Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Jihan Fahiro
NIM. 11160182000046
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2021
i ABSTRAK
Jihan Fahiro, NIM: 11160182000046. Evaluasi Program Full Day School di MTs N 6 Jakarta Timur. Skripsi Program strata satu, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah. 2021
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pencapaian pada program full
day school di MTs N 6 Jakarta dalam tiga tahun terakhir. Penelitian ini
menggunakan model evaluasi DEM (Discrepancy Evaluation Model) dengan lima tahapan didalamnya dan melihat pada tiga aspek yang dimiliki sebuah program yaitu masukan, proses, dan produk. Evaluasi ini menggunakan pendekatan berorientasi pada Tujuan (The Goal Oriented Approach), dan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, studi dokumen, observasi, dan angket. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan konklusi. Hasilnya didapatkan kesimpulan bahwa program full day school di MTs N 6 Jakarta diselenggarakan dengan baik. Pada aspek input, dan produk sangat baik dengan kategori tinggi, dan pada aspek proses baik dengan kategori moderat.
Dari hasil evaluasi ditemukan beberapa kesejangan diantaranya belum adanya legalitas resmi program full day school dari kemenag, masih terdapat sarana dan prasarana yang belum memadai, kurangnya perincian dalam pembiayaan yang bisa menimbulkan kecurigaan, masih terdapat guru yang belum memenuhi kualifikasi dan masih kurangnya kreativitas guru dalam pembelajaran dapat membuat peserta didik jenuh. Dengan adanya temuan kesenjangan beberapa rekomendasi yang dapat disarankan antara lain, kemenag perlu mengkaji ulang terkait penyelenggaraan full day school di lingkungan madrasah dan mengeluarkan surat pengakuan resmi, kepala sekolah perlu mengeluarkan kebijakan dan mensosialiasikan terkait penyelenggaraan program full day school, guru perlu memperkaya diri dengan metode dan strategi belajar yang membangkitkan keaktifan peserta didik dalam belajar sehingga materi dapat dipahami dengan baik, terakhir peserta didik harus mendapatkan hak dan melaksanakan kewajiban menuntut ilmu di sekolah, mengikuti setiap program full
day school yang diselenggarakan sekolah.
Kata kunci: Evaluasi Program, DEM, dan MTs N 6 Jakarta.
ii ABSTRACT
Jihan Fahiro, NIM: 11160182000046. Evaluation of the Full Day School Program at MTs N 6 East Jakarta. Undergraduate Thesis Program, Department of Education Management, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah. 2021.
This study aims to measure the achievement of the full day school program at MTs N 6 Jakarta in the last three years. This study uses the DEM (Discrepancy Evaluation Model) evaluation model with five stages in it and looks at the three aspects of a program, namely input, process, and product. This evaluation uses a goal-oriented approach (The Goal Oriented Approach), and descriptive methods. Data collection was carried out by means of interviews, document study, observation, and questionnaires. The data that has been collected is then processed using data reduction techniques, data presentation, and conclusion. The results concluded that the full day school program at MTs N 6 Jakarta was well organized. In the input aspect, the product is very good with the high category, and in the process aspect, it is good with the moderate category.
From the results of the evaluation, there were some gaps, including the absence of official legality of the full day school program from the Ministry of Religion, there were still inadequate facilities and infrastructure, a lack of detail in financing that could raise suspicion, there were still teachers who had not met the qualifications and there was still a lack of teacher creativity in learning can make students saturated. With the findings of gaps in several recommendations that can be suggested, among others, the Ministry of Trade needs to review the implementation of full day schools in madrasahs and issue official recognition letters, school principals need to issue policies and disseminate information related to the implementation of full day school programs, teachers need to enrich themselves with methods and learning strategies that arouse the activeness of students in learning so that the material can be understood properly, and finally students must carry out their right and obligations to study at school, following every full day school program held by the school.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Anugerah dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Melalui segenap kerja keras, doa, serta penantian yang tidak sebentar, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, tentu dengan bantuan, arahan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya, kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Drs. Muarif SAM, M. Pd selaku Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah banyak membantu dalam keberlangsungan perkuliahan sampai selesai;
4. Dr. Teuku Rusman N. M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu, membimbing, dan mengarahkan serta memotivasi penulis dalam penulisan skripsi ini;
5. Drs. Muarif SAM, M. Pd Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu, membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 6. Dr. Ali Nurdin, M. Pd., Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing penulis selama masa perkuliahan;
7. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan pelayanan yang baik selama menjalani perkuliahan; 8. H. Makhrus, M. Pd., Kepala sekolah MTs N 6 Jakarta yang telah meluangkan banyak waktunya dan sangat membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan penulis serta guru (Pak Roby, Bu Oom, Bu Haryati, Pak Ahmad, Pak Satiri, Bu Arum, Bu Hilda, Bu Sri, dan Mas husen) dan peserta didik kelas 9 MTs N 6 Jakarta yang selalu membantu dalam proses penyusunan skripsi ini;
9. Bu Suningsih, M. Pd., yang selalu membantu dalam proses penyusunan skripsi ini;
10. Ayahanda Asep Saepudin, dan Ibunda Mansiah orang tua tercinta yang senantiasa mendo’akan, memberikan kasih sayang, memberi dukungan
iv
moral maupun materil sepanjang waktu. Hingga tidak dapat digambarkan dengan kata-kata rasa terima kasih ini;
11. Kakak Ulfah Suciyanthi dan suami, serta adik Muhammad Azka yang senantiasa memberi dukungan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
12. Keponakan tersayang Hibban, dan zayna yang selalu menghibur penulis dikala penat dan stress dalam mengerjakan skripsi;
13. Keluarga besar H. Djunaidi bin H. Idris yang telah memberikan bantuan, dukungan serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
14. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan 2016 kelas B dan terkhusus teman seperjuangan (Vita, Nabila, Bela, Indy, Iroh, Raras dan Almh. Panca) yang selalu membantu, memberi semangat dan membuat hari-hari perkuliahan menjadi penuh kenangan;
15. Keluarga besar PMII Rayon Manajemen Pendidikan yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk menimba ilmu, mengembangkan diri, dan membentuk karakter penulis saat ini:;
16. Semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis sadar betul bahwa skripsi ini adalah karya tulis yang jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis ingin meminta maaf atas kesalahan yang ada pada skripsi ini. Harapannya agar skripsi ini menjadi manfaat dalam menambah wawasan baik bagi penulis sendiri, maupun bagi para pembaca.
