DAFTAR ISI
Halaman Sampul … ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Halaman Persembahan ... iii
Pernyataan ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... ix
Abstract ... x
Daftar Isi ... xi
Daftar Tabel ... xv
Daftar Diagram ... xvii
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran... xxii
Daftar Literasi ... xxiii
BAB I : Pendahuluan ... 1
A. Latar Balakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 11
C. Pertanyaan Penelitian ... 11
D. Tujuan Penelitian ... 12
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Batasan Istilah ... 13
A. Kemampuan Berpikir Matematis ... 15
1. Penalaran Matematis ... 15
2. Komunikasi Matematis ... 18
3. Pemecahan Masalah Matematis ... 20
4. Berpikir Kritis Matematis ... 22
5. Berpikir Kreatif Matematis ... 23
B. Akhlak ... 30
1. Pengertian Akhlak ... 30
2. Ruang Lingkup Akhlak ... 30
3. Hal-hal yang Memperkuat Akhlak ... 31
C. Prestasi Belajar Matematika ... 32
1. Pengertian Prestasi Belajar... 32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 32
D. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam ... 35
1. Pengertian Budaya ... 35
2. Pembelajaran Berbasis Budaya ... 35
3. Pengertian Budaya Islam ... 37
4. Nilai-Nilai Budaya dalam Islam ... 40
5. Keterkaitan antara Nilai-nilai Budaya Islam ... 43
6. Pembelajaran dalam Budaya Islam ... 44
E. Keterkaitan Nilai-nilai Budaya Islam dengan Berpikir Matematis... 49
Akhlak ... 53
G. SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto ……… .. 55
H. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 57
BAB III : Metode Penelitian ... 61
A. Tempat Penelitian ... 61
B. Instrumen Penelitian ... 62
C. Sampel Sumber Data ... 62
D. Teknik Pengumpulan Data ... 63
E. Teknik Analisis Data ... 70
F. Pengujian Keabsahan Data ... 73
BAB IV : Hasil-hasil dan Temuan Penelitian ... 75
A. Analisis Domain ... 75
1. Kondisi SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto ... 75
2. Temuan Awal Penelitian Domain ... 78
3. Analisis Hasil Temuan Awal ... 84
B. Analisis Taksonomi ... 85
1. Instrumen untuk Mengukur Berpikir Matematis ... 87
2. Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa... 88
3. Deskripsi Data Pelaksanaan Nilai-nilai Budaya Islam ... 179
4. Analisis Data Pelaksanaan Nilai-nilai Budaya Islam ... 186
C. Analisis Komponensial ... 191
2. Keterkaitan Komponen Aktivitas Budaya Islam dengan
Komponen Berpikir Matematis ... 201
D. Analisis Data Secara Kuantitatif ... 204
1. Keterkaitan Akhlak dan Prestasi Belajar Matematika ... 205
2. Pengaruh Akhlak Terhadap Prestasi Belajar Matematika ... 217
3. Pengaruh Prestasi Belajar Matematika terhadap Akhlak ... 220
E. Temuan Penelitian ... 225
BAB V : Penutup ... 227
A. Simpulan ... 227
B. Saran ... 232
Daftar Pustaka ... 234
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Kelompok Siswa Berdasarkan Kategori Prestasi Belajar ... 85
Tabel 4.2 : Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa untuk Sub-
materi 1 (Lingkaran) ... 115
Tabel 4.3 : Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa untuk Sub-
materi 2 (Garis Singgung Lingkaran) ... 147
Tabel 4.4 : Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa untuk Sub-
materi 3 (Bangun Ruang Sisi Datar)... 178
Tabel 4.5 : Daftar Surat dan Banyaknya Ayat ... 180
Tabel 4.6 : Perbedaan Tingkat Aktivitas Budaya Islam ... 190
Tabel 4.7 : Keterkaitan Aktivitas Budaya Islam dengan Berpikir Matematis
Siswa Kategori Prestasi Belajar Tinggi ... 191
Tabel 4.8 : Keterkaitan Aktivitas Budaya Islam dengan Berpikir Matematis
Siswa Kategori Prestasi Belajar Sedang ... 196
Tabel 4.9 : Keterkaitan Aktivitas Budaya Islam dengan Berpikir Matematis
Siswa Kategori Prestasi Belajar Rendah ... 198
Tabel 4.10 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika yang Dikelompokkan
Berdasarkan Kategori Akhlak Siswa SMP Al Irsyad
Al Islamiyyah Purwokerto ... 205
Tabel 4.11 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika Responden ... 208
Tabel 4.12 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika yang Dikelompokkan
Sumbang Banyumas ... 210
Tabel 4.13 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika yang Dikelompokkan
Berdasarkan Kategori Akhlak Siswa MTs Negeri Purwokerto .... 213
Tabel 4.14 : Perbedaan Pengaruh Variabel Akhlak dan Pengaruh Variabel
Prestasi Belajar Matematika………..223
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 : Nilai Rata-rata Akhlak dari Tiga Kategori (SMP Al Irsyad
Al Islamiyyah Purwokerto) ... 206
Diagram 4.2 : Nilai Rata-rata Matematika Berdasarkan Kategori Akhlak
(SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto) ... 206
Diagram 4.3 : Nilai Rata-Rata Akhlak dari Tiga Kategori
(SMP Muhammadiyah Sumbang Banyumas) ... 211
Diagram 4.4 : Nilai Rata-rata Matematika Berdasarkan Kategori Akhlak
(SMP Muhammadiyah Sumbang Banyumas) ... 212
Diagram 4.5 : Nilai Rata-Rata Akhlak dari Tiga Kategori (MTs Negeri
Purwokerto) ... 214
Diagram 4.6 : Nilai Rata-rata Matematika Berdasarkan Kategori Akhlak
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Keterkaitan Antara Tahfizh, Sholat dan Doa ……… 44
Gambar 2.2: Keterkaitan Antara Budaya Islam, Pendidikan Berbasis Budaya Islam dan Pembelajaran Berbasis Budaya Islam…… 45
Gambar 4.1: Kegiatan Sholat Dhuha di Masjid………. 78
Gambar 4.2: Kegiatan Tahfizh di Masjid……… 79
Gambar 4.3: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.1………. 87
Gambar 4.4: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.1………. 88
Gambar 4.5: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.1………. 88
Gambar 4.6: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.1………. 89
Gambar 4.7: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.1………. 90
Gambar 4.8: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.1………. 90
Gambar 4.9: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.2………. 92
Gambar 4.10: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.2……… 93
Gambar 4.11: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.2……… 94
Gambar 4.12: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.2……… 94
Gambar 4.13: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.2……… 95
Gambar 4.14: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.2……… 95
Gambar 4.15: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.3……… 97
Gambar 4.16: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.3……… 98
Gambar 4.18: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.3……… 100
Gambar 4.19: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.3……… 101
Gambar 4.20: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.3……… 102
Gambar 4.21: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.4……… 104
Gambar 4.22a: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.4……… 105
Gambar 4.22b: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.4……… 106
Gambar 4.23: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.4……… 107
Gambar 4.24: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.4……… 108
Gambar 4.25: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.4……… 109
Gambar 4.26: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.4……… 110
Gambar 4.27: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.5……… 116
Gambar 4.28: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.5……… 117
Gambar 4.29: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.5……… 119
Gambar 4.30: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.5……… 120
Gambar 4.31a: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.5……… 121
Gambar 4.31b: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.5……… 122
Gambar 4.32: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.5……… 123
Gambar 4.33: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.6……… 126
Gambar 4.34: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.6……… 128
Gambar 4.35: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.6……… 129
Gambar 4.36: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.6……… 131
Gambar 4.37: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.6……….132
Gambar 4.39: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.7……… 136
