NASKAH PUBLIKASI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KARTU ANGKA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 JOMBORAN KECAMATAN KLATEN
TENGAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2012 / 2013
Disusun oleh : NUR EKO WAHYUNI
A53B090083
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ABSTRAK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KARTU ANGKA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 JOMBORAN KECAMATAN KLATEN
TENGAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2012/2013
Nur Eko Wahyuni,A54B090083, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 116
Halaman.
Tujuan penelitian ini adalah unt uk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan pada siswa kelas III SD Negeri 3 Jomboran Klaten.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri 3 Jomboran Klaten dengan jumlah siswa 26 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes.Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan, peningkatan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa pada setiap siklusnya, yaitu pada siklus I jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 12 siswa, sedangkan yang belum memenuhi KKM sebanyak 14 siswa, dan pada siklus II siswa yang memenuhi KKM sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM ada 4 siswa. menunjukkan hasil belajar matematika dengan perolehan nilai rata-rata 60,38 dengan prosentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM 46,15%. Sedangkan pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata 73,84 dengan prosentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM 84,61 %. Dengan demikian melalui alat peraga kartu angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan pada siswa kelas III SD Negeri 3 Jomboran klaten.
PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan
kita. Banyak hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika. Oleh
karena itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menguasai ilmu matematika
dengan baik dan benar. Pembelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak,
sehingga diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika
yang abstrak tersebut menjadi kongkret dan siswa agar lebih mudah memahaminya.
Permainan interaktif me rupakan suatu permainan yang dikemas dalam
pembelajaran, sehingga anak didik menjadi aktif dan senang dalam belajar. Oleh
karena itu, jika guru dalam mengemas permainan sebagai media maupun pendekatan
dalam belajar matematika bagi anak, maka anak akan senang belajar matematika
sehingga menjadi efektif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Topik bilangan cacah dipelajari anak SD di semua kelas. Bilangan cacah
merupakan pengertian abstrak, jadi masih membutuhkan bantuan benda-benda
kongkret untuk dapat berpikir secara abstrak. Agar anak dapat mengerti tentang
bilangan cacah maka untuk mempelajari konsep bilangan cacah maupun penjumlahan
dan dapat dikemas sebagai alat peraga atau alat permainan. Agar anak dapat belajar
dengan senang, asyik, dan merasa bebas dalam memanipulasi benda-benda kongkret
tersebut, maka kepada anak dinyatakan bahwa dengan menggunakan alat atau
permainan, mereka diajak bermain untuk belajar bilangan cacah. Karena umur
maupun kemampuan mereka yang bertingkat, maka alat atau permainan yang di pakai
maupun tingkat kesulitannya bertingkat pula.
Di SD Negeri 3 Jomboran proses pembelajaran matematika terutama materi
penjumlahan masih menggunakan sistem pengajaran secara konvensional. Guru
menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan
penjelasan guru, kemudian latihan soal, padahal mungkin masih banyak anak yang
kurang jelas akan konsep yang diajarkan guru. Sistem pengajaran ini menyebabkan
siswa secara aktif dan optimal. Padahal menurut kurikulum yang berlaku, keaktifan
siswa dalam pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga materi dapat disampaikan
dengan tuntas. Selain guru mengajar yang masih konvensional, guru juga tidak
menggunakan media pembelajaran alat peraga kartu angka sebagai alat bantu untuk
mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Padahal keberadaan media
pelajaran alat peraga kartu angka sangat penting bagi siswa dan guru sendiri.
Hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa pelajaran matematika pada
konsep hitung penjumlahan di kelas III SD Negeri 3 Jomboran Klaten belum
menghasilkan kemampuan yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari evaluasi
siswa untuk hitung penjumlahan masih rendah. Dari 26 siswa hanya 5 siswa yang
mendapat nilai > 60 sedangkan 21 siswa yang lain mendapat nilai < 60. Dalam buku
evaluasi pengajaran dan sesuai keputusan sekolah ini menentukan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran matematika adalah 60. Dikatakan juga
bahwa proses belajar mengajar berhasil apabila 75 % siswa dalam satu kelas mampu
menerima pembelajaran dari guru. Jadi siswa kelas 3 SD Negeri 3 Jomboran dari
jumlah 26 siswa seharusnya minimal 19 siswa dapat melakukan hitung
penjumlahan dengan baik, sedangkan selama ini baru sekitar 20% atau 5 siswa ,
sehingga kemampuan melakukan hitung penjumlahan belum berhasil.