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Evaluasi ... 8 C. Batasan Evaluasi ... 9 D. Rumusan Evaluasi ... 9 E. Tujuan Evaluasi ... 9 F. Manfaat Evaluasi ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ... 12
A. Evaluasi Program... 12
1. Pengertian Evaluasi ... 12
2. Pengertian Program ... 13
3. Definisi Evaluasi Program... 14
4. Tujuan Evaluasi Program ... 15
5. Fungsi Evaluasi Program ... 17
6. Model Evaluasi DEM (Discrepancy Evaluation Model) ... 19
B. Full Day School ... 20
1. Sejarah Full Day School ... 20
2. Pengertian Full Day School ... 23
3. Keunggulan Full Day School ... 24
4. Kelemahan Full Day School ... 26
5. Tujuan Full Day School ... 27
6. Sistem Pembelajaran Full Day School ... 27
C. Persepsi Siswa Terhadap Full Day School ... 29
vi
D. Penelitian yang relevan ... 30
E. Kerangka Berpikir ... 34
F. Kriteria Evaluasi ... 36
BAB III METODELOGI EVALUASI ... 41
A. Tempat dan Waktu ... 41
B. Pendekatan, Metode, dan Model Evaluasi ... 41
C. Sumber Data dan Informasi ... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
E. Instrumen Evaluasi ... 45
F. Teknik Analisa Data ... 48
G. Keabsahan Data ... 49
BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Jakarta ... 51
1. Profil Madrasah ... 51
2. Sejarah Program Full Day School ... 52
3. Visi dan Misi Madrasah ... 53
4. Program Sekolah ... 55
5. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 56
6. Keadaan Guru dan Pegawai... 61
7. Keadaan Peserta Didik MTs N 6 Jakarta ... 62
B. Deskripsi Data ... 63
1. Analisis Input (Masukan) ... 63
2. Process (proses) ... 78
3. Output (Produk) ... 93
C. Analisis Hasil Ketercapaian Program ... 97
D. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi ... 102
1. Input ( Masukan)... 103
2. Process (Proses) ... 104
3. Output (Produk) ... 105
E. Temuan Evaluasi Kesenjangan ... 106
F. Keterbatasan Evaluasi ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 108
vii
B. Rekomendasi ... 109 DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN ... 113
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi ... 37
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Evaluasi ... 41
Tabel 3.2 Fokus Evaluasi Program Full Day School ... 42
Tabel 3.3 Instrumen Wawancara ... 45
Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi ... 46
Tabel 3.5 Studi Dokumen Full Day School di MTs N 6 Jakarta ... 46
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Persepsi Peserta didik terhadap Full day school ... 47
Tabel 4.1 Pendidikan Terakhir Guru dan Pegawai ... 62
Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik tahun 2016 s/d 2020 ... 62
Tabel 4.3 Jadwal Mata pelajaran Full day school MTs N 6 Jakarta ... 66
Tabel 4.4 Status Kepegawaian ... 68
Tabel 4.5 Bidang Studi dan Ijazah Guru ... 68
Tabel 4.6 Jumlah Peminat dan Peserta Didik yang diterima tahun 2018 s/d 2020 ... 73
Tabel 4.7 Kondisi Sarana Belajar program Full Day Schol ... 74
Tabel 4.8 Kondisi Prasarana Belajar Program Full Day School ... 75
Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan Belajar Program Full Day School ... 79
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Angket ... 82
Tabel 4.11 Jadwal Kegiatan Ekstarkurikuler ... 90
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta didik Terhadap Program ... 94
Tabel 4.13 Prestasi Peserta Didik 2018 s/d 2019 ... 96
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 34
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTs N 6 Jakarta ... 57
Gambar 4.2 Kegiatan Tadarus Al-Qur’an ... 86
Gambar 4.3 Sholat Dhuha Berjama'ah ... 87
Gambar 4.4 Kegiatan Literasi ... 88
Gambar 4.5 Kegiatan Gerakan Masyarakat hidup Sehat ... 89
Gambar 4.6 Sholat Zuhur Berjama'ah ... 89
Gambar 4.7 Ekstrakurikuler Pilihan di MTs N 6 Jakarta ... 92
Gambar 4.8 Ekstrakurikuler wajib Pramuka di MTs N 6 Jakarta ... 92
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN EVALUASI ... 114
LAMPIRAN 2 PROFIL MTs N 6 Jakarta ... 127
LAMPIRAN 3 STRUKTUR ORGANISASI ... 129
LAMPIRAN 4 HASIL WAWANCARA ... 130
LAMPIRAN 5 DATA GURU DAN PEGAWAI ... 148
LAMPIRAN 6 HASIL OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA ... 150
LAMPIRAN 7 STUDI DOKUMENTASI ... 155
LAMPIRAN 8 PESERTA DIDIK ... 156
LAMPIRAN 9 DIAGRAM HASIL ANGKET ... 158
LAMPIRAN 10 HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 169
LAMPIRAN 11 KATEGORISASI ... 170
LAMPIRAN 12 STRUKTUR KURIKULUM ... 171
LAMPIRAN 13 KEGIATAN PEMBIASAAN ... 172
LAMPIRAN 14 PRESTASI ... 175
LAMPIRAN 15 SURAT BIMBINGAN SKRIPSI ... 177
LAMPIRAN 16 SURAT IZIN PENELITIAN ... 178
LAMPIRAN 17 SURAT KETERANGAN PENELITIAN ... 179
LAMPIRAN 18 UJI REFERENSI ... 180
LAMPIRAN 19 DOKUMENTASI PENELITIAN ... 184
LAMPIRAN 20 HASIL CEK PLAGIASI ... 185
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I, Pasal 1 (1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Sedangkan pengertian Pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas maka pendidikan harus memiliki manajemen yang baik karena merupakan usaha sadar dan terencana agar dapat dikelola sehingga sistem pendidikan dan proses pendidikan yang baik dapat bermutu. Peningkatan mutu pendidikan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan merupakan proses dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Peningkatan mutu harus dilakukan secara terarah, terencana, dan intensif sehingga mampu menyiapkan bangsa Indonesia dalam persaingan global di masa depan.2 Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu harus ada kriteria minimal tentang sistem pendidikan atau yang harus dipenuhi oleh pihak penyelenggara atau disebut dengan standar nasional pendidikan.
Standar nasional pendidikan sebagai upaya penjaminan mutu sistem pendidikan nasional terdiri dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidikan dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan yang
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Bab I, Pasal 1 (1).
2 Barnawi dan M. Arifin, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
berfungsi sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pendidikan di arahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dari faktor-faktor input (besarnya kelas sekolah, guru, buku pelajaran, situasi belajar dan kurikulum, manajemen sekolah, keluarga) agar menghasilkan out-put setinggi-tingginya.3
Pada kenyataannya sistem pendidikan nasional yang selama ini ada belum mampu melahirkan kualitas lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual maupun kepribadian dan keterampilan. Sistem pendidikan di Indonesia cenderung berjalan lambat kapasitas pendidikan formal cenderung berorientasi pada pendidikan yang berbasis hard skill dimana hanya mengembangkan Inteligence Quotient dan kurang mengembangkan kemampuan soft skill dalam emotional quotient dan
spiritual quotient padahal pendidikan yang berbasis hard skill kini sudah tidak
relevan lagi dengan perkembangan pendidikan di dunia.4 Praktik pendidikan masih terpacu pada pemenuhan kuantitas dibanding kualitas. Dengan sistem yang ada saat ini berarti belum mampu untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di masyarakat. Peran pendidikan sendiri menjadi sangat penting ketika arus globalisasi dimana teknologi informasi dan media membawa pengaruh nilai-nilai dan budaya yang seringkali bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Akibatnya terjadi krisis moral yang terjadi di kalangan generasi muda bangsa Indonesia. Permasalahan mengenai krisis moral di kalangan pelajar seperti mencontek, membolos, tawuran, dan pergaulan bebas. Krisis moral ini tidak terlepas dari kurangnya peran orang tua dalam mendidik serta mengawasi anaknya di rumah karena orang tua yang sibuk bekerja.
Orang tua tentu menjadi selektif dalam memilih lembaga pendidikan yang tepat bagi anaknya. Sekolah unggulan menjadi pilihan serta harapan bagi orang tua agar anaknya mendapatkan pendidikan terbaik. Dalam pandangan masyarakat sekolah bekualitas ialah sekolah memiliki pembelajaran yang menyenangkan yang didukung dengan fasilitas sarana dan prasarana memadai, gedung yang bagus dan
3
https://www.silabus.web.id/pengertian-mutu-pendidikan/ Penulis: Prof. M. Arifin diakses pada tanggal 04/02/2020 pukul 15.07 WIB.
