• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa dan pekerjaan orangtua : studi kasus SMA St. Mikael Warak Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa dan pekerjaan orangtua : studi kasus SMA St. Mikael Warak Sleman."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PEKERJAAN

ORANGTUA

Studi Kasus: SMA St. Mikael Warak Sleman

Bernadetha Maries Prananti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, (2) persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, (3) persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orangtua.

Penelitian studi kasus ini dilaksanankan di SMA St. Mikael Warak Sleman. Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan jumlah responden sebanyak 118 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji beda mean (uji t).

(2)

ix ABSTRACT

STUDENT’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL PERCEIVED FROM SEX, STUDENT’S ACHIEVEMENT AND

PARENTS’ OCCUPATION

A Case Study on: The Students of St. Mikael Senior High School in Warak Sleman

Bernadetha Maries Prananti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The purpose of this study is to determine student’s perception towards teaching profession perceived from: (1) gender, (2) learning achivement, (3) parents’ occupation.

This is a case study research carried out in St. Mikael Warak high school in Sleman. The population of this study was 118 students. Data collection techniques were questionnaires and documentation, while analysis of data was the mean difference test (t test).

The result shows that: (1) there isn’t different perception towards teaching profession perceived from gender (sig 0,722 > 0,05), (2) there isn’t different perception towards teaching profession perceived from student’s achievement (sig 0,494 > 0,05), (3) there isn’t different perception towards teaching profession perceived from parents’ occupation (sig 0,630 > 0,05).

(3)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA,

PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PEKERJAAN ORANGTUA

Studi Kasus : SMA St. Mikael Warak Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

BERNADETHA MARIES PRANANTI NIM : 061334049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan

sebagai ucapan syukur dan

terimakasih kepada:

Tuhan Yesus Kristus sahabat dan Juru

selamatku

Bunda Maria yang selalu menyertai

dan selalu menguatkanku

Orangtuaku terkasih yang memberikan

dukungan dan

mendoakan aku selalu

Mas dan Mbak yang selalu memberikan

dorongan dan semangat

Sahabat-sahabatku terkasih yang

memotivasiku

(7)

v

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada

waktunya

(Pengkhotbah 3:11)

Marilah kepadaKu, semua yang letih

lesu dan berbeban berat, Aku akan

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PEKERJAAN

ORANGTUA

Studi Kasus: SMA St. Mikael Warak Sleman

Bernadetha Maries Prananti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, (2) persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, (3) persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orangtua.

Penelitian studi kasus ini dilaksanankan di SMA St. Mikael Warak Sleman. Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan jumlah responden sebanyak 118 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji beda mean (uji t).

(11)

ix ABSTRACT

STUDENT’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL PERCEIVED FROM SEX, STUDENT’S ACHIEVEMENT AND

PARENTS’ OCCUPATION

A Case Study on: The Students of St. Mikael Senior High School in Warak Sleman

Bernadetha Maries Prananti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The purpose of this study is to determine student’s perception towards teaching profession perceived from: (1) gender, (2) learning achivement, (3) parents’ occupation.

This is a case study research carried out in St. Mikael Warak high school in Sleman. The population of this study was 118 students. Data collection techniques were questionnaires and documentation, while analysis of data was the mean difference test (t test).

The result shows that: (1) there isn’t different perception towards teaching profession perceived from gender (sig 0,722 > 0,05), (2) there isn’t different perception towards teaching profession perceived from student’s achievement (sig 0,494 > 0,05), (3) there isn’t different perception towards teaching profession perceived from parents’ occupation (sig 0,630 > 0,05).

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi dengan judul “PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PEKERJAAN ORANGTUA”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; 4. Sr. M. Bernadette SND. S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA St.

Mikael Warak Sleman yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

(13)

xi

6. Bapak Fx. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

7. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;

10.Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

11.Staf pengajar, tenaga administrasi, dan siswa SMA St. Mikael warak Sleman yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian; 12.Kedua orangtuaku, Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku

mencintaimu, kan kubuktikan ku mampu penuhi maumu....

Pesonamu masih jelas ku rasa hingga kini menemani hingga ku

dewasa, derai air mata dan pengorbananmu takkan tergantikan

terima kasih Ibu...

13.Mas Eta dan Mbak Devi, terima kasih atas dukungan dan doanya akhirnya aku menyusul jadi sarjana juga...

(14)

xii

15.Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2006, yang telah banyak memberikan kenangan selama kuliah,

16.Sahabat-sahabatku, Retno yang selalu sabar menemaniku, orang sabar subur jeng. Heeee... kapan kita minum es degan sama makan bakso lagi sruputtttt..., Mela akhirnya ku menyusul dirimu me... besok ajari dandan yo... he, Lina, makasi jeng bajunya mengantarkan aku menjadi S.Pd. tetap semangat ya, cepat nyusul... Dwi Kirby Panda, makasi ya udah bantu ngeditin powerpoin ku jadi

(15)
(16)

xv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PESEMBAHAN ...

v

MOTTO ...

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

ABSTRAK ...

ix

ABSTRACT ...

x

KATA PENGANTAR ...

xi

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

A.

Latarbelakang ...

1

B.

Batasan Masalah ...

3

C.

Rumusan Masalah ...

3

D.

Tujuan Penelitian ...

3

E.

Manfaat Penelitian ...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ...

5

(17)

xvi

1.

Persepsi ...

5

2.

Profesi Guru ... 8

3.

Jenis kelamin siswa ... 14

4.

Prestasi Belajar Siswa ... 16

5.

Pekerjaan Orangtua ... 19

B.

Kajian penelitian yang hasil relevan ……….. 21

C.

Kerangka Berfikir ………..

21

D.

Hipotesis ………...

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ………...

26

A.

Jenis penelitian ………... 26

B.

Tempat dan waktu penelitian ………... 26

C.

Populasi dan Sampel ………... 27

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya ...………. 27

E.

Teknik Pengumpulan Data ... 31

F.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 32

G.

Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 43

A.

Mengenal SMA St. Mikael Warak sleman ………... 43

1.

