• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS, AKHLAK, DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA ISLAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS, AKHLAK, DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA ISLAM."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul … ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Persembahan ... iii

Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Abstrak ... ix

Abstract ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Diagram ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Daftar Lampiran... xxii

Daftar Literasi ... xxiii

BAB I : Pendahuluan ... 1

A. Latar Balakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 11

C. Pertanyaan Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Batasan Istilah ... 13

(2)

A. Kemampuan Berpikir Matematis ... 15

1. Penalaran Matematis ... 15

2. Komunikasi Matematis ... 18

3. Pemecahan Masalah Matematis ... 20

4. Berpikir Kritis Matematis ... 22

5. Berpikir Kreatif Matematis ... 23

B. Akhlak ... 30

1. Pengertian Akhlak ... 30

2. Ruang Lingkup Akhlak ... 30

3. Hal-hal yang Memperkuat Akhlak ... 31

C. Prestasi Belajar Matematika ... 32

1. Pengertian Prestasi Belajar... 32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 32

D. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam ... 35

1. Pengertian Budaya ... 35

2. Pembelajaran Berbasis Budaya ... 35

3. Pengertian Budaya Islam ... 37

4. Nilai-Nilai Budaya dalam Islam ... 40

5. Keterkaitan antara Nilai-nilai Budaya Islam ... 43

6. Pembelajaran dalam Budaya Islam ... 44

E. Keterkaitan Nilai-nilai Budaya Islam dengan Berpikir Matematis... 49

(3)

Akhlak ... 53

G. SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto ……… .. 55

H. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 57

BAB III : Metode Penelitian ... 61

A. Tempat Penelitian ... 61

B. Instrumen Penelitian ... 62

C. Sampel Sumber Data ... 62

D. Teknik Pengumpulan Data ... 63

E. Teknik Analisis Data ... 70

F. Pengujian Keabsahan Data ... 73

BAB IV : Hasil-hasil dan Temuan Penelitian ... 75

A. Analisis Domain ... 75

1. Kondisi SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto ... 75

2. Temuan Awal Penelitian Domain ... 78

3. Analisis Hasil Temuan Awal ... 84

B. Analisis Taksonomi ... 85

1. Instrumen untuk Mengukur Berpikir Matematis ... 87

2. Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa... 88

3. Deskripsi Data Pelaksanaan Nilai-nilai Budaya Islam ... 179

4. Analisis Data Pelaksanaan Nilai-nilai Budaya Islam ... 186

C. Analisis Komponensial ... 191

(4)

2. Keterkaitan Komponen Aktivitas Budaya Islam dengan

Komponen Berpikir Matematis ... 201

D. Analisis Data Secara Kuantitatif ... 204

1. Keterkaitan Akhlak dan Prestasi Belajar Matematika ... 205

2. Pengaruh Akhlak Terhadap Prestasi Belajar Matematika ... 217

3. Pengaruh Prestasi Belajar Matematika terhadap Akhlak ... 220

E. Temuan Penelitian ... 225

BAB V : Penutup ... 227

A. Simpulan ... 227

B. Saran ... 232

Daftar Pustaka ... 234

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Kelompok Siswa Berdasarkan Kategori Prestasi Belajar ... 85

Tabel 4.2 : Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa untuk Sub-

materi 1 (Lingkaran) ... 115

Tabel 4.3 : Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa untuk Sub-

materi 2 (Garis Singgung Lingkaran) ... 147

Tabel 4.4 : Deskripsi Kemampuan Berpikir Matematis Siswa untuk Sub-

materi 3 (Bangun Ruang Sisi Datar)... 178

Tabel 4.5 : Daftar Surat dan Banyaknya Ayat ... 180

Tabel 4.6 : Perbedaan Tingkat Aktivitas Budaya Islam ... 190

Tabel 4.7 : Keterkaitan Aktivitas Budaya Islam dengan Berpikir Matematis

Siswa Kategori Prestasi Belajar Tinggi ... 191

Tabel 4.8 : Keterkaitan Aktivitas Budaya Islam dengan Berpikir Matematis

Siswa Kategori Prestasi Belajar Sedang ... 196

Tabel 4.9 : Keterkaitan Aktivitas Budaya Islam dengan Berpikir Matematis

Siswa Kategori Prestasi Belajar Rendah ... 198

Tabel 4.10 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika yang Dikelompokkan

Berdasarkan Kategori Akhlak Siswa SMP Al Irsyad

Al Islamiyyah Purwokerto ... 205

Tabel 4.11 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika Responden ... 208

Tabel 4.12 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika yang Dikelompokkan

(6)

Sumbang Banyumas ... 210

Tabel 4.13 : Nilai Akhlak dan Nilai Matematika yang Dikelompokkan

Berdasarkan Kategori Akhlak Siswa MTs Negeri Purwokerto .... 213

Tabel 4.14 : Perbedaan Pengaruh Variabel Akhlak dan Pengaruh Variabel

Prestasi Belajar Matematika………..223

(7)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 : Nilai Rata-rata Akhlak dari Tiga Kategori (SMP Al Irsyad

Al Islamiyyah Purwokerto) ... 206

Diagram 4.2 : Nilai Rata-rata Matematika Berdasarkan Kategori Akhlak

(SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto) ... 206

Diagram 4.3 : Nilai Rata-Rata Akhlak dari Tiga Kategori

(SMP Muhammadiyah Sumbang Banyumas) ... 211

Diagram 4.4 : Nilai Rata-rata Matematika Berdasarkan Kategori Akhlak

(SMP Muhammadiyah Sumbang Banyumas) ... 212

Diagram 4.5 : Nilai Rata-Rata Akhlak dari Tiga Kategori (MTs Negeri

Purwokerto) ... 214

Diagram 4.6 : Nilai Rata-rata Matematika Berdasarkan Kategori Akhlak

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Keterkaitan Antara Tahfizh, Sholat dan Doa ……… 44

Gambar 2.2: Keterkaitan Antara Budaya Islam, Pendidikan Berbasis Budaya Islam dan Pembelajaran Berbasis Budaya Islam…… 45

Gambar 4.1: Kegiatan Sholat Dhuha di Masjid………. 78

Gambar 4.2: Kegiatan Tahfizh di Masjid……… 79

Gambar 4.3: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.1………. 87

Gambar 4.4: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.1………. 88

Gambar 4.5: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.1………. 88

Gambar 4.6: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.1………. 89

Gambar 4.7: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.1………. 90

Gambar 4.8: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.1………. 90

Gambar 4.9: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.2………. 92

Gambar 4.10: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.2……… 93

Gambar 4.11: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.2……… 94

Gambar 4.12: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.2……… 94

Gambar 4.13: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.2……… 95

Gambar 4.14: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.2……… 95

Gambar 4.15: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.3……… 97

Gambar 4.16: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.3……… 98

(9)

Gambar 4.18: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.3……… 100

Gambar 4.19: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.3……… 101

Gambar 4.20: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.3……… 102

Gambar 4.21: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.4……… 104

Gambar 4.22a: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.4……… 105

Gambar 4.22b: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.4……… 106

Gambar 4.23: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.4……… 107

Gambar 4.24: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.4……… 108

Gambar 4.25: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.4……… 109

Gambar 4.26: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.4……… 110

Gambar 4.27: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.5……… 116

Gambar 4.28: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.5……… 117

Gambar 4.29: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.5……… 119

Gambar 4.30: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.5……… 120

Gambar 4.31a: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.5……… 121

Gambar 4.31b: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.5……… 122

Gambar 4.32: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.5……… 123

Gambar 4.33: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.6……… 126

Gambar 4.34: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.6……… 128

Gambar 4.35: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.6……… 129

Gambar 4.36: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.6……… 131

Gambar 4.37: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.6……….132

(10)