4 Saiful Bahri, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah,
bersih, sederet prestasi sekolah dan memiliki alumni berprestasi yang memiliki kompetensi mumpuni. Sekolah berkualitas mampu menciptakan manusia yang berkualitas pula seperti termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Sekolah sebagai media penyedia jasa pendidikan kemudian berlomba-lomba dalam membuat program sekolah yang dapat menyediakan pendidikan yang terbaik dan memadai bagi para peserta didik. melalui program yang tepat diharapkan akan menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Kualitas pembelajaran sendiri salah satu aspek penilaian dari suatu sekolah. Pembelajaran merupakan proses vital dalam mencerdaskan kehidupan manusia.5 Kegiatan pembelajaran yang mampu mengkolaborasikan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai budaya serta norma akan menjadi transformasi manusia ke arah yang lebih baik. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi siswa dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai seperti kejujuran, kesopanan, kebijaksanaan, cinta tanah air, dan lain-lain.
Faktanya kualitas kegiatan pembelajaran di Indonesia selama ini dirasa masih kurang maksimal dalam mengembangkan kemampuan peserta didik dan mengembangkan karakter. Terdapat banyak faktor alasan yang menyebabkan hal itu. Diantaranya karena terbatasnya waktu di sekolah sehingga kurang lamanya interaksi antara siswa dan guru di sekolah. Seringkali guru mata pelajaran ketika mengajar di kelas belum mampu melaksanakan rencana pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu karena terbentur dengan jadwal guru lain akibatnya pembelajaran tidak berjalan maksimal sesuai dengan silabus dan RPP, beberapa materi pelajaran belum tersampaikan di kelas.
Untuk mewujudkan pendidikan bermutu dan berkualitas sekolah melaksanakan salah satu program pendidikan dengan sistem terpadu yang disebut dengan Full Day School. Program ini merupakan layanan pendidikan yang diberikan sekolah selama sepanjang hari dari pagi hingga sore sehingga siswa mendapatkan pembelajaran dengan durasi cukup panjang. Full day school
5 Barnawi dan M. Arifin, Branded School: Membangun Sekolah Unggul Berbasis Peningkatan
menurut giannaka yang dikutip oleh Dede royada adalah layanan pendidikan penuh waktu sepanjang hari dengan kegiatan beragam, tidak saja berkaitan dengan materi belajar yang mereka peroleh di dalam kelas, melainkan juga layanan pendidikan yang bertujuan membina kepribadian siswa secara komprehensif.6 Program ini dicanangkan menjadi kebijakan oleh mendikbud Muhadjir Effendy pada tahun 2017. Menurut Permendikbud Hari Sekolah adalah jumlah hari dan jam yang digunakan oleh guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan di Sekolah.7
Hari Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu.8 Full day school yang dimaksud dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 digunakan bagi peserta didik untuk penguatan dan pendalaman kompetensi dasar sesuai kurikulum, pengayaan mata pelajaran, pembentukan karakter, ektrakurikuler untuk mengembangkan minat, bakat, kepribadian dan kemandirian anak. Full day
school juga diisi dengan kegiatan keagamaan. Bagi guru full day school
dimaksudkan agar dapat melaksanakan beban kerja guru merencanakan pembelajaran atau pembimbingan, melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan, menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan, membimbing dan melatih Peserta Didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru. Dan bagi tenaga kependidikan full day school dimaksud agar tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dan fungsi.
Dicanangkannya program full day school diantaranya untuk mewujudkan nawa cita atau agenda prioritas pemerintahan Joko Widodo, dengan itu porsi pendidikan diubah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah menjadi 70% karakter dan 30% pengetahuan maka diperlukan waktu sekolah yang lebih panjang dengan itu tanggung jawab terhadap peserta didik tentu dibebankan kepada sekolah. Adanya persepsi yang menyamakan pendidikan sama dengan sekolah, dengan
6
Dede Rosyada, Madrasah dan Profesionalisme Guru dalam Arus Dinamika Pendidikan di Era
Otonomi Daerah, (Depok: Kencana, 2017), hal. 122.
7 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 Pasal 1 Nomor 2. 8 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 Pasal 2 Nomor 1.
sistem full day school ini, secara perlahan, anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orang tua mereka belum pulang dari kerja. Tujuannya membuat anak memiliki kegiatan positif dan ada pengawasan guru di sekolah dibandingkan berada sendirian di rumah ketika orang tua mereka masih bekerja.9
Mendikbud juga mengacu pada banyaknya sekolah swasta atau sekolah berbasis agama islam yang sebenarnya telah lebih dahulu melaksanakan program
full day school jauh sebelum program ini ramai dibicarakan. Sekolah yang sudah
menerapkan program ini umumnya adalah swasta unggulan yang memiliki biaya sekolah yang tinggi. Sekolah ini biasanya adalah sekolah yang berbasis keagamaan dimana ada penambahan mata pelajaran, memiliki kurikulum sendiri dan juga pembiasaan.
Program full day school sebagai suatu terobosan baru dalam dunia pendidikan diharapkan mampu membawa manfaat baik bagi peserta didik yaitu mendapatka ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan jaman, tersalurnya minat dan bakat untuk mengembangkan potensi dalam diri serta memiliki karakter yang kuat, mandiri, kreatif, dan berakhlak mulia. Anak tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosional. Dengan program ini guru harusnya mampu mengoptimalkan tugasnya di sekolah mengajari, melatih, mendidik, dan membimbing anak. Bagi sekolah program full
day school berguna meningkatkan prestasi, serta membuktikan tingkat
keunggulan suatu sekolah karena mutu pendidikan yang terjaga.
Salah satu sekolah yang sudah lebih dulu menerapkan Full Day School adalah MTs N 6 Jakarta Timur yang beralamat di Jl Mangga No. 40, RT.2/RW.3, Batu Ampar, Kec. Kramat Jati, Kota Jakarta Timur. Sekolah ini memiliki visi terwujudnya peserta didik yang unggul dalam ilmu dan amal. Untuk mewujudkan visi sekolah memiliki misi diantaranya meningkatkan kualitas akademik, meningkat kualitas ibadah, mengoptimalkan potensi peserta didik berdasarkan
9 Yuliawati, Alasan Mentri Muhadjir Effendy Usulkan Full Day School, diakses di:
bakat dan minat, menciptakan suasana sekolah yang religius, dan mengaplikasikan IPTEK dalam pembelajaran.10
Sekolah ini mulai menerapkan program full day school pada tahun 2010, namun saat itu program full day school hanya diperuntukkan bagi dua kelas unggulan yang memiliki program bilingual class yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Bilingual class dikatakan full day school karena memiliki kelas tambahan Bahasa Inggris intensif sehingga bilingual class belajar dari pukul 06.30 hingga 15.00 tidak seperti kelas reguler yang hanya sampai pukul 14.00 saja. Setiap tahunnya jumlah kelas yang diberlakukan program full day school bertambah, hingga pada tahun 2015/2016 sekolah ini melaksanakan program full day school secara menyeluruh.