Sejarah Berdirinya SMA St. Mikael ... 43

(18)

xvii

B.

Kurikulum ……… 46

C.

Organisasi Sekolah SMA St. Mikael ………... 47

D.

Personalia dan Pembagian Tugas ... 47

E.

Sumber Daya Manusia SMA St. Mikael ……… 59

F.

Siswa SMA St. Mikael ………... 61

G.

Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMA St. Mikael ... 62

H.

Proses Pembelajaran SMA St. Mikael ……… 62

I.

Fasilitas Pendidikan ……….... 63

J.

Hubungan dengan Instansi Lain ………... 63

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data ... 64

B.

Analisis Data ... 69

C.

Pembahasan ... 78

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

K.

Kesimpulan ... 82

L.

Keterbatasan Penelitian ... 83

M.

Saran ... 84

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Persepsi Siswa Terhadap Profesi

Guru... 28

Tabel 3.2 Pengukuran variabel Jenis kelamin Siswa ...

29

Tabel 3.3 Pengukuran Variabel Prestasi Belajar ...

30

Tabel 3.4 Pengukuran Variabel Pekerjaan Orangtua ...

31

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas item Variabel Persepsi Siswa Terhadap Profesi

Guru ...

33

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 35

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Persepsi Siswa terhadap Profesi Guru ... 65

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ...

65

Tabel 5.3 Distribusi Prestasi Belajar ... 67

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan orang tua ... 68

Tabel 5.5 Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa... 70

Tabel 5.6 Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa.. 71

Tabel 5.7 Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orangtua.... 72

Tabel 5.8 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian... 73

(20)

xix

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Persepsi siswa terhadap Profesi Guru ditinjau dari

Prestasi Belajar Siswa ... 76

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Persepsi Siswa terhadap Profesi Guru ditinjau dari

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN1

A. Data Persepsi Siswa terhadap Profesi Guru, Jenis kelamin

Siswa dan Pekerjaan Orangtua... 88

L AMPIRAN II

A. Kuesioner ... 96

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 101

LAMPIRAN III

A. Perhitungan Mean, Median dan Modus ... ... 103

B. PAP II ( Kategori Kecenderungan Variabel) ... ... 104

C. Hasil Uji Normalitas ... 106

D. Hasil Uji Homogenitas ... 107

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

(23)

Merebaknya sikap materialisme dan konsumerisme yang cenderung manghargai orang berdasarkan kekuatan materi ikut memperparah keadaan masyarakat menilai suatu profesi dari imbal jasa yang diterima. Akibatnya kewibawaan para pendidik di mata masyarakat merosot. Para murid dan orangtua juga terhinggapi sikap materialisme dan konsumerisme. Mereka cenderung kurang menghargai dan menghormati sungguh-sungguh para guru. Sehingga hubungan antara guru dan murid semakin kurang menampakkan hubungan antar pribadi antara pendidik dan peserta didik.

Salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah terbatasnya sumber daya tenaga pengajar (guru). Keterbatasan sumber daya ini antara lain dipengaruhi terbatasnya jumlah siswa berprestasi yang bersedia menjadi guru. Cukup jarang siswa yang berprestasi waktu di sekolah, setelah lulus kuliah menjadi guru. Mayoritas siswa dengan prestasi baik melanjutkan ke perguruan tinggi cenderung memilih fakultas non keguruan. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi. Selain itu, perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan mempengaruhi minat siswa untuk bekerja sebagai guru.

(24)

guru akan berpengaruh pada diri siswa yaitu akan membangkitkan atau justru melemahkan tugas mulianya dalam dunia pendidikan.

B. Batasan Masalah

Sejalan dengan judul penelitian ini peneliti memfokuskan pada persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar

siswa, dan pekerjaan orangtua. Mengingat begitu banyak faktor yang

mempengaruhi persepsi siswa terhadap profesi guru, maka peneliti hanya meneliti persepsi siswa ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa, dan pekerjaan orangtua.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar?

3. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orangtua?

D. Tujuan Penelitian

(25)

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa.

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa.

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orangtua.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Untuk memberikan gambaran yang konkert mengenai persepsi siswa terhadap profesi guru.

2. Bagi siswa

Untuk memperbaiki citra guru dan menumbuhkan minat siswa untuk menjadi guru.

3. Bagi penulis

Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang profesi guru.

4. Bagi Universitas

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang telah diindera tersebut oleh individu diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti, tentang apa yang diindera tersebut.

Menurut Slameto (1987), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

(27)

menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama.

Walgito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Persepsi pada dasarnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Dapat disimpulkan, persepsi adalah suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 1005:141).

Persepsi dapat diartikan sebagai: 1) suatu tanggapan (penerimaan langsung dari suatu serapan) dan 2) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:675). Menurut Winkel (1986:161) persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk membedakan antara objek yang satu dengan yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik objek-objek itu, misalnya ukuran, warna dan bentuk.

Menurut Walgito (1992: 70), menjelaskan ada tiga faktor utama yang berperan dalam persepsi, yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

(28)

individu yang bersangkutan. Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf

Alat indera digunakan sebagai alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada syaraf sensoris yang berfungsi untuk meneruskan stimulus. Stimulus tersebut lalu diterima oleh pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Perhatian

Perhatian diperlukan untuk membentuk atau menyadari persepsi yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Edgar (Thoha, 1988; 143-144)

1. Psikologi

Persepsi seseorang mengenai sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari di waktu yang indah akan dirasakan sebagai bayang-bayang kelabu bagi seseorang yang buta warna.

2. Famili

(29)

persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu tak ayal lagi kalau orangtuanya kasar, anaknya akan bersikap kasar pula, ayahnya suka bermain bola maka anaknya pun juga suka sepak bola, dll.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

2. Profesi Guru

Salah satu definisi yang dikemukakan oleh Dr. Sirkun Pribadi (Oemar Hamalik, 2002:1) adalah:

Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan.