Gambar 4.40: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.7……… 137
Gambar 4.41: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.7……… 139
Gambar 4.42: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.7……… 140
Gambar 4.43: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.7……… 141
Gambar 4.44: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.7……… 142
Gambar 4.45: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.8……… 147
Gambar 4.46: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.8……… 148
Gambar 4.47: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.8……… 149
Gambar 4.48: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.8……… 149
Gambar 4.49: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.8……… 150
Gambar 4.50: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.8……… 151
Gambar 4.51: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.9……… 153
Gambar 4.52: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.9……… 154
Gambar 4.53: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.9……… 154
Gambar 4.54: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.9……… 155
Gambar 4.55: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.9……… 156
Gambar 4.56: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.9……… 156
Gambar 4.57: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.10……… 159
Gambar 4.58: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.10……… 160
Gambar 4.59: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.10……… 161
Gambar 4.60: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.10……… 162
Gambar 4.62: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.10……… 164
Gambar 4.63: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.11……… 166
Gambar 4.64: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.11……… 168
Gambar 4.65: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.11……… 169
Gambar 4.66a: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.11………… 170
Gambar 4.66b: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.11……… 171
Gambar 4.67: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.11……… 172
Gambar 4.68: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.11……… 173
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat-Surat Ijin Penelitian ... 240
Lampiran 2 : Hasil Pekerjaan Tertulis dan Transkrip Wawancara Berpikir Matematis Siswa ... 243
Lampiran 3 : Angket dan Transkrip Wawancara Nilai-nilai Budaya Islam ... 348
Lampiran 4 : Profil Responden ... 361
Lampiran 5 : Nilai Akhlak dan Nilai Prestasi Belajar Matematika ... 370
Lampiran 6 : Foto-foto Dokumentasi Pembelajaran... 374
Lampiran 7 : Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Matematis Beserta Kunci Jawaban Alternatifnya ... 380
Lampiran 8 : Rubrik Penilaian ... 391
Lampiran 9 : Lembar Observasi untuk Guru dan Siswa ... 394
DAFTAR LITERASI
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ا A ﺯ Z Q
ب B ﺲ S K
ت T ﺶ Sy L
ث Ts ﺺ Sh M
ج J ﺾ Dh N
ح H ﻂ Th W
خ Kh Zh H
د D ‘ ﺀ ‘
ذ Dz ﻍ Gh Y
ر R ﻑ F
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari keberhasilan dalam ranah
kognitif saja, melainkan keterpaduan antara kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sementara ini ada sekolah yang terbuai dengan keberhasilan di
ranah kognitif, sehingga ranah-ranah yang lain menjadi terabaikan. Tuntutan
masyarakat saat ini sudah mulai terasa bahwa kemampuan kognitif bukanlah
segalanya, sehingga harus diimbangi dengan kemampuan yang lain, yaitu
memiliki kepribadian yang baik. Jadi, yang dibutuhkan sekarang ini adalah
generasi yang memiliki intelektual sekaligus memiliki kepribadian yang
mulia.
Pendidikan merupakan ujung tombak harapan masyarakat dalam
menghasilkan suatu generasi. Oleh karena itu upaya untuk mewujudkan
tercapainya generasi yang diharapkan tersebut, lembaga pendidikan dari
tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi perlu melakukan
evaluasi serta inovasi-inovasi proses pendidikan. Usaha tersebut perlu
dilakukan untuk membangun karakter anak didik, agar menghasilkan lulusan
yang benar-benar sesuai harapan masyarakat dan negara.
Pendidikan karakter yang dihimbau oleh Presiden RI sejak Mei 2010
sudah bergulir untuk dikaji oleh para pakar pendidikan. Kebijakan pemerintah
sudah disambut baik oleh para pelaksana pendidikan di lapangan.
Tampaknya, pemerintah berkepentingan terhadap pendidikan karakter ini
karena berharap adanya perbaikan moral bangsa, yang dinilai saat ini sedang
mengalami dekadensi.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang pendidikan karakter,
Islam telah memiliki konsep pendidikan akhlak, yang saat ini belum banyak
dikembangkan. Pendidikan dalam Islam bertumpu pada akhlak atau spiritual
keagamaan. Sebagaimana sabda Nabi “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR. Imam Malik). Hal ini
menunjukkan bahwa pembinaan akhlak menjadi faktor penting dalam
mendasari pembelajaran ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu dalam konsep
pendidikan Islam, intelektual dan spiritual harus berjalan bersama (Bilgrami
dan Asyraf, 1989). Konsep pendidikan Islam ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang Undang.
Menurut UUSPN No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi peserta didik tersebut
dilengkapi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan
bekerja sama.
Khusus dalam pelajaran matematika yang diberikan kepada siswa
SMP, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5)
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Permendiknas no.22 tahun 2006 tentang Standar Isi).
Namun, konsep pendidikan yang dituangkan dalam UUSPN no. 20
tahun 2003 tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh pelaksana pendidikan
di lapangan. Tampaknya para penyelenggara pendidikan lebih mengutamakan
pencapaian prestasi akademik, sehingga melalaikan pencapaian tujuan yang
lainnya. Sebagai contoh, pada umumnya masyarakat menganggap bahwa
keberhasilan pendidikan di sekolah tersebut. Akibatnya muncul sebagian
masyarakat yang kurang peduli terhadap proses pembelajaran dan proses
pendidikan akhlak.
Hasil pengamatan peneliti di lapangan, adanya Ujian Nasional (UN),
nampaknya keberanian guru untuk mengembangkan model pembelajaran
menjadi rendah. Ada kemungkinan guru sedini mungkin mengejar target agar
sejumlah materi segera dapat diserap oleh siswa, dan selanjutnya siswa didrill
dengan soal-soal untuk persiapan UN. Hal ini berdampak kreativitas dalam
pembelajaran menjadi rendah, baik bagi guru maupun bagi siswa.
Nampaknya siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan jawaban
dengan caranya sendiri, atau mencari alternatif jawaban lain.
Berdasarkan kasus-kasus di lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa
pembelajaran matematika saat ini tampaknya belum mengembangkan
kemampuan berpikir matematis siswa secara maksimal. Oleh karena itu perlu
dicari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Demikian juga, pada
dasarnya setiap siswa mempunyai potensi berpikir kritis dan kreatif (Harris,
2004). Permasalahannya, bagaimana cara mengembangkan potensi tersebut
melalui proses pembelajaran di kelas.
Kuatnya dorongan untuk dilakukan pembenahan proses pendidikan
yang dapat menghasilkan generasi intelektual yang berkepribadian mulia,
maka perlu dilakukan penelitian pada sekolah-sekolah yang melakukan upaya
untuk pembentukan akhlak mulia. Penelitian yang dimaksud adalah
yang berbasis budaya Islam yang telah melakukan upaya pengkondisian
terhadap siswa untuk terbentuknya akhlak yang mulia.
Dipilihnya Kabupaten Banyumas sebagai tempat penelitian, karena
kabupaten ini berpenduduk 1.853.249 jiwa dan 98% beragama Islam.
Masyarakat Banyumas adalah masyarakat yang kental dengan budaya
Banyumasannya. Oleh karena itu budaya Islam yang berkembang sangat
memungkinkan berasimilasi dengan budaya Banyumasan. Kuatnya budaya
Banyumasan ini mengakibatkan suasana agamis kurang begitu nampak,
walaupun jumlah masjid di kabupaten ini mencapai 1.747 bangunan dan
jumlah musholla mencapai 435 bangunan. Dalam kehidupan sehari-hari,
ternyata yang lebih menonjol adalah budaya Banyumasannya daripada
budaya Islamnya.
