• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR "

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

EVALUASI KEGIATAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (STUDI KASUS DINAS

KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MAROS)

OLEH

SRI WAHYUNI

E211 14 516

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pemberi segala nikmat dan kehidupan atas segala Rahmat dan Karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi Kasus Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros)” sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, akan tetapi penulis telah berusaha semaksimal untuk menyelesaikan skripsi ini. Sekiranya ada saran dan kritik mengenai skripsi ini, penulis menerima dengan senang hati. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu memberikan dukungan dan motivasi. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Orang Tua tercinta terima kasih telah menyayangi, mendidik, serta memberi dukungan kepada penulis selama ini agar menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan. Kalian orang tua terhebat, terima kasih atas cinta kasih yang tak pernah henti diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan juga kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA. Selaku Rektor Universitas Hasanuddin beserta Wakil Rektor Universitas Hasanuddin

(6)

vi

2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta para staf dan jajarannya

3. Ibu Dr. Hasniati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Fisip Unhas

4. Bapak Drs. La Tamba, M.Si selaku Penasehat Akademik penulis selama kuliah

5. Bapak Prof. Dr. Sangkala, MA selaku pembimbing I. Terima kasih atas arahan, bimbingan, waktu, saran dan kritik yang diberikan sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, dan Bapak Dr. Suryadi Lambali, MA selaku pembimbing II terima kasih juga atas arahan, bimbingan, waktu, saran dan kritik yang diberikan.

6. Kepada tim penguji Bapak Prof. Dr. H. Sulaiman Asang, M.Si, Dr. H. M.

Thahir Haning, M.Si, dan Muh. Tang Abdullah, S.Sos., M.Si. Terima kasih telah menyempatkan waktu dan memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Para Dosen Departemen Ilmu Administrasi Fisip Unhas yang telah memberikan ilmu selama kurang lebih 3 tahun masa perkuliahan

8. Seluruh staf akademik Fisip Unhas dan seluruh staf Departemen Ilmu Administrasi Fisip Unhas (Kak Ros, Pak Revi, Kak Ani, dan Pak Lili) terima kasih telah membantu dalam pengurusan persuratan dan hal lainnya selama masa perkuliahan

(7)

vii

9. Terima kasih kepada Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros beserta seluruh pegawai atas bantuannya kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan

10. Kepada Humanis Fisip Unhas terima kasih banyak menjadikan bagian dari penulis, terima kasih atas pengalaman organisasi, cerita dan proses yang telah dilalui selama ini. Tetaplah berproses. “Kejayaan Dalam Kebersamaan”

11. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kanda-kanda Creator 07, Bravo 08, Prasasti 010, Brilian 011, Relasi 012, Record 013, serta adik- adik Champion 015, Frame 016 dan Leader 017, serta teman-teman (Keluarga Mahasiswa) KEMA Fisip Unhas 2014 terima kasih dukungan serta pengalaman berorganisasi selama ini

12. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada saudara terbaik Unifier Generation Of Administration 2014 (UNION’14), entah apa yang harus saya tuliskan pada paragraph ini karena cerita saya dan kalian bahkan tebalnya melebihi halaman skripsi ini jika ingin dituliskan. Masih ingat pertemuan pertama dengan kalian di tahun 2014, menjalani pengumpulan bersama, menjalani susahnya pengaderan BIROKRASI, LKA, KAMPOENG HUMANIS, suka duka latihan HUMANIORA bahkan lika liku kepengurusan di HUMANIS FISIP UNHAS serta menjalani proses perkuliahan kurang lebih 4 tahun, hingga akhirnya saya berada ditahap ini (menuliskan kata pengantar skripsi). Terima kasih kepada kalian yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas canda, tawa, pengalaman bahkan

(8)

viii

kesedihan kurang lebih 4 tahun ini. Terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Sukses untuk kita semua. UNIOOOOONNNN (bababa..babanananananana :*)

13. Gengs : Alfirah Januarsi, Yarianti Patandianan, Bellavista, Jinang Zulfauziah, Leli Herlianti, Astuti Anto, Lisa Ayu Lestari terima kasih telah menjadi salah satu hal yang terbaik untuk penulis, terima kasih segala hal yang pernah dilalui bersama. Love you gengss :*

14. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Bangun Mandar Gel.96 Desa Sumare Kec. Simboro Kab. Mamuju (Kordes Ijal, Kak Rafi, Egy, Irfan(songjongki), irvan (Japanese), fadhil, Mardi, Jamal, Tami, Ama, Sinar, vida, Fitri, Dila, dan Lina) terima kasih atas pengalaman yang diberikan 40 harinya kepada penulis selama menjalani proses KKN

15. Kepada bebeb ku sahabat tercintaku ( Nur Insani, AMd, Muliana Idris calon SE) terima kasih atas dukungan, semangat, nasehat, bantuan dan masih banyak lagi serta menjadi pendengar keluhan yang baik selama persahabatan terjalin. I love you bebeb :*

16. Kepada kakak, adik dan keluarga besar tercintaku terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta bantuan, motivasi dan nasehat yang telah kalian berikan kepada penulis. I love my family :*

(9)

ix

ABSTRAK

SRI WAHYUNI (E211 14 516), Evaluasi Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros, xiv + 115 halaman + 8 tabel + 4 gambar + 34 daftar pustaka (1988-2017) dibimbing oleh Prof. Dr. Sangkala, MSi dan Dr. Suryadi Lambali, MA

Penelitian ini bertujuan untuk menilai hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi Kasus Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros).

Metode penlitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data yang ditempuh melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi terhadap informan yang terlibat langsung maupun yang tidak langsung dalam pelaksnaaan kegiatan tersebut. Proses analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi kegiatan pelatihan sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (studi kasus Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros) dilihat dari luaran (output) kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana strategis dan kegiatan pelatihan SDM dalam Bidang TIK ini merupakan turunan dari Program Fasilitasi Peningkatan Sumber Daya Manusia yang dinilai telah memenuhi kriteria evaluasi karena berhasil meningkatkan kapasitas aparatur dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi, namun hasil dari pelaksanaan kegiatan ini belum maksimal. Untuk itu program/kegiatan berikutnya perlu ditingkatkan untuk hasil yang lebih baik.

