• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Bahasa Arab Perkembangan Sain da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Bahasa Arab Perkembangan Sain da"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BAHASA ARAB DALAM PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI

Oleh: Agus Arwani*

Abstrac:

Education is the main driver for improving the quality of the nation's intelligence community so that it can bear educated and noble towards a prosperous Indonesian society. Language is the oldest manifestation of human civilization. “It is almost not possible to learn a foreign language without learning its culture. Or other way round, you will learn its culture when learning a foreign language. Language is a bridge of culture and people as well. Language capable of creating a civilization of progress or setbacks. Arabic has a very big role in the lives of Muslims in different parts of the world. Arabic is a language that is not faded by time and change, as it has become a place of Islamic civilization during the 15th

century, both in the East and West. Many benefits can be obtained if the Muslims learn Arabic. The importance of Arabic as a language other than the Quran and as-Sunnah is the language of the Muslim community around the world. If we look at the history of Islam, can not be separated from Arabic. Instrumental in the development of Arabic science. History and the world of science and technology can not forget the role of Arabic in inheriting and developing science at critical moments. Arabic should be seen as "religious language" and not as a language of culture, ethnicity, region, or country only.

Dimuat dalam : Proseding Bahasa Arab STAIN Pekalongan Pada Nopember 2012 Hal : 281 sd 291

Pendahuluan

Pada zaman modern ini, bahasa Arab pun semakin berkembang, bahkan

ditiap-tiap negara memiliki dialek yang berbeda satu sama lain. Ini terjadi karena

adanya budaya-budaya lain yang masuk dan ikut mempengaruhi tata dan gaya

bahasanya. Perbedaan dialek juga menunjukkan perbedaan budaya pada

masing-masing negara, dari bermacam-macam aspek. Belajar bahasa Arab merupakan

jendela untuk belajar kebudayaan Arab baik dari masa lampau maupun sekarang.

Belajar bahasa merupakan bagian dari proses pendidikan.

(2)

Pendidikan merupakan motor penggerak utama untuk meningkatkan

mutu dan kualitas kecerdasan bangsa sehingga dapat melahirkan masyarakat

terpelajar dan berakhlak mulia menuju kehidupan masyarakat Indonesia yang

sejahtera. Salah satu potensi diri yang harus dikembangkan sebagaimana

tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) No. 20

Tahun 2003 adalah bahasa. Bahasa merupakan manifestasi peradaban manusia

yang tertua. Bahasa mampu menciptakan kemajuan atau kemunduran suatu

peradaban. Melalui bahasa, manusia memperkuat hubungan dan orisinalitasnya

dengan masyarakat di tempat ia lahir dan hidup. Dengan demikian, bahasa

merupakan wahana budaya dan peradaban.

Sejak masuknya Islam ke Nusantara, bangsa Indonesia mulai mengenal

dan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa agama. Sebagai bahasa Agama,

bahasa Arab telah lama memainkan peranan penting dalam pembentukan karakter

bangsa yang religius. Bahasa Arab juga merupakan salah satu khazanah peradaban

dunia klasik dan bahasa asing tertua yang dikenal. Realita tersebut, bahasa Arab

mempunyai peran yang sangat besar dalam proses pendidikan dan pengembangan

sikap religius peserta didik maupun masyarakat pada umumnya.

Dalam konteks bahasa Arab, perkembangan sosial budaya yang terjadi di

negara-negara Arab pun akan berdampak pada bangsa lain, baik positif maupun

negatif. Atas dasar itu, pemahaman bahasa dan budaya Arab, bagi bangsa

Indonesia menjadi sangat penting dalam merespon perkembangan yang terjadi,

baik di bidang ekonomi, politik, maupun agama.

Dewasa ini, perkembangan sains dan teknologi memberikan peluang bagi

(3)

metode yang mungkin berbeda sama sekali dengan pendekatan dan metode klasik.

Kajian-kajian baru terhadap bahasa Arab, perlu dilakukan untuk memberikan

”nyawa” kehidupan yang lebih relevan dengan kehidupan modern saat ini.

Pembahasan

Peranan Bahasa Arab dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Bahasa adalah alat komunikasi dalam hidup bermasyarakat

(berkelompok), berbangsa dan beragama. Manusia adalah makhluk sosial yang

diciptakan Allah untuk saling menjalin hubungan. Agar hubungan tersebut

terlaksana maka dibutuh alat dan alat tersebut adalah bahasa. Dalam konteks

kenegaraan bahasa sangat memegang peranan penting untuk mempersatukan

masyarakat yang multi etnis. Bahasa yang dipakai disebut bahasa pengantar.

Begitu juga dalam mempertautkan antar suku bangsa yang berada dalam agama

yang sama, umpamanya agama Islam.

