• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Statistik

Pada bagian ini dijelaskan hasil output pengolahan data yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya. Pengolahan data menggunakan data panel dengan bantuan aplikasi STATA versi 12 untuk menganalisis variabel terikat berupa volatilitas harga saham syariah, dan variabel bebas berupa inflasi, kurs, suku bunga, serta laba bruto. Sesuai dengan karakteristik data panel yaitu penggabungan antara data cross-section dan time series, dengan n berupa cross-section yaitu obyek penelitian yang terdiri dari 17 perusahan aktif yang listing dalam Jakarta Islamic Index (JII). Sedangkan t berupa time series yaitu periode secara tahunan dimulai dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Sumber data diperoleh dari laporan publikasi Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan Badan Pusat Statistika (BPS), annual report perusahaan yang terkait, dan lain sebagainya.

Berikut ini merupakan analisis statistik dari variabel yang digunakan dalam model penelitian, analisis statistik dan pengolahan data penelitian yang akan menjelaskan model dalam regresi data panel, pengujian dan pemilihan model serta uji asumsi klasik agar menghasilkan penelitian yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yaitu sebagai berikut :

(2)

1. Statistik Variabel Penelitian

Tabel 4.1

Statistik Variabel Penelitian

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017) Dimana :

ln_vhss = volatilitas harga saham syariah dalam bentuk logaritma natural infl = inflasi

ln_kurs = kurs dalam bentuk logaritma natural sb = suku bunga

ln_lb = total laba bruto dalam bentuk logaritma natural

Berdasarkan statistik deskriptif dari variabel yang digunakan dalam model penelitian sesuai dengan tabel di atas, maka analisis deskriptif dari setiap variabel antara lain sebagai berikut:

Dari 85 obeservasi dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel volatilitas harga saham syariah selama periode 2011 hingga 2015 adalah log 8,532 dengan deviasi sebesar 1,301 persen. Perusahaan dengan harga saham terendah adalah Alam Sutra Realty Tbk. dengan kode ASRI pada tahun 2015 yaitu sebesar log 5,84 atau Rp 343, sedangkan perusahaan dengan harga saham tertinggi adalah Indo Tambang Raya Tbk. dengan kode ITMG pada tahun 2012 yaitu sebesar log 10,3 atau Rp 41.350.

Nilai rata-rata dari variabel inflasi selama periode 2011 hingga 2015 adalah 5,636 persen dengan standar deviasi sebesar 2,266 persen. Tingkat

(3)

inflasi terendah terjadi pada tahun 2015 sebesar 3,35 persen, sedangkan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,38 persen.

Nilai rata-rata variabel kurs selama periode 2011 hingga 2015 adalah sebesar log 9,326 dengan standar deviasi log 0,160. Nilai kurs terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar log 9,11 atau Rp 9.023 sedangkan nilai kurs tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar log 9,53 atau Rp 13.726.

Nilai rata-rata variabel suku bunga selama periode 2011 hingga 2015 adalah 6,66 persen dengan standar deviasi sebesar 0,727 persen. Nilai suku bunga terendah terjadi pada tahun 2012 sebesar 5,8 persen, sedangkan nilai suku bunga tertinggi terjadi pada tahun 2014 sampai dengan 2015 yaitu sebesar 7,5 persen.

Nilai rata-rata variabel laba bruto selama periode 2011 hingga 2015 adalah sebesar log 8,475 dengan deviasi sebesar log 1,251 persen. Perusahaan dengan laba bruto terendah adalah Indo Tambang Raya Tbk. dengan kode ITMG pada tahun 2015 yaitu sebesar log 5,86 atau Rp 350,2 milyar, sedangkan perusahaan dengan laba bruto tertinggi adalah Astra Internasional Tbk. dengan kode ASII pada tahun 2014 yaitu sebesar log 10,57 atau Rp 38.809 milyar.

