TRANSFORMASI ALUR CERITA PADA NOVEL 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) KARYA 艾米(Ài Mǐ)
KE FILM UNDER THE HAWTHORN TREE KARYA ZHANG YIMOU
(山楂树之恋)小说改编 UNDER THE HAWTHORN TREE 电影故事
SKRIPSI
OLEH:
MIA ARMALIA BR SINUHAJI 140710060
PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang transformasi novel ke fe film dengan judul Transformasi alur Cerita Pada Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) Karya 艾 米 (Ài Mǐ) Ke Film Under The Hawthorn Tree Karya Zhang Yimou. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan transformasi pada alur cerita dalam novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) ke Film Under The Hawthorn Tree ,dan untuk menemukan penambahan dan pengurangan alur cerita dari novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) ke film Under The Hawthorn Tree. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekranisasi dan teori alur dari Robert Stanton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah kutipan teks dalam bentuk paragraf pada novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dan subtitle pada cuplikan film Under The Hawthorn Tree . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cerita yang ditampilkan dalam film tidak sepenuhnya setia dengan cerita yang ada dalam novel.selain itu, perbedaan yang muncul disebabkan oleh karateristik masing- masing transformasi serta misi dari penulis dan sutradara.
Kata Kunci : Film, Novel, Ekranisasi, Alur
ABSTRACT
The research was entitled“The Transformation of Novels Into Film with the title of Storyline Transformation in the Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) Work 艾米 (Ài Mǐ) to Zhang Yimou's Under The Hawthorn Tree Film”. The purpose of this study was to describe the transformation in the storyline in the novel 山楂树 之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) by 艾米 (Ài Mǐ) to Film Under The Hawthorn Tree, and to find the addition and subtraction of the story line from the novel 山楂树之 恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) works 艾米 (Ài Mǐ) to the film Under The Hawthorn Tree. The theory used in this study is the theory of ecranization and the flow theory of Robert Stanton. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The data of this study is a quote of the text in paragraph form in the novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) and subtitles in the footage of the film Under The Hawthorn Tree. The results of this study indicate that the stories shown in the film are not fully loyal to the stories in the novel. In addition, the differences that arise are due to the characteristics of each transformation and the mission of the writer and director.
Keywords: film, novel, Ekranisasi, plot
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristusatas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
“Transformasi Alur cerita pada Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) Karya 艾米(Ài Mǐ) ke FilmUnder The Hawthorn Tree Karya Zhang Yimou”.
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Sastra Cina.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL.,selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Bapak T. Kasa Rullah Adha, S.S.,MTCSOL.,selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan masukanyang membangun kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Intan Erwani, S.S., M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan motivasi selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan telah memberikan ilmu kepada penulis selama di perkuliahan.
7. Ayahanda Idaman Sinuhaji danIbunda Ulinsip Br Sembiring sebagai orangtua yang sangat penulis sayangi, yang telah menjadi dukungan terbesar kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara. Semoga skripsi ini menjadi salah satu hal yang bisa membanggakan ayahanda dan ibunda.
8. Adik-adik tersayang. Ronaldo Sinuhaji, Aji Arianta Sinuhaji dan Oktin Agriva Sinuhaji. Terima kasih untuk semangat dan dukungan dan perhatian yang besar demi terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman Sastra Cina angkatan 2014 terkhususnya Jepriyanti, Yasinta, Rebecca, Mega, Winnie, Maria, Budiyanti, Ulfa, Fitri, Liana, Elisa dan Nabilah yang telah menjadi partner seperjuangan yang selalu menyempatkan waktu berbagi cerita mengenai skripsi kita bersama. Terima kasih penulis ucapkan untuk segala kebersamaan, canda tawa, dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.
10. Dan kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti berikutnya.
Medan, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.5.1Manfaat Teoritis ... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Konsep... 8
2.1.1 Novel ... 8
2.1.2 Film ... 9
2.1.3 Alur ... 13
2.1.4 Transformasi ... 13
2.2 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Teori Ekranisasi ... 15
2.2.2 Teori Alur ... 16
2.3 Tinjauan Pustaka ... 18
BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 22
3.1 Metode Penelitian... 22
3.2 Data dan Sumber data ... 23
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.4 Teknik Analisis Data ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27
4.1 Transformasi Alur Cerita Pada Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn)karya 艾米 (Ài Mǐ) ke Bentuk Film Under The Hawthorn Tree ... 27
4.1.1 Transformasi Alur Novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) 27 4.1.2 Transformasi Alur Film Under The Hawthorn Tree ... 53
4.2 Penambahan dan Pengurangan Alur Cerita dari Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) ke Film Under The Hawthorn Tree ... 81
4.2.1 Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Eksposisi... 82
4.2.2 Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Rangsangan... 86
4.2.3 Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Penggawatan... 87
4.2.4Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Perumitan... 89
4.2.5Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Klimaks... 91
4.2.6Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Peleraian... 92
4.2.7Penambahan dan Pengurangan pada Tahap Penyelesaian... 94
BAB V PENUTUP ... 96
5.1 Simpulan ... 96
5.2 Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1988:8). Sastra juga telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Seiring perkembangan zaman, sangat banyak karya sastra didunia yang menjadi dasar terbentuknya sastra atau karya sastra yang baru, segala sesuatu yang terlahir sebagai sebuah karya sastra berasal dari sebuah karya sastra yang lain, yang menjadi motivasi dan inspirasi lahirnya suatu karya sastra yang baru, baik mempengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung. Seperti yang diungkapkan oleh Teeuw (dalam Pradopo, 2012:36) bahwa karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya. Ungkapan ini menjelaskan bahwa begitu banyak hal yang bisa diamati, sastra lahir bukan dari kekosongan budaya, dalam sebuah karya ada karya lain yang mengisinya ataupun menjadi cikal bakal penciptaannya menjadi suatu karya sastra baru. Begitu juga dalam hal transformasi novel ke bentuk film.
Sebagai salah satu bentuk dari karya sastra, novel telah banyak menarik perhatian dan minat khalayak umum. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:9), novel adalah karya sastra prosa fiksi bersifat naratif yang artinya, isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah tetapi suatu yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya dapat dibuktikan dengan data empiris.
Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan pengalaman dan pengamatnya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hubungan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.Dari penjelasandiatas,dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya dalam bentuk kisah atau cerita yang menggambarkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan. Walaupun menggunakan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa bersifat rekaan, mereka mimiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya karna mereka merupakan cerminan kehidupan nyata.
Berbeda dengan novel yang harus diimajinasikan oleh penikmatnya untuk memahami cerita, film menjelaskan cerita dengan menggunakan dialog dan aksi, sehingga mempermudah penonton untuk memahaminya. Kehadiran film merupakan suatu hal yang sangat menarik bagi masyarakat yang telah hidup di zaman teknologi yang modern ini. Film menampilkan segala isi cerita tanpa perlu menyita waktu panjang untuk menikmati peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) merupakan novel Tiongkok karya 艾米 (Ài Mǐ) dan diterbitkan pertama kali pada tahun 2007. Novel yang ditulis oleh Ai Mi tersebut bergenre roman dan terinspirasi dari kisah nyata pada pemerintahan Mao Zedong sebagai ketua partai komunis.