Kata Kunci : Evaluasi, Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi dan Informasi, Program Fasilitasi Peningkatan Sumber Daya Manusia

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(10)

x

ABSTRACT

SRI WAHYUNI (E211 14 516), Evaluation of Human Resource Improvement Program at Maros District Office of Communication and Informatics, xiv + 115 pages + 8 tables + 4 images + 34 bibliography (1988-2017) guided by Prof. Dr.

Sangkala, MSi and Dr. Suryadi Lambali, MA

This study aims to assess the results of the Evaluation of the Implementation of Human Resource Training Activities in the Field of Information and Communication Technology (Case Study of Maros District Office of Communication and Informatics).

The research method used is qualitative method. The collection of data taken through observation, interview and documentation of informants involved directly or indirectly in pelaksnaaan these activities. The process of data analysis includes data reduction, data presentation, and conclusion.The results showed that evaluation of human resources training activities in information and communication technology (case study of Maros District Office of Communication and Informatics) is seen from the output of activities implemented based on strategic plan and training activities of ICT human resources is derived from the Facilitation Program of Increasing Source Human Power assessed has met the evaluation criteria for succeeding in increasing the capacity of the apparatus in the field of communication and information technology, but the result of the implementation of this activity has not been maximized. For that the next program / activity needs to be improved for better results.

Keywords: Evaluation, Human Resource Training Activities in the Field of Technology and Information, Facilitation Program of Human Resource Improvement

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

SAMPUL ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Evaluasi ... 12

B. Evaluasi Kebijakan ... 14

C. Konsep dan Pengertian Evaluasi Program ... 24

D. Konsep Pelatihan ... 33

1. Pengertian Pelatihan ... 33

2. Tujuan Pelatihan... 34

3. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Pelatihan ... 36

E. Kerangka Pikir ... 38

(12)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ... 42

B. Lokasi Penelitian ... 43

C. Fokus Penelitian ... 43

D. Sumber Data Penelitian... 45

E. Informan Penelitian ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Teknis Analisis Data... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Singkat Dinas Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Maros .... 51

B. Penyajian Data ... 63

1 Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Komunikasi Dan Informasi ... 63

2. Tahap Perencanaan Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 67

3. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Pada Bidang Komunikasi dan Informasi ... 68

C. Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

Lampiran 1 ... 109

Lampiran 2 ... 110

Lampiran 3 ... 113

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Table 1 Keadaan Pegawai Dinas Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Maros

Berdasarkan Kepangkatan ... 6

Table 2 Indikator Evaluasi Program ... 27

Table 3 Peserta Pelatihan SKPD dan Kecamatan ... 79

Table 4 Peserta Pelatihan SDM dalam Bidang TIK ... 81

Table 5 Daftar Program atau Aplikasi ... 82

Table 6 Sarana dan Prasarana Pelatihan ... 84

Table 7 tujuan, sasaran dan hasil pelaksanaan Kegiatan Pelatihan SDM dalam Bidang TIK ... 98

Table 8 Hasil Evaluasi Pelaksanaan Kegaiatan Pelatihan SDM dalam Bidang TIK berdasarkan Indikator teori yang dikemukakan oleh Brigman dan Davis ... 99

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir ... 41 Gambar 2 Model Analisis interaktif ... 50 Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Maros

... 60 Gambar 4 Struktur Penanggung Jawab Program... 89

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berdampak luas dalam kehidupan manusia. Teknologi informasi dan komunikasi membawa manusia pada era baru, era di mana percepatan perubahan sangatlah dramatis. Suatu era di mana informasi menjadi hal yang sangat penting bagi manusia. Era ini kemudian dinamakan sebagai era informasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan alat atau cara yang digunakan manusia untuk menyampaikan, menerima, dan mencari informasi-informasi serta berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Di era globalisasi ini, telekomunikasi dan informatika adalah dua faktor penting karena keduanya merupakan sarana komunikasi antara penyedia dan pengguna informasi.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur penting dalam organisasi. SDM merupakan aset organisasi yang sangat vital. Dalam organisasi apapun, baik bisnis atau pemerintahan, SDM sangatlah penting. Karena Sumber Daya Manusia mempunyai peran sebagai pengelola agar sistem tetap berjalan sesuai aturan, maka pengelolaannya tentu harus memperhatikan aspek-aspek penting seperti pelatihan, pengembangan, dan motivasi. Peran dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh sumber daya lainnya. Dalam suatu organisasi, SDM bukan hanya sebagai alat dalam produksi, tetapi juga berperan aktif dalam kegiatan produksi. Saat ini, kedudukan SDM bukan hanya sebagai alat produksi tetapi juga

(16)

2

penggerak dan penentu berlangsungnya proses produksi, serta segala aktivitas organisasi. Sumber Daya Manusia memiliki andil besar dalam menentukan maju atau mundurnya suatu organisasi ditentukan pula oleh kualitas dan kapabilitas SDM di dalamnya.

Peningkatan kualitas pegawai di Dinas komunikasi dan informatika atau biasa disebut dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang semakin terasa dewasa ini. Mengingat pentingnya diadakan pengembangan sumber daya manusia sebab pada saat ini pegawai merupakan aset yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Di samping itu dalam kegiatan pengembangan sumber daya manusia, perlu adanya koordinasi yang cukup baik antara setiap unit kerja yang ada di dalam organisasi dengan bagian kepegawaian. Hal ini penting mengingat bahwa setiap unit kerja lebih mengetahui kebutuhan pengembangan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan teknis dari pegawai yang berada di bawahnya.

Dalam hal pengembangan SDM dapat berperan sebagai pendukung dalam pelaksanaan aktivitas pengembangan dan berhubungan dengan peningkatan keterampilan dan pengetahuan teknis dari setiap unit kerja, bagian kepegawaian dapat melakukan perencanaan pengembangan karier pegawai agar organisasi memiliki pegawai yang siap pakai pada saat dibutuhkan untuk posisi atau jabatan baru. Dalam tahap pengembangan sumber daya manusia, terdapat dua aspek kegiatan penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni kegiatan pelatihan dan kegiatan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri yang dimaksudkan agar potensi yang dimiliki pegawai dapat digunakan secara efektif.

(17)

3

Kegiatan pelatihan dipandang sebagai awal yaitu dengan diadakannya proses orientasi yang kemudian dilanjutkan secara berkelanjutan selama pegawai tersebut berada di dalam organisasi. Sehingga diharapkan ada peningkatan kualitas pegawai dalam hal kedisiplinan serta wawasan maupun keterampilan teknis.

Dengan berbagai aspek dan hubungan dalam pendekatan integratif sumber daya manusia, diharapkan para pekerja mendapat perhatian yang lebih spesifik untuk menjaga produktifitasnya, serta meningkatkan kualitas pegawai. Hal ini diharapkan Dinas Komunikasi dan Informatika dapat berperan aktif dalam melakukan pengembangan agar para pegawai dapat memberdayakan segala potensinya untuk kemajuan.

Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-Government (Electronic Government), pemerintah membuat strategi pengembangan e-government salah satunya mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat. Sumber Daya Manusia (SDM) baik sebagai pengembang, pengelola maupun pengguna e-government merupakan faktor yang turut menentukan bahkan menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan dan pengembangan e-government. Untuk itu, perlu upaya peningkatan kapasitas SDM dan penataan dalam pendayagunaannya, dengan perencanaan yang matang dan komprehensif sesuai dengan kebutuhan, serta pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan non formal,

(18)

4

maupun pengembangan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan implementasi e-government.

Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk mendukung e- government adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya informasi serta pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (e-literacy), baik di kalangan pemerintah dan pemerintah daerah otonom maupun di kalangan masyarakat dalam rangka mengembangkan budaya informasi ke arah terwujudnya masyarakat informasi (information society), 2) Pemanfaatan sumberdaya pendidikan dan pelatihan termasuk perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara sinergis, baik yang dimiliki oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah/masyarakat, 3) Pengembangan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi lembaga pemerintah agar hasil pendidikan dan pelatihan tersebut sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan pelaksanaan e-government, 4) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi aparat pelaksana yang menangani kegiatan bidang informasi dan komunikasi dan aparat yang bertugas dalam memberikan pelayanan publik, maupun pimpinan unit/lembaga, serta fasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi calon pendidik dan pelatih maupun tenaga potensial di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang diharapkan dapat mentransfer pengetahuan/keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat di lingkungannya, 5) Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jarak jauh (distance learning) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal untuk pemerataan atau mengurangi kesenjangan SDM di bidang teknologi informasi dan komunikasi antar

(19)

5

daerah, 6) Perubahan pola pikir, sikap dan budaya kerja aparat pemerintah yang mendukung pelaksanaan e-government melalui sosialisasi/penjelasan mengenai konsep dan program e-government, serta keberhasilan (best practice) pelaksanaan e-government, 7) Peningkatan motivasi melalui pemberian penghargaan/apresiasi kepada seluruh SDM bidang informasi dan komunikasi di pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat yang secara aktif mengembangkan inovasi menjadi karya yang bermanfaat bagi pengembangan dan pelaksanaan e-government.

Kabupaten Maros merupakan salah satu daerah otonom yang menerapkan e-government. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah memberikan ruang gerak yang cukup leluasa bagi masyarakat untuk memperoleh informasi, telah membawa dampak pada sistem administrasi manajemen pemerintahan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat akan keterbukaan (transparansi), efisiensi dan pelayanan yang lebih baik. Menyadari situasi dan kondisi yang berkembang, Pemerintah Kabupaten Maros cukup responsif dan secara bertahap melakukan pembenahan terhadap penyelenggaraan administrasi pemerintahan menuju terwujudnya good governance melalui pengembangan elektronic Government (e-Gov).

Dinas Komunikasi dan Informatika dibentuk berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Maros Nomor 7 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah sebagai salah satu lembaga tekhnis daerah, Dinas Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan dibantu oleh beberapa perangkat organisasi yang menyertainya mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang komunikasi, informatika, persandian

(20)

6

dan statistik yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah. Tugas Pokok Dinas Komunikasi dan Informatika sebagaimana yang ditetapkan adalah melaksanakan kewenangan Daerah di bidang komunikasi dan informatika sesuai dengan kebijakan Kepala Daerah. Jumlah pegawai dalam lingkup Dinas Komunikasi dan Informatika sampai dengan tahun 2017 sebanyak 67 orang.

Keadaan pegawai lingkup Dinas Komunikasi dan Informatika dapat dilihat pada tabel di bwah ini :

Table 1 Keadaan Pegawai Dinas Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Maros Berdasarkan Kepangkatan

No Kepangkatan Jumlah

1 Golongan IV.b 1 orang 2 Golongan IV.a 3 orang 3 Golongan III.d 6 orang 4 Golongan III.c 5 orang 5 Golongan III.b 8 orang 6 Golongan III.a 6 orang 7 Golongan II.d 1 orang 8 Golongan II.c 7 orang 9 Golongan II.b 11 orang 10 Golongan II.a 7 orang 11 Golongan I.d 1 orang 12 Outsourcing 11 orang

Total 67 orang

Sumber. Rencana Startegi Dinas Komunikasi dan Informatika tahun 2016-2021

(21)

7

Agar tujuan kebijakan daerah dapat dicapai, diperlukan kemampuan/kapasitas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat, dimana kemampuan/kapasitas adalah kemampuan seorang individu, Sebuah organisasi atau sebuah sistem untuk melaksanakan fungsi dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Hal ini harus didasari pada suatu tinjauan yang terus-menerus terhadap kondisi kerangka kerja, dan pada penyesuaian dinamis dari fungsi dan tujuan. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan keluaran (output) dan hasil (outcome).

Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Maros dalam penerapan e-government yang mengharuskan pemerintahan yang efektif dan efisien serta transparansi dalam pelayanan publik di mana urusan pemerintahan dilakukan dengan menggunakan teknologi. Kapabilitas Sumber daya manusia merupakan hal yang menjadi kelemahan Kabupaten Maros dalam menerapkan e-government karena pegawai Kabupaten Maros yang berlatar belakang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sekitar 2% dari 7.000 orang, akan tetapi yang termanfaatkan optimal untuk pekerjaan terkait TIK tidak lebih dari beberapa orang saja sehingga penerapan E-government belum berjalan sesuai yang diharapkan.

Dengan mencermati masalah tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika segera mengambil langkah berupa Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, dimana kegiatan ini merupakan turunan dari Program Fasilitasi Peningkatan Sumber Daya Manusia. Berdasarkan

(22)

8

Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Komunikasi dan Informatika di mana terdapat pada pasal 10 tentang sarana komunikasi dan penyebarluasan bahwa diperlukan adanya fasilitasi.