2. Model Regresi Data Panel

Model regresi data panel terbagi menjadi tiga model yiatu pooled least square atau disebut juga dengan common effect, fixed effect model, dan random effect model. Berikut ini hasil pengelolaan data dari ketiga model regresi data panel :

a. Pooled Least Square/ Common Effect

Dalam model ini data diperlakukan sama atau dengan kata lain mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu maupun waktu. Berikut hasil estimasi regresi menggunakan pooled least square.

(4)

Tabel 4.2

Hasil Regresi Pooled Least Square

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Berdasarkan hasil estimasi pooled least square di atas, variabel kurs dan suku bunga pengaruhnya tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah. Kemudian dapat dilihat nilai F statistik tidak signifikan ditunjukkan dengan nilai Prob>F lebih besar dari α, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. Nilai R-square sebesar 0,1082 artinya model ini hanya dapat menjelaskan variasi sebesar 10,82 persen terhadap volatilitas harga saham syariah.

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model ini mengasumsikan bahwa intersep dari setiap individu adalah berbeda sedangkan slope antar individu adalah tetap.1 Berikut hasil estimasi regresi menggunakan fixed effect model.

1 Agus Widarjono, Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua ..., 251

(5)

Tabel 4.3

Hasil Regresi Fixed Effect Model

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Berdasarkan hasil estimasi fixed effect di atas, variabel kurs pengaruhnya tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.

Kemudian dapat dilihat nilai F statistik signifikan ditunjukkan dengan nilai Prob>F lebih kecil dari α, hal tersebut menunjukkan bahwa secara bersama- sama variabel bebas signifikan mempengaruhi variabel terikat. Nilai R- square within sebesar 0,3789 artinya model ini mampu menjelaskan variasi sebesar 37,89 persen terhadap variabel terikat yaitu volatilitas harga saham syariah. Hal tersebut menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan metode pooled least square.

(6)

c. Model Efek Random (Random Effect Model)

Dalam random effect model mengasumsikan setiap objek penelitian memiliki perbedaan intersep, yang mana intersep tersebut adalah variabel random atau stokastik.2 Berikut hasil estimasi regresi menggunakan random effect model.

Tabel 4.4

Hasil Regresi Random Effect Model

Sumber : Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Berdasarkan hasil estimasi random effect diatas, variabel kurs pengaruhnya tidak siginifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.

Dalam metode ini nilai probability chi square sebesar 0,0000 artinya secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Nilai R-square within sebesar 0,3786 artinya model ini

2 Agus Widarjono, Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis Edisi Kedua ..., 251

(7)

mampu menjelaskan variasi sebesar 37,86 persen terhadap volatilitas, nilai tersebut lebih rendah dari model fixed effect.

3. Pengujian dan Pemilihan Model

Pengujian dan pemilihan model estimasi data panel digunakan untuk memilih satu dari tiga model yang lebih sesuai dan memiliki pendugaan yang lebih efisien. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan model mana yang paling tepat dalam mengestimasi parameter data panel. Ada tiga pengujian untuk memilih model estimasi data panel yaitu Uji Chow-test atau Uji F-test digunakan untuk memilih antara model Pooled Least Square atau metode Fixed Effect. Pengujian kedua yaitu Lagrange Multiple Test digunakan untuk memilih antara metode Pooled Least Square atau metode Random Effect. Selain itu, terdapat pengujian Hausman Test yang digunakan untuk memilih antara metode Fixed Effect atau metode Random Effect.

a. Uji Chow-Test/ F-test

F-test digunakan untuk memilih antara model pooled least square atau metode fixed effect. Berikut ini hasil dari pengujian F-test.

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017) Gambar 4.1

Hasil Pengujian F-test

Dari hasil output tersebut, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,000 artinya F-test memberikan hasil yang signifikan. Karena probabilitas lebih kecil dari nilai α (0,05), maka H0 : PLS ditolak dan H1 : FE diterima, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan model fixed effect.

