• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Stage of Integrity Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Stage of Integrity Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas "X" Bandung."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif mengenai Stage of Integrity Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas “X” Bandung, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Stage of Integrity pada mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil di Universitas “X” Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitiannya adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei pada 22 mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil yang ada di lingkungan Persekutuan Mahasiswa Kristen Universitas “X” Bandung, dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Alat ukur yang digunakan adalah kerangka wawancara Stage of Integrity yang disusun oleh peneliti berdasarkan Teori Student Development khususnya Developing Integrity dari Chickering (1993). Uji validitas menggunakan content validity, dan uji reliabilitas dengan menggunakan interrater reliability. Teknik analisis terhadap data penelitian ini adalah dengan content analysis dan nilai yang didapat dihitung menggunakan uji statistik distribusi frekuensi kemudian dilakukan tabulasi silang dengan data penunjang.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” berada pada tahap Developing Congruence yaitu 68%. Diketahui pula bahwa mahasiswa yang berada pada tahap Developing Congruence menghayati keberadaan faktor Clear and Consistent Institutional Objective, Curriculum, Student-Faculty Relationship dan Student Development Programs and Services. Dapat dikatakan faktor-faktor tersebut terkait dengan pencapaian Stage of Integrity. Sementara faktor Institutional Size, Teaching, dan Friendship and Student Communities nampaknya kurang terkait dengan pencapaian Stage of Integrity.

(2)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN………... i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR...………..…….……...…... iii

DAFTAR ISI……….……….…………... vii

DAFTAR SKEMA………... x

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.……….…………... 1

1.2. Identifikasi Masalah……….………….. 10

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian……….…... 10

1.3.1Maksud Penelitian……….………... 10

1.3.2Tujuan Penelitian………. 10

1.4. Kegunaan Penelitian……….……... 11

1.4.1Kegunaan Teoretis………... 11

1.4.2Kegunaan Praktis………. 11

1.5. Kerangka Pikir………...…………. 11

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Integritas………...……….. 26

2.1.1 Pengertian Integritas.……… 26

2.1.2 Developing Integrity………... 26

2.1.3 Faktor internal yang mempengaruhi Developing Integrity………...………... 30

2.1.4 Faktor eksternal yang mempengaruhi Developing Integrity …...………... 33

2.2 Teori Perkembangan Remaja………. 39

2.2.1 Pengertian dan Batasan Remaja………. 39

2.2.2 Ciri-ciri Umum Masa Remaja...……… 39

2.2.3 Perubahan yang terjadi pada Masa Remaja………... 41

2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Remaja………...…………...42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….. 44

3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 44

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 44

3.3.1 Variabel Penelitian………. 44

3.3.2 Definisi Operasional………... 45

3.4 Alat Ukur……… 49

3.4.1 Alat Ukur Developing Integrity...……….. 49

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………. 53

3.4.4 Validitas Alat Ukur...………. 53

3.4.5Reliabilitas Alat Ukur...………... 54

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel……….. 54 3.5.1 Populasi Sasaran……… 54

3.5.2 Karakteristik Populasi……… 55

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………... 55

3.6 Teknik Analisis Data...………. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden………... 57

4.2 Hasil Penelitian……….. 59

4.3 Pembahasan………... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 74 5.2 Saran………. 75 5.2.1 Saran Teoritis...……… 75 5.2.2 Saran Praktis……….….... 76

(5)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Stage of Integrity………...… 47 Tabel 3.2 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur………...… 48 Tabel 4.1 Tabel persentase jenis kelamin.………... 56 Tabel 4.2 Tabel persentase usia...………... 56 Tabel 4.3 Tabel persentase lama keanggotaan di Kelompok

Keci...………... 57 Tabel 4.4 Tabel persentase lama menjadi Pemimpin Kelompok

Kecil...………… 57 Tabel 4.5 Tabel persentase Stage of Integrity pada PKK

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 – Lembar Persetujuan LAMPIRAN 2 – Alat Ukur

LAMPIRAN 3 – Hasil Wawancara LAMPIRAN 4 – Kriteria Coding LAMPIRAN 5 – Data mentah skor item LAMPIRAN 6 – Karakteristik Responden LAMPIRAN 7 – Profil Responden

LAMPIRAN 8 – Tabulasi Silang

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Universitas “X” merupakan sebuah institusi pendidikan tinggi swasta di

Bandung yang didirikan atas dasar nilai-nilai agama Kristen. Sebagai sebuah

institusi yang berlandaskan ajaran agama Kristen, Universitas “X” memiliki visi untuk “Menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri dan berdaya cipta, serta mampu

mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21

berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus” dan misi “Mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif, dan nilai-nilai hidup yang

Kristiani sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

dalam penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi Kristen “X”. Dalam rangka mewujudkan Visi-Misi Universitas “X”, maka Universitas “X” menetapkan nilai hidup Kristiani sebagai dasar semua aktivitasnya dalam bidang pendidikan yaitu

Nilai Integritas, Nilai Kepedulian, dan Nilai Keprimaan. Melalui nilai tersebut

terlihat jelas bahwa mahasiswa/i yang menempuh pendidikan di Universitas “X” diharapkan dapat mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan yang dipelajari

dengan nilai-nilai Kristiani.

Berdasarkan data kemahasiswaan yang diperoleh dari wawancara dengan

(9)

2 Universitas Kristen Maranatha yang beragama Kristen dan 1843 mahasiswa yang beragama Katolik, sedangkan

mahasiswa yang beragama Islam 2529, Budha 651 orang dan Hindu 65 orang.

Berdasarkan data kemahasiswaan di atas, keberadaan mahasiswa

beragama Kristen dan Katolik sebanyak 67% dari keseluruhan jumlah mahasiswa

di Universitas “X” dapat mempermudah Universitas “X” dalam mencapai Visi

dan Misi. Mahasiswa beragama Kristen dan Katolik memperoleh nilai-nilai

Kristiani secara lebih mendalam melalui kegiatan kerohanian yang dilakukan di

Gereja, sehingga dalam proses pembelajaran di perkuliahan dapat lebih mudah

menerapkan dan memberi contoh perilaku berdasarkan nilai-nilai Kristiani kepada

mahasiswa lain yang berbeda agama.

