• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat Peraga Kartu Angka Pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 Jomboran Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun 2012 / 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat Peraga Kartu Angka Pada Siswa Kelas III SD Negeri 3 Jomboran Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun 2012 / 2013."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KARTU ANGKA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 JOMBORAN KECAMATAN KLATEN

TENGAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2012 / 2013

Disusun oleh : NUR EKO WAHYUNI

A53B090083

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KARTU ANGKA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 JOMBORAN KECAMATAN KLATEN

TENGAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2012/2013

Nur Eko Wahyuni,A54B090083, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 116

Halaman.

Tujuan penelitian ini adalah unt uk meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan pada siswa kelas III SD Negeri 3 Jomboran Klaten.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri 3 Jomboran Klaten dengan jumlah siswa 26 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes.Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan, peningkatan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa pada setiap siklusnya, yaitu pada siklus I jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 12 siswa, sedangkan yang belum memenuhi KKM sebanyak 14 siswa, dan pada siklus II siswa yang memenuhi KKM sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang belum memenuhi KKM ada 4 siswa. menunjukkan hasil belajar matematika dengan perolehan nilai rata-rata 60,38 dengan prosentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM 46,15%. Sedangkan pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata 73,84 dengan prosentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM 84,61 %. Dengan demikian melalui alat peraga kartu angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan pada siswa kelas III SD Negeri 3 Jomboran klaten.

(4)

PENDAHULUAN

Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan

kita. Banyak hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika. Oleh

karena itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menguasai ilmu matematika

dengan baik dan benar. Pembelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak,

sehingga diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika

yang abstrak tersebut menjadi kongkret dan siswa agar lebih mudah memahaminya.

Permainan interaktif me rupakan suatu permainan yang dikemas dalam

pembelajaran, sehingga anak didik menjadi aktif dan senang dalam belajar. Oleh

karena itu, jika guru dalam mengemas permainan sebagai media maupun pendekatan

dalam belajar matematika bagi anak, maka anak akan senang belajar matematika

sehingga menjadi efektif untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Topik bilangan cacah dipelajari anak SD di semua kelas. Bilangan cacah

merupakan pengertian abstrak, jadi masih membutuhkan bantuan benda-benda

kongkret untuk dapat berpikir secara abstrak. Agar anak dapat mengerti tentang

bilangan cacah maka untuk mempelajari konsep bilangan cacah maupun penjumlahan

dan dapat dikemas sebagai alat peraga atau alat permainan. Agar anak dapat belajar

dengan senang, asyik, dan merasa bebas dalam memanipulasi benda-benda kongkret

tersebut, maka kepada anak dinyatakan bahwa dengan menggunakan alat atau

permainan, mereka diajak bermain untuk belajar bilangan cacah. Karena umur

maupun kemampuan mereka yang bertingkat, maka alat atau permainan yang di pakai

maupun tingkat kesulitannya bertingkat pula.

Di SD Negeri 3 Jomboran proses pembelajaran matematika terutama materi

penjumlahan masih menggunakan sistem pengajaran secara konvensional. Guru

menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan

penjelasan guru, kemudian latihan soal, padahal mungkin masih banyak anak yang

kurang jelas akan konsep yang diajarkan guru. Sistem pengajaran ini menyebabkan

(5)

siswa secara aktif dan optimal. Padahal menurut kurikulum yang berlaku, keaktifan

siswa dalam pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga materi dapat disampaikan

dengan tuntas. Selain guru mengajar yang masih konvensional, guru juga tidak

menggunakan media pembelajaran alat peraga kartu angka sebagai alat bantu untuk

mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Padahal keberadaan media

pelajaran alat peraga kartu angka sangat penting bagi siswa dan guru sendiri.

Hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa pelajaran matematika pada

konsep hitung penjumlahan di kelas III SD Negeri 3 Jomboran Klaten belum

menghasilkan kemampuan yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari evaluasi

siswa untuk hitung penjumlahan masih rendah. Dari 26 siswa hanya 5 siswa yang

mendapat nilai > 60 sedangkan 21 siswa yang lain mendapat nilai < 60. Dalam buku

evaluasi pengajaran dan sesuai keputusan sekolah ini menentukan KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran matematika adalah 60. Dikatakan juga

bahwa proses belajar mengajar berhasil apabila 75 % siswa dalam satu kelas mampu

menerima pembelajaran dari guru. Jadi siswa kelas 3 SD Negeri 3 Jomboran dari

jumlah 26 siswa seharusnya minimal 19 siswa dapat melakukan hitung

penjumlahan dengan baik, sedangkan selama ini baru sekitar 20% atau 5 siswa ,

sehingga kemampuan melakukan hitung penjumlahan belum berhasil.