Dimana fasilitasi meliputi pengembangan, pemberdayaan dan pembinaan dalam bidang komunikasi dan informatika. Peraturan Daerah inilah yang dijadikan Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai dasar hukum dalam membuat sebuah kegiatan pelatihan SDM dalam Bidang TIK.

Dengan dibentuknya Kegiatan Pelatihan SDM dalam Bidang TIK oleh Dinas Komunikasi dan Informatika yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengelola Website SKPD (satuan Kerja Perangkat Daerah) dan kecamatan, sesuai dengan Visi Kabupaten Maros yang tertuang dalam Rencana Strategi 2010-2015 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros yaitu “Maros Connected 2015”.

Dengan adanya kegiatan pelatihan SDM dalam Bidang TIK, diharapkan pelatihan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan kemampuan Apartur Sipil Negara di tingkat Kabupaten sampai ke kelurahan/desa dalam bidang komunikasi dan informasi.

Kegiatan pelatihan SDM dalam Bidang TIK ini sudah diprogramkan dan dilaksanakan sejak tahun 2013. Pelatihan SDM dalam Bidang TIK (Sumber Daya Manusia dalam Bidang Teknologi Informasi Komunikasi) ini diikuti oleh semua SKPD dan kecamatan se Kabupaten Maros dengan jadwal yang telah ditentukan. Pelatihan ini dilakukan di ruang rapat Dinas Komunikasi dan Informatika. Dalam pelatihan SDM dalam Bidang TIK ini, peserta dibekali materi mengelola website, dengan beberapa modul yang disiapkan dari pelatihan diantaranya, membuat rilis berita,

(23)

9

membuat Profil SKPD, mempublikasikan informasi tugas pokok dan fungsi masing- masing pejabat di lingkup SKPD serta modul upload file dokumen penting seperti Renstra (Rencana Strategi), Renja (Rencana Kerja) dan dokumen lainnya.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengelola Website SKPD dan Kecamatan. Para pengelola Website di Kecamatan dan SKPD diharapakan mahir mengelola website di tiap satuan kerjanya, kedepannya diharapkan semua kegiatan terpublikasikan dengan baik kepada masyarakat sebagai bentuk transparansi terhadap kegiatan-kegiatan kecamatan dan SKPD.

Masalah mendasar dalam penelitian ini adalah walaupun Kegiatan Pelarihan SDM TIK yang merupakan turunan dari Program Fasilitasi Peningkatan Sumber Daya Manusia telah dilakukan namun kegiatan ini belum sepenuhnya menunjukkan hasil sesuai dengan tujuan program. Website yang dikelola oleh setiap SKPD belum memberikan informasi yang up to date sebagaimana mestinya bahkan masih ada beberapa SKPD yang belum mempunyai website sendiri. Selain itu beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Maros belum dapat mengelola websitenya karena kurang kepeduliannya aparat dalam menjalankan tugas dan fungsinya, serta kurang disiplinnya aparat tersebut.

Apa yang telah dijelaskan sebelumnya menggambarkan bahwa kegiatan pelatihan SDM dalam Bidang TIK dalam implementasinya ternyata masih jauh dari harapan. Dalam hal ini jika ditinjau dari perspektif ilmu kebijkan publik dan teori evaluasi program bahwa ada ketidaksesuaian antara tujuan dan program yang dilaksanakan dengan hasil dan dampak yang dicapai di lapangan. Oleh sebab itu penting untuk dilakukan penelitian tentang Evaluasi Kegiatan Pelatihan SDM dalam

(24)

10

Bidang TIK Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Di Kabupaten Maros guna melihat sejauh mana kegiatan tersebut dilaksanakan, apakah telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta yang sangat penting apakah pelatihan tersebut memberikan dampak yang baik terhadap Aparatur dan masyarakat.

Evaluasi program merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami, karena evaluasi mempunyai arti yang berhubungan terhadap masing-masing aktivitas yang menunjuk pada aplikasi yang berbeda pada beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (Appraisal), pemberian angka (Rating) dan penilaian (Assesment), ataupun kata- kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan lainnya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Namun jika kita menyimak lebih dalam lagi maka dapat menjadi kajian sistematis yang dilakukan untuk menilai seberapa baik program bekerja dan memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien.

Melalui evaluasi program, dapat membuat keputusan manajemen yang lebih baik;

mendukung pendekatan baru dan inovatif dan praktek yang muncul. Evaluasi program dapat menilai kinerja program pada semua tahap perkembangan program.

Sehingga berdasarkan pemikiran di atas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dan memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros dalam bentuk skripsi dengan judul “Evaluasi Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi Kasus Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros)”

(25)

11 B. Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan penjelasan dan gambaran tentang Evaluasi Kegiatan Pelatihan SDM dalam Bidang TIK Pada Dinas Komunikasi dan Informatika, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menilai bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam peneltian ini diharapkan mempunyai manfaat :

1. Secara Akademik; diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan Ilmu Administrasi Publik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan teori-teori evaluasi program

2. Secara Praktis; diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan pemikiran yang konstruktif dalam hal mengevaluasi Kegiatan Pelatihan Sumber Daya Manusia Dalam Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maros

(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu tingkatan di dalam proses kebijakan publik, evaluasi adalah salah satu cara untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program itu berjalan dengan baik atau tidak (Mulyadi, 2016:100).

Dye (2002) dalam Mulyadi (2016: 100) menyatakan bahwa :

“Policy evaluation is the assessment of the overall effectiveness of a national program in meeting its objectives, or assessment of relative effectiveness of two or more programs meeting common objectives”.

Uraian Dye tersebut menjelaskan bahwa evaluasi menilai secara luas atau umum keefektifan program-program Negara baik itu dua atau lebih yang memiliki efektivitas yang relatif. Evaluasi memberikan informasi yang valid mengenai kinerja dari kebijakan, informasi valid bersifat objektif yang dapat diperoleh dari perbandingan dengan kebijakan sebelumnya ataupun pengamatan secara langsung di lapangan.