(8)

b. Lagrange Multiple Test

Lagrange multiple test merupakan pengujian kedua dari pengujian pemilihan model estimasi data panel yang digunakan untuk memilih antara metode pooled least square atau metode random effect. Berikut ini hasil dari pengujian lagrange multiple test.

Tabel 4.5

Hasil Pengujian Lagrange Multiple Test

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Dari hasil pengujian lagrange multiplier test diatas, dapat dilihat bahwa pada hasil tersebut memiliki Prob>chibar2 sebesar 0,0000, lebih kecil dari 0,05 artinya H0 : PLS ditolak dan H1 : RE diterima. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan model random effect.

c. Hausman Test

Hausman test merupakan pengujian terakhir dari pengujian pemilihan model estimasi data panel yang digunakan untuk memilih antara metode fixed effect atau metode random effect. Berikut ini hasil dari pengujian hausman test.

(9)

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Hausman Test

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Dari hasil pengujian hasuman test diatas, dapat dilihat bahwa pada hasil tersebut memiliki Prob>chi2 sebesar 0,9082, lebih besar dari 0,05 artinya H0 : RE diterima dan H1 : FE ditolak. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah menggunakan model random effect.

4. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dimaksudkan untuk menghasilkan parameter yang bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya estimator yang dimiliki memiliki nilai harapan sesuai dengan nilai sesungguhnya. Pengujian yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

(10)

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.3 Berikut ini merupakan hasil dari pengujian normalitas residual.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Normalitas Residual

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Berdasarkan hasil pengujian normalitas residual diatas, dapat dilihat bahwa nilai p-value combined K-S sebesar 0,475. Asumsi normalitas akan terpenuhi apabila p-value combined K-S lebih besar dari nilai α. Karena p- value combined K-S lebih besar daripada alpha, maka data residual berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.4 Variabel bebas dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10 dan nilai Tolerance (1/VIF) lebih dari 0,10.

3 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7 (Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013), 160.

4 Singgih Santoso, Mengolah Data Statistik Secara Profesional ..., 206.

(11)

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Multikolinieritas

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Berdasarkan tabel di atas, bahwa hasil perhitungan nilai tolerance lebih dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan apabila berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.5 Hipotesis dari pengujian heterokedastisitas ini adalah H0 : Homokedastisitas dan H1 : Heterokedastisitas.6

5 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS ..., 84.

6 Akbar Suwardi, Modul STATA : Tahapan dan Perintah (Syntax) Data Panel Edisi 2011 (Depok: Lap Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2011), 3.

(12)

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

Variabel bebas dikatakan terbebas dari gejala heterokedastisitas jika nilai prob>chi2 lebih besar dari nilai α yaitu 0,05. Dari hasil output di atas, dapat dilihat bahwa nilai prob>chi2 sebesar 0,0838 yang artinya lebih besar dari 0,05. Sehingga hipotesis H1 ditolak dan data tersebut terbebas dari gejala heterokedastisitas atau data bersifat homokedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pafa periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini timbul pada data yang bersifat time series. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.7 Pengujian hipotesis uji autokorelasi adalah H0 : no autokorelasi dan H1 : autokorelasi.8

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Autokorelasi

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

7 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7 ..., 111.

8 Akbar Suwardi, Modul STATA : Tahapan dan Perintah (Syntax) Data Panel Edisi 2011 ..., 3.

(13)

Dari hasil output di atas, terlihat bahwa nilai prob>F sebesar 0,0104 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga kesimpulannya adalah hipotesis H1 diterima dan model regresi tersebut terjadi gejala autokorelasi.

