• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Tentang Personality Traits pada Ibu Empty-Nester (Suatu Penelitian Terhadap Ibu Middle Age di Kelurahan "X" Kota Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Tentang Personality Traits pada Ibu Empty-Nester (Suatu Penelitian Terhadap Ibu Middle Age di Kelurahan "X" Kota Bandung)."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui personality traits pada Ibu Empty Nester yang mengambil sampel di Kelurahan ‘X’ Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan accidental sampel dan sampel ini berjumlah 50 orang.

Alat ukur yang digunakan penelitian ini adalah kuesioner IPIP yang dari Lewis R.Goldberg yang terdiri dari 50 item. Alat ukur IPIP tersebut sudah terstandarisasi dengan nilai validitas 0,300 dan reliabilitas 0.64-0,88. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis deskriptif menggunakan SPSS 13.0

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran mengenai personality traits pada ibu empty nester yang mengambil sampel di Kelurahan ‘X’ Kota Bandung. Sebanyak (48%) trait conscientiousness, sebanyak (30%) trait agreeableness, sebanyak (10%) trait extraversion, sebanyak (8%) trait openness to new experience dan sebanyak (4%) trait Neuroticism.

(2)

ABSTRACT

This study was conducted to determine personality traits on Empty Nester's mother who took the sample in the Village 'X' Bandung. The sample selection using the accidental sampling and sample numbering 50 people.

Measuring instruments used this research is that of a questionnaire IPIP Lewis R.Goldberg consisting of 50 items. The IPIP measuring instrument has been standardized with the value of 0.300 validity and reliability 0.64-0,88. The data obtained were analyzed using descriptive analysis using SPSS 13.0

Based on the research results, obtained a description of the personality traits of the mother of empty nester who took the sample in the Village 'X' Bandung. A total of (48%) of trait conscientiousness, as many (30%) agreeableness trait, as many (10%) of trait extraversion, total (8%) trait openness to new experience and total (4%) Neuroticism trait.

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 6

1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Maksud Penelitian ... 7

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN ... 7

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2. kegunaan Praktis... 8

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN... 8

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Kepribadian ... 17

2.2. Big Five Personality ... 18

2.2.1. Pengertian Big Five Personality ... 18

2.2.2. Tipe-tipe Big Five Personality ... 20

2.3. Middle Age ... 28

2.3.1. Karir, Kerja, dan Waktu Luang ... 29

2.3.2. Orangtua Middle Age dalam Empty Nest ... 32

2.4. Empty Nest ... 33

2.3.1 Definisi Empty Nest ... 33

2.4.2 Empty Nest dalam Keluarga ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 38

3.1.1. Bagan Prosedur Penelitian ... 38

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

3.2.1.Variabel Penelitian... 39

3.2.2. Defenisi Operasional ... 39

3.3. ALAT UKUR ... 41

3.3.1. Alat Ukur The Big Five Personality ... 41

3.3.2. Prosedur Penelitian ... 43

3.3.3 Sistem Penilaian ... 43

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.3.5 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ... 44

3.3.5.1. Uji Validitas Alat Ukur ... 44

3.3.5.2. Uji Reabilitas Alat Ukur ... 44

3.4. POPULASI dan TEKNIK PENARIKAN SAMPEL... 45

3.4.1. Populasi Sasaran... 45

3.4.2. Teknik Penarikan Sampel... 45

3.4.3 Ukuran Sampel... 45

3.5. TEKNIK ANALISIS DATA... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden ... 47

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ………47

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ………48

4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak …………..48

4.1.4. Gambaran Responden Berdasarkan Lama Anak Meninggalkan Rumah ………...49

4.2. Hasil Penelitian ... 50

4.3. Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 55

5.2. Saran ... 56

(6)

5.2.2. Saran Gunalaksana ... 56

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Traits Big Five Model dengan Skor Tinggi dan

Rendah ………26

Tabel 3.1 Gambaran Alat Ukur ………42

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 48

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Anak Meninggalkan Rumah...49

(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner IPIP

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dampak pada semakin bertambahnya individu yang dapat menjalani perkembangan rentang hidup dengan optimal, dengan kondisi fisik yang relatif sehat, kognitif yang jernih, keadaan emosi yang relatif stabil, dan hubungan perkawinan dan kehidupan rumah tangga yang memuaskan. Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses menua adalah middle age, terentang antara usia 40 - 60 tahun (Santrock, 2004).