Dalam dunia Islam, kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar

untuk memahami agama sangatlah urgen. Karena ajaran Islam yang terdapat

dalam kitab suci al Quran dan hadis sebagai sumber ajaran yang kedua

berlangsung dalam bahasa Arab. Maka hampir seluruh pelosok dunia yang

didiami oleh orang muslim, bahasa Arab selalu dipelajari dan menjadi mata

pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Ini menandakan

bahasa tersebut menjadi alat pemersatu umat Islam yang latar belakangnya dari

(4)

Perlu diperhatikan juga bahwa ada saja faktor lain yang menjadi

pendorong untuk berkembangnya pemakaian bahasa Arab, yakni bangkitnya

kembali minat kaum cendekiawan, khususnya kaum profesi dari angkatan muda,

untuk mencari jati dirinya sebagai muslim. Tidak ada aspek kehidupan agama

Islam dan wawasannya yang terlepas dari perhatian mereka, antara lain tampak

dari pencarian mereka akan pola kehidupan yang Islami, dan upaya pencarian

identitas keislaman yang lain1. Di samping itu juga ada kebutuhan kaum

cendekiawan untuk mencari informasi dari kawasan muslim yang lain seperti di

Timur Tengah dalam upaya mencari wawasan kebangsaan yang tidak mengurangi

intensitas kehidupan beragama mereka.

Bahasa Arab mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan

Muslim di berbagai belahan dunia. Isma’il dan Lois Lamya al-Faruqi secara tepat

menggambarkan fenomena ini sebagai berikut2:

Dewasa ini bahasa Arab merupakan bahasa daerah sekitar 150 juta orang

di Asia Barat dan Afrika Utara yang merupakan dua puluh dua negara yang

menjadi anggota Liga Negara-Negara Arab. Di bawah pengaruh Islam, bahasa ini

menentukan bahasa Persia, Turki, Urdu, Melayu, Hausa dan Sawahili. Bahasa

Arab menyumbang 40-60 persen kosakata untuk bahasa-bahasa ini, dan kuat

pengaruhnya pada tata bahasa, ilmu nahwu, dan kesustraannya. Bahasa Arab

merupakan bahasa religius satu milyar Muslim di seluruh dunia, yang diucapkan

dalam ibadah sehari-hari. Bahasa ini juga merupakan bahasa hukum Islam, yang

setidaknya dalam bidang status pribadi, mendominasi kehidupan semua Muslim.

1Abdurrahman Wahid, 1990. “Prospek Pengembangan Bahasa Arab di Indonesia, Pendorong dan Kendala-kendalanya”, Qimah .Surabaya: Fakultas Adab, Edisi III, Agustus 1990, hal. 15

(5)

Akhirnya inilah bahasa kebudayaan Islam yang diajarkan di beribu-ribu sekolah di

luar dunia Arab. Dari Sinegal sampai Filipina, bahasa Arab dipakai sebagai

bahasa pengajaran dan kesusastraan dan pemikiran di bidang sejarah, etika,

hukum dan fiqh, teologi, dan kajian kitab.

Didukung dengan beberapa doktrin ajaran Islam, bahasa Arab terus

mempengaruhi masyarakat Muslim di berbagai tempat. Misalnya doktrin bahwa

al-Qur’an harus ditulis dan dibaca dalam bahasa aslinya (bahasa Arab).

Terjemahan al-Qur’an dipandang sebagai sesuatu di luar al-Qur’an itu sendiri. Hal

ini berbeda dengan Injil di mana ia justru harus diterjemahkan ke berbagai bahasa

tanpa menyertakan teks aslinya. Doktrin pendukung lainnya adalah berbagai

ucapan ritual ibadah hanya dianggap sah jika dilakukan dalam bahasa Arab. Tak

pelak doktrin-doktrin seperti ini telah memacu motivasi masyarakat Muslim untuk

mempelajari dan menguasai bahasa Arab sejak dini agar kelak menjadi Muslim

yang baik. Al-Qur’an bahkan tidak hanya dipelajari cara membacanya, tetapi juga

dihafalkan kata perkata secara utuh.

Sebagai konvensi, bahasa merupakan kesepakatan sebuah masyarakat. Ia

diwariskan secara turun-menurun oleh generasi pemakainya. Demikian juga

tradisi, pemikiran, keyakinan maupun ajaran agama yang disimbolkannya.

Melalui ajaran Islam, bahasa Arab secara tidak langsung terus mempengaruhi

masyarakat muslim dalam cara pandang, berpikir dan bersikap secara turun

temurun.

Dengan membanding-bandingkan berbagai faktor pendorong bagi

perkembangan pemakaian bahasa Arab di Nusantara ini serta kendala-kendalanya

(6)

dengan faktor-faktor lainnya, seperti ekonomi, sosioal budaya serta faktor

akademik. Artinya, meskipun bahasa Arab sudah dinyatakan sebagai bahasa resmi

sejak tahun 1973 oleh UNESCO sebagai bahasa Internasional, ternyata motif kuat

untuk belajar bahasa Arab masih terfokus pada agama.

