• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu upaya memperkenalkan dan memasyarakatkan isi Alquran adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Salah satu upaya memperkenalkan dan memasyarakatkan isi Alquran adalah"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya memperkenalkan dan memasyarakatkan isi Alquran adalah kegiatan memahaminya lewat bahasa Indonesia terjemahan bagi masyarakat luas yang belum atau kurang memahami bahasa Arab/Alquran. Bahasa terjemahan Alquran bagi penerjemah merupakan salah satu wujud pemakaian bahasa ragam terjemahan yang tertuang dalam bentuk tulisan. Pemakaian bahasa ragam terjemahan meliputi bahasa sebagai sarana komunikasi sehari-hari dan bahasa sebagai sarana komunikasi budaya. Untuk sarana komunikasi budaya pemakai bahasa sering kali harus menggunakan dua bahasa dalam situasi yang bersamaan, misalnya bahasa Arab/Alquran dan bahasa Indonesia sebagai terjemahannya.

Bahasa Indonesia terjemahan merupakan salah satu ragam pemakaian bahasa yang ditentukan oleh ragam terjemahannya itu sendiri. Sementara itu, pemakaian bahasa terjemahan dapat ditentukan fungsinya oleh tataran bahasa baku dan takbaku atau grama-tikal dan takgramagrama-tikal(Syafei, 1993:18).

Dalam kenyataannya, para pemakai bahasa, khususnya para penerjemah buku-buku keagamaan, terutama penerjemah Alquran tidak dapat menghindari pemakaian bahasa yang takbaku, baik pemakaian struktur sintaktis maupun struktur morfologis. Dengan kata lain, para pemakai bahasa baku dalam situasi resmi sering menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang takbaku. Sebaliknya, para pemakai bahasa takbaku sering

(2)

dipakai secara bersamaan, terutama dalam bahasa terjemahan. Akibat pemakaian bahasa takbaku itulah, pemakaian bahasa terjemahan sering mengalami penyimpangan dalam pemakaian kaidah baku bahasa Indonesia, seperti halnya dalam bahasa terjemahan Alquran.

Selain itu, berdasarkan pengamatan yang seksama diperoleh gambaran tentang kenyataan yang menunjukkan masih rendahnya mutu bahasa terjemahan; masih banyak penyimpangan dalam pemakaian kaidah baku bahasa Indonesia, baik dalam buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan umum maupun buku-buku keagamaan. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahasa Indonesia terjemahan tersebut, perlu diupayakan perolehan informasi mengenai hal itu. Informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan masukan dalam rangka peningkatan dan pengembangan serta pemasyarakatan kaidah bahasa Indonesia dalam berbagai ragam bahasa Indonesia, khususnya ragam bahasa terjemahan. Di samping itu hasil penelitian ini sangat diperlukan oleh para pemakai bahasa Indonesia, terutama para pembaca dan penerjemah. Lagi pula hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah kepustakaan linguistik terapan mengenai variasi bahasa dilihat dari segi pemakaiannya.

Adapun pertimbangan lain perlunya penelitian bahasa Indonesia terjemahan Alquran adalah karena bahasa Indonesia terjemahan Alquran merupakan bahasa Indonesia yang paling sering dan banyak dibaca oleh masyarakat umum dan terpelajar di kalangan kaum muslimin. Dengan kebiasaan melihat dan memperhatikan pemakaian bahasa Indonesia terjemahan Alquran, para pembaca umum, pengutip terjemahan, mubalig/penceramah, dan ilmuwan akan terbiasa memakai bahasa Indonesia terjemahan tersebut. Hal ini akan ikut serta membantu upaya pemasyarakatan bahasa Indonesia

(3)

ragam terjemahan, terutama ragam bahasa Indonesia baku. Secara rinci alasan pemilihan masalah pemakaian bahasa Indonesia terjemahan Alquran adalah sebagai berikut.

1. Terjemahan Alquran sering dikutip langsung oleh para penyusun buku peljaran agama, SD, SMP, SMA, PT, dan para penyusun buku agama untuk masyarakat umum.

2. Terjemahan Alquran telah dijadikan pedoman pengajaran dalam program terjemah sistem 40 jam oleh MUI Jabar mulai tahun 2001 sampai sekarang.

3. Terjemahan Alquran banyak dibaca oleh kaum muslimin, khususnya orang-orang yang belum atau kurang memahami bahasa Arab/Alquran.

4. Terjemahan Alquran yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (terbitan Kerajaan Arab Saudi tahun 1995) telah dijadikan bahan acuan dalam program Alquran sebagai salah satu model komputerisasi Alquran.

5. Terjemahan Alquran yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (terbitan Kerajaan Arab Saudi tahun 1995) - dengan merujuk pada sekitar 60 buku rujukan - sering dijadikan salah satu rujukan oleh para penerjemah Alquran pada tahun 2000-an sehingga banyak terjemahan Alquran versi baru.

6. Terjemahan Alquran yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (terbitan Kerajaan Arab Saudi tahun 1995) dipandang berkualitas karena beberapa alasan, antara lain: (1) terjemahan itu dibaca dan dijadikan rujukan oleh berjuta-juta umat Islam dari berbagai kalangan dan (2) penerjemahan dikerjakan selama 8 tahun (Syihabuddin, 2001:3).

(4)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, dapat dimunculkan seperangkat permasalahan penelitian, antara lain yang berkaitan dengan pemakaian struktur dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran.

Dalam penelitian ini dipermasalahkan ihwal derajat pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran dengan pokok masalah penelitian yang dibatasi pada sejumlah partikel (12 partikel tunggal) yang terletak di belakang/di depan verba, nomina/adjektiva/numeralia yang tercantum dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran terbitan Kerajaan Arab Saudi tahun 1995.

Pokok masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut.

1. Sejauhmanakah frekuensi pemakaian partikel yang mengikuti verba/adjektiva/nomina/ meralia dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran?

2. Bagaimanakah variasi pemakaian partikel yang mengikuti verba/adjektiva/nomina/nu- meralia dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran?

3. Bagaimana gambaran satuan gramatikal yang menyebabkan munculnya pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran?

4. Sejauhmanakah derajat kebakuan pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemah an Alquran?

5. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan gramatikal dan atau ketidakbakuan dalam pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran?

(5)

D. Asumsi Penelitian

Penelitian ini mengacu pada evidensi yang menunjukkan bahwa pemakaian bahasa Indonesia terjemahan sebagai bahasa sasaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain (1) karakter struktur bahasa sumber yang berbeda dengan bahasa sasaran sehingga hal itu dapat menimbulkan ragam terjemahan baku dan terjemahan takbaku, (2) latar belakang para pemakai bahasa itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya, dan (3) sikap penutur atau pemakai bahasa sasaran.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian di sini mencakup 5 (lima) aspek, yaitu (1) metode, (2) sumber data dan objek masalah, (3) operasionalisasi konsep, (4) instrumen penelitian, dan (5) teknik analisis data. Secara singkat, masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah metode deskriptif-evaluatlif dengan model analisis isi. Adapun sumber datanya diambil dari dokumen korpus bahasa Indonesia dalam terjemahan mushaf Alquran Terbitan Departemen Urusan Agama Islam, Waqaf dan Irsyad Kerajaan Arab Saudi Arabia Tahun 1415 H (1995 M). Objek masalahnya terfokus pada pemakaian 12 partikel bahasa Indonesia yang ditentukan secara quota-purposif. Kemudian setiap konsep partikel dari keduabelas partikel itu akan dioperasionalkan maknanya pada bagian lain. Selanjutnya data penelitian akan dijaring melalui teknik dokumentasi dengan format pencatatan data. Setelah itu, data penelitian yang telah terkumpul akan dianalisis secara kualitatif melalui verfikasi, deskripsi,

(6)

Secara operasional, penggunaan metode penelitian ini mengacu pada alur atau kerangka penelitian sebagai bereikut.

Masalah Penelitian: Sejauhmana frekuensi, variasi, derajat kebakuan pemakaian partikel BI dan apa faktor-faktor pengaruhnya? Operasional- isasi Konsep Partikel Baku dan Partikel TakBaku BI Kesimpulan - Frekuensi - Variasi - Derajat Kebakuan - Faktor-fak- for Penga- ruh Instrumen - Dokumen - Format Kerangka Konseptual - Konsep Partikel BI - Temuan Terdahulu Analisis Data - Verifikasi - Deskripsi - Interpretasi/ - Komparasi - Koreksi - Konklusi

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahasa Baku

1. Pengertian dan Ciri-ciri Bahasa Baku

Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahasa yang mempunyai nilai komunikatif yang paling tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi atau dalam lingkungan resmi dan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan baku, ejaan baku, kosakata baku, tata bahasa baku, serta lafal baku (Husain, 1993:13). Adapun bahasa takbaku adalah bahasa yang dipakai dalam situasi atau lingkungan tidak resmi, seperti dalam surat-menyurat, percakapan dengan teman atau orang sudah saling mengenal lebih akrab, tawar-menawar di pasar, percakapan di tempat-tempat yang agak santai, seperti di warung kopi, rumah makan, dan terminat bus. Biasanya kita tidak terlalu terikat oleh kaidah-kaidah atau norma-norma bahasa yang telah kita sepakati bersama (Husain, 1993:98).