Evaluasi menurut Dunn dalam Mulyadi (2016:85) mengidentifikasikan evaluasi sebagai :

“Evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing merujuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penafsiran (Appraisal), pemberian angka (Ratting) dan penilaian (Assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan lainnya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan”

Menurut Bryant dan White dalam Kuncoro (1997), evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata evaluasi berarti penilaian hasil.

(27)

13

Suchman dalam Arikunto (2004 : 1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders dalam Arikunto (2004:1) dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Sedangkan Stufflebeam dalam Arikunto (2004 : 2), mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders dalam Arikunto (2010:01) menjelaskan bahwa:

“Evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga yaitu mendapatakan informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.

Nugroho (2009) dalam Chrismas (2014) menjelaskan bahwa :

“Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik dalam bentuk program kebijakan yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan kepada konstituennya dan pencapaian tujuan diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan”.

Umar (2003) dalam Chrismas (2014) juga mengemukakan tentang evaluasi bahwa:

“Evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah

(28)

14

dikerjakan itu bisa dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil yang telah dicapai, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengambil keputusan, evaluasi juga merupakan perbandingan antara hasil yang telah dicapai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi juga berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat dari hasil kebijakan dan dapat memberikan informasi yang valid serta bisa dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai melalui tindakan publik.

B. Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan (Winarno,2008:226).

Sebagian besar ahli kebijakan publik berpendapat bahwa tahap akhir dari proses kebijakan disebut sebagai tahap evaluasi. Lester dan Stewart dalam Kusumanegara (2010) menyatakan evaluasi kebijakan pada hakekatnya mempelajari konsekuensi-konsekuensi kebijakan publik.

(29)

15

Anderson (1979) dalam Kusumanegara (2010), berpendapat bahwa evaluasi kebijakan memusatkan perhatiannya pada estimasi, penilaian, dan taksiran terhadap implementasi (proses) dan akibat-akibat (dampak) kebijakan.

Jones dalam Chrismas (2014) menjelaskan tentang evaluasi kebijakan adalah

“Judging the merit of government processes and program, merupakan penilaian terhadap kemampuan pemerintah dalam hal proses dan programnya”.

Menurut Dunn dalam Agustino (2012:187) ia menjelaskan tentang evaluasi kebijakan bahwa:

“Evaluasi kebijakan umumnya dilakukan untuk mengetahui efektivitas kebijakan dalam mengatasi permasalahan yang di hadapi dan evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat dari hasil kebijakan”.

Adapula Dye dalam Parsons(2014:547) menawarkan definisi luas yang bagus saat dia mencatat bahwa evaluasi kebijakan adalah “pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik”.

“Evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang objektif, sistematis, dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai”

Menurut Lester dan Stewart dalam Mulyadi (2016:86), ketika kita akan melakukan evaluasi dari suatu kebijakan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan: (1) bahwa evaluasi kebijakan berusaha untuk memberi informasi yang valid tentang kinerja kebijakan. Evaluasi dalam hal ini berfungsi untuk menilai aspek instrument (cara pelaksanaan) kebijakan dan menilai hasil dari penggunaan instrument tersebut, (2) evaluasi kebijakan berusaha untuk menilai kepastian tujuan atau target dengan masalah yang dihadapi. Pada fungsi ini evaluasi kebijakan memfokuskan diri

(30)

16

pada substansi dari kebijakan publik yang ada. Dasar asumsi yang digunakan adalah bahwa kebijakan publik dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah publik, maka evaluasi harus menilai apakah tujuan telah tercapai tetapi masalah tidak terselesaikan, (3) evaluasi kebijakan berusaha juga untuk memberikan sumbangan pada kebijakan lain terutama dari segi metodologi. Artinya evaluasi kebijakan diupayakan untuk menghasilkan rekomendasi dari penilaian-penilaian yang dilakukan atas kebijakan yang dievaluasi. Hasil-hasil dari penilaian evaluasi tersebut dijadikan bahan belajar bagi para pelaku kebijakan yang lain. Oleh sebab itu fungsi kebijakan yang satu ini lebih bersifat produktif. Karena tidak lagi menekankan pada kritik terhadap kekurangan yang ada tapi lebih menjurus pada perumusan pembelajaran agar kelemahan atau kekurangan tidak terulang lagi pada waktu dan tempat di masa yang akan datang.

Borus dalam Kusumanegara (2010:124&125) berpendapat bahwa ada 3 tipe evaluasi kebijakan atau program, yaitu :

1. Evaluasi proses, yaitu tipe evaluasi yang berusaha menjawab pertanyaan bagaimanakah program berjalan?. Evaluasi proses disebut juga evaluasi formatif.

2. Evaluasi dampak, adalah tipe evaluasi yang menjawab pertanyaan apa yang telah dilakukan suatu program? Atau akibat apa yang terjadi dengan adanya suatu program?. Evaluasi dampak disebut juga evaluasi summatif.

3. Analisis strategi, berupaya menjawab pertanyaan seberapa jauh efektivitas program dalam mengatasi masalah sosial dibandingkan dengan program- program lain untuk mengatasi masalah yang sama?

(31)

17

Ada juga James dalam Winarno (2008:227) membagi evaluasi kebijakan dalam tiga tipe. Masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi.

1. Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.

2. Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program- program tertentu. Tipe evaluasi seperti ini berangkat dari pertanyaan- pertanyaan dasar yang menyangkut: apakah program dilaksanakan dengan semestinya? Berapa biayanya? Siapa yang menerima manfaat (pembayaran atau pelayanan), dan berapa jumlahnya? Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program-program lain? Apakah ukuran- ukuran dasar dan prosedur-prosedur secara sah diikuti? Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti ini dalam melakukan evaluasi dan memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program, maka evaluasi dengan seperti ini akan lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi dalam melaksanakan program. Namun demikian, evaluasi dengan menggunakan tipe seperti ini mempunyai kelemahan, yakni kecenderungannya untuk menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak suatu program terhadap masyarakat.

3. Tipe evaluasi kebijakan sistematis. Tipe ini secara komparatif dianggap masih baru, tetapi akhir-akhir ini telah mendapat perhatian yang meningkat

(32)

18

dari peminat kebijakan publik. Evaluasi sistematis melihat secara obyektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Lebih lanjut, evaluasi sistematis diarahakan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat.