Masyarakat Banyumas sebenarnya menaruh perhatian yang cukup
besar terhadap pendidikan agama Islam. Hal ini dapat diamati dari banyaknya
sekolah diniyah yang saat ini telah mencapai 244 madrasah. Disamping itu,
sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Departeman Agama juga cukup
banyak yaitu ada 171 Madrasah Ibtidaiyah, 43 Madrasah Tsanawiyah, dan 13
Madrasah Aliyah (Banyumas dalam Angka, 2011). Namun demikian, sekolah
yang mempunyai perhatian serius dalam pendidikan akhlak masih belum
banyak.
Dipilihnya SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto sebagai obyek
penelitian, karena SMP ini memiliki karakteristik khusus yang diminati
SMP umum yang sistem pendidikannya sama seperti SMP pada umumnya
yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Prestasi sekolah
ini selalu berada pada level bawah, baik untuk tingkat kelulusan (nilai UN)
maupun untuk prestasi dalam berbagai kegiatan yang lain. Kemudian sejak
tahun 2000 mengubah diri menjadi SMP IT (Islam Terpadu) dengan model
pendidikan fullday (yaitu pendidikan yang jam pelajarannya dari pagi hari
sampai sore hari).
Sejak menjadi SMP IT, sekolah ini mulai menerapkan budaya Islam,
yaitu dengan memasukkan nilai-nilai budaya Islam seperti hafalan Al Qur‟an
(tahfizh) dan kegiatan sholat berjama‟ah. Mulai saat itu secara bertahap SMP
IT Al Irsyad Purwokerto mengalami kemajuan. Tiga tahun kemudian,
tepatnya pada tahun 2003 SMP IT Al Irsyad Purwokerto ini berubah nama
menjadi SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto. Sekolah ini terus
berkembang sampai dapat meraih ranking terbaik di tingkat kabupaten. Oleh
karena itu perlu diteliti, mengapa SMP ini mengalami kemajuan yang pesat,
khususnya dalam prestasi akademik.
SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto merupakan sekolah yang
telah menyatakan dirinya sebagai sekolah yang berbasis budaya Islam, yang
tertuang dalam KTSP yang disusunnya. Seluruh kegiatan sekolah yang
dilakukan bernuansa Islam. Pembentukan akhlak menjadi prioritas dalam
mencapai prestasi akademik. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan spiritual
menjadi bagian utama kegiatan harian, di samping kegiatan-kegiatan yang
lainnya yang merupakan bagian dari aktivitas budaya Islam.
Budaya Islam adalah budaya yang diwarnai corak (ajaran) Islam
dalam kedudukannya sebagai aqidah dan metode kehidupan (Al-Sharqawi,
1986). Menurut Hasjmy (1993) Kebudayaan Islam adalah penjelmaan akal
dan rasa orang Islam, yang berarti bahwa kebudayaan Islam bersumber pada
orang Islam. Dengan demikian ragam nilai budaya Islam itu sangat luas,
mencakup aktivitas peribadatan sampai aktivitas kehidupan sosial. Nilai-nilai
budaya Islam yang dapat diamati antara lain, pelaksanaan tertib sholat,
tertib puasa, bersedekah dan bakti sosial, membaca dan menghafal Al Qur‟an,
kegiatan doa, saling menolong sesama teman, saling memaafkan, berjabatan
tangan, mengakui kesalahan, kejujuran, serta berbakti kepada guru dan orang
tua. Adapun nilai budaya Islam yang akan disoroti berkaitan dengan
kemampuan berpikir matematis siswa antara lain kegiatan sholat, kegiatan
doa, dan hafalan Al Qur‟an (tahfizh).
Sholat ibarat generator yang mengisi ruh setiap hari. Sholat
merupakan “stasiun pengisi bahan bakar” bagi tubuh. Ketika tekad berkurang,
semangat menurun, dan badan melemah, sholat datang untuk mensuplai
dengan bahan bakar Ilahi (Khaled, 2011). Oleh karena itu salah satu fungsi
sholat yang dilakukan 5 kali dalam sehari semalam merupakan kekuatan yang
dapat mengendalikan emosi, sehingga otak selalu segar, dan mampu
melakukan penalaran yang tinggi. Demikian juga sholat dapat menjadi sarana
tepat waktu menjadi sebuah jaminan bahwa mereka adalah orang yang
disiplin atau tertib. Oleh karena itu perbedaan kesungguhan dan keteraturan
dalam menjalankan ibadah sholat diduga akan memberikan kemampuan
berpikir yang berbeda-beda khususnya dalam kemampuan penalaran, dan
keteraturan dalam menyelesaikan masalah matematis.
Pada sisi lain, pelaksanaan sholat yang tertib dan penuh dengan
kesungguhan dapat mengontrol seseorang untuk selalu ingat (dzikir) kepada
Allah SWT. Jika kondisi selalu ingat kepada Allah dapat terkontrol, maka
akhlak menjadi terkontrol untuk tidak berbuat maksiat (Khaled, 2011).
Sebagaimana firman Allah dalam (QS Al Ankabut: 45) „Dirikanlah Sholat,
sesungguhnya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar‟.
Berdoa merupakan kebutuhan setiap orang yang ingin sukses dalam
setiap usahanya. Berdoa berkaitan erat dengan sebuah keyakinan, bahwa di
luar kekuatan manusia ada kekuatan hakiki yaitu kekuatan Tuhan. Hikmah
berdoa adalah agar manusia mengakui segala kekurangannya dan tidak
menjadi sombong. Orang yang berdoa berarti telah percaya dan yakin bahwa
Allah akan mengabulkannya jika kita berdoa kepadanya (Khaled, 2011).
Sebagaimana firman Allah dalam (QS Al Mu‟min: 60) ’Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-Ku akan masuk
Jahannam dalam keadaan hina dina". Oleh karena itu perbedaan
keyakinan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah, khususnya
dalam masalah matematis.
Pada sisi lain, kebiasaan berdoa akan menumbuhkan akhlak yang
mulia, yaitu menumbuhkan pengakuan bahwa manusia tidak mempunyai
kekuatan kecuali kekuatan dari Allah. Setiap kesuksesan yang diraihnya
adalah atas izin Allah, sehingga manusia tidak boleh sombong. Demikian
juga, ketika seseorang mengalami kegagalan, maka dia tidak akan berputus
asa.
Menghafal Al Qur‟an membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Semakin
banyak yang dihafal berarti semakin tinggi konsentrasi yang dibutuhkan.
Proses menghafal adalah seperti bola salju yang menggelinding, yang
semakin besar. Artinya surat-surat yang sudah dihafal akan dipertahankan
terus sambil menambah surat baru. Orang yang menghafal Al Qur‟an, berarti
sedang melakukan pengulangan kata dan penambahan kata baru. Hal ini akan
memperlebar kapasitas dinamika otak (Hulusi, 2006). Pendapat senada juga
dikemukakan oleh Goleman bahwa neocortex (yaitu lapisan paling atas pada
otak yang memberi kemampuan mengingat atau berpikir) akan membesar
sebanding dengan besarnya kelompok yang mampu dibentuk (Agustian,
2001). Artinya bahwa semakin besar hafalan yang terhimpun maka neocortex
semakin besar, yang berarti pula daya ingat dan daya pikirnya semakin kuat.
Oleh karena itu, perbedaan banyaknya hafalan yang dimiliki siswa diduga
kemampuan penalaran, berpikir kritis, berpikir kreatif, kecermatan dalam
menyelesaikan masalah serta komunikasi matematis.