Selanjutnya Arifin, E.Z. dan S. Amran, T (1995:18) mengemukakan bahwa ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Adanya ragam bahasa Indonesia baku dan takbaku disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu sifat masyarakat yang diglosik dan (2) kebinekaan penduduknya (Supardo,

(8)

Sekaitan dengan itu, Syamsudin A.R. (2003) mengemukakan bahwa ciri bahasa Indonesia baku dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu (1) segi ucapan, (2) segi fungsi pemakaian, dan (3) segi struktur unsur kebahasaan. Ciri yang terakhir mencakup 9 (sembilan) aspek; salah satunya adalah menggunakan preposisi yang tepat. Pada bagian lain fungsi dan makna aspek ini akan dijelaskan secara rinci. Selanjutnya akan digunakan konsep partikel sebagai ganti dari preposisi sesuai dengan konsep yang terdapat dalam tesis ini dengan mengacu pada pendapat salah seorang pakar bahasa, Anton M. Moeliono (1976).

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Analisis Bahasa Baku

Bahasa baku berfungsi sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaaan, dan kerangka acuan. Fungsi yang terakhir adalah sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah kaidah itu menjadi menjadi tolok ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan. Dengan demikian, penyimpangan dari norma dan kaidah dapat dinilai (TBBBI, 1992: 14-15).

Berdasarkan fungsi bahasa baku di atas, dapat dikemukakan bahwa tujuan analisis bahasa baku adalah untuk mengetahui aspek-aspek penyimpangan dan derajat kebakuan pemakaian suatu bahasa, dalam hal ini pemakaian bahasa Indonesia terjemahan Alquran serta mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidakbakuan pemakaian bahasa, ba--ik faktor interlingual maupun faktor intralingual. Adapun manfaatnya adalah untuk mem berikan gambaran kepada para pemakai bahasa tentang bahasa baku dan bahasa takbaku dalam komunikasi resmi dan kegiatan komunikasi sehari-hari yang tidak resmi.

(9)

3. Analisis Sintaksis Bahasa Indonesia Baku

Yang dimaksud dengan analisis sintaksis ini ialah pemakaian alat-alat sintaksis atau hubungan sintaksis, yaitu hubungan antarkata dalam kalimat. Sehubungan dengan pemaiakan istilah ini, Azhar Umar, A (1991) dalam penelitiannya telah mempergunakan istilah alat-alat kalimat yang sama maknanya dengan alat-alat sintaktis atau sarana sintaksis atau wasail nahwiyyah (Hasanain, S.S, 1984:171) atau hubungan gramtaikal KBBI, 1997: 1111). Selanjutnya dalam penelitian ini dipilih pemakaian istilah analisis sintaksis atau hubungan sintaksis yang mengacu pada 3 (tiga) aspek, yaitu (1) kolokasi, (2) urutan, dan (3) substitusi/kelaziman berdasarkan pendapat Salehuddin Saleh H (1984) dan Kamal Badri (tt).

Istilah kolokasi (sanding kata) sepadan dengan tadhammun atau ‘alaqatu idmaj sebagai lawan dari ‘alaqatu taqathu’ dalam bahasa Arab, yaitu asosiasi tetap kata dengan kata lain dalam lingkungan yang sama (KBBI, 1997: 513). Firth yang pendapatnya diku-tip oleh Falmer (1981), lalu diterjemahkan oleh Ibrahim S.S. (1991) menganggap

tadhammun (kolokasi) sebagai salah satu tataran makna atau rumusan-rumusannya. Para

linguis lain berupaya menggabungkannya ke dalam tataran-tataran analisis bahasa lain. Kemudian mereka beranggapan bahwa kolokasi itu dapat diperoleh – misalnya – dalam tataran pola-pola fungsional (leksis) yang berkaitan betul – dari segi teori – dengan sintaksis. Sebagian linguis beranggapan bahwa semua kata yang berkolokasi ditentukan oleh makna kata-kata itu. Misalnya, berbicara tentang , berdiskusi tentang, dan berdebat

(10)

merupakan verba transitif yang dapat langsung berhubungan dengan objek tanpa me-merlukan bantuan kata yang berupa partikel tentang.

Urutan sepadan dengan rutbah atau tarkib atau tauzi’imauqi’i (distribusi letak)

dalam bahasa Arab. Menurut ilmu bahasa dalam KBBI (1997), urutan adalah kumpulan unsur-unsur bahasa berstruktur yang secara teoretis terletak berderetan dalam suatu hubungan formal. Falk (1979) yang pendapatnya dikutip oleh Umar, A (1991) mengatakan bahwa struktur satuan bahasa merupakan alat gramatika untuk membentuk suatu konstruksi termasuk di dalam kalimat. Struktur satuan bahasa ini dapat mempengaruhi makna gramatikal, bahkan dapat mengakibatkan suatu kontruksi menjadi tidak gramatikal. Misalnya: ini mobil baru dan ini baru mobil. Setiap urutan kata itu menampilkan makna gramatikal yang berbeda. Perbedaan itu terjadi karena perubahan urutan (struktur) kata. Dalam bahasa Arab, contoh tadi sepadan dengan: haadzihi

sayyaatun jadiidah dan haadzihi jadiidah sayyaarah. Dalam bahasa Arab terdapat urutan

kata yang bebas yang tidak mempengaruhi makna gramatikal dan ada urutan kata yang wajib (mesti).

Istilah Kelaziman atau substitusi sepadan dengan luzum atau mulazamah, iltizam,

talazum atau istibdal dalam bahasa Arab. Dari segi makna ada perbedaan antara

kelaziman dalam bahasa Indonesia dan talazum dalam bahasa Arab. Yang dimaksud dengan kelaziman dalam bahasa Indonesia ialah pemakaian kata sebagaimana lazimnya atau pada umumnya atau kebiasaannya menurut para pemakai bahasa sebagaimana arti kelaziman dalam KBBI (1997), yaitu kebiasaan (yang sudah umum). Adapun yang dimaksud dengan kelaziman sebagai terjemahan dari kata luzum atau talazum dalam

(11)

bahasa Arab, artinya ialah kemungkinan terpisah tidaknya antara satu kata dan kata lainnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Bahasa

Istilah pemakaian bahasa dalam penelitian ini mengacu pada konsep performansi yang dikemukakan oleh Chomsky (1957) dalam kitabnya Syntactic Structure yang diter-jemahkan oleh Hasanain, S.S. (1984) ke dalam bahasa Arab, yaitu at-Tarkib al-Nahwy. Istilah performansi ini sepadan dengan istilah al-ada dalam bahasa Arab. Performansi pemakaian bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor linguistik dan faktor-faktor non-linguistik.

Faktor-faktor linguistik yang mempengaruhi performansi atau pemakaian bahasa seseorang dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu (1) faktor interlingual dan (2) faktor intralingual. Faktor interlingual adalah faktor bahasa ibu pemakai bahasa, sedang-kan faktor intralingual ialah faktor kesulitan atau ketidaktahuan pemakai bahasa asedang-kan kaidah-kaidah bahasa yang dipakai atau dipelajarinya. Kedua faktor ini dapat mengaki-batkan lahirnya bentuk-bentuk lingual yang salah atau tidak gramatikal pada produksi bahasa seseorang.

Pemakaian bentuk bahasa yang berupa partikel (sebagai batasan masalah peneliti-an ini) ypeneliti-ang tidak tepat atau tidak gramatikal ypeneliti-ang dapat digolongkpeneliti-an ke dalam pemakai-an takbaku (non-stpemakai-andar) merupakpemakai-an akibat pengaruh faktor interlingual dpemakai-an faktor intralingual.

(12)

penye-(1) salah yang terjadi karena pengaruh bahasa daerah, misalnya:

- maka itu, makanya (salah, tidak baku) – karena itu, sebab itu (tepat, baku);

- kesemuanya (kurang tepat, tidak baku) – semuanya (tanpa awalan ke) (Dari bahasa Jawa sakabehe?);

(2) salah karena pengaruh bahasa asing, misalnya:

- kamu dibolehkan untuk bertanya (kurang tepat, tidak baku) – kamu dibolehkan bertanya - mempelajari tentang bahasa (kurang tepat, tidak baku) – mempelajari bahasa (tepat, baku);

(3) Karena kurang tahu akan tatabahasa Indonesia:

- menanyakan tentang soal (kurang tepat, tidak baku) – menanyakan soal (tepat, baku) - disebabkan karena (kurang tepat, tidak baku) – disebabkan oleh (tepat, baku).

Faktor-faktor penyebab seperti itulah yang dijadikan acuan atau patokan konseptual dalam penelitian ini dalam mengungkap, memerikan, dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan sering terjadinya penyimpangan (ketidak-bakuan) dalam pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran.

B. Bahasa Terjemahan 1. Makna Terjemahan

Secara bahasa, kata terjemahan berasal dari bahasa Arab, yaitu tarjamah sebagai bentuk masdar (gerund) dari fi’il madhi tarjama: tarjama al-kalaam yang semakna dengan fassarahu bi lisaanin aakhar; artinya: ia menafsirkannya dengan bahasa lain (Munjid, 1986:60). Berdasarkan makna dalam kamus ini, terjemahan adalah identik dengan tafsir (interpretasi).

(13)

2. Ragam Terjemahan

Az-Zarqani (tt) dalam kitab Manahilul ‘Irfan fii ‘Uluumil Qur’an yang pendapat-nya dikutip Mudzakkir AS (1996) membagi terjemah ke dalam dua macam, yaitu (1) terjemah harfiyah dan (2) terjemah tafsiriyah.

Terjemah harfiyah adalah terjemah yang memperhatikan kesamaannya dengan yang asli

dalam hal susunan dan urutannya. Terjemah semacam ini dinamakan juga terjemah

lafdhiyah dan terjemah musawiyah.

Terjemah tafsiriyah adalah terjemah yang tidak memperhatikan kesamaannya dengan yang asli dalam hal susunannya dan urutannya, tetapi yang dipentingkan adalah penggambaran makna dan tujuan dengan baik dan sempurna.

Berdasarkan ragam terjemahan tersebut dapat dikatakan bahwa terjemahan Alquran yang dijadikan sumber data penelitian ini mengacu pada perpaduan dua ragam terjemahan, yaitu ragam terjemahan harfiah dan ragam terjemahan bebas. Ragam pertama lebih berorientasi pada bentuk dan struktur, sedangkan ragam kedua lebih berorientasi pada bahasa sasaran.

3. Tujuan dan Manfaat Penerjemahan

Penerjemahan bertujuan memindahkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Para ahli terjemahan lainnya merumuskan bahwasanya dalam proses penerjemahan, suatu teks dalam bahasa sumber diganti dengan teks dalam bahasa sasaran (Basalamah, 1997:2). Adapun manfaat penerjemahan adalah antara lain sebagai (1) upaya

(14)

belum atau kurang memahaminya dan (2) sebagai salah satu upaya solusi terhadap kesulitan dalam memahami, meyakini, dan mengamalkan gagasan yang terdapat bahasa sumber.

4. Langkah-langkah Menerjemahkan:

Najib, M (tt) dalam Nur M. (2007) memerinci langkah-langkah menerjemahkan sebagai berikut.

Pertama, membaca teks secara sekilas untuk menangkap ide, tema, dan gagasan umum

dari teks yang akan diterjemahkan.

Kedua, jika diperlukan, penerjemah membaca ulang teks yang akan diterjemahkan. Ini

dilakukan untuk menangkap seluruh isi teks sampai detil-detilnya.

Ketiga, penerjemah membaca teks paragraf demi paragraf. Ia juga harus mengetahui

istilah-istilah yang digunakan.

Keempat, membaca kalimat demi kalimat, kemudian menerjemahkannya.

Kelima, melakukan revisi-revisi untuk menyesuaikan hasil terjemahan dengan gaya

bahasa target, juga melakukan koreksi-koreksi teknis atau kesalahan-kesalahan tanda baca.

Keenam, membaca kembali hasil terjemahan untuk menemukan diksi, kata penghubung,

dan istilah-istilah yang paling tepat dan sesuai dengan bahasa sasaran.

Ketujuh, pembacaan terakhir untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi

(15)

5. Alat Ukur untuk Mengevaluasi Hasil Terjemahan

Nida dan Taber (1982) dalam Syihabudin (2001:168) menyatakan bahwa kualitas terjemahan dapat diukur dengan (a) menggunakan teknik rumpang, (b) meminta tanggapan pembaca terhadap nas terjemahan, (c) mengetahui reaksi para penyimak terhadap pembacaan nas terjemahan, dan (d membaca terjemahan dengan nyaring, sehingga dapat diketahui apakah pembacaannya itu lancar atau tersendat-sendat.

Terjemahan Alquran ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Depar-temen Agama Republik Indonesia, yang kemudian diterbitkan oleh Kerajaan Arab Saudi tahun 1995, itu mengacu pada 2 (dua) ragam terjemahan, yaitu (1) terjemahan harfiyah atau terjemahan leksikal-gramatikal dan (2) terjemahan maknawiyah atau terjemahan tekstual-kontekstual . Terjemahan harfiyah adalah penerjemahan yang mengutamakan kesetiaan kata demi kata dalam teks aslinya (Suryawin, Z,1989:3). Terjemahan ini tetap dipertahankan oleh tim penerjemah untuk menjaga keaslian terjemahan manakala hasil terjemahan itu dikembalikan kepada bahasa teks aslinya. Akan tetapi hasil terjemahan ini sering menimbulkan bahasa sasaran (bahasa Indonesia) yang tidak berterima secara gramatikal atau tidak baku atau menyimpang dari kaidah baku bahasa Indonesia. Demikian juga dengan hasil terjemahan partikel bahasa Indonesia yang merupakan terjemahan harfiyah dari bahasa naskah Alquran. Adapun terjemahan maknawiyah adalah penerjemahan yang mengutamakan makna teks secara keseluruhan (Suryawin, Z, 1989:4).

(16)

C. Partikel Bahasa Indonesia 1. Pengertian Partikel

Istilah partikel berasal dari kata particle (bahasa Inggris). Kata partikel sepadan dengan kata harf atau adat dalam bahasa Arab, yang termasuk salah satu jenis kata dari tiga jenis kata, yaitu (1) fi’il (verba), (2) isim (nomina), dan (3) harf (partikel). Dalam ilmu bahasa, partikel adalah suatu kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan, yang mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya kata sandang, preposisi, konjungsi, dan interjeksi (KBBI, 1997: 732). Definisi lain menyatakan bahwa partikel (harf) adalah setiap kata yang tidak mempunyai makna kecuali disertai dengan kata lainnya (Nikmah, F, tt: 19). Selain itu,

partikel (harf) adalah kata yang bermakna apabila beriringan dengan kata yang lainnya

(Ghalayaini, M, 1973: 9). Selanjutnya kata pertikel di sini semakna dengan preposisi sebagaimana yang dikemukakan oleh Moeliono(1976: 104-108) dalam Effendi, S dan Buda A (1993). Oleh karena itu pemakaian kedua istilah tersebut di sini dianggap sama dan dapat dipertukarkan..

2. Jenis Partikel

Jadi, partikel dapat dikelompokkan ke dalam (1) partikel tunggal (monomorfemis) dan (2) partikel majemuk (polimorfemis).

(17)

Partikel tunggal (monomorfemis) adalah partikel yang hanya terdiri atas satu morfem dan tidak dapat diperkecil bentuknya, seperti dari, untuk, dan ke (Periksa TTBBI, 1992: 230 - 234).

Partikel majemuk (polimorfemis) adalah partikel yang terdiri atas 2 (dua) morfem lebih, yang dibentuk dengan (1) memakai afiks dan (2) menggabungkan dua kata atau lebih, seperti sekitar, daripada, dan di atas (Periksa TTBBI, 1992, 35).

Sesuai dengan batasan masalah penelitian ini, kajian konsep partikel akan terfokus pada pemakaian partikel tunggal.

3. Makna dan Fungsi Partikel

Pada bagian ini akan dikemukakan makna dan fungsi setiap partikel sesuai dengan batasan masalahnya berikut contoh pemakaiannya masing-masing berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1991), Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), dan Pelik-pelik bahasa Indonesia (Badudu, J.S, 1985). Kemudian makna dan fungsi setiap partikel dari sejumlah partikel (12 partikel) tunggal (monomorfemis) yang dikaji dalam penelitian ini akan dikontraskan dengan makna setiap partikel (preposisi) atau harf jarr dalam bahasa Arab.

3.1 Partikel akan

Partikel akan merupakan partikel tunggal yang bermakna dan berfungsi untuk: (1) menghubungkan verba dengan pelengkapnya yang berarti kepada: ia lupa

(18)

(2) menyatakan makna mengenai, tentang, terhadap: akan harta peninggalan

orang tuanya itu tiada dipikirkannya lagi;

Dalam bahasa Indonesia, partikel akan merupakan varian pemakaian partikel yang dapat dipertukarkan pemakaiannya dengan partikel terhadap dan kepada yang bersangan dengan verba-verba intransitif, seperti benci kepada, benci

terhadap, dan benci akan.

Akan tetapi dalam pemakaian bahasa Indonesia, ditemukan bentuk-bentuk penyimpangan atau ketidaktepatan pemakaian partikel akan di belakang verba aktif transitif. Misalnya:

- mereka mengingkari akan rahmat Allah (QS 30:34)

- mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka (QS 50:6) - kamu melupakan akan pertemuan ini (QS 32:14)

3.2 Partikel tentang

Partikel tentang merupakan partikel tunggal yang berfungsi , antara lain untuk: (1) menyatakan makna hal, perihal: ia tidak tahu apa-apa tentang perkara itu; (2) menyatakan makna mengenai: pendapatnya tentang masalah itu belum di-

umumkan.

(3) sebagai pengantar objek: saya tahu tentang masalah ini

Akan tetapi dalam pemakaian bahasa Indonesia, ditemukan bentuk-bentuk penyimpangan atau ketidaktepatan pemakaian partikel tentang di belakang verba transitifif. Misalnya:

- Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu (QS 18:22)

- Di antara manusia ada orang yang membantah tenang Allah agama Allah .... (QS 22:3)

(19)

3.3 Partikel ke

Partikel ke mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu untuk:

(1) menyatakan keterangan tempat tujuan, baik tentu maupun tak tentu: ke kantor,

ke sekolah, ke suatu tempat;

(2) bersama-sama kata mana, yang membentuk kata bantu tanya, misalnya:

Ke mana mereka akan pergi?

Bentuk penyimpangan yang kita sering jumpai dalam pemakaian bahasa Indone-sia, ialah partikel ke ditulis bersambung dengan kata yang mengikutinya, seperti halnya awalan. Misalnya, saya pergi ke luar kota ditulis saya pergi keluar kota. Selain itu, ada pemakaian partikel ke di depan kata ganti orang seperti: ke saya, ke ibu, dan ke bapak. Ini bahasa Indonesia dialek Sunda yang dipengaruhi oleh struktur bahasa Sunda (Badudu, J.S, 1985:152).

Bentuk penyimpangan lain ialah dipakainya partikel ke untuk menyatakan tempat terjadinya atau tempat beradanya sesuatu. Misalnya:

- guru meletakkan tas ke atas meja

- kepala sekolah menempelkan pengumuman ke dinding

Semua kata yang mengikuti partikel ke dalam ketiga contoh di atas lebih menun-jukkan lokatif, bukan tempat tujuan. Karena itu pemakaian partikel ke di atas lebih tepat diganti dengan partikel di.

3.4 Partikel dengan

(20)

(2) menyatakan keterangan kualitatif/menyataan keadaan: anak-anak itu memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh;

(3) menyatakan keselarasan dari dua hal atau lebih: harga barang itu sesuai dengan kemampuanku;

(4) menyatakan batas waktu tertentu: peraturan itu masih berlaku sampai dengan hari ini Adapun bentuk penyimpangan atau kekeliruan yang sering terjadi dalam pemakai an partikel dengan, antara lain:

(1) bersifat redundansi, karena tidak mempunyai fungsi tertentu, bahkan akan merusak sifat hubungan sifat hubungan antarkata yang diselanya: bersama dengan surat ini saya mengirimkan foto;

(2) dipakai sebagai akibat pengaruh bahasa Jawa (karo): dia sangat baik dengan tetangga-nya.

Contoh kalimat (1) kurang tepat, karena antara kata bersama dan surat ini, sudah demikian eratnya dan pasangan tersebut sudah dapat berhubungan langsung. Karena itu partikel dengan dalam kalimat di atas perlu dihilangkan. Demikian pula dengan pema-kaian partikel dengan dalam contoh kalimat (2), lebih tepat diganti dengan partikel

kepada. Sebab kata atau kelompok kata yang mengikuti partikel dengan di atas berfungsi

sebagai objek berpartikel yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat (sangat baik). Untuk kata yang berobjek partikel atau berobjek kata depan, yang predikatnya berupa adjektiva, objek tersebut diantar partikel kepada.

3.5 Partikel dari

(21)

(1) untuk menyatakan keterangan tempat asal sesuatu: - Paman baru datang dari Bandung

(2) untuk menyatakan asal sesuatu dibuat: - baju itu terbuat dari kulit

(3) untuk menyatakan keterangan sebab: - Orang itu di-PHK dari ulahnya sendiri

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, ditemukan bentuk-bentuk penyimpangan atau ketidaktepatan pemakaian partikel dari di belakang verba transitifif dan adjektiva perbandingan. Misalnya:

- Dia menambah kepada mereka dari karunia-Nya - Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan

3.6 Partikel antara

Partikel antara merupakan partikel tunggal yang berfungsi untuk:

(1) menyatakan pemilihan atau alternatif: siapakah yang benar antara (di antara)

saya dan dia; berita itu masih belum pasti antara benar dan tidak;

(2) menyatakan jangka waktu atau ukuran jarak: pekerjaan itu akan selesai

antara tanggal 5 sampai 10; tas Amir jatuh antara kantor pos dan sekolah;

(3) dipakai dalam arti kira-kira atau sekitar: jumlah siswa SMA tempat saya

ber-sekolah antara delapan ratus orang; dia tidak masuk ber-sekolah antara seminggu;

saya kemarin berangkat ke Bandung antara jam tujuh pagi.

(22)

atau ketidaktepatan pemakaian partikel antara di belakang verba transitifif dan pasangan antara (+ nomina) + dengan. Misalnya:

- dia tidak dapat membedakan antara yang hak dan yang batil (takbaku) - ada hubungan antara X dengan Y (takbaku)

3.7 Partikel di

Partikel di sebagai kata depan atau preposisi berfungsi sebagai beikut:

(1) untuk menyatakan atau mengantar kata keterangan tempat selain manusia atau binatang, baik tertentu maupun tak tentu, seperti:

- Barang itu sekarang disimpan di suatu tempat.

(2) menyatakan atau mengantar keterangan waktu tak tentu, seperti: - Amir masuk kelas di saat Pak Guru sedang menerangkan.

Adapun bentuk penyimpangan pemakaian partikel di yang sering kita jumpai adalah seperti dalam contoh-contoh berikut:

(1) Dipakai untuk menyatakan keterangan tempat yang berupa manusia dan binatang. Misalnya:

- Kunci kelas ada di Pak Hasan.

Partikel di dalam kedua kalimat di atas seharusnya diganti dengan partikel pada. (2) Dipakai sebagai pengantar subjek dalam kalimat. Misalnya:

(23)

Menurut Badudu, J.S. (1985), dalam pemakaiannya ada partikel di yang dipakai karena pengaruh bahasa Sunda, seperti: di kami, di kita, dan di saya. Ini termasuk ragam takbaku, sedangkan ragam bakunya adalah: pada kami, pada kita, dan pada saya.

3.8 Partikel pada

Partikel pada digunakan:

(1) sebagai preposisi di depan nomina yang menyatakan waktu dan orang (nomina orang/pronomina): pada malam nanti, bukan di malam nanti; pada keluarga kami, bukan

di keluarga kami;

(2) di depan kata-kata seperti pikiran, pendapat, dan hemat yang sering bervariasi pema-kaiannya dengan kata menurut: pada hemat saya, masalah itu harus segera dipecahkan; (3) dalam beberapa ungkapan: pada umumnya penghidupan rakyat Indonesia ialah

bercocok tanam; pada dasarnya kami menerima permohonan Saudara;

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, kita jumpai bentuk penyimpangan pemakai-an partikel pada sesudah verba trpemakai-ansitif aktif menimpa. Misalnya:

- kemudian kamu meniup padanya

Selain itu partikel pada sering dipakai sebagai kependekan partikel kepada untuk menunjukkan arah menuju sesuatu.

- para siswa harus patuh pada nasihat gurunya (takbaku) - para siswa harus patuh kepada nasihat gurunya (baku)

(24)

3.9 Partikel untuk:

Ada beberapa makna dan fungsi yang dimiliki partikel untuk, antara lain diguna- kan untuk:

(1) menyatakan keterangan tujuan atau maknsud dari suatu perbuatan atau tindakan, searti dengan partikel guna: orang tua itu bekerja siang malam untuk membiayai sekolah anaknya;

(2) mengantar objek penyerta (O2), searti dengan partikel demi: dikorbankanlah jiwa raganya untuk nusa dan bangsa;

(3) mengantar objek berkata depan, yang artinya sama dengan partikel terhadap: untuk masalah itu, saya belum bisa berkomentar.

(4) menyatakan makna bagi, bagian: ini untukku, yang itu untukmu Bentuk penyimpangan dalam pemakaian partikel untuk, antara lain:

(1) dipakai di antara dua kata kerja yang letaknya berurutan dan yang keduanya sudah dapat berhubungan langsung: hadirin dimohon untuk berdiri

(2) dipakai sebagai pengantar subjek dalam kalimat: untuk dia perlu mendapatkan perhatian khusus.

Subjek kalimat di atas (2) ialah dia. Akan tetapi karena diberi berpengantar partikel untuk, maka berubah fungsinya menjadi objek berpartikel. Padahal kalimatnya adalah kalimat yang mengandung verba transitif yang secara struktur tidak memerlukan objek berpartikel. Dengan demikian kalimat itu tanpa subjek. Untuk menciptakan subjek dalam kalimat itu sehingga kalimat tadi menjadi struktural, ada dua cara, yaitu:

(1) menghilangkan partikel untuk sehingga kalimat menjadi: dia perlu mendapatkan

(25)

(2) mengubah verba yang menduduki predikat sehingga verba pasif: untuk dia perlu

didapatkan perhatian khusus.

3.10 Partikel bagi:

Partikel bagi dipakai untuk

(1) menyatakan tujuan yang yang semakna dengan partikel untuk dan buat: - disediakan hadiah bagi pemenang pertama, kedua, dan ketiga

(2) menyatakan perihal yang semakna dengan partikel akan (hal), tentang (hal), dan

menurut (pendapat): bagi saya, hal itu tidak perlu diperdebatkan lagi

Dalam kenyataannya sering ditemukan pemakaian partikel bagi yang tidak tepat menurut kaidah bahasa Indonesia baku, seperti yang tercantum dalam surat me-nyurat atau pengumuman-pengumuman. Misalnya:

- bagi khatib yang berhalangan hadir, mohon memberi tahu kepada DKM

sehari sebelumnya

- bagi mahasiswa yang tidak menyerahkan tugas dianggap tidak mengikuti

tentamen

Pemakaian partikel bagi dalam kedua contoh di atas merupakan suatu penyim-pangan dari kaidah baku bahasa Indonesia karena ia tidak memiliki fungsi yang jelas. Kedua contoh tadi merupakan klausa yang tidak gramatikal karena karena kehadiran partikel bagi pada kata yang seharusnya berfungsi sebagai subjek. Dengan kata lain pemakaian partikel dalam kedua contoh tadi merupakan pema-kaian partikel bagi yang tidak baku atau keliru. Oleh karena itu, partikel bagi dalam contoh tersebut perlu

(26)

dihilangkan sehingga klausa atau kalimat tadi akan menjadi gramatikal atau baku seperti berikut.

- khatib yang berhalangan hadir, mohon memberi tahu kepada DKM sehari sebelumnya

- mahasiswa yang tidak menyerahkan tugas dianggap tidak mengikuti tentamen

3.11 Partikel atas

Ada beberapa fungsi yang diduduki partikel atas, antara lain:

(1) dipakai dalam arti terhadap, tentang dan letaknya selalu di depan nomina yang berfungsi sebagai objek berkata depan:

- dia jugalah yang harus bertanggung jawab atas kesalahannya - mereka merasa bersyukur atas keberhasilan yang diperolehnya

(2) dipakai dalam arti berkat atau akibat, yang menyatakan keterangan sebab akibat atau mengandung makna karena atau disebabkan oleh:

- semua itu berhasil atas usahanya yang gigih

- Perusahaan orang itu dapat berdiri atas prakarsa orang tuanya (3) dipakai dalam arti dengan:

- dia memberikan sumbangan kepada yayasan itu atas nama keluarganya - mereka melakukan semua itu atas kemauannya sendiri

(4) dipakai untuk menyatakan suatu pemerian atau rincian atau mengandung arti dari atau menjadi:

- buku itu terdiri atas beberapa bab

(27)

Itulah fungsi partikel atas dalam pemakaian bahasa Indonesia baku. Apabila parti- kel itu dipakai tidak sesuai dengan fungsinya seperti dalam contoh: ia sedang menyaksi- kan atas perlombaan itu (takbaku), maka itu merupakan bentuk penyimpangan karena kata menyaksikan termasuk verba transitif yang memerlukan objek langsung tanpa kata perangkai atau partikel.

3.12 Partikel karena

Partikel karena berfungsi untuk menyatakan keterangan sebab dalam suatu kali-mat. Misalnya: Karena perbuatan dosa mereka, Allah mengazab mereka.

Dalam pemakaiannya, kita sering menjumpai partikel karena digabungkan dengan partikel oleh, seperti oleh karena atau oleh karena itu. Ini merupakan pemakaian yang kurang tepat sebab partikel karena sudah secara jelas menyatakan sebab, yang pemakaiannya dapat berdiri sendiri. Bentuk penyimpangan lain yang kita jumpai ialah partikel karena dipakai di depan verba disebabkan atau verba itu dipasangkan dengan partikel karena, seperti disebabkan karena dalam contoh kalimat: Mereka diazab

disebabkan karena dosanya. Pemakaian seperti ini tidak tepat. Karena itu sebaiknya

partikel itu diganti dengan partikel oleh sehingga contoh kalimat tadi dapat diperbaiki menjadi: Mereka diazab disebabkan oleh dosanya.

Secara gramatikal kedua belas (12) bentuk partikel dalam bahasa Indonesia di atas dapat disepadankan bentuk dan maknanya dengan 8 (delapan) bentuk partikel dalam bahasa Arab yang terdiri dari 7 (tujuh) partikel berupa harf jarr (preposisi), yaitu (1) ‘an, (2) min, (3) ila, (4) li, (5) ‘ala (6) fi, (7) bi dan 1 (satu) partikel berupa dharaf makan

(28)

pengelompokan istilah partikel bahasa Indonesia dan partikel bahasa Arab. Dalam bahasa Arab kata yang menunjukkan keterangan tempat tidak dikelompokkan ke dalam istilah

partikel atau harf atau adawat melainkan adverbia atau dharaf. Kedelapan partikel

dalam bahasa Arab itu, masing-masing mengandung makna yang kontras dengan partikel dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.

(1) Partikel ‘an dalam bahasa Arab kontras dengan partikel tentang dan dari dalam bahasa Indonesia.

(2) Partikel min dalam bahasa Arab kontras dengan partikel dari dalam bahasa Indonesia. (3) Partikel ila dalam bahasa Arab kontras dengan partikel kepada dan terhadap dalam bahasa Indonesia.

(4) Partikel li dalam bahasa Arab kontras dengan partikel untuk, bagi dan karena dalam bahasa Indonesia.

(5) Partikel ‘ala dalam bahasa Arab kontras dengan partikel atas dan kepada dalam bahasa Indonesia.

(6) Partikel ‘fi dalam bahasa Arab kontras dengan partikel di, pada, dan dalam dalam bahasa Indonesia.

(7) Partikel ‘bi dalam bahasa Arab kontras dengan partikel dengan dalam bahasa Indonesia.

(8) Partikel ‘baina dalam bahasa Arab kontras dengan partikel antara dan diantara/di

antara dalam bahasa Indonesia.

Dari hasil pengkontrasan di atas dapat dikemukakan di sini bahwa sejumlah partikel (12 partikel) yang dipakai dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran, sebagian

(29)

besarnya diduga sebagai hasil penerjemahan leksikal-gramatikal dari sejumlah partikel (8 partikel) bahasa Arab Alquran.

D.Temuan Terdahulu

Sehubungan dengan masalah penelitian tentang pemakaian partikel Bahasa Indonesia terjemahan Alquran, di sini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah ini antara lain sebagai berikut.

1.Hasil penelitian Rochayah dan Misbah (1985) memperlihatkan pemakaian bahasa Indonesia terjemahan yang terpengaruh oleh bahasa sumbernya sehingga terjadilah penyimpangan gramatikal yang muncul secara berulang-ulang, bukan karena ketidaksengajaan, tetapi ia menunjukkan penyimpangan yang berarti dan perlu mendapat sorotan khusus dalam pemakaian bahasa Indonesia terjemahan.

2. Effendi, S (1993) telah menelaah sejumlah preposisi, di antaranya 26 preposisi tung-gal yang didaftar dengan enam kelas kata, yaitu nomina, pronomina, numeralia, adjek-tiva, adverbia, dan verba.

3. Rahmat, A.S. (1999) memfokuskan masalah penelitiannya pada aspek gramatikal dan aspek takgramatikal, yaitu pengaruh struktur sintaksis bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia terjemahan Alquran.

4. Hasil penelitian Syihabuddin (2000) telah menemukan kenisbian teori, jenis-jenis teknik yang digunakan dalam mentransposisikan fungsi sintaksis dan kategorinya, jenis-jenis teknik untuk mengekuivalensikan makna kata atau istilah, karakteristik pengalihan

(30)

menerjemahkan nas keagamaan dan karakteristik pengajaran menerjemah. Dalam penelitian lanjutannya , ia merekomendasikan agar sebaiknya diteliti masalah tentang karakteristik terjemahan yang memiliki tingkat keterpahaman tinggi, misalnya berkaitan dengan jenis klausa dan frasa, terjemahan kata atau ungkapan metafora dan pemakaian

preposisi.

Hasil penelitian yang pertama dan atau saran penelitian yang terakhir (penelitian lanjutan tentang pemakaian preposisi) merupakan sumber masalah yang lebih mendorong peneliti untuk mengungkap lebih jauh pemakaian partikel bahasa Indonesia dalam bahasa Indonesia terjemahan karena bahasa terjemahan itu dipakai oleh kedua pakar bahasa Indonesia dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Misalnya, pemakaian verba transitif + preposisi (membedakan antara, membicarakan tentang, menanyakan tentang dan lain-lain), dan pemakain kata penggolong + kata ulang (semua kata-kata). Hasil penelitian yang kedua dan ketiga belum mendeskripsikan secara khusus ihwal derajat kebakuan pemakaian partikel bahasa Indonesia dalam terjemahan Alquran.

(31)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ihwal pamakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. mendeskripsikan frekuensi pemakaian partikel yang mengikuti verba/adjektiva/nomina /numeralia dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran;

2. mendeskripsikan variasi pemakaian partikel yang mengikuti verba/adjektiva/nomina/ numeralia dalam bahasa Indonesia terjemahan;

3. mendeskripsikan satuan gramatikal yang menyebabkan munculnya pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran?

4. mendeskripsikan ihwal pemakaian partikel bahasa Indonesia terjemahan Alquran yang sesuai dengan kaidah baku bahasa Indobesia dan yang menyimpang dari kaidah baku bahasa Indonesia atau memerikan ihwal pemakaian baku partikel dan pemakaian tak- baku partikel bahasa Indonesia dalam terjemahan Alquran terbitan Departemen Agama Republik Indonesia, yang kemudian diterbitkan oleh Departemen Urusan Agama Islam, Wakaf dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia tahun 1415 H/1995 M;

5. mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan gramati- kal dalam pemakaian partikel bahasa Indonesia dalam terjemahan Alquran;

(32)

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bahasa Indonesia terjemahan merupakan salah satu ragam pemakaian bahasa Indonesia yang tumbuh subur di kalangan penerjemah dalam berbagai bidang kehidupan, baik sosial, politik, maupun agama termasuk terjemahan kitab suci Alquran. Dalam kegiatan penerjemahan, seperti penerjemahan bahasa Arab-Alquran ke dalam bahasa Indonesia, penerjemah sebagai dwibahasawan tidak terlepas dari pengaruh bahasa sumber terhadap bahasa sasaran dalam bahasa Indonesia terjemahan sehingga hasil terjemahannya pun sedikit banyak akan dipengaruhi oleh bahasa sumber tersebut. Di samping itu, bahasa Indonesia terjemahannya akan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan kemampuan berbahasa Indonesia penerjemah itu sendiri.

Secara teoritis pengaruh transfer bahasa sumber (Arab-Alquran) ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) dan benar salahnya pemakaian bahasa Indonesia terjemahan dapat dianggap unsur penting dalam bahasa tersebut. Selain itu ia dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perencana pengajaran bahasa mengenai karakteristik universal dalam pemakaian bahasa Indonesia terjemahan dan dapat mengungkap banyak universalitas bahasa itu sendiri. Adapun secara praktis, hasil penelitian ini akan merupa-kan sumbangan dan masumerupa-kan yang sangat penting bagi guru-guru bahasa dan para pemakai bahasa, khususnya para penerjemah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat membantu mereka dalam merencanakan bahan ajar, mengubah metode dan prosedur penerjemahan atau mentransfer bahan, merevisi hasil terjemahan, mereviu hasil terjemah, dan menyusun bahan pelatihan berbahasa Indonesia bagi guru-guru bahasa dan

(33)

calon penerjemah atau penerjemah pemula. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam:

(a) upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam terjemahan Alquran,

(b) penyusunan pedoman penerjemahan dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dan pendeskripsian pemakaian partikel baku dan partikel takbaku dalam verba/adjektiva/nomina/numeralia bahasa Indonesia,

(c) pengayaan khazanah pengetahuan tentang pemakaian partikel bahasa Indonesia terjemahan, dan

(34)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-evaluatif dengan model analisis isi. Dengan metode ini, akan terdeskripsikan ihwal derajat kebakuan pemakaian partikel dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran. Hal itu akan diungkap melalui model analisis isi dokumen bahasa Indonesia terjemahan Alquran sekitar pemakaian partikel yang mengikuti verba/adjektiva/nomina/numeralia atau partikel yang terletak di belakangnya/di depannya dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran sebagai sumber data dan objek penelitiannya.

B. Sumber Data dan Objek Penelitian

Oleh karena karena penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan, bukan penelitian lapangan yang berhadapan dengan orang, sumber data penelitian ini adalah dokumen mushaf Alquran terbitan Departemen Urusan Agama Islam, Wakaf dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia tahun 1415 H/1995 M (telah direvisi oleh 13 anggota panitia pentashih) yang memuat seperangkat partikel bahasa Indonesia terjemahan Alquran. Adapun objek dan batasan masalahnya adalah sejumlah partikel (12 partikel) tunggal.. Penentuan jumlah partikel itu diambil secara kuota dan purposif sampling, yaitu sejumlah partikel (baku dan takbaku) yang berpasangan langsung dengan verba/adjektiva, nomina/numeralia (pasangan baku dan pasangan takbaku) atau yang ada di belakang/di depan atau terletak sesudah verba/adjektiva/nomina/numeralia atau yang mengikutinya secara langsung - tanpa diselingi oleh suatu jenis kata lainnya - yang terdapat dalam

(35)

bahasa Indonesia terjemahan Alquran. Partikel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah partikel (preposisi) yang berfungsi sebagai perangkai atau penghubung verba/adjketiva/nomina/numeralia dengan pelengkap/keterangan dan sebagai penggganti dari objek yang terdapat pada verba transitif. Jenis dan jumlah partikel yang dipakai diidentifikasi dalam penelitian ini adalah partikel tunggal (partikel monomorfemis) yang terdiri atas 12 bentuk, yaitu: (1) akan, (2) tentang, (3) ke, (4) dengan, (5) dari, (6)

antara, (7) di (8) pada, (9) atas, (10) bagi, (11) untuk, dan (12) karena. Selanjutnya

pemakaian partikel bahasa Indonesia tersebut dapat dikelompokkan ke dalam pemakaian yang tepat/baku/gramatikal dan pemakaian yang menyimpang dari kaidah baku bahasa Indonesia. Pemakaian partikel yang baku atau gramatikal atau berterima adalah pemakaian yang tepat dilihat dari aspek hubungan sintaktis, yaitu: (1) kolokasi, (2) urutan, dan (3) kelaziman, sedangkan pemakaian partikel yang tidak baku atau tidak gramatikal adalah pemakaian yang tidak sesuai dengan tuntutan ketiga aspek tadi.

C. Operasionalisasi Konsep

Sebagaimana telah dikemukan pada bagian terdahulu, masalah penelitian ini adalah pemakaian partikel yang terfokus pada pemakaian 12 partikel (preposisi) tunggal, yaitu partikel yang terletak dibelakang/di depan verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Kedua belas partikel (preposisi) itu, masing-masing secara konseptual dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) akan, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba atau partikel yang berfungsi sebagai perangkai verba tak-transitif, adjektiva, atau nomina,

(36)

misalnya: meragukan tentang (takbaku); ragu-ragu akan (baku); timbul keraguan akan (baku);

(2) tentang, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba atau nomina, misalnya: memperdebatkan tentang (takbaku); berdebat tentang (baku); mengadakan perdebatan tentang (baku);

(3) ke, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba, adjektiva, atau di depan nomina, misalnya: melihat ke (takbaku); menuju ke (baku);

tujuan ke (baku);

(4) dengan, adalah bentuk partikel (preposisi) yang terletak di belakang verba, adjektiva, atau nomina, misalnya: beriman bersama dengan (takbaku); itu sama dengan (baku); ada

kesamaan dengan (baku);

(5) dari, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba, adjektiva, nomina, atau numeralia, misalnya: memisahkan dari (takbaku); berpisah dari (baku); mengadakan perpisahan dari (baku); sepuluh dari orang-orang (takbaku);

sepuluh orang dari (baku);

(6) antara, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba transitif atau verba taktransitif, atau nomina, seperti membedakan antara (takbaku);

berbeda antara (baku); mengadakan perbedaan antara (baku);

(7) di, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak sesudah nomina yang menanadai tempat, bukan waktu, misalnya: di bulan Agustus (takbaku); di toko (baku); (8) pada, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba, misalnya: menimpa pada (takbaku); berpegang pada (baku);

(37)

(9) atas, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba atau nomina, misalnya: menyaksiskan atas (takbaku); bersaksi atas (baku); memberikan

kesaksian atas (baku);

(10) bagi, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba, atau nomina, misalnya: memanfaatkan bagi (takbaku); bermanfaat bagi (baku); banyak

manfaatnya bagi (baku);

(11) untuk, adalah bentuk partikel (preposisi) tunggal yang terletak di belakang verba, atau nomina, misalnya: menghendaki untuk (takbaku); (baku); mempunyai kehendak

untuk (baku);

(12) karena, adalah bentuk partikel (preposisi tunggal) yang terletak di belakang verba, misalnya: disebabkan karena (takbaku); disebabkan oleh (baku).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data peneltian adalah (1) dokumentasi dan (2) format pencatatan data. Dokumentasi digunakan untuk menelaah, menjaring, dan menghimpun data berupa korpus bahasa Indonesia terjemahan Alquran, sedangkan format pencatatan digunakan untuk mencatat data berupa sejumlah partikel yang mengikuti verba/adjektiva/nomina/numeralia atau yang terkait dengan verba/adjektiva/nomina/numeralia (muta’alliq bil fi’li, bil washf, bil ism, bil ‘adad), baik sebagai perangkai bagi objek (objek berpartikel) ataupun perangkai bagi keterangan atau terkait dengan nomina/numeralia dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran. Pemakaian partikel bahasa Indonesia diidentifikasi melalui (1) verba.adjektiva/nomina/

(38)

abjad dengan menggunakan kamus Alquran, yaitu Al-Mu’jam al-Mufahras, (2) verba/adjektiva/nomina/numeralia berpartikel terjemahan gramatikal dalam bahasa sasarannya, dan (3) verba/adjektiva/nomina/numeralia berpartikel dalam seluruh terjemahan Alquran berdasarkan per juz Alquran. Kemudian untuk menditeksi kesa-hihan data yang telah diperoleh, dilakukan telaah ulang dan pencatan ulang (3 kali) dan komparasi dengan dokumen mushaf terjemahan yang berbeda (terbitan tahun 1422 H/2001 M) dengan para penerjemah yang berbeda pula serta komparasi dengan terjemah Alquran pada program Alquran komputer dan kamus Alquran.