Permasalahan di atas perlu segera diupayakan pemecahannya. Salah satunya

melakukan tindakan yang dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan

melibatkan siswa lebih aktif untuk melakukan hitung penjumlahan. Untuk itu perlu

dikembangkan pembelajaran yang tepat menarik, dan efektif sehingga siswa dapat

lebih aktif dan berhasil memahami dan terampil dalam kegiatan pembelajaran dan

dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran

berlangsung. Salah satunya pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu

angka. Misalnya anak yang satu disuruh memegang alat peraga , anak yang satunya

lagi menghitung jumlah kartu angka kemudian menghitung hasil dari penjumlahan

tersebut. Secara bergantian anak disuruh maju semuanya sehingga terjadi interaktif

(6)

yaitu permainan bilangan dan permainan penjumlahan. Diharapkan dengan

pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu angka dapat meningkatkan

kemampuan berhitung penjumlahan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil judul

“Meningkatkan Kemampuan Berhitung Penjumlahan Dengan Menggunakan Alat

Peraga Kartu Angka Pada Siswa Kelas III SD Negeri III Jomboran Kecamatan

Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun 2012 / 2013.”

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung

penjumlahan dengan menggunakan alat peraga kartu angka pada siswa kelas III SD

Negeri 3 Jomboran Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun 2012 / 2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1II Jomboran yang berlokasi di

Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten pada semester satu tahun pelajaran

2012/2013.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan

guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

bermain dengan alat peraga kartu angka untuk meningkatkan kemampuan siswa

melakukan penjumlahan yang dilakukan bersama teman sejawat.

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk mencacat hal- hal yang

terjadi selama proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk

memperkuat data.

c. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mencari respon dari siswa

(7)

bermain dengan alat peraga kartu angka untuk meningkatkan kemampuan siswa

berhitung penjumlahan.

d. Tes

Tes dalam penelitian ini digunakan mengukur kemampuan dasar dan pencapaian

atau prestasi belajar. Te s diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan

kognitif siswa. Tes dikerjakan siswa secara individual setelah mempelajari suatu

materi. Tes ini dilaksanakan pada saat proses pembelajaran dan tes akhir

pembelajaran pada setiap siklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Refleksi Awal

Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan siswa pada pembelajaran matematika. Hasil observasi pendahuluan

yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kurang dalam

kemampuan berhitung penjumlahan dalam pembelajaran.

Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur tercapainya kemampuan

berhitung penjumlahan siswa dalam proses belajar mengajar adalah tentang hasil

tes siswa dalam penjumlahan.

Rendahnya kemampuan berhitung penjumlahan siswa dalam belajar

matematika di SD Negeri 3 Jomboran Klaten ini juga berdampak pada prestasi

hasil belajar mereka. Hal ini disebabkan mereka menganggap matematika

sebagai pelajaran yang sulit, dan susah mengemukakan ide/gagasan.

2. Siklus I

Dari observasi yang peneliti lakukan pada tindakan kelas siklus I

menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga kartu angka yaitu guru dalam menyampaikan materi

(8)

walaupun masih harus ditingkatkan. Demikian juga dengan siswa, mereka

merasa senang dan lebih bersemangat dalam belajar dengan diterapkannya

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu angka dibanding dengan

metode konvensioanal. Hal tersebut terlihat dari partisipasi keaktifan siswa

dalam hal aktif mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, maju ke depan kelas

mengerjakan soal ataupun menjelaskan pada siswa lain, kreatifitas dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hal ini berdampak pada peningkatan

kemampuan matematika pada pokok bahasan berhitung penjumlahan dengan alat

peraga kartu angka. Dengan kartu angka siswa dapat lebih mudah dalam

mengerjakan soal. Perbedaan kemampuan siswa berpengaruh pada

dapat/tidaknya siswa dalam menghitung penjumlahan dengan kartu angka.

Pada silkus I ini guru masih tampak dominan karena guru masih

banyak menuntun/memberikan penjelasan pada siswa baik dalam mengerjakan

soal secara kelompok maupun individu. Selain itu guru masih kurang

memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berhasil, guru juga kurang

memberikan reward atau pujian terhadap perbuatan siswa yang berhasil dalam

menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Hal ini sebenarnya dapat

mendukung peoses pembelajaran. Guru juga kurang memberikan penjelesan

tentang masalah kontektual yang disajikan.

Biasanya siswa aktif dan kreatif serta sering melakukan percobaan

adalah siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang kemampuannya

(9)

oleh temannya. Siklus I ini baru sedikit siswa yang berani maju ke depan kelas

untuk mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan guru. Hal ini merupakan

tugas guru untuk mendorong siswa yang belum aktif, cara guru adalah mendekati

mereka dan memberikan dorongan agar lebih aktif.

Untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung penjumlahan dan

sejauh mana materi yang diberikan dapat diterima/dipahami oleh siswa maka

guru memberikan latihan terkontrol sebagai test. Hasil pekerjaan siswa tidak

hanya sekedar dikoreksi, tetapi juga diusahakan dibahas dikelas. Sehingga siswa

secara langsung terlibat dalam menjawab soal yang diberikan. Mereka diberi

kesempatan maju ke depan kelas mengerjakan soal, setiap soal ditawarkan pada

siswa siapa yang mau maju dengan cara angkat tangan. Dari hasil pengamatan

ada siswa yang mau maju untuk mengerjakan soal dengan cara mengacungkan

jarinya. Siswa yang lain diberi kesempatan yang sama untuk maju mengerjakan

soal pada soal berikutnya, sehingga siswa yang sudah maju tidak ditunjuk lagi

walaupun mereka juga angkat tangan lagi.

Adapun peningkatan kemampuan berhitung dapat dilihat dari hasil

nilai siswa yang sedikit mengalami peningkatan dari kondisi awal. Siswa yang

nilainya di atas KKM (> 60) sebanyak 12 siswa, sedangkan siswa yang nilainya

di bawah KKM (< 60) sebanyak 14 siswa.

Setelah guru menyampaikan materi kemudian diadakan evaluasi dari hasil

siklus I menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dari

(10)

siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya 46,15 % dan ketuntasan

belajar secara keseluruhan ada peningkatan rata-rata dari 43,85 menjadi 60,38%.

Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan nilai yang diperoleh secara

keseluruhan pada masing- masing siswa.

3. Siklus II

Dalam pembelajaran pada tindakan kelas siklus II diperoleh hasil bahwa

tindakan guru kelas sudah sesuai dengan harapan yaitu guru memberitahukan tujuan

pembelajaran, memberi gambaran umum tentang inti materi pelajaran dan memberi

gambaran kegiatan yang akan dilakukan sudah nampak. Kegiatan pembelajaran sudah

berjalan lancar dan hasilnya sudah mengalami peningkatan dibanding putaran

sebelumnya. Hal ini karena guru dan siswa mulai menikmati proses pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga kartu angka.

Perhatian siswa dalam pembelajaran sudah terfokus. Siswa sudah merespon

penjelasan guru tentang materi ajar yang disampaikan. Hal inilah yang menunjukkan

bahwa proses pembelajaran tidak lagi berjalan searah tetapi melalui dua arah. Yaitu

adanya proses imbal balik antara guru dan siswa. Situasi ini tercipta salah satunya

juga didukung oleh usaha guru dalam memberikan motivasi kepada siswa agar

terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru. Hal ini nampak dari

siswa yang mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, menjawab pertanyaan guru/

mengerjakan soal ke depan kelas. Siswa tidak lagi tergantung kepada guru dalam

mengerjakan soal. Dengan panduan buku siswa dapat mengerjakan soal dan aktif

belajar. Siswa baru bertanya jika tidak paham terhadap keterangan yang ada dalam

buku siswa. Sehingga guru hanya menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator

saja.

Penerapan pada keseluruhan materi ajar sebagai latihan terkontrol

maupun latihan individu sudah diarahkan dengan jelas. Di kelas guru lebih sering

(11)

Dari hasil tindakan kelas pada siklus II ini dapat dilihat dari 26 siswa,

yang nilainya di atas KKM (60) sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang nilainya di

bawah KKM (60) ada 4 siswa. Kemampuan siswa tersebut juga berdampak pada

peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan. Kemampuan siswa dalam

menjumlahkan bilangan tiga angka kedalam soal cerita sudah mengalami

peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga kartu angka dapat

meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan.

Setelah guru menyampaikan materi kemudian diadakan evaluasi dari hasil

nilai siklus II menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dari

sebelumnya. Karena sebelum diadakan penelitian tindakan kelas siklus II ini siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM 84,61 %, sedangkan siswa yang memperoleh

nilai di bawah KKM 15,38% dan ketuntasan belajar secara keseluruhan ada

peningkatan rata-rata dari 60,38% menjadi 74,61 %. Hal ini dapat dilihat dengan

adanya peningkatan nilai yang diperoleh secara keseluruhan pada masing- masing

siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan hasil penelitian

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis terbukti. Simpulan tersebut dapat diuraikan

di dawah ini :

1. Meningkatan kemampuan berhitung penjumlahan dengan menggunakan alat

peraga kartu angka juga ditentukan oleh cara guru menyampaikan materi, yaitu

adanya peningkatan kemampuan guru pada siklus I 46,15 % dan siklus II

menjadi 84,61 % serta kemampuan memberikan dorongan/ motivasi kepada

siswa sehingga menyukai pelajaran matematika.

