo\. sedangkan usia 6-7 tahun yang berjumlah 1g orang, terinfeksi
2
orang (1O,53o/o),usia
10-1I
yangberjumlah
5l
orang, terinfeksi2
orang
(3r92o/o').Dan
48
orang yang berusia
lrz-ls
tahun terinfeksi
I
orang(2,090,6).
Tabel 6. Frekuensi Infeksi cacing Tambang
padamudd sDN
1z sungai Sapihberdasarkan tingkat pendidikan orang tua
TINGKAT PENDIDIKAN
ORANG TUA
JUMLAH
TELUR CACING TAMBANG
+ oa
SD 112 8 7,14
SMTP 37 3 8,11
SMTA 27 0 0
PERGURUAN TINGGI 0 o o
JUMLAH 170
1l
Dari
tabel
6
terlihat bahwa frekuensi infeksi cacing
tambang
pada
tingkatpendidikan orang tua Sekolah Dasar, yaitu 8 orang yang terinfeksi
dari
1lZ
orang(7,14o/o\.Dari
37
orang yangtingkat
pendidikanorang
tuanya SMTPterinfeksi
3orang
(8,11%) dandari
27
orang yangtingkat
pendidikanorang
tuanya SMTAterinfeksi
0
orang
(0%).
sedangkanyang tingkat
pendidikan
orant
tuanyaPerguruan Tinggi adalah O orang(O%).
Tabel 7. Frekuensi Infeksi
cacing
Tambangpada muridsDN
12 Sungai sapih.
berdasarkan pekerjaan omngtua
PEKERJAAN ORANG TUA JUMLAH
TELUR CACING TAMBANG
+ o/o
PF|ANI '147 7 4,76
PEGAWAI NEGERI 2 0 0
NELAYAN o 0 o
PEDAGANG I1 o o
DLL* 10 4 40
JUMTAH 170
l1
*buruh,
swastarrcpir"A,BRl
Dari tabel 7
di
atas terlihat bahwa infeksi cacingtambang
pada orangtua denganpekerjaan petani yaitu sebanyak T
orang dafi
t4z
sampel (4,26%). Danz
orang yang pekerjaan oranS tuanya pegawai negeri terinfeksi O orang (O%). Dandari
1l
orang yang pekedaan orang
tuanya
pedagang terinfeksi0
orang
(0%).Dari
Io
orang yang pekerjaan orang tuanyadll
( buruh,
swasta, sopir, ABzu) terinfeksi 4 orang @OoA). [image:35.451.18.427.80.308.2]BAB
V
PEMBAIIASAhI
Berdasarkan hasil penelitian
dari
l7o
orangmurid sDN
Iz
sungai Sapih,1I
orang diantaranya mengalami infeksi cacing tambang ( 6r47o/o).Ternyata dari hasil
,penelitian didapatkan frekuensi
infeksi
cacing tambanglebih rendah
dafipadahipotesa yang diajukan (2O%). Hal
ini
mungkin disebabkan telah meningkatnyapemahaman masyarakat tentang kesehatan. Dan frekuensi
ini juga lebih
rendahdibandingkan
dengan prevalensicacing
tambangdi
Sumbar,
yaitu
zo-s6% [image:36.454.22.428.345.499.2]sebagaimanayangyang dikemukakan oleh Emiliana T (1991).
Tabel 8.
Uji
statistik berdasarkan jenis kelaminTELUR CACING TAMBANG
JENIS KELAMIN
TOTAL
LAKI-LAKI PEREMPUAN
POSITIF 1 10 11
NEGATIF 77 82 159
JUMLAH 78 92 170
Xz = 6142 p)O,OS
Dari
tabeldi
atas(lihat
tabel2)
yang didasarkan pada perbedaanjenis
kelamin,setelah dilakukan
uji
statistik secara Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%didapatkan
ptfudaan
yang bermakna antara infeksi cacing tambang dengan jeniskelamin. Hasil
ini
sama dengan hasil penelitian Rosdiana(
Iggl).Joesoef (19gO) diNTT mendapatkan bahwa persentase
infeksi cacing
tambanglebih
tinggi wda
percmpuan dibandingkan dengan
laki-laki
. Sampai saatini
belum ada penelitianyang mengungkapkan mengapa frekuensi infeksi cacing tambang lebih
tinggi
pada [image:37.466.25.447.76.271.2]perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 9.