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian dan jenis datanya, kuantifikasi data verbal berupa sejumlah partikel yang dipakai dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran, data penelitian ini dianalisis berdasarkan teknik analisis data kuantitatif melalui perhitungan statistik sederhana berupa: (1) persentase, (proporsi) dan (2) rata-rata, dan (3) rentangan. Perhitungan persentase (proporsi) digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kekerapan (frekuensi) atau tingkat keseringan pemakaian per partikel bahasa Indonesia dan derajat kebakuan pemakaiannya; perhitungan rata-rata digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang pemakaian jenis partikel bahasa Indonesia dalam bahasa terjemahan Alquran; dan rentangan digunakan untuk melihat tingkat variasi dan variabilitas jumlah partikel yang dipakai dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran.

Setelah dilakukan perhitungan persentase, derajat kebakuannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori dengan mengacu pada kriteria penafsiran yang

(39)

umum digunakan dalam penelitian deskriptif-evaluatif sebagaimana tampak dalam matriks berikut.

Nomor Rentangan Persentase Derajat Kebakuan

1 90% – 100% Tinggi Sekali 2 76% - 89% Tinggi 3 60% - 75% Sedang 4 40% - 59% Rendah 5 < 39% Rendah Sekali

(40)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan deskripsi dan analisis data penelitian tentang pemakaian sejumlah partikel tunggal (12 buah) bahasa Indonesia terjemahan Alquran, yang meliputi partikel akan, tentang, ke, dengan, dari, antara, di, pada, atas, bagi,

untuk, dan karena.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan tingkat kebakuan pemakaian partikel dan menganalisis ihwal penyimpangannya, analisis sintaktis yang dilakukan akan mengarah kepada gambaran frekuensi dan rerata pemakaiannya sehingga terungkap ihwal pemakaian partikel baku dan partikel takbaku dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran. Kemudian secara keseluruhan hasil analisis itu akan dibahas berdasarkan kaidah sintaktis dan pembakuan bahasa pada bagian berikutnya. Secara berurutan deskripsi data penelitian akan disajikan berupa pasangan-pasangan partikel dengan verba, nomina, adjektiva, atau numeralia dengan menyajikan terlebih dahulu pemakaian partikel takbaku sebagaimana tampak di bawah ini.

1. Deskripsi Pemakaian Partikel akan (Takbaku) dan Analisis Sintaksisnya - mendapat akan (57:29)

- berikanlah …. kepada ….akan (17:26); (30:38)

- melihat akan (33:9); (50:6); (3:15); (3:20); (40:44); (17:30); (17:96); (50:6) - mendustakan akan (23:33); (7:147) - menghendaki akan (9:85); (6:125); (5:49) - mengharapkan akan (25:40) - mengingat akan (51:49) - mengingkari akan (30:34)

(41)

- memperingatkan akan ((18:2); (39:71) - mengetahui akan (9:105); (62:7) - mendengar akan (41:26) - sembahlah akan (21:25) - melupakan akan (32:14) - berkehendak akan (74:37) Analisis:

Pemakaian partikel (preposisi) akan pada verba-verba transitif di atas merupakan pemakaian yang tidak tepat atau menyimpang dari kaidah baku bahasa Indonesia. Hal ini karena verba transitif adalah verba yang menuntut kehadiran objek langsung bukan objek berpartikel/berpreposisi (berkata depan), kecuali jika verba itu adalah verba intranstif yang tidak memerlukan objek. Verba-verba transitif di atas dapat digolongkan ke dalam verba yang berimbuhan: (1) meN-, seperti: mendapat, melihat, mengingat, dan mendengar; (2) meN-kan, seperti: mendustakan, mengharapkan, dan melupakan; (3)

meN-i, seperti: menghendaki, mengingkari, dan mengetahui; (4) memper-kan, seperti

memperingatkan; (5) kan, seperti berikan; dan (6) lah, seperti sembahlah. Kedua verba transitif yang terakhir ini termasuk ke dalam bentuk verba transitif imperatif (perintah). Kesemua verba itu termasuk verba transitif aktif/imperatif yang masing-masing dapat diubah ke dalam bentuk verba transitif pasif. Masing-masing – secara berurutan – adalah: didapat, dilihat, diingat, didengar, didustakan, diharapkan, diperingatkan,

diperingatkan, diberikan, disembah, dan dilupakan.

Verba-verba tadi memiliki objek yang berupa frasa depan (objek berpartikel/berkata depan), yaitu frasa yang didahului oleh partikel (kata depan) akan. Pemakaian partikel akan yang berpasangan dengan verba-verba transitif di atas

(42)

atas (1) min (1x):, (2) maf’’ul bih (7x): (3) bi (10x), (4) ila (1x): 50:6, (5) an

mashdariyah (2x); (6) makna fi’il (1x); (7) idhafat (1x) (8) li (1x).

Frekuensi pemakaian partikel akan yang menyimpang dari kaidah gramatikal atau pemakaian partikel takbaku dilihat dari aspek sosiolinguistik dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran, itu sebanyak 27x dari 75x yang muncul di dalammnya dengan proporsi pemakaian( 36%) untuk pemakaian partikel akan takbaku dan (64%) untuk pemaakaian partikel akan baku. Adapun variasi penyimpangan dalam pemakaiannya dapat dilihat dari pemakaian verba sebanyak 11 verba transitif aktif (mendapat, melihat, mendustakan, menghendaki, mengharapkan, mengingat, mengetahui, memperingatkan, mendengar, dan melupakan), 2 verba transitif suruh (berikan, sembahlah), dan 1 verba semitransitif (berkehendak) yang mendahuluinya atau berpasangan dengannya.

Di samping itu, pemakaian partikel akan yang tidak baku atau menyimpang dari kaidah baku bahasa Indonesia, hal ini – menurut pandangan peneliti - kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: tidak taat asas pada kaidah baku bahasa Indonesia atau kurang perhatian terhadap pemakaian kaidah baku bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan diperolehnya data tentang pemkaian verba-verba transitif tanpa diiringi partikel akan, tetapi berhubungan atau berpasangan langsung dengan objek walaupun dalam bahasa sumbernya ada partikel bi (sifat + bi = adjektiva + partikel bi) yang melekat pada fi’il (verba)nya.. Misalnya, pemakaian verba mengetahui yang terdapat dalam bahasa Indonesia terjemahan Alquran:

Bahasa Indonesia Terjemahan Alquran Bahasa Sumber (Alquran)

- Mengatahui orang-orang yang berbuat zalim (QS: 3:63) ‘Aliimum bil mufsidiin - Mengatahui segala sesuatu (QS 2:282) Bi kulli syain ‘aliim

(43)

- Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS 2: 283) Bimaa ta’maluuna ‘aliim

Bukti lainnya adalah banyaknya partikel akan yang berpasangan dengan verba-verba intranstif/adjektiva dan sudah dipakai dalam bahasa Indonesia baku secara tepat dari aspek gramatikal atau sintaktis, yaitu dari aspek kolokasi, urutan, dan kelazimannya sehingga kategori kata (verba/adjektiva) yang berpasangan dengan partikal akan itu dapat digolongkan ke dalam verba berpartikel sebagaimana tampak di bawah ini.

yakin akan (3x); takut akan (19x; percaya akan (3x); ingat akan (1x); ingatlah akan (14x); teringat akan (2x); lupa akan (2x); lalai akan (1x); ingkar akan (2x); khawatir akan (6x); kafir akan (2x); keinginan akan (1x)

Frekuensi pemakaian partikel akan baku di atas mencapai f = 56x ( 69,14 %), se- dangkan variasi pemakaiannya dapat dilihat dari pemakaian 4 (empat) verba intransitif (percaya, ingat, lupa, dan ingkar), pemakaian 4 (empat) ajektiva (yakin, takut, lalai, dan khawatir), dan pemakaian 2 (dua) nomina (kafir dan keinginan) yang mendahuluinya atau berpasangan dengannya. Adapun munculnya pemakaian partikel akan baku dalam data terjemahan itu merupakan hasil terjemahan harfiyah (literal) dari 3 (tiga) satuan gramatikal, yaitu bi harf jarr, maf’ul bih, dan min.