Kegiatan-kegiatan nilai-nilai budaya Islam berpengaruh positif
terhadap diri siswa, yaitu membentuk akhlak siswa yang mulia. Akhlak mulia
adalah perwujudan dari pengamalan Islam (Khaled, 2010). Oleh karena itu,
kegiatan membaca dan hafalan Al Qur‟an diharapkan mampu mendorong
siswa cinta pada Al Qur‟an, serta lebih mengenal Allah SWT. Demikian juga,
pelaksanaan sholat yang sungguh-sungguh diharapkan dapat mencegah dari
perbuatan keji dan munkar. Kegiatan doa yang dilakukan dengan penuh
keyakinan diharapkan akan dapat mengakui segala kekurangan dirinya
sehingga akan terhindar dari rasa sombong. Apabila kegiatan nilai-nilai
budaya Islam yang dikondisikan ini dilakukan secara terus menerus dan
menjadi pembiasaan maka akan membentuk akhlak siswa yang baik. Akhlak
yang baik diduga akan meningkatkan efektivitas kemampuan berpikir,
khususnya berpikir matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, diduga ada pengaruh pengkondisian
nilai-nilai budaya Islam terhadap keberagaman kemampuan berpikir matematis,
yang meliputi penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah serta berpikir
kritis, dan berpikir kreatif dalam pembelajaran berbasis budaya Islam. Oleh
karena itu peneliti mengambil judul penelitian „Gambaran Kemampuan
Berpikir Matematis, Akhlak, dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka fokus dalam
penelitian ini adalah „Bagaimana gambaran kemampuan berpikir matematis
siswa, akhlak, dan prestasi belajar matematika siswa SMP dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya Islam?‟
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan fokus penelitian di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi
perhatian peneliti untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini,
yaitu: Pembelajaran Berbasis Budaya Islam (PBBI) dan gambaran
kemampuan berpikir matematis, akhlak, dan prestasi belajar matematika
siswa. Selain itu, diperhatikan pula kemampuan awal matematika siswa
(tinggi, sedang, dan rendah) yang digunakan sebagai variabel kontrol. Oleh
karena itu, berdasarkan fokus penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir matematis siswa SMP dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya Islam dilihat dari aspek level prestasi
belajar (tinggi, sedang, rendah)?
2. Bagaimana kontribusi pelaksanaan nilai-nilai budaya Islam terhadap
kemampuan berpikir matematis siswa SMP?
3. Bagaimana kaitan akhlak dengan prestasi belajar matematika siswa SMP
4. Bagaimana pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar matematika siswa
SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam?
5. Bagaimana pengaruh prestasi belajar matematika terhadap akhlak siswa
SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam?
D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dikemukakan di atas, secara umum
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampan berpikir
matematis siswa dalam pembelajaran berbasis budaya Islam. Secara rinci
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan kemampuan berpikir matematis siswa SMP dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya Islam, yang meliputi penalaran,
komunikasi, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan berpikir kreatif
ditinjau dari level prestasi belajar.
2. Mendeskripsikan kontribusi pelaksanaan nilai-nilai budaya Islam
terhadap kemampuan berpikir matematis siswa SMP.
3. Mengetahui keterkaitan akhlak dan prestasi belajar matematika siswa
SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam.
4. Mengetahui pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar matematika siswa
SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam.
5. Mengetahui pengaruh prestasi belajar matematika terhadap akhlak siswa
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi siswa, penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya Islam menambah
keyakinan, membentuk akhlak, juga meningkatkan kemampuan berpikir
matematis.
2. Bagi guru yang terlibat dalam penelitian ini, mendapat pengalaman nyata
menerapkan Pembelajaran Berbasis Budaya Islam yang dikatakan dapat
membangun akhlak siswa, juga dapat mengembangkan kemampuan
berpikir matematis siswa.
3. Bagi sekolah, menjadi masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
yaitu untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia dan cerdas.
4. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi masukan untuk
mengembangkan sistem pendidikan, sesuai dengan tuntutan otonomi
daerah untuk mewujudkan masyarakat yang agamis, cerdas dan kreatif.
5. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir matematis pada berbagai jenjang pendidikan.
F. BATASAN ISTILAH
1. Gambaran adalah profil yang diungkap baik dengan gambar, ilustrasi,
atau dengan deskripsi kata-kata.
2. Kemampuan Berpikir Matematis adalah kemampuan berpikir siswa
matematis, komunikasi matematis, dan pemecahan masalah matematis,
serta berpikir kritis matematis, dan berpikir kreatif matematis.
3. Akhlak adalah kepribadian seseorang yang muncul tanpa direkayasa
sebagai wujud pengamalan ajaran Islam.
4. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam (PBBI) adalah pembelajaran
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengawali pembelajaran dengan doa
b. Memberi motivasi belajar
c. Menyampaikan garis besar materi (muhadharah)
d. Membentuk kelompok belajar (halaqah)
e. Memberikan masalah untuk dipecahkan secara kerja kelompok.
f. Membimbing siswa untuk bernalar dan berpikir kreatif dalam
memunculkan ide-ide untuk menyelesaikan masalah.
g. Menanamkan nilai-nilai akhlak dan keimanan kepada siswa dengan
cara menyampaikan suatu ayat Al Qur‟an atau Hadits atau cerita
keteladanan para sahabat Nabi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran
(mixed methods) dengan desain sequential exploratory (Creswell, 2008).
Dipilihnya metode campuran karena dalam penelitian ini ingin dideskripsikan
kemampuan berpikir matematis secara verbal serta keterkaitan akhlak dan prestasi
belajar matematika secara numerik. Prosedur utama pengumpulan dan analisis
data secara induktif. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan data yang
lebih komprehensif, serta hasil penelitian kualitatif dapat diberlakukan lebih luas
(Sugiyono, 2012). Data utama dalam penelitian ini adalah data kualitatif, untuk
menemukan gambaran kemampuan berpikir matematis siswa, serta menemukan
pernyataan hipotetik yang terkait dengan nilai-nilai budaya Islam terhadap
gambaran kemampuan berpikir matematis siswa. Selanjutnya melakukan
eksplorasi terhadap hasil penelitian kualitatif dengan cara memaparkan dan
menganalisis data secara kuantitatif. Hasil-hasil analisis kuantitatif ini digunakan
untuk mendukung temuan dalam kualitatif, atau bahkan melengkapi hasil temuan
dalam kualitatif.
A. TEMPAT PENELITIAN
Tempat penelitian yang dipilih adalah SMP Al Irsyad Al Islamiyyah
Purwokerto Jl. Jatiwinangun Gang Arjuna Purwokerto. Dipilihnya tempat ini,
akhlak dan intelektual berjalan selaras. SMP ini di bawah naungan yayasan
Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto, suatu perhimpunan keagamaan yang
peduli terhadap budaya Islam untuk dipraktekkan dalam segala aspek
kehidupan.
B. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan guru
matematika SMP Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto yang dilengkapi dengan
panduan wawancara, lembar observasi dan alat-alat untuk dokumentasi
(video, kamera dan voice recorder). Instrumen utama adalah peneliti dengan
alasan antara lain : (1) peneliti yang akan bersentuhan langsung dengan
responden, (2) peneliti yang dapat merasakan, memahami dan menghayati
secara kompeten dan simultan atas aneka fenomena, (3) peneliti yang
memungkinkan menggali lebih jauh data terhadap fenomena atau respon yang
aneh, (4) peneliti yang akan mengambil kesimpulan.
C. SAMPEL SUMBER DATA
Sebagai sampel dipilih siswa kelas VIII, dan diambil satu kelas yang
terbaik (sampel bertujuan) untuk dijadikan sumber data, yang dibagi dalam 3
kategori yaitu kategori prestasi belajar tinggi, kategori prestasi belajar sedang
dan kategori prestasi belajar rendah. Adapun untuk kepentingan wawancara
yang mendalam, dipilih 2 siswa kategori prestasi belajar tinggi, 2 siswa
Penentuan kategori ini dilakukan berdasarkan hasil tes kompetensi akhir
semester 2.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Tes
Tes digunakan untuk pengumpulan data kemampuan berpikir matematis yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu tes pertama submateri lingkaran yang terdiri 4
soal, tes kedua submateri garis singgung lingkaran yang terdiri dari 3 soal dan
tes ketiga bangun ruang sisi datar yang terdiri dari 4 soal. Ketiga tes tersebut
masing-masing untuk mengukur gambaran kemampuan berpikir yang
meliputi kemampuan:
a. penalaran matematis
b. komunikasi matematis
c. pemecahan masalah matematis
d. berpikir kritis matematis
e. berpikir kreatif matematis
Guna menghimpun data tersebut, digunakan rubrik penilaian yang formatnya
meliputi:
No. Komponen Indikator
1 Komunikasi matematis a. Memberikan respon yang lengkap dan jelas.
Pembahasan tidak membingungkan
matematika yang tepat d. Efektif untuk audien e. Memberikan argumen yang
kuat, logis dan lengkap 2 Pemecahan masalah matematis a. Mengidentifikasi masalah
b. Mengumpulkan informasi
3 Berpikir kreatif matematis a. Fluency (kelancaran) :
menghasilkan sejumlah besar
c. Memberikan contoh dan
Selanjutnya rubrik penilaian kemampuan berpikir matematis, dapat dilihat
dalam lampiran 8.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana guru mengajar dan
bagaimana siswa belajar dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan
oleh peneliti sendiri atau guru matematika yang tidak sedang mengajar,
menggunakan lembar observasi yang berisi komponen-komponen yang harus
diamati. Pengamat juga mencatat temuan-temuan dalam observasi. Jenis
observasinya adalah participant observation. Adapun komponen-komponen
kegiatan guru dan kegiatan siswa, dijabarkan sebagai berikut :
(i) Kegiatan Guru
6 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
7 Memberi apresiasi/penghargaan kepada siswa yang bertanya
8 Meminta siswa untuk membentuk kelompok (halaqah)
9 Melakukan pengamatan
11 Melakukan scaffolding untuk membangun penalaran siswa
12 Meminta siswa untuk mewakili kelompoknya tampil ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi.
13 Memberi penguatan dan pelurusan terhadap hasil diskusi
14 Memberikan pertanyaan yang reflektif untuk membangun berpikir kreatif
15 Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi 16 Memberikan tugas pengayaan
17 Memberi pembinaan akhlak dan keimanan 18 Memimpin doa penutup
(ii) Kegiatan Siswa
NO Komponen Kegiatan Siswa 1 Doa bersama
2 Memperhatikan motivasi guru
3 Menjawab pertanyaan guru dalam apersepsi 4 Memperhatikan keterangan guru ketika
disampaikan tujuan pembelajaran.
5 Mendengarkan dengan penuh perhatian pada saat guru menyampaikan materi.
6 Menanyakan hal-hal yang kurang jelas 7 Percaya diri atau berani bertanya 8 Membentuk kelompok (halaqah)
9 Bisa kerja sama dalam kelompok (bisa menghargai pendapat teman dll)
10 Menanyakan kepada guru hal-hal yang belum tahu terhadap materi diskusi.
11 Salah satu siswa maju untuk menyampaikan hasil diskusi.
12 Dialog siswa dengan guru, ketika guru membahas hasil diskusi.
13 Berani menjawab pertanyaan dari teman. 14 Berani menjawab pertanyaan dari guru. 15 Salah satu siswa menyimpulkan materi 16 Menerima tugas pengayaan
17 Mendengarkan pesan-pesan dari guru tentang keimanan dan akhlak.
18 Doa bersama
Selanjutnya lembar observasi untuk guru dan siswa dapat dilihat dalam
lampiran 9.
3. Angket
Angket digunakan untuk menggali minat siswa, aktivitas siswa baik di
sekolah maupun di rumah yang terkait dengan budaya Islam, serta pengakuan
siswa tentang dukungan orang tua terhadap dirinya. Ada 10 pertanyaan yang
harus diisi siswa. Jawaban siswa pada angket tersebut, selanjutnya
dikonfirmasi lewat wawancara. Bentuk angket dapat dilihat pada lampiran 3.
4. Wawancara
Wawancara mendalam, menggunakan voice recorder dan panduan
wawancara. Wawancara dilakukan kepada beberapa siswa yang dipilih.
Dalam hal ini ada 6 siswa yang dipilih sebagai responden. Dua siswa kategori
prestasi belajar tinggi yang diberi kode A1 dan A2, dua siswa kategori
prestasi belajar sedang yang diberi kode B1 dab B2, serta dua siswa kategori
prestasi belajar rendah yang diberi kode C1 dan C2. Pertanyaan dalam
wawancara digiring dari hasil catatan dalam observasi maupun dari catatan
hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal. Jenis wawancaranya adalah
open-ended, agar dapat ditelusuri permasalahan yang sebenarnya. Lingkup
pertanyaan meliputi aktivitas dalam proses pembelajaran, kemampuan
berpikir matematis, serta aktivitas nilai-nilai budaya Islam siswa baik di
5. Dokumentasi
Dokumentasi menggunakan kamera (video) untuk mendokumentasikan
proses pembelajaran dan hal-hal penting yang ditemukan dalam penelitian,
baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
6. Khusus untuk data kuantitatif
Data kuantitatif diambil melalui dokumen nilai akhir semester dari guru
bidang studi matematika yang belum diolah menjadi nilai rapor. Nilai akhir
semester yang dimaksud terdiri dari nilai kepribadian (akhlak) dan nilai ujian
kompetensi.
Data yang dikumpulkan melalui berbagai teknik pengambilan data,
selanjutnya dianalisis secara komprehensif untuk menjawab pertanyaan
penelitian, dengan cara menganalisis satu per satu jawaban siswa pada soal
tes untuk mengukur kemampuan berpikir matematis setiap responden yang
dikuatkan dengan hasil wawancara. Selanjutnya dianalisis satu per satu
aktivitas siswa yang terkait dengan budaya Islam untuk setiap responden
berdasarkan hasil angket dan wawancara. Berdasarkan hasil tersebut,
kemudian dilakukan pengkaitan hasil yang diperoleh dari analisis aktivitas
budaya Islam dengan hasil analisis kemampuan berpikir matematis.
Kevalidan simpulan dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu memadukan data
dari berbagai teknik pengambilan data.
Data kuantitatif yang diperoleh dari dokumentasi guru, selanjutnya
sebagai variabel bebas dan nilai prestasi belajar matematika sebagai variabel
terikat. Adapun rumus Korelasi Pearson adalah sebagai berikut:
X : variabel akhlak
Y : variabel prestasi belajar matematika
Koefisien korelasinya,
r = n xy− x y
n x2−( x)2 ( n y2−( y)2 )
Adapun untuk melihat pengaruh variabel akhlak terhadap variabel prestasi
belajar matematika atau pengaruh variabel prestasi belajar matematika
terhadap variabel akhlak, digunakan Regresi Linier Sederhana yang
rumusnya,
Selanjutnya untuk menentukan koefisien determinasi, dengan cara
mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%. Besarnya koefisien
belajar matematika (Y) yang ditentukan atau dijelaskan oleh variabel akhlak
(X) (Creswell, 2008).
Analisis data ini menggunakan program SPSS ver. 16.0 untuk
mendapatkan koefisien korelasi dan persamaan regresinya. Hasil analisis data
kuantitatif ini digunakan untuk mendukung atau melengkapi hasil analisis
data kualitatif.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Menurut Sugiyono (2008), teknik analisis data kualitatif yang dilakukan
adalah:
a. Analisis Domain
Analisis domain dilakukan pada saat memasuki lapangan penelitian untuk
mengetahui situasi awal.
Contoh:
Situasi yang ditemukan pada saat memasuki lapangan, yaitu:
Adanya pembelajaran tahfizh (hafalan) Al Qur’an. Pembelajaran
tahfizh dilakukan secara terjadwal. Pada saat jam tahfizh para siswa
menuju ke masjid, kemudian membentuk kelompok-kelompok
(halaqah) untuk pembelajaran. Masing-masing kelompok terdiri
kurang lebih 10 siswa yang dibimbing oleh seorang guru. Mula-mula
hafalan itu dilakukan secara bersama-sama kemudian dilanjutkan
secara satu per satu. Kemajuan hafalan tersebut dicatat dalam buku
Analisis terhadap kondisi ini, sebagai berikut:
Kegiatan hafalan (tahfizh) ini merupakan kegiatan yang terukur,
karena dicatat dalam buku kemajuan hafalan siswa. Ternyata
kemajuan setiap siswa berbeda-beda. Kegiatan ini dilakukan secara
kontinu dan terjadwal. Oleh karena itu kegiatan tahfizh ini dipilih
sebagai komponen budaya Islam yang akan dikaitkan dengan
kemampuan berpikir matematis siswa.
b. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi dilakukan setelah menentukan fokus dan pengumpulan
data. Data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan fokus penelitian yang
diajukan, yaitu gambaran kemampuan berpikir matematis siswa
Contoh hasil pekerjaan siswa pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Dalam soal ini ingin diungkap kemampuan komunikasi matematis dan
berpikir kreatif matematis. Walaupun demikian, tidak menutup
Analisis terhadap jawaban soal tersebut sebagai berikut:
Dia memberikan jawaban yang lengkap dan jelas. Komunikasi
matematisnya cukup baik khususnya dalam mendefinisikan beberapa
pengertian dalam bagian-bagian lingkaran tersebut. Bahasanya mudah
dipahami, karena didukung pemahaman konsep dan prinsip
matematika yang baik. Dia dalam menjawab masalah cukup efektif.
Berpikir kritisnya nampak dalam menjelaskan bagian-bagian
lingkaran, pada saat jawaban tersebut dikonfirmasi. Kemampuannya
dalam memberikan contoh lebih dari satu, menunjukkan adanya
kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu pada komponen
kelancaran.
c. Analisis Komponensial
Analisis komponensial dilakukan pada tahap seleksi dengan menggunakan
pertanyaan struktural. Pengambilan kesimpulan dilakukan sesuai dengan
komponen-komponen yang diajukan dalam pertanyaan penelitian.
Contoh:
Kemampuan berpikir matematis yang beragam dari ketiga kategori
prestasi belajar, dikaitkan dengan tingkat keberagaman aktivitas
budaya Islam dari ketiga kategori tersebut. Diperoleh keterkaitan
antara aktivitas dalam budaya Islam terhadap kemampuan berpikir
matematis. Hasil ini diuraikan kembali sehingga diperoleh keterkaitan
d. Analisis Tema
Analisis tema dilakukan setelah analisis komponensial. Analisis ini digunakan
untuk meluruskan tema yang diajukan dalam penelitian.
Contoh: Tema awal penelitian adalah sebagai berikut:
Gambaran Berpikir Matematis Siswa SMP.
Setelah dilakukan analisis komponen, tema berubah menjadi:
Gambaran Kemampuan Berpikir Matematis, Akhlak dan Prestasi
Belajar Matematika Siswa SMP.
F. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA
Data yang diperoleh perlu diuji keabsahannya. Seperti halnya dalam
penelitian kuantitatif, dikenal adanya uji validitas dan reliabilitas. Dalam
penelitian kualitatif, untuk uji keabsahan data pada umumnya meliputi uji
kredibilitas, uji dependabilitas, dan uji obyektivitas (uji konfirmabilitas).
Beberapa uji keabsahan tersebut, yang utama adalah uji kredibilitas. Adapun
langkah masing-masing uji tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Uji kredibilitas yaitu menguji kevalidan dengan cara melakukan uji
triangulasi (misal, melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi).
b. Uji dependabilitas yaitu untuk menguji konsistensi dengan cara
mempertahankan konsistensi terhadap teknik pengumpulan data,
penggunaan konsep dan penafsiran atas fenomena.
c. Uji obyektivitas (uji konfirmabilitas) yaitu dengan cara mengkonfirmasi
berbagai pihak (auditor) untuk melakukan audit trial, dan mengundang
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Penelitian ini menemukan gambaran berpikir matematis siswa SMP dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya Islam adalah sebagai berikut :
1. Gambaran kemampuan berpikir matematis siswa SMP dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya Islam ditinjau dari kelompok kategori
prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi, baik
secara lisan, tertulis, maupun menggunakan gambar dapat dikatakan
baik. Adanya upaya memberikan penjelasan secara lengkap,
sehingga komunikasinya mudah untuk dipahami. Upaya tersebut
didukung dengan produktivitas “kata” nya yang relatif banyak.
Kategori prestasi belajar sedang, komunikasi secara lisan, tertulis,
maupun menggunakan gambar dapat dikatakan cukup baik. Mereka
hanya menulis sesuai dengan kebutuhan tanpa ada upaya penjelasan
secara lengkap. Komunikasinya masih dapat dipahami, meskipun
didukung oleh produktivitas “kata” yang relatif cukup. Kategori
prestasi belajar rendah, komunikasi secara lisan, tertulis, maupun
menggunakan gambar dapat dikatakan kurang baik. Mereka hanya
secara lengkap. Komunikasinya masih susah dipahami, karena
produktivitas “kata” nya yang relatif sedikit.
b. Penalaran matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi
mencakup penalaran secara deduktif dan induktif. Kemampuan
menggunakan kedua jenis penalaran tersebut dapat dikatakan baik,
dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dalam menyelesaikan soal.
Kemampuan tersebut didukung oleh pemahaman konsep dan
prosedur matematis yang relatif tinggi. Kategori prestasi belajar
sedang, mencakup penalaran secara deduktif dan induktif. Namun
mereka lebih dominan dalam menggunakan penalaran secara
deduktif. Kemampuan penalaran mereka didukung oleh pemahaman
konsep dan prosedur matematis yang cukup baik. Adapun kategori
prestasi belajar rendah mencakup penalaran deduktif dan induktif.
Namun mereka lebih dominan dalam penalaran secara induktif.