Uji
statistik berdasarkan usia ( tahun)TELUR CACING TAMBANG
USIA CTAHUN)
TOTAL
6-7 8-9 10-1 I 12-13
POSTTIF 2 6 ? 1 11
'
NEGATIFt7
46 49 47 159JUMr-A.H 19 52 51 48 170
Xz=4r79 P<O,O5
Dari tabel
di
atas yang didasarkan pada hubungan infeksi cacing tambangdenganusia anak, setelah dilakukan
uji
statistik ternyata didapatkan perbedaan yang tidak bermakna. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rosdiana(lggz),
bahwatidak
adahubungan
antarainfeksi cacing
tambang dengan usiayang
dikenai.Berdasarkan persentase didapatkanjumlah infeksi yang semakin meningkat sampai
usia 9 tahun. Hal
ini
didukung oleh suatu penelitian yang menyatakan bahwa 90%anak-anak terinfeksi
cacing
tambang padausia
9
tahun
(
Richarddan
Victor,1992).
Tabel 10.
Uji
statistik berdasarkan kebiasaan memakai alas kaki ketika bermainTELUR CACING TAMBANG
MEMAKAI ALAS KAKI
TOTAL
TIDAK BIASA BIASA
POSITIF 4 7 11
NEGATIF 45 714 159
JUMLAH 49 '12'l 170
Xz=O,33
24
[image:37.466.25.448.526.680.2]Dati tah,l
di
atas setelah dilakukanuji
statistik dengan derajat kepercayaan 95%ternyata didapatkan perbedaanyang tidak
b,rmakaa
antaru infeksi cacing tambangdengan kebiasaan memakai alas kaki ketika bermain. Hal
ini
mungkin
saja terjadi, karenadi
dalam kuesioner hanya dinyatakan kebiasaan memakai alaskaki
ketikabermain
saja. Sedangkan sebagian besarorang
tua
subjek penelitian
bekeqjasebagai petani, sehingga tidak
tertutup
kemungkinan anak-anak terinfeksi cacingtambang ketika membantu orang tuanya ke sawah atau ke kebun.
Tabel 1 1.
Uji
statistik berdasarkan pekerjaan orang tuaTELUR CACING TAMBANG
PEKERJAAN ORANG TUA
TOTAL
FT PN NL PD DLL*
POSITIF 7 o 0 o 4 I1
NEGATIF 140 2 o
I1
6 159JUMLAH 747 2 o 11 10 170
*buruhrswasta,sopir ABRI Kelerang,an: Pf=Pelani
PN=I'egawai Negeri NL=Nelayan pD=pedagang
X2=2O,OG p)O,O5
Dari tabel 1 1 setelah dilakukan
uji
statistik Chi-Square dengan derajatkepercayaan95Yo didapatkan adanya prbedaan yang bermakna antara infeksi cacing tambang dengan pekerjaan
orang tua.
Umumnya pekerj aan orangtua
subjek penelitianadalah petani. Jadi besar kemungkinan subjek terinfeksi
cacing
tambang ketikamembantu orang tuanya ke sawah atau ke kebun.
[image:38.471.21.459.255.486.2]TELUR CACING TAMBANG
TINGKAT PENDIDIKAN ORANG
TUA
TOTAL
SD SMTP SMTA PT
POSITIF 8 3 o 0 11
NEGATIF 104 34 21 0 159
JUMLAH 112 37 21 o 170
Tabel
12.uji
statistik berdasarkan Tingkat pendidikanorangtua
Xz=l17 p30,05
Keterangan: PT=Pergu ruan f inggi
Dari tabel 12 setelah dilakukan
uji
statistik ternyata didapatkan perbedaan yangtidak
bermakna antara frekuensi
infeksi cacing
tambang dengan
tingkat pendidikan orang tua.Jadi
dalam penelitianini
didapatkantidak
ada hubungan antata infeksi cacing tambang dengan tingkat pendidikan orang tua, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djohar(1985).
Pada kenyataannya, frekuensi terjadinya suatu penyakit pada anak berbandingterbalik
dengantingkat
pendidikan orangtua, tetapi pengetahuan tentang kesehatan tidaklah harus selalu didapatkanmelalui
jenjang pendidikan. Hendles
(1937)
dalam salah satu catatannya mengemukakanhubungan
antarainfeksi
parasit usus, sanitasi,pendidikan
dan keadaansosio-ekonomi adalah sebagai
lingkaran
setan.Agar tidak berlanjut,
maka sekurang-kurangnya salahsatu mata rantai lingkaran
tersebutharus diputus
(
Depary,1985).