Pada tahun 2015 MTs N 6 mulai memberlakukan full day school secara menyeluruh untuk semua kelas. Hal itu dilakukan untuk melaksanakan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 103 tahun 2015 tentang pedoman pemenuhan beban kerja guru madrasah. Hal ini tertuang dalam Bab II Pasal 2 beban kerja guru paling sedikit 24 jam dan maksimal 40 jam tatap muka per minggu. Maka dari itu ada penambahan durasi jam belajar yang dimanfaatkan guru untuk memaksimalkan pembelajaran di kelas dengan pendalaman materi untuk meningkatkan pemahaman siswa, dan menambah kompetensi yang diharapkan akan ada peningkatan nilai dan juga prestasi. Penambahan durasi jam juga dimanfaatkan untuk melaksanakan pembiasaan-pembiasaan positif yang bersifat keagamaan dilakukan di pagi hari. Pembiasaan di MTs N 6 yaitu tadarus Al-Qur’an, sholat dhuha, dan ceramah pagi atau kultum yang diisi oleh murid secara bergantian setiap kelas. Sekolah ini juga melaksanakan sholat zuhur, sholat ashar wajib berjama’ah. Untuk hari jum’at dilaksanakan sholat jum’at bagi laki-laki dan kegiatan keputrian bagi murid perempuan untuk mengisi waktu kosong saat murid laki-laki sholat jum’at. Selain pembiasaan di MTs N 6 Jakarta juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menyalurkan bakat dan minat peserta
10Profil Madrasah Tsanawiyah Negeri 6, https://www.mtsn6-jkt.sch.id diakses pada tanggal
didik di berbagai bidang seperti English Club, Pentas seni islam hadroh, Paskibra, Karya Ilmiah Remaja, PMR, dan ada satu ektrakurikuler wajib yaitu Pramuka.
Kegiatan pembiasaan keagamaan di sekolah adalah pendukung pendidikan karakter sebagai tujuan pendidikan nasional yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia. Pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral seperti pergaulan bebas, kekerasan anak dan remaja, dan kebiasaan mencontek.
Jika dilihat secara visual MTs N 6 Jakarta Timur dirasa mampu untuk melaksanakan full day school karena memiliki sarana dan prasarana yang sangat lengkap, gedung sekolah yang luas, terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler, dan ada program keagamaan. Pelaksanaan program full day school di MTs N 6 Jakarta Timur sudah memiliki perencanaan yang cukup baik sebab program ini sejalan dengan anjuran pemerintah, namun program full day school sendiri secara tersurat belum memiliki pengakuan resmi dari kemenag. Karena kemenag memang tidak mengeluarkan perihal surat tersebut. Kemudian waktu jam belajar anak di kelas juga masih lebih padat, mengakibatkan minimnya waktu untuk melaksanakan kegiatan pembiasaan di luar kelas yaitu hanya 30 menit saja per hari. Para peserta didik pun masih saja ada yang suka membolos dalam kegiatan pembiasaan karena kurangnya tim pengawas dari guru. Padahal kegiatan pembiasaan di sekolah merupakan pendidikan karakter peserta didik. Jika durasinya hanya sebentar bagaimana kegiatan pembiasaan bisa berdampak pada karakter anak. Beberapa pelaksanaan kegiatan pembiasaan juga terkadang ditiadakan hari itu, tidak berjalan sesuai jadwal semestinya sehingga timbul jam kosong yang semestinya dapat diisi untuk kegiatan belajar mengajar.
Pada program full day school yang durasi jam belajarnya lebih lama maka pembelajaran di kelas haruslah berkualitas dan mengasyikkan. Namun sayangnya guru di MTs N 6 Jakarta masih kurang dalam menciptakan pembelajaran di kelas yang kreatif, aktif, dan inovatif. Sehingga banyak peserta didik yang merasa jenuh dan letih berada lama di sekolah. Guru juga masih saja memberikan pekerjaan rumah meskipun peserta didik telah melewati lamanya waktu di sekolah, padahal
dalam kurikulum 2013 guru tidak diperkenankan memberikan PR karena sebaiknya materi belajar dituntaskan di sekolah. Pembelajaran yang kurang berkualitas ini disebabkan masih ditemukannya guru di MTs N 6 Jakarta yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studi. Adanya kendala pada pelaksanaan program full day school dengan baik dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan program menciptakan lulusan yang unggul dalam ilmu dan amal. Hal ini dikhawatirkan membuat MTs N 6 Jakarta tidak tergolong sekolah unggulan karena kualitas lulusan yang kurang kompeten dibandingkan sekolah lain.
Karena itu penulis merasa penting untuk meneliti program full day school di MTs N 6 Jakarta agar dapat memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, hasil dari evaluasi dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menjadikan bahan kajian penelitian skripsi dengan judul “Evaluasi Program Full Day School di MTs. Negeri 6 Jakarta Timur”.
B. Identifikasi Masalah
Setelah melihat pemaparan pada pelaksanaan full day school diatas, maka rincian permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Program full day school sendiri secara tersurat belum memiliki pengakuan resmi dari kemenag.
2. Minimnya waktu untuk melaksanakan kegiatan pembiasaan di luar kelas yaitu hanya 30 menit saja per hari karena jadwal belajar di kelas yang padat.
3. Kurangnya tim pengawas dari guru sehingga masih ada peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan pembiasaan dengan baik.
4. Kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif mengakibatkan peserta didik yang merasa jenuh dan lelah di kelas.
5. Guru juga masih saja memberikan pekerjaan rumah meskipun peserta didik telah melewati lamanya waktu di sekolah, padahal dalam kurikulum
2013 guru tidak diperkenankan memberikan PR karena sebaiknya materi belajar dituntaskan di sekolah.
6. Masih terdapat guru yang mengajar mata pelajaran tidak sesuai dengan bidang studi yang dikuasai.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan yang terlalu luas, batasan masalah dalam penelitian ini adalah hasil evaluasi pada pelaksanaan full day school diterapkan di MTs N 6 Jakarta selama tahun 2017 s/d 2021.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hasil evaluasi masukan (input) pada pelaksanaan full day
school di MTs N 6 Jakarta?
2. Bagaimanakah hasil evaluasi proses (process) pada pelaksanaan full day
school di MTs N 6 Jakarta?
3. Bagaimanakah hasil evaluasi keluaran (output) pada pelaksanaan full day
school di MTs N 6 Jakarta?
E. Tujuan Evaluasi
1. Untuk mengevaluasi masukan (input) pada program full day school di MTs N 6 Jakarta Timur
2. Untuk mengevaluasi proses (process) pada program full day school di MTs N 6 Jakarta Timur
3. Untuk mengevaluasi keluaran (output) pada program full day school di MTs N 6 Jakarta Timur
F. Manfaat Evaluasi
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Sekolah
Membantu sekolah dalam melaksanakan evaluasi guna memperbaiki program full day school, dan memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran sehingga terwujud pendidikan yang berkualitas.
2. Guru
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi guru untuk pembelajaran dalam kelas dengan metode yang lebih bervariasi.
3. Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi peserta didik dalam memahami hakekat tujuan program full day school sehingga dapat mengikuti kegiatan pada program full day school dengan baik dan tertib. 4. Peneliti lain
Sebagai bahan referensi bagi perkembangan ilmu khususnya bidang evaluasi program, dan tambahan khazanah keilmuan agar kedepannya program Full Day School dapat dilaksanakan dengan seefektif dan seefisien mungkin.
12 BAB II KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi program terdiri dari dua kata yaitu Evaluasi dan Program yang memiliki definisi berbeda. Menurut Bloom c.s yang dikutip oleh muri evaluation is the systematic collection of evidence to determine
whether in fact certain changes are taking place in the learners as well as to determine the amount or degree of change in individual students.11
Evaluasi merupakan proses pengumpulan serta analisa data yang dapat digunakan untuk pembuktian atas tercapainya tujuan yang telah ditetapkan serta menentukan keefektifan pendidikan.
Meskipun evaluasi memiliki arti yang sama dengan assesment yaitu penilaian. Evaluasi berbeda dengan assesment secara ruang lingkup dan pelaksanaannya. Evaluasi mencakup semua komponen dalam suatu sistem, seperti sistem program, sistem sekolah, sistem pendidikan, sistem kurikulum. Pada evaluasi juga tidak hanya melibatkan pihak internal tetapi juga eksternal.