Menurut Santrock (2004) salah satu kejadian penting dalam keluarga middle age adalah mengentaskan anak menuju kehidupan dewasa serta menapaki

karir atau membina keluarga yang mandiri dari keluarganya yang semula. Akibatnya, para orangtua mengahadapi a new adjustment as disequilibirium yang di akibatkan oleh ketidakhadiran anak di rumah. Keadaan ini dikenal dengan sarang kosong (empty nest). Demikian pula Harkins, 1970; Junger & Maya, 1985 (dalam Matthews et al, 2003) menegaskan hal senada, yaitu fase dari siklus kehidupan masa dewasa yang terjadi saat anak bertumbuh dan tidak lagi tinggal serumah dengan orangtua dikenal dengan sebagai empty nest.

Empty nest (Pervin, 1990) adalah suatu keadaan psikologis yang dialami

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha disebabkan oleh beberapa alasan, misalnya kuliah, bekerja, menikah, atau memilih gaya hidup tertentu.

Sebuah peristiwa penting dalam keluarga adalah beranjaknya seorang anak ke dalam kehidupan dewasa, karir atau keluarga yang terlepas dari keluarga tempat dia berasal. Orangtua menghadapi penyesuaian baru karena mengalami masa transisi akibat ketidakadaan anak. Kearney (2002) menuliskan artikel Exploring The Empty Nest Transition. Dalam upaya mendalami transisi empty

nest ini, Kearney mewawancarai terhadap sejumlah ibu dan bapak empty-nester.

Simpulannya, reaksi-reaksi para orangtua terhadap empty nest sangat individual. Namun dapat ditarik suatu generalisasi bahwa para ibu mengakui merasa memiliki perasaan yang lebih buruk dibanding bapak saat menghadapi kenyataan anak-anak meninggalkan rumah.

Orangtua yang memasuki masa empty nest tidak selalu menghayati perasaan negatif, seperti depresi, tetapi ada juga yang menghayati pengalaman empty nest sebagai dampak positif secara psikologi (Radloff dalam John, 2011).

Bagi para ibu memeroleh kesempatan personal growth, hubungan perkawinan yang memuaskan, ketersediaan waktu luang yang cukup, dan bertumbuhnya feeling mastery karena responden telah berhasil membesarkan dan mengentaskan

anak-anaknya (Mitchell, et al dalam John, 2011).

(12)

3

minat-minat yang selama ini tidak dapat diwujudkan karena kesibukan mengasuh dan membesarkan anak.

Sebenarnya, keadaan empty nest dirasakan oleh ibu dan ayah, meskipun pihak ibu yang merasakan paling kehilangan atas kepergian anak-anak dari rumah. Hal ini dikarenakan penghayatan pihak ibu yang besar atas peran-peran gender yang tradisional sehingga memosisikan ibu sebagai figur yang paling banyak berperan dalam merawat dan memersiapkan pelbagai keperluan dan kebutuhan anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari, dan juga karena ibu biasanya memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak-anaknya (Kearney, 2002).

Para orangtua terkadang tidak menyadari bahwa ketika anak-anaknya meninggalkan rumah banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Diantaranya, kepergian anak merupakan suatu kesempatan yang baik untuk memulai hobi baru atau kegiatan lain yang membantu orangtua mengisi waktu luangnya. Orangtua juga dapat memulai sebuah pekerjaan baru atau dapat mengisi ksehariannya dengan mengembangkan minat-minat atau hobi baru, seperti berkebun, berjalan-jalan (traveling) ke tempat-tempat menyenangkan, menyusun rencana-rencana untuk sesering mungkin mengunjungi anak-anaknya. Ini artinya, para orangtua dapat menikmati hal-hal baru yang tidak mereka peroleh ketika masih sibuk dengan tugas-tugas mengasuh dan membesarkan anak-anaknya (Clark dalam John, 2011)

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha sebagai orangtua. Efek positif akan terjadi ketika pasangan saling dekat satu sama lain dan menemukan pelipur lara dalam hubungan mereka. Kedua orangtua tidak melihat anak-anaknya yang pergi meninggalkan rumah sebagai kerugian tapi petualangan baru (www.helium.com, 2013)