Berbeda dengan kenyataan di atas, munculnya pemikiran postmodernisme

yaitu pemikiran bahwa kebenaran atau realitas bersifat relatif perlahan-lahan

mulai menghapus sifat mutlak dan umum dari norma-norma etika dan moral

(Groothuis, 2000). Dampak dari pemikiran relativisme adalah semakin jelasnya

pergeseran nilai-nilai moralitas di masyarakat, yang seharusnya ajaran agama

menjadi sumber pembentukan moralitas dan tidak dapat berubah namun yang

terjadi saat ini adalah moralitas dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap benar

oleh mayoritas masyarakat. Contohnya adalah munculnya pengajaran-pengajaran,

yang entah disengaja atau tidak, dibuat sedemikian rupa dengan berbagai macam

metode dan pemikiran yang beragam dengan tujuan untuk mencari ketenangan

jiwa dalam menghadapi realitas kehidupan (http://rhidahanafie.wordpress.com).

Contoh lainnya yang sering dijumpai pada diri mahasiswa yaitu saat seseorang

(10)

3 Universitas Kristen Maranatha terima kasih bahwa dirinya telah disadarkan karena kesalahannya, tetapi malah

kemarahan yang diungkapkan seperti mengucapkan “Ini urusanku sendiri, hakku sendiri. Lebih baik kamu mengurusi diri sendiri dan jangan mencampuri urusan

orang lain”. Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang dilakukan oleh mayoritas

masyarakat akan cenderung diikuti meskipun belum tentu benar jika ditinjau dari

segi agama.

Nilai-nilai relatif yang kini berlaku di masyarakat akan membuat remaja

mengalami kebingungan dalam menentukan nilai yang akan diinternalisasi karena

sebenarnya remaja lebih membutuhkan nilai yang bersifat mutlak sebagai

pegangan dalam berperilaku. Nilai-nilai yang bersifat mutlak dapat remaja

temukan di dalam ajaran-ajaran agama. Salah satu contoh bahwa ajaran agama

bersifat mutlak yaitu seperti yang dituliskan dalam salah satu ayat agama Kristen

yang menyatakan bahwa “Firman Allah adalah kebenaran. Kemutlakan

bersumber dari Allah” (Sonny Prayitno, 2000). Nilai-nilai yang bersifat mutlak inilah yang seharusnya menjadi dasar dalam pembentukan moralitas yang berlaku

di masyarakat yang kemudian dapat diinternalisasi oleh remaja. Nilai-nilai yang

telah diinternalisasi oleh seorang remaja dapat menjadi landasan untuk

menafsirkan pengalaman, pedoman berperilaku, dan memelihara kehormatan diri

(Chickering, 1993). Nilai-nilai tersebut dapat diperoleh dari orang tua, agama,

sekolah, media, atau lingkungan sekitar.

Dampak lebih jauh jika seorang remaja tidak mempunyai nilai yang dapat

diinternalisasi adalah ketidakmampuan remaja tersebut dalam mengembangkan

(11)

4 Universitas Kristen Maranatha satu situasi dengan yang dikatakan atau dilakukan pada situasi lain (Chickering,

2002). Proses pengembangan integritas ini juga akan menghasilkan perubahan

yang semakin bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, serta

kemampuan untuk berperilaku secara konsisten dan penuh pertimbangan

(Chickering, 1993). Maka sangatlah penting bagi remaja untuk dapat

mengembangkan integritasnya, karena integritas inilah yang akan menjadi dasar

terjadinya perilaku yang bertanggung jawab ketika berelasi dengan orang lain

ataupun saat harus menerima konsekuensi dari perilakunya sendiri. Jika remaja

tidak berhasil mengembangkan integritasnya saat remaja, akan banyak remaja

yang tidak bertanggung jawab atas suatu keputusan yang sudah diperbuat ataupun

adanya tindakan-tindakan yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri

misalnya saat menjalani perkuliahan.

Remaja diharapkan mampu menghadapi derasnya arus pergeseran

nilai-nilai moralitas yaitu dengan memegang teguh nilai-nilai-nilai-nilai ajaran agama sebagai

sumber dari pembentukan moralitas dirinya. Selain itu institusi pendidikan

diharapkan tidak hanya memberikan informasi dan ilmu pengetahuan namun juga

dapat menekankan pentingnya pendidikan agama selama menempuh pendidikan

di Universitas sehingga mahasiswa mempunyai suatu nilai yang dapat

diinternalisasi yang memperlancar proses pengembangan integritasnya.

Untuk membantu mahasiswa dalam mengintegrasikan antara ilmu

pengetahuan yang dipelajari dengan nilai-nilai Kristiani dan mampu

mengembangkan integritasnya maka Universitas “X” memiliki kegiatan

(12)

5 Universitas Kristen Maranatha tersebut dikenal dengan nama Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK). PMK di

Universitas ”X” saling bekerja sama dalam koordinasi Tim Pelayanan Mahasiswa

(TPM) yang dibentuk sendiri oleh mahasiswa dan BPK yang dibentuk oleh

Yayasan Perguruan Tinggi ”X”.

Salah satu bentuk pembinaan yang diadakan PMK untuk membantu

mahasiswa dalam mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan yang dipelajari

dengan nilai-nilai Kristiani adalah Kelompok Kecil. Kelompok Kecil merupakan

bentuk pendidikan agama Kristen yang pada umumnya melakukan pertemuan

secara rutin seminggu sekali dengan waktu pertemuan yang disepakati bersama.

Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan Kelompok Kecil ini antara lain doa,

menyanyikan pujian, berbagi pengalaman keseharian (sharing), serta membahas

dan mendiskusikan suatu bagian dari Alkitab dengan menggunakan buku-buku

panduan tertentu. Buku-buku tersebut antara lain PIPA (Pemahaman Injil melalui

Pendalaman Alkitab), terdiri dari 3 bab yang membahas mengenai dosa,

pengampunan dosa dan keselamatan; dan MHB (Memulai Hidup Baru) yang

terdiri dari 12 bab yang membahas saat teduh, doa, persekutuan, seks dan

pernikahan (memilih pasangan hidup), harta benda-waktu-dan bakat, bangsa dan

negara, dan lain-lain. Kelompok Kecil biasanya terdiri dari 2-3 anggota yang biasa

disebut Anggota Kelompok Kecil (AKK) dan seorang pemimpin yang disebut

Pemimpin Kelompok Kecil (PKK).

