• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KONTRIBUSI KECERDASAN DAYA JUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SKRIPSI KONTRIBUSI KECERDASAN DAYA JUANG"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI KECERDASAN DAYA JUANG, KEDISIPLINAN

BELAJAR, DAN PERCAYA DIRI SISWA TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 50 BATAM

Oleh: ZULKIFLI NPM: 12.05.0.080

Skripsi ini ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN BATAM

(2)
(3)
(4)
(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Skripsi dengan judul “Kontribusi Kecerdasan Daya Juang, Kedisiplinan Belajar, dan Percaya Diri Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 50 Batam” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Riau Kepulauan Batam, maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Batam, Juli 2016 Saya yang menyatakan,

Zulkifli NPM. 12.05.0.080

(6)

dengan segala kerendahan hati, saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT., yang selalu melimpahkan rahmatnya dan menjadi penerang bagi hati dan pikiran penulis selama dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tua saya Amrul (Bapak) dan Rita Azwir (Ibu), yang telah merawat dan menyayangi penulis sejak kecil serta selalu mendo’akan kebaikan kepada penulis.

3. Keluarga saya baik dari pihak Ibu maupun Bapak yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang selama ini telah berdedikasi untuk mengajar di kampus tercinta UNRIKA Batam terutama kepada Bapak Dr. Suryo Hartanto, M.Pd.T dan Bapak Yudhi Hanggara, M.Pd selaku dosen pembimbing saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

5. Teman-teman seperjuangan saya selama menjalani perkuliahan di UNRIKA Batam.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis terlahir di Tembilahan pada tanggal 06 Juni 1994 dari pasangan Amrul dan Rita Azwir. Namun karena alasan teknis administrasi maka penulis tercatat lahir di Kota Batam. Penulis memulai pendidikan di bangku TK al-Jami’ Lubuk Baja, Batam hingga tahun 2000. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SDN 005 Lubuk Baja sampai tahun 2006. Kemudian penulis bersekolah di SMPN 20 Batam hingga tahun 2009 dan di MAN 1 Pekanbaru hingga tahun 2012.

Karena penulis termotivasi untuk berkuliah, maka penulis akhirnya melanjutkan studi di UNRIKA Batam jurusan Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sejak tahun 2012. Selama berkuliah, penulis juga pernah bekerja di percetakan (CV. Maju Bersama Printing), perkoperasian (Koperasi Pegawai Depag Batam) dan bidang akademik (MTs Iskandar Muda Batam). Selain bekerja, penulis juga sangat tertarik dalam kegiatan-kegiatan pengkajian Islam sehingga penulis sempat bergabung dalam organisasi LDK (Lembaga Dakwah Kampus) UNRIKA dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Aktivitas penulis hingga saat ini adalah bekerja sebagai pegawai Tata Usaha di MTs Iskandar Muda, mengajar les matematika, serta mengkaji Islam secara intensif di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Batam dan kajian-kajian Islam lainnya.

(8)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Penulisan Skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pịhak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dahrul Aman Harahap, S.Pt, M.M, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam

2. Yudhi Hanggara, M.Pd selaku Kaprodi Matematika Universitas Riau Kepulauan Batam.

3. Dr. Suryo Hartanto, S.T, M.Pd.T dan Yudhi Hanggara, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Riau Kepulauan Batam.

5. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan selama proses menyelesaikan Skripsi.

6. Bapak Darsudi, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 50 Batam yang telah memberi izin meneliti.

7. Rekan-rekan seperjuangan serta berbagai pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun material.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Batam, 18 Juli 2016

Zulkifli

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

PERSETUJUAN AKHIR SKRIPSI ... iii

PERSETUJUAN KOMISI UJIAN SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

1. Hasil Belajar Matematika... 12

a. Pengertian Hasil Belajar Matematika... 12

(10)

Halaman

2. Kecerdasan Daya Juang ... 19

a. Definisi Kecerdasan Daya Juang ... 21

b. Dimensi Kecerdasan Daya Juang ... 23

c. Tingkatan Kecerdasan Daya Juang ... 27

d. Teknik-Teknik dalam Meningkatkan Kecerdasan Daya Juang. 30 3. Kedisiplinan Belajar... 33

a. Pengertian Kedisiplinan Belajar ... 33

b. Indikator Kedisiplinan Belajar ... 34

c. Fungsi Kedisiplinan Belajar ... 36

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar ... 37 4. Percaya Diri... 39

a. Pengertian Percaya Diri... 39

b. Karakteristik Percaya Diri ... 41

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 43

d. Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri ... 47

B. Penelitian Relevan... 49

C. Kerangka Berpikir... 50

D. Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian... 54

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 55

1. Populasi... 55

2. Sampel... 55

C. Variabel Penelitian... 56

1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)... 57

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)... 57

(11)

