• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERENCANAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO

ACUAN PERANCANGAN

UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN SARJANA TEKNIK (S-1) PADA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA

DIAJUKAN OLEH : IMAM SUANDY SAUDI

45 14 043 010

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)

i

KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat merampungkan karya ilmiah ini sebagai persyaratan untuk Seminar Tugas Akhir pada Program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

Persyaratan yang dimaksud adalah penyusunan suatu Skripsi dengan judul :

TERMINAL ANGKUTAN DARAT TIPE A DI KOTA PALOPO.

Didasari sepenuhnya akan kekurangan dan kelemahan yang ada di dalam karya ilmiah ini, disamping membutuhkan saran dan kritik dari berbagai disiplin ilmu, juga demi kesempurnaan penulisan, baik waktu sekarang maupun yang akan datang, penulis menyarankan semoga karya ilmiah ini dimamfaatkan dengan maksimal bagi civitas akademika Fakultas Teknik khususnya Program studi Arsitektur.

Berkat usaha dan kerja keras dari awal perkuliahan hingga pernyusunan karya ilmiah ini tentunya tidak sedikit hambatan dan cobaan yang dihadapi, untuk itu pada kesempatan ini penulis memohon maaf, sekaligus mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-bersarnya kepada :

1. Kedua orang tua yang sangat saya kagumi dan banggakan, Ayahanda Saudi Hanafi S.E dan Ibunda Yurianti Nurdin atas doa yang tidak henti-hentinya serta dukungan materil yang diberikan selama perkulihan.

2. Bapak M Awaluddin Hamdy, ST, M.Si., Bapak Syahril Idris, ST, M.SP., selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

(5)

ii

3. Ibu Syam Fitrian Asnur, ST, M.Sc., selaku Ketua Program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar yang telah membantu dengan kebijakannya selama ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta Para Staf Akademik Program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

5. Segenap Instansi yang telah memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan.

6. Seluruh teman-teman Angkatan 14 FT-Unibos, terima kasih atas motifasi dan doanya selama ini.

7. Seluruh teman-teman Mahasiswa Program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dalam memberikan saran maupun masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

8. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya semoga karya ilmiah ini dapat bermamfaat untuk semua pihak dan semoga Allah SWT selalu memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amien.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, September 2019

Penulis,

IMAM SUANDY SAUDI

(6)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan ... 5

1. Tujuan Pembahasan ... 5

2. Sasaran Pembahasan ... 5

D. Manfaat ... 6

E. Lingkup Pembahasan ... 6

F. Metode dan Sistematika Pembahasan ... 6

1. Metode Pembahasan ... 6

2. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL ANGKUTAN DARAT ... 9

A. Tinjauan Angkutan Darat ... 9

1. Pengertian Terminal ... 9

2. Unsur-unsur Operasional ... 9

3. Tinjauan Jaringan Transportasi ... 11

4. Pelayanan Angkutan Penumpang Umum ... 13

a. Ketentuan Operasional Pelayanan Angkutan Pelayanan Umum ... 13

b. Pelayanan Angkutan Bus ... 15

B. Tinjauan Terminal Angkutan Darat ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Fungsi Terminal ... 19

3. Kelembagaan dan Struktur Organisasi Terminal ... 20

4. Klasifikasi dan Tingkat Pelayanan Terminal ... 22

(7)

iv

5. Persyaratan Lokal Terminal ... 22

6. Standar Kebutuhan Fasilitas ... 23

a. Jenis / Macam Fasilitas ... 23

b. Besaran Fasilitas ... 25

7. Tinjauan Sirkulasi Dalam Terminal ... 27

C. Tinjauan Terminal ... 30

1. Studi Banding ... 30

2. Trayek Angkutan ... 33

3. Perkembangan Kendaraan dan Penumpang di Terminal ... 34

4. Program Pengembangan Terminal di Kota Palopo ... 34

5. Studi Referensi ... 34

BAB III TINJAUAN KHUSUS TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO...38

A. Studi Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo ... 38

1. Uraian Umum Kota Palopo ... 38

2. Tinjauan Angkutan Jalan Raya ... 40

3. Keadaan Terminal di Kota Palopo ... 41

4. Ciri-ciri Angkutan Penumpang Bus di Kota Palopo ... 48

5. Studi Jumlah Pemakai ... 50

6. Rekomendasi ... 53

B. Batasan dan Kriteria ... 54

1. Batasan ... 54

2. Kriteria ... 55

C. Dasar dan Faktor yang Mendukung Pengembangan Terminal Tipe A di Kota Palopo ... 55

1. Dasar Pengembangan ... 55

2. Faktor-Faktor yang Mendukung ... 56

D. Perencanaan Terminal Angkutan Darat Tipe A di Kota Palopo ... 56

1. Analisa Makro ... 56

a. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah ... 56

b. Rencana umum Tata Ruang Kota Palopo ... 58

(8)

v

c. Sistem Transportasi ... 59

2. Analisa Mikro ... 60

a. Lokasi Terminal yang Ada Saat ini ... 60

b. Lokasi Terminal yang Direncanakan ... 61

3. Kegiatan Pelaku Pada Terminal Tipe A ... 63

a. Kegiatan Pokok Operasional dan Administrasi ... 63

b. Kegiatan Angkutan ... 64

c. Kegiatan Lintasan Kendaraan dan Penumpang di Terminal ... 64

4. Alternatif Sistem Operasional ... 68

5. Masalah yang Berpengaruh Pada Lintasan Gerak Penumpang Barang, dan Letak Bangunan Tipe A ... 71

BAB IV KESIMPULAN ... 74

1. Kesimpulan umum ... 74

2. Kesimpulan khusus ... 75

BAB V PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN ... 77

A. Pendekatan Konsep Makro ... 77

1. Pendekatan Penentuan Lokasi ... 77

2. Pendekatan Penentuan Site ... 79

3. Pendekatan Pola Tata Massa ... 80

4. Pendekatan Sistem Sirkulasi ... 80

5. Pendekatan Penentuan Penampilan Bangunan ... 81

6. Pendekatan Tata Ruang Luar ... 82

B. Pendekatan Konsep Mikro ... 83

1. Pendekatan Kebutuhan Ruang ... 83

2. Pendekatan Konsep Pengelompokan Ruang ... 86

3. Pendekatan Pola Organisasi Ruang ... 87

4. Pendekatan Konsep Besaran Ruang ... 89

5. Pendekatan Konsep Bentuk Ruang ... 93

6. Pendekatan Sistem Pengkondisian / Enciroment Bangunan ... 106

a. Sistem Pencahayaan ... 106

b. Sistem Penghawaan ... 107

(9)

vi

c. Sistem Akustik ... 107

7. Pendekatan Sistem Struktur dan Material ... 108

8. Pendektan Utilitas dan Perlengkapan Bangunan ... 110

a. Sistem Penanggulangan Air Bersih ... 110

b. Sistem Pembuangan ... 110

c. Sistem Elektrikal ... 111

d. Sistem Komunikasi ... 112

e. Sistem Penanggulangan Kebakaran ... 113

f. Sistem Penangkal Petir ... 113

BAB VI ACUAN PERANCANGAN ... 114

A. Acuan Perancangan Makro ... 114

1. Penentuan Lokasi ... 114

2. Penentuan Tapak/Site ... 117

B. Acuan Perancangan Mikro ... 121

1. Kebutuhan Ruang ... 121

2. Konsep Pengelompokan Ruang ... 123

3. Pola Organisasi Ruang ... 124

4. Konsep Besaran Ruang ... 125

5. Konsep Bentuk Ruang ... 142

6. Sistem Pengkondisian / Enciroment Bangunan ... 143 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Skema Struktur Organisasi Terminal ... 21

Gambar 2.2 : Bus Transit Terminal Purbaya ... 34

Gambar 2.3 : Terminal Modern Alang-alang Palembang... 34

Gambar 2.4 : Lahan Parkir Ruko Terminal Palembang... 35

Gambar 2.5 : Jalur Keberangkatan Terminal Giwangan... 35

Gambar 2.6 : Lahan Parkir AKDP Giwangan... 35

Gambar 3.1 : Peta Administrasi Wilayah Kota Palopo... 37

Gambar 3.2 : Gerbang Masuk Terminal Kota Palopo... 39

Gambar 3.3 : Keadaan di Dalam Terminal Kota Palopo... 44

Gambar 3.4 : Parkiran Kendaraan Terminal Kota Palopo... 45

Gambar 3.5 : Ruang Tunggu Penumpang Terminal Kota Palopo... 45

Gambar 3.6 : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palopo... 51

Gambar 3.7 : Peta Jaringan Jalan Kota Palopo... 70

Gambar 5.1 : Peta Administrasi Kota Palopo... 74

Gambar 5.2 : Peta Administrasi Kecamatan Wara Selatan ... 75

Gambar 5.3 : Organisasi Ruang Makro ...... 84

Gambar 5.4 : Skema Jaringan Air Bersih ... 105

Gambar 5.5 : Skema Pembuangan Sampah ... 106

Gambar 5.6 : Skema Jaringan Listrik ... 107

Gambar 5.7 : Skema Sistem Penangkal Petir ... 109

(11)

ix

Gambar 6.1 : Peta wilayah administrasi Kota Palopo... 111

Gambar 6.2 : Peta wilayah administrasi Kecamatan Wara Selatan... 112

Gambar 6.3 : Peta wilayah Kelurahan Songka... 112

Gambar 6.4 : Skema Organisasi Ruang Makro ... 121

Gambar 6.5 : Matriks Ruang Fasilitas Penumpang ... 138

Gambar 6.6 : Skema Pola Hubungan Ruang Fasilitas Penumpang ... 138

Gambar 6.7 : Matriks Ruang Fasilitas Administrasi Pengelola ... 139

Gambar 6.8 : Skema Pola Hubungan Ruang Fasilitas Administrasi Pengelola... 139

Gambar 6.9 : Matriks Ruang Fasilitas yang Disewakan ... 140

Gambar 6.10 : Skema Pola Hubungan Ruang Fasilitas yang Disewakan ... 140

Gambar 6.11 : Matriks fasilitas luar bangunan terminal... 141

Gambar 6.12 : Skema pola hubungan fasilitas luar bangunan terminal... 142

Gambar 6.13 : Matriks ruang servis ringan kendaraan... 142

Gambar 6.14 : Skema pola hubungan ruang servis ringan kendaraan... 142

Gambar 6.15 : Skema Jaringan Air Bersih... 147

Gambar 6.16 : Skema Pembuangan Sampah... 148

Gambar 6.17: Skema Sistem Penangkal Petir... 149

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Waktu Untuk Memproses Penumpang

Di Terminal Angkutan Antar Kota ... 18

Tabel 2.2 : Jenis-Jenis Bis Yang Beroperasi Di Kota Palopo ....... 19

Tabel 2.3 : Waktu Tunggu Kendaraan Di Terminal ... 26

Tabel 2.4 : Kapasitas Kendaraan Muat di Terminal ...…...… 27

Tabel 3.1 : Luas Wilayah Tiap Kecamatan Kota Palopo (km2) ... 39

Tabel 3.2 : Jumlah Kendaraan Bus Di Palopo ... 49

Tabel 3.3 : Kenaikan Jumlah Kendaraan Bus ...…. 50

Tabel 3.4 : Jumlah Penumpang dan Kendaraan yang Keluar Masuk Terminal Palopo Tahun 2014 ... 52

Tabel 3.5 : Jumlah Penumpang dan Kendaraan di Terminal Palopo Tahun 2011-2014 .... 53

Tabel 5.1 : Besaran Ruang ... 103

Tabel 6.1 : Besaran Ruang ... 138

(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang muncul akibat permintaan atas komoditas lain. Permintaan untuk bekerja, bersekolah, berbelanja atau aktivitas-aktivitas lainnya menghasilkan mobilitas yang disebut transportasi.

Transportasi terbentuk dari komponen sarana, prasarana dan manusia. Seluruh yang ada dalam komponen tersebut harus tertata dengan baik untuk menciptakan sistem transportasi yang baik.

Tingkat kebutuhan terhadap suatu sistem transportasi untuk setiap daerah berbeda, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan perkembangan wilayah serta karakteristik kondisi fisik, demografis, sosial, ekonomi dan kultural yang berbeda pada tiap wilayah di Indonesia. Oleh karena itu pada titik pertemuan perjalanan antara suatu daerah dengan daerah yang lain diperlukan suatu tempat yang dapat menjamin perpindahan tersebut menjadi lancar, yaitu terminal.

Dalam undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan Pasal 33 disebutkan bahwa untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau baramg dan diselenggarakan terminal, dimana terminal yang dimaksud dapat berupa terminal penumpang ataupun terminal barang.

Terminal merupakan pangkalan kendaraan bermotor umum digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan( Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Nomor 40 Tahun 2015 tentang standar pelayanan penyelenggaraan terminal penumpang angkutan jalan) harus dapat bekerja secara optimal dan efisien, sehingga dapat mendukung mobilitas penduduk, ketertiban lalu lintas, disamping itu terminal juga

(14)

2

berfungsi sebagai sarana penunjang bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor restribusi.

Sejak awal perkembangan dan pertumbuhannya, terminal angkutan darat di Kota Palopo Sejak awal perkembangan dan pertumbuhannya, selalu menjadi pusat transportasi umum yang menghubungkan antara 3 kabupaten yaitu kabupaten Toraja, kabupaten Luwu timur dan kabupaten Luwu. Namun seiring dengan perkembngan zaman teknologi serta tinggat kepuasaan masyarakat semakin tinggi maka dituntut adanya penataan yang baru dari site yang ditunjang dengan adanya fasilitas yang tertata dengan baik sehingga meningkatkan minat masyarakat terhadap moda transportasi umum. Berkembangnya arus angkutan secara logis akan mempengaruhi kondisi lalu lintas. Meningkatnya frekuensi kendaraan dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran, ketertiban dan keamanan arus lalu lintas. Maka selain diimbangi dengan perluasan jaringan jalan, perlu adanya pemantapan sistem pengaturan arus lalu lintas, diantaranya dengan pengadaan wadah yang dapat berfungsi optimal mengatur, mengawasi dan mengendalikan arus angkatan darat, sehingga lalu lintas tetap dapat berfungsi dengan lancar.

Pelayanan jasa transportasi umum dalam kota di Kota Palopo pada saat ini didukung oleh adanya Pangkalan Angkutan Pasar Sentral (Terminal Induk Sentral) yang menjadi pusat jasa angkutan umum dalam kota. Untuk angkutan antar kota dalam propinsi dan antar propinsi dilayani oleh Terminal Dangerakko. Namun kondisi terminal tersebut saat ini sudah tidak memenuhi syarat lagi dengan munculnya berbagai masalah seperti kemacetan di sekitar terminal. Hal ini disebabkan karena lokasi terminal yang ada sekarang ini telah berkembang menjadi daerah yang potensial untuk perdagangan, perkantoran, pendidikan dan industri, akibat pengembangan Kota Palopo. Kemacetan tersebut terjadi akibat adanya crossing antara kendaraan yang keluar masuk terminal dengan kendaraan di jalan, yang merupakan jalan utama kota.

(15)

3

Hubungan antar terminal angkutan umum serta kaitannya dengan aksebilitas kota untuk mengurangi kepadatan dalam kota, maka kendaraan luar kota tidak diizinkan masuk ke dalam kota secara langsung.

Pola-pola yang dapat menjadi alternatif, Salah satunya yaitu pola desentralisasi.

Keuntungan yang bisa didapatkan yaitu : kapasitas satu terminal lebih kecil sehingga memudahkan untuk mengawasi dan mengontrol, aktifitas dan kegiatan yang ada lebih kecil sehingga sedapat mungkin kemacetan dapat dihindari serta daerah pelayanan luas dan terbagi dengan rata disamping keuntungan yang didapatkan dari sisi lain terdapat kerugian antara lain : dibutuhkan banyak fasilitas terminal penggunaan tanah/area. Di dalam kota relatif besar karena jumlah terminal didalam kota lebih banyak. Selain pola tersebut dikenal juga pola sentralisasi atau terpusat dengan konsekwensi aktifitas kegiatan yang lebih besar juga kapasitas terminal yang besar karena semua kegiatan angkutan diterapkan secara terpusat.

Masalah Arsitektural

Kondisi terminal angkutan darat saat ini kurang representatif sebagai prasarana angkutan umum di Kota Palopo. Pengaturan sirkulasi angkutan umum yang tidak teratur menyebabkan kerancuan bahkan kecelakaan. Fasilitas yang ada kurang nyaman dan kurang efisien digunakan bagi pengguna jasa terminal (penumpang). Hal lain yang mengganggu adalah kondisi fasilitas umum seperti adanya kios-kios yang semakin banyak dan tidak tertata dengan baik. Masalah –masalah yang dihadapi pada terminal yang ada saat ini adalah:

a. Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, pada hari libur awal bulan atau waktu- waktu mendekati Hari Raya padat oleh kendaraan penumpang sehingga kapasitas / daya tampung di terminal tidak memadai lagi.

(16)

4

b. Dengan tidak tersedianya prasarana terminal yang memadai, ada beberapa pengusaha jasa angkutan membangun atau menyewa kantor/ loket di luar terminal bus. Disamping sebagai tempat membeli tiket bus, loket tersebut juga digunakan sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Sehingga pengawasan terhadap keamanan pemakai fasilitas jasa angkutan tersebut sulit dilakukan.

c. Kurangnya kesadaran para pengemudi kendaraan umum untuk mengoperasikan kendaraannya di dalam terminal tersebut.

d. Tidak adanya ruang tunggu untuk penumpang sehingga penumpang menunggu di depan kios-kios

e. Tidak tersedianya tempat parkir bus di dalam terminal

f. Sering terjadinya kemacetan di luar terminal karena kendaraan keluar masuk terminal

Hal-hal tersebut diatas dapat menggambarkan bahwa terminal angkutan darat di Kota Palopo membutuhkan suatu lokasi perencanaan yang lebih baik agar dapat menunjang kelancaran, ketertiban dan keamanan di dalam maupun di luar terminal.

B. Rumusan Masalah 2.1. Arsitektural

1. Bagaimana menentukan lokasi site terminal yang sesuai dengan fungsi dan pelayanannya sebagai terminal angkutan darat.

2. Bagaimana menentukan jenis, jumlah dan besaran ruang fasilitas terminal sesuai kebutuhan terminal di Kota Palopo dan yang dapat menunjang fungsi kegiatan diterminal secara optimal

(17)

5

3. Bagaimana sistem penataan sirkulasi kendaraan pada terminal yang dapat mendukung ketertiban dan keamanan arus kendaraan penumpang umum.

4. Bagaimana menentukan tata fisik dan sistem bangunan ditinjau dari program ruang dan pola aktifitas.

5. Bagaimana sistem perencanaan lingkungan seperti penghawaan, pencahayaan yang menunjang pengadaan wadah.

2.2. Non Arsitektural

Bagaimana manajemen pengelolaan terminal angkutan darat yang menarik bagi masyakat dan bersifat terbuka terhadap sekitarnya, serta memberikan kenyamanan bagi penggunanya.

C. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan

Mengadakan studi tentang Terminal Angkutan Darat dan persyaratan pengadaannya sebagai wadah untuk menampung kebutuhan masyarakat di bidang perhubungan yaitu angkutan darat.

Menyusun acuan perancangan terminal angkutan darat di Kota palopo dengan cara melakukan studi makro menyangkut penentuan lokasi terminal, pengaturan sirkulasi jalur angkutan ke lokasi terminal dan penyediaan terminal dan penyediaan fasilitas pelayanan, selanjutnya untuk ditransfer ke perancangan fisik.

2. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai adalah menyusun dan merumuskan suatu landasan konseptual berupa pokok-pokok pikiran sebagai suatu gagasan dalam pengembangan Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo.

(18)

6

D. Manfaat

Secara subyektif dari laporan ini adalah sebagai pedoman perancangan terminal angkutan darat di Kota Palopo dan untuk melengkapi sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Program studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Maskassar. Secara obyektif diharapkan dapat menambah wawasan baik mahasiswa arsitektur dan kalangan arsitek, maupun pihak lain yang membutuhkan.

E. Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Pengembangan Teminal Angkutan Darat di Kota Palopo ini meliputi pada penciptaan fasilitas baru pada Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo serta konsep-konsep perancangan yang menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, seperti aspek fungsional, teknis, kinerja, kontekstual, dan arsitektural.

F. Metode Dan Sistematika Pembahasan 1. Metode pembahasan

Metode penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan pengembangan Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data primer maupun data sekunder, untuk kemudian dianalisa menuju kepada kesimpulan.

2. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Pengembangan Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo ini meliputi :

(19)

7

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan secara garis besar tema utama dalam penyusunan landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur, yang didalamnya meliputi latar belakang, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, mtode pembahasan yang digunakan, serta kerangka pembahasan yang berisi pokok-pokok pikiran dalam tiap bab yang ada.

BAB II : TINJAUAN UMUM TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO

Meninjau tentang teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan digunakan untuk mendukung perencanaan dan perancangan pengembangan Terminal Angkutan Darat di Kota palopo serta tinjauan tentang terminal-terminal sebagai studi kasus.

BAB III : TINJAUAN TERMINAL ANGKUTAN DARAT KOTA PALOPO Meninjau kondisi Kota Palopo secara umum dan gambaran wilayah Kota Palopo serta tinjauan mengenai data Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo dan Analisa pengembangannya.

BAB IV : PENUTUP

Mengemukakan saran dan kesimpulan yang berdasarkan pada tujuan sebelumnya.

(20)

8

BAB V : PENDEKATAN ACUAN PERENCANAAN

Menguraikan analisa pendekatan pemecahan masalah yang meliputi semua aspek penunjang perencanaan dan perancangan Pengembangan Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo.

BAB VI : ACUAN PERANCANGAN

Menguraikan tentang konsep landasan dan program dasar perencanaan dan perancangan sebagai pedoman utama dalam perancangan fisik bangunan Pengembangan Terminal Angkutan Darat di Kota Palopo.

.

(21)

9 BAB II

TINJAUAN UMUM TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO

A. Tinjauan Angkutan Darat 1. Pengertian

Pengertian angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Hal ini berdasarkan Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan (UU No.22 Th. 2009). Darat dalam hubungan itu adalah sebagai lintasan (ways), yaitu ruang tempat bergeraknya kendaraan atau ruang lalu lintas.

Dengan demikian pengertian angkutan darat adalah “pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan melalui darat”.

2. Unsur-Unsur Operasional

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk terselenggaranya operasi angkutan didarat, adalah :

a. Peralatan operasional (operating facilities) yang disebut juga sarana angkutan, yaitu kendaraan

b. Peralatan basis (basic facilities) yang disebut juga prasarana angkutan,yaitu jaringan jalan dan terminal.

Sedangkan unsur-unsur operasional angkutan didarat adalah:

(22)

10 (1) Unsur kendaraan

Kendaraan adalah suatu benda atau alat yang dapat bergerak baik didarat, udara maupun dilaut, dan mempunyai fungsi sebagai alat transpotrtasi.

Adapun jenis-jenis kendaraan di darat adalah kereta api, sepeda motor, mobil penumpang. Mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus.Jenis-jenis kendaraan tidak bermotor : sepeda, kereta yang ditarik hewan, becak, kereta dorong, atau tarik.

(2) Unsur Jaringan Jalan

Jaringan jalan adalah suatu ruang yang berfungsi untuk mengerahkan lalu lintas dan merupakan penghubung antar ruang-ruang kegiatan (kawasan pemukiman, perdagangan, industri, pariwisata,dan sebagainya) dan simpul (terminal) Menurut fungsinya, (UU No. 22 Tahun 2009) jaringan jalan disuatu kota dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Jalan Ekspres : jalan penghubung antar kota, melayani lalu lintas dengan volume dan kecepatan tinggi (120 km/jam) ;

b. Jalan arteri : jalan-jalan utama sekeliling kota, menyebarkan lalu lintas antar bagian-bagian wilayah kota dengan kecepatan sedang (65 km/jam) ;

c. Jalan kolektor : mengumpulkan lalu lintas dan memasukkannya ke dan dari jalan arteri dengan kecepatan sedang (50 km/jam) ;

d. Jalan lokal : jalan antar lingkungan, memasukkan lalu lintas ke dan dari jalan akses (jalan masuk masing-masing lahan) dengan kecepatan rendah (30 km/jam).

(23)

11 (3) Unsur Terminal

Terminal pada hakekatnya merupakan simpul jaringan transportasi yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum antara lain berupa tempat untuk naik turun penumpang dan/atau bongkarmuat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan arus angkutan umum, serta sebagai tempat perpindahan intra maupun antara moda transportasi. Terminal merupakan bagian dari sistem penyediaan angkutan umum. Eksistensi dan pengoperasian terminal pada prinsipnya ditujukan kelancaran, ketertiban dan keamanan arus operasi angkutan umum, untuk kenyamanan dan keamanan penumpang/barang, memperlancar proses transfer penumpang/ barang dari suatu moda angkutan ke moda angkutan lainnya, serta pelayanan kepada kendaraan dan crew.

Menurut jenis pelayanannya, terminal umumnya dibedakan atas:

terminal angkutan penumpang dan terminal angkutan barang (KM Perhubungan No. 135 Tahun 2015), sedangkan menurut skop dan tingkat pelayanannya, terminal diklasifikasikan atas terminal primer (regional) dan terminal sekunder (local), serta terminal utama, terminal madya dan terminal cabang (masing-masing untuk pelayanan dengan volume besar dan jarak jauh, volume dan jarak sedang, serta volume kecil dan jarak dekat).

3. Tinjauan Jaringan Transportasi a. Jaringan Jalan

Dalam RUTR Kota Palopo, kebijakan pengembangan jaringan jalan yang ditempuh di Kota Palopo yakni peningkatan kualitas dan fungsi jalan yang telah ada sehingga pengembangan jaringan jalan dapat melayani setiap unit lingkungan atau rumah.

(24)

12 Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam kebijaksanaan pengembangan jaringan jalan, yakni pemberdayaan sistem jaringan jalan yang ada dengan merubah fungsi dan dimensi konstruksi jalan. Sesuai dengan standar teknis, (PP No. 79 tahun 2013) pemberdayaan dengan penyesuaian terhadap klasifikasi fungsionalnya dan pemberdayaan fungsi jalan terhadap kemungkinan frekuensi dan karakteristik lalu lintas yang semakin meningkat.

Dengan demikian, maka sistem jaringan jalan di suatu kota dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Jalan Arteri Primer

Jalan ini berfungsi menghubungkan kota jenjang kesatu terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang kedua.

2) Jalan Arteri Sekunder

Jalan ini berfungsi untuk menghubungkan kawasan primer dengan sekunder satu atau kawasan sekunder satu dengan kawasan sekunder dua.

3) Jalan Kolektor Primer

Jalan ini berfungsi untuk menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ke tiga.

4) Kolektor Sekunder

Jalan ini untuk menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan sekunder ke dua atau kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke dua.

Sumber : Perancangan Jaringan Trayek, 2009

(25)

13 b. Jalan menurut fungsinya.

1) Jalan kolektor primer

Jalan kolektor primer didesain berdasarkan rencana paling rendah 40 km/jam, lebar badan jalan tidak kur ang dari 7 meter, lebar bahu jalan 3 meter dan lebar selokan 1 meter.

2) Jalan arteri primer

Jalan arteri primer didesain berdasarkan rencana paling rendah 6 km/jam, dengan lebar badan jalan tidak kurang dai 8 meter, lebar bahu jalan 1,25 meter dengan lebar selokan 0,5 meter.

Sumber : Perancangan Jaringan Trayek, 2009 c. Pola jaringan jalan

Pola jaringan jalan yang terdapat di Kota Palopo masih berpola grid linear. Pola jalan jaringan utama Kota Palopo pada jalur utama menghubungkan Kota Palopo dengan daerah lainnya.

4. Pelayanan Angkutan Penumpang Umum

a. Ketentuan Operasional Pelayanan Angkutan Penumpang Umum 1) Jenis Sarana Angkutan

Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang sebagaimana yang diatur pada PP No.79 Th. 2013 tentang angkutan jalan.

Pengertian mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang paling dilengkapi lebih dari sebanyaknya (8 delapan) tempat duduk, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

(26)

14 2) Jaringan Trayek

Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan trayek tetap dan teratur atau tidak dalam trayek. Hal ini diatur dalam peraturan pemerintah No. 79 Th. 2013 tentang angkutan jalan.

Pengangkutan dalam trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek yang terdiri dari :

a) Trayek antar kota antar provinsi (AKAP), yaitu trayek yang melalui lebih dari satu wilayah provinsi daerah tingkat I

b) Trayek antar kota dalam provinsi (AKDP), yaitu trayek yang melalui antar daerah tingkat II dalam suatu wilayah provinsi daerah tingkat I c) Trayek Kota (AK), yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam suatu

wilayah kotamadya daerah tingkat II

d) Trayek Pedesaan (ADES), yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kabupaten daerah tingkat II

e) Trayek lintas batas negara, yaitu trayek yang melalui batas negara.

Sedangkan pengangkutan tidak dalam trayek, terdiri dari : a) Pengangkutan dengan menggunakan taxi

b) Pengangkutan dengan cara sewa

c) Pengangkutan untuk keperluan pariwisata.

b. Pelayanan Angkutan Bus

1) Jenis-jenis Pelayanan Angkutan Bus

Angkutan umum menurut lingkup pelayanannya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

a) Bus kota, melayani trayek-trayek dalam kota

(27)

15 b) Bus antar kota, melayani trayek-trayek luar kota, seperti trayek antar kota-

kota kecamatan (dalam satu wilayah kabupaten yang cukup luas), trayek antar kota-kota dalam provinsi, dan trayek antar kota antar provinsi.

Bus-bus yang beroperasi antar kota, menurut sifat pelayanannya dibedakan atas:

a) Bus cepat, yaitu pelayanan langsung dari kota asal tujuan dan jumlah terminal yang wajib disinggahi dibatasi

b) Bus lambat, yaitu perjalanan tidak langsung dan jumlah terminal yang disinggahi sesuai izin trayek.

Bus antar kota menurut jarak perjalanannya dibedakan atas :

a) Bus antar kota jarak jauh, jarak perjalanan minimal 200 km, umumnya dengan sistem pelayanan cepat

b) Bus antar kota jarak dekat, jarak perjalanan kurang dari 200 km, sistem pelayanan cepat dan/atau lambat.

2) Standar Ukuran Mobil Bus

Standar ukuran kendaraan bermotor sebagaimana ditetapkan dalam PP No.79 Th. 2013 tentang Kendaraan dan Pengemudi, adalah sebagai berikut : a) Lebar maksimum 2,5 m

b) Panjang maksimum (kendaraan bermotor tunggal) 12 m

c) Tinggi maksimum 4,2 dan tidak lebih dari 1,7 kali lebar kendaraan (kecuali untuk mobil bus tingkat)

Adapun ukuran mobil bus yang umum terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut :

a) Bus besar lt. ganda :

980 x 240 x 425 (P x L x T ….cm)

(28)

16 b) Bus besar lt. tunggal :

900-1200 x 222,5-250 x 300-330 c) Bus sedang

600-800 x 175-200 x 260-280 d) Bus kecil

400-600 x 150-175 x 170-180

Untuk daerah Sulawesi Selatan, ukuran kendaraan umum yang beroperasi dalam trayek tetap dan teratur, adalah sebagai berikut :

a) Bus besar (42 seat)

(1) 950 x 240 x 290 (P x L x T ….. cm) (2) 890 x 230 260

(3) 915 x 245 x 283 b) Bus Sedang (28 seat)

(1) 579 x 220 x 260 (2) 620 x 200 x 230 c) Bus kecil (18 seat)

(1) 520 x 172 x182

Non bus ( ks 8 seat, ko 10-12 seat ) a) Station Wagon

(1) 410 x 160 x 180 (2) 470 x 150 x155 (3) 418 x 172 x 183 b) Mikrolet

(1) 400 x 150 x 183

(29)

17 Keterangan : ks = kapasitas standar

Ko = kapasitas operasional

Tabel II.1

Waktu untuk memproses penumpang di terminal angkutan antar kota

Kegiatan Bus Waktu rata-rata / Tingkat arus

- Pelayanan karcis penumpang - memasuki bus

- Waktu total dari membuka pintu sampai mengambil kembali bagasi - Waktu total dari membuka pintu

sampai penumpang keluar dari kendaraan :

Tanpa bagasi

Dengan bagasi ditangan - Waktu minimum untuk semua

tahapan diterminal Keberangkatan Kedatangan

0,70 menit / penumpang 0,065 menit / penumpang 4,80 menit

1,56 menit 2,11 menit

15,37 menit 3,25 menit

Sumber: Pengantar dan perencanaan transportasi ; Edward k. Morlok (hal.

314)

(30)

18 Tabel II.2

Jenis-jenis bis yang beroperasi di Kota Palopo

Jenis Bis Merk Daya Angkut Ukuran

Bis Besar

Hino 6000 cc Fuso 6000 cc Toyota raksasa Mercedes 6000 cc

35-42 Orang 35-42 Orang 35-42 Orang 35-42 Orang

915 x 240 x 290 cm 900 x 230 x 260 cm 890 x 230 x 260 cm 915 x 245 x 283 cm Bis Sedang Daihatsu 2600 cc

Toyota Dyna

22-23 Orang 22-23 Orang

570 x 220 x 243 cm 620 x 200 x 230 cm

Bis Kecil

Toyota Kijang Toyota Hi – Lux Toyota Hi – ace Isuzu Panther

8-10 Orang 8-10 Orang 8-10 Orang 8-10 Orang

410 x 160 x 180 cm 470 x 150 x 155 cm 418 x 172 x 183 cm 410 x 160 x 180 cm

Sumber : Drs. Raharjo, Survey Angkutan Umum dalam KMUP dan Antar Kota di SULSEL 2013

B. Tinjauan Terminal Angkutan Darat 1. Pengertian

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan, No.132 tahun 2015 yaitu:

Terminal (penumpang) angkutan jalan raya adalah prasarana angkutan untuk keperluan memuat dan menurunkan penumpamg, perpindahan intra dan/atau antar moda angkutan, serta mengatur kedatangan, pemberangkatan, dan berpangkalnya kendaraan umum.

(31)

19 2. Fungsi Terminal

Fungsi terminal dapat ditinjau dari tiga unsure yang terkait dengan keberadaan terminal yaitu : penumpang, pemerintah dan operator kendaraan angkutan umum.

Bagi para penumpang, keberadaan terminal berfungsi sebagai sarana untuk berpindah dari satu moda angkutan ke moda angkutan lain dan sebagai tempat tersedianya fasilitas dan informasi transportasi.

Bagi pemerintah daerah, terminal berfungsi sebagai sumber pendapatan daerah melalui pajak retribusi dan sarana pengendalian arus kendaraan umum.

Sedangkan bagi operator kendaraan angkutan umum, terminal berfungsi untuk pengaturan pelayanan operasional kendaraaan, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak kendaraan serta fasilitas pangkalan dan perawatan bagi kendaraan, termasuk pengujian insidentil layak jalan.

Pada dasarnya fungsi terminal adalah :

a. Mempermudah pendapatan angkutan dalam menuju suatu tujuan sesuai waktu yang diinginkan konsumen menurut jam perjalanan.

b. Merupakan tempat pemeriksaan insidentil terhadap kendaraan yang diragukan kondisi teknisnya, dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kelancaran angkutan jalan raya.

c. Merupakan tempat pengumpulan data dan monitoring terhadap realisasi pelayanan angkutan dalam rangka perencanaan angkutan di jalan raya.

d. Sebagai tempat istirahat dan pergantian awak kendaraan yang menurut ukuran jarak atau waktu diharuskan bergantian dalam rangka memelihara kesegaran jasmani dan rohani demi kelancaran dan keselamatan angkutan.

(32)

20 e. Mengatur jam perjalanan angkutan disesuaikan dengan kebutuhan angkutan

dengan pelayanan jasa angkutan yang tertib dan aman.

f. Mempertemukan bergai jenis sarana angkutan di jalan raya untuk mempermudah perpindahan atau pergantian dari satu jenis moda ke moda lain yang diatur sedemikian rupa.

g. Merupakan pusat pemasaran jasa angkutan sehingga mempermudah pengawasan dan pembinaan angkutan oleh instansi yang berwenang.

Sedangkan peranan terminal adalah wadah untuk mengatur lalulintas kendaraan angkutan umum.

3. Kelembagaan dan Struktur Organisasi Terminal

Dilihat dari fungsinya, maka teminal sebagai fasilitas pelayanan umum yang sifatnya non komersil, maka status kelembagaannya akan merupakan lembaga pemerintah dibidang lalu lintas dan angkutan jalanraya, dibawah koordinasi Departemen Perhubungan bidang darat.

Kewenangan penyelenggara terminal sesuai fungsinya berada pada Pemerintah Daerah, dengan penanggung jawab adalah DLLAJR. Hal ini berdasarkan PP No. 79 Th. 2013. Sedangkan kewenangan pembinaan terminal, khususnya untuk terminal primer (regional), berada pada Pemerintah Pusat atau dapat diserahkan pada Pemerintah Daerah.

Berdasarkan keputusan Presiden No. 40 Th. 2015 tentang pengelolaan terminal di Daerah Tingkat II, dilaksanakan oleh unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) LLAJR didaerah masing-masing. Adapun strukturnya adalah sebagai berikut :

(33)

21 Skema II.1

Struktur Organisasi Terminal DLLAJR

Kepala Dinas

UPTD Pimpinan

Kel. Jab.

Fungsional

Ur. Keuangan

Ur. Perlengkapan

Seksi Pengembangan Keterangan :

Garis Komando

Garis Koordinator

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Palopo 2018 Subag. Tata Usaha

Ur. Adm. Umum

Seksi Kebersihan Seksi

Ketertiban

(34)

22 4. Klasifikasi dan Tingkat Pelayanan Terminal

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan, terminal penumpang dikelompokkan menurut fungsi pelayanan, yaitu :

a. Terminal peumpang tipe A, melayani kendaraan umum angkutan penumpang Antar Kota Provinsi (AKAP) dan atau angkutan Antar Lintas Batas Negara (ALBN), Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota (AK) dan Angkutan Pedesaan (ADES).

b. Terminal Penumpang tipe B, melayani kendaraan umum Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota (AK) dan atau Angkutan Pedesaan (ADES).

c. Terminal penumpang tipe C, melayani kendaraan umum Angkutan Pedesaan (ADES).

5. Persyaratan Lokal Terminal

Pada prinsipnya dalam menentukan lokasi terminal, ada 4 (empat) hal yang harus diperhatikan :

a. Lokasi terminal sesuai dengan Rencana Tata Ruang Pengembangan Kota b. Kegiatan terminal tidak mengganggu lingkungan hidup disekitarnya c. Kegiatan terminal dapat berlangsung dengan efisien dan efektif

d. Kegiatan terminal tidak mengakibatkan gangguan pada kelancaran dan keselamatan arus lalu lintas disekitarnya.

Berpedoman pada Rencana Teknis Pembangunan dan Penyelenggaraan Terminal Angkutan Penumpang dan Barang Th. 2009, maka persyaratan lokasi terminal adalah sebagai berikut :

(35)

23 a. Terminal tipe A

1) Terkait pada sistem jaringan jalan nasional, mempunyai jarak minimum 100 m dari sumbu jalan arteri.

2) Terletak dipinggir kota yang sentries, sesuai dengan arah geografis lokasi pemasaran regional.

b. Terminal tipe B

1) Terkait pada sistem jaringan jalan nasional, mempunyai jarak minimum 50 m dari sumbu jalan arteri.

2) Terletak dipinggir kota sentries, sesuai dengan arah geografis lokasi pemasaran regional.

c. Terminal Tipe C

1) Terkait pada sistem jaringan jalan kabupaten/kotamadya, mempunyai jarak minimum 25 m dari sumbu jalan kolektor atau local.

2) Terletak didaerah tengah kota pada koridor angkutan umum yang ramai dan dekat pusat kegiatan yang relatif tidak peka terhadap kebisingan.

6. Standar Kebutuhan Fasiltas a. Jenis/macam fasilitas

Berdasarkan Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan raya (Ditjendat Dephub, 2015), kebutuhan fasilitas terminal terdiri dari : 1) Fasilitas utama

Merupakan fasilitas mutlak yang harus dimiliki dalam suatu sistem terminal terdiri dari :

(36)

24 a. Areal keberangkatan : adalah pelataran yang disediakan bagi kendaraan umum menaikkan penumpang (loading) dan memulai perjalanan.

b. Areal kedatangan : adalah pelataran yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang (unloading) yang dapat pula akhir perjalanan.

c. Areal menunggu bus (areal istirahat) : adalah pelataran yang disediakan bagi kendraan umum untuk beristirahat dan siap menuju jalur pemberangkatan.

d. Areal lintas : adalah pelataran yang disediakan bagi kendaraan umum untuk beristirahat sementara dan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang

e. Areal tunggu penumpang : adalah pelataran menunggu yang disediakan bagi orang yang melakukan perjalanan dengan kendaraan umum.

2). Fasilitas Penumpang

Merupakan pelengkap dari fasilitas utama, terdiri dari : a) Kantor operasi terminal

b) Tower / menara pengawas c) Pos pemeriksa KPS / TPR d) Loket penjualan tiket

e) Kios/kantin/restauran, mushallah, lavatory f) Peralatan parkir, taman dan sebagainya

(37)

25 b. Besaran Fasilitas

Besaran fasilitas terminal ditentukan sebagai berikut : 1) Fasilitas utama

a) Luas pelataran, baik untuk kendaraan maupun penumpang ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak kegiatan

b) Jumlah kendaraan dihitung dengan pendekatan JK (jumlah kendaraan) =60/WT x H/60 Dimana :

WT = waktu tunggu kendaraan diterminal

H = Headway (waktu rata-rata antara kendaraan Tabel : II.3 Waktu tunggu Kendaraan di Terminal

Parameter

Jenis kendaraan

Satuan AKAP AKDP AK ADES

Waktu tunggu di terminal Headway

80 40 20 15

Tipe A Tipe B Tipe C

3 2 0,5 2 Menit

- 2 0,5 2 Menit

- - - 2 Menit

Sumber : Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya (Ditjendat Dephub 2015)

c) Jumlah penumpang berikut pengantar dan penjemput dihitung dengan pendekatan :

(38)

26 JO (jumlah Orang) = 2 x 60/H x KK x FM X FJP

Dimana :

H : Headway

KK : Kapasitas Kendaraan FM : Faktor Muat

FJP : Faktor Jumlah Pengantar

Dalam hal ini dianggap karakteristik operasi dan jumlah penumpang yang naik dan turun diterminal adalah sama.

Tabel II.4. Kapasitas Kendaraan Muat di Terminal

Parameter

Jenis Kendaraan Satuan AKAP AKDP AK ADES

Waktu tunggu 50 50 30 16 Seat

Kapasitas Muat 70 60 50 40 %

Faktor Pengantar 1,5 1,2 1,0 1,0 -

Sumber : Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya Dalam Angkutan Kota, 2015

2) Fasilitas Penunjang berdasarkan Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Raya Dalam Kota Antar Kota Th. 2015, maka luasan minimal fasilitas penunjang untuk masing-masing kelas terminal (tipe A,B,C) adalah sebagai berikut :

Standar kebutuhan luas lahan masing-masing kelas terminal:

a) Terminal tipe A = ± 10 Ha b) Terminal tipe B = ± 5 Ha c) Terminal tipe C = ± 2,5 Ha

(39)

27 7. Tinjauan Sirkulasi dalam Terminal

Khusus tentang sirkulasi dalam terminal, dinyatakan bahwa untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dialami oleh penumpang, kendaraan dan satuan lalu lintas lain di dalam terminal adalah dengan menggunakan bagan proses. Selain itu waktu pelayanan dan kapasitas proses (penanganan) kendaraan dan penumpang di terminal juga menentukan alur sirkulasi. Waktu pelayanan dan kapasitas proses penanganan kendaraan (bus) di gerbang terminal untuk penumpang antar kota adalah 10-20 menit/bus (Edward K. Morlok, 1988 : 313-315).

Dalam peraturan Teknis dan Non Teknis Pembangunan Terminal diatur pola sirkulasi untuk terminal sebagai berikut :

a) Kendaraan datang merapatkan badan kirinya pada sisi kanan.

b) Arah kendaraan mendekati terminal searah jarum jam.

c) Kendaraan dapat masuk dari arah manapun, tetapi harus melewati pos kontrol (retribusi).

d) Jalan masuk ke terminal cukup mudah sehingga dapat menampung bus.

e) Jalur pejalan kaki harus terpisah.

f) Pada kecepatan < 10 km/jam, kendaraan dapat dihampiri atau terjadi posisi menyilang.

g) Tiap moda mempunyai jalur sendiri-sendiri untuk menghindari persilangan.

h) Sirkulasi manusia menyebar dari pintu masuk.

Beberapa hal lain yang menjadi penentu sirkulasi dalam terminal, antara lain:

(40)

28 a. Sistem peron pemuatan

1. Tipe Paralel

a) Jarak pemarkiran kendaraan angkutan menerus, tidak ada belokan b) Kedua kendaraan / bus diperhitungkan sebab biasanya bus tidak bias

keluar sebelum yang di depan keluar

c) Membuat ruang yang relatif besar dan memanjang

d) Terjadi crossing antara penumpang dan kendaraan, hal ini dapat diselesaikan dengan pemusatan jalan lintasan dengan penggunaan/pemakaian zebra cross.

2. Tipe Tegak Lurus

a) Pemarkiran bus agak sukar

b) Jarak antara kedua bus diperhitungkan, agar pintu bus dapat dibuka c) Membutuhkan ruang relatif kecil

3. Tipe Gergaji Lingkar

a) Ruang relatif kecil dengan kapasitas muat besar

b) Paling efisien dari segi pemarkiran bus, karena bus masuk dengan satu belokan mudah

4. Tipe Gergaji Lurus a) Pemarkiran bus mudah

b) Ruang yang dibutuhkan tidak terlalu banyak

c) Penumpang dapat keluar dengan leluasa, penurunan barang dapat terpisah dari kesibukan penumpang yang turun.

d) Bila kapasitas parkir sudah tidak mencukupi, sistem ini dapat diubah besaran sudutnya misalnya dari 30% menjadi 45% dan sebaliknya.

(41)

29 b. Bentuk terminal / flow sirkulasi

Flow sirkulasi terminal terbagi atas beberapa macam, yaitu : 1. Flow bentuk S

a) Digunakan pada terminal dengan sistem peron parallel b) Membutuhkan site yang panjang (memanjang/melintang)

c) Panjang dan jumlah jalur peron tergantung dari besaran kebutuhan d) Banyak terjadi perpotongan antara jalur penumpang dengan jalur

kendaraan atau bus

e) Penggunaan jalur harus lebih jelas agar penumpang tidak mengalami kesukaran dalam memilih bus/kendaraan

2. Flow bentuk U

a) Digunakan pada terminal dengan sistem peron sepihak b) Peron pemuatan sangat terbatas

c) Tidak terjadi crossing antara penumpang dan kendaraan d) Seluruh peron dapat dilindungi atap

3. Flow bentuk O

a) Digunakan pada terminal dengan sistem peron keliling b) Seluruh peron dapat terlindungi atap

c) Mudah terjadi kekacauan pada jam-jam sibuk d) Antara penumpang dan bus tidak terjadi crossing e) Sistem ini sulit dikembangkan.

(42)

30 C. Tinjauan Terminal

1. Studi Banding

Di Kota Palopo saat ini terdapat terminal yang merupakan salah satu fasilitas angkutan umum sebagai tempat pemberhentian akhir, tempat pergantian moda maupun tempat transit kendaraan yang akan melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuannya, bagi penumpang, barang dan kendaraan.

Kondisi terminal Kota Palopo dari segi fisik sudah tidak mampu untuk mewadahi aktifitas terminal secara umum. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya volume kendaraan angkutan umum. Bangunannya pun terbilang sudah cukup tua dan luas lahannya sudah tidak memakai layaknya terminal yang melayani trayek AKAP, AKDP, ADES. Lokasi terminal sekarang berada di tengah Kota Palopo yang merupakan daerah perkantoran, pendidikan, perdagangan yang memiliki intensitas kegiatan transportasi yang cukup padat (lingkar tengah kota), sebagai akibat perkembangan kota dan pergerakan penduduk. Sehingga lokasi terminal sudah menjadi stimulan terbentuknya masalah lalu lintas akibat tumpang tindihnya penggunaan jalur jalan oleh kendaraan kota dan antar kota.

Selain tinjauan kasus yang kami ambil di Kota Palopo sendiri khususnya terminal Dangerakko, kami juga mengambil contoh studi kasus terminal diluar wilayah kota Palopo, yaitu : terminal angkutan ″Bungarasih, Purabaya″

Surabaya.

Pada terminal ″Bungarasih″ Surabaya, ditinjau dari aspek lokasi, terletak dipinggir kota Surabaya atau dengan kata lain tidak tepat berada di dalam pusat kota Surabaya.

(43)

31 Terminal Bungarasih mendapat julukan sebagai terminal angkutan darat terbesar di Asia Tenggara karena memang luasnya besar, lokasi yang memadai dan mencakup semua jenis trasportasi darat baik didalam kota maupun antar kota di luar Surabaya bahkan antar pulau yaitu Pulau Sumatera dan Bali.

Dilihat dari letaknya yang agak keluar, hingga kemacetan lalu lintas disekitar terminal tidak terjadi seperti halnya kemacetan lalu lintas lazimnya. Ini dikarenakan sistem pengendalian operasional dapat terlaksanan, karena untuk masuk terminal mempunyai dua jalan utama yang membedakan tingkat opersional kendaraan.

Seperti halnya terminal lainnya, ″Bungarasih″ Surabaya mempunyai komponen utama yang terdiri dari pelaku : pelaku kegiatan, wadah kegiatan dan sarana kegiatan . Pelaku kegiatan dalam hal ini penumpang. Pada terminal

″Bungarasih″ penumpang dan barang berasal dari berbagai daerah, baik di dalam kota Surabaya maupun di luar kota juga yang berasal dari seberang Pulau.

Untuk operasionalnya, mencakup beragam trayek penumpang dan barang.

Selanjutnya mengacu pada wadah kegiatan, dalam hal ini adalah jalan di lokasi terminal maupun sekitarnya, kondisi fisiknya cukup baik dan stabil juga lebar serta jalurnya yang terkendali. Untuk menghubungkan terminal ″Bungarasih″

Surabaya dengan pusat kota Surabaya terdapat bus-bus kota dan juga angkutan lainnya yang cukup lancar sehingga antrian kendaraan nyaris tak pernah terjadi kemacetan. Selanjutnya tinjauan sarana/alat angkutan digunakan, jenisnya sangat beragam dari bus-bus ukuran besar sampai yang kecil dengan jenis kendaraan pribadi dan juga kendaraan yang tidak menempuh langsung ke

(44)

32 tempat pemberangkatan hingga tidak mengganggu bus-bus keberangkatan dan menyebabkan kebisingan.

Sebagai sarana sebuah terminal ″Bungarasih″, fungsinya dimanfaatkan secara optimal sebagai pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian yang melancarkan dan menghungkan aru lalu lintas dari dalam dan ke dalam kota Surabaya ataupun di dalam orientasi kota Surabaya sendiri.

Dari segi pengendalian dan pengawasan; terminal ″Bungarasih″

mengoptimalkan pengendalian jadwal keberangkatan bus teratur juga di tetapkan batas waktu menunggu penumpang di stasiun keberangkatan, hingga kaitannya dengan aksebilitas pusat kota bisa terkendali.

Selain itu dari segi pengaturan dan pengoperasian lalu lintas, untuk mengatur jalannya operasional kendaraan bus ke luar kota di terapkan sistem peron paralel. Ini dimaksudkan agar proses kendaraan cepat, gerak antrian teratur serta sirkulasi penumpang berpotongan langsung dengan kendaraan.

Selain itu adanya batasan yang jelas antara penumpang dan pengantar/

penjemput. Demikian pula dengan kendaraan-kendaraan pribadi yang tidak bisa langsung masuk di halaman / parkir peron keberangkatan hingga mengganggu sirkulasi kendaraan pemberangkatan.

Terminal “Bungarasih” Surabaya termasuk Tipe B juga sebagai terminal induk karena melayani rute-rute antar Provinsi / Pulau, antar kota di dalam Provinsi hingga angkutan kota yang diatur secara baik menurut jenis aktivitas dan kebutuhan. Disamping itu terminal juga berfungsi sebagai penghubung beberapa titik simpul kegiatan di sekitar Surabaya juga kota satelit yang ada.

(45)

33 2. Trayek Angkutan

Selanjutnya sebagaimana diatur pula dalam PP No.79 tahun 2013 tentang angkutan jalan, pengangkutan orang dengan kendaran umum dilakukan dalam trayek tetap dan teratur atau tidak dalam trayek.

a. Pengangkutan dalam trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek yang terdiri dari :

1) Trayek antar kota antar provinsi (AKAP), yaitu trayek yang melalui lebih dari satu wilayah provinsi daerah tingkat I

2) Trayek antar kota dalam provinsi (AKDP), yaitu trayek yang melalui antar daerah tingkat II dalam satu provinsi daerah tingkat II

3) Trayek kota (AK), yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah kotamadya daerah tingkat II

4) Trayek pedesaan (ADES), yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu daerah tingkat II

5) Trayek lintas batas negara, yaitu trayek yang melintasi batas negara.

b. Sedangkan pengangkutan tidak dalam trayek, terdiri dari : 1) Pengangkutan dengan menggunakan taxi

2) Pengangkutan dengan cara sewa

3) Pengangkutan untuk kepentingan wisata

3. Perkembangan Kendaran dan Penumpang di Terminal

Dalam lima tahun terakhir arus keluar / masuk penumpang dan kendaraan di terminal angkutan Darat di Kota Palopo mengalami peningkatan. Untuk kendaraan mengalami peningkatan rata-rata 10,2% pertahun. Sedangkan penumpang diterminal mengalami peningkatan rata-rata 14,8 pertahun.

(46)

34 4. Program Pengembangan Terminal Angkutan Darat Kota Palopo

Mendukung peran Kota Palopo sebagai pusat pelayanan transportasi berskala regional maka perlu diupayakan peningkatan fungsi terminal sebagai antipasi berkembangnya arus kendaraan, baik regional maupun provinsi serta perkembangan fisik Kota Palopo sendiri pada masa akan datang.

5. Studi Referensi a. Terminal Purbaya

Gambar 2.2. Bus Transit Terminal Purbaya.

Sumber www.detik.com 2018 b. Terminal Modern Alang-alang Palembang

Gambar 2.3 Tampak Depan Terminal Modern Alang-alang Palembang Sumber www.detik.com 2018

(47)

35 Gambar 2.4 Lahan Parkir Ruko Terminal Palembang

Sumber www.detik.com 2018

c. Terminal Giwangan Yogyakarta

Gambar 2.5 Jalur Keberangkatan Terminal Giwangan Sumber www.detik.com 2018

Gambar 2.6 Lahan Parkir AKDP Giwangan Sumber www.detik.com 2018

(48)

36 BAB III

TINJAUAN KHUSUS TERMINAL ANGKUTAN DARAT DI KOTA PALOPO

A. Studi Terminal Angkutan Darat di Palopo 1. Uraian Umum Kota Palopo

Kota Palopo merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang berada pada posisi 120º03’-122014” Bujur Timur dan 5º53’-30,04” Lintang Selatan dan mempunyai batas-batas wilayah :

a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Luwu Utara b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Luwu c. Sebelah Timur dengan Teluk bone

d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Toraja Utara

Letaknya yang strategis, Palopo berperan sebagai pusat pengembangan wilayah-wilayah Indonesia bagian Timur dan merupakan pusat satuan wilayah bagi Sulawesi Selatan pada khususnya.

Luas area Kota Palopo adalah 247,52 Km², dengan 9 wilayah kecamatan sebagai wilayah Administratif yang dibagi dalam 48 kelurahan Definitif.

(49)

37 Gambar 3.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Palopo

Sumber: www.petatematik.com 2016

Tabel III.1 Luas Wilayah Tiap Kecamatan Kota Palopo (km2)

Kecamatan Luas (Km²)

Wara Selatan Sendana Wara Wara Timur Mungkajang Wara Utara Bara Telluwanua Wara Barat

10,66 37,09 11,49 12,08 53,80 10,58 23,35 34,34 54,13

Jumlah 247,52

Sumber : BPS Palopo dalam angka 2016

(50)

38 Keadaan topografi wilayah Kota Palopo datar, dengan ketinggian 1 – 12 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan rata-rata 5º ke arah timur.

Data pertumbuhan penduduk Kota Palopo antara tahun 2010-2015 menunjukkan sebesar 2,42% pertahun. Jumlah penduduknya pada tahun 2010 adalah 148,395 jiwa. Diantaranya, 96,02 % berdomisili di daerah kota dan sisanya 3,98 % terbesar pada daerah pinggir kota. Laju pertumbuhan penduduk Kota Palopo rata-rata selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 2,62 % pertahun dan pada tahun 2015 jumlah penduduk meningkat yaitu sebesar 168,894 jiwa.

Prinsip dasar pengembangan struktur tata ruang kota Palopo adalah dekosentrasi kegiatan perkotaan dari wilayah kota lama keseluruh wilayah Kota Palopo dengan mempromosikan pusat-pusat pelayanan di wilayah perluasan. Pusat- pusat pelayanan di wilayah perluasan yang di promosikan tersebut berjumlah 2 lokasi yang melayani wilayah perluasan dibagian Utara dan wilayah perluasan dibagian Selatan.

2. Tinjauan Angkutan Jalan Raya

a. Kendaraan angkutan kota dan antar kota

Kendaraan angkutan kota dan antar kota, antara lain : 1) Bermotor

Kota Palopo mempunyai 5 jenis angkutan umum yaitu Pick up, Mikrolet/Pete- pete, Truck, Bus besar, Bus kecil.

(51)

39 2) Tidak Bermotor

Becak atau roda tiga, sepeda merupakan sarana angkutan umum yang tidak bermotor yang ada di kota Palopo, dengan pengoperasian dan jangkauannya sangat terbatas.

3) Angkutan Pribadi

Kendaraan yang digunakan dikota Palopo adalah Jeep, Sedan, Pick Up, Mikrolet, dan sepeda motor.

b. Kendaraan angkutan antar kota Provinsi

Kendaraan yang beroperasi antar kota dalam provinsi di Palopo adalah Bus mini.

c. Kendaraan angkutan antar kota dalam provinsi

Kendaraa yang beroperasi di Palopo adalah bus mini dan bus besar.

3.Keadaan Terminal di Kota Palopo

Kondisi Eksisting Terminal Palopo dan Permasalahannya

Gambar 3.2 gerbang Masuk Terminal Kota Palopo Sumber dokumentasi penulis 2019

(52)

40 A. Lokasi dan Lingkungan

Terminal kota Palopo berlokasi di jalan Dangerakko dengan luas 24.480 m² atau sekitar 2,45 Ha dengan fungsi sebagai terminal induk regional dan juga sebagai terminal lokal (dalam kota). Dengan melihat-melihat aspek perkembangan kota, Lokasi ini berada pada kawasan lingkar tengah kota dan pada zona perkantoran regional dan pendididikan, sehingga keberadaan terminal ini kini menjadi termasuk berada di dalam kota.

Dari hasil pengamatan segi lingkungan sekitar terminal adalah sebagai berikut : Site berbatasan langsung dengan pasar sentral dan pemukiman penduduk yang sebagian besar adalah ruko-ruko. Sehubungan dengan batas site terminal, pada bagian belakang tidak dibatasi dengan jelas, bahkan jalur kendaraan ke terminal juga dipergunakan untuk lalu lintas penduduk di sekitarnya.

Melihat kondisi tersebut, maka untuk pengembangan luas terminal sangat terbatas disamping letaknya sudah tidak strategis lagi dan cukup menimbulkan masalah-masalah lingkungan, antara lain kekacauan lalu lintas sekitarnya, pencemaran suara dan udara serta mengurangi keindahan kota. Sehingga direncanakan pemindahan fungsi pelayanan regional ini ke luar kota atau tepian kota dengan memperhatikan rencanan pengembangan kota Palopo.

B. Luas terminal ini adalah 24.480 m² dengan kapasitas 60 bus, 424 mikrobus (colt/kijang). Sedangkan pada kenyataannya terminal ini harus menampung sekitar 484 buah kendaraan bus, DAMRI 90 buaah dan mikrolet (angkot) sebanyak 4300 buah, dengan jumlah penumpang rata-rata sekitar 46.600 perhari.

(Sumber : Terminal Angkutan Darat Kota Palopo 2018)

(53)

41 C. Kondisi fisik terminal sangat kurang memadai dibandingkan dengan aktifitas

yang diwadahi, antara lain :

1) Tidak memadainya tempat parkir bagi bus dan kendaraan umum lainnya serta kendaraan pribadi bagi pengantar dan calon penumpang, dimana rasio jumlah kendaraan dan luasan parkir adalah 19.776 buah : 8498,5 m².

2) Kurang memadainya ruang tunggu penumpang apabila dibandingkan dengan jumlah penumpang dan pengantar, dimana rasio jumlah penumpang/pengantar dan luasan areal tunggu adalah 354.558 org : 5154,76 m²

3) Fasilitas terminal

Berdasarkan data dari Dinas LLAJR Tk. I Provinsi Sulawesi Selatan dan hasil pengamatan, fasilitas terminal Kota Palopo yang ada antara lain :

a. Kantor pengelola : 227,04 m²

b. Tower : 9 m²

c. Mushollah : 32 m²

d. Loket karcis/peengusaha bus : 210 m² e. Ruang tunggu penumpang/peron : 647,9 m²

f. KM/WC : 48 m²

g. Parkir : 13.53,2 m²

h. Pos kontrol : 9 m²

Sedangkan untuk fasilitas kios-kios penjualan, kini banyak mengambil area tunggu sehingga pada lokasi loket karcis/pengusaha bus. Peron pemuatan dan penurunan tidak terpisah jelas sehingga lintasan kendaraan sering kacau,

(54)

42 sistem parkir tampak kurang teratur dimana fungsinya sebagian digunakan sebagai peron pemuatan dan parkir servis bus.

4) Sistem dan fasilitas pelayanan

Letak terminal kota Palopo ini berada pada jalur jalan pusat kota Palopo, sehingga terminal bus ini hanya melayani trayek jurusan utara dan timur kota yang terdiri dari 3 kelompok jurusan yaitu :

a) Trayek jurusan Utara (Palopo- Luwu timur) b) Trayek jurusan Selatan (Palopo-Makassar) c) Trayek jurusan Barat (Palopo-Toraja Utara)

Kini trayek tersebut semakin berkembang lebih jauh lagi hingga mencapai trayek antar provinsi. Sedangkan untuk trayek jurusan timur tidak terjalin dalam terminal ini tetapi dilayani oleh terminal pembantu di timur kota yaitu Terminal pelabuhan. Adapun trayek angkutan kota yang melayani jalur terminal bus menggunakan kendaraan mikrolet, hal ini memudahkan masyarakat kota ke dan dari terminal bus.

Pelayanan penumpang/barang di terminal adalah sebagai berikut :

a) Pelayanan perjalanan jarak jauh (bus cepat), yang bersifat tidak kontinu.

b) Pelayanan perjalanan jarak dekat, yang bersifat kontinu atau perjalanan rutin.

c) Kios-kios makanan (warung) dan pedagang kaki lima belum tertata dengan baik sehingga mengganggu aktifitas utama terminal. Sistem Sirkulasi Dalam Terminal Kota Palopo

(55)

43 Sistem sirkulasi yang berlaku adalah penumpang dan kendaraan dalam satu lantai atau sistem horizontal. Peron pemuatan dengan sistem paralel namun kendaraan bus yang diparkir pada peron tersebut dengan sistem tegak lurus.

Adapun sistem sirkulasi dalam terminal terbagi atas 5 jalur, sebagai berikut : 1) Jalur 1, untuk penurunan penumpang dari daerah / parkir penurunan.

2) Jalur 2, untuk parkir pemuatan trayek Palopo-Belopa, Palopo-Pare-pare.

3) Jalur 3, untuk parkir pemuatan trayek Palopo-Sorowako, Palopo-Malili, Palopo-Masamba.

4) Jalur 4,untuk jalur angkutan kota/mikrolet dan mobil servis

5) Jalur 5, unutk parkir pemuatan jalur ke utara dan timur laut menuju daerah Palu dan Mamuju.

Dalam pengamatan, fungsi jalur-jalur tersebut tidak demikian dimana kendaraan kota mengambil penumpang tepat disamping bus menurunkan penumpang. Adapun peron pemuatan dan penurunan kurang jelas sehingga terjadi kekacauan lintasan bagi penumpang yang berangkat dan yang datang.

Sedangkan kendaraan untuk trayek provinsi memanfaatkan parkir pemuatan pada jalur 5. Sementara kapasitas parkir secara keseluruhan sudah tidak memadai sehingga banyak kendaraan antar kota yang memarkir busnya di jalur 4. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk perencanaan pengembangan selanjutnya.

D. Kurangnya ketegasan antara pelayanan angkutan umum kota dan pelayanan angkutan antar kota sehinggaa sering terjadi kesemrawutan parkir di area terminal, hal ini juga disebabkan oleh jadwal keberangkatan yang tidak tetap.

(56)

44 E. Kantor-kantor perwakilan angkutan bus di terminal yang ada tidak berfungsi

dengan baik.

F. Terminal Palopo terletak di wilayah bagian selatan kota Palopo yang berbatasan dengan wilayah kabupaten Luwu. Pembangunan terminal ini baru selesai dan sudah mulai difungsikan sebagai terminal arah selatan.

G. Pola pelayanan terminal ini adalah sebanyak 6 trayek, yaitu khusus pada kabupaten-kabupaten bagian selatan kota Palopo serta wilayah provinsi Sulawesi Tenggara yang ditempuh dengan menggunakan bus melalui Kabupaten Luwu Timur.

Gambar 3.3 Keadaan di Dalam Terminal Kota Palopo Sumber dokumentasi penulis 2019

(57)

45 Gambar 3.4 Parkiran Kendaraan Terminal Kota Palopo

Sumber dokumentasi penulis 2019

Gambar 3.5 Ruang Tunggu Penumpang Terminal Kota Palopo Sumber dokumentasi penulis 2019

(58)

46 4. Ciri-ciri Angkutan Penumpang Bus di Palopo

Jenis-jenis bus antar kota yang beroperasi di Palopo adalah : a. Bus besar

b. Bus sedang c. Bus kecil

Dengan Merk, Daya angkut dan ukuran yang bervariasi. (Tabel II.3)

Adapun kapasitas penumpang yang tertampung menurut masing-masing tipe bus sebagai berikut :

a. Bus besar = 22 % b. Bus sedang = 34 % c. Bus kecil = 44 %

Lebih rinci lagi kapasitas penumpang yang dilayani angkutan bus menurut jarak dan jenisnya adalah sebagai berikut :

1. Bus jarak dekat (lambat)

Bus sedang = 40 % dan bus kecil = 90 % 2. Bus jarak jauh (cepat)

Bus besar = 100 % Bus sedang = 60 % Bus kecil = 10 %

Pada kenyataannya bus-bus yang beroperasi untuk angkutan jarak dekat atau yang melayani trayek dengan jarak dekat, lebih banyak menggunakan bus kecil. Hal ini disebabkan perhitungan jarak yang melalui pelosok desa tiap kabupaten dengan kondisi jalan yang relatif kurang dari segi konstruksi teknisnya, terutama untuk jalur

(59)

47 yang melalui jalan Battang dimana umumnya mengalami kesulitan jika menggunakan bus besar karena sangat berkelok-kelok. Selain itu kemungkinan dengan ukurannya yang kecil, perjalanan dapat lebih sering dan lebih cepat dengan angkutan muatan penuh.

Sedangkan untuk angkutan jarak jauh digunakan bus-bus besar/sedang, karena perjalanan relatif jauh sehingga diperlukan kenyamanan yang lebih baik dan sifat perjalanannya yang langsung sehingga bus tidak perlu masuk ke pelosok desa.

Tabel III.2

Jumlah Kendaraan Bus Di Palopo

Jenis Bus 2013 2014

- Bus Biasa 2.301 2.522

- Bus Tingkat 21 21

- Non Bus/Mikrolet 10.985 10.993

Sumber : DITLANTAS POLRES PALOPO 2016

Tabel III.3

Kenaikan Jumlah Kendaraan Bus

Tahun Jumlah Bus Kenaikan / Thn (%)

2011 7.427 -

2013 12.412 11,2

2014 13.541 10

Sumber : DITLANTAS POLRES PALOPO 2016

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Ekonomi Kreatif Dan Penanaman Modal sebagai Instansi pemerintahan yang mempunyai peranan untuk

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan wahana untuk mendidik sekolah, terutama sekolah yang selama ini memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap pusat, menjadi

Desain penelitian ini merupakan suatu proses yang dilakukan dalam perencanaan dalam pelaksanaan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai dampak proses produksi,

Tempat peristirahatan nelayan yang ada di PPN Pekalongan selalu di gunakan untuk beristirahat oleh nelayan yang ada di PPN Pekalongan, baik itu untuk tidur, ataupun yang

Hipotesis dalam penelitian tabel tersebut juga menyatakan bahwa kualitas sistem informasi dan kualitas informasi memiliki pengaruh terhadap kepuasan pengguna

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 6 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 9 Tahun 2014

Kemajuan teknologi yang mengoptimalkan-tenaga kerja pada tingkat g mempengaruhi model pertumbuhan Solow dengan cara yang hampir sama sebagaimana dilakukan

Pychyl, Coplan dan Reid (2002) menemukan bahwa prokrastinator mengaku mengalami masalah emosional, seperti cemas, takut gagal, rendahnya harga diri, frustasi, dan