Mahasiswa yang terlibat di dalam Kelompok Kecil di PMK-PMK

Universitas ”X”, baik sebagai PKK maupun AKK merupakan mahasiswa/i yang

(13)

6 Universitas Kristen Maranatha remaja individu akan mengalami keraguan religius. Saat berada pada periode

keraguan religius ini remaja akan mulai meragukan keyakinan agama yang

dianutnya sejak kanak-kanak, timbul pertanyaan-pertanyaan tentang

konsep-konsep agama, apa dan bagaimana pengaruh agama bagi kehidupan mereka.

Keraguan dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul tersebut antara lain mengenai

eksistensi Tuhan, manakah agama yang benar, eksistensi surga dan neraka dan

lain sebagainya.

Dalam upayanya mencari berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang dimilikinya, mahasiswa akan melakukan berbagai aktifitas untuk

mengumpulkan informasi, mengkaji, atau mengolah informasi tersebut dan

mengkonstruksikannya menjadi jawaban yang ia yakini. Pencarian informasi akan

dilakukan mahasiswa secara aktif dengan cara ikut serta dalam kegiatan-kegiatan

keagamaan, seperti mengikuti kegiatan Kelompok Kecil. Seorang mahasiswa

yang menjadi anggota Kelompok Kecil akan memiliki kesempatan untuk

memperoleh informasi mengenai ajaran Kristen. Sebagaimana yang tercantum

pada kurikulum garis besar kurikulum Kelompok Kecil yang disusun oleh

pengurus setiap PMK diharapkan setelah mengikuti minimal 15 kali pertemuan,

anggota dapat memahami dan meyakini ajaran-ajaran Kristen antara lain

mengenai pengampunan dosa dan jaminan keselamatan yang ditandai dengan

menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Oleh karena itu

mahasiswa yang mengikuti pembinaan melalui Kelompok Kecil diharapkan

(14)

7 Universitas Kristen Maranatha menjadikan ajaran-ajaran Kristen sebagai nilai dasar dalam pengembangan

integritasnya.

Setelah AKK dibina di dalam Kelompok Kecil pada semester

pertama/kedua sejak masuk Universitas, maka AKK tersebut kemudian akan

ditanyakan kesediaannya untuk menjadi PKK. Proses ketika seorang mahasiswa/i

menjadi AKK dan kemudian bersedia untuk menjadi PKK adalah bentuk dari

mahasiswa/i tersebut dalam mengembangkan integritas. Mahasiswa/i yang baru

masuk ke lingkungan perkuliahan datang dengan nilai dan keyakinan yang dapat

berupa asumsi mengenai benar atau salah, baik dan buruk, atau penting dan tidak

penting. Hal tersebut dapat berupa keyakinan agama yang masih tradisional, atau

pandangan politik yang masih kaku (Chickering, 1993). Dengan kata lain,

kepercayaan yang dimiliki masih bersifat kaku dan pemikiran yang bersifat

dualistic. Namun pola pemikiran yang dimiliki mahasiswa/i tersebut mulai bertambah seiring dimulainya perkuliahan dan semenjak mengikuti Pembinaan

Alkitab di Kelompok Kecil sebagai AKK. Bertambahnya pemahaman tersebut

juga dialami oleh 10 orang responden yang merupakan PKK di Universitas “X”

Bandung dengan menyatakan bahwa mereka semua (100%) semakin memahami

ajaran Kristen seperti perbuatan baik dilakukan bukan sebagai syarat masuk surga

tetapi sebagai respons atas Keselamatan yang sudah diberikan Tuhan dan memang

kewajiban sesama manusia untuk saling membantu. Mereka semua (100%) juga

tetap perlu bertanya atau mencari informasi dari Alkitab/ buku rohani untuk

(15)

8 Universitas Kristen Maranatha Menurut Chickering (1993), ini disebut Humanizing Value. Perubahan pola pemikiran tersebut disebabkan terjadinya proses peninjauan kembali nilai

pribadi sebagai dampak dari lingkungan yang berkembang dan menekankan

keragaman, pemikiran kritis, kegunaan dari adanya bukti, dan eksperimen. Perry

(dalam Chickering, 1993) pada model of intellectual and ethical development menyebutkan kondisi tersebut adalah proses perubahan dari dualistic, yaitu pola pemikiran yang berfokus hanya pada pilihan jawaban benar atau salah menjadi

lebih liberal seiring dengan meningkatnya kemampuan untuk melihat dari

beberapa alternatif sudut pandang. Individu juga melakukan usaha untuk mencari

informasi mengenai sudut pandang/alternatif lain terlebih dahulu sebelum

membuat keputusan.

Berdasarkan survei awal juga didapat hasil bahwa 80% dari 10 responden

juga menyatakan bahwa mereka akan tetap berperilaku yang sama sesuai ajaran

Kristen tanpa dipengaruhi oleh keberadaan orang lain di sekitar mereka ataupun

ada/tidaknya hukuman karena ajaran Kristen sudah tertanam di dalam hati dan

menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan. Selain itu, 80% dari 10 orang

responden menyatakan berani untuk mendiskusikan mengenai ajaran Kristen

kepada orang lain. Tahap ini oleh Chickering (1993) disebut dengan

Personalizing Value”. Reisser (dalam Chickering, 1993) menjelaskan tahap ini

sebagai proses menegaskan satu nilai dan keyakinan ke dalam diri individu

dengan tetap menghargai sudut pandang atau pola pemikiran yang dimiliki orang

lain. Menurut Chickering (1993), kontribusi signifikan yang terjadi pada saat

(16)

9 Universitas Kristen Maranatha liberal adalah terjadinya peningkatan pada diri mahasiswa/i tersebut dalam hal

toleransi terhadap bermacam-macam nilai, yang juga meningkatkan kemampuan

mereka dalam menegaskan prinsip mereka sendiri.