Kemampuan penalaran mereka dapat dikatakan kurang baik, karena
pemahaman konsep dan prosedur matematisnya masih tergolong
rendah.
c. Pemecahan masalah matematis siswa kategori prestasi belajar
tinggi, lengkap dan jelas serta dapat menggunakan strategi
pemecahan masalah secara tepat. Kemampuan pemecahan masalah
ini nampaknya didukung oleh kemampuan berpikir kreatif dan
berpikir kritis, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan
sedang, kemampuan pemecahan masalahnya cukup jelas dan dapat
menggunakan strategi pemecahan masalah secara tepat. Namun,
mereka sering kurang cermat dalam perhitungan. Dalam pemecahan
masalah pada umumnya mereka tidak melakukan pengecekan
kembali (looking back) secara cermat. Oleh karena itu kemampuan
pemecahan masalahnya dapat dikatakan cukup baik. Kategori
prestasi belajar rendah, kurang jelas dalam pemecahan masalah,
serta penggunaan strategi pemecahan masalahnya masih kurang
terarah, bahkan dapat dikatakan mereka kurang mampu dalam
memecahkan masalah. Mereka pada umumnya kurang teliti, dan
keinginannya langsung menyelesaikan masalah tanpa melakukan
identifikasi masalah serta pengecekan kembali (looking back).
Pemecahan masalahnya dapat dikatakan kurang baik.
d. Berpikir kritis matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi,
nampak dalam setiap langkah menyelesaikan masalah dengan
argumentasi yang valid, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa
dalam kelompok ini, dapat dikatakan baik. Kategori prestasi
belajar sedang, nampak dalam setiap menyelesaikan masalah
dengan argumentasi yang cukup valid, khususnya dalam
mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritisnya tergolong
cukup baik. Kategori prestasi belajar rendah, berpikir kritis
rendah, dengan argumentasi yang kadang kurang valid. Kemampuan
berpikir kritisnya dapat dikatakan kurang baik.
e. Berpikir kreatif matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi
bervariasi meliputi kelancaran, keluwesan, kerincian, dan keaslian.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir
kreatifnya baik. Kategori prestasi belajar sedang, berpikir kreatif
matematisnya bervariasi meliputi kelancaran, keluwesan, kerincian,
dan keaslian. Adapun untuk unsur keluwesan lebih nampak dalam
bentuk klasikal, artinya unsur keluwesan secara individu masih
kurang tetapi secara klasikal dapat berjalan dengan baik. Kategori
prestasi belajar rendah, berpikir kreatifnya kurang bervariasi.
Namun, jika dicermati mereka memiliki kreativitas dalam keaslian.
Artinya mereka lebih senang menjawab dengan caranya sendiri
walaupun salah. Oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif mereka
secara keseluruhan dapat dikatakan kurang baik.
2. Kemampuan berpikir matematis siswa ditinjau dari nilai-nilai budaya
Islam adalah sebagai berikut:
a. Secara umum kelompok kategori tinggi, sedang, dan rendah dalam
prestasi belajar terkait dengan tinggi rendahnya prestasi nilai-nilai
budaya Islam siswa. Tinggi rendahnya prestasi nilai-nilai budaya
Islam terkait juga dengan tinggi rendahnya prestasi akhlak siswa. Ini
berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar terkait dengan tinggi
b. Siswa yang mempunyai hafalan Al Qur’an relatif banyak, dapat
dikatakan bahwa mereka mempunyai daya juang yang baik untuk
memecahkan masalah walaupun harus menemui kesulitan atau
kebuntuan. Demikian juga dalam hal berpikir kreatif, mereka
mempunyai kelebihan dalam keluwesan (flexibility) yaitu memiliki
keberanian untuk mencoba menyelesaikan masalah dengan cara lain.
c. Siswa yang tertib dalam sholat dan serius dalam sholatnya, dapat
dikatakan mempunyai penalaran yang baik, khususnya bernalar
secara deduktif. Tingkat ketelitian dalam mengerjakan soal juga
dapat dikatakan baik.
d. Siswa yang rajin berdoa serta meyakini doanya, dapat dikatakan
mempunyai keyakinan yang kuat, yaitu mempunyai percaya diri (self
confidence) yang baik. Biasanya mereka tidak goyah dengan
jawaban yang sudah diberikan.
3. Ada keterkaitan atau korelasi yang kuat antara akhlak dan prestasi belajar
matematika.
4. Pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar matematika dikatakan cukup
besar.
5. Pengaruh prestasi belajar matematika terhadap akhlak dapat dikatakan
B. SARAN
1. Kepada pihak sekolah, dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis budaya
Islam,
a. Sekolah perlu menyediakan fasilitas peribadatan yang dapat
memenuhi kebutuhan siswa, seperti masjid yang dapat menampung
seluruh siswa untuk dapat sholat berjama’ah.
b. Perlu disediakan tempat-tempat yang representatif untuk
terselenggaranya pembelajaran tahfizh dalam sistem halaqah.
c. Perlu adanya solusi untuk mengatasi kesenjangan kemampuan
berpikir siswa yang cukup lebar antara kelompok kategori prestasi
belajar tinggi dan kelompok kategori prestasi belajar rendah.
2. Kepada para peneliti pendidikan, perlu ditindaklanjuti penelitian ini
untuk:
a. Menemukan upaya-upaya lain yang dapat membangun akhlak mulia
siswa, dan berdampak positif terhadap kemampuan berpikir
matematis serta berdampak positif terhadap prestasi belajar
matematika.
b. Meneliti kemampuan berpikir matematis, akhlak dan prestasi belajar
matematika siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam
untuk kelas khusus siswa laki-laki atau kelas siswa campuran.
c. Meneliti kemampuan berpikir matematis, akhlak dan prestasi belajar
untuk sekolah-sekolah Islam yang lain, seperti yang bernaung di
Yayasan Muhammadiyah atau Yayasan Nahdlotul Ulama.
d. Meneliti kemampuan berpikir matematis, akhlak, dan prestasi belajar
matematika siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam
untuk sekolah-sekolah umum.
e. Meneliti perbedaan pengaruh Pembelajaran Berbasis Budaya Islam
dan Pembelajaran Konvensional terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
f. Meneliti faktor penyebab siswa tidak mau mengerjakan sesuatu yang
mereka anggap belum jelas manfaatnya. Misalnya, ketika mereka
diberi soal ulangan dan tidak bisa maka mereka cenderung diam,
membiarkan lembar jawab kosong tanpa ada rasa cemas.
g. Meneliti bagian manakah dari materi matematika yang mendapat
pengaruh besar dari akhlak, apakah pada bagian kalkulasi atau
DAFTAR PUSTAKA
Abdeljaouad, M.(2006) Issues in the History of Mathematics Teaching in Arab Countries. Paedagogica Historica.Vol. 42 No. 4&5 Agust 2006 p. 629-664.
Agustian, A. G.(2001) Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual ESQ.Jakarta: Arga.
Al-Sharqawi, E. (1986) Filsafat Kebudayaan Islam.Bandung: Pustaka.
Arikunto, S.(2008) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asy’arie, M. (1999) Filsafat Islam tentang Kebudayaan.Yogyakarta: LESFI.
Azra, A.(1999) Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium
Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Banyumas dalam Angka Tahun 2011
www.banyumaskab.go.id diunduh tanggal 30 Juni 2012.
Baroody, A. J. (1993) Problem Solving, Reasoning and CommunicationK-8
Helping Children Think Mathematically. New York: Macmillan
Publishing Company.
Bell, F.H. (1981) Teaching and Learning Mathematics in The Secondary School. New York : Wm.C.Brown Company Publisher.
Bilgrami, H.H. dan Asyraf, S.A. (1989) The concept of Islamic University (terjemahan). Yogyakarta: Tiara Wacana.
BSNP (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Choliq, A. (2011) Hubungan Prestasi Belajar Agama Islam dengan Akhlak Siswa
Kelas IV SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Pelajaran 2009/ 2010. Skripsi /Thesis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak
diterbitkan.
Chua, Y.P. (2004) Creative and Critical Thinking Styles. Kuala Lumpur: UPM Press.