Novel ini menceritakan potret sosial budaya masyarakat Tiongkok pada zaman pemerintahan Mao Zedong. Sekelompok murid sekolah dikirim ke pedesaan, untuk dididik kembali dan ditugaskan menulis sastra mengenai Hawthorn Tree sebagai salah satu bahan revolusi negara. Sekelompok murid
tersebut kemudian dibagi-bagikan untuk tinggal di rumah penduduk desa tersebut.
Dari sanalah cerita dimulai dengan pertemuan antara seorang murid dari kota bernama Zhang Jingqiu dan seorang murid geologi bernama Sun Jianxin.
Berbagai konflik terjadi karna pada saat itu banyaknya tekanan yang disebabkan oleh revolusi budaya negara yang berpaham komunis tersebut.
Film Under The Hawthorn Tree yang merupakan hasil transformasi dari novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dirilis pada tahun 2010 merupakan film Tiongkok yang disutradarai oleh Zhang Yimou. Film ini dibintangi oleh aktris terbaik di Tiongkok peraih The Golden Horse Award for Best Leading Actreess dan telah mengikuti beberapa festival film internasional, diantaranya Busan International Film Festival, Hawaii International Film Festival, Hong Kong Asian Film Festival, Berlin International Film Festival dan International Film Festival of Kerala. Dengan demikian, prestasi yang diraih tersebut memperlihatkan bahwa kehadiran film Under The Hawthorn Tree diapresiasi dengan baik secara nasional maupun internasional.
Transformasi karya sastra beberapa dekade ini semakin banyak terjadi. Hal ini terlihat dari banyaknya produksi film yang mengangkat cerita dari novel.
Banyak novel yang memiliki isi cerita serta alur yang menarik, kemudian sutradara melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang bisa ditransformasi menjadi film. Penikmat film hasil transformasi ini juga memiliki pangsa pasarnya tersendiri, seiring dengan kegemaran masyarakat terhadap novel yang difilmkan.
Nurgiyantoro (2007:18) mengemukakan bahwa transformasi adalah perubahan suatu hal atau keadaan. Bentuk perubahan, ada kalanya berubah kata,
kalimat, struktur, dan isi karya sastra (novel) itu sendiri. Selain itu transformasi juga bisa dikatakan, pemindahan atau pertukaran suatu bentuk ke bentuk lain, yang dapat menghilangkan, memindahkan, menambah, atau mengganti unsur seperti transformasi novel ke film.
Damono (dalam Hesti, 2016:4) mengatakan bahwa perbandingan antara sastra dan film, atau studi alih wahana yang menyangkut sastra dan film, pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa keduanya berbeda sebab memang merupakan dua benda budaya yang berbeda hakikatnya. Namun Qin (dalam Hesti, 2016:4) menentang pendapat ini, Joy G Boyu berpendapat bahwa film dapat dikatakan merupakan wujud evolusi natural dari sastra.
Proses transformasi karya sastra tidak dapat menghindari munculnya berbagai perubahan karena pemindahan bentuk atau media. Pemindahan bentuk ini sering menyebabkan kekecewaan masyarakat dan pengarang karya sastra itu sendiri. Kekecewaan yang dirasakan karena alur yang terjadi dalam cerita tidak sesuai dengan film yang merupakan hasil dari transformasi novel. Beberapa anggapan juga sering muncul dari masyarakat penikmat karya sastra, seperti cerita dalam novel yang ditransformasi ke dalam bentuk film melenceng atau sangat berbeda. Ada juga yang memandang bahwa film tidak mampu menangkap inti cerita dari novel sehingga ceritanya berbeda. Meskipun demikian, bukan berarti transformasi karya sastra selalu berorientasi pada kekecewaaan yang menyelimuti pengarang dan masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengetahui lebih dalam transformasi yang memfokuskan pada alur cerita novel
山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) karya Ai Mi ke bentuk filmnya Under The Hawthorn Tree.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah transformasi alur cerita pada novel 山 楂 树 之 恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) yang digambarkan ke bentuk film Under The Hawthorn Tree?
2. Apa saja penambahan dan pengurangan alur cerita dari novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) yang digambarkan ke bentuk film Under The Hawthorn Tree?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi pada analisis transformasi alur cerita pada novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) dengan Film Under The Hawthorn Tree.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan transformasi pada alur cerita dalam novel 山楂树 之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) yang digambarkan ke dalam bentuk film Under The Hawthorn Tree.
2. Untuk menemukan penambahan dan pengurangan alur cerita dari novel 山 楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) yang digambarkan ke bentuk film Under The Hawthorn Tree.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai penelitian transformasi novel ke bentuk film kepada masyarakat secara umum dan kepada peneliti-peneliti karya sastra berikutnya secara khusus. Disamping itu juga diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai perbandingan novel dengan film. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perbandingan alur antara novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) ke film Under The Hawthorn Tree.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan para pembaca secara umum dapat menumbuhkan rasa apresiasinya terhadap novel, film adaptasi dan secara
khusus terhadap novel Tiongkok yang diadaptasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan tambahan kepustakaan perbandingan penelitian yang akan serta dapat menjadi sumber referensi maupun sebagai rujukan penelitian sejenis pada penulisan proposal, skripsi dan jurnal di Program Studi Sastra Cina Fakultas llmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep merupakan rancangan atau suatu hal yang masih dapat disempurnakan. Bahwasanya konsep meliputi hal-hal yang bersifat ide atau peristiwa yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit. Berdasarkan judul penelitian ini, konsep yang akan dibahas adalah mengenai:
2.1.1 Novel
Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, novel adalah sebuah cerita yang cukup panjang dalam bentuk sebuah buku yang lengkap, yang tokoh- tokoh dan kejadian-kejadiannya biasanya khayalan. A story long enough to fill a complete book, in which the characters and events are usually imaginary (Hornby, 2005:1039).
Hawthorn (dalam Aziez dan Hasim, 2010:2) berpendapat bahwa novel merupakan sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang (sekarang biasanya yang cukup panjang untuk dimuat dalam satu volume atau lebih), yang tokoh-tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata dimasa sekarang ataupun dimasa lampau, dan yang digambarkan dalam satu alur yang cukup kompleks.
Novel pada prinsipnya berbentuk tulisan dan merupakan karya sastra yang menikmati kelebihan-kelebihan teknologi percetakan, sehingga novel dapat
dinikmati oleh pembacanya dengan harga yang terjangkau. Sebuah novel biasanya memberikan realita gambaran kehidupan tentang keadaan sosial budaya sekelompok masyarakat dalam sebuah daerah ataupun sebuah negara, yang merangkup kehidupan suatu kaum, agama, perkembangan zaman dan pendidikan.
Dalam sebuah novel, pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel itu.
2.1.2 Film
Berbeda dengan novel yang merupakan hasil karya individu, sebuah film merupakan hasil karya kolektif atau bersama. Oxford Advanced Learner’s Dictionary mengatakan bahwa film adalah serangkaian gambar bersuara yang bergerak, membentuk sebuah cerita, ditayangkan di televisi atau gedung bioskop.
A series of moving pictures recorded with sound that tells a story, shown on television or at the cinema/ movie theater (Hornby, 2005:573).
Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Melalui sarana cerita itu, penonton secara tidak langsung dapat belajar merasakan dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang sengaja ditawarkan pengarang sehingga produk karya seni dan budaya dapat membuat penonton menjadi manusia yang lebih arif dan dapat memanusiakan manusia.
(Nurgiyantoro, 2007:40).