[image:39.465.21.435.53.255.2]Tabel 13.
Uji
statistik berdasarkan Tempat buangair
besarTELUR CACING TAMBANG
TEMPAT BUANG AIRBESAR
TOTAL
JAMBAN SUNGAI SEMBARANG
TEMPAT
POSITIF I 10 o 11
NEGATIF 28 722
I
159JUMLAH 29 132 9 170
X2=1,32 p30,05
Dari
uji
statistik yang didasarkan pada hubungan antara frekuensi infeksi cacingtambang dengan tempat buang
air
besar, ternyata didapatkan perbedaan yang tidak bermakna. Jadi tidak ada hubungan antara tempat buangair
besar denganinfeksi
cacing
tambang.Hal
ini
sesuai denganhasil
penelitian Eddydkk.(Iggg)
pada mufid SD di desa Telaga Bati. Jadi anak-anak terinfeksi cacing tambang bukan didasarkan pada tempat buang air besarnya. [image:40.463.28.445.67.240.2]BAB
VI
I(ESIMPUIJ\N
DAhI SARAI{
6.1.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian padamurid SDN 12
Sungai Sapih Kotamadya Padangdapat disimpulkan :
1. Frekuensi infeksi cacing tambang pada SDN 12 Sungai Sapih Kec.Kuranji Kodya
Padangadalah 6,470/o.
2.
Infeksi pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anaklaki-laki,
setelah
dilakukan
uji
statistik
didapatkan perbedaanyanS bermakna
padahubungan frekuensi infeksi cacing tambangdengan jenis kelamin.
3.
Adanya perbedaan yang bermakna dalam hubungan frekuensi infeksi cacingtambang dengan pekerjaan orang tua.
4.
Tingkat pendidikan orang tua dan sanitasi lingkungan masih kurang.6.2.
Saran
Frekuensi infeksi cacing tambang pada SDN 12 Sungai Sapih adalah 617%. Tetapi walaupun demikian anak-anak yang telah terinfeksi
ini
sebaiknya diobati.Karena mereka adalah sumber penularan bagi lingkungan sekitarnya.
Perlu
diadakan penyuluhan
tentang
kesehatan,
terutama
mengenaipencegahan
terhadap
infeksi
Soil
Transmitted
Helminth, khususnya
cacingtambang.
DAI|TAR PUSTfi.KA
Annes
A. dkk.(1994)."
Investasi Cacing Usus Pada Anak Balitadi
Desa Binaanunqn-d_ Kam_pus Limau
Manis
Kelurahan Kapalo Koto Kec.pauh Kodya padang,,,Majalah Kedokteran Andalas vol 18 No.1&2.
A.B.Wardoyo (1986)." Infeksi Cacing Usus Pada Anak SD
di
Desa Matahoi,Uatolari, Timor Timur", Medika No.6, hal 503.Azwin L. dkk. (1985)." Gambaran Cacing Usus Pada Anak SD
di
Kotamadya TebingTinggi Deli", Medika No.6, hal 528.
A.A.Depary.(l985)."
Soil Transmitted Helminthiasis, Penularan, Patogenesis danMasalah Pemberantasannya", Medika No.IO, hal 1000,10O2.
Djohar
I,
Rosdiana S, S.Djohar, SuryaM.N. (1989)."
parasit-parasit Usus padaPenduduk
di
Tatusan
Kabupaten
Pesisir Selatan
Sumbar",
I^aboratoriumParasitologi FK Unand.
Djohar
-1.
(1985)."
Prevalensi Protozoa Intestinal PadaAnak SD
di
KotamadyaPadang", Laborutorium Parasitologi FK Unand.
Djohar
I.(1990)."
Prevalensi dan Beratnya Infeksi Cacing Tambang Pada lQryawan dan Keluarga PN.BatubaraUnit
Produksi Sawahlunto Sumbar",Labtatorium
FKUnand.
Elmer R.N., Glenn A.N.
(1989)."
Parasitologi, Biologi parasit Hewan", Edisi Kelima,Penerbit: Gajah Mada University Pr€ss, Yogyakarta.
Ernest C.F, Paul F.r.
(1964)."
Clinical Parasitology", Edisi Ketujuh, Penerbit :Ir..a &Flebiger Philadelphia, USA.
Emiliana
T. (1991)."
Penelitian Soil Transmitted Helminthdi
Indonesia", Cermin Dunia Kedokteran No.72,hal12.