Berbeda dengan kenyataan di atas, dari hasil survei awal kepada 10 orang

responden hanya 30% yang merasa bahwa perilaku kesehariannya sudah sesuai

dengan ajaran Kristen yang dipahami seperti berperilaku jujur, melakukan saat

teduh, doa, beribadah ke Gereja. Sedangkan 70% lainnya menyatakan perilaku

mereka belum sesuai dengan ajaran Kristen karena mereka masih sulit

mengendalikan emosi sehingga cepat merasa kesal, belum dapat menjaga

perkataan, dan belum bisa menjaga kekudusan hidup. Menurut Chickering (1993),

tahap ini disebut dengan ”Developing Congruence”, yaitu terjadinya kesesuaian antara nilai yang diakui oleh diri dengan perilaku yang ditampilkan individu

tersebut dalam kesehariannya (Chickering, 1993). Dalam hal ini mahasiswa

seharusnya telah menampilkan perilaku kesehariannya sesuai dengan ajaran

Kristen sehingga orang terdekatnya pun dapat memprediksi keputusan/tindakan

seperti apa yang akan diambil mahasiswa tersebut saat menghadapi suatu situasi.

Mengingat pentingnya sikap integritas pada diri seorang remaja yaitu

tercapainya tahap Developing Congruence terutama pada remaja yang menjadi PKK karena pentingnya peran mereka dalam mengajarkan dan membina remaja

lain melalui Kelompok Kecil karena memerlukan sikap teladan dan kemampuan

untuk mengolah berbagai sudut pandang namun tetap berdasarkan pada nilai yang

(17)

10 Universitas Kristen Maranatha kebenaran Firman, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut

mengenai Stage of Integrity pada mahasiswa yang menjadi PKK.

1.2. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang ingin diteliti adalah sejauh mana Stage

of Integrity pada mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas ”X” Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1.Maksud Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran tentang Stage of Integrity pada mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” Bandung.

1.3.2.Tujuan Penelitian

Mendapatkan gambaran yang lebih mendalam mengenai tahapan Stage of

(18)

11 Universitas Kristen Maranatha 1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1.Kegunaan Teoretis

 Sebagai tambahan informasi bagi ilmu Psikologi khususnya Psikologi

Perkembangan dan Psikologi Agama mengenai Stage of Integrity pada

mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK .

 Memberikan informasi bagi penelitian lebih lanjut mengenai Stage of

Integrity mahasiswa. 1.4.2.Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi mengenai Stage of Integrity Pemimpin Kelompok

Kecil PMK di Universitas “X” Bandung kepada para Pendamping dan Pengurus PMK di Universitas “X” Bandung sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan mengenai pembinaan Kelompok

Kecil di masing-masing PMK.

 Memberikan informasi kepada Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” Bandung mengenai Stage of Integrity yang dimiliki oleh

dirinya sebagai bahan evaluasi dalam menjalankan tanggung jawabnya

sebagai Pemimpin Kelompok Kecil.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pada umumnya mahasiswa menjadi Pemimpin Kelompok Kecil PMK di

Universitas “X” Bandung saat berusia 18-22 tahun. Rentang usia tersebut

dikategorikan oleh Marcia dan Archer (Marcia, 1993) sebagai masa remaja akhir.

(19)

12 Universitas Kristen Maranatha membentuk identitas dirinya yang mencakup penginternalisasian sistem nilai diri

dan persiapan diri untuk peran sebagai orang dewasa. Nilai-nilai yang diperlukan

remaja untuk diinternalisasi dapat diperoleh dari orangtua, agama, sekolah, media,

atau lingkungan sekitar. Nilai-nilai yang telah diinternalisasi oleh seorang remaja

dapat menjadi landasan untuk menafsirkan pengalaman, pedoman berperilaku,

dan memelihara kehormatan diri (Chickering, 1993). Keberhasilan remaja dalam

melakukan penginternalisasian sistem nilai diri akan berdampak pada kemampuan

remaja dalam mengembangkan integritas. Pengembangan Integritas dapat terjadi

karena didukung oleh tercapainya perkembangan moral pada tingkat

Postconventional pada diri remaja, yang menurut Kohlberg (dalam Chickering, 1993) adalah tingkat penalaran moral yang berorientasi pada tingkat hati nurani

dan prinsip-prinsip yang tidak bertentangan dengan dirinya.

Proses pengembangan Integritas inilah yang akan meningkatkan

kesesuaian antara nilai yang diinternalisasi dengan tingkah laku, dan juga

tanggung jawab terhadap diri dan orang lain, serta kemampuan untuk berperilaku

secara konsisten antara nilai yang diinternalisasi dengan perilaku yang

ditampilkan dalam keseharian dan penuh pertimbangan (Chickering, 1993). Salah

satu nilai yang penting untuk diinternalisasi oleh PKK karena sifatnya yang

mutlak adalah nilai yang berasal dari ajaran agama.

Stage of Integrity terdiri dari tiga tahapan yang berurutan namun mensyaratkan bahwa tahap sebelumnya harus tercapai terlebih dahulu sebelum

(20)

13 Universitas Kristen Maranatha Values, PKK mulai mengalami periode peralihan dari pola pemikiran yang bersifat dogmatis, kaku pada tradisi agama, kemudian beralih menjadi seseorang

dengan pola pemikiran yang liberal atau lebih terbuka dalam mempertimbangkan

alternatif sudut pandang lainnya. PKK yang mencapai tahapan ini akan terlihat

dari munculnya pertanyaan-pertanyaan di dalam diri seputar nilai dan keyakinan

yang diyakini dan berusaha memperdalam pemahamannya mengenai nilai dan

keyakinannya tersebut. Misalnya seorang PKK yang menjadikan ajaran Kristen

sebagai nilai dan keyakinannya akan berusaha memperdalam pemahamannya

dengan cara membaca Alkitab dan buku rohani, mengikuti seminar, ataupun

melakukan pendalaman Alkitab pribadi. PKK tersebut juga mau untuk mencari

informasi lebih lanjut atau sudut pandang lain sebelum membuat keputusan,

misalnya dengan cara mencari fakta lewat alkitab dan buku rohani, dan dengan

bertanya ke orang lain yang dianggap lebih paham. Namun dalam tahap

Humanizing Value, PKK belum berani untuk menyatakan nilai dan keyakinannya kepada orang lain melalui bentuk diskusi atau berargumentasi. PKK juga belum

menampilkan perilaku yang konsisten dengan pemahamannya di dalam

kesehariannya. Dapat disimpulkan dalam tahap ini menekankan mengenai

Pemahaman yang dimiliki PKK atas nilai dan keyakinannya.