Film dibentuk oleh dua unsur pembentuk yang saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuknya. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Kedua unsur yang dimaksud adalah:
2.1.2.1 Unsur Naratif
Naratif adalah suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu (Pratista, 2008:33). Dalam sebuah film, cerita sebuah kejadian pasti disebabkan oleh kejadian sebelumnya. Misalnya sebuah adegan A memperlihatkan Christian Cambiosso menendang bola dan adegan B memperlihatkan bola memasuki gawang. Adegan B terjadi karena adegan A.
Penonton akan mudah memahaminya karena adanya hubungan kausalitas antara adegan A dan adegan B. Dengan demikian, sebab-akibat terjadi karena adanya tuntutan dan keinginan dari pelaku cerita, hal yang sama juga berlaku pada tiap adegan film. Segala tindakan para pelaku cerita akan memotivasi terjadinya peristiwa berikutnya. Perubahan itu akan membentuk sebuah pola pengembangan naratif yang dibagi menjadi tiga, yaitu; pendahuluan, pengarahan dan penutupan.
Pola tersebut umumnya dirasakan secara linear. Hubungan kausalitas tersebut membuat naratif terikat dengan batasan ruang (latar) dan waktu (urutan, durasi, frekuensi). Alur adalah salah satu bagian dari naratif, alur merupakan rangkaian peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film. Alur dalam film digunakan untuk memanipulasi sebuah cerita sehingga sutradara dapat
menyajikan dan mengarahkan cerita sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dalam hal ini memberi keuntungan bagi para sineas, dimana mereka dipermudah jika film ditransformasi dari novel, mereka dapat meloncati bagian-bagian cerita yang dianggap tidak perlu tanpa meninggalkan keterikatan ruang dan waktu sehingga film dapat dinikmati penonton (Pratista, 2008:34). Pada dasarnya dalam tiap cerita film disamping aspek ruang dan waktu juga memiliki tiga elemen pokok, yakni;
1. Pelaku cerita: karakter utama dan pendukung sebagai motivator utama yang menjalankan alur naratif sejak awal hingga akhir cerita, yaitu protagonis (utama, baik) dan pihak antagonis (pendukung, musuh, rival).
2. Permasalahan atau konflik: penghalang yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya. Permasalahan sering timbul karena pihak antagonis memiliki tujuan yang sama atau berbeda dengan protagonis, namun juga dapat muncul dari dalam diri tokoh utama sendiri yang akhirnya memicu konflik batin.
3. Tujuan: harapan yang ingin dicapai oleh pelaku didalam cerita, dapat bersifat fisik seperti merebut harta (materi) atau bersifat non fisik seperti kebahagiaan dan sebagainya (Pratista, 2008:44).
2.1.2.2 Unsur Sinematik
Jika naratif adalah pembentuk cerita, maka unsur sinematik adalah semua aspek teknis dalam produksi sebuah film. Dengan kata lain jika naratif adalah nyawa sebuah film, maka unsur sinematik adalah tubuh fisiknya. Namun bukan berarti sinematik kalah penting dari naratif, karena unsur sinematik inilah yang
membuat sebuah cerita menjadi sebuah karya audio visual berupa film (Pratista, 2008:2).
Unsur-unsur sinematik adalah:
1. Mise-en-scene: segala hal yang berada di depan kamera, yang memiliki empat elemen pokok yakni, latar, tata cahaya, kostum dan tata rias, serta sandiwara dan pergerakan pemain. Kata Mise-en-scene sendiri berasal dari bahasa prancis yang memiliki arti “putting in the scene” .
2. Sinematografi: perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil dan memiliki tiga aspek yakni, kamera dan film, framing atau pembingkaian dan durasi gambar. Kamera dan film terdiri dari teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya.
Framing merupakan objek yang akan diambil. Sementara durasi gambar terdiri dari lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.
3. Editing: transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya, terdiri dari dua pengartian; editing produksi yaitu proses pemilihan gambar serta penyambungan gambar yang telah diambil, editing paska produksi adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menghubungkan setiap gambar.
4. Suara: segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran yakni, dialog, musik dan efek suara (Pratista 2008:2).
2.1.3 Alur
Alur adalah struktur rangkaian cerita sejak awal hingga akhir, yang berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita agar berkaitan satu sama lain. Baik itu peristiwa-peristiwa dan tokoh yang digambarkan dan berperan di dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu.
Yelland (dalam Aziez dan Hasim, 2010:68) mendefinisikan dengan kerangka cerita atau rangkaian peristiwa-peristiwa. Dengan kata lain, alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisir. Alur dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam novel bukannya dalam kehidupan yang sewajarnya. Hidup memiliki cerita, tetapi novel memiliki cerita dan alur. E.M Forster (dalam Aziez dan Hasim, 2010:68) mengatakan:
...if it is in a story, we say “ And then?”; if it is in a plot, we ask, Why?”
...bila ia dalam cerita, kita tanyakan “Dan kemudian?”; bila ia dalam alur, kita tanyakan “Mengapa?”. Artinya cerita adalah pengisahan peristiwa-peristiwa yang disusun berdasar urutan waktu, sedangkan alur adalah pengisahan peristiwa- peristiwa dengan penekanan kepada hubungan sebab akibat.
2.1.4 Transformasi
Transformasi adalah fenomena perubahan bentuk, hal dan keadaan. Selain itu transformasi juga bisa dikatakan, pemindahan atau pertukaran suatu bentuk ke bentuk lain, yang dapat menghilangkan, memindahkan, menambah, atau mengganti unsur seperti transformasi novel ke film (Nurgiyantoro, 2007:18).
Adapun kata transformasi berasal dari dua kata dasar yaitu, trans dan form.Trans berarti melintasi dan kata form berarti bentuk. Oleh karena itu transformasi mengandung makna perpindahan atau perubahan, dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.Bentuk perubahan, ada kalanya berubah kata, kalimat, struktur, dan isi karya sastra (novel) itu sendiri.
Beberapa istilah yang biasa dikenal dalam kaitannya dengan proses dan hasil transformasi, antara lain: ekranisasi, alih wahana, musikalisasi, dramatisasi, dan novelisasi. Ekranisasi berasal dari Bahasa Prancis écran yang berarti layar, jadi istilah ini mengacu ke transfomasi dari suatu benda seni (pada umumnya sastra) ke film. Alih wahana merupakan pengubahan dari berbagai jenis ilmu pengetahuan menjadi karya seni. Musikalisasi umumnya mencakup pengalihan puisi menjadi musik; dramatisasi adalah pengubahan dari karya seni menjadi drama; novelisasi adalah kegiatan mengubah film menjadi novel (Damono, 2012:4).
2.2 Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan teori yang menjadi landasan teori, untuk menganalisis transfomasi alur cerita pada novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) dengan film Under The Hawthorn Tree digunakan teori sebagai berikut:
2.2.1 Teori Ekranisasi
Istilah ekranisasi berasal dari Bahasa Prancis yaitu écran yang berarti layar.
Ekranisasi adalah pelayarputihan, pemindahan atau pengangkatan sebuah novel (karya sastra) ke dalam sebuah film (Eneste, 1991:60). Meskipun istilah ekranisasi termasuk baru dalam kajian sastra, namun bisa menjadi bagian kajian yang menarik dalam dunia sastra karena banyaknya kemunculan film yang ditransfomasi dari novel. Dalam penelitian ini, yang dianalisis adalah ekranisasi pada novel 山 楂 树 之 恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾 米 (Ài Mǐ) yang ditransfomasi ke bentuk film Under The Hawthorn Tree dan kemudian kedua objek tersebut (novel dan film) dibandingkan, dicari persamaan dan perbedaannya.