5. Pengujian Goodness of Fit Model

Uji hipotesis dalam penelitian sangatlah penting, hal ini dapat menentukan apakah penelitian yang dilakukan cukup ilmiah atau tidak. Untuk mengetahui kelayakan model secara ilmiah, berdasarkan ketiga estimasi model yang telah dilakukan yaitu pooled least square, fixed effect model, dan random effect model dengan hasil output sebagai berikut :

Tabel 4.11

Perbandingan Hasil Output Model Estimasi

Model Uji t Uji F R2 Coefficient Constanta

Pooled Least Square

P>|t| t Prob F 0,1082 6,296116

- Inflasi 0,598 0,53 0,054 2,43 0,0340714

- Kurs 0,974 -0,03 -0,063949

- Suku Bunga 0,940 -0,08 -0,0318684

- Laba Bruto 0,003 3,06 0,3366071

Fixed Effect P>|t| t Prob F 0,3789 3,384859 - Inflasi 0,024 2,31 0,0000 9,76 0,0318382

- Kurs 0,942 0,07 0,0309244

- Suku Bunga 0,502 -0,67 -0,616612

- Laba Bruto 0,000 5,64 0,6006288

Random Effect P>|z| z Prob F 0,3786 3,83903 - Inflasi 0,020 2,33 0,0000 3,04 0,0321866

- Kurs 0,969 0,04 0,0161236

- Suku Bunga 0,532 -0,62 -0,0570134

- Laba Bruto 0,000 5,70 0,5594401

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

(14)

Berdasarkan perbandingan output di atas, dilihat dari nilai uji t, uji f, koefisien determinan (R2), coeficient dan constanta, fixed effect model adalah pendekatan yang sesuai dibandingkan dengan random effect model dan pooled least square. Akan tetapi, pengujian terhadap asumsi klasik ekonometrika menunjukkan bahwa fixed effect model terbukti mengalami permasalahan autokorelasi. Pelanggaran terhadap asumsi klasik ini menjadikan hasil estimasi bias dan diragukan validitasnya sehingga dapat menghasilkan analisa yang salah.

Berdasarkan fakta tersebut maka penggunaan fixed effect model tidak memungkinkan untuk menjadi landasan analisa terhadap volatilitas harga saham syariah, sehingga dalam penelitian ini diputuskan menggunakan regresi cross-sectional time series feasible generalized least square sebagai treatment dari fixed effect model. Berikut ini hasil regresi cross-sectional time series feasible generalized least square terhadap volatilitas harga saham syariah.

(15)

Tabel 4.12

Hasil Regresi Cross-Sectional Time Series Feasible Generalized Least Square

Sumber : Hasil Pengolahan Data, Output STATA (2017)

(16)

Berikut merupakan hasil pengujian hipotesis dari penelitian ini yaitu : a. Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel dependen.

Dalam penelitian ini akan dibuktikan pengaruh masing-masing dari variabel independen yaitu inflasi, kurs, tingkat suku bunga, dan laba bruto terhadap variabel dependen yaitu volatilitas harga saham syariah. Variabel independen dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau Ho : βxy = 0 dan Ho : βxy ≠ 0 diterima apabila nilai {p>|z|} <

dari nilai α yaitu sebesar 0,05 atau t test > t tabel, dalam penelitian ini menggunakan pengujian t tabel satu arah karena hipotesis dalam penelitian ini sudah diketahui arahnya yaitu arah positif dan signifikan. Dari tabel 4.11 di atas diperoleh hasil sebagai berikut :

 Variabel inflasi terhadap variabel volatilitas harga saham syariah

Hasil {p>|z|} inflasi yaitu 0,008, artinya {p>|z|} lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 2,66 sedangkan nilai t- tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih besar dari t tabel. Sehingga inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah atau Ho1 : βx1y ≠ 0 ditolak dan Ho1 : βx1y = 0 diterima.

 Variabel kurs terhadap variabel volatilitas harga saham syariah

Hasil {p>|z|} kurs yaitu 0,932, artinya {p>|z|} lebih besar dari nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 0,08 sedangkan nilai t-tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih kecil dari t tabel. Sehingga kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah atau Ho2 : βx2y ≠ 0 ditolak dan Ho2 : βx2y = 0 diterima.