2. Deskripsi Pemakaian Partikel tentang (Takbaku) dan Analisis Sintaksisnya - memandang besar tentang (25:21)

- menanyakan kepada …. tentang (33:8); (7:187); (18:70); (8:1); - menanyakan tentang (18:22)

- tanyakanlah kepada …. tentang (7:163) - menanya-nanyakan tentang (33:20) - menduga-duga tentang (34:53) - menceritakan tentang (18:63)

- memberitakan kepada …. tentang (12:45) - beritakan kepada … tentang (5:60)

(44)

- membantah tentang (31:20); (22:3); (22:8); (42:18); (3:66); (40:4) - bantah-membantah tentang (3:65); (3:66)

- membuktikan kepada …. tentang (48:27)

- memperdebatkan tentang ((40:4); (40:56); (2:139) - mensyari’atkan bagi …. tentang (42:13); (4:11) - memutuskan di antara …. tentang (39:3); (3:55)

- memutuskan antara …. tentang (39:46); (10:93); (45:17) - mengadili di antara mereka pada hari kiamat tentang (2:113) - mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang (2:69)

- mengetahui tentang (53:32); (22:68); (4:45); (18:21); (36:79); (16:125) (6:53); (6:58); (6:117/2x); (25:59); (60:10); (10:40); (17:54); (50:45);

(53:32)

- terangkan kepada …. tentang (10:59)

- terangkanlah kepada …. tentang (56:58); (56:63); (56:68); (56:71); - (12:46); (46:4); (12:43); (35:40); (39:38)

- mengerti tentang (11:91); (24:31) - perselisihkan tentang (78:3)

- diperselisihkan tentang (41:45); (11:110) - saling tuduh menuduh tentang (2:72) - memperlihatkan kepada …. tentang (72:26) - memikirkan tentang (3:191); (30:8)

Analisis:

Pemakaian partikel tentang pada verba-verba transitif di atas merupakan pemakai- an yang tidak tepat atau menyimpang dari kaidah baku bahasa Indonesia. Hal ini karena verba transitif adalah verba yang menuntut kehadiran objek langsung bukan objek berpartikel/berprposisi (berkata depan), kecuali jika verba itu adalah verba intranstif yang tidak memerlukan objek. Verba-verba transitif di atas dapat digolongkan ke dalam verba yang berimbuhan: (1) meN-, seperti: memandang besar, menduga-duga, membantah, dan mengerti; (2) meN-kan, seperti: menanyakan, menceriterakan, memberitakan, mensyariatkan, membuktikan, memutuskan, memikirkan, dan memberitahukan; (3)

meN-i, seperti: mengetahui dan mengadili; (4) memper-kan, seperti: memperlihatkan dan

memperdebatkan; (5) -kan, seperti: tanyakan, terangkan, beritakan, dan beritahukan; (6) -kanlah, seperti: tanyakanlah dan bicarakanlah keduanya merupakan bentuk verba

(45)

transitif imperatif; (7) meN+R, seperti: menduga-duga, bantah-membantah, dan saling tuduh-menuduh; (8) meN-R-kan, seperti: menanya-nanyakan; dan (9) per/diper-kan, seperti: perselisihkan dan diperselisihkan (keduanya merupakan bentuk verba transitif pasif) .

Verba-verba di atas memiliki objek yang berupa frasa depan (objek berpartikel/berkata depan), yaitu frasa yang didahului oleh partikel (kata depan) tentang. Padahal verba-verba di atas merupakan verba-verba-verba-verba transitif aktif yang langsung – menurut kaidah baku bahasa Indonesia – dapat berhubungan dengan objek tanpa bantuan partikel (preposisi)

tentang. Kesemua verba tadi dapat diubah menjadi verba pasif dengan pola di + verba/+

kan, di + R, atau di + verba + kan, di + per + verba + kan. Masing-masing adalah sebagai berikut: dipandang, dibantah, diketahui, diadili, dimengerti, diduga-duga,

dibantah-bantah, dituduh-tuduh, ditanyakan, diceritakan, diberitakan, dibicarakan, diberitahukan, dibuktikan, disyariatkan, diputuskan, dipikirkan, diterangkan, ditanya-tanyakan, diperdebatkan, diperselisihkan, diperlihatkan.

Dalam kenyataannya verba-verba tersebut masih berpasangan dengan objek berpartikel (berpreposisi) atau objek berkata depan dengan susunan verba transitif aktif + partikel + nomina.

Berdasarkan hasil telaahan, pemakaian partikel tentang yang berpasangan dengan verba-verba transitif di atas merupakan hasil terjemahan harfiyah (literal) atau satuan-satuan gramatikal yang terdiri atas (1) fi (28x); (2) ‘an (6x); (3) bi (23); (4) maf’ul bih = (8x); (5) min (3x); (6) ‘ala naz’il khafidh (1x); dan (7) ‘ala (2x).

(46)

terjemahan Alquran, itu sebanyak 72x dari 225x yang muncul di dalammnya dengan proporsi penyimpangan atau pemakaian takbaku (32%) dan pemakaian bakunya sebanyak 153x (68%). Adapun variasi penyimpangan dalam pemakaiannya dapat dilihat dari pemakaian verba transitif aktif sebanyak 17 (tujuh belas) verba transitif (memandang, menanyakan/menanya-namyakan, menduga-duga, menceritakan, memberitahukan, membantah/bantah-membantah, membuktikan, memperdebatkan, mensyari’atkan, memutuskan, mengadili, mengetahui, mengerti, tuduh-menuduh, memperlihatkan, dan memikirkan), 1 verba transitif pasif (diperselisihkan), dan 3 verba transitif suruh (bicarakan, beritahukan, dan terangkan) yang mendahuluinya atau berpasangan dengannya.

Sekaitan dengan itu, partikel tentang yang sudah dipakai dalam bahasa Indonesia secara tepat dari aspek gramatikal atau sintaktis, yaitu dari aspek kolokasi, urutan, dan kelazimannya sehingga kategori kata (verba, adjektiva, nomina, dan numeralia) yang berpasangan dengannya dapat digolongkan ke dalam verba/ajektiva berpartikel, sebagaimana tampak di bawah ini.

berbantah tentang (1x); berbantah-bantah tentang (1x); berbantah-bantahan tentang (3x); berselisih tentang (5x); berselisih paham tentang (1x); berunding tentang (1x); berpecah-belah tentang (1x); tahu-menahu tentang (1x); bertanya tentang (2x); berlainan pendapat

tentang (1x); ragu-ragu tentang (4x); berbangga-banggaan tentang (1x); bersedih hati tentang (1x); merasa heran tentang (1x).

Frekuensi pemakaian partikel tentang baku yang berpasangan dengan verba tak- transitif /semitransitif/ajektiva di atas mencapai f = 24x (10,67%). Namun secara keseluruhan tingkat kebakuan pemakaian partikel tentang dalam deskripsi bahasa terjemahan itu termasuk ke dalam cukup dengan f = 155x (68,89%). Adapun variasi pemakaiannya dapat dilihat dari pemakaian 9 (sembilan) verba semitransitif

Gambar

Tabel 1:  Bentuk dan Kategori Partikel dalam Bahasa Indonesia  Terjemahan Alquran
Tabel 2:  Bentuk Partikel BI Terjemahan Alquran, Satuan  Gramatikal BS,  dan Derajat Kebakuannya
Tabel 3:  Bentuk, Frekuensi, dan Variasi Pemakaian Partikel          dalam Bahasa Indonesia Terjemahan Alquran

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dilakukan dengan menanyakan luas tanah yang sudah dibeli oleh pemilik perusahaan, berapa target produksi yang ingin dicapai oleh pemilik perusahaan, dan

Allah Bapa, Sumber Kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan Ruang dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman bertujuan tercapainya kondisi pemanfaatan ruang yang selaras, serasi dan seimbang

Pada Toko Buku MyBooks, pengolahan data dalam hal pemesanan buku masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan aplikasi website pemesanan

Langkah-langkah ini dapat dimodivikasi sesuai pendapat Knight (2009) “ Teachers can utilize a variety of learning structures while providing cooperative

Proses penciptaan kemakmuran finansial (wealth creation) bagi sebuah organisasi yang menjalankan model bisnis Social Entrepreneurship bukanlah tujuan utama, hal tersebut hanyalah

Ide dan gagasan dalam blok politik adalah untuk melakukan kontrol masyarakat yang lebih baik atas kebijakan yang dibuat pemerintah, menyatu-suarakan gerakan

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sifat- sifat conblock ( secara visual , daya serap dan kuat tekan) conblock dengan campuran limbah gas kolektor