Bentuk dan macam evaluasi Borus dalam Mulyadi (2016:87) antara lain:

1. Pre-evaluation/politic evaluation: bagaimana program itu akan dilaksanakan? (layak atau tidak layak, tepat atau tidak tepat )

2. Monitoring: bagaimana kebijakan tersebut sedang dilaksanakan?

(menyimpang dari rencana atau tidak )

3. Post evaluation/impact evaluation: apa yang telah dicapai dari kebijakan tersebut? (mengetahui dampak dari kebijakan)

Adapula menurut Vries dalam Mulyadi (2016:89), mengemukakan bentuk dan macam evaluasi, adalah:

1. Ex-ante evaluation: evaluasi yang menekankan pada bagaimana penilaian secara kritis terhadap berbagai fakta fundamental yang terjadi dalam proses formulasi kebijakan.

2. Ex-post evaluation: evaluasi dampak yang terjadi setelah dilaksanakan kebijakan, yang terdiri dari a) dampak jangka panjang (impact evaluation), dan b) dampak jangka pendek (implementation evaluation).

(33)

19

Scrieven dalam Wirawan (2012) mengemukakan model evaluasi terdiri dari model evaluasi formatif dan model evaluasi sumatif. Model evaluasi formatif dan sumatif mulai dilakukan ketika kebijakan, program atau proyek mulai dilaksanakan (evaluasi formatif) dan sampai akhir pelaksanaan program (evaluasi sumatif). Berikut penjelasan mengenai kedua model yang dikemukakan oleh Scrieven adalah :

1. Evaluasi Formatif. Istilah evaluasi formatif diperkenalkan oleh Michael Scrieven pada tahun 1967 yang awalnya ia menggunakan istilah outcome evaluation of an intermediate stage in development of the teaching instrument. Menurut Scrieven evaluasi formatif merupakan loop balikan dalam memperbaiki produk. The Program Evaluation Standarts (1994) mendefinisikan evaluasi formatif sebagai evaluasi yang didesain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek, terutama ketika objek tersebut sedang dikembangkan. Sepanjang pelaksanaan kebijakan, program atau proyek dapat dilakukan sejumlah evaluasi formatif sesuai dengan kebutuhan atau kontrak kerja evaluasi.

2. Evaluasi Sumatif. Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program. Evaluasi ini mengukur kinerja akhir objek evaluasi.

Secara umum Dunn (1999:610) menjelaskan juga mengenai Kriteria-kriteria dalam melakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan antara lain:

1. Efektivitas (Effectiveness); apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?

2. Efisiensi (Efficiency); seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

(34)

20

3. Kecukupan (Adequancy); seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?

4. Perataan (Equity); apakah biaya yang dimanfaatkan didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda?

5. Responsifitas (Responsivenness); apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, referensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu?

6. Ketepatan (Precision); apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?

Dunn dalam Mulyadi (2016:91 dan 92) mengemukakan beberapa fungsi evaluasi, yaitu: 1) evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, dalam hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai, 2) evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan dan tujuan target. Nilai diperjelas dengan mengindentifikasikan dan mengoperasikan tujuan dan target. Nilai juga dikritik dengan menanyakan secara sistematis kepantasan tujuan dan target dalam hubungan dengan masalah yang dituju, 3) evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan, sebagai contoh dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target perlu didefinisi ulang.

Adapula Wibawa, dkk dalam Nugroho (2006:156 dan 157) berpendapat bahwa evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi, yaitu:

(35)

21

1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar- berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini evaluator dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.

2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.

3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.

4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan tersebut.

Ada juga Mulyadi (2016:92 dan 93) memberikan pemikirannya tentang tujuan dan pentingnya evaluasi kebijakan. Evaluasi memberikan beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut : 1) menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran, 2) mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat suatu kebijakan, 3) mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari kebijakan, 4) mengukur dampak suatu kebijakan baik dampak positif maupun dampak negatif, 5) untuk mengetahui apabila ada

(36)

22

penyimpangan, 6) sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

Berikut ini beberapa alasan pentingnya evaluasi dilakukan: 1) untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh suatu kebijakan mencapai tujuan, 2) mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.

Dengan melihat pada tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal, 3) memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah, 4) menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari suatu kebijakan atau program, 5) agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Evaluasi kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan diharapkan lebih baik.

Lebih lanjut Dunn (2003) dalam Mulyadi (2016:94 dan 95) mengungkapkan ada beberapa pendekatan evaluasi kebijakan guna menghasilkan penilaian yang baik, pendekatan-pendekatan tersebut antara lain :

1. Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap

(37)

23

individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama dari evaluasi semu adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (self evident) atau tidak kontropersial.

2. Evaluasi Formal (formal Evaluation) merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi utama dari evaluasi formal adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan program.

3. Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision-Theoretic Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau yang dinyatakan.

Evaluasi kebijakan merupakan usaha untuk menentukan dampak dari kebijakan pada kondisi-kondisi kehidupan nyata. Kalimat “usaha untuk menentukan”

digunakan dalam pembahasan ini karena evaluasi dipahami sebagai usaha untuk

(38)

24

menentukan dampak atau konsekuensi yang sebenarnya dari kebijakan, suatu tugas yang sebenarnya kompleks dan sulit. Secara minimum, tujuan evaluasi kebijakan adalah agar kita mengetahui apa yang ingin dicapai dari suatu kebijakan tertentu (tujuan-tujuan kebijakan), bagaimana kita melakukannya (program-program), dan jika ada, apakah kita telah mencapai tujuan-tujuan (dampak atau akibat dan hubungan kebijakan) yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu, fokus kita dalam mengukur pencapaian kebijakan tidak hanya perubahan yang telah terjadi dalam kehidupan nyata, seperti misalnya pengurangan angka pengangguran, tetapi juga bahwa perubahan itu disebabkan oleh tindakan-tindakan kebijakan dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti misalnya diakibatkan oleh keputusan-keputusan ekonomi swasta. Hal ini berarti bahwa dalam melakukan evaluasi kebijakan kita harus memastikan bahwa suatu perubahan yang terjadi di masyarakat benar-benar diakibatkan oleh tindakan-tindakan kebijakan dan bukan diakibatkan oleh faktor- faktor yang lain (Winarno, 2008:231 dan 232).