2. Dengan menggunakan alat peraga kartu angka secara optimal akan memberikan

aktifitas dan kemampuan siswa dalam melakukan berhitung penjumlahan

(12)

3. Penggunaan alat peraga kartu angka membantu siswa lebih mudah memahami

penjumlahan. Terbukti nilai hasil belajar pada siklus I yang nilainya diatas KKM

sebanyak 12 siswa dan meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai diatas

KKM sebanyak 22 siswa.

4. Terbuktinya hipotesis tindakan “Dengan menggunakan alat peraga kartu angka,

kemampuan siswa dalam melakukan penjumlahan meningkat”.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif yang

telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada :

1. Terhadap Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah hendaknya selalu memantau situasi pembelajaran dikelas agar

dapat mengetahui masalah- masalah yang timbul selama proses pembelajaran

berlangsung, serta bersama dengan guru berusaha mencari solusi dari

permasalahan yang dihadapi salah satunya dengan menggunakan alat peraga

kartu angka dalam proses pembelajaran matematika.

b. Kepala Sekolah harus menjadi pemimpin dan penggerak perbaikan

pembelajaran dengan melibatkan peran guru. Hubungan guru dan kepala

sekolah dapat dikembangkan melalui kerja kolaborasi.

2. Kepada guru senantiasa menciptakan suasana kondusif dalam proses

pembelajaran dengan menciptakan komunikasi timbal balik yang menyenangkan.

3. Terhadap siswa

a. Siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar proses

pembelajaran terasa nyaman dan menyenangkan.

b. Siswa lebih fokus dan aktif dalam mengikuti pembelajaran dikelas.

4. Kepada peneliti berikut, disarankan dapat meneliti faktor-faktor lain yang

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Cerdas berhitung matematika. Kharisma Solo

Erwin Adi Putranto. 2007. Matematika itu menyenangkan. Bengawan Ilmu

Buchori, Ana Eqi Astuti, Erna Juliatun. 2007. Gemar Bermain Matematika. Bengawan Ilmu

Http : // ml.scribd. com / doc / 86455656/ ptk

Erlangga 2004. . Terampil Berhitung Matematika Klas 3. Tim Bina Karya Guru

Cempaka Putih. 2006. Matematika klas 3. Nur Aksin, Heny Kusumawati.

Pitajeng. 2005.Pembelajaran Matematika Yang menyenangkan. Semarang : Depdiknas

Nana Sujana, Ahmad Rivai. 1989. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru

Wiriatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : remaja Rosdakarya.

Karso, dkk. 2000. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka

Arikunto,S. dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Depdiknas. 2008. Petunjuk Penilaian Kelas di SD. SDLB, SLB Tingkat Dasar dan MI. Jsakarta. : Depdiknas.

Nyimas. Aisyah. Dkk. 2007 Pengembangan pembelajaran Matematika SD. Jakarta. : Dikti Depdiknas

Burhan Mustaqim, Ary Astuti 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta : Pusat Perkukuan.

Negoro, ST. dkk. 1999. Ensiklopedia Matematika. Jakarta : Ghalia Indonesia

A.Hidayat, dkk. 1995. Belajar Matematika SD 1 – 6. Jakarta : BSE (Buku Sekolah Elektronik )

Cempaka Lima Wahana. Matematika Berhitung SD 1 – 6 Jakarta : Cempaka Lima Wahana

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Matematika 1 – 6 Seri Berhitung. Jakarta. Depdikbud

Suladi. 1996. Pandai Berhitung Matematika SD 1 – 6. Jakarta : Erlangga

(14)

Juger, H. 2000. Bermain dengan Pengetahuan. Bandung : Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian adalah aplikasi pembelajaran bersifat read only yang bagaimana cara mempelajari ilmu tajwid, definisi setiap bab materi, contoh pengucapan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dua model identifikasi daerah bekas kebakaran hutan dan lahan dengan penginderaan jauh dan menganalisis model

Saya mengaharapkan ketersediaan Saudara untuk dapat berpartisipasi dalam mengisi kuesioner berikut ini dalam rangka penelitian tentang Peran Perpustakaan SMA Negeri 1 Medan

The CAs of other Parties, no later than in 2 weeks after receiving the information on the forthcoming inspection, sends a response that contains the denial of participation in

J : sangat jauh berbeda, di awal kan suster bilang dance apa psiko dance, saya pikir kita diajarin nari- nari gitu, saya pikir yang suster ajarin di gereja itu, awal bayangan

Perubahan status rawan konversi integrasi Pola Ruang meliputi; kawasan perdesaan dengan fungsi utama sebagai kawasan pertanian akan berstatus tetap, kawasan

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disahkan oleh guru pembimbing. RPP sebagai pedoman dan perencanaan dalam penyampaian materi yang akan

Kegiatan pembelajaran kebencanaan yang meliputi observasi, diskusi, presentasi dan simulasi mitigasi bencana jika dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa akan