• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBASIS KEARIFAN LOKAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBASIS KEARIFAN LOKAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBASIS KEARIFAN LOKAL TERHADAP

KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

Ni Made Astini1, Made Putra2, I Wayan Darsana

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment (eksperimen semu) dengan menggunakan rancangan kelompok non-ekuivalen.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara yang berjumlah 391 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 84 orang siswa yaitu 43 siswa kelas IVB SD Negeri 21 Pemecutan yang menjadi kelompok eksperimen dan 41 orang siswa kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan yang menjadi kelompok kontrol. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Data kompetensi pengetahuan IPS siswa dikumpulkan menggunakan metode tes yang kemudian dianalisis menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 78,99 berada pada kategori baik dan kelompok kontrol yaitu 68,93 berada pada kategori cukup.

Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung = 3,54 dan taraf signifikansi 5% dengan dk=82 didapat ttabel = 2,000. Kriteria pengujian thitung > ttabel (3,54 > 2,000) maka Ho ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Dengan demikian, disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: talking stick, kearifan lokal, dan kompetensi pengetahuan IPS

Abstract

This research is to find out the significant differences social science competency of the group of student who learned through talking stick models based of the local wisdom and the group of students who learned through conventional learning to the fourth grade student of SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara in academic year 2016/2017. The type of his research is quasi experiment which us non-equivalent group design. The population of this research was all student in fourth grade of SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara, amounted to 391 people.The sample of the research amounted to 85 student. They are 43 student of class IVB SD Negeri 21 Pemecutan which became experimental group and 41 student of class IVB SD Negeri

(2)

2

29 Pemecutan which became the control group. The sample was selected using random sampling technique. The data social science competency student was obtained by using method test then analysis by t test. Based of the analysis showing average experiment group student 78,99 in category good and control group student 68,93 in category enough. Based of the analysis t test showing thitung = 3,54 and 5%

significance with degree of freedom 82 standard obtained ttabel = 2,000. The criteria thitung > ttabel (3,59 > 2,000) then H0 is rejected, this means that there is a significant differences social science competency student who are learned through talking stick models based on the local wisdom and the group of students who are learned through conventional learning to the fourth grade student of SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara in academic year 2016/2017. So that, talking stick learning model based on the local wisdom has impact to the social science competency to the fourth grade student of SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara in academic year 2016/2017.

Keywords : talking stick, local wisdom, dan social science competency

PENDAHULUAN

Pendidikan tidak lepas dari kehidupan manusia. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikan dalam suatu negara, karena pendidikan merupakan sarana utama di dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Mutu pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan berbagai upaya dan inovasi yang diprogramkan pemerintah seperti penyediaan sarana dan prasarana belajar, pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru dan penyempurnaan kurikulum yang semula berlaku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (dalam Permendikbud Nomor 57 tahun 2014 lampiran I). Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). “pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan” (Daryanto, 2014:51).

Pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa.

Pengalaman belajar yang diperoleh

berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri.

Pelaksanaan kurikulum 2013 membutuhkan guru yang mampu membimbing siswa agar memiliki kompetensi-kompetensi yang diharapkan, khususnya kompetensi pengetahuan IPS.

Kompetensi pengetahuan IPS adalah perubahan perilaku siswa yang mencerminkan kemampuan siswa terhadap penguasaan muatan materi IPS meliputi mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis, serta dimensi pengetahuan faktual yang diukur menggunakan tes kompetensi pengetahuan setelah mengalami proses belajar.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan salah satu muatan materi yang diberikan di SD. Muatan materi ini sangat penting diberikan bagi siswa SD, karena melalui muatan materi ini siswa diajarkan untuk mengenal lingkungan sosial di sekitarnya dan dapat menjalani kehidupan yang baik di tengah-tengah lingkungan sosial tersebut. Pelaksanaan pembelajaran IPS, diharapkan siswa dapat berlatih untuk memahami lingkungan sosialnya dan untuk hidup bermasyarakat. Tatanan hidup bermasyarakat selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman, sehingga diharapkan melalui IPS siswa mampu memahami dan menyesuaikan dirinya dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. “IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di

(3)

3 masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan” (Sardjiyo,dkk, 2009:1.26).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara pada 19 sampai 20 Januari 2017 dengan wali kelas IV dari 4 sekolah dengan 10 kelas. Diperoleh hasil nilai ulangan akhir semester I pada muatan materi IPS, yaitu dari 391 siswa kelas IV, 15 siswa yang mendapat nilai A-, 36 siswa yang mendapat nilai B+, 65 siswa yang mendapat nilai B, 60 siswa yang mendapat nilai B-, 80 siswa yang mendapat nilai C+, 70 siswa yang mendapat nilai C, 55 siswa yang mendapat nilai C-, dan 10 siswa yang mendapat nilai D+. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk kompetensi pengetahuan yang diharapkan oleh kurikulum 2013 yaitu 66,5 atau 2,66 (B-).