Creswell, J. W. (2008) Educational Research. New Jersey: Pearson Education
Douglas, F., Brenner, dan Sandra (2001) Cultural Influences on Critical Thinking and Problem Solving. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A
Ennis, R.H. (2001) Goal for a Critical Thinking Curriculum and it Assessment. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A Resource Book for
Teaching Thinking. Alexanderia: ACSD.
Ervynck, G. (2002) Mathematical Creativity. Dalam David Tall (ed.). Advance
Mathematical Thinking. New York: Kluwer Academic Publisher.
Evans, J.R. (1991) Creative Thinking in the Decision and Management
Sciences. USA : South-Western Publishing Co.
Fatah, R.,A. dkk (2010) Rekontruksi Pesantren Masa Depan (dari Tradisional,
Modern, Hingga Post Modern). Hasil Penelitian tidak diterbitkan.
Fisher, R. (2005) Teaching Children to Think. London: Nelson Thornes Ltd.
Harris, R.A. (2004) Creative Problem Solving: A Step-by-Step Approach. Los Angeles : Pyrczak Publishing.
Hasjmy, A. (1993) Sejarah Kebudayan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hulusi A. (2006) Dua: Directed Brain waves.
http://www.ahmedhulusi.org/. diunduh 30 Juli 2011.
Ilyas, Y. (2001) Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Jauhari A. (2011) Pembinaan Akhlak Santri Putra Pondok Pesantren Assalafiyyah
Mlangi Yogyakarta. Skripsi/Tesis Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.Tidak diterbitkan.
Khaled, A. (2010) Buku Pintar Akhlak (terjemahan). Jakarta: Zaman.
Khaled, A. (2011) Kurnia Ibadah (terjemahan). Jakarta: Zaman.
Killen, R. (1998) Effective Teaching Strategies. Australia : Social Science Press.
KTSP SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto tahun 2010.
Kusumah,Y.S. (2008) Konsep, Pengembangan, dan Implementasi Computer
Based Learning dalam Peningkatan Kemampuan High-Order Mathematical Thinking (Pidato Pengukuhan Jabatan Profesor,
23 Oktober 2008). Bandung: UPI.
Leung, F. (2008) Chinese Culture, Islamic Culture, and Mathematics Education. dalam Clarkson, P. and Presmeg N.(ed).Critical Issues in Mathematics
Mahmudi, A. (2010) Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Maasalah, dan Disposisi Matematis, Serta Persepsi Terhadap Kreativitas. Disertasi SPs UPI.
Tidak diterbitkan.
Majid, A. dan Andayani, D. (2012) Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marcut, I. (2005) Critical Thinking - Applied to the Methodology of Teaching Mathematics. Educatia Matematica Vol. 1, Nr. 1 (2005), 57–66.
Marfuah (2010) Relevansi Pengembangan Kurikulum Di Pesantren Modern Al-
Amanah Junwangi-Krian DenganTuntutan Era Globalisasi. Tesis Pasca
sarjana IAIN Sunan Ampel. Tidak diterbitkan.
Marzano R.G.dan Pollock, E. (2001) Standard based Thinking and Reasoning Skill. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A Resource Book
for Teaching Thinking. Alexanderia: ACSD.
Muda, A.A.K. (2006) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher
Muhlisin (2004) Studi Korelasi Antara Prestasi Belajar Aqidah Akhlak dengan
Perilaku Sosial Anak Usia Pubertas di MTs Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara Tahun 2004. Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Tidak diterbitkan.
Munandar, U. (2004) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nasution, H. (1993) Tinjauan Filosofi tentang Pembentukan Kebudayaan dalam
Islam. dalam Abdul Basir Solissa dkk (ed). Al Qur’an dan Pembinaan
Budaya Dialog dan Transformasi.Yogyakarta: LESFI.
Nasution S. (1982) Didaktik Asas-asas Mengajar.Bandung: Jemmars.
Nata, A. (2009) Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner. Jakarta: Rajawali Press.
National Council of Teachers of Mathematics (1989) Curriculum and Evaluation
Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of
Teachers of Mathematics.
National Council of Teachers of Mathematics (1991) Professional for teaching
National Council of Supervisors of Mathematics (1988) Component of essential
Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.
National Council of Teachers of Mathematics (2000) Curriculum and Evaluation
Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of
Teachers of Mathematics.
Nurlaelah, E. (2009) Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematika Mahasiswa
Calon Guru Melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS. Disertasi
SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
Permendiknas no.22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Polya, G. (1973) How To Solve It (2nd ed). Princeton: Princeton University Press.
Pomalato, S.W.D. (2005) Pengaruh Penerapan Model Treffinger Dalam
Mengembangkan Kemampuan Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Puccio, G.J. dan Murdock, M.C. (2001) Creative Thinking: An Essential Life Skill. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A Resource Book for
Teaching Thinking. Alexanderia: ASCD.
Purwodarminto (2000) Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Rabandi, I. (2010) The Ethos Of Sakura Bacaan Strategis Pribadi Sukses. Yogyakarta: Andi.
Rahayu,U., Yumiati, and Pannen,P. ( 2006 ) Instructional Quality Improvement In
Science Through The Implementation Of Culture-Based Teaching Strategy,
www.unecobkk.org/fileadmin/user-apload/apeid/conference diunduh tanggal 5 April 2010.
Ramayulis, dan Nizar, S. (2009) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ratnaningsih, N. (2007) Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematika Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Rohaeti, E. E. (2008) Pembelajaran Dengan Pendekatan Eksplorasi untuk
Ruseffendi (1998) Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sagala, S. (2008) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. (2008a) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group
Sanjaya, W. (2008b) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardjiyo dan Pannen, P. (2005) Pembelajaran Berbasis Budaya:Model Inovasi
Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan Vol.6 No.2, September 2005, 83-95.
Sauri, S. (2011) Filsafat dan Teosafat Akhlak. Bandung: RIZQI Press.
Shawn, K. (2007) A Brief Overview of Culture-Based Education and Annotated
Bibliography. www.ksbe.edu/spi diunduh tanggal 5 Maret 2010.
Simon, M. A. (1996) Beyond Inductive and Deductive Reasoning: The Search for
A Sense of Knowing. www.ksbe.reason/ind-ded diunduh tanggal 15 Oktober
2009.
Simuh (2000) Keunikan Interaksi Islam dan Budaya Jawa. Makalah seminar “Pengaruh Islam terhadap budaya Jawa” tanggal 31 Nopember 2000.
Sudjana N. (1989) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kombinasi.Bandung: Alfabeta
Suhena, E. (2009) Pengaruh Strategi REACT dalam Pembelajaran Matematika
Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Penalaran dan
Komunikasi Matematis Siswa SMP. Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Sumarmo, U. (2010) Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik.
www.upi.edu.net diunduh tanggal 5 April 2010.
Suyono dan Hariyanto (2011) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syafii, J.M. (2006) The Power of Shalat (terjemahan). Bandung: MQ publishing.
UUSPN No. 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardani, S. (2009) Pembelajaran Inkuiri Model Silver Untuk Mengembangkan
Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA.
Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Widjajanti, D.B. (2010) Analisis Implementasi Strategi Perkuliahan Kolaboratif
Berbasis Masalah dalam Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Keyakinan Terhadap Pembelajaran Matematika. Disertasi SPs UPI. Tidak
diterbitkan.
Winkel W.S. (2007) Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Yuniarti,Y. (2007) Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri.
Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Yurniwati (2009) Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi
dengan Computer Based Problem Solving Pada Siswa SMP. Disertasi SPs
UPI. Tidak diterbitkan.