Pada saat empty nest tiba perasaan stres, depresi, cemas, dan kekhawatiran malah berkurang, dan pada saat keadaan empty nest, orangtua relatif hidup lebih bahagia setelah anak-anaknya meninggalkan rumah. Ketika para ibu dihadapkan pada pertanyaan tentang masa transisi empty nest, mereka cenderung memberi jawaban bahwa kepergian anak (untuk menjadi mandiri), justru merupakan masa transisi yang positif. Adapun penyebabnya adalah karena para ibu memiliki kesempatan atau peluang untuk kembali bekerja, kembali menekuni hobi, kembali aktif dalam organisasi, atau bahkan ada yang kembali ke bangku pendidikan (Fachrualaina, 2011)

(14)

5

menghabiskan waktunya dengan melakukan kembali aktifitas seperti hobi diantaranya membaca buku dan berkebun.

Keadaan tanpa kehadiran anak di rumah dapat dikategorikan sebagai masa transisi dalam kehidupan. Faktor utama yang dapat membantu individu beradaptasi dengan pelbagai keadaan dalam kehidupan, termasuk saat menghadapi masa transisi empty-nest, adalah kepribadian. Kepribadian dapat membantu seorang ibu empty nest dalam beradaptasi saat memasuki fase empty nest. Sebagaimana penulis kutip dari Papalia (2007) yang menyatakan bahwa fungsi penting dari kepribadian adalah adaptasi. Adaptasi merujuk pada penyesuaian diri (adjustment) terhadap kejadian, keadaan, dan kondisi-kondisi dalam kehidupan

seseorang. Pengenalan diri yang lebih baik mampu membantu individu untuk melakukan penyesuai diri (adjustment).

Penelitian akan dilakukan di Kelurahan “X” Kota Bandung, tidak ada kekhas dari lokasi tersebut dan hanya menggambarkan wilayah saja.

Salah satu model kepribadian pada masa dewasa adalah model traits. Tokoh yang mencetuskan the Five-Factor Model adalah Costa & McCrae (dalam Papalia, 2007). Model ini mengetengahkan lima traits kepribadian, yaitu opneness to experience, concientiousness, extraversion, aggreeableness,

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Conscientiousness individu dengan traits ini mempunyai keinginan untuk

berprestasi, orang yang berkompeten, tertib, patuh, dan disiplin.

Ketiga, Extraversion individu dengan traits ini merupakan orang yang hangat, suka berteman, assertive, activity, terus menerus mencari kegembiraan dan positif emosi (penggembira, memberi dorongan), senang bersosialisasi, dan menikmati hidup. Keempat, Aggreeableness individu dengan traits ini merupakan orang yang dapat dipercaya, mudah, altruistis, compliant, sederhana dan mudah terpengaruh. Kelima, Neurotism individu dengan traits ini akan cenderung cemas, sikap bermusuhan, depresi, impulsif, puas dengan diri sendiri, gugup, takut, pemarah, mudah marah, dan sensitif terhadap kritik. Individu dengan Neurotism akan merasa sedih tidak berdaya, kesepian, merasa bersalah, dan merasa tidak berguna.

Setiap traits kepribadian akan menentukan kecenderungan ibu empty nester untuk beradaptasi pada transisi empty nest. Oleh karenanya, peneliti tertarik

untuk mengetahui gambaran tentang traits kepribadian pada ibu empty nester dengan mengambil lokasi dari kelurahan ‘X’ Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

(16)

7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memeroleh traits yang dominan dari personality traits ibu middle age yang mengalami empty nest.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memeroleh gambaran mengenai personality traits pada ibu yang mengalami empty nest dengan mengambil sample pada Kelurahan “X” kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Sebagai bahan masukan bagi ilmu psikologi khususnya di bidang

psikologi perkembangan mengenai big five personality trait yang pada Ibu Empty Nest yang mengambil sample pada Kelurahan “X” kota Bandung.

• Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lainnya yang tertarik

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

• Agar dapat menjadi referensi bagi ibu empty nest untuk dapat adjustment

dengan lingkungannya dan kegiatan-kegiatan seperti apa yang harus dia temui saat anak-anak keluar dari rumah, dalam menolong fase empty nest.