Personalizing Values menurut Chickering (1993) adalah tahap saat seseorang telah berani untuk menyatakan dan menyampaikan nilai dan keyakinan

yang dimilikinya. Hal ini akan terlihat dari keberanian PKK untuk berdiskusi

maupun berargumentasi mengenai ajaran Kristen kepada orang lain yang seiman

(21)

14 Universitas Kristen Maranatha memperdalam pemahaman melalui pencarian informasi yang mendalam. PKK

tersebut juga tidak lagi mengalami kesulitan atau kebingungan dalam memilih hal

yang benar bagi dirinya karena telah menjadikan ajaran Kristen sebagai dasar

dalam menentukan hal yang benar tersebut. Namun pada tahap ini PKK belum

sepenuhnya menampilkan perilaku yang konsisten sesuai dengan pemahaman

yang disampaikannya kepada orang lain. Dapat disimpulkan dalam tahap ini

menekankan mengenai Upaya yang dilakukan PKK untuk mempertahankan nilai

dan keyakinannya.

Tahap berikutnya dari Developing Integrity menurut Chickering (1993) adalah Developing Congruence, yaitu saat seseorang telah dapat menampilkan perilaku yang selaras dengan nilai dan keyakinan yang diinternalisasi. Dalam hal

ini PKK dikatakan berada pada tahap Developing Congruence jika telah memiliki

pemahaman yang mendalam mengenai nilai dan keyakinannya, berani untuk

berdiskusi mengenai nilai dan keyakinannya kepada orang lain, serta

menampilkan kesehariannya sesuai dengan ajaran Kristen seperti melakukan

disiplin rohani, pelayanan, menghargai seksualitas, bertanggung jawab terhadap

harta benda-bakat-waktu, dan berperan dalam kehidupan bangsa. Dapat

disimpulkan dalam tahap ini menekankan mengenai Pelaksanaan nilai dan

keyakinan dalam kehidupan PKK.

Mahasiswa yang baru masuk ke lingkungan perkuliahan datang dengan

mempunyai nilai dan keyakinan yang dapat berupa asumsi mengenai benar atau

salah, baik dan buruk, atau penting dan tidak penting. Hal tersebut dapat berupa

(22)

15 Universitas Kristen Maranatha (Chickering, 1993). Kondisi ini juga yang dialami oleh PKK saat dahulu masih

menjadi mahasiswa baru. Namun pola pemikiran dogmatis yang dahulu dimiliki

PKK tersebut bisa berubah seiring dengan mengikuti Pendalaman Alkitab di

Kelompok Kecil. Hal ini terjadi karena di dalam Kelompok Kecil, PKK yang saat

itu masih menjadi AKK diberikan pemahaman secara benar dan banyak

kesempatan untuk berdiskusi dengan PKK-nya saat itu seperti mengenai konsep

keselamatan, disiplin rohani (doa, saat teduh), pelayanan, seksualitas, pengelolaan

hidup, serta kehidupan berbangsa dan bernegara (Santoso & Kuswadi, 2010).

Dengan adanya diskusi maka PKK akan mendapatkan informasi baru yang

kemudian terjadi proses asimilasi dan akomodasi di dalam diri seiring dengan

perkembangan kognitifnya. Proses asimilasi dan akomodasi akan memudahkan

PKK untuk mengatasi situasi dan persoalan baru dengan melakukan perubahan di

dalam struktur-struktur kognitif melalui pengalaman dirinya dan orang lain.

Suasana Kelompok Kecil memungkinkan setiap anggotanya untuk aktif

menggali dan aktif berdiskusi sehingga pemahaman yang diperoleh bisa mengakar

kuat, tuntas, dan relevan. Hal ini akan berbeda dengan kualitas pemahaman yang

diperoleh dari sikap pasif mendengar kotbah-kotbah monolog dalam kelompok

besar seperti di gereja (Sutrisna, 2009). Oleh karena itu, melalui kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh PKK di dalam Kelompok Kecil tersebut maka Humanizing Value akan dapat tercapai.

Seiring dengan tercapainya Humanizing Value, di dalam Kelompok Kecil PKK juga bisa menemukan suatu komunitas (dalam penelitian ini yaitu Kelompok

(23)

16 Universitas Kristen Maranatha saling mengasah untuk bisa bertumbuh bersama dalam kebenaran (Sutrisna,

2009). Personalizing Value terbentuk di dalam Kelompok Kecil diawali PKK yang berani menceritakan (sharing) pengalaman hidupnya yang berkaitan dengan

relasi dirinya dengan Tuhan, sehingga diharapkan AKK-nya juga akan berani

untuk menyatakan iman dan keyakinannya kepada orang lain di luar Kelompok

Kecil.

Kelompok Kecil yang umumnya berjumlah sekitar 2-4 orang

memungkinkan PKK dan AKK untuk saling memberikan dukungan doa,

perhatian, dorongan, nasihat, ataupun teguran yang bersifat pribadi (Sutrisna,

2009). Tindakan-tindakan yang dilakukan PKK seperti memberikan pujian atau

teguran kepada AKK-nya akan berdampak juga dalam memperkuat atau

melemahkan perilaku PKK itu sendiri, terutama untuk mengarahkan perilaku

PKK dalam kesehariannya agar sesuai dengan ajaran Kristen. Dengan adanya

pengawasan dari AKK terhadap perilaku keseharian PKK dan seiring dengan

bertambahnya pemahaman PKK tersebut akan ajaran Kristen maka Developing Congcruence akan tercapai. Diharapkan PKK telah berhasil mencapai tahap Developing Congcruence saat menjalankan tanggung jawab sebagai Pemimpin Kelompok Kecil.

Chickering meninjau pengembangan Integritas berdasarkan Cognitive Theory yang menjelaskan perubahan kognitif yang dialami mahasiswa. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan faktor internal yaitu kognitif dan motivasi saat memimpin Kelompok Kecil. Sedangkan menurut Chickering

(24)

17 Universitas Kristen Maranatha Consistent Institutional Objective, Institutional Size, Student-Faculty Relationship, Curriculum, Teaching, Friendship and Student Communities, dan Student Development Programs and Services.