(30)

Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Profesi biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan arti guru sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar. Sementara itu, Ametembun (1973:3), mengemukakan guru adalah semua orang yan berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah. Guru yang dimaksud di sini mencakup semua guru dari tingkat pra sekolah (TK) sampai guru besar (Dosen) di perguruan tinggi, baik yang berstatus negeri maupun swasta.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 mengemukakan, bahwa Guru adalah tenaga profesional yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum, pada jalur pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini formal.

(31)

a. Pekerjaan itu lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan dalam mengabdi kepada masyarakat.

b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan, latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu.

d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggota beserta sangsi yang jelas dan tugas terhadap pelanggaran kode etik.

e. Anggota profesi secara perseorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materiil.

Berikut ini beberapa kriteria yang harus dipenuhi guru (Mulyasa, 2005; 37-65):

a. Guru sebagai pendidik

(32)

b. Guru sebagai pengajar

Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.

c. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalan itu. Dalam hal ini istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga perjalanan mental , emosional, kreativitas, moral yang lebih dalam dan kompleks.

d. Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

e. Guru sebagai penasehat

(33)

f. Guru sebagai pembaharu (inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang luas dan dalam antara generasi yang satu dan generasi yang lain. Guru harus menjembatani ini bagi peserta didik., jika tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar dan berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.

g. Guru sebagai model atau teladan

Guru sebagai model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapatkan sorotan peserta didik dan orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

h. Guru sebagai pribadi

(34)

Menurut Supriyadi (1993), untuk menjadi seorang guru yang profesional harus dituntut untuk memiliki lima hal sebagai berikut:

1. Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa.

2. Guru harus memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa. Bagi seorang guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi. Mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

4. Guru mampu berfikir secara sistematis tentang apa yang dilakukan, dan belajar dari pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk mengadakan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya.

5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi lainnya.

(35)

harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Pendapat di atas sejalan dengan B. J Chandler ( Sahertian, 1994:27) yang menjelaskan tentang profesi mengajar. Dikatakan bahwa profesi mengajar merupakan suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Memerlukan kelengkapan mengajar dan keterampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar yaitu membimbing manusia.

Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi ( keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berdaya guna. (Kunandar, 2007: 46)

3. Jenis Kelamin

(36)

agresif, dianggap sebagai sifat-sifat maskulin, sedangkan sifat-sifat seperti lemah lembut, ramah dan empatik dianggap feminin.

Ada anggapan bahwa tekanan-tekanan untuk berperilaku sesuai dengan cara-cara yang tepat bagi pria atau wanita semakin meningkat pada masa remaja, khususnya terhadap remaja putri. John Mill dan Mary Allen Lynch (1983), dari penelitiannya memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Remaja putri menjadi lebih self- conscious (perasa terhadap diri sendiri) dan lebih banyak mengalami gangguan dalam citra diri ketimbang remaja-remaja pria.

2. Remaja-remaja putri lebih menonjol dalam prestasinya di bidang ketrampilan-ketrampilan verbal (kata-kata), sedangkan remaja-remaja pria di bidang ketrampilan spasial (ruang).

3. Remaja-remaja putri menjadi lebih suka membentuk persahabatan-persahabatan yang kental.

Sedangkan menurut Kartono (1981: 20), perbedaan pria dan wanita adalah:

a. Pada umumnya kemampuan intelektual wanita lebih rendah daripada kemampuan intelektual laki-laki.

(37)

4. Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1987: 2). Menurut Oemar Hamalik (1975:4), belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Seseorang dikatakan telah belajar jika di dalam dirinya telah terjadi perubahan tertentu, misalnya semula tidak dapat membaca. Tetapi tidak semua perubahan dapat disebut sebagai hasil belajar. Misalnya bayi yang belum bisa duduk menjadi bisa duduk. Perubahan ini terjadi karena kematangan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan sebagai berikut (Sumandi Suryabrata, 1971: 252) :

1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial)

2. Bahwa perubahan itu pokoknya adalh didapatkannya kecakapan baru (dalam arti Kenntins dan Fertingkeit)

(38)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sumandi Suryabrata, 1971: 253) :

1. Faktor-faktor yang berasal dari luar: a) Faktor-faktor non-sosial

Misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, malam), alat peraga, dll.

b) Faktor-faktor sosial

Yang dimakdud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir.

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam: a) Faktor-faktor fisiologis

(1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah akan lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah.

(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera.

(39)

Arden N. Frandsen (Sumandi Suryabrata, 1971: 257) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu sebagai berikut:

(1)adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

(2)adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju

(3)adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman

(4)adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi

(5)adanya ganjaran atau hukuman mendapatkan rasa aman 3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang diperoleh siswa merupakan salah satu bukti yang menunjukkan keberhasilan belajar siswa di sekolah. Mengenai prestasi belajar, W.S Winkel (1984:3) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti usaha yang dicapai.

Winkel (1984: 43) menyatakan bahwa ada dua hal yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

(40)

b. Faktor dari luar diri siswa: (1) faktor pengatur proses sekolah, meliputi kurikulum, disiplin, guru dan fasilitas yang dimiliki sekolah, (2) faktor sosial di sekolah meliputi sistem sekolah, status sosial, interaksi guru dan siswa, (3) faktor situasional meliputi polotik dan ekonomi, waktu, tempat, musim dan iklim.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan melihat nilai raport. Raport adalah sebuah buku yang memuat laporan hasil belajar siswa selama siswa tersebut mengikuti proses belajar di sekolah. Raport berguna bagi orangtua siswa dan siswa sendiri untuk mengetahui kemampuan siswa. Dengan nilai yang tinggi pada mata pelajaran tertentu menunjukkan bahwa siswa tersebut mempunyai bakat, sehingga perlu dikembangkan ilmu yang diperoleh tersebut.

5. Pekerjaan orangtua

Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso , 1986; 77). Dari definisi ini dapat terlihat bahwa tidak setiap kegiatan manusia dipandang sebagai kerja. Kegiatan yang hanya dilakukan demi kesenangan atau hobi tidak termasuk faktor produksi kerja.