Bukti lainnya bahwa dorongan untuk belajar bahasa Arab bertumpu pada

faktor agama adalah masuknya bahasa Arab itu sendiri di Nusantara berkaitan erat

atau bersamanaan dengan masuknya Islam. Tidak berlebihan kalau dikatakan

bahwa di belahan dunia mana saja hanya mengenal bahasa Arab karena datangnya

Islam. Bahkan faktor agama ini yang diuji dengan kepentingan duniawi, yakni

sosial, politik dan ekonomi sehingga terkenal bahwa bahasa Arab justru rusak

karena masuknya orang 'Ajam ke dalam Islam, sejak zaman Nabi Muhammad

saw., yang mana kerusakan itu dikenal dengan lahn3. Mereka yang ingin menjaga

bahasa Arab umumnya adalah yang punya kepedulian tinggi terhadap agama

Islam dan menganggap bahwa bahasa Arab adalah simbol keislamannya. Makin

tinggi kepedulian itu makin tinggi semangat untuk mengembangkan pemakaian

bahasa Arab. Upaya untuk melahirkan motif-motif belajar bahasa Arab terus

dikembangkan. Maksudnya tidak lain adalah agar lebih banyak lagi yang

mempergunakan bahasa Arab dengan aktif.

Pentingnya Mempelajari Bahasa Arab

Bahasa Arab adalah bahasa Islam dan kaum Muslimin. Hal ini dimulai

sejak terbitnya Islam di lembah Mekah pada 15 abad yang lalu. Dengan bahasa

ini, Al-Qur’an diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia. Dengan bahasa ini

(7)

pula, penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw berbicara dan menyampaikan

risalah-Nya.

Bahasa Arab adalah bahasa yang tidak luntur oleh zaman dan perubahan,

sebagaimana ia telah menjadi wadah peradaban Islam selama 15 abad, baik di

belahan Timur maupun di Barat. Disamping itu, ia juga diakui oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bagian dari bahasa komunikasi dunia bersama

dengan Bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan China. Maka sungguh benar ketika

Rasulullah Saw menyuruh kita mencintai bahasa ini. Sebagaimana sabdanya,

“Cintailah bahasa Arab karena tiga hal; pertama, karena aku adalah orang Arab;

kedua, karena Al-Qur’an berbahasa Arab; dan ketiga, karena bahasa penduduk

surga adalah bahasa Arab”.

Ada tiga alasan kenapa kita harus mempelajari Bahasa Arab sebagai

berikut4:

Pertama, lughatul Islam (bahasa Islam). Setiap muslim tentu

mengharapkan ridha Allah Swt. Hal ini didasari oleh pemahamannya yang benar

terhadap Islam. Sehingga ibadah dan amalan-amalan lainnya kepada Allah akan

benar dan bermanfaat bagi peradaban dan kehidupan umat manusia. Konsekuensi

logis dari ridha Allah SWT, tentunya Allah akan memasukkan ke surga-Nya di

negeri akhirat kelak. Sedangkan bahasa komunikasi penduduk surga yang

digambarkan oleh Rasulullah Saw adalah bahasa Arab. Karenanya, setiap muslim

yang tidak menguasai Bahasa Arab wajib mempelajarinya. Kaidah ushul fiqh

(8)

mengatakan,, “Suatu amalan wajib yang tidak sempurna karena sesuatu, maka

sesuatu itu menjadi wajib.

Kedua, lughatul muslimin (bahasa kaum muslimin). Sudah menjadi

ketentuan Allah bahwa Muhammad bin Abdullah adalah rasul terakhir yang

diutus kepada seluruh umat manusia, dan menjadi rahmat seluruh alam semesta.

Islam, risalah yang dibawanya tidak melebihkan Bangsa Arab atas bangsa lain,

tidak pula melebihkan derajat kulit putih atas kulit berwarna. Islam membawa

misi peradaban dan menjadi guru bagi kemanusiaan. Oleh karena itu Islam

memerlukan bahasa pemersatu bagi umatnya. Tidak ada pilihan lain untuk

melakukan peran itu, kecuali dengan berbahasa Arab.

Ketiga, lughatul ilmiyyah (bahasa ilmu pengetahuan). Apakah bahasa

Arab memiliki peran dalam hal ini? Jawabannya adalah ya. Pertama, karena

sumber ilmu pengetahuan, yaitu al-Qur’an dan hadits menggunakan bahasa Arab.

Kedua, karena bahasa Arab adalah bahasa pemersatu umat Islam. Ketiga, karena

bahasa Arab bahasa terkaya dari semua bahasa yang ada di bumi. Keempat,

karena Bahasa Arab adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh penduduk

bumi seiring dengan bertambahnya populasi umat Islam.