Eddy H, Ida Bagus P.W., Ida Bagus N.B, Ketut
N (1988)."
Prevalensi Infeksi Cacing Usus Yang Ditularkan Melaluithnah
PadaMurid
SDdi
Desa Telaga Bali",Mediki
No.8.George
c.s.(
1951)." Diseaseof
the Tropics". Penerbit : Appleton century crzfts. Haroldw.B.(
1979)." Dasar ParasitologiKlinik",
Penerbit :pr
Gramedia,Jakarta.Hunter,
Swartzwelder
(1995)."
Tropical Medicine,
Diagnostik
ParasitolqgiKedokteran", Penerbit: EGC, Jakarta.
Lynne S.G, David A.B.(1996)." Diagnostik Parasitolqgi Kedokteran",Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakafta, hal 1 52,1 53.
Richard E.B.,Victor C.V.(1992)." Ilmu Kesehatan Anak',, bagian II, Edisi 12,Cetakan
I, Penerbit: Buku Kedokteran EGC,Jakarta.
!ukar.n9
s,_s.ardjonoo.s.
(1995)."
Farmakologidan
Terapi,,,Edisi
keempat,Penerbit: Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Rosdiana S.
(1992)."
Prevalensi Cacing Tambang PadaMurid
SDpasir
lendang
Kodya Padang", Laboratorium Parasitologi FK Unand.Rosdiana S.
(1992)."
Prevalensi Soil Transmitted Helminth padaMurid
SD pasir Jambak Kodya Padang", Laboratorium Parusitologi FK Unand.Stanford T._f.,
John
P.P,Herbert M.S.(1994)."
DasarBiolqgi
&
Klinis
penyakit Infeksi", Edisi Keempat, CetakanI,
penerbit:
Gadjah Mada University rress, hal 341.Srisasi
G.(1992)."
Parasitologi Kedokterun",Edisi kedua, Balai penerbit
FKUI, Jakarta.Suwarni, Eko R, Harijani
A.M.(l99O)."
Parasit Usus Pada Balita penderita Diaredi
Kabupaten Pandeglang
dan lhbupaten Kuningan",
cermin Dunja
KedokteranNo.86, 1993,
hal24.
suwarni,
Purnomo,Herry
D.1., HarajaniA.M.(1ggo)."
penelitian parasit usus diSungai Ciliwung ", Cermin Dunia Kedokteran No.7Z, hal 5,13.
T.u.I"*ryn_gan,
I.R.Laurentz.(1995)."
penyakit Infeksi
Tropik
pada
Anak", Cetakan kedua, Penerbit: Buku Kedokteran EGC,Jakarta.KUESIONER
Nomor
botol
:1.
Nama
:2.
Kelas
'.3.
Tanggallahir
:4.
Jeniskelamin
:5.
Anak ke... ..dari.. ... bersaudara6.
Alamat
:7.
Pekerjaan orang tuaa.
Petani
c. Nelayanb.
PegawaiNegeri
d. Pedagangc. Dll,
sebutkan... ... 8. Penghasilan orang tua sebulana.
<Rp.100.000,-
b. >Rp.100.000,-9.
Pendidikan orang tua terakhira.
SD
b.SMTP
c.SMTA
d, Perguruan tinggr10. Tempat buang air besar
a. Jambang
keluarga
c. dipekarangan
e. sembarang tempatb.
Sungai
d. pinggirpantai
f.Dll,
sebutkan... 11. Kebiasaan waktu bermaina. memakai
terompah
c. tanpa alas kakib. pakai sepatu
12. Kebiasaan memakan sayuran mentatr/sayuran yang belum dimasak
a.
sering
b.jarang
c. jarang sekali13. Kebiasaan menggunting lcuku
a. satu kali
seminggu
c. satukali
sebulanb.
satu kali duaminggu
d.Dll,
sebutkan...14. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
RIWAYAT HIDUP
A.
ldentitas
Nama
: LYDIAASWATI
TempaU tanggal
lahir
: Padang/ 19Juli
1974Agama
:
lslamPenulis
adalah
anak
kedua
dari
empat
bersaudara,
dari
pasanganM.Gaus, S.H. ( ayahanda) dan Biwitri Bachtiar, S.H. (ibunda).
B. Pendidikan
r
SD SantaAgnes
Padang, tamattahun
1986.r
SMPN2
Padang, tamattahun
1989.r
SMAN2
Padang, tamattahun
1992.r
Fakultas Kedokteran UniversitasAndalas,
masuktahun
1992dan
masih