• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

Ni Luh Mita Anjani

1

, I Ketut Ardana

2

, Ni Nyoman Ganing

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]

1

, [email protected]

2

,

[email protected]

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Snowball Throwing dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017. Desain penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur yang berjumlah 237 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 15 Dangin Puri dengan jumlah 38 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SDN 19 Dangin Puri dengan jumlah 33 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitnung= 4,89sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 69 diperoleh nilai ttabel = 2,00 sehingga thitung = 4,89> ttabel = 2,00. Berdasarkan kriterian pengujian, maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Adapun nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Snowball Throwing adalah 84,97, sedangkan pada kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 72,36. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Snowball Throwing terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017

Kata kunci :model pembelajaran snowball throwing kompetensi pengetahuan IPS

Abstract

This study aimed at investigating the significant differences of IPS knowledge competency mastery between students who were taught by Snowball Throwing learning model and IPS knowledge competency mastery of students who were taught by conventional learning model in the fourth grade of SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur in academic year 2016/2017. This study was quasi experimental research with nonequivalent control group design. The population of this research was students of fourth grade of SD Gugus Ki HajarDewantara Denpasar Timur which are 237 students. The sample was determined by random sampling method. The sample in this study was the fourth grade students of SDN 15 DanginPuri which are 38 students as experimental group and the fourth grade students of SDN 19 DanginPuri which are 33 students as the control group. Data were obtained from conventional multiple choice test. Data that were obtained then analyzed using t-test. From data analyzed, obtained 𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡= 4,89 and 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒= 2,00 at significance level = 5% and degrees of freedom = 69 such that𝑡𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡> 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒. According to the test criteria, 𝐻0 was rejected and 𝐻𝑎 was accepted. The average score of IPS knowledge competency mastery of students who were taught by Snowball Throwing learning model was 84,97 and IPS knowledge competency

(2)

2

mastery of students who were taught by conventional learning model was 72,36. Therefore, we can conclude that there are significant differences of IPS knowledge competency mastery between students who were taught by Snowball Throwing learning model and IPS knowledge competency mastery of students who were taught by conventional learning model in the fourth grade of SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur in academic year 2016/2017.

Keywords: snowball throwing learning model, IPS knowledge competency

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat

kompleks, sebab banyak yang

mempengaruhinya.Pengelolaan pendidikan diarahkan menuju perubahan yang lebih baik karena pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia seutuhnya. Perubahan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.Berhasil dan tidaknya suatu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang ada. Kurikulum saat ini menuntut perkembangan kualitas pendidikan yang lebih baik dan lebih maju. Seiring dengan perkembangan

jaman dan teknologi yang semakin pesat, pemerintah melakukan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas

pendidikan.Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pendidikan. Perubahan kurikulum didasarkan pada tantangan ke depan yang lebih baik, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah menerapkan kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 ini melanjutkan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004. Kurikulum 2013 dikembangkan untuk menghasilkan lulusan sekolah yang lebih cerdas, kreatif, inovatif, memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan menghargai perbedaan yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mendeskripsikan tentang pengembangan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada

Permendikbud 103 tahun 2014

Pembelajaran dilaksanakan berbasis

aktivitas dengan karakteristik : a) interaktif dan inspiratif; b) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; c) kontekstual dan kolaboratif; d) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta didik; e) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktifitas belajar dan mengajar. Menurut (Susanto, 2013:18) “aktifitas belajar secara metodelogiscenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru”. Pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajae (PBM), atau kegiatan belajar mengajar. Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungan dan sistem pengelolaanya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pendekatan,

(3)

3 strategi, metode atau prosedur. “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakansebagi

pedoman dalammerencanakan

pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan prangkat- perangkat pembelajaran” (Ngalimun, 2014:7).

Harapan kurikulum 2013 sangat jelas tertuang dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 yaitu Kurikulum mengharapkan perubahan kemajuan belajar peserta didik untuk mampu bersaing dalam tantangan dari perubahan zaman.