Evaluasi menurut Sax yang dikutip oleh Arifin, evaluasi adalah proses dimana penilaian atau keputusan dibuat dari berbagai observasi dan dari latar belakang serta pelatihan si evaluator.12
Dapat dilihat bahwa evaluasi memiliki arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit evaluasi berarti suatu proses untuk menentukan nilai atau makna, sedangkan dalam arti luas evaluasi berarti proses/kegiatan berkelanjutan untuk menggambarkan atau menentukan mutu (nilai, arti, manfaat) dan proses pemberian pertimbangan untuk membuat keputusan. Proses tersebut dilakukan secara sistematis, berkelanjutan, terencana, dan sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku dalam evaluasi, baik
11 Yusuf Muri, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan, (jakarta: Kencana, 2017), hal. 19. 12 Zainal Arifin, Evaluasi Program, (Bandung: Rosdakarya, 2019), hal. 2.
aturan formal yang sudah ditetapkan maupun aturan konseptual, dimana setiap kegiatan harus ada kriteria.
Sedangkan menurut Purwanto dan Suparman yang dikutip oleh Rukajat, evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat suatu keputusan tentang suatu program.13
Hasil evaluasi bisa didapatkan melalui pengukuran data kuantitatif maupun hasil pengamatan, dan wawancara yang bersifat kualitatif. Ketika hasil evaluasi menggambarkan bahwa keseluruhan komponen dalam sistem seperti program pendidikan, kurikulum, pembelajaran, dan sarana prasarana berkolaborasi untuk mencapai tujuan maka hasil evaluasi dapat digunakan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah direncanakan dengan menggunakan prosedur ilmiah yang sistematis berdasarkan data yang valid dan reliabel sehingga menghasilkan penilaian dan dasar pengambilan keputusan.
2. Pengertian Program
Program menurut Herman yang dikutip oleh Arifin adalah sesuatu yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk memperoleh hasil atau pengaruh.14 Secara sederhana program diartikan sebagai rencana kegiatan yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan program.15
Untuk membuat sebuah program diperlukan sebuah rencana berisi berbagai komponen yang saling berinteraksi, berkolaborasi, bergantung dan saling mempengaruhi sehingga membentuk sistem, sistem itu sendiri yang akan membuat program menjadi berjalan.
13 Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 27. 14 Arifin, op. Cit., hal. 6.
Sedangkan menurut Muri, program adalah sejumlah aktivitas yang dirancang secara terorganisir untuk membuat seperangkat hasil yang akan membawa dampak pada terpecahkannya masalah khusus atau terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan.16 Sebuah program tidak hanya diselesaikan dalam waktu singkat tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan, sebuah program berlangsung dalam kurun waktu relatif lama.
Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa program merupakan sejumlah aktivitas yang direncanakan dengan menggabungkan beberapa komponen untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sehingga memenuhi kebutuhan yang direncanakan.
3. Definisi Evaluasi Program
Konsep, teori, dan prosedur evaluasi dapat dipahami lebih mendalam jika objek evaluasi tidak hanya berkenaan dengan satu komponen saja, tetapi berkaitan dengan semua komponen program. Maka digunakanlah istilah evaluasi program.
Definisi dari evaluasi program adalah suatu proses atau kegiatan ilmiah yang dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh sebagai upaya pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu (nilai dan arti) suatu program berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu untuk membuat suatu keputusan dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan program.17 Hal ini berarti evaluasi program harus dilakukan secara serius sistematis, diawasi dan dikendalikan agar kita dapat mengetahui kesalahan yang mungkin terjadi dari pelaksanaan program sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki sebagai upaya penjaminan mutu.
Sedangkan menurut Brinkerhof yang dikutip oleh Hadiwinarto evaluasi program adalah sebagai aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu yang berharga dan bernilai dari suatu objek.18 Aktivitas
16 Muri, op. Cit., hal. 144.
17 Arifin, op. Cit., hal. 8.
investigasi disini diartikan sebagai proses penelitian yang sistematis untuk menemukan tingkat efektivitas dari penyelenggaraan program.
Menurut Cronbach dan Stufflebean yang dikutip oleh Arikunto dan Jabar evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan pada kebijakan berikutnya.19 Pendapat lain yakni menurut wirawan yang dikutip oleh maskur evaluasi program merupakan aktivitas terencana, terkonsep, serta sistematis guna kebijakan program selanjutnya, dilaksanakan dengan waktu tak terbatas.20 Untuk melaksanakan evaluasi program perlu dikumpulkan data-data yang didapatkan dari hasil pengukuran (kuantitatif) atau hasil pengamatan, dan wawancara data tersebut kemudian diolah menjadi informasi sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
Berdasarkan hasil pemikiran para ahli di atas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa evaluasi program adalah proses penilaian, pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu (nilai dan arti) dari pelaksanaan program terhadap kecocokan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya saat perencanaan. Hasil dari evaluasi program ini dapat digunakan sebagai dasar pengambil keputusan.
4. Tujuan Evaluasi Program
Dalam konsep evaluasi terdapat tiga kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu petimbangan, nilai, dan arti. Dari tiga kata kunci tersebut akan tersedia alternatif keputusan yang berguna, valid, dan reliabel bagi pengambil keputusan sesuai dengan kewenangan.21 Hal ini berarti tujuan dari evaluasi program adalah menentukan pilihan keputusan untuk diambil demi perbaikan program kedepannya.
Evaluasi program dapat digunakan untuk bidang pendidikan maupun non pendidikan seperti kegiatan umum, Program Keluarga
19
T. Rusman Nurhakim, Modul Perkulihan: Riset Evaluasi dalam Pendidikan, (Ciputat, 2019) hal. 12.
20 Maskur, Manajemen Humas Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hal. 55. 21 Muri, op. Cit., hal.145.
Berencana, program pengentasan kemiskinan, dan lain-lain. Karena setiap program tersebut memiliki tujuan dari program yang berbeda-beda.
Namun, sebenarnya tujuan evaluasi program dapat secara khusus disebutkan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menganalisis jenis kebutuhan yang diperlukan masyarakat dan kelayakan suatu program untuk dilaksanakan di lapangan.
b. Mengidentifikasi dan menganalisis proses perencanaan dan pengembangan program.
c. Memantau pelaksanaan program, apakah program dapat berjalan sebagaimana semestinya sesuai dengan rencana program.
d. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat efisiensi pelaksanaan program, baik yang berkenaan dengan tenaga, biaya, maupun waktu yang digunakan.
e. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak yang ditimbulkan dari suatu program terhadap populasi sasaran dan semua stakeholders. f. Menyediakan informasi secara komprehensif guna membantu para
penyusun kebijakan dalam membuat keputusan dan simpulan yang tepat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.22
Evaluasi program berdimensi ganda. Satu tertuju pada program sebagai dokumen satu lagi tetuju pada pelaksanaan dan program. Berikut adalah tujuan evaluasi program:
a. Memantau pelaksanaan program b. Memperbaiki rencana program/layanan c. Menyempurnakan sistem penyampaian d. Meningkatkan program
e. Membantu pemangku kebijakan dalam mengambil keputusan tentang program dengan alternatif pilihan dihentikan, dilanjutkan, atau diperbaiki.23
22 Arifin, op. Cit., hal. 10.
Menyimak dari banyaknya tujuan dan fungsi evaluasi program maka evaluasi memiliki banyak kegunaan diantaranya untuk mengetahui keberlanjutan program apakah diteruskan atau tidak; untuk mengetahui prosedur apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan atau memperbaiki; untuk mengetahui apakah program dapat diterapkan di tempat lain; untuk mengetahui kemana dana dialokasikan, dan untuk mengetahui justifikasi atau pembenaran suatu program.