(41)

a. Pekerjan pokok

Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap.

b. Pekerjaan sampingan atau sambilan

Pekerjaan sampingan atau sambilan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sifat pekerjaan sampingan atau sambilan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.

Dalam penelitian ini penulis membedakan pekerjaan orangtua menjadi dua jenis, yaitu:

1) Guru

(42)

B. Kajian hasil penelitian yang relevan

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis.

Thomas Juli (2002) telah melakukan penelitian tentang perbedaan sikap terhadap profesi guru ditinjau berdasarkan jenis kelamin dan status

sosial ekonomi orangtua. Kesimpulan yang diperoleh 1) sebagian besar

responden (87%) mempunyai sikap positif terhadap profesi guru. 2) tidak ada perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan jenis kelamin, dan 3) tidak terdapat perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi orangtua.

Bambang (2003) telah melakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap profesi guru. Kesimpulan yang didapat adalah tidak ada perbedaan

yang signifikan dalam persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari asal tempat tinggal (desa/ kota).

C. Kerangka Berfikir

1. Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin

(43)

berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat maskulin, kasar, dan lebih perkasa. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan ini dapat menimbulkan perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir, dan perasaan.

Ada anggapan bahwa profesi guru lebih cocok untuk perempuan karena perempuan mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang menyangkut kepribadian atau psikologis siswa. Sedangkan profesi guru kurang cocok untuk laki-laki karena sifat laki-laki yang maskulin, kasar, dan lebih perkasa, sehingga kurang peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap pembimbingan masalah-masalah yang terjadi pada siswa.

2. Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar

(44)

akan semakin tau berbagai macam peluang pekerjaan dengan imbal jasa yang tinggi dengan fasilitas-fasilitas yang menarik yang ditawarkan. Dengan prestasi yang tinggi siswa merasa yakin dengan kemampuannya dan lebih berani bersaing dengan siswa lain. Siswa lebih memilih pekerjaan yang lebih menantang.

Cukup jarang siswa berprestasi baik waktu di sekolah setelah lulus kuliah kemudian menjadi guru. Mayoritas siswa dengan dengan prestasi baik melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi cenderung memilih fakultas non keguruan. Siswa yang berprestasi baik menganggap bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi. Tidak sedikit siswa berprestasi kemudian direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari bangku kuliah. Sedangkan siswa yang kemampuan akademiknya kurang atau berprestasi rendah lebih memilih berprofesi menjadi guru karena peluang kerjanya lebih banyak, dan jika mau mencari pekerjaan lain membutuhkan berbagai macam keahlian.

3. Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan orangtua

(45)

memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Secara tidak langsung pekerjaan orangtua akan mempengaruhi pola asuh orangtua yang akan berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap suatu pekerjaan atau profesi.

(46)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah ditetapkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Ada perbedaan persepsi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan terhadap profesi guru.

Ha2 : Ada perbedaan persepsi antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi terhadap profesi guru.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu penelitian

yang dilakukan pada suatu objek tertentu, sehingga hasil penelitian hanya

berlaku bagi sekolah yang diteliti dan tidak berlaku pada sekolah lainnya.

Dalam hal ini, penelitian dilakukan di SMA St. Mikael Warak sehingga

kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku di SMA tersebut.

B.

Tempat dan waktu penelitian

1.

Tempat penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil tempat penelitian di SMA St.

Mikael Warak Sleman.

2.

Waktu penelitian

(48)

C.

Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA St. Mikael

Warak Sleman tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian

populasi, teknik pengambilan sampel sejumlah siswa di SMA St. Mikael

Warak.

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1.

Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998: 99). Dalam penelitian ini terdapat

dua variabel yaitu:

a.

Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin siswa,

prestasi belajar siswa, pekerjaan orangtua.

b.

Variabel terikat ( dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap

(49)

2.

Pengukuran variabel

[image:49.612.66.535.161.631.2]

a.

Persepsi siswa terhadap profesi guru

Tabel 3.1

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru

Variabel

bebas

Indikator Pernyataan

positif

Pernyataan

negatif

Persepsi

siswa

terhadap

profesi guru

1)

Sikap dan disiplin

guru

2)

Pengabdian guru

3)

Lingkup profesi guru

4)

Posisi guru di

masyarakat

5)

Latarbelakang

pendidikan guru

6)

Keterampilan guru

7)

Kesejahteraan dan

ekonomi

8)

Pekerjaan yang

monoton

9)

Profesi yang menarik

untuk dijalani

1, 2, 6, 11,

3, 4, 5, 7, 8

-

13, 14

21

19

-

-

18

-

-

9, 10

15, 16, 24

20

17, 22, 23

12

-

Jumlah

14

10

Diadopsi dari Skripsi Pungki (2009)

(50)

Skor Variabel Persepsi Siswa terhadap Profesi Guru

b.

Jenis kelamin

Jenis kelamin dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua

jenis yaitu laki-laki dan perempuan yang kemudian diberi skor sebagai

[image:50.612.71.539.135.620.2]

berikut:

Tabel 3.2

Pengukuran variabel Jenis kelamin Siswa

Jenis Kelamin

Skor

Laki-laki

Perempuan

1

2

c.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata hasil raport

semester ganjil tahun ajaran 2010-2011 yang kemudian dikelompokkan

menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

Jawaban

Pernyataan

Positif Negatif

Sangat setuju

4

1

Setuju 3 2

Tidak setuju

2

3

(51)

1)

Menunjukkan skor yang dicapai responden dari nilai raport.

2)

Skor yang dicapai responden selanjutnya digolongkan dalam kategori

tinggi dan rendah berdasarkan acuan kurve normal dan diberi skor sebagai

[image:51.612.70.535.182.618.2]

berikut:

Tabel 3.3

Pengukuran Variabel Prestasi Belajar

Kategori Syarat

pengukuran Skor

Tinggi Lebih

dari

mean 1

Rendah

Kurang /sama dengan

mean

2

Mean dicari dengan rumus sebagai berikut (Hadi, 1998:41):

Mean=

N

fx

Keterangan:

fx

= total Skor

N = jumlah Sampel

d.

Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan orangtua adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

orangtua untuk memperoleh penghasilan. Adapun pedoman pemberian

(52)

Tabel 3.4

Pengukuran Variabel Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan Orangtua

Skor

Guru

Non guru

1

2

E.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan teknik sebagai berikut:

1.

Kuesioner atau angket untuk responden

Pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis

yang diberikan kepada siswa sebagai responden untuk diisi dengan jawaban

yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dalam penenlitian ini kuesioner

yang digunakan terbagi dalam 2 bagian yaitu:

Bagian I: berupa pertanyaan mengenai identitas responden

Bagian II: berupa pertanyaan tentang persepsi responden terhadap profesi

[image:52.612.68.534.107.639.2]
(53)

2.

Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen tertulis

yang tersedia di sekolah sebagai sumber datanya. Misalnya

peraturan-peraturan sekolah, jumlah siswa, jumlah guru dan segala hal yang kiranya

masih ada korelasi dengan penelitian ini.

F.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1.

Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen ( Suharsimi, 1993:136 ), yaitu

sebagai berikut:

r =

(

) (

)

(

)

(

)

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n

Keterangan :

r

= koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = skor total item

X = skor item

(54)

Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan

korelasi dengan signifikansi 5%. Jika r

hitung

lebih besar dari pada r

tabel

, maka

butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya maka butir soal

tersebut tidak valid.

Pengujian item instrument dilakukan di SMAN 1 Mlati, dengan jumlah

responden sebanyak 30 responden. Berikut ini merupakan rangkuman dari

hasil uji validitas terhadap variabel persepsi siswa terhadap profesi guru

ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa dan pekerjaan

orangtua yang dilakukan sebelum penelitian.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas item Variabel Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru

No.

R

hitung

r

tabel

Keterangan

1 0,449

0,

361

Valid

2 0,570

0,

361

Valid

3 0,469

0,

361

Valid

4 0,376

0,

361

Valid

5 0,398

0,

361

Valid

6 0,628

0,

361

Valid

7 0,555

0,

361

Valid

8 0,476

0,

361

Valid

9 0,365

0,

361

Valid

(55)

11 0,476

0,

361

Valid

12 0,559

0,

361

Valid

13 0,468

0,

361

Valid

14 0,461

0,

361

Valid

15 0,420

0,

361

Valid

16 0,380

0,

361

Valid

17 0,444

0,

361

Valid

18 0,394

0,

361

Valid

19 0,570

0,

361

Valid

20 0,506

0,

361

Valid

21 0,377

0,

361

Valid

22 0,392

0,

361

Valid

23 0,559

0,

361

Valid

24 0,380

0,

361

Valid

2.

Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 1993:142),

yaitu sebagai berikut dimasukkan ke rumus Alpha :

11

r

=

2
(56)

Keterangan:

11

r

= reliabilitas instrumen

k

= banyak butir pertanyaan

2

t

σ

= varian total

2

b

σ

= jumlah varian butir

Dengan taraf signifikan sebesar (

α

) = 5%, jika nilai r

hitung

lebih besar

dari pada r

tabel

, maka butir soal tersebut dapat dikatakan reliabel, begitu juga

sebaliknya jika r

hitung

lebih kecil dari r

tabel

maka soal tersebut tidak reliabel.

[image:56.612.68.534.125.619.2]

Dari pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

r

hitung

Kriteria

Reliabilitas

Status

Persepsi Siswa terhadap

Profesi guru

0,883 0,6

Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa instrumen atau

kuesioner untuk mengukur variabel persepsi siswa terhadap profesi guru

(57)

dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut adalah

reliabel.

G.

Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F. Agar

kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari seharusnya, maka terlebih dahulu

dilakukan uji persyaratan analisis. Pengujian prasyarat analisis mencakup uji

normalitas dan uji homogenitas.

1.

Uji Persyaratan Analisis Korelasi

a.

Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

apakah data yang terjaring berdistribusi normal, sehingga analisis

untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Dalam uji normalitas ini

digunakan rumus uji satu sampel dari

Kolmogorov-Smirnov

, yaitu

tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor observasi)

dan distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana

teoritis dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya

distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi

suatu sampel random dari distribusi teoritis (Ghozali, 2002:35-36).

(58)

Kolmogorov-Smirnov

. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk

normalitas sebagai berikut (Ghozali, 2002:36):

D

=

maksimum

F

o

( )

X

S

n

( )

X

Keterangan:

D

= Deviasi maksimum

F

o

= Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang

ditentukan

S

n

( X )

= Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan lebih

besar dari taraf signifikan 5%, berarti sebaran data variabel normal. Bila

probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf

signifikansi 5% berarti sebaran data variabel tidak normal.

b.

Uji Homogenitas

Untuk menggeneralisasikan hasil penelitian maka harus lebih dahulu

yakin bahwa kelompok-kelompok yang membentuk sampel berasal dari

populasi yang sama. Kesamaan asal sampel ini antara lain dibuktikan

dengan adanya kesamaan variasi diantara kelompok sampel, dan ini

mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen, maka

(59)

populasi yang sama. Metode yang dipakai dalam pengujian ini adalah uji

Barlett

(Arikunto, 2004:215). Adapun langkah-langkah uji homogenitas

menurut Sudjana (2002: 250) sebagai berikut:

F =

kecil

Varianster

besar

Varianster

Harga F

hitung

tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga

F

tabel

dengan dk pembilang n -1 dan dk penyebut n – 1. Dalam hal ini

berlaku ketentuan bila harga F

hitung

lebih kecil atau sama dengan F

tabel

(

F

hitung

F

tabel

), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan

dianalisis homogen.

2.

Pengujian Hipotesis Penelitian

Analisis yang digunakan untuk menguji model dalam penelitian ini

adalah analisis varian Uji t-test. Adapun langkah-langkah yang digunakan

dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a.