Jadi dari data tersebut sebanyak 176 siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan 215 siswa yang belum mencapai KKM. Hal ini memperlihatkan bahwa 55% siswa memiliki kompetensi pengetahuan IPS yang berada di bawah KKM dan hanya 45% yang mampu mencapai KKM.

Hal ini dipandang perlu kompetensi pengetahuan IPS ditingkatkan agar sesuai dengan tujuan kurikulum 2013. Banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya siswa kurang tertarik mendalami pelajaran IPS karena siswa menganggap pelajaran IPS membosankan dan siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran IPS. Masalah tersebut dapat diselesaikan guru dengan cara merancang pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan dengan cara mengaplikasikan model pembelajaran yang cocok dengan materi sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan siswa lebih mudah memahami pelajaran IPS.

Penerapan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan guru mengatasi masalah tersebut.

Pembelajaran kooperatif yang menekankan pada belajar bersama secara

berkelompok sangat sesuai dengan karakteristik IPS yang merupakan ilmu sosial. Model pembelajaran talking stick adalah satu diantara model pembelajaran kooperatif. Kurniasih & Sani (2016:82) menyatakan, “model pembelajaran talking stick merupakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan bantuan tongkat“. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran.

Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD. Selain sebagai metode agar siswa mau berpendapat, tetapi juga untuk melatih siswa berani berbicara.

Model pembelajaran talking stick akan membuat proses pembelajaran semakin lebih menarik jika dipadukan dengan kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan lokal yang bersifat arif, bijaksana serta dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang dijunjung tinggi dan berkembang di lingkungan masyarakat yang menjadi pedoman manusia dalam bersikap dan bertindak.

Model pembelajaran talking stick jika penerapannya dipadukan dengan kearifan lokal akan menjadi suatu pembelajaran yang menarik perhatian siswa, membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran dan menjadikan tantangan untuk siswa sehingga semua anggota dalam kelompok dapat mengungkapkan pendapat. Selain itu pembelajaran IPS melalui penerapan nilai- nilai kearifan lokal dapat menumbuhkan rasa kepedulian sesama, meluaskan pengetahuan tentang budaya bangsa, serta upaya untuk meminimalisir dampak negatif dari arus globalisasi yang tidak lagi dapat dihindarkan. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Ngalimun (2016:242) menyatakan, sintaks model pembelajaran talking stick yaitu, (a) guru menyiapkan tongkat, (b) sajian materi pokok, (c) siswa membaca materi lengkap pada wacana, (d) guru

\mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang

(4)

4 kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, (e) tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, dan (f) guru membimbing kesimpulan-refleksi- evaluasi.

Langkah-langkah model

pembelajaran talking stick dipadukan dengan kearifan lokal daerah Bali Tri Kaya Parisudha yaitu (a) langkah persiapan, (b) menyampaikan informasi/materi, (c) permainan tongkat, (d) memberikan pengahargaan, kesimpulan dan evaluasi, (e) menutup kegiatan pembelajaran.

Kelebihan model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal yaitu (a) melatih siswa memahami materi, (b) melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat atau gagasannya, (c) melatih siswa untuk siap dalam situasi apapun dalam proses pembelajaran yang berlangsung, dan (d) menyajikan sebuah proses pembelajaran yang bermuatan pendidikan etika untuk berpikir, berbicara dan berperilaku yang baik.

Berdasarkan urain, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun pelajaran 2016/2017 di kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (eksperimen semu) dengan menggunakan rancangan kelompok non-ekuivalen.

Sugiyono (2014) menyatakan bahwa, desain eksperimen semu mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam rancangan penelitian ini memerlukan kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Desain eksperimen rancangan kelompok non-ekuivalen

Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek satu mendapat perlakuan dengan model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, keduanya diberikan pre test dan post test. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu, tahap persiapan eksperimen, tahap pelaksanaan eksperimen, dan tahap akhir eksperimen.