(17)

 Variabel suku bunga terhadap volatilitas harga saham syariah

Hasil {p>|z|} suku bunga yaitu 0,437, artinya {p>|z|} lebih besar dari nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar -0,78 sedangkan nilai t-tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih kecil dari t tabel. Sehingga inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah atau Ho3 : βx3y ≠ 0 ditolak dan Ho3 : βx3y = 0 diterima.

 Variabel laba bruto terhadap volatilitas harga saham syariah

Hasil {p>|z|} laba bruto yaitu 0,000, artinya {p>|z|} lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05. Selain itu, nilai t-test sebesar 6,50 sedangkan nilai t- tabel untuk pengujian satu arah pada signifikansi 5% dan df 63 (n-k yaitu 68-5) sebesar 1,66940, maka t test lebih besar dari t tabel. Sehingga laba bruto berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah atau Ho4 : βx4y ≠ 0 diterima dan Ho4 : βx4y = 0 ditolak.

Jadi, variabel inflasi dan laba bruto yang secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.

b. Uji F

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.9 Variabel independen secara bersama-sama dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau Ho5 : βx5y

= 0 dan Ho5 : βx5y ≠ 0 diterima apabila nilai {prob>F} < dari nilai α sebesar 0,05 atau nilai Ftest > Ftabel.

Pada tabel 4.11 tersebut di atas diperoleh hasil prob>F sebesar 0,0000, angka tersebut lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05 dan nilai Ftest (Wald chi2) sebesar 2518,77. Sedangkan nilai Ftabel dengan α sebesar 0,05 dan nilai df sebesar 63 (nilai n-k yaitu 68-5) diperoleh angka sebesar 2,97.

9 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Edisi 7 ..., 98.

(18)

Sehingga nilai Ftest > Ftabel. Maka secara bersama-sama variabel inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah atau Ho5 : βx5y ≠ 0 diterima dan Ho5 : βx5y = 0 ditolak.

c. Uji Koefisien Korelasi (R)

Koefisien korelasi (R) ini menujukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas X1, X2, X3, ..., Xn secara serentak terhadap variabel terikat (Y). Nilai koefisien korelasi dalam penelitian ini adalah akar dua dari nilai koefisien determinan (R2) atau R = √R2. Nilai koefisien determinan dalam penelitian ini adalah 0,3789, sehingga nilai koefisien korelasi sebesar √0,3789 = 0,6156. Artinya secara serentak variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 0,6156 atau 61,56%.

d. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan (R2) menunjukkan seberapa besar presentase variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel terikat.10 Nilai koefisien determinan (R2) dalam penelitian yang menggunakan metode cross-sectional time series feasible generalized least square bisa dilihat dari R-sq within yaitu sebesar 0,3789 atau 37,89%

yang artinya kemampuan variabel inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto dalam menjelaskan variabel volatilitas harga saham syariah sebesar 37,89%.

Sedangkan sisanya 62,11% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari variabel penelitian ini. Artinya tingkat error yang dihasilkan dalam persamaan regresi dari hasil penelitian ini adalah 0,6211 atau 62,11%. Hal ini berarti, jika terjadi perubahan satu unit pada variabel bebas, maka variabel terikat akan berubah sebesar satu unit dengan asumsi variabel lain konstan.

10 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS ..., 66.

(19)

6. Analisis Hipotesis Penelitian

Pada sub bab ini berisi pembahasan atas temuan penelitian yang dikaitkan dengan hipotesis penelitian awal. Hasil probabilitas dari t-Statistic yang menguji tingkat signifikansi dari setiap variabel bebas, menunjukkan bahwa, pada tingkat signifikansi 5 persen, variabel bebas inflasi dan laba bruto berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat volatilitas harga saham syariah.