Perumusan Hipotesis

1)

Hipotesis 1

HO = Tidak ada perbedaan persepsi antara siswa laki-laki dan

siswa perempuan terhadap profesi guru.

H1 = Ada perbedaan persepsi antara siswa laki-laki dan siswa

(60)

2)

Hipotesis 2

HO = Tidak ada perbedaan persepsi antara siswa yang berprestasi

rendah dan siswa yang berprestasi tinggi terhadap profesi guru.

H1 = Ada perbedaan persepsi antara siswa yang berprestasi

rendah dan siswa yang berprestasi tinggi terhadap profesi guru.

3)

Hipotesis 3

HO

= Tidak ada perbedaan persepsi antara siswa yang

orangtuanya berpofesi sebagai guru maupun non guru terhadap

profesi guru.

H1 = Ada perbedaan persepsi antara siswa yang orangtuanya

berpofesi sebagai guru maupun non guru terhadap profesi guru.

b.

Pengujian Hipotesis

1)

Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk menguji hipotesis persepsi siswa terhadap profesi guru

ditinjau dari jenis kelamin siswa yaitu dengan menggunakan rumus uji

beda (uji t). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a)

Menentukan hipotesis H0 : = 0

H1 : > 0

b)

Menentukan t tabel dengan dk = n – 2 dengan tingkat signifikansi

(61)

c)

Menentukan statistik uji t dengan rumus:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + + − =

2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 n n n n x x x x t

=

1

x

rerata kelompok pertama

=

2

x

rerata kelompok kedua

2

=

1

x

jumlah kuadrat skor pertama

2

=

2

x

jumlah kuadrat skor kedua

=

1

n

banyaknya skor yang dimiliki kelompok pertama

=

2

n

banyaknya skor yang dimiliki kelompok kedua

d)

Menentukan kriteria penolakan dan penerimaan Ho

Ho ditolak apabila

t

hitung

t

tabel

atau probabilitas signifikan > 0,05

2)

Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk menguji hipotesis persepsi siswa terhadap profesi guru

ditinjau dari prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan rumus

uji beda (uji t). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a)

Menentukan hipotesis H0 : = 0

H1 : > 0

b)

Menentukan t tabel dengan dk = n – 2 dengan tingkat signifikansi

(62)

c)

Menentukan statistik uji t dengan rumus:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + + − =

2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 n n n n x x x x t

=

1

x

rerata kelompok pertama

=

2

x

rerata kelompok kedua

2

=

1

x

jumlah kuadrat skor pertama

2

=

2

x

jumlah kuadrat skor kedua

=

1

n

banyaknya skor yang dimiliki kelompok pertama

=

2

n

banyaknya skor yang dimiliki kelompok kedua

d)

Menentukan kriteria penolakan dan penerimaan Ho

Ho ditolak apabila

t

hitung

t

tabel

atau probabilitas signifikan > 0,05

3)

Pengujian Hipotesis Ketiga

Untuk menguji hipotesis persepsi siswa terhadap profesi guru

ditinjau dari pekerjaan orangtua yaitu dengan menggunakan rumus uji

beda (uji t). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a)

Menentukan hipotesis H0 : = 0

H1 : > 0

b)

Menentukan t tabel dengan dk = n – 2 dengan tingkat signifikansi

(63)

c)

Menentukan statistik uji t dengan rumus:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + + − =

2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 n n n n x x x x t

=

1

x

rerata kelompok pertama

=

2

x

rerata kelompok kedua

2

=

1

x

jumlah kuadrat skor pertama

2

=

2

x

jumlah kuadrat skor kedua

=

1

n

banyaknya skor yang dimiliki kelompok pertama

=

2

n

banyaknya skor yang dimiliki kelompok kedua

d)

Menentukan kriteria penolakan dan penerimaan Ho

(64)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Mengenal SMA St. Mikael Warak sleman

1. Sejarah Berdirinya SMA St. Mikael

SMA Mikael terletak di desa Warak Kelurahan Sumberadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kode pos 55288. Luas tanah keseluruhannya yaitu 6.425 m2 dengan luas bangunan 2.078 m2.

(65)

Selanjutnya, dari Dinas Pendidikan menyarankan Bapak Subardjo dan Suster Canisia untuk membentuk sekolah barn dan terbentuklah SMA St. Mikael yang diresmikan oleh Kanwil Depdikbud Propinsi DIY pada tanggal 14 Juli 1984 dengan SK pendirian yang keluar pada tanggal 28 Mei 1984 dengan No. 0457/11/1986 yang menyatakan bahwa SMA Mikael dapat berjalan secara operasional, meskipun pada tingkat pertama hanya menerima murid sejumlah 44 orang.

Pada tahun 1987 SMA St. Mikael mulai menerima murid barn dari tingkat pertama sampai ke tiga dengan dua macam penjurusan yaitu IPA dan IPS. Pada tanggal 14 Desember 2005 SMA St. Mikael mendapat akreditasi A dan berlaku sampai sekarang.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA St. Mikael

a. Visi SMA St. Mikael

Tangguh dalam kepribadian, unggul dalam kecerdasan, serta mampu berkompetisi berdasarkan iman kristiani. Indikator- indikator visi :

1. Warga SMA St. Mikael Sleman memiliki budi pekerti luhur.

2. Warga SMA St. Mikael Sleman mampu mengembangkan diri sesuai dengan kecerdasan masing–masing.

3. Warga SMA St. Mikael Sleman mempunyai daya juang yang tinggi untuk berkompetisi.

4. Warga SMA St. Mikael Sleman memiliki iman yang dalam.

(66)

tinggi.

b. Misi SMA St. Mikael

1. Menumbuhkembangkan nilai–nilai budi pekerti luhur.

2. Melaksanakan pembelajaran, bimbingan, pelatihan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal.

3. Meningkatkan daya juang untuk berprestasi sehingga mampu untuk berkompetisi.

4. Menumbuhkembangkan penghayatan nilai-nilai kristiani. 5. Menghidupkan dan mengembangkan sekolah sebagai komunitas

iman yang mencerminkan tata kehidupan bersama yang semakin bersaudara, adil dan bermartabat.

c. Tujuan SMA St. Mikael

1. Setiap warga sekolah memiliki kedisiplinan tinggi.

2. Setiap warga sekolah berperilaku sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari.

3. Setiap warga sekolah berperilaku hidup sehat.

4. Persentase kelulusan meningkat.

5. Nilai rata-rata ujian meningkat.

6. Rangking nilai ujian meningkat.

(67)

lomba di tingkat kabupaten untuk: basket, yob dan sepak bola.