Kumpulan dari orang yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya disebut populasi. Menurut Setyosari (2015:221) populasi adalah

“keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian”. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (empat) SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 10 kelas dalam 4 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 391 orang.

Bagian dari populasi yang mewakili anggota populasi yang secara langsung dikenai penelitian disebut sampel. Nazir (2011:271), “sampel adalah bagian dari populasi”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik random sampling dan yang diacak adalah kelasnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu. Teknik ini termasuk teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang menjadi sampel penelitian adalah kelas IVB SD Negeri 21 Pemecutan sebagai

(5)

5 kelompok eskperimen berjumlah 43 siswa dan kelas IVB SD Negeri 29 Pemecutan sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 41 siswa.

Sesuatu yang dipilih oleh peneliti yang menjadi objek perhatian yang akan dipelajari oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya disebut variabel.

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas (model pembelajaran talking stick berbais kearifan lokal) dan variabel terikat (kompetensi pengetahuan IPS). Model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal adalah suatu strategi pembelajaran inovatif yang memadukan antara satu model pembelajaran dengan kearifan lokal daerah Bali yaitu Tri Kaya Parisudha.

Model pembelajaran talking stick yang dipadukan dengan Tri Kaya Parisudha diharapkan dapat menjadi terobosan baru dalam penyampaian konsep pembelajaran di sekolah, menjadikan siswa berani mengemukakan pendapat dan siap dalam situasi apapun dalam proses pembelajaran yang berlangsung serta menyajikan sebuah proses pembelajaran yang bermuatan pendidikan etika untuk berpikir, berbicara dan berperilaku yang baik.

Kompetensi pengetahuan IPS adalah perubahan perilaku siswa yang mencerminkan kemampuan siswa terhadap penguasaan muatan materi IPS meliputi mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis, serta dimensi pengetahuan faktual yang diukur menggunakan tes kompetensi pengetahuan setelah mengalami proses belajar.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kompetensi pengetahuan IPS siswa, dan untuk mendapat data tersebut digunakan tes kompetensi pengetahuan IPS berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d). Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian instrumen yang meliputi:

Pertama, uji validitas yang meliputi (1) validitas isi yaitu kurikulum dan kisi- kisi. Suharsimi (2013:82) menyatakan

“sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi

apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”. (2) validitas butir, untuk mengukur validitas butir tes kompetensi pengetahuan IPS dalam bentuk objektif pilihan ganda digunakan rumus koefisien korelasi point biserial.

Nilai yang diperoleh kemudian bandingkan nilai yang diperoleh dari rtabel, dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Jika rhitung > rtabel

berarti valid dan jika rhitung < rtabel berarti tidak valid. Dari 40 soal yang telah diuji cobakan maka diperoleh 10 soal tidak valid dan 30 soal yang valid.

Kedua, daya beda. Daya pembeda tes diartikan sebagai “kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah” (Suharsimi, 2013:226). Dari 30 soal yang valid dan telah diuji daya beda diperoleh 2 butir soal dengan kriteria baik sekali, 12 butir soal dengan kriteria baik 16 butir soal dengan kriteria cukup baik.

Ketiga, tingkat kesukaran. Kebaikan suatu tes juga akan ditentukan oleh tingkat kesukaran masing-masing item. “item yang terlalu mudah atau item yang terlalu sukar merupakan hal yang tidak baik”

(Yusuf, 2015:254). Setelah dilaksanakan pengujian pada butir soal yang lolos uji validitas dan daya beda, terdapat 7 butir soal dengan kriteria mudah, 16 butir soal dengan kriteria sedang dan 7 butir soal dengan kriteria sukar.

Keempat, reliabilitas. Sukardi (2008) mengemukakan bahwa, “suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur”.

Rumus yang digunakan adalah Kuder Richadson (KR-20) karena tes bersifat dikotomi dan heterogen. Dari 30 soal yang dinyatakan valid dan memiliki kriteria maka diperoleh r11= 0,85 artinya bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini tergolong reliabel dengan kriteria derajat reliabilitas sangat tinggi.

Data hasil kompetensi pengetahuan IPS yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji t. Sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi (1) uji

(6)

6 normalitas sebaran data. Tujuannya untuk mengetahui apakah sebaran data skor kompetensi pengetahuan IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Apabila sebaran data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan Chi-kuadrat.