Piaget (dalam Chickering, 1993) menjelaskan tiga prinsip fundamental

dari pendekatan kognitif yaitu Cognitive structures, Developmental sequences, Interaction with the environment. Cognitive structures menyediakan kerangka acuan bagi PKK untuk mengintepretasikan makna dari suatu kejadian, untuk

memilih perilaku, dan untuk menyelesaikan suatu masalah. Cognitive structures dan Developmental sequence menjelaskan bahwa struktur kognitif pada PKK akan

berkembang menjadi pola tertentu yang semakin bersifat relatif dalam memproses

informasi. Dalam penelitian ini PKK di asumsikan telah berada pada tahapan

Formal Operational, yaitu pemikiran yang tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual. Sebaliknya, mereka mampu berpikir secara abstrak seperti

mempercayai konsep Allah Tritunggal walaupun tidak pernah melihatnya secara

langsung, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang

tersedia. PKK tidak lagi melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan

putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya sehingga dapat memahami

ajaran Kristen tidak hanya sebatas pemahaman benar dan salah namun secara

lebih mendalam yaitu mendapatkan nilai-nilai Kristiani yang dapat diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu interaction with the environment menjelaskan bahwa kedewasaan atau kesiapan diri PKK dan stimulus dari

lingkungan/eksternal merupakan hal yang dibutuhkan bagi PKK untuk

(25)

18 Universitas Kristen Maranatha ditangani oleh struktur kognitif, maka akan muncul ketidakseimbangan antara

struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan dan mendorong

terjadinya proses penyesuaian yaitu asimilasi dan akomodasi. Kondisi ini

memungkinkan PKK untuk terus memperbaharui informasi dengan cara

memodifikasi struktur kognitif.

Motivasi PKK saat mempimpin Kelompok Kecil juga berpengaruh pada

Stage of Integrity. Menurut Jones (dalam Steers and Porter, 1987) motivasi adalah proses yang menjelaskan bagaimana tingkah laku dapat dibangkitkan (energizing),

diarahkan (direction), dan dipertahankan (maintain). Energizing adalah adanya kekuatan yang membangkitkan perilaku seperti pemahaman tentang KK yang

sudah didapat melalui pembinaan KK sebelumnya atau adanya dorongan dari

teman-teman PMK dan PKK-nya. Direction adalah upaya yang dilakukan untuk mengarahkan energi pada suatu tujuan seperti tujuan yang dimiliki PKK saat

memimpin Kelompok Kecil yaitu untuk dianggap mampu atau dewasa secara

rohani oleh teman-temannya atau untuk memperdalam pemahaman mengenai

ajaran agama dan Firman Tuhan, dapat memberitakan Injil kepada orang lain,

ataupun membangun hidup yang serupa Kristus. Sedangkan Maintain adalah umpan balik dari diri individu dan lingkungan untuk mempertahankan perilaku

tersebut seperti adanya dukungan dan teguran dari AKK atau teman-temannya

saat perilakunya melemah.

(26)

19 Universitas Kristen Maranatha lingkungan yang memberi dukungan dan teguran akan terlihat dari perilakunya

selama memimpin Kelompok kecil yaitu tidak bersungguh-sungguh

memperdalam pemahamannya serta tidak menampilkan perilaku sesuai dengan

ajaran Kristen. Misalnya adalah tidak menggali secara mendalam materi

Pendalaman Alkitab terlebih dahulu sebelum pertemuan Kelompok Kecil

dilakukan. Dengan demikian PKK tersebut akan berada di antara tahapan

Humanizing Values dan Personalizing Values. Sementara PKK yang mempunyai energizing kuat, direction tepat, dan maintain kuat seperti memahami konsep KK, tujuan untuk membangun hidup yang serupa Kristus, dan mempunyai lingkungan

yang memberi dukungan dan teguran akan menampilkan usaha untuk

memperdalam pemahaman dan perilaku yang sesuai antara perkataan dan perilaku

sehingga dapat mencapai tahapan Developing Congruence.

Selanjutnya faktor eksternal yang berpengaruh pada pengembangan Integritas adalah Clear and Consistent Institutional Objective yaitu adanya tujuan

yang jelas dari Kelompok Kecil dan tujuan tersebut dikomunikasikan di dalam

Kelompok Kecil agar seluruh yang terlibat dapat mengoreksi diri, saling menegur

atau mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Situasi ini akan

mendorong semua yang terlibat untuk berperilaku sesuai dengan yang telah

ditentukan atau disepakati bersama sehingga kesesuaian antara perkataan dan

perilaku dapat tercapai. Dengan demikian, apabila PKK menghayati keberadaan

Clear and Consistent Institutional Objective di dalam Kelompok Kecil-nya yang membuat dirinya memiliki pedoman dalam berperilaku maka akan mendukung

(27)

20 Universitas Kristen Maranatha Institutional Size yang tidak terlalu besar juga akan mendorong tercapainya kesesuaian antara perkataan dan perilaku. Apabila sebuah Kelompok

Kecil beranggotakan tidak terlalu banyak yaitu 2-4 orang, maka setiap perilaku

dari PKK akan mudah untuk dilihat oleh AKK. Situasi ini akan memberi

kesempatan bagi seluruh yang terlibat untuk lebih memberikan dukungan doa,

perhatian, dorongan, nasihat, ataupun teguran yang bersifat pribadi, sehingga

mempermudah PKK untuk berperilaku yang selaras dengan perkataan. Dengan

demikian, apabila PKK menghayati keberadaan Institutional Size di dalam Kelompok Kecil-nya yang membuat dirinya mendapat nasehat dan teguran dari

AKK maka akan mendukung pencapaian tahap Developing Congruence.

Student-Faculty Relationship akan berpengaruh dalam Developing Integrity dikarenakan kesediaan PKK untuk berdiskusi dalam berbagai situasi merupakan suatu yang penting bagi AKK. Dalam hal ini PKK memiliki kesediaan

untuk berdiskusi mengenai nilai ajaran Kristen tidak hanya saat Kelompok Kecil

berlangsung. Interaksi yang intensif antara PKK dengan AKK dalam

mendiskusikan nilai ajaran Kristen akan mendorong munculnya pertanyaan yang

lebih bersifat terbuka dan kritis dari AKK sehingga terjadi pertukaran informasi

yang lebih sering. Dengan demikian, apabila PKK menghayati keberadaan

Student-Faculty Relationship di Kelompok Kecil-nya yang membuat dirinya mendapat pertanyaan kritis mengenai ajaran Kristen dari AKK sehingga dituntut

untuk mampu menjawab dengan tepat dan menampilkan perilaku yang selaras

(28)

21 Universitas Kristen Maranatha Curriculum meliputi semua kegiatan yang mahasiswa lakukan dan alami di dalam Kelompok Kecil, yaitu pengajaran Firman Tuhan berdasarkan buku

panduan seperti PIPA dan MHB, sharing, kegiatan kebersamaan (olahraga, makan

bersama). Apabila Curriculum yang ada di sebuah Kelompok Kecil dapat mencakup aspek kognitif, afeksi, dan konatif, maka akan mendukung PKK untuk

menampilkan pemahaman yang selaras dengan perilakunya. Dengan demikian

apabila PKK menghayati keberadaan Curriculum di dalam Kelompok Kecil-nya yang membuat dirinya harus menampilkan pemahaman dan perilaku yang selaras

di hadapan AKK maka akan mendukung pembentukan tahap Developing Congruence.