Permasalahan di atas perlu segera diupayakan pemecahannya. Salah satunya
melakukan tindakan yang dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan
melibatkan siswa lebih aktif untuk melakukan hitung penjumlahan. Untuk itu perlu
dikembangkan pembelajaran yang tepat menarik, dan efektif sehingga siswa dapat
lebih aktif dan berhasil memahami dan terampil dalam kegiatan pembelajaran dan
dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran
berlangsung. Salah satunya pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu
angka. Misalnya anak yang satu disuruh memegang alat peraga , anak yang satunya
lagi menghitung jumlah kartu angka kemudian menghitung hasil dari penjumlahan
tersebut. Secara bergantian anak disuruh maju semuanya sehingga terjadi interaktif
yaitu permainan bilangan dan permainan penjumlahan. Diharapkan dengan
pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu angka dapat meningkatkan
kemampuan berhitung penjumlahan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil judul
“Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat
Peraga Kartu Angka Pada Siswa Kelas III SD Negeri III Jomboran Kecamatan
Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun 2012 / 2013.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung
penjumlahan dengan menggunakan alat peraga kartu angka pada siswa kelas III SD
Negeri 3 Jomboran Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun 2012 / 2013.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1II Jomboran yang berlokasi di
Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten pada semester satu tahun pelajaran
2012/2013.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
bermain dengan alat peraga kartu angka untuk meningkatkan kemampuan siswa
melakukan penjumlahan yang dilakukan bersama teman sejawat.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk mencacat hal- hal yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk
memperkuat data.
c. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mencari respon dari siswa
bermain dengan alat peraga kartu angka untuk meningkatkan kemampuan siswa
berhitung penjumlahan.
d. Tes
Tes dalam penelitian ini digunakan mengukur kemampuan dasar dan pencapaian
atau prestasi belajar. Te s diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
kognitif siswa. Tes dikerjakan siswa secara individual setelah mempelajari suatu
materi. Tes ini dilaksanakan pada saat proses pembelajaran dan tes akhir
pembelajaran pada setiap siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Refleksi Awal
Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa pada pembelajaran matematika. Hasil observasi pendahuluan
yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kurang dalam
kemampuan berhitung penjumlahan dalam pembelajaran.
Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur tercapainya kemampuan
berhitung penjumlahan siswa dalam proses belajar mengajar adalah tentang hasil
tes siswa dalam penjumlahan.
Rendahnya kemampuan berhitung penjumlahan siswa dalam belajar
matematika di SD Negeri 3 Jomboran Klaten ini juga berdampak pada prestasi
hasil belajar mereka. Hal ini disebabkan mereka menganggap matematika
sebagai pelajaran yang sulit, dan susah mengemukakan ide/gagasan.
2. Siklus I
Dari observasi yang peneliti lakukan pada tindakan kelas siklus I
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga kartu angka yaitu guru dalam menyampaikan materi
walaupun masih harus ditingkatkan. Demikian juga dengan siswa, mereka
merasa senang dan lebih bersemangat dalam belajar dengan diterapkannya
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu angka dibanding dengan
metode konvensioanal. Hal tersebut terlihat dari partisipasi keaktifan siswa
dalam hal aktif mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, maju ke depan kelas
mengerjakan soal ataupun menjelaskan pada siswa lain, kreatifitas dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hal ini berdampak pada peningkatan
kemampuan matematika pada pokok bahasan berhitung penjumlahan dengan alat
peraga kartu angka. Dengan kartu angka siswa dapat lebih mudah dalam
mengerjakan soal. Perbedaan kemampuan siswa berpengaruh pada
dapat/tidaknya siswa dalam menghitung penjumlahan dengan kartu angka.
Pada silkus I ini guru masih tampak dominan karena guru masih
banyak menuntun/memberikan penjelasan pada siswa baik dalam mengerjakan
soal secara kelompok maupun individu. Selain itu guru masih kurang
memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berhasil, guru juga kurang
memberikan reward atau pujian terhadap perbuatan siswa yang berhasil dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Hal ini sebenarnya dapat
mendukung peoses pembelajaran. Guru juga kurang memberikan penjelesan
tentang masalah kontektual yang disajikan.