Tujuan dari evaluasi program yang dapat disimpulkan yaitu untuk melacak proses pelaksanaan program sehingga dapat menyesuaikan pelaksanaan dengan rencana program dari situlah terlihat kelemahan atau kesalahan dari suatu program untuk dicarikan alternatif solusi. Hasil akhirnya didapatkan kesimpulan tingkat keberhasilan program.
5. Fungsi Evaluasi Program
Apabila suatu program tidak dievaluasi kita tidak akan mengetahui bagaimana kebijakan terlaksana, dengan evaluasi program kita mengolah data menjadi informasi yang sangat berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut dari progam yang sedang atau telah dilaksanakan
Sebuah fungsi dapat disebut juga sebagai kegunaan. Menurut Scriven yang dikutip oleh Thayibnafis evaluasi terbagi menjadi dua macam yaitu evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Fungsi formatif yaitu evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, produk, orang dan sebagainya), sedangkan fungsi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk peertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan.24
Secara umum fungsi evaluasi ada empat yaitu fungsi improvisasi untuk memperbaiki, dan mengembangkan program; fungsi generalisasi untuk memberi kesimpulan pada keberhasilan program; fungsi diagnostik untuk menemukan kekurangan pada program untuk kemudian dicarikan
24 Farida Yusuf Thayibnafis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta,
solusi; dan terakhir adalah fungsi akreditasi untuk menilai kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.25 Secara khusus fungsi evaluasi program adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi mengenai pelaksanaan program dan kesesuain dengan tujuan program.
b. Memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan program. c. Mengetahui tingkat kesiapan pelaksanaan program
d. Memberikan bimbingan dan pengarahan teknis tentang apa, bagaimana, dimana, dan kapan pelaksanaan program sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
e. Memberikan laporan pertanggungjawaban tentang tingkat keberhasilan program kepada semua pihak yang terlibat.
f. Merumuskan kembali tujuan-tujuan program yang tepat dan relevan. g. Memberikan balikan atau feedback kepada pengembang program.
Evaluasi program dijadikan alat untuk mendiagnosis kelemahan atau kekurangan program.
h. Mengontrol mutu (proses dan hasil) suatu program.
i. Melakukan evaluasi program sama dengan melakukan prosedur penelitian. Keberhasilan suatu program dapat dilihat setelah dilakukan adanya pengukuran cermat terhadap hasil program sesuai tujuan yang telah ditetapkan.26
Menyimak dari banyaknya fungsi evaluasi program dapat disimpulkan bahwa evaluasi program memiliki kegunaan dalam perbaikan serta pengembangan program apakah program berlanjut atau tidak, implementasi, merevisi program,kebutuhan suatu program, pertanggungjawaban program misal hasil apa yang didapat dari pelaksanaan program atau untuk mengetahui kemana dana dialokasikan, dapat mengetahui kelayakan suatu program, dan mendapatkan pengetahuan baru serta dukungan dari mereka yang terlibat.
25 Arifin, op. Cit., hal. 11.
6. Model Evaluasi DEM (Discrepancy Evaluation Model)
Ketika kita akan melakukan evaluasi penting untuk menentukan model apa yang sesuai dan akan kita gunakan untuk mengevaluasi suatu program. Setiap program memiliki karakteristik yang berbeda dan setiap model evaluasi memiliki asumsi, pendekatan, terminologi, dan logika berpikir yang berbeda pula. Dalam suatu kegiatan evaluasi hendaklah hanya memilih satu model saja.
Discrepancy Evaluation Model (DEM) adalah model evaluasi yang
dikembangkan oleh Malcolm Provus. Model ini berfokus pada kesenjangan di dalam implementasi program. Evaluasi kesenjangan dijabarkan sebagai proses dari memutuskan standar program, memutuskan perbedaan antara kinerja dan standar, dan memanfaatkan ketidakserasian sebagai sarana mengubah kinerja atau standar.27 Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut
Pada model ini evaluator mengembangkan ide-ide atau standar secara jelas tentang bagaimana sebuah program harusnya dijalankan. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi tentang pelaksanaan program sesuai keadaan dilapangan, evaluator akan membandingkan perbedaan antara standar yang ditetapkan dengan pelaksanaan program.28 Dari hasil evaluasi dapat ditemukan kesenjangan yang ada sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan program kedepannya atau pengambilan keputusan.
Pada model discrepancy, kesenjangan dalam sebuah program dapat dilihat dari tiga aspek program yaitu input (masukan), process (proses), dan output (keluaran). Provus mengidentifikasi adanya enam tahapan evaluasi dalam model discrepancy, yaitu:
a. Design
27 Yuli Ekawati, dan Ade Iriani, Evaluasi Discrepancy Program Parenting Class dalam Rangka
Meningkatkan Hubungan Masyarakat, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 5, 2020, hal. 120.
Dalam tahap design evaluator menyusun suatu standar yang mencerminkan karakteristik ideal objek evaluasi yang bersumber pada kebijakan program.
b. Perancangan Evaluasi model Discrepancy.
Menentukan informasi yang diperlukan untuk membandingkan implementasi dengan standar kinerja dengan cara meninjau kembali penetapan standar, dengan program yang sedang berjalan.
c. Proses
Dalam tahap ketiga dari evaluasi kesenjangan ini adalah pelaksanaan program, hasil apakah yang sudah dicapai. Tahap ini juga disebut tahap “mengumpulkan data dari pelaksanaan program.
d. Ketimpangan (Discrepancies)
Mengidentifikasi ketimpangan antara standar dengan hasil pelaksanaan program dengan menentukan rasio ketimpangan.
e. Menentukan penyebab ketimpangan
Melakukan analisa data untuk menentukan adanya penyebab ketimpangan.
f. Mencari solusi
Menghilangkan ketimpangan dengan membuat perubahan-perubahan terhadap pelaksanaan objek program29.
B. Full Day School
1. Sejarah Full Day School
Program full day school lahir pada awal tahun 1980-an di Amerika serikat yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak, dan akhirnya melebar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.30 Full day school membutuhkan biaya yang lebih mahal lantaran sekolah menyesuaikan kebutuhan dan kualitas pengajar yang dituntut harus selalu siap siaga, dan juga manajemen yang baik untuk mengatur keseimbangan jumlah pengajar, siswa, dan juga staff sekolah.
29 Rusman Nurhakim, op. Cit., hal. 95.
30 Jamal Ma’mur Asmani, Full Day School (Konsep, Manajemen, dan Quality Control),
Beberapa faktor adanya full day school di Amerika Serikat diantaranya meningkatnya jumlah ibu bekerja, meningkatnya jumlah anak-anak usia pra-sekolah yang ditampung di pra-sekolah publik, adanya kesibukan orang tua, dan keinginan memperbaiki nilai akademik untuk persiapan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Sismanto pada pertengahan tahun 1990 muncul istilah sekolah unggul (excellent school) yang banyak dirintis oleh sekolah swasta, termasuk sekolah agama islam. Sekolah unggul ditandai dengan biaya yang mahal, penuh dengan keelitan, fasilitas serba lengkap, dan guru yang berlabel profesional.31 Istilah sekolah unggul ini kemudian dikembangkan dalam bentuk-bentuk sekolah contohnya sekolah plus, sekolah alam, full day school, dan label lain yang melekat pada sekolah yang diasumsikan “unggul”.
Dalam pelaksanaannya model sekolah seperti ini tampaknya diperuntukkan untuk kalangan borjuis, dan elite. Full day school seharusnya tidak bersifat transaksional yang semata-mata hanya memuaskan kebutuhan stakeholders sekolah, tetapi harus menekankan peningkatan prestasi sekolah secara terus menerus pada tataran unggul (excellence).
Sementara itu di Indonesia sendiri dikatakan bahwa sistem Full Day
School berasal dari pesantren.32 Di pesantren seorang santri belajar dengan dibimbing dan diawasi oleh para Ustadz dan Kyai. Pada pagi hingga siang santri sekolah atau belajar pelajaran umum, pada sore hari hingga malam menjelang tidur kegiatan santri diisi dengan belajar agama seperti tahfidz
Qur’an, menghafal hadits, bershalawat, dan membaca kitab. Seorang kyai di
pesantren berperan mendidik moralitas santri sesuai nilai-nilai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Siraj, tanggung jawab pesantren sangat berat karena berbagai aspek diantaranya:33
a. Mas’uliyah dinniyah yaitu peran pesantren dalam berdakwah
b. Mas’uliyah altarbawiyah yaitu peran pesantren dalam pendidikan ummat
31 Ibid, hal. 18. 32 Ibid, hal. 25. 33 Ibid, hal. 26.
c. Mas’uliyah Al-Amaliyah yaitu realisasi syariat dalam pribadi umat islam d. Mas’uliyah Al-Tsaqofiyah yaitu pembangunan peradaban islam
e. Mas’uliyah Al-Qudwah yaitu mengarahkan moralitas agar memiliki perilaku mulia
Keberhasilan pesantren dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut sangat ditentukan oleh kyai. Kedalaman ilmu, ketinggian spiritual, keaguangan moral, kesucian, dan keikhlasan perilaku serta kepedulian besar pada pengembangan potensi umat menjadi kunci sukses kiai dalam membina dan mendidik santrinya.
Nilai, sistem, dan materi pendidikan pondok pesantren konsisten, serta sistem asrama yang penuh dengan disiplin. Kurikulum di pesantren merupakan perpaduan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum sehingga terjadi integrasi ilmu, selain itu ada hidden curriculum yang diterapkan masing-masing santri juga dapat menunjang mutu pendidikan mereka. Pesantren mengedepankan arah tujuannya mencetak ulama yang intelek dan tokoh masyarakat dengan sistem belajar yang efisien dan efektif.
Dari pemaparan sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa full day
school yang dikatakan berawal di Amerika serikat dilatarbelakangi kesibukan
orang tua diluar rumah, dengan full day school bisa menjadi solusi bagi orang tua yang sibuk dan perkembangan anak yang positif. Sedangkan full day school yang berasal dari pesantren mengadopsi sistem dimana peserta didik berada dalam pengawasan seorang kyai/ustadz yang aktif memonitoring perkembangan anak.
Interaksi antara peserta didik dan guru berlangsung dalam waktu yang lama sehingga ada efek positif bagi perkembangan psikologis, keilmuan, moral, dan agama anak. Munculnya full day school menjadi bukti bahwa dengan perkembangan masyarakat maka pendidikan butuh inovasi. Adanya full
day school semoga menjadi starting point untuk membuat terobosan
2. Pengertian Full Day School
Full day school berasal dari bahasa inggris, full artinya penuh, day
artinya hari, dan school artinya sekolah. Jika digabung berarti sekolah sepanjang hari. Full day school merupakan sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dengan memadukan sistem pembelajaran secara intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi serta pengembangan diri dan kreativitas.34 Maka dari itu peserta didik pada program full day school haruslah lebih unggul dan berkualitas dari peserta didik lain karena memiliki banyak kompetensi sebagai hasil dari pedalaman materi dan pengembangan diri intensif di sekolah.
Pendapat lain mengatakan bahwa full day school merupakan ciri khas sekolah terpadu yang yang pembelajarannya mengharuskan sekolah merancang perencanaan pembelajaran dari pagi hingga sore. full day school memadukan model sekolah umum dengan pengajaran agama intensif. Sekolah ini menggunakan kuirikulum nasional dari pemerintah. Sekolah full day school merancang belajar menjadi tidak kaku, menyenangkan bagi siswa, dan fokus pula pada pendidikan karakter.35 Program full day school harus dirancang menjadi pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa bosan meski harus seharian berada di sekolah bersama guru, dengan kreativitas mengajar guru siswa bisa merasa nyaman belajar lama bersama guru.
Pengertian full day school menurut Giannaka et al., yang dikutip oleh Dede Rosyada adalah layanan pendidikan penuh waktu sepanjang hari dengan kegiatan beragam, tidak hanya berkaitan dengan materi belajar yang diperoleh di kelas, melainkan juga layanan pendidikan yang bertujuan membina kepribadian peserta didik secara komprehensif.36 Karena program full day
school memiliki durasi jam belajar yang lebih lama, maka sekolah biasanya
34 Ahmad Mushlih, dkk., Analisis Kebijakan PAUD: Mengungkap Isu Menarik Seputar AUD,
(Wonosobo: Mangkubumi, 2018). Hal. 76.
35 Rinja Effendi, dan Ria Ningsih, Pendidikan Karakter di Sekolah, (Pasuruan: Qiara Media,
2020), hal. 167.
memadukan materi pelajaran dengan program pembinaan karakter dengan begitu peserta didik dapat berkembang menjadi manusia ideal.
Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa full day school adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sehari penuh dari pagi hingga sore dengan tujuan memaksimalkan pembelajaran di kelas, dan membina karakter peserta didik sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi masing-masing melalui bimbingan penuh oleh guru.
3. Keunggulan Full Day School
Program full day school merupakan salah satu inovasi pembaharuan dalam dunia pendidikan, suatu inovasi diciptakan dengan harapan akan memperbaiki sistem pendidikan sebelumnya sehingga dapat membawa manfaat.. karena itu program full day school keunggulan sebagai berikut:
a. Optimalisasi pemanfaatan waktu
Pemanfaatan waktu pada full day school selain diisi dengan materi berdasarkan kurikulum pemerintah, diberikan pula kegiatan lain seperti kegiatan agama, belajar bahasa, serta ekstrakurikuler. Full day school dirancang untuk memberi pengalaman yang lebih luas kepada anak, dan kesempatan melatih kemampuan yang relatif lebih sistematis dan terarah37 b. Intensif menggali dan mengembangkan bakat
Dengan durasi waktu di sekolah yang panjang, ada banyak kesempatan waktu untuk mengembangkan anak. Contohnya, pada sore hari bisa digunakan untuk melihat minat dan keahlian anak di berbagai bidang. Diharapkan bakat anak cepat terdeteksi, sehingga dapat dipupuk secara maksimal.38
c. Menanamkan pentingnya proses
Full day school memakan waktu belajar yang panjang, dengan ini
anak akan melihat bahwa dengan waktu belajar yang lebih lama dan lebih
37 Asmani, op. Cit., hal. 31
keras, dirinya akan menjadi semakin terasah kemampuannya, matang kepribadian, teruji mental, dan mendalam serta detail pengetahuannya.39 d. Fokus dalam belajar
Full day school menjadi kesempatan bagi sekolah untuk mengatur
jadwal pelajaran secara leluasa, misal pagi hari adalah khusus kegiatan agama, siang hari pelajaran umum, dan sore hari adalah pelajaran keterampilan atau bakat. Dengan pengaturan seperti itu fokus belajar anak akan terbentuk sendirinya.40
e. Mengembangkan kreativittas
Lamanya waktu belajar metode pembelajaran pada full day school juga harus dibuat menyenangkan dan variatif. Hal ini cukup untuk membangkitkan kreativitas dengan kegiatan life skill yang memadai. Dengan praktik yang diperbanyak akan memudahkan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang disampaikan.41
f. Anak terkontrol dengan baik
Semakin maraknya pergaulan bebas di kalangan anak full day school mungkin menjadi solusi yang baik bagi pencegahan hal itu. Full day
school akan memudahkan pendidik, dan orang tua mengontrol
perkembangan psikologis, moralitas, spiritualitas, dan karakter anak. Selama anak masih berada di sekolah, selama itu pula monitoring terhadap anak dapat dilakukan. Guru dapat mengawasi, mengarahkan, dan membimbing pergaulan dan kegiatan anak.42
Dengan adanya full day school peserta didik dapat memiliki waktu fleksibel untuk memperdalam materi pelajaran, beban pengawasan orang tua dapat berkurang, serta memberi kesempatan orang tua untuk terlibat berkomunikasi dengan guru. Bagi guru full day school dapat memaksimalkan tugas guru di kelas, membimbing, dan mengawasi peserta didik
39 Ibid. 40 Ibid., hal. 39. 41 Ibid., hal. 42 42 Ibid., hal. 48.
4. Kelemahan Full Day School
Dalam setiap perubahan akibat adanya suatu inovasi pasti tidak selalu mulus, ada pro kontra di dalamnya pelaksanaannya tidak serta merta sempurna, sama halnya dengan full day school selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan sebagai berikut:43
a. Pembiayaan
Setiap sekolah harus memastikan kelengkapan sarana prasarana, dan kebutuhan peserta didik ketika ingin menyelenggarakan program full day school sebab berkaitan dengan kenyamanan peserta didik. Hal ini tentu berimplikasi pada pembengkakan anggaran yang ditanggung pemerintah melalui APBD, APBN jika sekolah negeri, dan orang tua jika sekolah swasta.
b. Aspek Sosial Peserta Didik
Panjangnya waktu sekolah full day school akan membuat anak pulang sekolah dalam keadaan lelah sehingga ketika mereka pulang sekolah. Hal ini akan mempersempit interaksi mereka dengan lingkungan sekitar seperti keluarga dan teman. Anak bisa saja tumbuh menjadi pribadi yang apatis atau tidak peduli dengan lingkungan masyarakat.
c. Beban Kerja Guru
Beban kerja guru menjadi lebih panjang, serta tanggung jawab untuk mengawasi peserta didik menjadi lebih besar. Padahal guru juga memiliki tugas lain seperti merancang pembelajaran, membuat penilaian, serta tugas lainnya. Bila beban kerja guru melebihi kapasitasnya seharusnya sepadan dengan reward yang diterima oleh guru.
Oleh karena itu bila sekolah belum memiliki kesiapan sistem sebaiknya tidak memaksakan diri untuk full day school sebab diperlukan kenyamanan siswa, kesiapan guru dalam melaksanakan program pembelajaran serta kepercayaan orang tua untuk menyerahkan anaknya ke sekolah.
5. Tujuan Full Day School
Melihat kenyataan di masyarakat akan meningkatnya kenakalan remaja di media massa akibat kurang adanya kontrol dari orang tua dan pendidik, dan banyaknya waktu luang sekolah. Pelaksanaan full day school merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah pendidikan, baik dalam prestasi maupun dalam hal moral atau akhlak. Pendidikan karakter akan menjadi titik berat full day school.
Untuk itu Full day school bertujuan untuk membangun sikap disiplin dalam belajar, menghasilkan pribadi unggul secara intelektual, dan moral melalui keseimbangan ilmu sains teknologi, dengan nilai-nilai agama.44 Karena itu selain pembentukan karakter, full day school juga bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kreativitas siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah full day school bertujuan menyediakan waktu untuk siswa menyelesaikan tugas mata pelajaran, serta mmembantu menyelesaikan kesulitan pemahaman pelajaran, dan menyediakan waktu untuk memanfaatkan fasilitas sekolah untuk kegiatan pengembangkan bakat/minat.45 Berbagai aktivitas positif dapat dilakukan di sekolah karena sekolah merupakan rumah kedua peserta didik tempat peserta didik mempelajari pengetahuan sekaligus membina karakter.
Jadi tujuan dari adanya full day school adalah sekolah bisa lebih optimal dalam memberikan pendidikan kepada murid, pembelajaran di kelas tidak hanya terfokus pada mengejar ketertinggalan materi tetapi juga pendidikan karakter. mengembangkan minat, bakat, serta kecerdasan siswa secara lebih terakomodir sehingga akan membentuk peserta didik yang intelektual dan bermoral.
6. Sistem Pembelajaran Full Day School
Full day school menerapkan suatu konsep dasar integrated activity
dan integrated curriculum. Dalam full day school semua program dan kegiatan siswa di sekolah baik belajar, aktivitas luar ruangan, kegiatan ibadah
44 Imaniyah Khairunnisa, dkk., Kebijakan Pendidikan Dasar & Islam Dalam Berbagai Perspektif,
(Banyumas: Omera Pustaka, 2018), hal. 271.
diatur dalam suatu sistem pendidikan.46 Proses perubahan positif akan terjadi pada peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran serta aktivitas dalam sekolah yang berkualitas.
Pada full day school peserta didik dapat dikatakan memiliki prestasi pada tiga ranah yaitu: prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a. Prestasi kognitif yaitu peserta didik mampu memahami, menerapkan, mengamati, dan menganalisa suatu materi pelajaran.
b. Prestasi afektif yaitu peserta didik mampu menghargai, serta menerima atau menolak suatu pernyataan permasalahan.
c. Prestasi psikomotorik yaitu kecakapan eksperimen verbal dan nonverbal, keterampilan bertindak dan gerak. Contohnya siswa mampu mengaplikasikan suatu materi yang diajarkan.47
Untuk mewujudkan prestasi yang telah diuraikan di atas dibutuhkan prosees pembelajaran, berikut adalah proses pembelajaran pada full day
school:
a. Proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif, transformatif sekaligus intensif. Sisi aktif pada pembelajaran full day school adalah optimalisasi seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Sisi kreatif yaitu optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan potensi siswa. Sisi transformatif yaitu proses pembelajaran diabdikan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa dengan seimbang. b. Proses pembelajaran yang dilakukan selama aktif sehari penuh tidak memforsir siswa pada pengkajian, penelaahan yang terlalu menjenuhkan. Akan tetapi, yang difokuskan adalah sistem relaksasinya yang santai dan lepas dari jadwal yang membosankan.48
46
Mushlih, dkk., op. Cit., hal. 78.
47 Ibid, hal. 79.
48 Noer Hasan, Full Day School (Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing). (Jurnal
C. Persepsi Siswa Terhadap Full Day School
Kata persepsi merupakan istilah yang biasa digunakan pada ilmu psikologi. Persepsi secara terminologi memiliki pengertian tanggapan langsung dari suatu serapan atau serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.49
Sedangkan menurut robbin yang dikutip oleh asrori persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan memoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.50
Menurut Sigit yang dikutip oleh Ni Kadek Suryani Persepsi disebutkan sebagai sebuah proses kognitif (di dalam pikiran seseorang) untuk memberi arti terhadap stimuli dari lingkungannya yang dapat ditangkap melalui indranya.51
Dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses memberikan makna, memberi respon, dan interpretasi seseorang terhadap suatu hal melalui apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan sendiri.
1. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi peserta didik terhadap full day school dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a. Peserta didik itu sendiri
Setiap peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsinya terhadap full day school, sikap yaitu respon suka atau tidak suka, kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas, dan harapan dengan pendidikan peserta didik mampu menjadi seseorang yang intelektual, kompetensi, dan berakhlak mulia sehingga kelak mudah menempatkan diri di berbagai lingkungan.
b. Objek yang dipersepsikan.
Objek yang dipersepsikan disini adalah program full day school, setiap kebijakan di dunia pendidikan pasti dirancang untuk membawa perubahan pada pendidikan ke arah yang lebih baik. Namun, tentu saja
49
Asrori, Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner, (Purwakarta: Pena Persada, 2020), hal. 50.
50 Ibid,.