Berdasarkan pengalaman pada saat melaksanakan PPL-Real, fenomena yang muncul adalah proses pembelajaran dilakukan secara teacher centered, yaitu semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Walaupun telah menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan yang mengedepankan aktivitas siswa dalam mengonstruksi pengentahuannya sendiri secara aktif melalui kegiatan mengobservasi, menanya, mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengomunikasikan hasil belajar. Namun hal itu tidak didukung oleh kemampuan siswa sendiri. Siswa terlihat masih bergantung pada guru dan masih perlu dibimbing untuk membiasakan diri dalam mencari dan membuka wawasannya sendiri. Siswa terkesan tidak memiliki motivasi untuk belajar sehingga mengakibatkan kompetensi pengetahuan siswa menjadi kurang optimal khususnya dalam pembelajaran IPS

Para guru belum sepenuhnya

melaksanakanpembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta

belum menggunakan berbagai

pendekatan/model pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pembelajaran IPS. Disini guru perlu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam belajar. Untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal, perlu diadakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran

untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Menurut (Kurniasih (016:77) “model pembelajaran Snowball Throwing “bola salju bergulir” merupakan model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilempar secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok”. Pada prinsipnya, model ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif dan keterampilan proses.

Salah satu muatan materi yang termuat dalam Kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Muatan IPS di sekolah dasar menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami kehidupan manusia dan sejumlah aktivitasnya. Namun pada kenyataannya di lapangan pembelajaran IPS di sekolah dasar masih menekankan pada teori, seharusnya guru berusaha menciptakan suasana belajar yang berbeda dengan cara memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa dengan cepat memahami apa yang dipelajari secara lebih mendalam. Pembelajaran IPS di sekolah dasar juga harus mengembangkan tiga aspek dalam pembelajaran yaitu aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Ketiga aspek tersebut merupakan acuan bagi guru dalam memilih dan menerapkan berbagai model, strategi maupun metode pembelajaran sehingga pembelajaran IPS menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Sebagai langkah dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif dan bermakna bagi siswa, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba sebuah teknik pembelajaran yang berorientasi pada penerapan IPS dalam kehidupan seharihari.

Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis Model Pembelajaran snowball throwing berpengaruh terhadap Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, tetapi secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh

(4)

4 Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Ajaran 2016/2017”. Hakikat IPS merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan konsep berdasarkan fakta atau realita kehidupan sosial. IPS memiliki peranan untuk mendidik peserta didik

dalam rangka mengembangkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga peserta didik dapat berkembang menjadi bertanggung jawab dan menjadi warga negara yang baik.

Kompetensi dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk mencapai standar lulusan yang harus dimiliki seorang siswa pada setiap tingkat atau program. Kompetensi inti mencakup tiga ranah yaitu, ranah kompetensi sikap, ranah kompetensi keterampilan, dan ranah kompetensi pengetahuan. Namun dalam kurikulum 2013, kompetensi sikap dijabarkan lagi menjadi dua macam agar lebih operasional yaitu dengan istilah sikap spiritual dan sikap sosial.

Pendapat yang dikemukakan (Susanto, 2013:12) “bahwa hasil belajar peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik,

yang mempengaruhi kemampuan

belajarnya. Faktor internal meliputi : kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Maka dapat dirangkum bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi siswa adalah faktor internal yang terdiri dari kecerdasan, minat, dan perhatian, motivasi

belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan, serta faktor eksternal yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat serta guru.

Model pembelajaran Snowball

Throwing “bola salju bergulir” merupakan

model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilempar secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing terbagi atas tujuh yaitu. Guru menyampaikan materi yang akan disampaikanGuru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok dan memberikan penjelasan tentang materi. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang di sampaikan oleh guru kepada teman sekelompoknya. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menulsikan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, Siswa membentuk kertas tersebut seperti bola dan di lempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit, Setelah siswa mendapatkan satu bola, ia diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian, Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran. Adapun beberapa kelebih model snowball throwing menurut Huda (2014) “untuk melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan. Siswa lebih memahami materi yang diajarkan, dan mampu membuat pertanyaan sendiri”. Dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru. Melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. Merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada temanmaupun guru. Murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah. Murid akan memahami makna tanggung