• Agar dapat menjadi bahan referensi bagi konselor keluarga untuk

membuat program bagaimana langkah-langkah yang dilakukan seorang ibu saat mengisi masa empty nest.

1.5 Kerangka Pemikiran

Usia dewasa madya (middle age) disebut sebagai periode perkembangan yang dimulai 40-60 tahun (Santrock, 2004). Salah satu ciri dari usia middle age adalah sarang kosong (empty nest), masa ini adalah masa ketika anak-anak tidak tinggal lagi bersama orangtua. Setelah anak besar dan meninggalkan rumah, bagi ibu khususnya ibu rumah tangga akan mengalami perasaan kehilangan peran yang lebih besar dari pada ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan fungsi tunggal sebagai ibu dan ibu rumah tangga yang bersifat mengasuh dan merawat anak menjadi berkurang, sehingga ketika anak-anak mulai pergi meninggalkan rumah, para ibu tersebut akan mengalami empty nest.

(18)

9

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian akan memengaruhi pola perilaku individu yang bersangkutan dalam menghadapi masalah-masalah dalam lingkungan hidupnya. Persepsi seseorang tentang bagaimana kepribadian dirinya akan membantu seseorang menyesuaikan diri dengan masa empty nest.

Salah satu pendekatan dalam psikologi kepribadian yang dapat melihat trait-trait dalam diri individu adalah teori big five personality. Big Five Personality membagi kepribadian menjadi lima faktor yang setiap faktornya menjelaskan kepribadian dengan jelas dan sangat luas (Pervin, 1990). Kelima traits kepribadian tersebut adalah openness to new experience, conscientiousness,

extraversion, agreeableness, neuroticism.

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha sehingga mereka dapat berempati terhadap orang lain pada berbagai macam keadaan, (Costa & McCrae, 2003). Individu dengan skor openness cenderung memiliki kemampuan menggunakan mekanisme mengatasi masalah (coping) yang efektif, dan mereka beranggapan situasi yang menekan sebagai hal yang wajar dan tidak mengancam (Bakker et al dalam Lai Hui -Ling, 2002).

Ibu dengan trait openness yang berada dalam fase empty nest, saat anak keluar dari rumah ibu empty nest akan mengisi waktunya dengan cara merencanakan perjalanan bersama pasangan, dengan cara mengikuti seminar-seminar, menghabiskan waktu luangnya dengan banyak membaca buku.

Trait kedua yaitu trait conscientiousness bercirikan ibu yang bekerja keras, cermat, tekun, ambisi, berenergi dan memiliki keinginan kuat untuk melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri, (Costa & McCrae, 2003). Ibu empty nest dengan trait conscientiousness bercirikan memiliki tujuan dan perencanaan yang matang akan sesuatu. Misalnya, mereka merencanakan untuk kembali menekuni hobi mereka yang sempat mereka tinggalkan saat mengurus anak-anak ketika masih di rumah seperti bercocok tanam, menulis buku. Conscientiousness berpikir sebelum bertindak, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Ibu empty nest dengan trait ini memiliki tujuan dan perencanaan yang matang akan sesuatu sehingga mereka dapat menyesuaikan diri terhadap empty nest (Matthews; Ian J. Deary et al, 2003).

(20)

11

nest, ibu empty nest dengan tipe ini sangat tertarik akan adanya stimulasi-stimulasi

yang baru. Trait ini memiliki enam facets yang terdiri dari dua ciri, yang pertama yaitu interpersonal (mudah bergaul dengan orang lain, senang bergaul, dan asertif) individu yang mudah bergaul dengan orang lain dan senang bergaul (keinginan untuk bersama dengan orang lain) terkadang mereka disebut sociability; individu yang asertif adalah individu yang memiliki jiwa pemimpin, cepat mengambil tanggung jawab, mudah mengekspresikan pikiran dan perasaan, individu ini juga memiliki pemikiran sendiri.