Apabila Kelompok Kecil menggunakan Teaching yang bersifat active learning, akan meningkatkan kemampuan komunikasi dan diskusi di antara PKK dengan AKK yang berfungsi untuk menyatakan iman yang dimilikinya kepada

AKK dengan tetap menghargai sudut pandang AKK tersebut. Kemampuan ini

dapat meningkat melalui pemberian feedback, memperbanyak waktu untuk penggalian bahan/materi, menghargai adanya perbedaan talenta dan cara setiap

individu dalam memahami sesuatu. Dengan demikian apabila PKK menghayati

keberadaan Teaching di dalam Kelompok Kecil-nya yang membuat dirinya harus

meluangkan waktu lebih banyak untuk berdiskusi dalam penggalian bahan/materi

dan memahami perbedaan kemampuan setiap AKK dalam mengerti bahan/materi

maka akan mendukung pencapaian tahap Developing Congruence.

(29)

22 Universitas Kristen Maranatha konflik moral yang dialami, dan juga untuk berdiskusi dalam membuat keputusan

sulit mengenai hal yang benar dan yang salah (Chickering, 1993). Dalam hal ini

relasi persahabatan yang dimiliki di dalam Kelompok Kecil serta partisipasi PKK

di PMK merupakan Friendship and Student Community yang dimiliki oleh PKK.

Dengan demikian apabila PKK menghayati keberadaan Friendship and Student Community di dalam PMK dan Kelompok Kecil-nya yang membuat dirinya memiliki wadah untuk bertukar pikiran mengenai masalah yang dihadapi atau

berdiskusi mengenai ajaran Kristen maka akan mendukung pencapaian tahap

Developing Congruence.

Student Development Programs and Services merupakan upaya-upaya yang dilakukan TPM dan PMK untuk membantu serta memperlengkapi PKK

dalam hal pemahaman mengenai ajaran Kristen dan ajaran agama lain sampai

kepada mengembangkan kesesuaian antara perkataan dengan perilaku.

Upaya-upaya tersebut dapat berbentuk persekutuan yang disertai Firman Tuhan, ataupun

pelatihan-pelatihan seperti Pemberitaan Injil yang bertujuan untuk

memperlengkapi PKK dalam menyatakan iman kepada orang lain yang seagama

maupun tidak seagama. Dengan demikian apabila PKK menghayati keberadaan

Student Development Programs and Services di dalam PMK yang membuat dirinya diperlengkapi dalam menambah pemahaman ajaran Kristen dan

perbedaannya dengan ajaran agama lain serta menjadikannya lebih berani dalam

menyatakan iman kepada orang lain akan mendukung pencapaian tahap

(30)

23 Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan penjelasan tujuh faktor eksternal, dapat dilihat bahwa semakin banyak faktor eksternal yang dihayati mendorong munculnya usaha lebih

sebagai PKK dan membantu dirinya dalam mencapai kesesuaian perkataan dan

perilaku, akan semakin mendukung terjadinya peningkatan Stage of Integrity ke

tahapan selanjutnya. PKK yang sebelumnya masih berada di tahapan Humanizing

Values dapat meningkat ke tahapan Personalizing Values, dan akhirnya meningkat ke tahapan Developing Congruence. Dalam kenyataannya, PKK tidak

selalu berawal dari Humanizing Values namun dapat pula berawal dari Personalizing Values.

Guna memperjelas uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam

(31)

24 Universitas Kristen Maranatha Skema 1.1 Kerangka Pikir

Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil

Persekutuan Mahasiswa Kristen Univ “X”

Developing

Integrity Personalizing Values

Humanizing Values Internal:  Kognitif  Motivasi Eksternal:

Clear and Consistent Institutional Objective Institutional Size Student-Faculty

Relationship Curriculum Teaching

Friendship and Student Communities

Student Development Programs and Services

Developing Congruence

a. Pemahaman mengenai nilai dan keyakinan

b. Upaya mempertahankan nilai dan keyakinan c. Pelaksanaan nilai dan

(32)

25 Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

 Aspek pemahaman, upaya, dan pelaksanaan mengenai nilai dan keyakinan yang dimiliki Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” Bandung

akan menentukan Stage of Integrity, yaitu Humanizing Values, Personalizing Values, dan Developing Congruence.

 Mahasiswa yang telah menjadi Pemimpin Kelompok Kecil bisa berada di

antara ketiga tahap Stage of Integrity, yaitu Humanizing Values, Personalizing

Values, dan Developing Congruence. Hal ini disebabkan proses pengembangan integritas yang terjadi pada setiap mahasiswa Pemimpin

Kelompok Kecil saat memimpin Kelompok Kecil adalah berbeda-beda,

tergantung pada tahap yang telah dicapai oleh mahasiswa tersebut sebelum

memimpin Kelompok Kecil dan keberhasilan atau kegagalan mencapai tahap

berikutnya yang terjadi selama memimpin Kelompok Kecil.

 Pembinaan Kelompok Kecil di PMK secara khusus berperan sebagai

Friendship and Student Communities dan mempengaruhi proses pengembangan integritas pada mahasiswa usia 18-22 tahun yang menjadi

(33)

74 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Stage of Integrity yang dilakukan

kepada 22 mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X”

Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X”, sebagian

besar yaitu 68% berada pada tahap Developing Congruence karena telah

memiliki pemahaman mengenai nilai dan keyakinan dalam ajaran Kristen yaitu

Konsep Keselamatan disertai keaktifan dalam menambah pemahamannya, dan

menunjukkan keteguhan dalam memegang ajaran Kristen tersebut serta berani

menyatakannya kepada orang lain melalui diskusi maupun perilaku keseharian

yang mencerminkan bahwa mereka telah diselamatkan terutama dengan

menjadikan ajaran Kristen tersebut sebagai pedoman dalam memilih aktivitas

atau menyelesaikan permasalahan.

2. Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” yang

menghayati keberadaan faktor Clear and Consistent Institutional Objective,

Curriculum, Student-Faculty Relationship dan Student Development Programs

(34)

75 Universitas Kristen Maranatha dikatakan faktor-faktor eksternal tersebut terkait dengan pencapaian Stage of

Integrity.

3. Mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X”, baik yang

menghayati maupun tidak menghayati keberadaan faktor Institutional Size,

Teaching, dan Friendship and Student Communities, dapat berada pada tahap

Developing Congruence. Dapat dikatakan faktor-faktor eksternal tersebut

nampaknya kurang terkait dengan pencapaian Stage of Integrity pada PKK di

Universitas “X” Bandung.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran

yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

5.2.1.Saran Teoritis

1. Disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai Stage of Integrity pada

mahasiswa Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” Bandung

dengan menggunakan metode studi kasus sehingga didapatkan data yang

lebih mendalam terutama melalui wawancara dengan orang terdekat dari

responden dan observasi terhadap responden.

2. Disarankan untuk melakukan studi kontribusi pada mahasiswa Pemimpin

Kelompok Kecil PMK di Universitas “X” Bandung antara tujuh faktor

eksternal, terutama pada faktor-faktor yang kurang terkait yaitu Institutional

(35)

76 Universitas Kristen Maranatha dengan faktor eksternal lainnya agar dapat tergambar dengan lebih jelas

hubungan setiap faktor eksternal terhadap pencapaian Stage of Integrity.

5.2.2.Saran Praktis

1. Bagi Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM) dan pengurus PMK sebagai

penyelenggara kegiatan Kelompok Kecil diharapkan untuk mengadakan

kegiatan yang berfungsi untuk meningkatkan sub aspek Usaha untuk

memperdalam pemahaman, dengan cara mengadakan training mengenai cara/

teknik Penggalian Alkitab (kitab Surat, kitab Narasi), mengadakan forum

diskusi antara PKK yang berada pada tahap Developing Congruence dengan

PKK yang berada pada tahap Personalizing Values dan Humanizing Values

mengenai ajaran Kristen atau hal-hal yang dilakukan selama menjadi PKK,

serta memberikan referensi buku rohani/ artikel Kristen secara berkala.

2. Bagi Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM) dan pengurus PMK sebagai

penyelenggara kegiatan Kelompok Kecil diharapkan untuk mengadakan

kegiatan yang berfungsi untuk meningkatkan sub aspek Keberanian

menyatakan nilai dan keyakinan kepada orang lain, dengan cara mengadakan

training Penginjilan disertai pelatihan teknik berkomunikasi/ konseling.

3. Bagi Pemimpin Kelompok Kecil, agar selalu mengingat tujuan dari adanya

Kelompok Kecil sehingga sadar akan pentingnya peran PKK sebagai teladan

bagi anggotanya, lebih kreatif membawakan materi di Kelompok Kecil

seperti mengadakan sharing, diskusi, nonton film bermutu dan olah raga, aktif

(36)

77 Universitas Kristen Maranatha pemahaman, keteguhan iman, keberanian menyatakan iman kepada orang

(37)

78 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. (1990). Psychological Testing. 6th ed. New York: Macmillan Publishing Company.

Chickering, A.W dan Linda R. (1993). Education and Identity. 2nd Ed. San Francisco: Jossey-Bass Inc., Publishers.

Chickering, A.W dan Nancy K.S. (2002). Getting the Most Out of College. 2nd ed. Boston: Prentice Hall.

Denscombe, M. (2003). The Good Research Guide. 2nd ed. Glasgow: Open University Press.

Graziano, A dan Raulin, Michael L. (2000). Research methods: A Prosess of Inquiry. 4th ed. Allyn and Bacon.

Groothuis, D. (2000). Pudarnya Kebenaran. Surabaya: Momentum.

Gunarsa dan Gunarsa. (1990). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E. B. (1973). Adolescent Development. 2nd. Tokyo: McGraw-Hill Book Co.

Ingersoll, G.M. (1989). Adolescent. 2nd Ed. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Kerlinger, F.N. (2000). Foundation of Behavioral Research. 4th Ed. Orlando: Harcourt Higher Learning Company.

Marcia, J.E. (1993). Ego Identity: A Handbook For Psychosocial Research. New York: Springer-Verlag Inc.

Neuman, W. L. (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. 5th ed. Boston: Allyn and Bacon.

Santoso dan Kuswadi. (2010). Memulai Hidup Baru. Jakarta: Literatur Perkantas.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

(38)

79 Universitas Kristen Maranatha Steers, R.M. (1987). Motivation and Work Behavior. Singapore : McGraw-Hill

Book Co.

(39)

80 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Cahyo, Didik Bintoro. 2005. Pengaruh Pemuridan Melalui Kelompok Kecil terhadap Kedewasaan Rohani Mahasiswa. Tesis. Bandung: Sekolah Tinggi Teologi Bandung.

Chrisna, David Dwi. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Status Identitas Bidang Agama pada Mahasiswa Anggota Kelompok Kecil PMK di Lingkungan

Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Hanafie, Rhida. 8 Februari 2010. Agama dalam pandangan Postmodernisme. (Online). (http://rhidahanafie.wordpress.com/2010/02/08/agama-dalam-pandangan-postmodernisme, diakses 16 Januari 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang penerapan metode story telling pada kemampuan membaca permulaan di Kelompok B3 TK Budi Mulia 2 Pandeansari

Media visual yang digunakan merupakan media promosi dengan visualisasi yang simple, yaitu hanya dengan menggunakan 2-4 warna saja dan desainnya pun eye catching

[r]

[r]

diuji maka besarnya arus yang mengalir dari drain ke source (I D ) akan sama dengan. besarnya arus yang ditarik dari power supply

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah membangun suatu Sistem Aplikasi dengan prinsip dan cara kerja yang berupa Expert Advisor yang dapat digunakan

UJI INDEPENDENSI : MENGUJI APAKAH ADA atau TAK ADA HUBUNGAN ANTARA DUA KATEGORI SUATU HASIL OBSERVASI dari suatu POPULASI dengan KATEGORI POPULASI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL tikus