Biasanya siswa aktif dan kreatif serta sering melakukan percobaan
adalah siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang kemampuannya
oleh temannya. Siklus I ini baru sedikit siswa yang berani maju ke depan kelas
untuk mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru. Hal ini merupakan
tugas guru untuk mendorong siswa yang belum aktif, cara guru adalah mendekati
mereka dan memberikan dorongan agar lebih aktif.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung penjumlahan dan
sejauh mana materi yang diberikan dapat diterima/dipahami oleh siswa maka
guru memberikan latihan terkontrol sebagai test. Hasil pekerjaan siswa tidak
hanya sekedar dikoreksi, tetapi juga diusahakan dibahas dikelas. Sehingga siswa
secara langsung terlibat dalam menjawab soal yang diberikan. Mereka diberi
kesempatan maju ke depan kelas mengerjakan soal, setiap soal ditawarkan pada
siswa siapa yang mau maju dengan cara angkat tangan. Dari hasil pengamatan
ada siswa yang mau maju untuk mengerjakan soal dengan cara mengacungkan
jarinya. Siswa yang lain diberi kesempatan yang sama untuk maju mengerjakan
soal pada soal berikutnya, sehingga siswa yang sudah maju tidak ditunjuk lagi
walaupun mereka juga angkat tangan lagi.
Adapun peningkatan kemampuan berhitung dapat dilihat dari hasil
nilai siswa yang sedikit mengalami peningkatan dari kondisi awal. Siswa yang
nilainya di atas KKM (> 60) sebanyak 12 siswa, sedangkan siswa yang nilainya
di bawah KKM (< 60) sebanyak 14 siswa.
Setelah guru menyampaikan materi kemudian diadakan evaluasi dari hasil
siklus I menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dari
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya 46,15 % dan ketuntasan
belajar secara keseluruhan ada peningkatan rata-rata dari 43,85 menjadi 60,38%.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai yang diperoleh secara
keseluruhan pada masing- masing siswa.
3. Siklus II
Dalam pembelajaran pada tindakan kelas siklus II diperoleh hasil bahwa
tindakan guru kelas sudah sesuai dengan harapan yaitu guru memberitahukan tujuan
pembelajaran, memberi gambaran umum tentang inti materi pelajaran dan memberi
gambaran kegiatan yang akan dilakukan sudah nampak. Kegiatan pembelajaran sudah
berjalan lancar dan hasilnya sudah mengalami peningkatan dibanding putaran
sebelumnya. Hal ini karena guru dan siswa mulai menikmati proses pembelajaran
dengan menggunakan alat peraga kartu angka.
Perhatian siswa dalam pembelajaran sudah terfokus. Siswa sudah merespon
penjelasan guru tentang materi ajar yang disampaikan. Hal inilah yang menunjukkan
bahwa proses pembelajaran tidak lagi berjalan searah tetapi melalui dua arah. Yaitu
adanya proses imbal balik antara guru dan siswa. Situasi ini tercipta salah satunya
juga didukung oleh usaha guru dalam memberikan motivasi kepada siswa agar
terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru. Hal ini nampak dari
siswa yang mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, menjawab pertanyaan guru/
mengerjakan soal ke depan kelas. Siswa tidak lagi tergantung kepada guru dalam
mengerjakan soal. Dengan panduan buku siswa dapat mengerjakan soal dan aktif
belajar. Siswa baru bertanya jika tidak paham terhadap keterangan yang ada dalam
buku siswa. Sehingga guru hanya menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator
saja.
Penerapan pada keseluruhan materi ajar sebagai latihan terkontrol
maupun latihan individu sudah diarahkan dengan jelas. Di kelas guru lebih sering
Dari hasil tindakan kelas pada siklus II ini dapat dilihat dari 26 siswa,
yang nilainya di atas KKM (60) sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang nilainya di
bawah KKM (60) ada 4 siswa. Kemampuan siswa tersebut juga berdampak pada
peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan. Kemampuan siswa dalam
menjumlahkan bilangan tiga angka kedalam soal cerita sudah mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga kartu angka dapat
meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan.