Berikutnya yaitu temperamental (energik, tertarik dengan banyak hal, positive emotion). Individu suka menyibukan diri, memiliki energi yang tinggi,

banyak bicara, aktif, kebutuhan akan stimulasi, tertarik dengan lingkungan, menyukai tantangan, menyenangkan. Ibu empty nest dengan traits extraversion saat berada dalam fase empty nest mereka akan mengisi waktunya dengan melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan hubungan dengan orang lain seperti menjadi kader Posyandu, mengikuti kegiatan organisasi-organisasi pengajian, arisan, dan mengikuti reuni. Ibu empty nest dengan traits ini sangat tertarik dengan adanya stimulasi-stimulasi baru sehingga mereka dapat menyesuaikan diri terhadap empty nest (Matthews; Ian J. Deary et al, 2003)

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha bantuan sosial ke tempat-tempat bencana alam, berkunjung ke orang-orang yang tidak mampu dan juga panti asuhan, liburan bersama pasangan (suami), merencanakan masa depan serta membuat rencana.

Namun ditemukan juga, ketika hubungan interpersonal individu yang memiliki tingkat agreeableness tinggi berhadapan dengan konflik, self-esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar secara langsung sebagai usaha dalam menyatakan kekuatan untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari individu yang memiliki tingkat aggreeableness yang tinggi. Ibu empty nest dengan trait ini dapat berkompromi dengan situasi atau keadaan apapun sehingga pada saat memasuki empty nest mereka dapat mengerti bahwa suatu saat anak-anak harus meninggalkan rumah untuk mandiri dan membentuk keluarga yang baru.

Trait yang terakhir yaitu Neuroticism, trait ini memiliki enam facets yaitu

cemas, rapuh, hostility, self-consciousness, impulsif, dan depresi. Cemas dan hostility terbentuk dari rasa takut dan kemarahan. Individu dengan traits ini

mengalami frekuensi dan intensitas rasa takut dan kemarahan yang berbeda dengan orang pada umumnya. Individu yang memiliki rasa cemas yang tinggi, adalah individu yang gugup, cepat tersinggung, tegang, kuatir dan pesimis. self-consciousness dan depresi berhubungan dengan rasa malu dan sedih. Depresi melibatkan perasaan sedih, tidak ada harapan, kesepian, bersalah, dan rendah diri.

Facets berikutnya dari Neuroticism adalah impulsif dan rapuh seringkali

(22)

13

saat ibu empy nest merasa kangen pada anaknya, ia langsung mengunjungi anaknya sehingga pekerjaannya terbengkalai baik pekerjaan rumah tangga atau di tempat kerja. Individu yang rapuh adalah individu yang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan stress. Individu yang rapuh biasanya cenderung panik saat dihadapkan pada situasi kritis dan mendadak dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain.

Costa and McCrae (2003) mengatakan bahwa pada umumnya individu dengan neuroticism tinggi bercirikan individu yang keras dan memiliki emosi yang negatif sehingga mengganggu kemampuan individu dalam menangani masalah atau berhubungan dengan orang lain. Secara emosional mereka labil, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Misalnya pada ibu empty nest, mereka akan mengurung diri di kamar, menangis, dan tidak mau lagi menjalankan aktifitas karena tidak ada anaknya lagi yang menemani. Ibu empty nest dengan trait ini juga tidak dapat mengendalikan stres, misalnya saat anak mempunyai masalah ibu empty nest juga akan ikut stres.

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Saat memasuki empty nest seseorang mengalami konflik yang terjadi antara pertimbangan kognitif dan emosional. Seperti saat anak keluar dari rumah ibu empty nest merasa berhasil telah mengentaskan anak keluar dari rumah namun secara emosional merasa sedih karena di tinggalkan anak. Ibu empty nest dengan trait ini memiliki respon coping yang tidak sesuai sehingga saat mengalami konflik, faktor emosi yang berperan lebih banyak. Respon coping yang tidak sesuai inilah yang membuat ibu tidak dapat menyesuaikan diri dengan empty nest.

(24)

15

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

• Ibu middle-age yang berada dalam fase empty nest mereka dituntut untuk

beradaptasi, sementara kemampuan beradaptasi ibu middle-age berbeda-beda.

(26)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 ibu empty nester yang mengambil sample di Kelurahan ‘X’ kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Traits kepribadian yang dominan pada ibu empty nester di Kelurahan ‘X’ kota Bandung adalah trait conscientiousness. Jadi responden dengan trait ini merasa bahwa kepergian anak dari rumah untuk menjadi mandiri baik karena melanjutkan pendidikan, bekerja, mampu membentuk keluarga baru, merasa telah berhasil menjadi orangtua.