Ekranisasi dari sebuah novel ke film memunculkan banyak perubahan. Hal ini disebabkan novel adalah dunia kata-kata yang kemudian dipindahkan ke film yang merupakan dunia gambar-gambar yang bergerak berkelanjutan. Apa yang semula dilukiskan atau diungkapkan dengan kata-kata, kemudian harus diterjemahkan ke dunia gambar-gambar. Konsekuensi ini adalah berubah pula proses penikmatan, yakni dari “membaca” menjadi “menonton”, penikmatnya pun berubah dari “pembaca” menjadi "penonton” (Eneste, 1991:6).
Bluestone (dalam Hesti, 2016:17) berpendapat pembuat film dapat mengubah durasi dengan memotong atau menambahkan adegan dengan tetap menghormati karya orisinilnya. Apabila terjadi asumsi-asumsi negatif dari pembaca maupun penonton adalah karena adanya concept mental image dan visual image. Concept mental image adalah kesiapan mental pembaca ketika membaca karya sastra tersebut, meliputi segala pengalaman hidup, watak dan
ideologi pembaca untuk membentuk gambaran imajinasi. Sementara visual image adalah penggambaran mutlak adegan yang telah dibuat oleh sutradara melalui editing film ataupun penyuntingan film yang memudahkan penonton memahami cerita, tidak seperti novel yang menuntut imajinasi seorang pembacanya.
2.2.2 Teori Alur menurut Robert Stanton
Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa kausal yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena berpengaruh pada keseluruhan karya. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap alur. Oleh karena itu, alur merupakan tulang punggung cerita (Stanton, 2007:26-28).
Pengkajian alur diperlukan untuk menganalisis sebuah karya fiksi. Waluyo (dalam Hesti, 2016:17-18)mengatakan bahwa alur cerita memiliki tujuh unsur, yaitu:
1. Eksposisi (Exposition) merupakan tahap awal cerita, pada tahap ini pengarang memperkenalkan tempat kejadian, waktu, topik dan tokoh.
2. Rangsangan (Inciting Moment) pemunculan masalah yang ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan.
3. Penggawatan (Rising Action) penanjakan konflik yang selanjutnya terus terjadi peningkatan konflik.
4. Perumitan (Complication) adalah konflik yang semakin sulit, peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin menegangkan. Konflik
internal,eksternal ataupun keduanya, pertentangan, benturan antar kepentingan dan tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak terhindari.
5. Klimaks (Climax) merupakan hal terpenting dalam suatu alur, klimaks terjadi karena adanya konflik. Klimaks sangat menentukan bagaimana konflik akan diselesaikan, dapat dikatakan bahwa nasib tokoh utama cerita ditentukan dibagian ini.
6. Peleraian (Falling Action) adalah bagian yang menampilkan tahap tertentu sebagai akibat dari klimaks. Jadi, pada bagian ini berisi bagaimana akhir sebuah cerita.
7. Penyelesaian (Denoument) adalah konflik yang mencapai klimaks diberisi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub- subkonflik atau konflik tambahan jika ada juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri.
Penyelesaian cerita dapat dikategorikan menjadi dua golongan:
1. Penyelesaian tertutup
Keadaan akhir sebuah karya fiksi memang sudah selesai sesuai dengan tutuntan logika yang dikembangkan. Penyelesaian ditentukan dengan pasti oleh pengarang dan diterima apa adanya oleh pembaca.
2. Penyelesaian terbuka
Keadaan akhir sebuah karya fiksi yang sebenarnya masih belum berakhir, berdasarkan tuntutan dan logika karya fiksi tersebut masih memiliki potensial untuk dilanjutkan. Dalam keadaan ini, pengarang memberi kesempatan kepada para pembaca untuk ikut memikirkan, mengimajinasikan dan mengkreasikan
bagaimana kira-kira penyelesaian. Pembaca bebas untuk mengkreasikan penyelesaian cerita sesuai dengan harapannya.
Berdasarkan urutan kronologisnya alur dibagi menjadi tiga,yaitu:
1. Alur maju disebut juga dengan alur linear, penulis menyajikan jalan ceritanya secara berurutan dimulai dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian secara urut dan tidak diacak.
2. Alur mundur disebut juga dengan flash back, penulis memulai ceritanya dari konflik menuju penyelesaian kemudian menceritakan kembali latar belakang timbulnya konflik tersebut.
3. Alur campuran disebut juga dengan alur maju-mundur, cerita diawali dengan peristiwa yang terjadi pada masa kini kemudian terdapat kilas balik (masa lampau) lalu kembali menceritakan peristiwa yang terjadi pada masa kini.
2.3 Tinjauan Pustaka
Sepengetahuan penulis terhadap analisis transfomasi pada alur 山楂树之 恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) dengan Under The Hawthorn belum pernah dilakukan. Adapun penelitian sebelumnya yang mempunyai kemiripan diuraikan sebagai berikut:
Sanin (2017) dalam jurnalnya yang berjudul Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Alih Wahana dari Novel ke Film. Penelitian tersebut memfokuskan pada analisis alur, latar dan dialog dalam film Cinta Suci Zahrana, menyampaikan kesimpulan bahwa tujuan film ditransfomasikan adalah agar amanat yang tersirat didalam novel itu tersampaikan secara menyeluruh kepada
masyarakat umum, tidak hanya diketahui oleh kaum intelektual yang menekuni bidang sastra saja.Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami transfomasi novel ke bentuk film, khususnya pada analisis alur.
Adapun perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penggunaan teori dan objek kajiannya.
Hesti (2016) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Alih Wahana pada Alur Cerita Novel 金陵十三钗(Jīnlíng Shísān Chāi) Karya 严歌苓(Yán Gē Líng) ke Film The Flower Of War. Penelitian tersebut membahas tentang alih wahana yang terjadi pada alur novel dan film, dengan menggunakan teori ekranisasi.
Penelitian tersebut menemukan perubahan-perubahan, pengurangan/penciutan.
Ada beberapa tokoh dalam novel yang tidak dimunculkan dalam film untuk menggantikan tokoh pendeta Engelman, Fabio dan nona Vautrin yang berperan menyelamatkan siswa dalam novel 金陵十三钗(Jīnlíng Shísān Chāi). Perubahan dari novel ke film juga terjadi pada perbedaan alur cerita yang terlihat dari adanya adegan tambahan yang lebih memperlihatkan unsur tegangan pada film The Flower of War. Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami analisis alur dari novel ke bentuk film melalui teori ekranisasi.
Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitiannya.
Yanti (2016) dalam skripsinya yang berjudul Ekranisasi Novel ke Bentuk Film 99 Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Sassabiela Rais dan Rangga Almahendra. Peneliti menggunakan analisis sastra bandingan dengan berlandaskan pada teori ekranisasi. Penelitian tersebut memfoskuskan ekranisasi
yang terjadi dalam perubahan alur, tokoh dan latar dari novel ke dalam bentuk film. Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami ekranisasi. Adapun perbedaan yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah metode pengumpulan data dan fokus analisis perubahan yang terjadi dari novel ke dalam bentuk film yaitu, pada penelitian tersebut fokus yang yang digunakan untuk menganalisis ekranisasi adalah alur, tokoh dan latar sedangkan pada penelitian ini fokus analisis utama adalah alur dari novel ke dalam bentuk film.