Adapun kriteria pengujian adalah jika pada taraf signifikansi 5%

dengan derajat kebebasan (dk) = 5, maka ho diterima yang berarti data berdistribusi normal. (2) uji homogenitas varians, dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varians dilakukan dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat

kebebasan untuk penyebut n2-1 maka sampel homogen.

Uji hipotesis penelitian ini menggunakan statistik parametrik menggunakan uji t dengan rumus polled varians. Dengan kriteria jika thitung < ttabel atau thitung = ttabel pada taraf signifikansi 5%

dengan dk = n1+n2-2, maka Ho diterima.

sehingga kelompok setara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk memperoleh gambaran tentang kompetensi pengetahuan IPS, data dianalisis dengan analisis deskriptif agar dapat diketahui nilai rata-rata, standar deviasi, varian, nilai minimum dan nilai maksimum dari data hasil post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rangkuman hasil analisis data statistik deskriptif pada kelompok eksperimen disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen Statistik Kompetensi Pengetahuan IPS

Mean 78,99

Rerata Persentase 78,99%

Standar Deviasi 13,32

Varians 177,54

Skor Maksimum 100

Skor Minimum 50

Berdasarkan hasil perhitungan, pengelompokkan distribusi frekuensi untuk kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata- rata yaitu 78,99 dan rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen, M% = 78,99%. Rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen berada pada kategori baik. Frekuensi kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dapat dilihat pada histogram berikut.

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Kompetensi Pengetahuan IPS Kelompok

Eksperimen.

Sedangkan rangkuman hasil analisis data statistik deskriptif pada kelompok kontrol disajikan pada tabel 2.

(7)

7

Tabel 2. Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol Statistik Kompetensi Pengetahuan IPS

Mean 68,93

Rerata Persentase 68,93%

Standar Deviasi 12,67

Varians 160,7

Skor Maksimum 93

Skor Minimum 43

Berdasarkan hasil perhitungan, pengelompokkan distribusi frekuensi untuk kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu 68,93 dan rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol, M% = 68,93%. Rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol berada pada kategori cukup. Frekuensi kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol dapat dilihat pada histogram berikut.

Gambar 3. Grafik Distribusi Frekuensi Kompetensi Pengetahuan IPS Kelompok

Kontrol

Data hasil kompetensi pengetahuan IPS yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji t. Sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalistas pada kelompok eksperimen diperoleh =3,66 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 didapat X2tabel = 11,070, karena X2hitung<

X2tabel (3,66 < 11,070) maka Ho diterima ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil uji normalitas diperoleh X2Hit = 4,84 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 5 didapat X2tabel = 11,070, karena X2hitung <

X2tabel (4,84 < 11,070) maka Ho diterima ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol berdistribusi normal.

Pada uji homogenitas varians diperoleh Fhit = 1,10 pada taraf signifikansi 5% dengan dk = (42,40) didapat Ftabel = 1,66. Karena Fhit < Ftabel (1,1 < 1,66), ini berarti data kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.

Data kompetensi pengetahuan IPS yang telah memenuhi uji prasyarat analisis data, kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan statistik parametrik (uji t) dengan rumus polled varians. Berdasarkan hasil uji t diperoleh thitung = 3,54 dan pada taraf signifikansi 5

% dengan dk=82 didapat ttabel = 2,000.

Kriteria pengujian thitung > ttabel (3,54 >

2,000) maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Secara umum hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

8

Tabel 3. Hasil analisis uji t data kompetensi pengetahuan IPS

No Sampel N Dk s2 thitung ttabel

1 Kelompok Eksperimen

43 82

78,99 177,54

3,54 2,000 2 Kelompok Kontrol 41 68,93 160,7

Dari perolehan kompetensi pengetahuan pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, lalu setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal maka perolehan nilai kompetensi pengetahuan IPS mengalami perbedaan. Kompetensi pengetahuan siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan kompetensi pengetahuan siswa pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak kelebihan. Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol karena pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Hal ini disebabkan karena model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dapat membuat siswa aktif, termotivasi, meningkatkan konsentrasi dan kecepatan siswa saat menjawab pertanyaan. Serta perpaduan nilai kearifan lokal dalam proses pembelajaran memberikan pembelajaran yang bermuatan pendidikan etika untuk berpikir, berbicara dan berperilaku yang baik sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dan berdampak positif terhadap kompetensi pengetahuan IPS. Selain itu model pembelajaran talking stick menonjolkan permainan tongkat yang menggunakan tongkat berukuran ± 20 cm sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari

materi pelajaran. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat dan siap dalam situasi apapun dalam proses pembelajaran. Dan saat memindahkan tongkat dengan iringan lagu, sehingga menciptakan proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak bosan. Hal ini menyebabkan siswa dapat menerima pembelajaran IPS dengan baik.