(27)

56

Universitas Kristen Maranatha 5.2. SARAN

5.2.1. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

• Bila ingin melakukan penelitian berdasarkan Big five personality pada ibu

empt nest, sebaiknya mengambil data pada jumlah sample yang lebih besar

agar dapat diperoleh data yang lebih komprehensif.

• Bila ingin melakukan penelitian berdasarkan Big five personality pada ibu

empt nester, pada data sosio demografi dapat dilengkapi dengan dukungan

dari suami dan keluarga, suku atau budaya agar dapat diperoleh penjelasan yang lebih baik.

5.2.2. Saran Gunalaksana

• Bagi ibu empty nester untuk memersiapkan diri sebelum memasuki fase

empty nest.

• Bagi ibu empty nester di kelurahan ‘X’ kota Bandung, untuk dapat lebih

memahami dirinya agar dapat memilih jenis-jenis kegiatan yang dapat diikutinya saat berada dalam fase empty nest.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Gerald Matthews, Ian J. Deary, Martha C. Whiteman. 2003 Personality Traits. Second Edition. Cambrige : E-book

John C. Cavanaugh. Fredda Blanchard – fields. 2011 Adult Development and Aging. 6th Edition. Wadsworth, Cengange Learning : E-book.

Lai, Hui-Ling. 2002. Transition to the Empty Nest: A Phenomenological Study. Community Health Center, Tzu-Chi Buddhist General Hospital, Taiwan. McCrae., Robert R and Paul T.Costa, Jr.2003. Personality in Adulthood. A

Five-Factor Theory Perspective. Second Edition. New York : The Guildford Press. A Division of Gulford Publications, Inc.

Nazir, M. 2005 . Metode Penelitian, Bogor :Ghalia Indonesia

Papalia, Diane E., et al. 2007. Adult Development and Aging. Third Edition. New York: The McGraw-Hill Company, Inc.

Pervin., A. Lawrence (Editor). 1990. Handbook of Personality. Theory &

Research. Second Edition. New York: A Division of Gulford Publications., Inc. Vollrath, E. Margarate (Editor). 2006. Handbook of Personality and Health. West Sussx: John Wiley & Sons Ltd.

Santrock, John W. 2004 . Life Span Development. Jakarta : Erlangga Indonesia

(29)

58

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Kearney, Susan M. 2002. Exploring The Empty Nest Transition

(http://www.is.wayne.ede/mnissani//SE/kearney.htm, diakses 26 Agustus 2013)

http://binaciptadi.com/emptynest, diakses 5 September 2013

http://fachrualaina.blogspot.com/2011/08/problem-wanita-pada-usia-madya.html, diakses 30 Agustus 2013

(http://www.helium.com/items/2350421-how-parents-especially-christian-parents-can-cope-with-empty-nest-syndrome).

Diakses 30 Agustus 2013

http://pondok psikologi.blogspot.com/2013/02/empty-nest-pada-wanita-usia.html, diakses 5 September 2013

Referensi

Dokumen terkait

Inge Hutangalung, Msi, Teori-Teori Komunikasi dalam Pengaruh Psikologi ,(Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media 2015), h.. Prespektif ini tentunya yang memberikan ciri

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu alternatif untuk membuat suatu proses pembelajaran yang aktif di kelas, sehingga siswa fokus terhadap materi yang

- Adakah perbedaan minat antara siswa SMK Negeri dan SMK Swasta untuk melanjutkan studi atau memasuki dunia kerja. Metode Penelitian Deskriptif Komparatif

Kebakuan metode dalam mengembangkan desain kemasan ini harus mampu menjelaskan proses bisnis dan visual grafik dalam pengembangan desain, dapat menangkap

Saran untuk muhammadiyah ranting Tanjung adalah agar lebih meningkatkan tingkat solidaritas antar masyarakat sehingga masjid yang digunakan tak hanya berasal dari jamaah

menghasilkan keberhasilan dalam pengenlan 100% karena didukung oleh kualitas data yang akan dijadikan data latih sedikitnya noise yang ada pada data latih yang

Selama Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ) berlangsung, terdapat banyak pengalaman yang diperoleh baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Mahasiswa PPL

Ada kerjasama yang baik antara Dinas perhubungan yang sedang melakukan tugas dijalan dengan Polisi lalu lintas seperti melakukan razia bersama sehingga Polisi bisa menahan