C. Konsep dan Pengertian Evaluasi Program

Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara khusus, “program”, dapat diartikan sebagai

“perencanaan” sedangkan program secara umum merupakan suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bisa disebut juga sebagai sistem yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bahkan hanya satu kali tetapi berkelanjutan (Arikunto 2014:4).

Menurut Jones (1994) dalam Chrismas (2014) menguraikan pengertian program adalah sebagai berikut :

(39)

25

“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives”.

Suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang saling berhubungan dan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integrasi untuk mencapai sasaran kebijakan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Fernandes dalam Arikunto (2014:5), pemikiran secara serius tentang evaluasi program dimulai sekitar tahun delapan puluhan. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perkembangan sehubungan dengan konsep-konsep yang berkenaan dengan evaluasi program.

Apabila Program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi dan melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan tunggal tapi jamak berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang (Arikunto 2014:3 dan 4).

Evaluasi program adalah studi sistematis yang dilakukan untuk menilai seberapa baik program bekerja dan memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien.

Melalui evaluasi program, dapat membuat keputusan manajemen yang lebih baik, mendukung pendekatan baru dan inovatif dan praktek yang muncul. Evaluasi program dapat menilai kinerja program pada semua tahap perkembangan program (Suratman 2017:176)

(40)

26

Untuk lebih memahami tentang evaluasi program maka ada beberapa pakar mendefinisikan evaluasi program, seperti yang dikemukakan oleh Brigman dan Davis dalam Chrismas (2014) mendefinisikan: evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program telah dapat direalisasi atau belum dan dimensi utama evaluasi program diarahkan kepada hasil, manfaat dan dampak dari program itu sendiri. Pada dasarnya ada 4 (empat) indikator yang digunakan dalam mengukur evaluasi program antara lain: 1). Indikator masukan (input) 2). Indikator proses (process) 3). Indikator keluaran (output) 4). Indikator dampak (outcomes).

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Indikator input memfokuskan pada penilaian apakah sumber daya pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan program. Indikator ini dapat meliputi sumber daya manusia, uang atau infrastruktur pendukung lainnya.

2. Indikator proses memfokuskan pada penilaian bagaimana sebuah program ditransformasikan dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat.

Indikator ini meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dari metode atau cara yang dipakai untuk melaksanakan program tertentu.

3. Indikator outputs (hasil) memfokuskan penilaian pada hasil atau produk yang dapat dihasilkan dari sistem atau proses kebijakan publik. Indikator hasil ini misalnya berapa orang yang berhasil mengikuti program tertentu.

4. Indikator outcomes (dampak) memfokuskan diri pada pertanyaan dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena kebijakan.

(41)

27

Table 2 Indikator Evaluasi Program

No Indikator Fokus Penilaian

1. Input a. apakah sumber daya pendukung dan bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan program?

b. Berapakah SDM (sumber daya), uang atau infrastruktur pendukung lain yang diperlukan?

2. Process a. bagaimanakah sebuah program

ditransformasikan dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat?

b. Bagaimanakah efektivitas dan efesiensi dari metode/cara yang dipakai untuk melaksanakan program tersebut?

3. Outputs a. apakah hasil atau produk yang dihasilkan sebuah program?

b. berapa orang yang berhasil mengikuti program/kebijakan tersebut?

4. Outcomes a. apakah dampak yang diterima oleh masyarakat luas atau pihak yang terkena program?

b. berapa banyak dampak positif yang dihasilkan?

c. adakah dampak negatifnya? seberapa seriuskah?

Sumber : Badjuri & Yuwono (2002) dalam limtjewas (2014)

Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan suatu program, oleh karena itu pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukkan tahapan siklus pengelolaan program yang terdiri dari:

1. Evaluasi pada tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari berbagai alternatif dan memungkinkan cara pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

(42)

28 2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan evaluasi digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan

Pada tahap pasca pelaksanaan evaluasi diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) dari program mampu mengatasi masalah yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan setelah program berakhir untuk menilai relevansi (dampak dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dibandingkan keluaran), kemanfaatan (dampak dibandingkan hasil) dan keberlanjutan (dampak dibandingkan dengan hasil dan keluaran) dari suatu program.

Makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan.

Definisi yang terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Tyler dalam Arikunto (2014:5) yang mengatakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasikan. Definisi yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971). Mereka mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evaluation Consorsium Group menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program (Cronbach, 1982 dalam Arikunto 2014:5). Fokus utama evaluasi program adalah pada hasil (result),

(43)

29

manfaat (benefit), dan dampak (impact) dari proyek, bukan pada prosedur dan proses dalam menyiapkan hasil (Suratman 2017:178). Wonder dan sanders dalam Chrismas (2014) evaluasi program adalah suatu proses mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi untuk membantu para pengambil keputusan dalam memilih berbagai alternatif keputusan.

Ada empat kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari hasil mengevaluasi program kegiatan antara lain:

1. Penghentian program

Karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya dan tidak dapat dilaksanakan sesuai sasaran dari program yang telah ditetapkan sebelumnya maka program tersebut harus dihentikan.

2. Merevisi program

Karena ada bagian-bagian program yang kurang sesuai dengan harapan dari organisasi dan memiliki beberapa kelemahan maka harus dilakukan revisi program pada bagian yang dimaksud.

3. Melanjutkan program

Karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat, maka program harus tetap dilanjutkan.

4. Menyebarluaskan program

Karena program tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik (dalam suatu tempat yang sering dilakukan) maka sangat disarankan untuk program tersebut dapat dilakukan di tempat dan waktu yang berbeda.