Gambar 4.39: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.7……… 136

Gambar 4.40: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.7……… 137

Gambar 4.41: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.7……… 139

Gambar 4.42: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.7……… 140

Gambar 4.43: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.7……… 141

Gambar 4.44: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.7……… 142

Gambar 4.45: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.8……… 147

Gambar 4.46: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.8……… 148

Gambar 4.47: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.8……… 149

Gambar 4.48: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.8……… 149

Gambar 4.49: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.8……… 150

Gambar 4.50: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.8……… 151

Gambar 4.51: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.9……… 153

Gambar 4.52: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.9……… 154

Gambar 4.53: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.9……… 154

Gambar 4.54: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.9……… 155

Gambar 4.55: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.9……… 156

Gambar 4.56: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.9……… 156

Gambar 4.57: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.10……… 159

Gambar 4.58: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.10……… 160

Gambar 4.59: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.10……… 161

Gambar 4.60: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.10……… 162

(11)

Gambar 4.62: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.10……… 164

Gambar 4.63: Pekerjaan Siswa A1 untuk Jawaban Soal No.11……… 166

Gambar 4.64: Pekerjaan Siswa A2 untuk Jawaban Soal No.11……… 168

Gambar 4.65: Pekerjaan Siswa B1 untuk Jawaban Soal No.11……… 169

Gambar 4.66a: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.11………… 170

Gambar 4.66b: Pekerjaan Siswa B2 untuk Jawaban Soal No.11……… 171

Gambar 4.67: Pekerjaan Siswa C1 untuk Jawaban Soal No.11……… 172

Gambar 4.68: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal No.11……… 173

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat-Surat Ijin Penelitian ... 240

Lampiran 2 : Hasil Pekerjaan Tertulis dan Transkrip Wawancara Berpikir Matematis Siswa ... 243

Lampiran 3 : Angket dan Transkrip Wawancara Nilai-nilai Budaya Islam ... 348

Lampiran 4 : Profil Responden ... 361

Lampiran 5 : Nilai Akhlak dan Nilai Prestasi Belajar Matematika ... 370

Lampiran 6 : Foto-foto Dokumentasi Pembelajaran... 374

Lampiran 7 : Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Matematis Beserta Kunci Jawaban Alternatifnya ... 380

Lampiran 8 : Rubrik Penilaian ... 391

Lampiran 9 : Lembar Observasi untuk Guru dan Siswa ... 394

(13)

DAFTAR LITERASI

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

ا A ﺯ Z  Q

ب B ﺲ S  K

ت T ﺶ Sy  L

ث Ts ﺺ Sh  M

ج J ﺾ Dh  N

ح H ﻂ Th  W

خ Kh Zh  H

د D ‘ ﺀ ‘

ذ Dz ﻍ Gh  Y

ر R ﻑ F

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari keberhasilan dalam ranah

kognitif saja, melainkan keterpaduan antara kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Sementara ini ada sekolah yang terbuai dengan keberhasilan di

ranah kognitif, sehingga ranah-ranah yang lain menjadi terabaikan. Tuntutan

masyarakat saat ini sudah mulai terasa bahwa kemampuan kognitif bukanlah

segalanya, sehingga harus diimbangi dengan kemampuan yang lain, yaitu

memiliki kepribadian yang baik. Jadi, yang dibutuhkan sekarang ini adalah

generasi yang memiliki intelektual sekaligus memiliki kepribadian yang

mulia.

Pendidikan merupakan ujung tombak harapan masyarakat dalam

menghasilkan suatu generasi. Oleh karena itu upaya untuk mewujudkan

tercapainya generasi yang diharapkan tersebut, lembaga pendidikan dari

tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi perlu melakukan

evaluasi serta inovasi-inovasi proses pendidikan. Usaha tersebut perlu

dilakukan untuk membangun karakter anak didik, agar menghasilkan lulusan

yang benar-benar sesuai harapan masyarakat dan negara.

Pendidikan karakter yang dihimbau oleh Presiden RI sejak Mei 2010

sudah bergulir untuk dikaji oleh para pakar pendidikan. Kebijakan pemerintah

(15)

sudah disambut baik oleh para pelaksana pendidikan di lapangan.

Tampaknya, pemerintah berkepentingan terhadap pendidikan karakter ini

karena berharap adanya perbaikan moral bangsa, yang dinilai saat ini sedang

mengalami dekadensi.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang pendidikan karakter,

Islam telah memiliki konsep pendidikan akhlak, yang saat ini belum banyak

dikembangkan. Pendidikan dalam Islam bertumpu pada akhlak atau spiritual

keagamaan. Sebagaimana sabda Nabi “Sesungguhnya aku diutus untuk

menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR. Imam Malik). Hal ini

menunjukkan bahwa pembinaan akhlak menjadi faktor penting dalam

mendasari pembelajaran ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu dalam konsep

pendidikan Islam, intelektual dan spiritual harus berjalan bersama (Bilgrami

dan Asyraf, 1989). Konsep pendidikan Islam ini sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang Undang.

Menurut UUSPN No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi peserta didik tersebut

dilengkapi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006

(16)

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan

bekerja sama.

Khusus dalam pelajaran matematika yang diberikan kepada siswa

SMP, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5)

Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

(Permendiknas no.22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

Namun, konsep pendidikan yang dituangkan dalam UUSPN no. 20

tahun 2003 tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh pelaksana pendidikan

di lapangan. Tampaknya para penyelenggara pendidikan lebih mengutamakan

pencapaian prestasi akademik, sehingga melalaikan pencapaian tujuan yang

lainnya. Sebagai contoh, pada umumnya masyarakat menganggap bahwa

(17)

keberhasilan pendidikan di sekolah tersebut. Akibatnya muncul sebagian

masyarakat yang kurang peduli terhadap proses pembelajaran dan proses

pendidikan akhlak.

Hasil pengamatan peneliti di lapangan, adanya Ujian Nasional (UN),

nampaknya keberanian guru untuk mengembangkan model pembelajaran

menjadi rendah. Ada kemungkinan guru sedini mungkin mengejar target agar

sejumlah materi segera dapat diserap oleh siswa, dan selanjutnya siswa didrill

dengan soal-soal untuk persiapan UN. Hal ini berdampak kreativitas dalam

pembelajaran menjadi rendah, baik bagi guru maupun bagi siswa.

Nampaknya siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan jawaban

dengan caranya sendiri, atau mencari alternatif jawaban lain.

Berdasarkan kasus-kasus di lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa

pembelajaran matematika saat ini tampaknya belum mengembangkan

kemampuan berpikir matematis siswa secara maksimal. Oleh karena itu perlu

dicari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Demikian juga, pada

dasarnya setiap siswa mempunyai potensi berpikir kritis dan kreatif (Harris,

2004). Permasalahannya, bagaimana cara mengembangkan potensi tersebut

melalui proses pembelajaran di kelas.

Kuatnya dorongan untuk dilakukan pembenahan proses pendidikan

yang dapat menghasilkan generasi intelektual yang berkepribadian mulia,

maka perlu dilakukan penelitian pada sekolah-sekolah yang melakukan upaya

untuk pembentukan akhlak mulia. Penelitian yang dimaksud adalah

(18)

yang berbasis budaya Islam yang telah melakukan upaya pengkondisian

terhadap siswa untuk terbentuknya akhlak yang mulia.

Dipilihnya Kabupaten Banyumas sebagai tempat penelitian, karena

kabupaten ini berpenduduk 1.853.249 jiwa dan 98% beragama Islam.

Masyarakat Banyumas adalah masyarakat yang kental dengan budaya

Banyumasannya. Oleh karena itu budaya Islam yang berkembang sangat

memungkinkan berasimilasi dengan budaya Banyumasan. Kuatnya budaya

Banyumasan ini mengakibatkan suasana agamis kurang begitu nampak,

walaupun jumlah masjid di kabupaten ini mencapai 1.747 bangunan dan

jumlah musholla mencapai 435 bangunan. Dalam kehidupan sehari-hari,

ternyata yang lebih menonjol adalah budaya Banyumasannya daripada

budaya Islamnya.