Setelah guru menyampaikan materi kemudian diadakan evaluasi dari hasil
nilai siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dari
sebelumnya. Karena sebelum diadakan penelitian tindakan kelas siklus II ini siswa
yang memperoleh nilai di atas KKM 84,61 %, sedangkan siswa yang memperoleh
nilai di bawah KKM 15,38% dan ketuntasan belajar secara keseluruhan ada
peningkatan rata-rata dari 60,38% menjadi 74,61 %. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya peningkatan nilai yang diperoleh secara keseluruhan pada masing- masing
siswa.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis terbukti. Simpulan tersebut dapat diuraikan
di dawah ini :
1. Meningkatan kemampuan berhitung penjumlahan dengan menggunakan alat
peraga kartu angka juga ditentukan oleh cara guru menyampaikan materi, yaitu
adanya peningkatan kemampuan guru pada siklus I 46,15 % dan siklus II
menjadi 84,61 % serta kemampuan memberikan dorongan/ motivasi kepada
siswa sehingga menyukai pelajaran matematika.
2. Dengan menggunakan alat peraga kartu angka secara optimal akan memberikan
aktifitas dan kemampuan siswa dalam melakukan berhitung penjumlahan
3. Penggunaan alat peraga kartu angka membantu siswa lebih mudah memahami
penjumlahan. Terbukti nilai hasil belajar pada siklus I yang nilainya diatas KKM
sebanyak 12 siswa dan meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai diatas
KKM sebanyak 22 siswa.
4. Terbuktinya hipotesis tindakan “Dengan menggunakan alat peraga kartu angka,
kemampuan siswa dalam melakukan penjumlahan meningkat”.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif yang
telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada :
1. Terhadap Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah hendaknya selalu memantau situasi pembelajaran dikelas agar
dapat mengetahui masalah- masalah yang timbul selama proses pembelajaran
berlangsung, serta bersama dengan guru berusaha mencari solusi dari
permasalahan yang dihadapi salah satunya dengan menggunakan alat peraga
kartu angka dalam proses pembelajaran matematika.
b. Kepala Sekolah harus menjadi pemimpin dan penggerak perbaikan
pembelajaran dengan melibatkan peran guru. Hubungan guru dan kepala
sekolah dapat dikembangkan melalui kerja kolaborasi.
2. Kepada guru senantiasa menciptakan suasana kondusif dalam proses
pembelajaran dengan menciptakan komunikasi timbal balik yang menyenangkan.
3. Terhadap siswa
a. Siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar proses
pembelajaran terasa nyaman dan menyenangkan.
b. Siswa lebih fokus dan aktif dalam mengikuti pembelajaran dikelas.
4. Kepada peneliti berikut, disarankan dapat meneliti faktor-faktor lain yang
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Cerdas berhitung matematika. Kharisma Solo
Erwin Adi Putranto. 2007. Matematika itu menyenangkan. Bengawan Ilmu
Buchori, Ana Eqi Astuti, Erna Juliatun. 2007. Gemar Bermain Matematika. Bengawan Ilmu
Http : // ml.scribd. com / doc / 86455656/ ptk
Erlangga 2004. . Terampil Berhitung Matematika Klas 3. Tim Bina Karya Guru
Cempaka Putih. 2006. Matematika klas 3. Nur Aksin, Heny Kusumawati.
Pitajeng. 2005.Pembelajaran Matematika Yang menyenangkan. Semarang : Depdiknas
Nana Sujana, Ahmad Rivai. 1989. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Wiriatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : remaja Rosdakarya.
Karso, dkk. 2000. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto,S. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara
Depdiknas. 2008. Petunjuk Penilaian Kelas di SD. SDLB, SLB Tingkat Dasar dan MI. Jsakarta. : Depdiknas.
Nyimas. Aisyah. Dkk. 2007 Pengembangan pembelajaran Matematika SD. Jakarta. : Dikti Depdiknas
Burhan Mustaqim, Ary Astuti 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta : Pusat Perkukuan.
Negoro, ST. dkk. 1999. Ensiklopedia Matematika. Jakarta : Ghalia Indonesia
A.Hidayat, dkk. 1995. Belajar Matematika SD 1 – 6. Jakarta : BSE (Buku Sekolah Elektronik )
Cempaka Lima Wahana. Matematika Berhitung SD 1 – 6 Jakarta : Cempaka Lima Wahana
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Matematika 1 – 6 Seri Berhitung. Jakarta. Depdikbud
Suladi. 1996. Pandai Berhitung Matematika SD 1 – 6. Jakarta : Erlangga
Juger, H. 2000. Bermain dengan Pengetahuan. Bandung : Angkasa