Wiratama (2014) dalam skripsinya yang berjudul Aspek-aspek Pemahaman Adegan dalam Film Une Partie de Campagne karya Sutradara Jean Renoir Diangkat dari Cerpen Guy de Maupassant: Analisis Ekranisasi.Analisis penelitiannya tertuju kepada pergeseran, penambahan dan penciutan adegan dalam film yang dibuat berdasarkan cerpen karangan karya Guy de Maupassant. Teori yang digunakan adalah teori milik Eneste Pamusuk dan George Bluestone mengenai ekranisasi. Dalam hal ini, peneliti lebih mengarah dan memfokuskan pada aspek sinematik sebagai aspek terpenting dari proses ekranisasi. Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami pergeseran, penambahan dan penciutan dalam proses ekranisasi. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah fokus penelitian yaitu, pada penelitian tersebut memfokuskan pada aspek sinematik, sedangkan pada penelitian ini memfokuskan pada alur sebagai aspek terpenting dari proses ekranisasi.
Devianita (2013) dalam skripsinya yang berjudul Transfomasi Novel Moderato Canta bile karya Marguerite Duras ke dalam Film karya Sutradara
Peter Brook (Analisis Ekranisasi). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian tersebut adalah penambahan, pengurangan, variasi yang muncul serta tanda untuk menyampaikan pesan di dalam film. Teori yang digunakan merupakan teori Bluestone mengenai Consept mental image dan visual image. Beberapa teori lain seperti teori Eneste Pamusuk, Nurgiyantoro, teori Boggs mengenai sudut pandang fiksi serta teori Alain Garcia tentang adaptasi juga disertakan. Metode yang Devianita gunakan adalah metode deskriptif yaitu pengumpulan data berupa pembacaan novel dan menonton film secara berulang-ulang, penguraian deskripsi data, serta pengklarifikasian ke diagram peristiwa untuk memudahkan analisis data. Metode tambahan yang digunakan peneliti ini adalah deskriptif komparatif yaitu metode semiotik untuk membandingkan analisis setiap scene.Penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi penulis dalam memahami ekranisasi dan pengertian transformasi yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah penggunaan teori dan objek penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode merupakan suatu hal yang paling diperlukan dalam suatu penelitian untuk mendukung langkah kerja hingga hasil penelitian dapat terbentuk dengan baik dan tersusun secara otomatis. Penulis pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan pustaka (library searching), yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa teks tertulis dari buku-buku yang berkaitan dengan transfomasi novel ke bentuk film dan ekranisasi. Adapun objek kajian dalam penelitian ini berupa alur cerita pada Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dan alur cerita pada film Under The Hawthorn Tree.
Boggs (dalam Hesti 2016: 20) mengatakan bahwa sastra dan film memiliki banyak unsur yang sama, keduanya mengkomunikasikan bermacam hal dengan cara yang sama meskipun memiliki media yang berbeda, sehingga analisis film dibangun atas unsur-unsur yang dipakai dalam analisis sastra, maka penelitian ini menggunakan analisis transfomasi pada alur Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dan film Under The Hawthorn Tree yang mengacu pada teori ekranisasi Pamusuk Eneste dan teori alur cerita Robert Stanton.
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa kutipan teks dalam bentuk paragraf pada novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) dan subtitle pada cuplikan film Under The Hawthorn Tree. Sumber data juga merupakan tempat ditemukannya data-data yang ditulis dalam penelitian ini. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.
3.2.1. Sumber data primer
Data utama yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dari sumber data primer yaitu berupa teks pada novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) serta subtitle dan scene pada film Under The Hawthorn Tree.
Secara rinci Novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dipaparkan dibawah ini:
Judul Novel : Shanzhashu Zhi Lian
Pengarang : Ai Mi
Penerbit : Phoenix Publishing And Media Group, Jiangsu Literature
Cetakan : 2007
Tebal : 371 halaman
ISBN : 978-7539926605
Secara rinci film Under The Hawthorn Tree dipaparkan dibawah ini:
Judul Film : Under The Hawthorn Tree
Sutradara : Zhang Yi Mou
Produser : Zhang Weiping
Durasi : 115 menit
Tanggal Rilis : 15 September 2010
3.2.2 Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen tertulis seperti jurnal, skripsi, buku dan makalah yang relevan dengan penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Agar memperoleh data yang sesuai dengan penelitian, dibutuhkan suatu metode pengumpulan data yang sesuai dengan objek penelitian. Peneliti memilih teks berupa paragraf pada novel 山 楂 树 之 恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) yang memperlihatkan alur cerita. Sedangkan pada film Under The Hawthorn Tree berupa subtitle yang berhubungan dengan elemen pembangun alur cerita yaitu pelaku cerita, permasalahan dan tujuan, selain itu peneliti juga mengutip unsur sinematik pada film Under The Hawthorn Tree berupa cuplikan adegan film sebagai data yang diperlukan untuk menganalisis transfomasinya. Data yang telah
terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori ekranisasi dan teori alur Robert Stanton untuk mendeskripsikan transfomasi pada alur cerita novel 山 楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) ke dalam film Under The Hawthorn Tree serta menemukan penambahan dan pengurangan ataupun penciutan alur cerita dalam Film Under The Hawthorn Tree yang ditransfomasikan dari novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn). Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membaca novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dari awal sampai akhir.
2. Mengutip teks berupa paragraf pada novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhiliàn) yang berhubungan dengan alur.
3. Menonton film Under The Hawthorn Tree dari awal sampai akhir.
4. Mengambil cuplikan gambar film Under The Hawthorn Tree beserta teks subtitle yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang membentuk alur cerita.
3.4 Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis dan menafsirkan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis transformasi pada alur novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) dan film Under The Hawthorn Tree adalah:
1. Mengklasifikasikan alur pada novel 山 楂 树 之 恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) sesuai dengan tahapan-tahapan alur.
2. Mengklasifikasikan alur pada film Under The Hawthorn Tree sesuai dengan tahapan-tahapan alur.
3. Membandingkan alur cerita pada novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn) dengan film Under The Hawthorn Tree.
4. Menganalisis proses transfomasi yang terjadi dari novel 山 楂 树 之 恋 (Shānzhāshù Zhī Liàn) ke bentuk film Under The Hawthorn Tree.
5. Menyimpulkan.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Transformasi Alur Cerita Pada Novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) karya 艾米 (Ài Mǐ) ke Bentuk Film Under The Hawthorn Tree
4..1.1 Transformasi Alur Novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn)
Alur cerita pada novel memiliki tujuh tahapan yaitu: Eksposisi (Exposition), Rangsangan (Inciting moment), Penggawatan (Rising Action), Perumitan (Complication), Klimaks (Climax), Peleraian (Falling Action) dan Penyelesaian (Denoument). Tahapan-tahapan alur cerita tersebut berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita agar berkaitan satu sama lain. Keterkaitan inilah yang akan mengarahkan pengarang untuk membuat cerita berkesinambungan dari awal sampai akhir dengan rinci. Pada tahap penyelesaian sendiri dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka. Berdasarkan urutan krononologisnya alur dibagi dari segi penyusunannya, yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran. Alur maju disebut juga dengan alur linear, cerita yang berlangsung berurutan sesuai dengan tahapan-tahapan alur. Alur mundur (flashback), cerita dimulai dari konflik menujug ke penyelesaian kemudian menceritakan kembali latar belakang munculnya konflik tersebut. Alur campuran disebut juga dengan alur maju- mundur, cerita diawali dengan peristiwa yang sedang terjadi kemudian ke masa lampau dan akhirnya kembali lagi ke peristiwa yang sedang terjadi. Pada bagian
ini akan diuraikan tahapan-tahapan alur yang terdapat pada novel 山楂树之恋 (Shānzhāshù Zhīliàn).