Hasil probabilitas Prob>F memiliki nilai 0,0000 yang menunjukkan bahwa secara bersama-sama koefisien regresi memiliki nilai yang signifikan, artinya variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Nilai R2 memiliki nilai 0,3789 yang menunjukkan bahwa tingkat determinasi dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 37,89 persen. Artinya sebesar 37,89 persen variabelitas dari volatilitas harga saham syariah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas.

Tabel 4.13

Perbandingan Hasil Regresi dengan Hipotesis Awal Variabel Coefficient p-value Arah

Regresi

Hipotesis Awal

Keterangan

Inflasi 0,0318382 0,008 Positif Positif Sesuai Kurs 0,0309244 0,932 Positif Positif Tidak Sesuai Suku

Bunga

-0,0616612 0,437 Negatif Negatif Sesuai

Laba Bruto

0,6006288 0,000 Positif Positif Sesuai

(20)

Berikut ini pembahasan hipotesis dan analisis ekonomi dalam penelitian : a. Pengujian hipotesis 1 : tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap

volatilitas harga saham syariah

Variabel inflasi memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh inflasi terhadap volatilitas harga saham syariah, dapat dilihat dari nilai koefisien regresi variabel inflasi yaitu 0,0318382. Hal ini menunjukkan bahwa ketika inflasi mengalami kenaikan sebesar 1 persen, volatilitas harga saham syariah akan mengalami kenaikan sebesar 0,0318382 persen.

b. Pengujian hipotesis 2 : kurs berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah

Variabel kurs memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai dengan hipotesis awal tetapi hasil t-test menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh kurs terhadap volatilitas harga saham syariah, dapat dilihat dari nilai koefisien regresi variabel kurs yaitu 0,0309244. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kurs mengalami kenaikan sebesar 1 Rupiah, volatilitas harga saham syariah akan mengalami kenaikan sebesar 0,0309244 persen.

c. Pengujian hipotesis 3 : suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah

Variabel suku bunga memberikan hasil estimasi koefisien negative sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel suku bunga memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah pada tingkat signifikansi 5 persen namun berpengaruh signifikan pada tingkat signifikansi 50 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh suku bunga terhadap volatilitas harga saham syariah,

(21)

dapat dilihat dari nilai koefisien regresi variabel suku bunga yaitu 0,0616612. Hal ini menunjukkan bahwa ketika suku bunga mengalami kenaikan sebesar 1 persen, volatilitas harga saham syariah akan mengalami penurunan sebesar 0,0616612 persen.

d. Pengujian hipotesis 4 : laba bruto berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah

Variabel laba bruto memberikan hasil estimasi koefisien positif sesuai dengan hipotesis awal. Hasil t-test menunjukkan bahwa variabel laba bruto memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah pada alpha 5 persen. Lebih lanjut, mengenai besarnya pengaruh laba bruto terhadap volatilitas harga saham syariah, dapat dilihat dari nilai koefisien regresi variabel laba bruto yaitu 0,6006288. Hal ini menunjukkan bahwa ketika laba bruto mengalami kenaikan sebesar 1 Rupiah, volatilitas harga saham syariah akan mengalami kenaikan sebesar 0,6006288 persen.

e. Pengujian hipotesis 5 : inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah

Hasil probabilitas chi square memiliki nilai 0,0000, hal tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama koefisien regresi memiliki nilai yang signifikan, artinya variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Sehingga dapat dikatakan bahwa model yang digunakan cukup baik. Nilai Wald chi2 pada hasil regresi ini memiliki nilai 2518,77 yang lebih besar dari nilai Ftabel 2,97, memiliki arti yang sama yaitu seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yaitu volatilitas harga saham syariah.