8. Sekolah memiliki tim kesenian yang mampu tampil dalam event-event tertentu dan dalam lomba di tingkat kabupaten untuk cabang seni: paduan suara, teater dan band.

9. Sekolah memiliki tim bahasa inggris yang mampu tampil dalam lomba bahasa inggris di tingkat kabupaten ataupun propinsi.

10.Setiap warga sekolah dapat mengoperasikan komputer minimal untuk program: MS Word, Exel, dan Power Point.

11.Warga sekolah mau dan mampu menulis minimal pada majalah dinding atau majalah sekolah "Mikael Magazine".

12.Siswa mempunyai ketekunan dan daya juang yang tinggi.

13.Siswa mau dan mampu berkompetisi secara sehat.

14.Dalam kehidupannya siswa selalu mendasarkan kepada iman kepercayaan kepada Tuhan.

15.Sekolah menjadi arena komunikasi antar warganya di mana tercermin tata kehidupan bersama yang bersaudara, adil dan bermartabat.

B. Kurikulum

(68)

Program pengajaran yang digunakan di SMA St. Mikael ada 2 macam yaitu program pengajaram umum yang berlaku untuk kelas X serta program pengajaran khusus yang berlaku untuk kelas XI dan XII yaitu program IPA dan IPS.

C. Organisasi Sekolah SMA St. Mikael

Dalam setiap sekolah memerlukan struktur organisasi, yang sangat mendukung bagi pelaksanaan kerja di lingkungan sekolah baik sebagai kepala sekolah, guru maupun karyawan. Hal ini dikarenakan terkait dengan masalah tata kerja personal dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan.

Pelaksanaan suatu kegiatan baik belajar mengajar maupun kegiatan yang lain dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan akan dapat berjalan dengan baik apabila struktur organisasi sekolah atau lembaga pendidikan tersebut menguraikan tugas serta wewenangnya dengan jelas, dan melaksanakan tugas serta wewenang tersebut dengan sebaik-baiknya.

D. Personalia dan Pembagian Tugas

Personalia dan pembagian tugas di SMA St. Mikael Sleman adalah sebagai berikut :

Pengelola sekolah terdiri dari :

1. Kepala Sekolah

(69)

a. Kepala sekolah selaku pimpinan mempunyai tugas : 1) Menyusun perencanaan;

2) Mengorganisasikan kegiatan;

3) Mengarahkan kegiatan;

4) Mengkoordinasikan kegiatan;

5) Melaksanakan pengawasan;

6) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan;

7) Menentukan kebijaksanaan;

8) Mengadakan rapat;

9) Mengambi keputusan;

10) Mengatur proses;

11) Mengatur administrasi

a) Kantor

b) Siswa

c) Pegawai

d) Perlengkapan

e) Keuangan / RAPBS

(70)

13) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha

b. Kepala sekolah sebagai administrator bertugas menyelenggarakan administrasi :

1) Perencanaan

2) Pengorganisasian

3) Pengarahan

4) Pengkoordinasian

5) Pengawasan

6) Kurikulum

7) Kesiswaan

8) Kantor

9) Kepegawaian

10)Perlengkapan

11)Keuangan

12)Perpustakaan

13)Laboratorium

(71)

2. Wakil Kepala Sekolah

Jumlah Wakil Kepala Sekolah pada sekolah menengah umum satu orang, disesuaikan menurut kebutuhan. Pada tahun ajaran 2008 yang menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah ialah Drs. Subardjo Yuventius.Adapun tugas dari Wakil Kepala Sekolah ialah membantu Kepala Sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut :

a) Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan program pelaksanaan.

b) Pengorganisasian

c) Pengarahan

d) Ketenangan

e) Pengorganisasian

f) Pengawasan

g) Penilaian

h) Identifikasi dan pengumpulan

a. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum

Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum dijabat oleh M. Sri Purwantoro S.Pd. Tugas dari bidang ini ialah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan–kegiatan sebagai berikut:

(72)

2) Menyusun pembagian tugas guru

3) Menyusun jadual pembelajaran

4) Menyusun jadual evaluasi pembelajaran

5) Menyusun pelaksanaan EBTA/ EBTANAS ( ujian akhir )

6) Menetapkan kriteria persyaratan naik kelas / tidak naik kelas.

7) Menetapkan jadual penerimaan buku laporan pendidikan ( rapor ) dan penerimaan STTB

8) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusun satuan pelajaran. 9) Menyediakan buku kemajuan kelas.

10) Menyusun laporan pelaksanaan pembelajaran.

b. Wakil Kepala Sekolah Urusan/ Bidang Kesiswaan

Wakil Kepala Sekolah urusan Kesiswaan dijabat oleh Drs. A. Raharjo. Bidang ini mempunyai tugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiaan kegiatan sebagai berikut :

1) Menyusun program pembinaan kesiswaan/ OSIS

2) Melaksanakan bimbingan pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa/ OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah.

3) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kerindangan dan kekeluargaan ( K6 )

(73)

5) Melakukan pembinaan pengurus OSIS dalam berorganisasi

6) Menyusun program dan jadual pembinaan siswa secara berkala dan insidentil.

7) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerimaan beasiswa.

8) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah.

9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala. 10)Mengatur mutasi siswa.

c. Wakil kepala Sekolah Urusan/ Bidang Hubungan Kerjasama dengan Masyarakat

Wakil K epala S ekolah Urusan atau Bidang Hubungan Masyarakat dijabat oleh FX. Sudarmin BA. Bidang ini mempunyai tugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa.