4.1.1.1 Eksposisi (Exposition)
Eksposisi atau Exposition merupakan tahap awal cerita, pada tahap ini pengarang memperkenalkan tempat kejadian, waktu, topik dan tokoh. Berikut kutipan novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) yang memperlihatkan tahap awal cerita.
“七四年的初春,还在上高中的静秋被学校选中,参加编辑新教材,要到一 个叫西村坪的地方去,住在贫下中农家里,采访当地村民,然后将西村坪的 村史写成教材,供她所在的 K 市八中学生使用。” (山楂树之恋, 2007: 1).
“静秋他们一行人到了 K 县,就遇到了在那里迎接他们的西村坪张村长,说 来也是个威威赫赫的人物,在 K 县 K 市都颇有名气,因为村子是“农业学大
寨”的先进村,又有辉煌的抗日历史,所以张村长的名字也比较响亮。” (山
楂树之恋, 2007: 2).
”Pada awal musim semi tahun 74, Jing Qiu dari sekolah menengah dipilih oleh sekolahnya untuk berpartisipasi dalam pengeditan bahan ajar baru. Dia pergi ke sebuah tempat bernama Xincunping dan tinggal di sebuah keluarga setengah baya yang miskin, mewawancarai penduduk desa setempat. Kemudian sejarah desa Xincunping ditulis sebagai bahan ajar oleh delapan siswa dari kota tersebut.”“Ketika Jing Qiu dan rombongannya tiba disana, mereka bertemu dengan kepala desa Xincunping. Ia adalah sosok yang berpengaruh dan terkenal di desa tersebut. Karena bidang pertanian dan memiliki sejarah perlawanan terhadap Jepang.
Jadi nama Zhang Cunchang juga besar.”
Melalui kutipan di atas dapat kita ketahui waktu, topik awal cerita dan tokoh utama dalam novel adalah Jing Qiu, dia sedang menjalankan tugasnya sebagai siswa yang melakukan pengeditan bahan ajar di desa Xincunping. Kemudian pada kutipan selanjutnya memperlihatkan tempat tinggal Jing Qiu selama berada di desa tersebut.
“张村长带其他人到他们的住处去了,家里就只剩下静秋跟大妈两个人。大 妈把静秋带到她二闺女的房间,让她把行李放在那屋里。那个房间,象静秋 去过的那些农村住房一样,黑乎乎的,只在一面墙上有一个很小的窗子,没 安玻璃,只用玻璃纸糊着。”(山楂树之恋, 2007: 10).
“Zhang Cunchang membawanya ke tempat tinggalnya, di rumah hanya ada dua orang, Jing Qiu dan bibi. Bibi membawa Jing Qiu ke kamar putri keduanya dan memintanya untuk meletakkan barang-barangnya di kamar. Ruangan itu seperti rumah-rumah pedesaan yang Jing Qiu kunjungi, gelap dan hanya memiliki jendela kecil di satu dinding, tanpa kaca, hanya menggunakan kertas sebagai penutupnya.”
Selanjutnya melalui kutipan di bawah memperlihatkan bahwa keluarga Zhang ramah dan terbuka terhadap kehadiran Jing Qiu. Pada kutipan berikutnya mulai membawa Jing Qiu mengenal Sun Jianxin, yang Huan Huan sebut sebagai paman ketiga.
“大妈说话,总是让人感到很亲切,一两个称呼,就让你觉得已经亲如一家 了。大妈指着二儿子,对静秋说:“这是你二哥,叫张长林。”
” (山楂树之恋, 2007: 12).
“回到家,长林又出去了,静秋想帮大妈做饭,但插不上手。刚好长林的小 侄子欢欢醒了,大妈就吩咐说:“欢欢,你带静姑姑去叫三爹回来吃饭。””
(山楂树之恋, 2007: 13)
“Ketika bibi berbicara, dia membuat orang merasakan kehangatan karena keramahannya. Satu atau dua nama panggilan membuatmu merasa sedekat keluarga. Dia menunjuk putra keduanya dan berkata kepada Jing Qiu: “Ini adalah saudara keduamu Zhang Changlin.”
“Setelah pulang kerumah, pergi keluar lagi, Jing Qiu ingin membantu bibi memasak, tapi tidak lama kemudian keponakannya Huan Huan bangun, bibi mengatakan padanya, ”Huan Huan, bawa bibimu dan panggil paman ketiga untuk makan malam.””
Kemudian pada kutipan berikut dapat dilihat awal dari pertemuan Jing Qiu dan Sun Jianxin ketika di rumah keluarga Zhang Cunchang.
“到了张村长家,他放下欢欢,跟她一起走进屋子,家里人大多都回来了。
长芬先自我介绍说她是大姐长芬,然后就很热情地为静秋介绍每一个人,
“这是二哥”,“这是大嫂”,静秋便跟着她一样叫“二哥”,“大嫂”,
叫得每个人都很开心。
长芬最后指着“三爹”说:“这是三哥,快叫。”
静秋乖乖地叫声“三哥”,结果屋子里的人都笑起来。
静秋不知道说错了什么,红着脸站在那里。“三哥”解释说:“我不是他们 家的,我跟你一样,只是在这里住过,他们随便叫的,你不用叫。我叫孙建 新,你叫我名字好了,或者跟大家一样,叫我老三吧。” (山楂树之恋, 2007: 21)
“Sesampainya di rumah Zhang Cunchang, ia menurunkan Huan Huan, masuk ke rumah bersamanya, sebagian besar keluarga telah kembali. Chang Fen memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah kakak yang tertua dan kemudian memperkenalkan Jing Qiu dengan hangat kepada semua orang. “Ini adalah saudara laki-laki kedua”, “ini adalah kakak ipar kedua”, Jing Qi memangggil saudara laki-laki kedua, “ adik ipar”, membuat semua orang merasa bahagia.
Kemudian dia akhirnya menunju ke paman ketiga dan berkata: “Ini adalah saudara ketiga, sapalah.”
Jing Qiu menunduk “kakak ketiga” oleh karena itu orang-orang di ruangan itu tertawa, wajahnya pun merah.
Kakak ketiga itu berdiri menjelaskan: “Aku bukan keluarga mereka, aku sama sepertimu, aku hanya tinggal disini. Mereka memanggilku begitu. Kamu tidak harus memanggil begitu. Namaku Sun Jianxin. Kamu bisa memanggil namaku atau sama seperti semua orang. Panggil aku kakak ketiga.”
4.1.1.2 Rangsangan (Inciting Moment)
Rangsangan atau Inciting Moment adalah pemunculan masalah yang ditampilkan oleh pengarang yang akan dikembangkan pada tahapan alur berikutnya. Pada novel 山 楂 树 之 恋 (Shānzhāshù Zhiliàn) dimunculkan permasalahan dimulai dari kesibukan Tim Revolusi Pendidikan di desa Xincunping terlihat dari kutipan berikut.