(22)

7. Model Persamaan Regresi

Persamaan regresi model ini adalah : Yit = βoit + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + eit

VHSSit = βoit + β1INFLit + β2KURSit + β3SBit + β4LBit + eit

VHSSit = 4,706987 + 0,0318382INFLit + 0,0309244KURSit – 0,0616612SBit + 0,6006288LBit

Keterangan :

βit : koefisien beta dan konstanta (intersep) 4,706987 β1INFLit : koefisien beta variabel inflasi 0,0318382

β2KURSit : koefisien beta variabel kurs 0,0309244

β3SBit : koefisien beta variabel suku bunga – 0,0616612 β4LBit : koefisien beta variabel laba bruto 0,6006288

Berdasarkan persamaan regresi data panel diatas dapat diketahui bahwa jika nilai inflasi, kurs, suku bunga, dan laba bruto adalah 0 maka nilai dari volatilitas harga saham syariahnya adalah 4,706987.

B. Analisis Ekonomi

Perekonomian Indonesia pada awal tahun penelitian yaitu 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada pencapaian inflasi pada level yang rendah yaitu sebesar 3,79 persen. Kuatnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak dapat dihindari telah mendorong inflasi keseluruhan tahun 2013 meningkat menjadi 8,38 persen dari 4,30 persen pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan inflasi di tahun 2005 dan 2008 saat harga BBM bersubsidi dinaikkan, inflasi 2013 masih

(23)

berada di bawah 10 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2005 dan 2008 yang tercatat di atas 10 persen.

Kenaikan maupun penurunan inflasi secara langsung akan berdampak pada iklim investasi khususnya di saham syariah. Bila tingkat inflasi naik berarti harga barang-barang naik sehingga indeks JII menurun. Hubungan antara inflasi dengan volatilitas harga saham disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang akan memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham menjadi lebih rendah. Peningkatan inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Efek negatif ini tentunya akan mendorong para investor untuk menjual saham yang dimiliki, sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham syariah.

Sesuai teori, inflasi akan mempengaruhi volatilitas harga saham syariah.

Hasil dari penelitian ini juga mengatakan hal yang sama, bahwa inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap volatilitas harga saham syariah. Hasil penelitian yang dilakukan Novita Nurrahmi dan Ahmad Rodoni (2013) serta Lydianita Hugida (2011) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap volatilitas harga saham juga menguatkan pernyataan tersebut.

Gejolak ekonomi (krisis moneter) 1998 yang telah terjadi puluhan tahun yang lalu sampai sekarang masih memperlihatkan sisa-sisa dampaknya. Salah satu fenomena labilnya dunia perekonomian Indonesia yaitu semakin terhempasnya nilai tukar Rupiah ke kisaran angka 13.000 rupiah per dollar US. Nilai tukar (kurs) merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap harga saham. Suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif. Bagi perusahaan yang berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan

(24)

berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan, beda halnya dengan perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika.

Pada saat nilai tukar dalam negeri mengalami depresiasi, nilai indeks di BEI akan menurun, hal ini disebabkan oleh return yang lebih tinggi di pasar uang sehingga investor akan lebih tertarik untuk menanamkan uangnya di pasar uang.

Penurunan indeks ini berdampak pada tidak banyak terjadi penjualan saham, maka hal ini berakibat volatlitas harga saham cenderung rendah.

Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan teori di atas, bahwa kurs memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita Nurrahmi dan Ahmad Rodoni (2013) kurs baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas indeks saham syariah JII. Investor tidak menggunakan variabel nilai tukar secara langsung untuk menilai harga saham. Depresiasi mata uang menyebabkan penurunan harga saham yang didorong adanya ekspektasi inflasi. Kenaikan inflasi akan meningkatkan discount rate dan menurunkan harga saham.

Suku bunga merupakan harga dari pinjaman atau harga dari penggunaan uang yang dinyatakan dalam persen untuk jangka waktu tertentu. Tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang. Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan seseorang ataupun institusi untuk melakukan suatu investasi. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan resiko pada pasar modal dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal. Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga

(25)

bebas resiko (risk free) yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat suku bunga deposito.

Apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka hal tersebut akan membuat para investor akan menarik dananya dan menginvestasikannya ke tempat yang mempunyai resiko relatif kecil seperti deposito. Sedangkan apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan, akan berdampak positif terhadap harga saham.

Penurunan tingkat suku bunga membuat investor menarik dana yang ditanamkan tersebut dan menginvestasikannya ke aspek yang lebih menguntungkan seperti pasar modal dengan membeli saham. Dengan banyaknya investor yang mengalihkan dananya dari deposito ke pasar modal maka dengan sendirinya akan menyebabkan harga saham di pasar modal akan terdongkrak naik. Suku bunga yang tidak terkendali dapat mengakibatkan turunnya return saham, karena kenaikan tingkat suku bunga akan berdampak negatif terhadap harga saham.

Teori tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Novita Nurrahmi dan Ahmad Rodoni (2013) tingkat suku bunga atau BI Rate berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas indeks saham syariah JII. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bertolak belakang dengan teori, tingkat suku bunga berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap volatilitas harga saham syariah. Hasil penelitian penulis diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Lydianita Hugida (2011) yang menyatakan bahwa variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap volatilitas harga saham.

Dalam ekonomi Islam, suku bunga dihindarkan karena suku bunga termasuk riba sehingga diharamkan bagi pelaku usaha yang menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip syariah Islam. Dalam penelitian ini menggunakan data dari perusahaan-perusahaan yang bergerak sesuai dengan syariah Islam, tentu suku bunga tidak berpengaruh dalam volatilitas harga saham syariah karena dalam syariah Islam menggunakan sistem bagi hasil bukan sistem bunga.

(26)

Salah satu ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah mencari perolehan laba, karena laba pada dasarnya hanya sebagai ukuran efisiensi suatu perusahaan. Gross Provit atau laba kotor merupakan salah satu jenis laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tidaklah selalu sama dari satu periode ke periode lainnya. Laba cenderung berubah-ubah. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Jika faktor-faktor yang lainnya tidak berubah, maka setiap kenaikan bahan baku, atau upah tenaga kerja maka laba kotor akan mengalami penurunan.

Riset akuntansi terutama yang mencari hubungan angka laba dengan harga saham selalu menggunakan angka laba operasi atau earning per share (EPS) yang dihitung menggunakan angka laba bersih dan jarang yang menggunakan angka laba bruto. Hasil penelitian Dahler Yolanda dan Rahmat Febrianto dalam karya tulis Ali Imran (2011) membuktikan bahwa angka laba bruto memiliki kualitas laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Hal tersebut memperkuat hasil penelitian yang dilakukan penulis, bahwa laba bruto berpengaruh signifikan positif terhadap volatilitas harga saham syariah.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penggunaan starter BAL (Lactobacillus casei dan Bifidobacterium longum) dengan level yang berbeda pada penelitian keju susu kambing yang disimpan selama 14 hari memberikan hasil

Hasil dari penelitian ini untuk layout awal yaitu jarak perpindahan material dihitung menggunakan rectilinier yaitu dengan hasil 107,5 m dengan omh sebesar rp

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi aplikasi POC dan pupuk NPK pada tanaman jagung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak

Dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan hasil regresi linier dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kepuasan pelanggan.Hal ini

Metode konstruksi pustaka genom yang digunakan memiliki prinsip yang sama dengan konstruksi genom dengan menggunakan metode shotgun sequencing yaitu fragmen DNA

Maka naskah konseptual ini merekomendasi 6 (enam) langkah konkrit mengatasi krisis yang dimunculkan oleh aktivisme online, yakni diantaranya integrasi kekuatan media

Saran yang diberikan bahwa, Keberadaan Komisi Yudisial merupakan kebutuhan dan konsekuensi logis dari tuntutan kearah pemerintahan yang lebih menjamin keseimbangan