(5)

5 jawab. Murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya

Adapun tujuan dalam penelitian ini (1) Untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran snowball throwing pada siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar DewantaraDenpasar Timur tahun ajaran 2016/2017. (2) Untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur tahun ajaran 2016/2017. (3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran snowball throwing dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur tahun ajaran 2016/2017. METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Mei 2017 di kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur tahun ajaran 2016/2017. Yang terdiri dari SD Negeri 29 Dangin Puri, SD Negeri 15 Dangin Puri, SD Negeri 22 Dangin Puri, SD Negeri 26 Dangin Puri,SD Negeri 19 Dangin Puri.

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Mei 2017

.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (eksperimen Semu). “Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen” (Sugiyono, 2014:114). Desain eksperimen yang digunakan adalah “Kelompok Nonequivalent Control Group Design”. Pre-test diberikan untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pemberian pre test biasanya digunakan untuk mengukur equivalensi atau penyetaraan kelompok. Setelah itu diberikan perlakuan, yaitu dengan memberikan model pembelajaran snowball throwing kepada kelompok eksperimen.

Kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan post-test untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPS.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2014:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari 237 siswa,data ini didapatkan dari hasil observasi langsung di SD Gugus Ki Hajar Dewantara dengan melakukan wawancara pada kepala sekolah masing-masing sekolah. Sampel yang digunakan dalam penlitian ini adalah random sampling, didapatkan kelas IV SDN 15 Dangin Puri yang berjumlah 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IV SDN 19 Dangin Puri yang berjumlah 33 siswa.

Setelah kedua kelas yang terpilih maka dilakukan uji kesetaran untuk mengetahui tingkat kesetaraan kedua kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila kedua kelas sudah setara maka dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menguji hipotesis kesetaraan sampel digunakan uji-t,

Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas sebaran data nilai pre-test Kelas IV SDN 15 Dangin Puri X2

hitung = 9,5 dan

X2

tabel = 11,07, karena X2hitung ˂ X2tabel maka

data berdistribusi normal. Sedangkan perhitungan hasil uji normalitas nilai pre-test Kelas IV SDN 19 Dangin Puri diperoleh X2

hitung = 9,8 dan X2tabel = 11,07. Karena

X2

hitung ˂ X2tabel maka data berdistribusi

normal.

Setelah uji normalitas dilakukan diperoleh kedua kelas sampel bersistribusi normal, maka uji homogenitas dapat dilakukan. Uji homogenitas varian data hasil pre-test kompetensi pengetahuan IPS siswa dilakukan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil uji homogenitas varians Fhitung=1,44 dan Ftabel=1,76, karena

Fhitung ˂ Ftabel maka data homogen.

Karena data nilai pre-test kedua kelas sampel berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan

(6)

6 melakukan uji kesetaraan dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis didapat thitung =

0,5 dan ttabel pada taraf signifikan 5%

dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 -

2). =2,00. Sehingga thitung < ttabel (0,5 < 2,00).

Berdasarkan uji-t kesetaraan yang telah dilakukan diperoleh bahwa kedua kelas tersebut setara. Setelah diketahui kedua kelompok sampel setara, kemudian dilakukan pengundian yang kedua untuk menentukan kelas ekperimen dan kelas kontrol. Setelah dilakukan random maka kelas yang terpilih untuk menjadi kelompok eksperimen adalah kelas IV di SD Negeri 15 Dangin Puri. Untuk kelas kontrol terpilih kelas IV di SD Negeri 19 Dangin Puri.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode tes. adalah dalam bentuk tes kompetensi pengetahuan IPS siswa. Menurut Suharsimi (2013:46) menyatakan “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atuu bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Tes yang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPS pada penelitian ini berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes pilihan ganda biasa ini meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d) dengan jumlah pertanyaan yaitu 50 butir soal. Setiap item diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar (jawaban disesuaikan dengan kunci jawaban) dan skor 0 bila siswa menjawab salah. Skor setiap jawaban dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor variabel kompetensi pengetahuan IPS Sebelum tes ini digunakan dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, daya beda, indeks kesukaran dan reliabilitas.

Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi dan butir. Pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat dari ahli

(judgment experts) dengan

mengkonsultasikan instrumen dengan para ahli yang dalam hal ini dosen mata kuliah IPS. Untuk mengukur validitas butir tes hasil belajar pengetahuan IPS dalam bentuk pilihan ganda (objektif) digunakan

rumus koefisien korelasi point biserial (rpbi). Dengan taraf signifikansi sebesar 5% maka dapat diputuskan valid atau tidaknya suatu instrument dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika rhitung> rtabel berarti

valid dan jika rhitung< rtabel berarti tidak valid.

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab betul butir soal yang diberikan. Selain uji validitas, syarat lainnya adalah uji reliabilitas. Reliabilitas sama dengan konsisten atau keajegan. “Suatu instrumen evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak di ukur”, (Sukardi,2011:43). Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus Kuder Richardson20 (KR-20).

Data kompetensi pengetahuan IPS adalah data hasi dari post-test yang diberikan setelah perlakuan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan metode analisis statistik. Metode analisis statistik dapat dibagi menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial

Stasistik deskripitf menurut Sugiyono (2014:207) adalah “ststistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”. Adapun data yang disajikan dalam statistik deskriptif adalah perhitungan

mean, standar deviasi dan varians.

“Statistik inferensial adalah adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya

diberlakukan untuk populasi”

(7)

7 Statistik inferensial teridiri dari pengujian prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data. Uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan homogenitas. Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data skor kompetensi pengetahuan IPS siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat. Kriteria pengujian adalah jika 𝑋𝐻𝑖𝑡2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 ,

maka ho diterima (gagal ditolak) yang berarti

data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikansinya adalah 5 % dan derajat kebebasannya n-1. Uji Homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian, jika Fhit <

𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka sampel homogen. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan uji beda mean (uji t) dengan rumus polled varians. Dengan kriteria jika harga thitung ttabel,

maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika harga thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Pada taraf signifikan 5% dengan dk = n1+n2-2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen diperoleh X ̅ = 84,97 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen 84,97%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen berada pada kategori baik.

Sedangkan hasil analisis statistik deskriptif kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol diperoleh = 72,36 dan

rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol adalah 72,36 %.

Rerata persentase kompetensi

pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol berada pada kategori cukup. Sesuai dengan hasil analisis data kompetensi pengetahuan IPS menunjukkan bahwa rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eskperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol ( X =84,97 > X = 72,36).

Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen X2hitung< X2tabel (4,33<

11,07) maka Ho diterima (gagal ditolak) atau

Ha ditolak. Ini berarti sebaran data

kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, hasil uji normalitas kelompok kontrol diperoleh X2hitung < X2tabel (6,04<

11,07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Ini

berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol berdistribusi normal.

Setelah data dinyatakan normal selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas dan diperoleh Fhit =1,44,

sedangkan untuk taraf signifikan 5% F tabel dengan dk (37,32) adalah 1,76. Ini berarti Fhit < Ftabel (1,44 < 1,76), maka data homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi semua prasyarat, uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus

polled varians. Adapun kriteria

pengujiannya adalah apabila thitung ≤ ttabel,

maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha

ditolak. Sebaliknya apabila thitung>ttabel, maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 +

n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05).

(8)

8

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 N t

hitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 84,97 92,46 38

4,89 2,00 (H thitung > ttabel

0 ditolak, Ha diterima)

Kontrol 72,36 132,80 33 Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 4,89.

Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 38 + 33 – 2

= 69 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,00, karena

thitung>ttabel maka Ho ditolak atau Ha

diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol.

Rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eskperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol ( X =84,97 > X = 72,36). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Snowball throwing berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini menguji pengaruh model pembelajaran snowball throwing terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Ajaran 2017/2017 pada tema daerah tempat tinggalku. Sebelum dilakukan uji hipotesis statistik dengan menggunakan analisis uji-t, dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sembarang data dan uji homogenitas varian. Dari hasil perhitungan sebaran data hasil post-tes pada kedua kelompo berdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Karena data ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi semua syarat, selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji-t.

Rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata kelompok kontrol (X ̅=84,97 >X ̅=72,36). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwingberpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SDN Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur Tahun Ajaran 2016/2017.

Dari perolehan nilai kompetensi pengetahuan IPS pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, setelah dibrikan perlakun yang berbeda, perolehan nilai kompetensi Pengetahuan IPS mengalam perbedaan. Kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol .

Perbedaan kompeensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terjadi karena perbedaan pemberian perlakuam yamg diberikan saat pembelajaran. Kelompok ekspeimen diberikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwingmemiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang tidak menerapkan model pembelajran snowball throwing.

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPS. Minat belajar siswa dapat dipengaruhi melalui kegiatan menbuat soal sendiri dan melemparnya kepada teman yang lain lalu menjawab pertanyaan yang didapatnya.Disini siswa dituntut untuk teliti dan disiplin.

Berbeda dengan pembelajaran IPS dikelompok kontrol tidak menerapkan model pembelajaran snowball throwin. Siswa terlihat tidak semangat dan antusia dalam mengikuti pembelajaran. Peroses pembelajaran yang kurang mnyenangkan membuat siswa merasa bosan sehingga sulit untuk memahami materi pembelajaran. Peenlitian ini diperkuat dengan penelitian yang relevan, yang dilakukan

Dewi (2013) dengan hasil penelitian yakni Model Pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus Sri Kandi Kecamatan Denpasar Timur. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pencapaian skor rata–rata hasil belajar IPA

(9)

9 pada kelompok eksperimen dengan kategori sangat baik (M = 83,50) dan pada kelompok kontrol, skor rata–rata berada pada kategori sedang (M = 71,20).

Penelitian ini juga di perkuat oleh hasil penelitian Kusumayanti (2013) yang menyimpulkan Model Pembelajaran Snowball ThrowingBerbantuan Media Konkret berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus V Kecamatan Sukasada. Pencapaian skor rata–rata hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dengan kategori sangat baik (M = 23,78) dan pada kelompok kontrol, skor rata–rata berada pada kategori sedang (M = 17,51).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis statistik kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen di peroleh 𝑋̅ = 84,97 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen 84,97%. Rerata presentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen berada pada katagori baik.

Berdasarkan hasil analisis statistik kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen di peroleh 𝑋̅ = 72,36 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen 72,36%. Rerata presentase kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen berada pada katagori cukup.

Terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi Pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol. Hasil analisis uji-t diperoleh 𝑡hitung =

4,89. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga 𝑡tabel dengan

dk = 38 + 33 – 2 =70 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga 𝑡tabel = 2,00

karena 𝑡hitung > 𝑡tabel maka 𝐻𝑜 ditolak dan

𝐻𝑎diterima. Rata-rata kompetensi

pengetahuan IPS siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPS siswa kelompok kontrol.

(𝑋̅=84,97>𝑋̅=72,36). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model snowball throwing berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timut Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan temuan penelitian yang diperoleh, kepada guru disarankan agar lebih kreatif untuk memberikan variasi dalam pembelajaran. fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

snowball throwingsehingga tercipta

pembelajaran bermakna dan

menyenangkan bagi siswa. Kepada kepala sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan variasi pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas. Kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.

Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Dewi , Md Puspa. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Di Gugus Sri Kandi Kecamatan Denpasar Timur. Jurnal mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.

Kurniasih, Imas. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru.Kata Pena.

Kusumayanti, Desak Putu Yulia. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbantuan

(10)

10 Media Konkret Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus V Kecamatan Sukasada. Jurnal mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.

Ngalimun. 2014. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Permendikbud. 2014. Peraturan Mentri dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik

Pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah. Jakarta:

Kemendikbud

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip Dan Oprasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Undang-Undang No.20 tahun 2003.

Tentang Pendidikan Nasional.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan urain, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui kompetensi pengetahuan matematika kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran

berbunyi: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pem-belajaran word square

Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok yang dibelajarkan menggunakan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang