• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus pada Masyarakat Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara

Disusun :

HENDRI MUDA HARAHAP (150907125)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN

2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Hendri Muda Harahap NIM : 150907125

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis

Judul : Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Penerapan Tenaga Kerja Di Kota Medan (Studi Kasus Pada Masyarakat Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan).

Medan, 21 Mei 2019 Pembimbing

Dr. Dra. Beti Nasution, M.Si NIP. 196106251987112001

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA NIP. 195908161986111003

NIP. 197409302005011002 Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si

(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Hendri Muda Harahap NIM : 150907125

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

“Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Penerapan Tenaga Kerja Di Kota Medan (Studi Kasus Pada Masyarakat Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan)” Merupakan hasil karya dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar sesuai ketentuan. Apabila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Medan, 21 Mei 2019

Hendri Muda Harahap

(4)

PERANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus pada Masyarakat Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan) ABSTRAK

Nama : Hendri Muda Harahap

NIM : 150907125

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Dr. Beti Nasution,M.Si

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan (Studi Kasus Pada Masyarakat Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan) yang dilatar belakangi karena permasalahan penyerapan tenaga kerja yang terjadi di kota Medan khususnya daerah lokasi penelitian masih tidak sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran suatu gejala tertentu. Teknik pengambilan data primer melalui observasi, wawancara dan pengambilan data sekunder melalui dokumentasi dan studi kepustakaan. Proses analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan keimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kampung Susuk belum seluruhnya menjadi solusi bagi masyarakat untuk mendapat pekerjaan karena UMKM yang tersedia masih sebagian yang merekrut atau membutuhkan tenaga kerja pembantu dalam usaha mereka, kemudian peran UMKM dalam pemberdayaan masyarakat lokal belum terlihat dari pihak UMKM dimana pemilik UMKM lebih mementingkan keuntungan usaha saja. Adapun kesejahteraan yang diterima oleh tenaga kerja tebilang cukup walaupun pendapatan gaji dan jam kerja belum sesuai dengan UU ketenagakerjaan Indonesia.

Kata Kunci : Peran UMKM, Penyerapan Tenaga Kerja

(5)

ABSTRACT

THE ROLE OF MEDIUM SMALL MICRO (UMKM) BUSINESS IN MANPOWER ABSORPTION IN MEDAN CITY

(Case Study in the Community of Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan)

Name : Hendri Muda Harahap

NIM : 150907125

Study Program : Business Administration Science Faculty : Social and Political Sciences Supervisor : Dr. Beti Nasution, M.Si

This research was conducted to examine the Role of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Manpower Absorption in the City of Medan (Case Study in the Community of Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan) which was motivated by labor absorption problems that occurred in the city of Medan, especially the location of the study area, is still not in accordance with the labor law applicable in Indonesia.

This study uses a qualitative approach with a type of descriptive research that aims to provide an overview of certain symptoms. Primary data collection techniques through observation, interviews and secondary data retrieval through documentation and literature study. The process of data analysis is done by data reduction, data presentation and conclusion drawing.

The results of this study indicate that the role of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Susuk Village has not been entirely a solution for the community to get a job because some MSMEs are still recruiting or needing auxiliary labor in their businesses, then the role of MSMEs in empowering local communities not yet seen from the UMKM party where MSME owners prioritize business profits. The welfare received by the workforce is quite sufficient even though the salary and working hours income is not in accordance with the Indonesian labor law.

Keywords: Role of MSMEs, Absorption of Labor

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu, yang saya beri Judul “PERANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA MEDAN (Studi Kasus pada Masyarakat Jalan Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan)”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Didalam pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Marlon Sihombing, M.A, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. IbuDr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang sudah membimbing skripsi saya hingga selesai.

(7)

4. Kak Ainun Mardyah S.AB M.AB selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, MSP dan Bapak Ahmad Farid, S.H selaku Staf Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Staf Pengajar atau Dosen di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Pemilik UMKM dan tenaga kerja yang telah sudi memberi ijin penelitian kepada penulis hingga skripsi ini selesai tepat waktu.

8. Kedua orang tua penulis bunda Nestiana Nasution dan ayah Hakim Pardamean Harahap yang saya sayangi dan adik-adik penulis tercinta Anwar Saleh Harahap dan Manna Sari Harahap yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

9. Sahabat - sahabat dan rekan seperjuangan Ivan Ade Pratama dan Alan Marwin Lubis terimakasih atas doa dan semangatnya yang tidak henti mudah-mudahan sama-sama sukses dikemudian hari.

10. Kawan-kawan Kelas A Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 2015.

Medan , 07 Mei 2019

Penulis

Hendri Muda Harahap

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ... 11

2.1.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)... 11

2.1.2 Klasifikasi UMKM ... 15

2.1.3 Karakteristik UMKM ... 17

2.1.4 Peran UMKM ... 18

2.2 Tenaga Kerja ... 21

2.2.1 Hak Ketenagakerjaan Republik Indonesia ... 25

2.2.1 Penyerapan Tenaga Kerja ... 29

2.2.2 Kesejahetraan Tenaga Kerja ... 30

2.3 Penelitian Terdahulu ... 31

2.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Bentuk Penelitian ... 35

3.2 Lokasi Peneltian ... 35

3.3 Informan Penelitian ... 35

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 36

3.5 Defenisi Konsep ... 38

3.6 Tehnik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gamabaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.1.1 Letak Kampung Susuk ... 41

4.1.2 Sejarah kampung Susuk ... 42

4.1.3 Cara Mencapai Lokasi Penelitian ... 44

4.1.4 Denah Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Penyajian Data ... 49

4.2.1 Identitas Informan Kunci (Pemilik UMKM) ... 49

4.2.2 Identitas Informan Utama (Tenaga Kerja) ... 50

(9)

Halaman

4.2.3 Temuan Lapangan Mengenai Peran UMKM ... 51

4.2.4 Temuan Lapangan Mengenai Kesejahteraan Tenaga Kerja .... 55

4.3 Pembahasan ... 59

4.3.1 Peranan UMKM ... 60

4.3.2 Kesejahteraan Tenaga Kerja ... 64

BAB V PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN...73

L-1 Daftar Pertanyaan Wawancara...74

L-2 Dokumentasi Penelitian...79

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angkatan Kerja Usia 15 Tahun ke Atas ... 3

Tabel 1.2 Angkatan Pengannguran Usia 15 Tahun ke Atas... 4

Tabel 2.1 Kriteria UMKM ... 12

Tabel 4.1 Identitas Informan Kunci (Pemilik UMKM) ... 52

Tabel 4.2 Identitas Informan Utama (Tenaga Kerja) ... 54

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Perkembangan UMKM Provinsi Sumatra Utara ... 7

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitia... 34

Gambar 3.1 Tahap Teknik Analisis Data ... 43

Gamabar 4.1 Lokasi Penelitian ... 51

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seperti yang sering kita jumpai disaat sekarang ini banyak sekali pengangguran diluar sana mulai dari lulusan strata 1 , lulusan SMA, dan beberapa diantaranya bahkan tidak pernah duduk dibangku sekolah dan masalah ini disebabkan oleh berbagai kesenjangan seperti tidak tersedianya lapangan pekerjaan dimanajumlah tenaga kerja yang tersedia lebih banyak daripada jumlah perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja itu sendiri. Salah satu usaha untuk meminimalisir dan mengatasi berbagai kesenjangan perihal ketenagakerjaanadalah usaha mandiri seperti UMKM yang sering kita temukan di berbagai daerah setidaknya UMKM yang tersedia dapat mengurangi pengangguran setidaknya di daerah itu sendiri.

Sementara jika kita membahas mengenai tenaga kerja kita seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Indonesia disini membahas berbagai aspek tenaga kerja baik dari jam kerja, upah dan semua urusan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.Dilihat dari besarnya tenaga kerja Usaha Kecil Menengah memiliki jumlah tenaga kerja lebih besar dari 5 orang sampai dengan paling banyak 20 orang. Memiliki omset paling sedikit 300.000.000 pertahun.

Sedangkan kriteria usaha menengah bila memiliki tenaga kerja lebih besar dari 20 orang samapai dengan 100 orang, dari jumlah UMKM di Indonesia cukup banyak jumlahnya sekitar 99,9 % dari jumlah seluruh perusahaan di Indonesia. UMKM mampu menampung 99 % angkatan kerja yang ada. Dalam pembentukan

(13)

Domistik Bruto (PDB) andil UMKM hanya sebesar 59 %, dan usaha besar memberikan andil sebesar 41 % terhadap PDB. Hal membutktikan bahwa sebagian besar tenaga kerja kita gajinya masih rendah dan banyak berkerja yang tidak sesuai dengan pendidikannya, akibat banyaknya pencari kerja, sehingga banyak yang bekerja apa adanya.

Jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibanding Februari 2017. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pada Februari 2018, sebanyak 127,07 juta orang penduduk bekerja sedangkan sebanyak 6,87 juta orangmenganggur.Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,53 juta orang sedangkan pengangguran berkurang 140 ribu orang.

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat. TPAK pada Februari 2018 tercatatsebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki- laki dan perempuan. Pada Februari 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,01 persen sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 55,44 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, TPAK perempuan meningkat sebesar 0,40 persen poin sedangkan TPAK laki-laki menurun 0,04 persen poin.

Dari 127,07 juta orang yang bekerja, sebesar 7,64 persen masuk kategori setengah menganggur dan 23,83 persen pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir, setengah penganggur dan pekerja paruh waktu naik masing-masing sebesar 0,02 persen poin dan 1,31 persen poin.

(14)

Tabel 1.1Angkatan Kerja Usia 15 Tahun ke Atas

Sumber : BPS Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2017–Februari 2018

Jumlah Angkatan Kerja Sumatera Utara pada Februari 2018 sebanyak 7,23 juta orang, naik 483 ribu orang dibanding Agustus 2017 (semester lalu) dan naik 510 ribu orang dibanding Februari 2017 (setahun yang lalu). Komponen pembentuk Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja pada Februari 2018 sebanyak 6,82 juta orang, naik 457 ribu orang dibanding keadaan semester lalu dan bertambah 537 ribu rang dibanding keadaan

Jenis Kegiata Utama

Setahun Lalu

Semester Lalu

Saat Ini

Perubahan 1 Tahun (Feb 2017-Feb

2018)

Perubahan 1 Semester (Ags 2017-Ags 2018) Februar

i 2017

Agustus 2017

Februar i 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Juta Orang Juta Orang Persen Juta Orang Persen Penduduk Usia

Kerja

150,59 192,08 193,55 2,96 1,55 1,47 0,77

Angkatan Kerja 131,55 128,08 133,94 2,39 1,82 5,88 4,59

Bekerja 124,54 121,02 127,07 2,55 2,03 6,05 5,00

Pengangguran 7,01 7,04 6,87 -0,14 -2,00 -0,17 -2,41

Bukan Angkatan Kerja

59,04 64,02 59,61 0,57 0,97 -4,41 -6,89

Sekolah 15,24 16,49 15,61 0,37 2,43 -0,88 -5,34

Mengurus Rumah Tangga

36,08 39,92 36,01 -0,07 -0,19 -3,91 -9,79

Lainnya 7,72 7,61 7,99 0,27 3,50 0,38 4,99

Persen Persen poin Persen poin

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

5,33 5,50 5,13 -0,20 0,37

Perkotaan 6,50 6,79 6,34 -0,16 -0,45

Perdesaan 4,00 4,01 3,72 -0,28 -0,29

Tingkat Partisipasi Angkata Kerja (TPAK)

69,02 66,67 69,20 0,18 2,53

Laki-Laki 83,05 82,51 69,20 0,18 0,50

Perempuan 55,04 50,89 55,44 0,40 4,55

(15)

403 ribu orang mengalami peningkatan sekitar 26 ribu orang dibanding semester lalu.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2018 sebesar 5,59 persen atau sebanyak 403 ribu orang.

Tabel 1.2 Angkatan Pengannguran Usia 15 Tahun ke Atas

Sumber : BPS Ketenagakerjaan Indonesia (Februari 2017- Februari 2018)

Keberadaan para pelaku bisnis UMKM memberikan andil yang cukup signifikan bagi penyerapan tenaga kerja, dalam hal ini usaha yang mereka dibangun menyerap tenaga kerja di derahnya masing-masing. Hal tersebut sangat membantu pemerintah dalam upaya mengurangi angka pengangguran dan pengentasan kemiskinan. Diharapkan perkembangan bisnis UMKM dari waktu ke waktu mengalami peningkatan yang stabil. Namun, di dalam perjalananya untuk berkembang lebih maju, para pelaku bisnis UMKM tidak lepas dari kendala-

(16)

kendala. Sehingga diperlukan campur tangan dari pemerintah maupun swasta untuk mendorong perkembangan yang diharapakan bersama.

Penulis sengaja mengambil lokasi di Kampung Susuk dikarenakan banyaknya keberadaan UMKM yang dapat menyerap tenaga kerja dan membantu mengurangi jumlah pengangguran yang beredar, akantetapi UMKM tersebut belum dapat sepenuhnya menyerap seluruh tenaga kerja yang ada disekitaran masyarakat Kampung Susuk tersebut, dan belum dapat memberlakakukan tenaga kerja sesuai dengan UU Ketenagakerjaan di Indonesia. Penulis meninjaubahwa di daerah Kampung Susuk ini belum sesuai antara hasil kerja dengan upah yang diterima dan waktu bekerja yang relatif lebih lama dari biasanya. Jika kita membandingkannya dengan karyawan kantor yang bekerja di perusahaan negara ataupun swasta terlihat jelas perbedaannya baik dari segi waktu dan upah kerja.

Contohnya pegawai kantoran biasanya bekerja 7-8 jam satu hari begitu seterusnya sampai satu minggu, di potong dengan hari libur dan apabila kerja di luar jam kerja maka disebut lembur dan pihak perusahaan wajib menambah upah dari upah normal yang biasa di terima karyawan. Kemudian permasalahan yang terjadi di daerah Kampung Susuk terdapat banyak UMKM akan tetapi tenaga kerja yang mereka miliki belum melakukan pekerjaannya sesuai dengan UU ketenagakerjaan namun masih bertahan untuk bekerja di UMKM tersebut ,seperti jam kerja melebihi 7- 8 jam sehari bahkan disini mencapai 12 jam contohnya UMKM Percetakan. Sedangkanmengenai masalah upah karyawan UMKM yang berada di Kampung Susuk tersebut peneliti belum mengetahui pastinya tetapi penelitimelihat bahwa masyarakat atau tenaga kerja disini mampu melakukannya

(17)

karna banyaknya UMKM yang membuka lapangan kerja akan tetapiUMKM tersebut bekerja belum sesuai dengan standar UU ketenagakerjaan Indonesia yaitu mulai dari waktu kerja yang relatif yaitu kadang 12 jam dan upah yang terima karyawan UMKM masih di bawah 2 juta per bulan dan gaji lembur yang tidak sesuai dengan permintaan dan disini pihak tenaga kerja idak menyebutkan berapa jumlah upah lemburyang di terima karena tidak menentu begitulah keaadaan UMKM dan keluhan tenaga kerja di daerah Kampung Susuk ini.

Keberadaan para pelaku bisnis UMKM di Indonesia tersebar, salah satu daerah di Indonesia khususnya kota Medan yaitu di daerah Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk yang berhasil mencuri perhatian peneliti. Masyarakat Kampung Susuk adalah pusat sebagian besar masyarakatnya sebagai pelaku bisnis UMKM yang membuat usaha beraneka ragam khususnya percetakan untuk para mahasiswa kuliahan karna keberadaannya yang strategis dekat dengan kampus terbesar dan ternama di Sumatrea Utara yaitu Universitas Sumatra Utara (USU), dan beraneka UMKM lain nya seperti Doorsmeer, Grosir Aceh, Warung Nasi Padang, Properti (kos-kosan), Percetakan, itu semua karena keberadaan dan tempat yang dekat dengan kampus Universitas Sumatra Utara. Keberadaan mereka ini dipengaruhi faktor yang membuat UMKM di daerah ini banyak dibuka usaha dan penyerapan tenaga kerjanya juga lumayan banyak.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Para pelaku bisnisnya pun menghasilkan jenis produk yang beragam. Usaha kecil menengah menjadi salah satu terobosan baru dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah masyarakat serta untuk mencapai kesejahteraan hidup yang memadai. Usaha mikro kecil menengah

(18)

menjadi penopang perekonomian Indonesia, karena membantu pertumbuhan perekonomian masyarakat. Kemandirian masyarakat seperti para pelaku bisnis UMKM ini diharapkan akan mampu mengurangi angka pengangguran jika melihat fakta lapangan pekerjaan yang semakin terbatas dengan jumlah tenaga kerja yang belum terserap terus bertambah.

Gambar 1.3 Data Perkembangan UMKM di provinsi Sumatra Utara

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Sumatra Utara tahun 2013-2017 Di dalam undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) didefinisikan pengertian UMKM dan kriterianya, yaitu usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

2.823.210

2.855.399 2.855.549 2.855.847 2.857.124

2.800.000 2.810.000 2.820.000 2.830.000 2.840.000 2.850.000 2.860.000

2013 2104 2015 2016 2017

P E R K E M B A N G A N U S A H A

M I K R O , K E C I L , M E N E N G A H D I P R O V I N S I S U M AT R A U TA R A

Sektor UMKM

(19)

dimaksud dalam undang-undang ini, usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, 3 yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaiamana diatur dalam undang-undang ini.

Sejalan dengan pemikiran tentang permasalahan yang menyangkut tentang UMKM bisa ditempatkan di dalam kerangka utuh bagi terwujudnya suatu pembaharuan ekonomi yang mendasar maka diperlukan suatu landasan pijak yang kokoh dan kerangka pemikiran untuk membentuk peran UMKM. Era globalisasi sekarang pengakuan sektor UMKM hanya terhenti pada tatatanan konseptual, sedang dalam realisasinya sektor UMKM mengganti peran usaha besar menjadi dikesampingkan. Mengacu pada konsep pengakuan sektor UMKM, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus terwujud dalam dua sisi, yaitu pertama perluasan basis pelaku ekonomi dalam proses produksi, kedua penegakan kedaulatan konsumen. Dengan demikian baik dari sisi produsen maupun konsumen harus sama-sama diberdayakan. Kenyataan membuktikan sektor UMKM sangat beraneka ragam, baik dari segi kegiatan maupun lingkungan usaha yang dihadapinya. Oleh karena itu karakteristik dan permasalahan yang dihadapi UMKM berbeda dari satu jenis kegiatan ke jenis kegiatan yang lainnya, dan satu lokasi ke lokasi lainnya. Realita inilah yang menyebabkan tidak dimungkinkannya dibuat suatu kebijakan nasional bagi pemberdayaan UMKM yang dirancang secara sentralis dan terinci sampai ketingkat operasional. Di tingkat nasional dibutuhkan dalam sebuah komitmen politik dan dukungan bidang-bidang, baik

(20)

langsung maupun tidak langsung, memperkokohkan bagi tumbuh dan berkembangnya sektor UMKM.

Dari uraian diatas saya tertarik untuk membuat sebuah penelitian yang yang mengungkap sebuah peran UMKM yang berjudul “Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan”, (Studi Kasus Pada Masyarakat Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah mengenai : 1. Bagaimanakah Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan?

2. Bagaimanakah Kesejahteraan Pekerja yang Bekerja di UMKM disekitaran Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk :

1. Mengetahui peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam penyerapan tenaga kerja di Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan.

2. Mengetahui kesejahteraan pekerja yang bekerja di UMKM sekitaran JL. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah wawasan tentang Usaha Mikro Kecil dan

(21)

2. Bagi Masyarakat : Sebagai bahan bacaan serta pengetahuan masyarakat seputar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan penyerapan tenaga kerja, sehingga masyarakat mengetahui bagaimana peran UMKM terhadap tenaga kerja.

3. Bagi Program Studi, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penulis lain untuk digunakan sebagai bahan pendukung dan pertimbangan dalam penelitian berikutnya.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

2.1.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

UMKM banyak didefinisikan dengan berbagai aspek dan kriteria yang berbeda tergantung pada setiap negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya tinjauan lebih lanjut terkait definisi-definisi tersebut agar dapat diperoleh pengertian yang sesuai tentang UMKM. Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi. Pengertian tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan Negara tersebut. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil ternyata sangat bervariasi, disatu Negara berlainan dengan Negara lain. Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut.

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

1. Pengertian UMKM

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang- undang ini.

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

(23)

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini.

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang- undang ini.

2. Kriteria UMKM

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

Sumber : diolah dari UU No. 20 Tahun 2008 dan data dari Badan Pusat Statistik

Pengertian mengenai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek

No. Uraian

Kriteria Jumlah Tenaga Kerja

Aset Omset

1

Mikro Max 50 juta Max 300

juta

<5 orang

2 Kecil

>50-500 juta >300juta- 2,5m

5-9 orang

3 Menengah

>500juta- 10m

>2,5m-10m 20-99 orang

(24)

pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek- praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat kewirausahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek-praktek inovasi strategis.

Sedangkan pengertian UMKM menurut Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,-. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 s.d. Rp10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan.

Ciri – Ciri Usaha Kecil Menengah menurut Undang – Undang No 9 Tahun 1995, ciri – ciri usaha kecil menengah adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan paling bersih sebanyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling bannyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

3. Milik warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri.

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum.

(25)

13 Kelebihan dan Kekurangan UKM adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan

a) Organisasi internal sederhana.

b) Mampu meningkatkan ekonomi kemasyarakatan / padat.

c) Relatif aman bagi perbankan dalam pemberian kredit.

d) Bergerak dibidang yang cepat menghasilkan.

e) Mampu memperpendek rantai distribusi.

f) Fleksibilitas dalam pengembangan usaha.

2. Kekurangan

a) Lemah dalam kewirausahaan dan menejerial.

b) Keterbatasan ketersediaan keuangan.

c) Ketidakmampuan pemenuhan aspek pasar.

d) Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi.

e) Ketidakmampuan informasi.

f) Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai.

g) Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama.

h) Sering tidak memenuhi standar.

Definisi lain mengenai UMKM juga dijelaskan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), dimana BPS membagi jenis UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja.

Menurut BPS, usaha kecil identik dengan industrikecil dan industri rumah tangga (IKRT). BPS mengklasifikasi industry berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu:

1. Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang;

2. Industri kecil dengan pekerja 5- 19 orang;

3. Industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;

(26)

4. Industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan dimana usaha mikro yang memiliki kekayaan bersih kurang dari Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan kurang dari Rp 300 juta. usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih dari Rp. 50 juta sampai paling banyak Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 miliar.

2.1.2 Klasifikasi UMKM

Menurut Partomo dan Soejodono (Rahmana 2010), UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

(27)

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub kontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).

Banyak definisi oleh para ahli yang mengemukakan mengenai UMKM berdasarkan tentang konsep UMKM itu sendiri. Suatu komite untuk pengembangan ekonomi (Committee of Economic Development) Mangajukan konsep tentang usaha kecil/menengah dengan menekankan pada kualitas/mutu dari pada kriteria kauntitatifuntuk membedakan perusahaan usaha kecil-menengah dan besar. Ada 4 konsep usaha kecil-menengah tersebut, yaitu:

1. Kepemilikan .

2. Operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan pemodal.

3.Wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitarnya, meskipun pemasarannya dapat melampaui wilayah lokalnya .

4. Ukuran dari perusahaan dalam industri bersangkutan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja/karyawan atau satuan lainnya yang signifikan.

Tiktik Sartika Partomo Dan Abd. Rachman Soejoedono hal : 13 . Ekonomi Skala Kecil/Menengah Dan Koperasi, untuk mengetahui tentang bagaimana karakteristik UMKM di Indonesia, beberapa ahli mengemukakan beberapa kriteria tentang UMKM. Kriteria umum usaha kecil dan menengah dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai berikut:

(28)

a. Struktur organisasi yang sangat sederhana b. Tanpa staf yang berlebihan

c. Pembagian kerja yang “kendur” .

d. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.

e. Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan f. Kurang membedakan aset pribadi dan aset perusahaan.

2.1.3 Karakteristik UMKM

Kutipan lembaga pengembangan perbankan Indonesia (2015) Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang), 2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang, dan 3. Usaha Menengah (jumlah karyawan hingga 300 orang).

Dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu:

1. UMKM Mikro adalah para UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan usahanya, contohnya ; pedagang kaki lima.

2. Usaha Kecil Dinamis adalah kelompok UMKM yang mampu berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan ekspor, contohnya ; pedagang grosir

(29)

3. Fast Moving Enterprise adalah UMKM yang mempunyai kewirausahaan yang cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar, contohnya ; usaha nasional milik negara atau swasta.

2.1.4 Peran UMKM

Ahmad Erani Yustika, Perekonomian Indonesia “Deskripsi, Preskripsi, dan Kebijakan hal : 45” . Perananan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM teraktualisasi pada masa krisis hingga saat ini. Jika memang disepakati bersama bahwa tarikan konsumsi, baik konsumsi domestik maupun konsumsi asing (ekspor), merupakan faktor penggerak ekonomi utama dalam 4 tahun terakhir. Terutama, karena kegiatan investasi dan pengeluaran pemerintah yang sangat terbatas, maka dapat diduga bahwa peran UMKM sebagai bentuk ekonomi rakyat sangat besar.

Secara umum peran UKM dalam perekonomian nasional menurut Departemen Koperasi dan UKM, yaitu :

a. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi b. Penyedia lapangan kerja terbatas

c. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat

d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta kontrbusinya terhadap neraca pembayaran.

Tulus T.H Tambunan, UMKM Di Indonesia,2009) Sudah sering sekali dinyatakan didalam banyak seminar, lokakarya, pertemuan ilmiah dan media massa bahwa UMKM di indonesia sangat penting, terutama sebagai sumber

(30)

pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Pernyatan ini tentu tidak tanpa alasan, fakta menunjukan bahwa memang kesempatan kerja yang diciptakan oleh kelompok usaha tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan tenaga kerja yang bisa diserap oleh usaha besar.

Pada tahun 2008, BAPPENAS melihat peran UMKM dalam pembangunan.

Peran tersebut adalah, pertama, pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Kedua, mengurangi tingkat kemiskinan. Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha skala kecil dan menengah (UKM). Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UKM ternyata tak bisa diabaikan. Racma Fitriati, “Menguak Daya Saing UMKM Industri Kreatif”. (2015).

2.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam suatu kegiatan ekonomi. Dalam suatu proses produksi untuk menciptakan suatu produk dibutuhkan tenaga kerja untuk melakukannya, begitupun dalam kegiatan ditribusi produk hasil produksi. Walaupun dimasa sekarang banyak pula perusahaan yang menggunakan teknologi dalam prosesnya, namun tetap dibutuhkan tenaga kerja dalam mengoperasikannya. Dalam hal ini, perlu adanya kajian lebih dalam definisi tenaga kerja itu sendiri. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

(31)

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Sedangkan pengertian Menurut Badan Pusat Statistik (2003) yang di maksud angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panen, pegawai yang sedang cuti dan sejenisnya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari atau mengharap pekerjaan juga termasuk dalam angkatan kerja. Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja (manpower) sebagai seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun keatas) yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. Lebih lanjut dijelaskan tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga, dalam hal ini dijelaskan penduduk yang masih bersekolah dan penduduk yang mengurus rumah tangga tetap termasuk dalam golongan tenaga kerja, karena mereka sewaktu-waktu dapat bekerja sehingga digolongkan dalam tenaga kerja.

Tenaga kerja juga bukan semata-mata penduduk dalam konteks universal.

Setiap Negara memiliki batas usia tenaga kerja yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri batasan yang dapat disebut sebagai tenaga kerja yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, penduduk di luar batasan usia kerja yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga kerja yaitu menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

(32)

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan yang dilakukan menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Baik diukur secara fisik, kemampuan kerja diukur dengan usia dalam hal ini berusia antara 15-64 tahun. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau.

Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja.

Tenaga kerja Menurut sumarsono (2009:3) tenaga kerja atau man power adalah kelompok penduduk dalam usia kerja. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.Angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja, dan (2) golongan yang menganggur dan mencari peekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, (3) golongan lainlain atau menerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasa untuk bekerja. Oleh karena itu kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potensial labour force.

Tenaga kerja dalam pembangunan merupakan faktor yang potensial bagi pembangunan secara keseluruhan. Tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan pekerjaan. Pengertian tersebut sesuai dengan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-undang Pokok Ketenaga Kerjaan No. 14 Tahun 1990, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

(33)

Sumber daya manusia (SDM) atau Human Resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia, dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.

Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau Man Power. Secara singkat tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia

kerja (Payaman J. Simanjuntak, 2002:45).

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja atau Labor Force dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja,(2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga dan (3) golongan lain-lain atau penerima pendapatan lainnya (Payaman J. Simanjuntak, 2002:45).

Bekerja adalah mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam (Payaman J Simanjuntak,2002:45) seperti :

(34)

1. Pekerjaan tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak bekerja karena cuti, sakit, mogok, perusahaan menghentikan kegiatannya sementara (misalnya kerusakan mesin) dan sebagainya.

2. Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian sedang tidak bekerja karena sakit, menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya.

3. Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter atau tukang. ` Sedangkan mencari pekerjaan adalah :

1. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

2. Mereka yang bekerja tetapi karena suatu hal masih mencari pekerjaan.

3. Mereka yang dibebas tugaskan tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

Sedangkan yang dimaksud bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk yang selama seminggu yang lalu mempunyai kegiatan (Payaman J Simanjuntak, 2002:45) yaitu :

1. Sekolah yaitu mereka yang kegiatan utamanya sekolah.

2. Mengurus rumah tangga yaitu mereka yang kegiatan utamanya mengurus rumah tangga atau membantu tanpa mendapatkan upah.

3. Penerima pendapatan, mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan tetapi memperoleh penghasilan, misalnya pensiunan, bunga simpanan dan sebagainya. Lainnya yaitu mereka yang sudah tidak dapat melakukan

(35)

kegiatan seperti yang termasuk dalam kategori sebelumnya, seperti sudah lanjut usia, cacat jasmani, cacat mental atau lainnya.

Menurut UU Pokok Ketenagakerjaan No.14 Tahun 1969, tenaga kerja didefinisikan sebagai orang yang mampu melakukan pekerjaan dengan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara pisik kemampuan kerja diukur dengan usia atau dengan kata lain orang atau penduduk dalam usia kerja. Jadi tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk dalam usia kerja.

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor formal dan informal. Sektor formal mencakup perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya sektor informal merupakan sektor dengan kegiatan usaha umumnya sederhana, skala usha relative kecil,umumnya sektor informal tidak berbadan hukum, usaha sector informal sangat beragam. Dalam hal ini UKM merupakan salah satu indikasi dari sektor informal (Raselawati, 2011: 44).

Sukirno (2005:6) dilihat dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan atas tiga golongan yaitu: pertama, tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau rendahnya pendidikan dan tidak memiliki keahlian dalam suatu pekerjaan. Kedua, tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja.Ketiga, tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang ilmu tertentu.

(36)

Sedangkan menurut Spector dalam Gumilar (2010). Mengidentifikasikan terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dengan nama Job Satisfaction Survey (JSS), yaitu:

a. Gaji/upah b. Promosi c. Supervisi

d. Tunjangan-tunjangan e. Penghargaan

f. Peraturan prosedur g. Rekan kerja

h. Pekerjaan itu sendiri i. Komunikasi.

2.2.1 Hak Tenaga Kerja Menurut UU Ketenagakerjaan Republik Indonesia

Berikut ini adalah pasal-pasal dari UU Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 13 Tahun 2013.

1. Pasal 77 ayat 2

Waktu kerja meliputi: 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

(37)

2. Pasal 78 ayat 2

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.

Kita sebagai tenaga kerja, sebaiknya mengetahui hak kita sesuai dengan UU Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Jangan sampai kita dirugikan sebagai pihak pekerja karena ketidaktahuan kita akan hak karyawan yang sebetulnya dapat kita klaim.

Berikut ini hak Tenaga Kerja yang umumnya perlu kita ketahui menurut UU Ketenagakerjaan Republik Indonesia :

1. Hak Tenaga Kerja Menjadi Anggota Serikat Tenaga Kerja.

Kita sebagai tenaga kerja memiliki hak untuk membentuk dan menjadi anggota dari serikat tenaga kerja. Kita dan rekan tenaga kerja Kita sangat diperbolehkan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi kerja Kita sesuai dengan minat dan bakat, tidak hanya itu saja, Kita sebagai tenaga kerja mendapatkan jaminan dari perusahaan (tempat Kita bekerja) dalam hal keselamatan, kesehatan, moral, kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat serta martabat berdasarkan norma dan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.

Peraturan Pemerintah yang masuk dalam UU Ketenagakerjaan tersebut tertulis dalam Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 104 tentang Serikat Pekerja dan Undang-undang nomor 21 Tahun 2000 mengenai Serikat Pekerja.

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 mengenai Serikat Pekerja memberikan hukuman pidana kepada siapapun yang melakukan tindakan anti serikat pekerja/serikat buruh. Tindakan yang dimaksud termasuk melarang orang

(38)

membentuk, bergabung atau melakukan aktivitas serikat pekerja/serikat buruh, memecat atau mengurangi upah pekerja/buruh karena melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh, melakukan kampanye anti serikat dan intimidasi dalam bentuk apapun.

2. Hak Tenaga Kerja Atas Jaminan Sosial dan K3 (Keselamatan serta Kesehatan Kerja).

Sebagai tenaga kerja, Kita berhak mendapatkan jaminan sosial yang berisi tentang kecelakaan kerja, kematian, hari tua dan pemeliharaan kesehatan. Bila isi ketentuan perjanjian kerja mengenai hal ini dirasa meragukan, Kita sebagai tenga kerja berhak untuk mengajukan keberatan kepada pihak pemberi kerja atau perusahaan.

3. Hak Tenaga Kerja Menerima Upah yang Layak

Upah Minimum adalah suatu stkitar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Oleh karena pemenuhan kebutuhan yang layak di setiap provinsi berbeda-beda, maka disebut Upah Minimum Provinsi. Menurut Permen No. 1 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 1, upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap. Upah Minimum Provinsi (UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

Upah minimum ini ditetapkan setiap satu tahun sekali oleh gubernur berdasarkan rekomendasi Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi). Selain

(39)

merupakan upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota. Penetapan upah minimum kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur yang penetapannya harus lebih besar dari upah minimum provinsi.

Sebagai informasi, karyawan lelaki dan wanita upahnya harus sama berdasarkan beban kerjanya. Peraturan tersebut tertulis dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003, PP No. 8 Tahun 1981 dan Peraturan Menteri No. 01 Tahun 1999. Jika beban kerja dan gaji Kita tak berimbang, Kita memiliki hak untuk mengajukan kenaikan. Kalau perusahaan mangkir dari tanggung jawabnya, Kita dapat melaporkannya pada Dinas Ketenagakerjaan.

4. Hak Tenaga Kerja atas Pembatasan Waktu Kerja, Istirahat, Cuti &

Libur

UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 79 mengenai waktu kerja : a. Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah

bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.

b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

c. Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.

d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh

(40)

tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

e. Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

2.2.2 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan kemudian dijual kepada konsumen. Adanya pertambahan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa. (Simanjuntak, 2001)

Sedangkan menurut BPS, penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Andre Widdyantoro, Pengaruh Pdb, Investasi, Dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia Periode 2000-2011.

Kuncoro, Haryo. (2002) . Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya

(41)

bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.

Definisi diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar kecilnya permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan menyerap sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan satu produk. Kemampuan untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu dengan sektor yang lain.

4.2.3 Kesejahteraan Tenaga Kerja

Kesejahteraan merupakan suatu bentuk usaha yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan semangat kerja karyawan. Pelayanan kesejahteraan merupakan rangkaian pemberian tunjangan dan fasilitas-fasilitas dalam bentuk tertentu kepada karyawan diluar gaji, biasanya berupa transportasi, uang lembur, cuti, asuransi dan sebagainya.

Pelayanan kesejahteraan karyawan tersebut dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan dalam memperoleh keamanan dari segi fisik dan psikis bagi karyawan beserta keluarganya serta mencipatkan ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal karyawan terhadpa perusahaan sehingga labour turnover relatif rendah. Pakar ilmu manajemen sumber daya manusia telah mendefiniskan pengertian karyawan dlaam berbagai literatur dan buku-buku manajemen sumber daya manusia, sebagai berikut :

(42)

Mengenai kesejahteraan karyawan, Malayu S.P Hasibuan (2007:202) memberi batasan bahwa kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap (material dan nonmaterial) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan, bertujuan mempertahankan kondisi fisik dan mental karyawan agar produktivitas kerja karyawan meningkat.

Adapaun IG. Wursanto (2005:169) mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial atau jaminan sosial adalah suatu bentuk pemberian penghasilan baik dalam bentuk materi maupun non materi, yang diberikan oleh perusahaan pada karyawan untuk selama masa pengabdiannya ataupun setelah berhenti karena pensiun atau karena lanjut usia dlaam usaha pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan materi atau non materi kepada karyawan dengan tujuan untuk memberikan semangat atau dorongan kepada para karyawan.

Sedangkan Heijdrachman dalam buku manajemen personalia (2002:253) mengatakan bahwa program pelayanan kesejahteraan adalah merupakan salah satu fungsi pemeliharaan karyawan dalam rangka menjaga kondisi fisik dan mental dari para karyawan.

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat diperoleh pengertian yang lebih jelas, bahwa kesejahteraan merupakan usaha dari pemimpin perusahaan untuk merangsang dan meningkatkan semangat kerja atau gairah kerja karyawannya sehingga tujuan dari perusahan dapat tercapai.

2.3Penelitian Perdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penelitian-peneltitan yang sudah ada,

(43)

yang memiliki kesamaan dengan judul dan tema dari penelitian yang telah dilakukan oleh penyusun, diantaranya:

1. Jurnal Sudarno (2011), Judul : “Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam Penyerapan Tenaga Kerja”, Metode Pengumpulan Data yaitu data diambil melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden, pedoman wawancara untuk para tenaga lapangan, teknik analis data menggunakan analisa tabulasi dengan membandingkan data antar periode, Hasil Penelitiandengan menggunakan teknik analisa data tersebut diatas maka dapat menyimpulkan seberapa besar pengaruh UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja.

2. Skripsi Achmad Hendra Setiawan (2010) yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang”. Metode yang digunakan yaitu Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analysis regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Hasil penelitian yang ditemukan ialah penelitian menyimpulkan bahwa jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai output dan upah minimum secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kota secara parsial berpengaruh signifikan terhadap terhadap jumlah tenaga kerja, sedangkan nilai output tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Persamaan dengan yang peneliti lakukan yaitu Persamaan penelitian Maharani Tejasari dengan skripsi penulis ialah sama-sama meneliti mengenai peran UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja.

(44)

3. Skripsi Maharani Tejasari (2008) dengan judul “Peran Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Metode yang digunakan yaitu metode analisis linier berganda adalah menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan adalah adata sekunder dari tahun 1996-

2006. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha, Kredit Modal Kerja dan PDB UKM secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan, Kredit Investasi secara signifikan berpengaruh negative terhadap penyerapan tenaga kerja. Pendapatan per kapita memberikan pengaruh yang signifikan secara negative terhadap penyerapan tenaga kerja. Persamaan dengan yang peneliti lakukan yaitu Persamaan penelitian Maharani Tejasari dengan skripsi penulis ialah sama-sama meneliti mengenai peran UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja.

4. Jurnal Ni Made Santi Widiastuti (2014). Judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada SektorUsaha Kecil Menengah (Studi Kasus UkmKerajinan Di Kabupaten Gianyar)”. Metode Penelitian Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan didapatkan bahwa lama usaha berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM Kerajinan di Kabupaten Gianyar.

5. Skripsi Nurafuah (2015) . Judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil Menengah ( UKM ) di ProvinsiI Jawa Tengah Metode

(45)

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan data sekunder. Hasil Penelitian Terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara UKM dengan penyerapan tenaga kerja, terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa tengah.

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka pemikiran yaitu ada tidaknya hubungan antara peranan UMKM dengan penyerapan tenaga kerja dan setelah UMKM tersedia dengan tenaga kerjanya maka apakah tercipta sebuah kesejahteraan tenaga kerja setelah melakukan pekerjaan di UMKM tersebut , berikut dapat dilihat dalam bentuk skema kerang berpikir berikut.

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Penelitian

Pelaku Ekonomi

Peranan UMKM 1. Penyerapan Tenaga Kerja 2. Sebagai Sumber Pendapatan 3. Pemberdayaan Masyarakat 4. Pengembangan Ekonomi Lokal

Masyarakat

Kesejahteraan Tenaga Keja 1. Pendapatan

2. Pendidikan 3. Kesehatan

(46)

Sumber : Diolah peneliti, 2019

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif ini dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail, (Sugiono,2011).

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik, yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Data yang di peroleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi, (S. Margono,2005). Selanjutnya, desain penelitian deskriptif ini nantinya menggunakan teknik studi kasus, yaitu teknik penelitian yang lebih menekankan kedalaman dan keutuhan obyek yang diteliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan).

3.3 Informan penelitian

Menurut Mulya (2016:69), informan adalah pihak yang di harapkan memberikan informasi melalui berbagai pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti

(48)

termasuk untuk mengkonfirmasi data yang di peroleh melalui dokumen dan survei.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong,2012:97).

Adapun dua kategori informan menurut Suyanto (2011:172) yaitu:

1. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dari penelitian ini adalah Pemilik UMKM di Kampung Susuk.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Maka dari itu, informan utama dari penelitian ini adalah Masyarakat atau Tenaga Kerja di Kampung Susuk.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, (Djam’an Satori,2013). Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengumpulan Data Primer 1. Observasi

Observasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subjek penelitian sehingga

(49)

terjadi keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian (Mardalis:

2003).

Observasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana peranan UMKM dalam penyerapan tenaga kerja dan bagaimana kesejahteraan pekerja yang bekerja di UMKM.

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur.Menurut Yusuf (2014:376) wawancara terencara – terstruktur adalah suatu bentuk wawancara di mana pewawancara dalam hal ini peneliti menyusun secara terperinci dan sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan menggunakan format yangbaku.

Dalam hal ini peneliti hanya membacakan pertanyaan yang telah disusun kemudian mencatat jawaban sumber informasi secara tepat.

Wawancara yang peneliti lakukan yaitu terhadap informan kunci adalah pemilik UMKM di kampung susuk nantinya yang akan di ulas dengan beberapa pertanyaan tentang UMKM yang di dirikan dengan Jumlah tenaga kerja yang tersedia, modal yang di keluarkan untuk membangun UMKM tersebut, dan pendapatan yang di terima. Sedangkan untuk informan utama target peneliti adalah tenaga kerja di UMKM di Kampung Susuk wawancara yang dilakukan secara mendalam yaitu mulai dari upah yang yang diterima, jaminan keselamatan kerja, waktu lembur dan waktu libur kerja apakah sudah sesuai dengan UU ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Dokumentasi

(50)

Dokumentasi dapat didapatkan selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77).

Dokumentasi akan di buat oleh peneliti sebagai bukti penelitian nanti antara lain arsip foto penelitian.

Pengumpulan Data Sekunder

Sumber data sekunder penelitian diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan dan bukti yang telah/arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dalam hal ini berkaitan dengan Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah terhadap Penyerpan Tenaga Kerja pada Jl. Abdul Hakim Kampung Susuk, Medan.

3.5 Defenisi Konsep

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai masing- masing konsep, maka definisi konsep yang digunakan dalam peneltiian ini adalah sebagai berikut :

1. Peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam penelitian ini adalah kemampuanmenyerap tenaga kerja,sebagai sumber pendapatan,pemberdayaan masyarakat, danpengembangan perekonomian lokal.

(51)

2. Kesejahteraan tenaga kerja yang dimaksud disini adalahkehidupan yang memenuhi unsur sejahtera seperti memiliki pendapatan yang cukup untuk membeli kebutuhan hidup, dapat memasukkan anak-anak kesekolah yang lebih tinggi, dan dapat membeli obat kesehatan seperti membayar BPJS setiap bulan dan dapat berobat walaupun tidak menggunakan BPJS.

3.6 Teknik Analisis Data

Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain, (Sugiono,2011). Setelah semua data dari lapangan terkumpul, maka penulis akan mengolah data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif- kualitatif, yaitu suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya, Suharsimi Arikunto, 2005. Untuk menganalisa data, peneliti mengikuti konsep Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk informasi yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis,Haris Herdiansyah, 2012). Penulis mereduksi segala informasi yang diperoleh dengan cara merangkum, memilih data yang penting, kemudian data dikategorisasikan sesuai dengan fokus penelitian. Data yang direduksi tersebut memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai Peranan

Gambar

Tabel 1.1Angkatan Kerja Usia 15 Tahun ke Atas
Tabel 1.2 Angkatan Pengannguran Usia 15 Tahun ke Atas
Gambar 1.3 Data Perkembangan UMKM di provinsi Sumatra Utara
Tabel 2.1 Kriteria UMKM
+4

Referensi

Dokumen terkait

UU 25/2007 pada Bab VI mengenai ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa bidang usaha percetakan dalm penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah unit usaha, tingkat upah, dan

Kesempatan kerja menurut Simanjuntak (2005) mengemukakan bahwa besarnya permintaan perusahaan akan tenaga kerja pada dasarnya permintaan masyarakat terhadap barang

1) Menentukan pemasok yang tetap. 2) Memberikan suasana nyaman pada UMKM. Dalam bisnis terdapat beberapa stakeholder yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan salah

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dengan cara menghitung jumlah tenaga kerja yang bekerja di industri

BPJS Ketenagakerjaan merupakan suatu badan publik yang menangani dan menegakkan jaminan sosial terhadap perusahaan dan tenaga kerja di seluruh Indonesia. Sektor

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah

Dari beberapa modal yang terkait dengan kegiatan operasional kerja tersebut tentu penyerapan tenaga kerja sangat dibutuhkan perusahaan jasa laundry, karena untuk