Adanya pengaruh yang positif model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa, didasari oleh teori model talking stick dan dipadukan dengan kearifan lokal daerah Bali Tri Kaya Parisudha. Menurut Huda (2013:225),

“kelebihan model pembelajaran talking stick adalah mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajaran dengan cepat, dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun”. Sedangkan menurut Kurniasih &

Sani (2016) kelebihan model pembelajaran talking stick yaitu menguji kesiapan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, melatih membaca dan memahami dengan cepat materi yang telah disampaikan, dan agar lebih giat belajar karena siswa tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya.

Selain itu model pembelajaran talking stick yang dipadukan dengan kearifan lokal daerah Bali Tri Kaya Parisudha akan menyajikan sebuah proses pembelajaran yang bermuatan pendidikan etika untuk berpikir, berbicara dan berperilaku yang baik.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Pradnyani (2013) dengan hasil model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 2 Sesetan Denpasar. Penelitian

(9)

9 serupa yang dilakukan oleh Anggarini (2013) dengan hasil model pembelajaran kooperatif talking stick berbasis aneka sumber berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 5 Dalung.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen, diketahui bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 78,99 dengan perolehan nilai minimum 50 dan nilai maksimum 100. Sesuai analisis nilai kompetensi pengetahuan IPS siswa pada kelompok eksperimen, kemudian dibandingkan dengan nilai M% = 78,99%

yang kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen berada pada kategori baik. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 68,93 dengan perolehan nilai minimum 43 dan nilai maksimum 93.

Sesuai analisis nilai kompetensi pengetahuan IPS siswa pada kelompok kontrol, kemudian dibandingkan dengan nilai M% = 68,93% yang kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol berada pada kategori cukup.

Terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Itu terbukti dari hasil analisis uji t diperoleh thitung = 3,54 dan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 82 didapat ttabel = 2,000. Kriteria pengujian thitung>ttabel (3,54 > 2,000) maka Ho ditolak.

Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017. Dapat disimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Mayor Metra Denpasar Utara tahun pelajaran 2016/2017.

Adapun saran yang dapat disampaikan guna peningkatan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar yaitu kepada siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran serta mampu meningkatkan motivasi belajar, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kompetensi pengetahuan siswa.

Kepada guru hendaknya dapat menambah wawasannya mengenai inovasi pembelajaran dan memilih model pembelajaran inovatif guna menunjang kegiatan pembelajaran kearah yang lebih baik demi tercapainya peningkatan kompetensi pengetahuan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk guru dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi adalah model pembelajaran talking stick berbasis kearifan lokal.

Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan penuh dalam meningkatkan kualitas serta mengoptimalkan proses pembelajaran melalui penerapan variasi model pembelajaran, sehingga berdampak positif pada kompetensi pengetahuan siswa khususnya di sekolah dasar.

Peneliti lain agar dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran lain pada subjek penelitian yang berbeda sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi kompetensi pengetahuan siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Anggarini, I.G.A. Mas Dewi. 2013.

“Pengaruh Model Pebelajaran Kooperatif Talking Stick Berbasis Aneka Sumber Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 5 Dalung”. E-Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 1 tahun 2013. Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p

(10)

10 hp/JJPGSD/article/view/1440

(diakses pada tanggal 22 Desember 2016).

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: GAVA MEDIA.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016.

Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Ngalimun, dkk. 2016. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Permendikbud. 2014a. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pradnyani, Ni Luh Kd. Dwi. 2013.

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 2 Sesetan Denpasar”. E-Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 1 tahun 2013. Tersedia pada

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/view/957 (diakses pada tanggal 22 Desember 2016).

Sardjiyo, dkk. 2009. Pendidikan IPS Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Suharsimi, Arikunto. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusuf, Muri. 2015. Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen Statistik  Kompetensi Pengetahuan IPS
Tabel 2. Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol  Statistik  Kompetensi Pengetahuan IPS

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan PKn antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model

Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Dewi Sartika, Kecamatan Denpasar Timur dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok yang dibelajarkan melalui

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Numbered

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok yang dibelajarkan menggunakan model