Masyarakat Banyumas sebenarnya menaruh perhatian yang cukup

besar terhadap pendidikan agama Islam. Hal ini dapat diamati dari banyaknya

sekolah diniyah yang saat ini telah mencapai 244 madrasah. Disamping itu,

sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Departeman Agama juga cukup

banyak yaitu ada 171 Madrasah Ibtidaiyah, 43 Madrasah Tsanawiyah, dan 13

Madrasah Aliyah (Banyumas dalam Angka, 2011). Namun demikian, sekolah

yang mempunyai perhatian serius dalam pendidikan akhlak masih belum

banyak.

Dipilihnya SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto sebagai obyek

penelitian, karena SMP ini memiliki karakteristik khusus yang diminati

(19)

SMP umum yang sistem pendidikannya sama seperti SMP pada umumnya

yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Prestasi sekolah

ini selalu berada pada level bawah, baik untuk tingkat kelulusan (nilai UN)

maupun untuk prestasi dalam berbagai kegiatan yang lain. Kemudian sejak

tahun 2000 mengubah diri menjadi SMP IT (Islam Terpadu) dengan model

pendidikan fullday (yaitu pendidikan yang jam pelajarannya dari pagi hari

sampai sore hari).

Sejak menjadi SMP IT, sekolah ini mulai menerapkan budaya Islam,

yaitu dengan memasukkan nilai-nilai budaya Islam seperti hafalan Al Qur‟an

(tahfizh) dan kegiatan sholat berjama‟ah. Mulai saat itu secara bertahap SMP

IT Al Irsyad Purwokerto mengalami kemajuan. Tiga tahun kemudian,

tepatnya pada tahun 2003 SMP IT Al Irsyad Purwokerto ini berubah nama

menjadi SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto. Sekolah ini terus

berkembang sampai dapat meraih ranking terbaik di tingkat kabupaten. Oleh

karena itu perlu diteliti, mengapa SMP ini mengalami kemajuan yang pesat,

khususnya dalam prestasi akademik.

SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto merupakan sekolah yang

telah menyatakan dirinya sebagai sekolah yang berbasis budaya Islam, yang

tertuang dalam KTSP yang disusunnya. Seluruh kegiatan sekolah yang

dilakukan bernuansa Islam. Pembentukan akhlak menjadi prioritas dalam

mencapai prestasi akademik. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan spiritual

(20)

menjadi bagian utama kegiatan harian, di samping kegiatan-kegiatan yang

lainnya yang merupakan bagian dari aktivitas budaya Islam.

Budaya Islam adalah budaya yang diwarnai corak (ajaran) Islam

dalam kedudukannya sebagai aqidah dan metode kehidupan (Al-Sharqawi,

1986). Menurut Hasjmy (1993) Kebudayaan Islam adalah penjelmaan akal

dan rasa orang Islam, yang berarti bahwa kebudayaan Islam bersumber pada

orang Islam. Dengan demikian ragam nilai budaya Islam itu sangat luas,

mencakup aktivitas peribadatan sampai aktivitas kehidupan sosial. Nilai-nilai

budaya Islam yang dapat diamati antara lain, pelaksanaan tertib sholat,

tertib puasa, bersedekah dan bakti sosial, membaca dan menghafal Al Qur‟an,

kegiatan doa, saling menolong sesama teman, saling memaafkan, berjabatan

tangan, mengakui kesalahan, kejujuran, serta berbakti kepada guru dan orang

tua. Adapun nilai budaya Islam yang akan disoroti berkaitan dengan

kemampuan berpikir matematis siswa antara lain kegiatan sholat, kegiatan

doa, dan hafalan Al Qur‟an (tahfizh).

Sholat ibarat generator yang mengisi ruh setiap hari. Sholat

merupakan “stasiun pengisi bahan bakar” bagi tubuh. Ketika tekad berkurang,

semangat menurun, dan badan melemah, sholat datang untuk mensuplai

dengan bahan bakar Ilahi (Khaled, 2011). Oleh karena itu salah satu fungsi

sholat yang dilakukan 5 kali dalam sehari semalam merupakan kekuatan yang

dapat mengendalikan emosi, sehingga otak selalu segar, dan mampu

melakukan penalaran yang tinggi. Demikian juga sholat dapat menjadi sarana

(21)

tepat waktu menjadi sebuah jaminan bahwa mereka adalah orang yang

disiplin atau tertib. Oleh karena itu perbedaan kesungguhan dan keteraturan

dalam menjalankan ibadah sholat diduga akan memberikan kemampuan

berpikir yang berbeda-beda khususnya dalam kemampuan penalaran, dan

keteraturan dalam menyelesaikan masalah matematis.

Pada sisi lain, pelaksanaan sholat yang tertib dan penuh dengan

kesungguhan dapat mengontrol seseorang untuk selalu ingat (dzikir) kepada

Allah SWT. Jika kondisi selalu ingat kepada Allah dapat terkontrol, maka

akhlak menjadi terkontrol untuk tidak berbuat maksiat (Khaled, 2011).

Sebagaimana firman Allah dalam (QS Al Ankabut: 45) „Dirikanlah Sholat,

sesungguhnya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar‟.

Berdoa merupakan kebutuhan setiap orang yang ingin sukses dalam

setiap usahanya. Berdoa berkaitan erat dengan sebuah keyakinan, bahwa di

luar kekuatan manusia ada kekuatan hakiki yaitu kekuatan Tuhan. Hikmah

berdoa adalah agar manusia mengakui segala kekurangannya dan tidak

menjadi sombong. Orang yang berdoa berarti telah percaya dan yakin bahwa

Allah akan mengabulkannya jika kita berdoa kepadanya (Khaled, 2011).

Sebagaimana firman Allah dalam (QS Al Mu‟min: 60) ’Tuhanmu berfirman:

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya

orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-Ku akan masuk

Jahannam dalam keadaan hina dina". Oleh karena itu perbedaan

(22)

keyakinan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah, khususnya

dalam masalah matematis.

Pada sisi lain, kebiasaan berdoa akan menumbuhkan akhlak yang

mulia, yaitu menumbuhkan pengakuan bahwa manusia tidak mempunyai

kekuatan kecuali kekuatan dari Allah. Setiap kesuksesan yang diraihnya

adalah atas izin Allah, sehingga manusia tidak boleh sombong. Demikian

juga, ketika seseorang mengalami kegagalan, maka dia tidak akan berputus

asa.

Menghafal Al Qur‟an membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Semakin

banyak yang dihafal berarti semakin tinggi konsentrasi yang dibutuhkan.

Proses menghafal adalah seperti bola salju yang menggelinding, yang

semakin besar. Artinya surat-surat yang sudah dihafal akan dipertahankan

terus sambil menambah surat baru. Orang yang menghafal Al Qur‟an, berarti

sedang melakukan pengulangan kata dan penambahan kata baru. Hal ini akan

memperlebar kapasitas dinamika otak (Hulusi, 2006). Pendapat senada juga

dikemukakan oleh Goleman bahwa neocortex (yaitu lapisan paling atas pada

otak yang memberi kemampuan mengingat atau berpikir) akan membesar

sebanding dengan besarnya kelompok yang mampu dibentuk (Agustian,

2001). Artinya bahwa semakin besar hafalan yang terhimpun maka neocortex

semakin besar, yang berarti pula daya ingat dan daya pikirnya semakin kuat.

Oleh karena itu, perbedaan banyaknya hafalan yang dimiliki siswa diduga

(23)

kemampuan penalaran, berpikir kritis, berpikir kreatif, kecermatan dalam

menyelesaikan masalah serta komunikasi matematis.

Kegiatan-kegiatan nilai-nilai budaya Islam berpengaruh positif

terhadap diri siswa, yaitu membentuk akhlak siswa yang mulia. Akhlak mulia

adalah perwujudan dari pengamalan Islam (Khaled, 2010). Oleh karena itu,

kegiatan membaca dan hafalan Al Qur‟an diharapkan mampu mendorong

siswa cinta pada Al Qur‟an, serta lebih mengenal Allah SWT. Demikian juga,

pelaksanaan sholat yang sungguh-sungguh diharapkan dapat mencegah dari

perbuatan keji dan munkar. Kegiatan doa yang dilakukan dengan penuh

keyakinan diharapkan akan dapat mengakui segala kekurangan dirinya

sehingga akan terhindar dari rasa sombong. Apabila kegiatan nilai-nilai

budaya Islam yang dikondisikan ini dilakukan secara terus menerus dan

menjadi pembiasaan maka akan membentuk akhlak siswa yang baik. Akhlak

yang baik diduga akan meningkatkan efektivitas kemampuan berpikir,

khususnya berpikir matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, diduga ada pengaruh pengkondisian

nilai-nilai budaya Islam terhadap keberagaman kemampuan berpikir matematis,

yang meliputi penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah serta berpikir

kritis, dan berpikir kreatif dalam pembelajaran berbasis budaya Islam. Oleh

karena itu peneliti mengambil judul penelitian „Gambaran Kemampuan

Berpikir Matematis, Akhlak, dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP

(24)

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka fokus dalam

penelitian ini adalah „Bagaimana gambaran kemampuan berpikir matematis

siswa, akhlak, dan prestasi belajar matematika siswa SMP dalam

Pembelajaran Berbasis Budaya Islam?‟

C. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan fokus penelitian di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi

perhatian peneliti untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini,

yaitu: Pembelajaran Berbasis Budaya Islam (PBBI) dan gambaran

kemampuan berpikir matematis, akhlak, dan prestasi belajar matematika

siswa. Selain itu, diperhatikan pula kemampuan awal matematika siswa

(tinggi, sedang, dan rendah) yang digunakan sebagai variabel kontrol. Oleh

karena itu, berdasarkan fokus penelitian ini dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir matematis siswa SMP dalam

Pembelajaran Berbasis Budaya Islam dilihat dari aspek level prestasi

belajar (tinggi, sedang, rendah)?

2. Bagaimana kontribusi pelaksanaan nilai-nilai budaya Islam terhadap

kemampuan berpikir matematis siswa SMP?

3. Bagaimana kaitan akhlak dengan prestasi belajar matematika siswa SMP

(25)

4. Bagaimana pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar matematika siswa

SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam?

5. Bagaimana pengaruh prestasi belajar matematika terhadap akhlak siswa

SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam?

D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dikemukakan di atas, secara umum

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampan berpikir

matematis siswa dalam pembelajaran berbasis budaya Islam. Secara rinci

tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kemampuan berpikir matematis siswa SMP dalam

Pembelajaran Berbasis Budaya Islam, yang meliputi penalaran,

komunikasi, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan berpikir kreatif

ditinjau dari level prestasi belajar.

2. Mendeskripsikan kontribusi pelaksanaan nilai-nilai budaya Islam

terhadap kemampuan berpikir matematis siswa SMP.

3. Mengetahui keterkaitan akhlak dan prestasi belajar matematika siswa

SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam.

4. Mengetahui pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar matematika siswa

SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam.

5. Mengetahui pengaruh prestasi belajar matematika terhadap akhlak siswa

(26)

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa, penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya Islam menambah

keyakinan, membentuk akhlak, juga meningkatkan kemampuan berpikir

matematis.

2. Bagi guru yang terlibat dalam penelitian ini, mendapat pengalaman nyata

menerapkan Pembelajaran Berbasis Budaya Islam yang dikatakan dapat

membangun akhlak siswa, juga dapat mengembangkan kemampuan

berpikir matematis siswa.

3. Bagi sekolah, menjadi masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

yaitu untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia dan cerdas.

4. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi masukan untuk

mengembangkan sistem pendidikan, sesuai dengan tuntutan otonomi

daerah untuk mewujudkan masyarakat yang agamis, cerdas dan kreatif.

5. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga sehingga dapat

dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan kemampuan

berpikir matematis pada berbagai jenjang pendidikan.

F. BATASAN ISTILAH

1. Gambaran adalah profil yang diungkap baik dengan gambar, ilustrasi,

atau dengan deskripsi kata-kata.

2. Kemampuan Berpikir Matematis adalah kemampuan berpikir siswa

(27)

matematis, komunikasi matematis, dan pemecahan masalah matematis,

serta berpikir kritis matematis, dan berpikir kreatif matematis.

3. Akhlak adalah kepribadian seseorang yang muncul tanpa direkayasa

sebagai wujud pengamalan ajaran Islam.

4. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam (PBBI) adalah pembelajaran

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengawali pembelajaran dengan doa

b. Memberi motivasi belajar

c. Menyampaikan garis besar materi (muhadharah)

d. Membentuk kelompok belajar (halaqah)

e. Memberikan masalah untuk dipecahkan secara kerja kelompok.

f. Membimbing siswa untuk bernalar dan berpikir kreatif dalam

memunculkan ide-ide untuk menyelesaikan masalah.

g. Menanamkan nilai-nilai akhlak dan keimanan kepada siswa dengan

cara menyampaikan suatu ayat Al Qur‟an atau Hadits atau cerita

keteladanan para sahabat Nabi.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran

(mixed methods) dengan desain sequential exploratory (Creswell, 2008).

Dipilihnya metode campuran karena dalam penelitian ini ingin dideskripsikan

kemampuan berpikir matematis secara verbal serta keterkaitan akhlak dan prestasi

belajar matematika secara numerik. Prosedur utama pengumpulan dan analisis

data secara induktif. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan data yang

lebih komprehensif, serta hasil penelitian kualitatif dapat diberlakukan lebih luas

(Sugiyono, 2012). Data utama dalam penelitian ini adalah data kualitatif, untuk

menemukan gambaran kemampuan berpikir matematis siswa, serta menemukan

pernyataan hipotetik yang terkait dengan nilai-nilai budaya Islam terhadap

gambaran kemampuan berpikir matematis siswa. Selanjutnya melakukan

eksplorasi terhadap hasil penelitian kualitatif dengan cara memaparkan dan

menganalisis data secara kuantitatif. Hasil-hasil analisis kuantitatif ini digunakan

untuk mendukung temuan dalam kualitatif, atau bahkan melengkapi hasil temuan

dalam kualitatif.

A. TEMPAT PENELITIAN

Tempat penelitian yang dipilih adalah SMP Al Irsyad Al Islamiyyah

Purwokerto Jl. Jatiwinangun Gang Arjuna Purwokerto. Dipilihnya tempat ini,

(29)

akhlak dan intelektual berjalan selaras. SMP ini di bawah naungan yayasan

Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto, suatu perhimpunan keagamaan yang

peduli terhadap budaya Islam untuk dipraktekkan dalam segala aspek

kehidupan.

B. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan guru

matematika SMP Al Irsyad Al Islamiyah Purwokerto yang dilengkapi dengan

panduan wawancara, lembar observasi dan alat-alat untuk dokumentasi

(video, kamera dan voice recorder). Instrumen utama adalah peneliti dengan

alasan antara lain : (1) peneliti yang akan bersentuhan langsung dengan

responden, (2) peneliti yang dapat merasakan, memahami dan menghayati

secara kompeten dan simultan atas aneka fenomena, (3) peneliti yang

memungkinkan menggali lebih jauh data terhadap fenomena atau respon yang

aneh, (4) peneliti yang akan mengambil kesimpulan.

C. SAMPEL SUMBER DATA

Sebagai sampel dipilih siswa kelas VIII, dan diambil satu kelas yang

terbaik (sampel bertujuan) untuk dijadikan sumber data, yang dibagi dalam 3

kategori yaitu kategori prestasi belajar tinggi, kategori prestasi belajar sedang

dan kategori prestasi belajar rendah. Adapun untuk kepentingan wawancara

yang mendalam, dipilih 2 siswa kategori prestasi belajar tinggi, 2 siswa

(30)

Penentuan kategori ini dilakukan berdasarkan hasil tes kompetensi akhir

semester 2.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Tes

Tes digunakan untuk pengumpulan data kemampuan berpikir matematis yang

terdiri dari tiga bagian, yaitu tes pertama submateri lingkaran yang terdiri 4

soal, tes kedua submateri garis singgung lingkaran yang terdiri dari 3 soal dan

tes ketiga bangun ruang sisi datar yang terdiri dari 4 soal. Ketiga tes tersebut

masing-masing untuk mengukur gambaran kemampuan berpikir yang

meliputi kemampuan:

a. penalaran matematis

b. komunikasi matematis

c. pemecahan masalah matematis

d. berpikir kritis matematis

e. berpikir kreatif matematis

Guna menghimpun data tersebut, digunakan rubrik penilaian yang formatnya

meliputi:

No. Komponen Indikator

1 Komunikasi matematis a. Memberikan respon yang lengkap dan jelas.

Pembahasan tidak membingungkan

(31)

matematika yang tepat d. Efektif untuk audien e. Memberikan argumen yang

kuat, logis dan lengkap 2 Pemecahan masalah matematis a. Mengidentifikasi masalah

b. Mengumpulkan informasi

3 Berpikir kreatif matematis a. Fluency (kelancaran) :

menghasilkan sejumlah besar

(32)

c. Memberikan contoh dan

Selanjutnya rubrik penilaian kemampuan berpikir matematis, dapat dilihat

dalam lampiran 8.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati bagaimana guru mengajar dan

bagaimana siswa belajar dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan

oleh peneliti sendiri atau guru matematika yang tidak sedang mengajar,

menggunakan lembar observasi yang berisi komponen-komponen yang harus

diamati. Pengamat juga mencatat temuan-temuan dalam observasi. Jenis

observasinya adalah participant observation. Adapun komponen-komponen

kegiatan guru dan kegiatan siswa, dijabarkan sebagai berikut :

(i) Kegiatan Guru

6 Memberi kesempatan siswa untuk bertanya

7 Memberi apresiasi/penghargaan kepada siswa yang bertanya

8 Meminta siswa untuk membentuk kelompok (halaqah)

9 Melakukan pengamatan

(33)

11 Melakukan scaffolding untuk membangun penalaran siswa

12 Meminta siswa untuk mewakili kelompoknya tampil ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi.

13 Memberi penguatan dan pelurusan terhadap hasil diskusi

14 Memberikan pertanyaan yang reflektif untuk membangun berpikir kreatif

15 Membimbing siswa untuk menyimpulkan materi 16 Memberikan tugas pengayaan

17 Memberi pembinaan akhlak dan keimanan 18 Memimpin doa penutup

(ii) Kegiatan Siswa

NO Komponen Kegiatan Siswa 1 Doa bersama

2 Memperhatikan motivasi guru

3 Menjawab pertanyaan guru dalam apersepsi 4 Memperhatikan keterangan guru ketika

disampaikan tujuan pembelajaran.

5 Mendengarkan dengan penuh perhatian pada saat guru menyampaikan materi.

6 Menanyakan hal-hal yang kurang jelas 7 Percaya diri atau berani bertanya 8 Membentuk kelompok (halaqah)

9 Bisa kerja sama dalam kelompok (bisa menghargai pendapat teman dll)

10 Menanyakan kepada guru hal-hal yang belum tahu terhadap materi diskusi.

11 Salah satu siswa maju untuk menyampaikan hasil diskusi.

12 Dialog siswa dengan guru, ketika guru membahas hasil diskusi.

13 Berani menjawab pertanyaan dari teman. 14 Berani menjawab pertanyaan dari guru. 15 Salah satu siswa menyimpulkan materi 16 Menerima tugas pengayaan

17 Mendengarkan pesan-pesan dari guru tentang keimanan dan akhlak.

18 Doa bersama

(34)

Selanjutnya lembar observasi untuk guru dan siswa dapat dilihat dalam

lampiran 9.

3. Angket

Angket digunakan untuk menggali minat siswa, aktivitas siswa baik di

sekolah maupun di rumah yang terkait dengan budaya Islam, serta pengakuan

siswa tentang dukungan orang tua terhadap dirinya. Ada 10 pertanyaan yang

harus diisi siswa. Jawaban siswa pada angket tersebut, selanjutnya

dikonfirmasi lewat wawancara. Bentuk angket dapat dilihat pada lampiran 3.

4. Wawancara

Wawancara mendalam, menggunakan voice recorder dan panduan

wawancara. Wawancara dilakukan kepada beberapa siswa yang dipilih.

Dalam hal ini ada 6 siswa yang dipilih sebagai responden. Dua siswa kategori

prestasi belajar tinggi yang diberi kode A1 dan A2, dua siswa kategori

prestasi belajar sedang yang diberi kode B1 dab B2, serta dua siswa kategori

prestasi belajar rendah yang diberi kode C1 dan C2. Pertanyaan dalam

wawancara digiring dari hasil catatan dalam observasi maupun dari catatan

hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal. Jenis wawancaranya adalah

open-ended, agar dapat ditelusuri permasalahan yang sebenarnya. Lingkup

pertanyaan meliputi aktivitas dalam proses pembelajaran, kemampuan

berpikir matematis, serta aktivitas nilai-nilai budaya Islam siswa baik di

(35)

5. Dokumentasi

Dokumentasi menggunakan kamera (video) untuk mendokumentasikan

proses pembelajaran dan hal-hal penting yang ditemukan dalam penelitian,

baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

6. Khusus untuk data kuantitatif

Data kuantitatif diambil melalui dokumen nilai akhir semester dari guru

bidang studi matematika yang belum diolah menjadi nilai rapor. Nilai akhir

semester yang dimaksud terdiri dari nilai kepribadian (akhlak) dan nilai ujian

kompetensi.

Data yang dikumpulkan melalui berbagai teknik pengambilan data,

selanjutnya dianalisis secara komprehensif untuk menjawab pertanyaan

penelitian, dengan cara menganalisis satu per satu jawaban siswa pada soal

tes untuk mengukur kemampuan berpikir matematis setiap responden yang

dikuatkan dengan hasil wawancara. Selanjutnya dianalisis satu per satu

aktivitas siswa yang terkait dengan budaya Islam untuk setiap responden

berdasarkan hasil angket dan wawancara. Berdasarkan hasil tersebut,

kemudian dilakukan pengkaitan hasil yang diperoleh dari analisis aktivitas

budaya Islam dengan hasil analisis kemampuan berpikir matematis.

Kevalidan simpulan dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu memadukan data

dari berbagai teknik pengambilan data.

Data kuantitatif yang diperoleh dari dokumentasi guru, selanjutnya

(36)

sebagai variabel bebas dan nilai prestasi belajar matematika sebagai variabel

terikat. Adapun rumus Korelasi Pearson adalah sebagai berikut:

X : variabel akhlak

Y : variabel prestasi belajar matematika

Koefisien korelasinya,

r = n xy− x y

n x2( x)2 ( n y2( y)2 )

Adapun untuk melihat pengaruh variabel akhlak terhadap variabel prestasi

belajar matematika atau pengaruh variabel prestasi belajar matematika

terhadap variabel akhlak, digunakan Regresi Linier Sederhana yang

rumusnya,

Selanjutnya untuk menentukan koefisien determinasi, dengan cara

mengkuadratkan koefisien korelasi dikalikan 100%. Besarnya koefisien

(37)

belajar matematika (Y) yang ditentukan atau dijelaskan oleh variabel akhlak

(X) (Creswell, 2008).

Analisis data ini menggunakan program SPSS ver. 16.0 untuk

mendapatkan koefisien korelasi dan persamaan regresinya. Hasil analisis data

kuantitatif ini digunakan untuk mendukung atau melengkapi hasil analisis

data kualitatif.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Sugiyono (2008), teknik analisis data kualitatif yang dilakukan

adalah:

a. Analisis Domain

Analisis domain dilakukan pada saat memasuki lapangan penelitian untuk

mengetahui situasi awal.

Contoh:

Situasi yang ditemukan pada saat memasuki lapangan, yaitu:

Adanya pembelajaran tahfizh (hafalan) Al Qur’an. Pembelajaran

tahfizh dilakukan secara terjadwal. Pada saat jam tahfizh para siswa

menuju ke masjid, kemudian membentuk kelompok-kelompok

(halaqah) untuk pembelajaran. Masing-masing kelompok terdiri

kurang lebih 10 siswa yang dibimbing oleh seorang guru. Mula-mula

hafalan itu dilakukan secara bersama-sama kemudian dilanjutkan

secara satu per satu. Kemajuan hafalan tersebut dicatat dalam buku

(38)

Analisis terhadap kondisi ini, sebagai berikut:

Kegiatan hafalan (tahfizh) ini merupakan kegiatan yang terukur,

karena dicatat dalam buku kemajuan hafalan siswa. Ternyata

kemajuan setiap siswa berbeda-beda. Kegiatan ini dilakukan secara

kontinu dan terjadwal. Oleh karena itu kegiatan tahfizh ini dipilih

sebagai komponen budaya Islam yang akan dikaitkan dengan

kemampuan berpikir matematis siswa.

b. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi dilakukan setelah menentukan fokus dan pengumpulan

data. Data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan fokus penelitian yang

diajukan, yaitu gambaran kemampuan berpikir matematis siswa

Contoh hasil pekerjaan siswa pada gambar 4.3 sebagai berikut:

Dalam soal ini ingin diungkap kemampuan komunikasi matematis dan

berpikir kreatif matematis. Walaupun demikian, tidak menutup

(39)

Analisis terhadap jawaban soal tersebut sebagai berikut:

Dia memberikan jawaban yang lengkap dan jelas. Komunikasi

matematisnya cukup baik khususnya dalam mendefinisikan beberapa

pengertian dalam bagian-bagian lingkaran tersebut. Bahasanya mudah

dipahami, karena didukung pemahaman konsep dan prinsip

matematika yang baik. Dia dalam menjawab masalah cukup efektif.

Berpikir kritisnya nampak dalam menjelaskan bagian-bagian

lingkaran, pada saat jawaban tersebut dikonfirmasi. Kemampuannya

dalam memberikan contoh lebih dari satu, menunjukkan adanya

kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu pada komponen

kelancaran.

c. Analisis Komponensial

Analisis komponensial dilakukan pada tahap seleksi dengan menggunakan

pertanyaan struktural. Pengambilan kesimpulan dilakukan sesuai dengan

komponen-komponen yang diajukan dalam pertanyaan penelitian.

Contoh:

Kemampuan berpikir matematis yang beragam dari ketiga kategori

prestasi belajar, dikaitkan dengan tingkat keberagaman aktivitas

budaya Islam dari ketiga kategori tersebut. Diperoleh keterkaitan

antara aktivitas dalam budaya Islam terhadap kemampuan berpikir

matematis. Hasil ini diuraikan kembali sehingga diperoleh keterkaitan

(40)

d. Analisis Tema

Analisis tema dilakukan setelah analisis komponensial. Analisis ini digunakan

untuk meluruskan tema yang diajukan dalam penelitian.

Contoh: Tema awal penelitian adalah sebagai berikut:

Gambaran Berpikir Matematis Siswa SMP.

Setelah dilakukan analisis komponen, tema berubah menjadi:

Gambaran Kemampuan Berpikir Matematis, Akhlak dan Prestasi

Belajar Matematika Siswa SMP.

F. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

Data yang diperoleh perlu diuji keabsahannya. Seperti halnya dalam

penelitian kuantitatif, dikenal adanya uji validitas dan reliabilitas. Dalam

penelitian kualitatif, untuk uji keabsahan data pada umumnya meliputi uji

kredibilitas, uji dependabilitas, dan uji obyektivitas (uji konfirmabilitas).

Beberapa uji keabsahan tersebut, yang utama adalah uji kredibilitas. Adapun

langkah masing-masing uji tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Uji kredibilitas yaitu menguji kevalidan dengan cara melakukan uji

triangulasi (misal, melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi).

b. Uji dependabilitas yaitu untuk menguji konsistensi dengan cara

mempertahankan konsistensi terhadap teknik pengumpulan data,

penggunaan konsep dan penafsiran atas fenomena.

c. Uji obyektivitas (uji konfirmabilitas) yaitu dengan cara mengkonfirmasi

(41)

berbagai pihak (auditor) untuk melakukan audit trial, dan mengundang

(42)

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Penelitian ini menemukan gambaran berpikir matematis siswa SMP dalam

Pembelajaran Berbasis Budaya Islam adalah sebagai berikut :

1. Gambaran kemampuan berpikir matematis siswa SMP dalam

Pembelajaran Berbasis Budaya Islam ditinjau dari kelompok kategori

prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi, baik

secara lisan, tertulis, maupun menggunakan gambar dapat dikatakan

baik. Adanya upaya memberikan penjelasan secara lengkap,

sehingga komunikasinya mudah untuk dipahami. Upaya tersebut

didukung dengan produktivitas “kata” nya yang relatif banyak.

Kategori prestasi belajar sedang, komunikasi secara lisan, tertulis,

maupun menggunakan gambar dapat dikatakan cukup baik. Mereka

hanya menulis sesuai dengan kebutuhan tanpa ada upaya penjelasan

secara lengkap. Komunikasinya masih dapat dipahami, meskipun

didukung oleh produktivitas “kata” yang relatif cukup. Kategori

prestasi belajar rendah, komunikasi secara lisan, tertulis, maupun

menggunakan gambar dapat dikatakan kurang baik. Mereka hanya

(43)

secara lengkap. Komunikasinya masih susah dipahami, karena

produktivitas “kata” nya yang relatif sedikit.

b. Penalaran matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi

mencakup penalaran secara deduktif dan induktif. Kemampuan

menggunakan kedua jenis penalaran tersebut dapat dikatakan baik,

dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dalam menyelesaikan soal.

Kemampuan tersebut didukung oleh pemahaman konsep dan

prosedur matematis yang relatif tinggi. Kategori prestasi belajar

sedang, mencakup penalaran secara deduktif dan induktif. Namun

mereka lebih dominan dalam menggunakan penalaran secara

deduktif. Kemampuan penalaran mereka didukung oleh pemahaman

konsep dan prosedur matematis yang cukup baik. Adapun kategori

prestasi belajar rendah mencakup penalaran deduktif dan induktif.

Namun mereka lebih dominan dalam penalaran secara induktif.

Kemampuan penalaran mereka dapat dikatakan kurang baik, karena

pemahaman konsep dan prosedur matematisnya masih tergolong

rendah.

c. Pemecahan masalah matematis siswa kategori prestasi belajar

tinggi, lengkap dan jelas serta dapat menggunakan strategi

pemecahan masalah secara tepat. Kemampuan pemecahan masalah

ini nampaknya didukung oleh kemampuan berpikir kreatif dan

berpikir kritis, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan

(44)

sedang, kemampuan pemecahan masalahnya cukup jelas dan dapat

menggunakan strategi pemecahan masalah secara tepat. Namun,

mereka sering kurang cermat dalam perhitungan. Dalam pemecahan

masalah pada umumnya mereka tidak melakukan pengecekan

kembali (looking back) secara cermat. Oleh karena itu kemampuan

pemecahan masalahnya dapat dikatakan cukup baik. Kategori

prestasi belajar rendah, kurang jelas dalam pemecahan masalah,

serta penggunaan strategi pemecahan masalahnya masih kurang

terarah, bahkan dapat dikatakan mereka kurang mampu dalam

memecahkan masalah. Mereka pada umumnya kurang teliti, dan

keinginannya langsung menyelesaikan masalah tanpa melakukan

identifikasi masalah serta pengecekan kembali (looking back).

Pemecahan masalahnya dapat dikatakan kurang baik.

d. Berpikir kritis matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi,

nampak dalam setiap langkah menyelesaikan masalah dengan

argumentasi yang valid, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa

dalam kelompok ini, dapat dikatakan baik. Kategori prestasi

belajar sedang, nampak dalam setiap menyelesaikan masalah

dengan argumentasi yang cukup valid, khususnya dalam

mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritisnya tergolong

cukup baik. Kategori prestasi belajar rendah, berpikir kritis

(45)

rendah, dengan argumentasi yang kadang kurang valid. Kemampuan

berpikir kritisnya dapat dikatakan kurang baik.

e. Berpikir kreatif matematis siswa kategori prestasi belajar tinggi

bervariasi meliputi kelancaran, keluwesan, kerincian, dan keaslian.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir

kreatifnya baik. Kategori prestasi belajar sedang, berpikir kreatif

matematisnya bervariasi meliputi kelancaran, keluwesan, kerincian,

dan keaslian. Adapun untuk unsur keluwesan lebih nampak dalam

bentuk klasikal, artinya unsur keluwesan secara individu masih

kurang tetapi secara klasikal dapat berjalan dengan baik. Kategori

prestasi belajar rendah, berpikir kreatifnya kurang bervariasi.

Namun, jika dicermati mereka memiliki kreativitas dalam keaslian.

Artinya mereka lebih senang menjawab dengan caranya sendiri

walaupun salah. Oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif mereka

secara keseluruhan dapat dikatakan kurang baik.

2. Kemampuan berpikir matematis siswa ditinjau dari nilai-nilai budaya

Islam adalah sebagai berikut:

a. Secara umum kelompok kategori tinggi, sedang, dan rendah dalam

prestasi belajar terkait dengan tinggi rendahnya prestasi nilai-nilai

budaya Islam siswa. Tinggi rendahnya prestasi nilai-nilai budaya

Islam terkait juga dengan tinggi rendahnya prestasi akhlak siswa. Ini

berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar terkait dengan tinggi

(46)

b. Siswa yang mempunyai hafalan Al Qur’an relatif banyak, dapat

dikatakan bahwa mereka mempunyai daya juang yang baik untuk

memecahkan masalah walaupun harus menemui kesulitan atau

kebuntuan. Demikian juga dalam hal berpikir kreatif, mereka

mempunyai kelebihan dalam keluwesan (flexibility) yaitu memiliki

keberanian untuk mencoba menyelesaikan masalah dengan cara lain.

c. Siswa yang tertib dalam sholat dan serius dalam sholatnya, dapat

dikatakan mempunyai penalaran yang baik, khususnya bernalar

secara deduktif. Tingkat ketelitian dalam mengerjakan soal juga

dapat dikatakan baik.

d. Siswa yang rajin berdoa serta meyakini doanya, dapat dikatakan

mempunyai keyakinan yang kuat, yaitu mempunyai percaya diri (self

confidence) yang baik. Biasanya mereka tidak goyah dengan

jawaban yang sudah diberikan.

3. Ada keterkaitan atau korelasi yang kuat antara akhlak dan prestasi belajar

matematika.

4. Pengaruh akhlak terhadap prestasi belajar matematika dikatakan cukup

besar.

5. Pengaruh prestasi belajar matematika terhadap akhlak dapat dikatakan

(47)

B. SARAN

1. Kepada pihak sekolah, dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis budaya

Islam,

a. Sekolah perlu menyediakan fasilitas peribadatan yang dapat

memenuhi kebutuhan siswa, seperti masjid yang dapat menampung

seluruh siswa untuk dapat sholat berjama’ah.

b. Perlu disediakan tempat-tempat yang representatif untuk

terselenggaranya pembelajaran tahfizh dalam sistem halaqah.

c. Perlu adanya solusi untuk mengatasi kesenjangan kemampuan

berpikir siswa yang cukup lebar antara kelompok kategori prestasi

belajar tinggi dan kelompok kategori prestasi belajar rendah.

2. Kepada para peneliti pendidikan, perlu ditindaklanjuti penelitian ini

untuk:

a. Menemukan upaya-upaya lain yang dapat membangun akhlak mulia

siswa, dan berdampak positif terhadap kemampuan berpikir

matematis serta berdampak positif terhadap prestasi belajar

matematika.

b. Meneliti kemampuan berpikir matematis, akhlak dan prestasi belajar

matematika siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam

untuk kelas khusus siswa laki-laki atau kelas siswa campuran.

c. Meneliti kemampuan berpikir matematis, akhlak dan prestasi belajar

(48)

untuk sekolah-sekolah Islam yang lain, seperti yang bernaung di

Yayasan Muhammadiyah atau Yayasan Nahdlotul Ulama.

d. Meneliti kemampuan berpikir matematis, akhlak, dan prestasi belajar

matematika siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Islam

untuk sekolah-sekolah umum.

e. Meneliti perbedaan pengaruh Pembelajaran Berbasis Budaya Islam

dan Pembelajaran Konvensional terhadap prestasi belajar

matematika siswa.

f. Meneliti faktor penyebab siswa tidak mau mengerjakan sesuatu yang

mereka anggap belum jelas manfaatnya. Misalnya, ketika mereka

diberi soal ulangan dan tidak bisa maka mereka cenderung diam,

membiarkan lembar jawab kosong tanpa ada rasa cemas.

g. Meneliti bagian manakah dari materi matematika yang mendapat

pengaruh besar dari akhlak, apakah pada bagian kalkulasi atau

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdeljaouad, M.(2006) Issues in the History of Mathematics Teaching in Arab Countries. Paedagogica Historica.Vol. 42 No. 4&5 Agust 2006 p. 629-664.

Agustian, A. G.(2001) Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan

Spiritual ESQ.Jakarta: Arga.

Al-Sharqawi, E. (1986) Filsafat Kebudayaan Islam.Bandung: Pustaka.

Arikunto, S.(2008) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asy’arie, M. (1999) Filsafat Islam tentang Kebudayaan.Yogyakarta: LESFI.

Azra, A.(1999) Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millennium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Banyumas dalam Angka Tahun 2011

www.banyumaskab.go.id diunduh tanggal 30 Juni 2012.

Baroody, A. J. (1993) Problem Solving, Reasoning and CommunicationK-8

Helping Children Think Mathematically. New York: Macmillan

Publishing Company.

Bell, F.H. (1981) Teaching and Learning Mathematics in The Secondary School. New York : Wm.C.Brown Company Publisher.

Bilgrami, H.H. dan Asyraf, S.A. (1989) The concept of Islamic University (terjemahan). Yogyakarta: Tiara Wacana.

BSNP (2006) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Choliq, A. (2011) Hubungan Prestasi Belajar Agama Islam dengan Akhlak Siswa

Kelas IV SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Pelajaran 2009/ 2010. Skripsi /Thesis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tidak

diterbitkan.

Chua, Y.P. (2004) Creative and Critical Thinking Styles. Kuala Lumpur: UPM Press.

Creswell, J. W. (2008) Educational Research. New Jersey: Pearson Education

Douglas, F., Brenner, dan Sandra (2001) Cultural Influences on Critical Thinking and Problem Solving. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A

(50)

Ennis, R.H. (2001) Goal for a Critical Thinking Curriculum and it Assessment. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A Resource Book for

Teaching Thinking. Alexanderia: ACSD.

Ervynck, G. (2002) Mathematical Creativity. Dalam David Tall (ed.). Advance

Mathematical Thinking. New York: Kluwer Academic Publisher.

Evans, J.R. (1991) Creative Thinking in the Decision and Management

Sciences. USA : South-Western Publishing Co.

Fatah, R.,A. dkk (2010) Rekontruksi Pesantren Masa Depan (dari Tradisional,

Modern, Hingga Post Modern). Hasil Penelitian tidak diterbitkan.

Fisher, R. (2005) Teaching Children to Think. London: Nelson Thornes Ltd.

Harris, R.A. (2004) Creative Problem Solving: A Step-by-Step Approach. Los Angeles : Pyrczak Publishing.

Hasjmy, A. (1993) Sejarah Kebudayan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Hulusi A. (2006) Dua: Directed Brain waves.

http://www.ahmedhulusi.org/. diunduh 30 Juli 2011.

Ilyas, Y. (2001) Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Jauhari A. (2011) Pembinaan Akhlak Santri Putra Pondok Pesantren Assalafiyyah

Mlangi Yogyakarta. Skripsi/Tesis Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.Tidak diterbitkan.

Khaled, A. (2010) Buku Pintar Akhlak (terjemahan). Jakarta: Zaman.

Khaled, A. (2011) Kurnia Ibadah (terjemahan). Jakarta: Zaman.

Killen, R. (1998) Effective Teaching Strategies. Australia : Social Science Press.

KTSP SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto tahun 2010.

Kusumah,Y.S. (2008) Konsep, Pengembangan, dan Implementasi Computer

Based Learning dalam Peningkatan Kemampuan High-Order Mathematical Thinking (Pidato Pengukuhan Jabatan Profesor,

23 Oktober 2008). Bandung: UPI.

Leung, F. (2008) Chinese Culture, Islamic Culture, and Mathematics Education. dalam Clarkson, P. and Presmeg N.(ed).Critical Issues in Mathematics

(51)

Mahmudi, A. (2010) Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis

Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Maasalah, dan Disposisi Matematis, Serta Persepsi Terhadap Kreativitas. Disertasi SPs UPI.

Tidak diterbitkan.

Majid, A. dan Andayani, D. (2012) Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marcut, I. (2005) Critical Thinking - Applied to the Methodology of Teaching Mathematics. Educatia Matematica Vol. 1, Nr. 1 (2005), 57–66.

Marfuah (2010) Relevansi Pengembangan Kurikulum Di Pesantren Modern Al-

Amanah Junwangi-Krian DenganTuntutan Era Globalisasi. Tesis Pasca

sarjana IAIN Sunan Ampel. Tidak diterbitkan.

Marzano R.G.dan Pollock, E. (2001) Standard based Thinking and Reasoning Skill. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A Resource Book

for Teaching Thinking. Alexanderia: ACSD.

Muda, A.A.K. (2006) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Reality Publisher

Muhlisin (2004) Studi Korelasi Antara Prestasi Belajar Aqidah Akhlak dengan

Perilaku Sosial Anak Usia Pubertas di MTs Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara Tahun 2004. Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Tidak diterbitkan.

Munandar, U. (2004) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nasution, H. (1993) Tinjauan Filosofi tentang Pembentukan Kebudayaan dalam

Islam. dalam Abdul Basir Solissa dkk (ed). Al Qur’an dan Pembinaan

Budaya Dialog dan Transformasi.Yogyakarta: LESFI.

Nasution S. (1982) Didaktik Asas-asas Mengajar.Bandung: Jemmars.

Nata, A. (2009) Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner. Jakarta: Rajawali Press.

National Council of Teachers of Mathematics (1989) Curriculum and Evaluation

Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of

Teachers of Mathematics.

National Council of Teachers of Mathematics (1991) Professional for teaching

(52)

National Council of Supervisors of Mathematics (1988) Component of essential

Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.

National Council of Teachers of Mathematics (2000) Curriculum and Evaluation

Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of

Teachers of Mathematics.

Nurlaelah, E. (2009) Pencapaian Daya dan Kreativitas Matematika Mahasiswa

Calon Guru Melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori APOS. Disertasi

SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.

Permendiknas no.22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

Polya, G. (1973) How To Solve It (2nd ed). Princeton: Princeton University Press.

Pomalato, S.W.D. (2005) Pengaruh Penerapan Model Treffinger Dalam

Mengembangkan Kemampuan Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Puccio, G.J. dan Murdock, M.C. (2001) Creative Thinking: An Essential Life Skill. Dalam Arthur L. Costa (ed.). Developing Mind A Resource Book for

Teaching Thinking. Alexanderia: ASCD.

Purwodarminto (2000) Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Rabandi, I. (2010) The Ethos Of Sakura Bacaan Strategis Pribadi Sukses. Yogyakarta: Andi.

Rahayu,U., Yumiati, and Pannen,P. ( 2006 ) Instructional Quality Improvement In

Science Through The Implementation Of Culture-Based Teaching Strategy,

www.unecobkk.org/fileadmin/user-apload/apeid/conference diunduh tanggal 5 April 2010.

Ramayulis, dan Nizar, S. (2009) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ratnaningsih, N. (2007) Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap

Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Matematika Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Rohaeti, E. E. (2008) Pembelajaran Dengan Pendekatan Eksplorasi untuk

(53)

Ruseffendi (1998) Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2008) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2008a) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group

Sanjaya, W. (2008b) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardjiyo dan Pannen, P. (2005) Pembelajaran Berbasis Budaya:Model Inovasi

Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan Vol.6 No.2, September 2005, 83-95.

Sauri, S. (2011) Filsafat dan Teosafat Akhlak. Bandung: RIZQI Press.

Shawn, K. (2007) A Brief Overview of Culture-Based Education and Annotated

Bibliography. www.ksbe.edu/spi diunduh tanggal 5 Maret 2010.

Simon, M. A. (1996) Beyond Inductive and Deductive Reasoning: The Search for

A Sense of Knowing. www.ksbe.reason/ind-ded diunduh tanggal 15 Oktober

2009.

Simuh (2000) Keunikan Interaksi Islam dan Budaya Jawa. Makalah seminar “Pengaruh Islam terhadap budaya Jawa” tanggal 31 Nopember 2000.

Sudjana N. (1989) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kombinasi.Bandung: Alfabeta

Suhena, E. (2009) Pengaruh Strategi REACT dalam Pembelajaran Matematika

Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Penalaran dan

Komunikasi Matematis Siswa SMP. Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2010) Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik.

www.upi.edu.net diunduh tanggal 5 April 2010.

(54)

Suyono dan Hariyanto (2011) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syafii, J.M. (2006) The Power of Shalat (terjemahan). Bandung: MQ publishing.

UUSPN No. 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wardani, S. (2009) Pembelajaran Inkuiri Model Silver Untuk Mengembangkan

Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA.

Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Widjajanti, D.B. (2010) Analisis Implementasi Strategi Perkuliahan Kolaboratif

Berbasis Masalah dalam Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Keyakinan Terhadap Pembelajaran Matematika. Disertasi SPs UPI. Tidak

diterbitkan.

Winkel W.S. (2007) Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Yuniarti,Y. (2007) Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri.

Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Yurniwati (2009) Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Tingkat Tinggi

dengan Computer Based Problem Solving Pada Siswa SMP. Disertasi SPs

UPI. Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 4.14 : Perbedaan Pengaruh Variabel Akhlak dan Pengaruh Variabel
Gambar 4.62: Pekerjaan Siswa C2 untuk Jawaban Soal  No.10…………… 164

Referensi

Dokumen terkait

Kewirausahaan adalah semangat, sikap perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru

Analisis Komparasi Usahatani Pepaya dan Pisang Barangan Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus : Desa Negara, Kec. STM Hilir, Kab. Deli Serdang).. Medan : Fakultas

- Terpilihnya Pemenang Lomba-lomba pada Jambore UKS - Terpilihnya Pemenang Lomba PHBS tingkat Kota Balikapan - Terbinanya UKBM berorientasi kesehatan di Kota Balikpapan

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Penelitianinidilatarbelakangidenganpelatihan “PedomanUmumGiziSeimbang” yang telahdiberikankepada Guru SekolahDasar di

dilakukan. Menurut Kemmis dan Mc. 14) penelitian juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dari keempat aspek yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi

Maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran kualitas hidup penderita melasma pada ibu-ibu pengunjung Posyandu di Kelurahan Tanjung Rejo, Kota Medan..

Pengaruh Jumlah Produksi Kedelai Dalam Negeri , Harga Kedelai Dalam Negeri Dan Kurs Dollar Amerika Terhadap Volume. Impor