“从第二天开始,“K 市八中教改小组”就忙起来了,每天都要采访一些村 民,听他们讲抗日的故事,讲农业学大寨的故事,讲怎么样跟走资本主义道 路 的 当 权 派 作 斗 争 的 故 事 。 有 时 还 到 一 些 具 有 历 史 意 义 的 地 方 去 参 观。”(山楂树之恋, 2007: 22)
“Mulai hari kedua dan seterusnya, “Kelompok Revolusi Pendidikan Kedelapan dari kota K” sibuk. Setiap hari, mereka harus mewawancarai beberapa penduduk desa, mendengarkan mereka untuk menceritakan kisah perlawanan terhadap Jepang,menceritakan kisah meniru Dazhai tentang pertanian, tentang bagaimana untuk melawan pembentukan kapitalis, tekadang berkunjung ke beberapa tempat bersejarah.”
Pada kutipan di atas dijelaskan kegiatan-kegiatan yang para siswa lakukan di desa Xincunping untuk mendapatkan informasi yang akan mereka tulis dalam bahan ajar baru.
“静秋听了,总是有点局促不安,怕这番恩情,日后没法报答。长芳又说,
老三也对你很好呢,听我妈说,你一来,他就拿来一个大灯泡给你换上,说 你住的这屋灯光太暗了,在那样的灯光下看书写字,会把你眼睛搞坏的。他 还给我妈一些钱,叫她用来付电费。” (山楂树之恋, 2007: 23)
“Jing Qiu mendengarkan, selalu agak malu, menyegani kebaikan itu, tidak dapat membayar kembali di masa depan. Chang Fang menambahkan, kakak juga sangat baik kepadamu, dengarkan perkataan ibuku, dia membawakanmu sebuah bohlam lampu besar untuk diganti, mengatakan bahwa kamu tinggal di ruang yang terlalu gelap, membaca dan menulis dengan itu, matamu akan rusak. Dia memberikan ibuku sejumlah uang, yang akan digunakan untuk membayar tagihan listrik.”
Pada kutipan di atas Sun Jianxin berusaha membantu Jing Qiu, namun ia merasa takut tidak dapat membalas budi Sun Jianxin di masa depan.
“后来静秋碰见老三,就要把电费还给他,但他不肯要,两个人让来让去,
搞得像打架一样,静秋只好算了。她准备走的时候,像八路军们一样,在老 乡的桌子上留一点钱,写个条子,说是还他的。”(山楂树之恋, 2007: 23)
“Kemudian ketika Jing Qiu bertemu dengan kakak ketiga, ia akan mengembalikan tagihan listrik kepadanya, tetapi dia menolaknya, keduanya lalu pergi, seperti perkelahian, Jing Qiu tidak punya pilihan selain melupakannya. Ketika dia hendak pergi, seperti pasukan rute ke delapan, dia meninggalkan sejumlah uang di meja dan menulis sebuah catatan yang menyatakan bahwa dia masih di sana.”
Pada kutipan di atas Jing Qiu menemui Sun Jianxin untuk mengembalikan pertolongan yang telah diberikan kepadanya. Tetapi keinginannya ditolak oleh Sun Jianxin.
“有一天,静秋跟教改小组的人到村东头去参观黑屋崖,是个大山洞。静秋 回到大妈家,没看见老三,心想他肯定来过了,现在又回去上班了。她匆匆 吃了点剩饭,就赶着写今天听到的东西。”(山楂树之恋, 2007: 30)
“Suatu hari Jing Qiu dan tim revolusi pergi ke timur desa untuk mengunjungi tebing rumah hitam, sebuah gua besar. Ketika Jing Qiu kembali kerumah bibinya dan tidak melihat kakak ketiga. Dia pikir dia pasti di sana. Sekarang dia kembali bekerja. Dia buru-buru makan beberapa sisa makanan dan bergegas menulis apa yang ia dengar hari ini.”
Pada kutipan di atas dijelaskan bahwa Jing Qiu mulai menyadari kehadiran Sun Jianxin.
“但是到了第二天中午,老三没有过来,静秋有点惶惑了,难道他昨天来了,
发现我不在,就生气了,再也不来了?她觉得这是不可能的,她哪里有那么 大的本事,能让老三为她生气?”(山楂树之恋, 2007: 31)
“Tetapi pada siang hari keesokannya, kakak ketiga tidak datang, Jing Qiu sedikit bingung, apakah dia datang kemarin, dan ketika dia tidak menemukannya, dia marah dan tidak datang lagi? Dia pikir itu tidak mungkin, bagaimana bisa dia memiliki kemampuan sehebat itu sehingga bisa membuatnya marah?
Pada kutipan di atas kita dapat melihat bahwa Jing Qiu merasa bingung, bertanya- tanya dan menebak alasan Sun Jianxin menghilang. Kemudian pada kutipan selanjutnya dijelaskan Jing Qiu merasakan pengaruh dari Sun Jianxin.
“跟着有好几天,老三都没有再出现 静秋开始失魂落魄了,总觉得什么地方 不对头,写东西也写不出来,吃饭也吃不好”(山楂树之恋, 2007: 31)
“Setelah beberapa hari kakak ketiga tidak juga datang, Jing Qiu mulai bingung, lalu merasa ada yang salah, dia tidak bisa menulis apa pun dan dia tidak bisa makan dengan baik”
Pada kutipan di bawah terlihat bahwa Jing Qiu tidak mengakui bahwa dirinya lah yang mengkhawatirkan kepergian Sun Jianxin.
“但过了几天,老三又出现了。那是一个下午,快五点了,静秋正在自己房 间写东西,突然听见大妈欣喜的声音:“你回来了?是回去探亲了吧?”然 后她听见那个令她心头发颤的声音:“没有啊,我去二队那边了。”
“欢欢问了你好多趟,我们都在念你呢”” (山楂树之恋, 2007: 31)
“Namun, beberapa hari kemudian, kakak ketiga muncul lagi. Saat itu sore dan sudah hampir jam lima, ketika Jing Qiu sedang menulis surat dikamarnya. Tiba- tiba dia mendengar suaranya bahagia: “Kamu kembali? Kamu kembali untuk berkunjungkan?” Lalu dia mendengar suara yang membuatnya gemetar, “Tidak, aku akan pergi ke Tim kedua.”“Huan-huan banyak menanyaimu, dan kami semua mengkhawatirkanmu.””
Pada kutipan percakapan di bawah Jing Qiu takut jika seseorang di kota akan mengetahui dia dekat dengan Sun Jianxin.
“静秋没想到他有比她更惨痛的经历,很想安慰他,但又不知道说什么好,
只说:“你这些年过得也很难。”
他没再谈父母的事,两个默默走了一会儿,他突然问:“我可不可以跟你到 K 市去?”
她吓了一跳:“你跟我到 K 市去干什么?如果我妈妈看见,或者老师同学看 见,还以为”
“以为什么?”
“以为以为反正反正影响不好”” (山楂树之恋, 2007: 51-52)
“Jing Qiu tidak menyangka bahwa dia memiliki pengalaman yang lebih menyakitkan daripada dirinya. Dia ingin menghiburnya tapi dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya berkata, “Kamu telah melewatinya bertahun-tahun, itu sangat sulit.”
Dia tidak berbicara tentang orangtuanya lagi, kemudian keduanya diam selama berjalan. Dia tiba-tiba bertanya, “Bisakah aku ikut denganmu ke kota K?
Dia terkejut, “Apa yang akan kita lakukan jika kamu ikut ke kota? Jika ibuku melihatnya, atau guru dan teman sekelas melihatnya, kupikir...”
“Kenapa?”
“Kupikir itu, bagaimanapun akan berdampak tidak baik.””
Pada kutipan di bawah Sun Jianxin menunggu dan menjemput kedatangan kembali Jing Qiu di desa Xincunping.
“当她的车开近 K 县汽车站的时候,她看见老三正站在昏黄的路灯下等她。
车一停,他就跑到车门口向里张望,看见她了,就跳上车来,挤到她跟前:
“以为你不来了,又以为你的车翻了。肚子饿了吧?我们找个地方吃东西 吧。” (山楂树之恋, 2007: 54)
“Ketika bus kota K itu sampai di stasiun desa itu, dia melihat kakak ketiga menunggunya di bawah lampu yang redup. Bus itu berhenti, ia berlari ke pintu bus itu untuk melihat, dan melompat ke arahnya, “Saya kira kamu tidak akan datang, saya kira busnya sudah tidak beroperasi. Lapar? Mari cari tempat untuk makan.””
Permasalahan yang muncul dari kutipan di bawah memperlihatkan keadaan keluarga Jing Qiu.
“有一天,大妈跟静秋两个人拉家常,静秋说起妈妈身体不好,经常尿血,
但查不出是什么原因。医生总是开证明,让她妈妈买核桃和冰糖吃,说可以 治血尿,妈妈吃了很有效。不过核桃冰糖都是紧俏物资,即使有医生证明,
也不容易买到。” (山楂树之恋, 2007: 72-73)
“Suatu hari, Bibi dan Jing Qiu mengatakan bahwa dia memiliki dua anggota keluarga dan ibunya dalam kondisi kesehatan yang buruk, dia sering mengeluarkan darah ketika buang air kecil, tetapi dia tidak tahu penyebabnya.
Dokter selalu menyuruh ibunya membeli kenari dan gula batu untuk dimakan, karna itu dapat menyembuhkan hematuria, ketika ibu memakannya sangat efektif.
Tapi persediaan kenari dan gula batu sangat terbatas, bahkan jika ada bukti medis pun itu tidak mudah untuk dibeli."
Permasalahan selanjutnya terlihat dari kutipan di bawah yang menunjukkan Jing Qiu mendengar percakapan guru Ye dan Daxie, bahwa Sun Jianxin ternyata telah memiliki tunangan.
“叶老师说:“那你妈不是急得要命?这么好的一个丫头,本来是要说给自 己儿子的,搞不好却被一个外人夺去了。”
大嫂笑笑说:“不会的,秋丫头铁定是我们家人,人家小孙家里有未婚妻 的。” (山楂树之恋, 2007: 89)
“Guru Ye berkata, “Kalau begitu, tidakkah ibumu cemas? Perempuan yang baik seharusnya berbicara dengan anaknya sendiri. Jika dia tidak melakukannya, dia akan dibawa pergi orang lain.”
Kakak ipar tersenyum dan berkata, “Tidak, Qiu sangat mengenal keluarga kami.
Sun memiliki tunangan.”
Setelah mendengar percakapan itu Jing Qiu bertanya-tanya alasan Sun Jianxin melakukannya, ia merasa sangat malu dan tertipu olehnya. Berikut kutipannya.
“ 等叶老师走了,静秋赶快回到自己房间。她躲在被子里,恨恨地骂老三:
骗子!骗子!你在家有未婚妻,为什么要对我那样?你做的那些,难道是一 个有未婚妻的人对另一个女孩能做的事吗?” (山楂树之恋, 2007: 90)
“Ketika guru Ye pergi, Jing Qiu dengan cepat kembali ke kamarnya. Dia bersembunyi di selimut dan membenci kakak ketiga: Pembohong! Pembohong!
Kamu memiliki tunangan di rumah kenapa kamu harus melakukannya padaku?
Apa yang kamu lakukan, apakah itu sesuatu yang bisa dilakukan oleh seseorang dengan tunangannya untuk gadis lain?”
4.1.1.3 Penggawatan (Rising Action)
Penggawatan atau Rising Action merupakan bagian dimana suatu konflik mengalami penanjakan yang selanjutnya terus terjadi peningkatan konflik. Pada bagian ini konflik semakin dimunculkan, dalam Novel 山楂树之恋(Shānzhāshù Zhīliàn) , penggawatan atau rising action dimulai dari ketika Jing Qiu kekurangan biaya untuk pengobatan ibunya.
“第二天,静秋就厚着脸皮问教改组的几个人借钱,说是为妈妈买冰糖急需 的。已经到了快回去的时候了,大家身上都没剩下什么钱,李师傅和陈校长 两人凑了 18 块钱,借给静秋了。” (山楂树之恋, 2007: 96)
“Keesokan harinya, Jing Qiu bertanya ke beberapa orang dan memintanya untuk meminjamkan uang, mengatakan bahwa ibunya sangat membutuhkan untuk membeli gula batu. Waktunya sudah tiba dan semua orang tidak memiliki uang lebih, Tuan Li dan Ketua Chen bersama-sama memberi 18 yuan dan meminjamkannya kepada Jing Jiu.”
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Jing Qiu berusaha mendapatkan uang agar ia bisa membeli obat ibunya.
“他跟了进来,站在她身后:“出了什么事?你告诉我,你不要这样,一定 是出了什么事,前天还好好的,怎么一下就”
“前天怎么啦?我一直就说不要你的钱。”
他疑惑地问:“就因为我那天说了要给你钱,你就生这么大气?你那天说了 不要,我就没再勉强你了。我知道你自尊心强,不愿接受---别人的帮助,
可是你你不用把我当别人的呀”(山楂树之恋, 2007: 96)
Dia mengikuti dan berdiri dibelakangnya: “Ada apa? Beritahu aku, jangan lakukan ini, sesuatu pasti terjadi. Sehari sebelum kemarin baik-baik saja, apa yang terjadi?”
“Apa yang terjadi sebelum kemarin? Aku selalu mengatakan aku tidak menginginkan uangmu.”
Dia bingung dan berkata: “Hanya karena aku mengatakan ingin memberikan uang pada hari itu. Aku tahu kamu memiliki harga diri yang tinggi dan tidak ingin menerima bantuan orang lain, tetapi kamu tidak perlu memperlakukanku begitu.”
Pada kutipan percakapan di atas terlihat Jing Qiu masih tidak percaya kepada Sun Jianxin, sehingga dia menolak pertolongan darinya.
“她一下想起第一次见他的情景,他也是邀请她来看山楂花。那时她觉得一 定会来看的,但现在她不知道说什么了,好像山楂花对她来说已经没有什么 意义了。她怅然若失地站在那里,想到马上就要走了,真的很舍不得这个地 方,连眼前这个骗子都让她那么留恋。她看了看他,见他脸上也是怅然若失 的神情,就别过脸,不去看他。” (山楂树之恋, 2007: 101-102)
“Dia ingat ketika dia pertama kali bertemu dengannya, dia juga mengajaknya untuk datang melihat pohon Hawthorn. Pada saat itu, dia pikir dia pasti akan melihatnya, tapi sekarang dia tidak tahu harus berkata apa. Sepertinya bunga Hawthorn tidak memiliki arti lagi baginya. Dia berdiri di sana dengan kesedihan, berpikir bahwa dia akan segera pergi, dan dia benar-benar tidak bisa bertahan di