2) M e mb i n a h u b u n g a n a n t a r a s e k o l a h d e n g a n P O M G / B P 3 . 3) Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.

d. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasrana

Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(74)

2) Mengadministrasikan pendayagunaan sarana prasarana.

3) Pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran.

4) Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala.

3. Guru

Guru di SMA St. Mikael berjumlah 20 orang, dimana 6 orang yang berstatus pegawai negeri dan 14 orang berstatus guru tetap yayasan. Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

a. Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi:

1) Membuat program pengajaran/rencana kegiatan belajar mengajar catur wulan atau tahunan.

2) Membuat satuan pelajaran (persiapan mengajar).

3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

4) Melaksanakan kegiatan penilaian catur wulan/tahunan.

5) Mengisi daftar nilai siswa.

6) Melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar.

7) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengajaran.

(75)

9) Membuat alat pelajaran program.

10) Membuat alat pelajaran peraga.

11) Menciptakan karya seni.

12) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

13) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.

14) Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

15) Membuat lembaran kerja siswa (LKS).

16) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa.

17) Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.

18) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum.

19) Mengumpulkan dan menghitung angka 'credit untuk kenaikan pangkatnya.

b. Sesuai dengan ruang lingkup, fungsi dan tugas guru sebagai tugas pendidik dan tugas pengajar pelaksanaan jenis-jenis kegiatan pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah sebagai berikut:

1) Menyusun satuan pelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

(76)

3) Menyusun rencana program evaluasi.

4) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

5) Menyusun nilai bidang studi formatif dan subsumatif.

6) Menyusun laporan-laporan pelaksanaan pelajaran tiap akhir catur wulan. 7) Melaksanakan evaluasi catur wulan dan tahunan.

8) Mengisi buku kelas (khusus wali kelas).

c. K egiatan penilaian proses dan hasil belajar mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Dalam melaksanakan penilaian tersebut digunakan jenis-jenis evaluasi sebagai berikut:

1) Evaluasi formatif ialah kegiatan penilaian yang dilakukan pada akhir satuan pelajaran.

2) Evaluasi subsumatif ialah kegiatan penilaian setelah beberapa satuan pelajaran diselesaikan yang dilakukan pada perempat atau setengah catur wulan.

3) Evaluasi sumatif ialah kegiatan penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program.

(77)

4. Wali Kelas

Wali kelas adalah guru yang ditunjuk untuk menangani satu kelas hingga akhir tahun ajaran. Di mana wali kelas bagi masing-masing kelas sebagai berikut:

no Guru Wali Kelas Kelas

1 Y. Murdiantoro, S.Pd. XA 2 I.L.D. Tjatur Nugroho, S.H XB 3 Drs. Agus Widjayanto XI IPA 4 Anastasia Kristini, S.Pd. X IPS 5 Dra. Tri Pudjiastuti, SI. XII IPS1 6 Y. Wuri Handayani, S.Pd. XII IPS2

7 Drs. A. Raharjo XII IPA

Tugas dari wali kelas ialah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan kelas.

b. Penyelengaraan administrasi kelas meliputi:

1) Denah tempat duduk siswa.

2) Papan absensi siswa.

3) Daftar pelajaran kelas.

4) Daftar piket kelas.

5) Buku absensi siswa

6) Buku kegiatan balajar mengajar.

(78)

c. Penyusun/pembuatan statistik bulanan siswa.

d. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (legger).

e. Pembuatan catatan khusus tentang siswa.

f. Pencatatan mutasi siswa.

g. Pengisian buku Laporan Pendidikan (Rapor).

h. Pembagian buku Laporan Pendidikan (Rapor).

5. Ketua Kelompok Mata Pelajaran Sejenis

Ketua Kelompok Mata Pelajaran Sejenis membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusun program dan pengembangan mata pelajaran sejenis.

b. Koordinasi penggunaan ruang sarana.

c. Koordinasi kegiatan guru-guru mata pelajaran sejenis.

d. Melaksanakan kegiatan bimbingan guru dalam proses belajar mengajar.

6. Bimbingan Penyuluhan / Bimbingan Karir

Bidang ini dijabat oleh Ibu P. Siti Hartini, BA. Bimbingan Penyuluhan/Bimbingan Karir membantu Kepala Sekolah dalam kegiatankegiatan sebagai berikut:

(79)

b. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.

c. Memberikan layanan bimbingan penyuluhan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang se suai.

e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan penyuluhan atau bimbingan karir.

f. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan penyuluhan atau bimbingan karir.

g. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar praktik atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan penyuluhan atau bimbingan karir.

i. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan penyuluhan atau bimbingan karir.

7. Pustakawan Sekolah

Bidang ini dijabat oleh Ibu Y. Wuri Handayani S.Pd. pustakawan Sekolah membantu Kepala S

Gambar

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Persepsi Siswa terhadap Profesi Guru ditinjau dari
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Variabel Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru
Tabel 3.2 Pengukuran variabel Jenis kelamin Siswa
Tabel 3.3 Pengukuran Variabel Prestasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari: (1) jenis kelamin; (2) prestasi belajar siswa, (3) pendapatan orang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) ada tidaknya perbedaan sikap siswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari jenis kelamin; 2) ada tidaknya perbedaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin (Asymp. dari uji t sebesar 0,018

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah ada perbedaan sikap terhadap empty nest ditinjau dari jenis kelamin orangtua. Metode penelitian yang digunakan adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan (F hitung = 0,707 < F tabel = 2,09); (2) Tidak

Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pemahaman membaca siswa sekolah dasar ditinjau dari perbedaan jenis kelamin yang ada di Kota Bukittinggi,

Berdasarkan analisa data, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pada kematangan karir siswa SMU di Banda Aceh yang ditinjau dari jenis kelamin dan jenis

Tidak adanya perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin dan jurusan mengindikasikan bahwa ada faktor lain yang turut berkontribusi pada tercapainya kematangan