(44)

30

Adapula Henry (1988:231 dan 232) mengemukakan langkah-langkah dasar yang harus dilakukan demi suksesnya evaluasi program adalah: 1) mempersiapkan suatu rencana studi yang terinci. Rencana tersebut sedapat mungkin harus disertai dengan suatu pernyataan yang jelas mengenai suatu permasalahannya dan sebuah daftar cermat yang memuat berbagai hambatan dan asumsi yang dipastikan ada dalam mengevaluasi program. Harus disebutkan pula metode yang dipakai dan sumber-sumber yang tercakup dalam penelitian itu harus diuraikan. 2) sebuah tim penelitian harus dipilih, tentukan jalur komunikasi dan pilih metode yang sekiranya paling cocok untuk melaksanakan penelitian yang telah ditentukan. Kita akan mengupas soal metode, kemudian perlu dikemukakan di sini bahwa dalam memilih metode yang tepat gunakanlah kriteria-kriteria berikut ini: tingkat validitas (seberapa besar kepercayaan manajer program atas hasil-hasil penelitian itu?); relevansi (apakah hasil penelitian itu nantinya berguna bagi para perumus kebijakan?); arti penting (bisakah hasil penelitian meyakinkan si manajer bahwa ia jauh lebih baik dari sekedar pengamatan langsung?); efisiensi (apakah nilai penelitian itu lebih tinggi dari biayanya?) dan yang terakhir adalah soal ketepatan waktu (apakah informasi analitis akan sudah bisa didapat manakalah ia diperlukan untuk mempertemukan tujuan program dengan jadwal peraturan?). 3) menjelaskan prosedur penggunaan hasil-hasilnya. Dengan kata lain, hasil evaluasi jika ingin punya pengaruh, haruslah komunikatif. Ini artinya, laporan hasil dibuat sejelas mungkin, dan disebutkan untuk apa/siapa laporan itu dibuat. Selain itu, evaluasi harus jelas, ringkas dan mudah diterapkan. Penerapan atau tindak lanjutnya harus pula meliputi penafsiran laporan untuk para pembuat kebijakan, penjelasan atas hal-

(45)

31

hal yang tak bisa diungkapkan lewat penelitian ini. Sehingga si pembuat kebijakan bisa mengembangkan suatu reaksi yang logis atas laporan tersebut.

Dari beberapa konsep dan pengertian tentang evaluasi program di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah studi sistematis yang dilakukan untuk menilai seberapa baik program bekerja dan memberikan hasil yang lebih efektif dan efisien dan merupakan suatu unit kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan mengimplementasikan suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, serta terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan bersama. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Namun apabila suatu program tidak dievaluasi maka tidak dapat diketahui bagaimana dan seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dan kegiatan lanjutan dari program tersebut, karena dari masukan hasil program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindaklanjut dari program yang sedang atau telah terlaksana.

Dengan mengacu pada berbagai konsep tentang evaluasi, maka dalam penelitian ini untuk mengevaluasi suatu program, peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Davis dan Brigman yang mengungkapkan bahwa ada empat indikator dalam mengevaluasi program antara lain: indikator input, indikator process, indikator outputs dan indikator outcomes. Dengan digunakan indikator dalam

(46)

32

melakukan evaluasi maka evaluator ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi suatu kegiatan sebagai hasil pelaksanaan program setelah data terkumpul yang dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan. Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebab serta hasilnya dan selanjutnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil.

Untuk itu evaluasi diarahkan pada sebuah rekomendasi sehingga tujuan evaluasi tidak boleh terlepas dari tujuan program yang akan dievaluasi. Keduanya saling mendukung karena tujuan program itu merupakan dasar merumuskan tujuan evaluasi program. Dalam melakukan evaluasi dalam suatu penelitian bisa dikatakan juga bahwa evaluasi merupakan penelitian evaluatif. Pada umumnya penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari sebuah program kebijakan, yaitu mengetahui hasil akhir dari adanya kebijakan, dalam rangka menentukan perbaikan atas kebijakan yang lalu, yang pada tujuan akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya berdasarkan rekomendasi dari hasil evaluasi program.

Maka program pada dasarnya merupakan operasional dari suatu kebijakan, sehingga Pelatihan SDM dalam Bidang TIK yang merupakan turunan dari Program Peningkatan Sumber Daya Manusia pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Di Kabupaten Maros yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan para pengelola website SKPD (Satuan kerja perangkat daerah) dan kecamatan sehingga hasil yang diharapkan adalah meningkatnya kapasitas aparatur khususnya

(47)

33

dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi serta aparatur dapat menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

D. Konsep Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pelatihan membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Pelatihan merupakan proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya (Rivai, 2013 yang dikutip Faraditha)

Pengertian Pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang (Simamora, 2001 yang dikutip Hendriani dan Soni, 2008).

Tanjung (2003) dalam Sukiarko (2007) mengemukakan bahwa :

“Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar”

Adapula Robbins dalam Hendriani dan Soni (2008) mengemukakan bahwa :

(48)

34

“Pelatihan adalah sebagai sarana dalam mengubah persepsi, sikap dan menambah keterampilan, peningkatan kemampuan untuk kepentingan penilaian dan mengetahui kinerja. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui pentingnya pelatihan”.

Ada juga Sofyandi (2010) dalam Faraditha (2013) menjelaskan bahwa :

“Pelatihan adalah proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksnakan pekerjaan. Pelatihan memiliki orientasi jangka pendek, dan memiliki kemampuan untuk mempermudah dalam bekerja bagi pegawainya”

Strauss dan Syaless dikutip Sukiarko (2007) memberikan penjelasan bahwa :

“Pelatihan berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek daripada teori.”

Kirkpatrick dalam Sukiarko (2007) juga mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan,mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan. Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan, 2002 dalam Sukiarko, 2007).

2. Tujuan Pelatihan

Menurut Notoatmodjo (2005) dalam Sukiarko (2007), pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 9 memberikan informasi bahwa bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,711 yang artinya variabel bebas yaitu variabel budaya kerja (X 1 ) dan motivasi kerja (X 2

09 Agustus 2016 14:08 © 2006-2016 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ( LKPP ) Pertanyaan Peserta. Dokumen Bab

dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan ( remedial ), pengayaan ( enrichment ), atau layanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat

Meskipun bidang industri saat ini dapat dikatakan berkarakteristik global atau multidomestik, beberapa “kasus murni” masih tetap ada. Sebuah perusahaan industri global yang

Semua partikel (12 bentuk) yang dipakai dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran, pemakaiannya dapat dikelompokkan ke dalam (1) pemakaian partikel baku

Fungsi personal adalah ungkapan emosi penutur kepada mitra tutur melalui bahasa atau tuturannya. Emosi tersebut misalnya rasa senang, rasa marah, rasa sedih, rasa kecewa

Kesimpulan peneliti tersebut diperkuat oleh pernyataan DSM-IV® - TR (2003) mengenai tipe anak hiperaktif-impulsif diantaranya (1) sering gelisah (selalu

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini dengan judul “ Sistem Kendali