Sebagaimana bahasa-bahasa lain pada umumnya, bahasa Arab juga

memiliki karakteristik. Karakteristik inilah yang membedakan dan membuat

bahasa ini begitu istimewa. Karakteristik-karakteristik itu di antaranya suhulah

(mudah), syaamil (komprehensif), jamilah (indah), mujizah (menarik), fathonah

(cerdas), dan wadhihah (jelas).

Pentingnya bahasa Arab selain sebagai bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah

(9)

menengok sejarah perkembangan Islam maka tidak terlepas dari bahasa Arab. Hal

ini bisa kita lihat pada beberapa negara di Afrika yang sampai sekarang masih

menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa ibu (bahasa sehari-hari).

Manfaat Mempelajari Bahasa Arab

Banyak manfaat yang akan diperoleh bila kaum muslimin mempelajari

bahasa Arab. Di antaranya, pertama, fahmul Islam (memahami ajaran Islam).

Dengan menguasai bahasa Arab tentu saja akan sangat mudah bagi kita

memahami sebagian besar ajaran Islam. Karena sumber ajaran Islam (Al-Qur’an,

hadits, dan kitab-kitab yang ditulis para ulama) menggunakan bahasa Arab. Allah

Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab

supaya kamu memahami”. (Qs. Az-Zukhruf [43]: 3)

Kedua, wihdatul muslimin (mempersatukan kaum muslimin). Bahasa

Arab adalah bahasa pemersatu kaum muslimin di seluruh dunia. Bila kaum

muslimin menggunakannya saat berkomunikasi, maka akan sangat mudah untuk

bertaaruf dan mempererat ukhuwah islamiyah. Dan ketiga, binaa-ul hadharah

(menjadikan umat manusia berperadaban). Banyak budaya positif yang dapat kita

ambil dari bangsa Arab.

Budaya positif tersebut makin sempurna ketika Rasulullah Saw

mengarahkan dan mengadopsinya menjadi budaya Islam. Dan transfer budaya

positif tersebut akan makin mudah bila kita menguasai alat komunikasinya, yaitu

(10)

Ada dua poin penting yang berkaitan dengan pentingnya mempelajari

bahasa Arab, yaitu5: 1) Sebagai sumber ilmu, dan 2) Sebagai pemersatu umat.

1. Sumber Ilmu

Sepanjang sejarah, bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki cabang

ilmu yang indah dan kekuatan sastra yang kokoh sehingga mudah dipahami. Para

ulama mengatakan bahwa sebelum seseorang membaca teks Arab dia sudah bisa

paham baik dia berbahasa Arab aktif maupun pasif. Berbeda dengan bahasa lain

dimana seseorang harus membacanya terlebih dahulu baru kemudian dia bisa

paham. Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan terutama ilmu-ilmu keislaman,

karena al-Qu’an, al-hadits, al-atsar serta penjelasan para ulama terdahulu

menggunakan bahasa Arab. Kita tidak bisa memahaminya kecuali dengan bahasa

Arab. Ini adalah bagian dari mukjizat al-Qur’an yaitu memiliki standar bahasa

yang baku yaitu bahasa Arab.

2. Pemersatu Umat

Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa bahasa Arab bukanlah

bahasa orang Arab semata, akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di

seluruh dunia yang dengannya kaum muslimin menyatu dalam beberapa aspek

ibadah dan dengan tujuan ini pula Allah menurunkan al-Qur’an menggunakan

bahasa bahasa Arab.

Jika bahasa Arab hanya menjadi bahasa orang (bangsa) Arab saja maka

tidak mungkin Allah menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab. Hal itu

5 Alwi Shihab, “Peran Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional dan Bahasa Diplomasi”, Kuliah Umum Universitas Al Azhar Indonesia, 27 Desember 2007. Pada http://supriyadie.wordpress.com/ 2012/10/01/peran-bahasa-arab-sebagai-bahasa-internasional/,

(11)

bertentangan dengan firman-firman-Nya, seperti yang telah dijelaskan pada

pembahasan mengenai “sumber ilmu”.

Peranan Bahasa Arab Seiring Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam perspektif Islam, iman bukan sekedar percaya kepada Allah, tetapi

mencakup puila pengertian tentang siapa Allah yang kita percayai dan bagaimana

kita besikap kepada-Nya serta kepada objek-objek selain Dia. Dengan demikian

tekanan iman adalah amal, karena itu iman kepada Allah masih diikuti dengan

sikap taat kepada-Nya dalam bentuk ibadah dan aktualisasinya dalam bentuk amal

saleh dimana pada akhirnya akan terbentuk kesalehan pribadi dan sosial.

Sementara ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan

manusia yang diperoleh melalui proses pengkajian dan dapat diterima rasio.

Dengan kata lain, ilmu pengetahuan adalah himpunan rasionalitas kolektif insan6.

Adapun teknologi adalah penerapan ilmu pengatahuan kealaman secara sistematis

dalam proses produktif ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat

bagi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia7.

Suatu proses halus dalam membangun citra bahasa Arab. Barangkali

karena begitu halusnya sehingga proses itu tidak mempunyai pengaruh apa-apa

terhadap upaya pengembangan pemakaian bahasa Arab.

Bahasa Arab berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah

dan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa melupakan peran bahasa

6 Siti Maryam, dkk (ed.), 2003, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi,, hal. 36.

(12)

Arab dalam mewarisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada saat-saat

kritis. Selama berabad-abad yang lalu bahasa Arab merupakan satu-satunya

bahasa ilmu. Sayang sekali dalam pertemuan forum-forum ilmiah antar pakar

Islam di dunia Islam bahasa Arab masih belum berfungsi secara penuh. Bahasa

Inggris dan Prancis masih dominan untuk menjembatani pertemuan fikiran

sesama umat Islam8.Fenomena ini akan membangkitkan kesadaran bahwa umat

Islam belum bisa memakai bahasanya sendiri, bahasa kitab sucinya. Pada

masanya nanti kekosongan ini harus diisi oleh generasi muslim sendiri.

Kekosongan atau minimnya pemakai bahasa Arab dalam pertemuan

internasional tersebut bisa direkayasa menjadi motif untuk mendorong semangat

para pelajar bahasa Arab. Artinya, semangat untuk bisa terampil dalam berbahasa

Arab perlu dimiliki, karena dengan memiliki keterampilan berbahasa Arab akan

senantiasa mendapat kesempatan dipilih atau ditunjuk untuk menjadi duta dalam

pertemuan-pertemuan ilmiah di luar negeri yang menyangkut keislaman. Ini suatu

upaya, senyampang belum banyak yang bisa bahasa Arab maka kesempatan untuk

berprestasi dan memperoleh prestise dalam bahasa Arab terbuka lebar. Perlu

ditonjolkan, karena masih sedikit yang ahli bahasa Arab maka keberadaannya

sangat dibutuhkan mulai dari ruang kelas terbatas sampai pada pertemuan kelas

internasional yang luas.

Akhirnya menjadi kelihatan lebih jelas bahwa motif paling kuat untuk

belajar bahasa Arab adalah lingkungan di mana bahasa Arab sangat diperlukan

sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa Arab menjadi sangat efektif dan

efisien bila berada dalam lingkungan yang kondusif.

(13)

Belajar bahasa Arab alasannya adalah karena memang mau memakainya

secara aktif. Oleh karena itu bahasa Arab harus dikondisikan menjadi bahasa yang

dipakai dengan sendirinya secara otomatis, biasa dan mudah, dengan pedoman

bahwa "students learn to understand the language by listening to a great deal of it

and that they learn to speak is by speaking it9"

Untuk menjadikan bahasa Arab secara otomatis dan mudah dipakai perlu

program khusus penggunaan bahasa Arab, mulai dari perencanaan penentuan

subyek pengguna bahasa Arab, lokasi penggunaannya, waktunya, cara

menggunakannya, keperluannya, situasi dan kondisi ligkungannya, materi yang

menjadi sarana penggunaannya sampai dengan penentuan taraf kesulitan bahasa

Arab yang digunakan. Semua ini menjadi sasaran kajian dalam rangka

pemasyarakatan bahasa Arab. Tanpa pemrograman yang rinci niscaya akan

diperoleh kekecewaan-kekecewaan yang tidak dimengerti sebabnya.

Dalam rangka penyusunan program pemasayarakatan bahasa Arab

tersebut berbagai teori kebahasaan diperlukan. Namun ini bukan berarti

mengadopsi begitu saja teori-teori pembelajaran bahasa asing yang ada, tetapi

perlu kajian kritis lebih dulu sehigga tidak diperoleh hanya pemindahan informasi

dari pengalaman pada bahasa selain bahasa Arab kepada penerapan pada bahasa

Arab. Demikian ini disebabkan bahasa Arab berbeda dari bahasa asing lainnya,

misalnya bahasa Inggris, yang dianggap berhasil dalam pemasyarakatannya.

(14)

Peranan Bahasa Arab di Indonesia

Bahasa Arab Sebagai Bahasa Agama Verbal sebagai simbol ekspresi

linguistik ajaran Islam, pengajaran bahasa Arab yang pertama di Indonesia adalah

untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah ritual,

khususnya ibadah shalat. Sesuai dengan kebutuhan tersebut, materi yang diajarkan

hanya terbatas pada doa-doa shalat dan surat-surat pendek al-Qur’an yang lazim

dikenal dengan juz amma. Metode yang lazim digunakan ialah metode abjadiyah

(alphabetical method) yang terkenal dengan nama metode baghdadiyah. Metode

ini menekankan pada kemampuan membaca huruf-huruf Qur’an (huruf

al-hijaiyah) yangdimulai dari: (a) penyebutan huruf dengan namanya satu persatu

dari alif samapai ya’ secara abjad sampai murid hafalnama-nama huruf tersebut

secara terpisah atau satu persatu, kemudian (b) diajarkan kata-kata yang terdiri

dari dua huruf ,lalu tiga huruf, dan begitu seterusnya yang diberikan secara

bertahap, kemudian meningkat pada (c) pengajaran harakat, dimulai dengan

menyebutkan huruf yang disertai dengan namaharakatnya.Bahasa Arab Sebagai

Media/alat untuk memahami agama. Seiring dengan berkembangnya waktu,

metode dan pola pengajaran yang pertama di atas mulai mengalami pergeseran

dan perkembangan ke arah yang lebih bermakna.

Pengajaran bahasa Arab verbalistik sebagai mana di atas tidak cukup,

karena al-Qur’an tidak hanya untuk dibaca sebagai sarana ibadah, melainkan juga

sebagai pedoman hidup yang harus dipahami maknanya dan diamalkan

ajaran-ajarannya. Oleh karena itu, muncullah pengajaran bahasa Arab dalam bentuk

kedua dengan tujuan mendalami ajaran agama Islam.Pengajaran bahasa Arab

(15)

Materi yangdiajarkan mencakup fikih, aqidah, akhlaq, hadits, tafsir, dan ilmu-ilmu

bahasa Arab seperti nahwu, sharaf, dan balaghahdengan buku teks berbahasa Arab

yang ditulis oleh para ulama dari berbagai abad di masa lalu. Metode yang

digunakanadalah metode gramatika-tarjamah (thariqah qawaid wa

al-tarjamah/grammar-translation method) dengan teknikpenyajian yang masih

relatif tradisional, di mana guru (Kyai) dan para murid (santri) masing-masing

memegang buku (kitab).Guru membaca dan mengartikan kata demi kata atau

kalimat demi kalimat ke dalam bahasa daerah khas pesantren yangtelah

didekatkan kepada sensivitas bahasa Arab.

Sedangkan tata bahasa (qawaid) bahasa Arab diselipkan ke dalam

kata-kata tertentu sebagai simbol yang menunjukkan fungsi suatu kata-kata dalam

kalimat.Santri hanya mencatat arti setiap kataatau kalimat Arab yang diucapkan

artinya oleh guru, tanpa adanya interaksi verbal yang aktif dan produktif antara

kiai dansantrinya. Bahasa Arab sebagai media komunikasi meskipun pola

pengajaran bahasa Arab dalam bentuk kedua di atas sangat dominan berlaku di

berbagai pondok pesantren salaf hingga kini, dan diakui kontribusinya dalam

memberikan pemahaman umat Islam Indonesia terhadap ajaran agamanya, namun

tuntutan dunia komunikasi pada gilirannya menggiring perubahan baru pola

pengajaran bahasa Arab. Interaksi antar bangsa menuntut umat Islam untuk tidak

sekedar memiliki kemampuan berbahasa Arab reseptif (pasif), tetapi kemampuan

berbahasa yang lebih aktif dan produktif. Semangat pembaruan ini diperkuat

dengan munculnya para cendikiawan dan intelektual muda muslim dengan nuansa

pemikiran yang segar, sekembali mereka dari menuntut ilmu di negeri pusat-pusat

(16)

Pada masa inilah metode langsung (direct method / thariqah

al-mubasyirah) mulai diterapkan dalam pengajaran bahasaArab di

Indonesia.Pengajaran bahasa Arab bentuk ketiga ini terdapat di berbagai pondok

pesantren atau lembagapendidikan Islam modern sejak awal abad ke-19. Dimulai

di Padang Panjang oleh ustadz Abdullah Ahmad, MadrasahAdabiyah (1909), dua

bersaudara Zaenuddin Labay al-Yunusi dan Rahmah Labay el-Yunusiyah,

Diniyah Putra (1915) dan Diniyah Putri (1923), dan ustadz Mahmud Yunus,

Normal School (1931). Kemudian ditumbuh-kembangkan oleh K.H. Imam

Zarkasyi di Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah Gontor Ponorogo. Dalam sistem

pengajaran bentuk ketiga ini, pelajaran agama pada tahun pertama diberikan

sebagai dasar saja denganmenggunakan bahasa Indonesia.Sementara itu,

sebagaian besar perhatian siswa dicurahkan kepada pelajaran bahasa Arabdengan

metode langsung.Pada tahun kedua, ilmu tata bahasa Arab (nahwu-sharaf) mulai

diberikan dalam bahasa Arabdengan metode induktif (al-thariqah al-istiqra’iyah),

ditambah dengan latihan intensif qira’ah (reading), insya’ (writing),

danmuhadatsah (speaking/conversation). Pelajaran agama juga disajikan dalam

bahasa Arab.Dalam masa belajar enam tahun(pasca sekolah dasar), seorang

lulusan perguruan Islam modern ini (setara dengan lulusan SLTA/SMA) telah

mampuberkomunikasi dengan bahasa Arab secara lisan dan tulis, serta mampu

membaca buku berbahasa Arab dalam berbagaisubyek pengetahuan.

Dalam perkembangannya, pengajaran bahasa Arab di perguruan Islam

modern ini tidak hanya menggunakan metodelangsung tapi mengikuti

(17)

(al-thariqah al-sam’iyah al-syafawiyah) dan pendekatan komunikatif (al-thariqah

al-itthishaliyah).

Bentuk integrasi selanjutnya, dari obsesi para pemerhati pengajaran

bahasa Arab yang ingin mengintegrasikan antara bentuk pengajaran bahasa Arab

yang kedua dan ketiga, maka muncullah bentuk pengajaran bahasa Arab keempat

yaitu bentuk integrasi. Pada fase ini tujuan pengajaran bahasa Arab memiliki dua

arah, yaitu pengajaran bahasa Arab untuk penguasaan kemahiranberbahasa dan

pengajaran bahasa Arab untuk penguasaan pengetahuan lain dengan

menggunakan wahana bahasa Arab.

Selain itu, jenis bahasa yang dipelajari mencakup dua bahasa, yaitu

bahasa Arab klasik dan modern. Penggabungan ini di satu sisi memiliki kelebihan

karena dapat memberdayakan kompetensi peserta didik secara komprehensif,

namun di sisi lain melahirkan ketidakmenentuan, karena keterbatasan sel-sel otak

peserta didik untuk mengakomodasi keduanya secara bersamaan.

Ketidakmenentuan ini bisa dilihat dari berbagai segi. Pertama dari segi tujuan,

terdapat kerancuan antara mempelajaribahasa Arab untuk menguasai kemahiran

berbahasa atau sebagai alat untuk menguasai pengetahuan lain yangmenggunakan

wahana bahasa Arab. Kedua dari segi jenis bahasa yang dipelajari, terdapat

ketidakmenentuan apakah bahasa Arab klasik, bahasa Arab modern, atau bahasa

Arab sehari-hari. Ketiga dari segi metode, terdapat kegamanganantara

mempertahankan metode yang lama atau menggunakan metode yang

baru.Meskipun demikian, pengajaran bahasa Arab bentuk keempat ini telah

banyak dipergunakan hingga kini di berbagailembaga pendidikan formal

(18)

Kebijakan ini diambil karena bentuk integrasi ini dipandang lebih

aspiratif dengan perkembangan abad globalisasi, dengan terus mengupayakan

berbagai cara untukmemperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat di

dalamnya. Begitu pula dengan keraguan yang ada, setidaknya dapat memacu para

pemerhati pengajaran bahasa Arab untuk menghadirkan tawaran positif bagi

pengembanganmetodologi pengajaran bahasa Arab.Akhirnya, bentuk-bentuk

pengajaran bahasa Arab yang telah diuraikan di atas masih tetap eksis dan

dipergunakan hingga saat ini, tentu dengan modifikasi, inovasi dan perkembangan

masing-masing. Jika pengajaran bahasa Arab bentuk pertamadahulu berada di

surau dan masjid, kini berkembang menjadi TPQ/TPA (Taman Pendidikan

Al-Qur’an) yang menjamur bukan hanya di pedesaan tapi juga marak di

perkotaan.Metode yang digunakan semakin berkembang menjadi lebih praktisdan

bervariasi, tidak hanya metode eja/abjad, tapi juga menggunakan metode iqra’,

al-barqi, hattawiyah, al-nur dan sejenisnya. Perkembangan ini sejalan dengan

meningkatnya kesadaran beragama masyarakat dan kesdaran akan

perlunyamenanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anak sejak usia dini.

Sementara itu, pengajaran bahasa Arab bentuk kedua masih tetap

dipertahankan di pondok-pondok pesantren salaf. Sedangkan pengajaran bahasa

Arab bentuk ketiga yang menekankan bahasa Arab sebagai alat komunikasi

banyakdipergunakan di pondok pesantren modern, dan berbagai lembaga

pendidikan Islam modern. Adapun pengajaran bahasa Arab bentuk keempat juga

masih tetap dipergunakan hingga kini di lemabaga pendidikan formal (madrasah

(19)

kurikulum, orientasi pengajarannya, materi yang diajarkan, metode dan strategi

pengajarannya, serta media yang digunakan.

Penutup

Bahasa adalah alat komunikasi dalam hidup bermasyarakat

(berkelompok), berbangsa dan beragama. Manusia adalah makhluk sosial yang

diciptakan Allah untuk saling menjalin hubungan.

Bahasa Arab adalah bahasa kaum muslimin. Hingga akhir zaman nanti

bahasa ini akan tetap eksis sebab al-Qur`an dan hadits Rasulullah Saw akan terus

ada dan eksis hingga saat itu. Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum

muslimin untuk mempelajarinya dan berusaha seoptimal mungkin untuk dapat

menguasai kemahiran bahasa ini. Bahkan wajib bagi kita untuk mendalaminya

sebagai sarana kita untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.

Bahasa Arab sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari

kehidupan umat Islam. Oleh karena itu, mempelajari dan menguasai bahasa

menjadi keperluan setiap muslim. Baginya, bahasa Arab perlu untuk membentuk

pribadi sebagai muslim dan meningkatkan kualitas keimanan dan pemahaman

terhadap ajaran agama, bahkan perlu sebagai sarana dakwah penyebaran agama

Islam.

Bahasa Arab perlu dipandang sebagai “bahasa agama” dan bukan sebagai

bahasa budaya, etnis, kawasan, maupun negara tertentu saja. Itu ditandai dengan

banyaknya tokoh dan ulama muslim yang berasal dari bukan kawasan Arab,

semisal al-Gazali, al-Biruni, Ibnu Sina, ar-Razi, al-Kindi, dan sebagainya, namun

(20)

Selain itu, agama Islam, yang salah satu unsurnya adalah bahasa Arab, sebaiknya

menjadi budaya yang dominan mewarnai kehidupan umat Islam di tingkat pribadi,

keluarga, dan masyarakat.

Bahasa Arab berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah

dan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa melupakan peran bahasa

Arab dalam mewarisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada saat-saat

kritis. Selama berabad-abad yang lalu bahasa Arab merupakan satu-satunya

bahasa ilmu. Peranan bahasa Arab dalam teknologi diwujudkan dalam

penggunaan media dalam pengajaran bahasa Arab yang merupakan pemanfaat

teknologi yang bertitik tolak dari teori yang mengatakan bahwa totalitas

persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilam, dan sikap yang dimiliki

oleh seorang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqi, Ismail R. dan Lois Lamya Al-Faruqi, 2003. Atlas Budaya Islam. Terj. Ilyas Hasan. Bandung: Mizan.

Alim, Moh. Ghufron Zainal. 1990. “Bahasa Arab sebagai Alternatif Bahasa Komunika-si Antar Umat Islam”. dalam Qimah. Edisi III. Surabaya: Fakultas Adab.

At-Thanthawi, Muhammad. 1997. Nasy'at an-Nahwi wa Tarikh Asyhari an Nuhat .Al- Maktabah al-Faishaliyah.

Azhar bin Muhammad, 2005. “Beberapa Aspek Keunikan dan Keistimewaan Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur’an”, dalam Jurnal Teknologi, 42 (E), Juni 2005. Universitas Teknologi Malaysia.

Maryam, Siti dkk (ed.). 2003. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi.

Milal, A. Dzo'ul. 2004. Sistem Pengajaran Bahasa Inggris di Pondok Modern Gontor dan di Basic English Course Pare, dalam Qualita Ahsana (Surabaya: Lemlit IAIN Sunan Ampel, Vol. VI No. 3 Desember 2004.

Shihab, Alwi. 2007. “Peran Bahasa Arab sebagai Bahasa Internasional dan Bahasa Diplomasi”. Kuliah Umum Universitas Al Azhar Indonesia, 27 Desember 2007. Pada http://supriyadie.wordpress.com/2012/10/01/

peran-bahasa-arab-sebagai-bahasa-internasional/, diakses pada 1 Oktober 2012.

Sunanto, Musyrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

To extract important information from such volumes of data, companies must have visualization tools in order to interactively explore and analyze data flows. So, data

Maka dengan terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi yang amarnya menyatakan bahwa anak di luar perkawinan mempunyai perdata dengan ibu dan keluarga ibunya serta dengan

Hal inilah yang menjadi suatu aktivitas dalam mengkaji Ayat Kauniyah Allah, sebab di dalam Al Quran sudah dijelaskan bahwa memperhatikan alam semesta yang berarti

Pujisyukurpenulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat, nikmat, karunia, kesehatan dan kemudahanNya dalam pelaksanaan skripsi serta penyusunan laporan

137 Pengadaan Perangkat Pengelolaan hasil Evaluasi Belajar Berbasis multimedia untuk SMA/SMK Di Provinsi Kepri 138 Pelaksanaan Rutinitas Perkantoran SMAN 1 Tanjungpinang

MONITORING KESIAPAN PERPINDAHAN DAN RAPAT KOORDINASI PEMANTAPAN PROGRAM PERPINDAHAN DAN PENEMPATAN • Terlaksananya pelaksanaan perpindahan transmigran sesuai

Iklan Baris Iklan Baris TEMPAT USAHA VW TANAH DIJUAL Serba Serbi. ADA SEWA Alamat Ktr, Call Han- dling, Fully Furnised, Free

– Padi varietas IR 64 di tanah tidak subur, tumbuh kerdil  Keragaman karena faktor lingkungan Tidak Diwariskan.. KERAGAMAN KARENA