D. Instrumen Penelitian... 57

1. Instrumen Kecerdasan Daya Juang, Kedisiplinan Belajar dan Percaya Diri Siswa... 58

2. Instrumen Hasil Belajar Matematika Siswa... 62

Halaman E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian... 63

1. Uji Validitas Instrumen... 63

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 65

F. Teknik Analisis Data ... 67

1. Uji Prasyarat Analisis... 67

a. Uji Normalitas... 67

b. Uji Homogenitas ... 70

c. Uji Linearitas ... 71

d. Uji Multikolinearitas ... 72

e. Uji Heterokedasitas ... 72

b. Uji Autokorelasi... 73

2. Uji Hipotesis ... 74

a. Uji Regresi Linear Berganda... 74

b. Uji Hipotesis 1, 2, dan 3 ... 75

c. Uji Hipotesis 4 ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 80

1. Deskripsi Data... 80

a. Deskripsi Data Kecerdasan Daya Juang... 80

b. Deskripsi Data Kedisiplinan Belajar ... 82

c. Deskripsi Data Percaya Diri Siswa... 85

d. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Siswa... 87

2. Pengujian Hipotesis... 89

a. Uji Prasyarat Analisis... 89

b. Uji Hipotesis Penelitian... 95

B. Pembahasan... 104

(12)

2. Kontribusi Kedisiplinan Belajar terhadap Hasil Belajar

Matematika... 106 Halaman 3. Kontribusi Percaya Diri terhadap Hasil Belajar Matematika... 108 4. Kontribusi Kecerdasan Daya Juang, Kedisiplinan Belajar,

dan Percaya Diri Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika... 109 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan... 112 B. Saran... 112 DAFTAR PUSTAKA... 114

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rekapitulasi Penilaian Sikap Aspek Disiplin dan Percaya diri... 4

2. Nilai ulangan matematika kelas VIII... 5

3. Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII SMPN 50 Batam TP 2015/2016 ... 55

4. Skor Alternatif Jawaban Angket Kecerdasan Daya Juang, Kedisiplinan Belajar, dan Percaya Diri ... 59

5. Kategori Derajat Pencapaian... 59

6. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Daya Juang ... 60

7. Kisi-kisi Instrumen Kedisiplinan Belajar ... 61

8. Kisi-kisi Instrumen Percaya Diri Siswa ... 62

9. Hasil Uji Reliabilitas Angket Kecerdasan Daya Juang... 66

10. Hasil Uji Reliabilitas Angket Kedisiplinan Belajar... 66

11. Hasil Uji Reliabilitas Angket Percaya Diri Siswa... 67

12. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 76

13. Statistik Kecerdasan Daya Juang... 80

14. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Daya Juang Siswa Kelas VIII SMP Negeri 50 Batam Tahun Pelajaran 2015/2016... 81

15. Statistik Kedisiplinan Belajar... 83

16. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 50 Batam Tahun Pelajaran 2015/2016... 84

17. Statistik Percaya Diri ... 85

18. Distribusi Frekuensi Percaya Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 50 Batam Tahun Pelajaran 2015/2016... 86

19. Statistik Hasil Belajar Matematika... 87 20. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP

(14)

22. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas... 91

23. Hasil Perhitungan Uji Linearitas... 92

Halaman 24. Hasil Perhitungan Uji Multikolinearitas... 93

25. Hasil Perhitungan Uji Heterokedastisitas... 94

26. Hasil Uji Regresi Linear Berganda... 95

27. Hasil Perhitungan Hipotesis Pertama... 97

28. Hasil Perhitungan Hipotesis Kedua... 99

29. Hasil Perhitungan Hipotesis Ketiga... 100

30. Hasil Perhitungan Hipotesis Keempat... 102

31. Besar Hubungan, Tingkat Hubungan, dan Kontribusi Antar Variabel... 104

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Dimensi O2 (Origin dan Ownership)... 26

2. Skema Kerangka Berpikir dalam Penelitian... 52

3. Skema Keterkaitan Antarvariabel Penelitian... 54

4. Diagram Kecerdasan Daya Juang... 82

5. Diagram Kedisiplinan Belajar... 84

6. Diagram Percaya Diri Siswa... 86

7. Diagram Hasil Belajar Matematika Siswa... 89

8. Kurva Normalitas Kecerdasan Daya Juang... 90

9. Kurva Normalitas Kedisiplinan Belajar... 90

10. Kurva Normalitas Percaya Diri Siswa... 91

11. Kurva Normalitas Hasil Belajar Matematika Siswa... 91

(16)

Halaman

1. Angket Uji Coba Kecerdasan Daya Juang ... 119

2. Data Uji Validitas Pertama Angket Kecerdasan Daya Juang... 122

3. Perhitungan Uji Validitas Pertama Angket Kecerdasan Daya Juang... 123

4. Hasil Uji Validitas Pertama Angket Kecerdasan Daya Juang... 126

5. Data Uji Validitas Kedua Angket Kecerdasan Daya Juang... 127

6. Perhitungan Uji Validitas Kedua Angket Kecerdasan Daya Juang... 128

7. Hasil Uji Validitas Kedua Angket Kecerdasan Daya Juang... 130

8. Angket Kecerdasan Daya Juang... 131

9. Angket Uji Coba Kedisiplinan Belajar ... 133

10. Data Uji Validitas Pertama Angket Kedisiplinan Belajar... 136

11. Perhitungan Uji Validitas Pertama Angket Kedisiplinan Belajar... 137

12. Hasil Uji Validitas Pertama Angket Kedisiplinan Belajar... 141

13. Data Uji Validitas Kedua Angket Kedisiplinan Belajar... 142

14. Perhitungan Uji Validitas Kedua Angket Kedisiplinan Belajar... 143

15. Hasil Uji Validitas Kedua Angket Kedisiplinan Belajar... 146

16. Angket Kedisiplinan Belajar... 147

17. Angket Uji Coba Percaya Diri Siswa ... 150

18. Data Uji Validitas Pertama Angket Percaya Diri Siswa... 153

19. Perhitungan Uji Validitas Pertama Angket Percaya Diri Siswa... 154

20. Hasil Uji Validitas Pertama Angket Percaya Diri Siswa... 157

21. Data Uji Validitas Kedua Angket Percaya Diri Siswa... 158

22. Perhitungan Uji Validitas Kedua Angket Percaya Diri Siswa... 159

23. Hasil Uji Validitas Kedua Angket Percaya Diri Siswa... 162

24. Angket Percaya Diri Siswa... 163

(17)

25. Data Penelitian Angket Kecerdasan Daya Juang... 166

26. Data Penelitian Angket Kedisiplinan Belajar... 171

27. Data Penelitian Angket Percaya Diri Siswa... 176

28. Data Nilai Ujian Semester Genap Kelas VIII SMP Negeri 50 Batam... 181

Halaman 29. Surat Izin Penelitian... 182

30. Tabel Nilai-Nilai Product Moment (r)... 183

31. Tabel Distribusi t... 184

32. Tabel Distribusi F... 185

33. Contoh Isian Angket Siswa... 187

(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan suatu bangsa akan selalu membawa perubahan di segala bidang kehidupan, terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Melalui pendidikan yang berkesinambungan dan peran serta aktif semua pihak akan memberikan dampak yang baik dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Sebagaimana tertuang di dalam UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003 mengandung makna bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itu artinya adalah bahwa secara umum tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, kepribadian, serta akhlak dan keterampilan seseorang.

Pendidikan memang akan selalu mendapat perhatian khusus dalam segala aspek kehidupan karena pendidikan sangat berkaitan erat dalam berbagai sendi pembangunan suatu bangsa. Melalui pendidikan seseorang dapat melalui tahapan proses pembelajaran yang utuh dan sistematis sehingga dapat melahirkan pribadi yang berkompeten dan mampu bersaing dalam era kehidupan yang semakin modern ini. Jadi, pendidikan memiliki keterkaitan

(20)
(21)

2

Berbicara mengenai pendidikan tentu tidak terlepas dari berbagai disiplin ilmu atau bidang studi yang diterapkan. Pentingnya optimalisasi penerapan bidang studi yang ada akan dapat merangsang kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Salah satu bidang studi tersebut adalah matematika.

Matematika sebagai alat untuk perkembangan sains maupun teknologi, karena pola yang dipakai menggunakan pemikiran yang logis dan dapat diperhitungkan secara nyata. Pemikiran tersebut tidak hanya berupa khayalan maupun perkiraan semata, sehingga hasilnya pun merupakan data yang akurat dan bisa dipertanggung jawabkan.

Matematika sangat erat hubungannya dengan angka-angka dan rumus-rumus yang kompleks dan beragam. Hal ini menurut penuturan beberapa siswa di SMP Negeri 50 Batam yang penulis jumpai. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit serta susah untuk dipahami.

(22)

Selain menganggap matematika sulit, para siswa juga kurang peduli dengan tugas matematika yang diberikan, sering menunda-nunda untuk mengumpulkan PR, tugas individu maupun tugas kelompok. Padahal jika siswa suka menunda ataupun terlambat mengumpulkan tugas akan menyebabkan terhambatnya proses penilaian yang dilakukan guru akibat kurangnya disiplin siswa. Disamping itu, kebanyakan siswa terlihat kurang berani untuk bertanya kepada guru. Apalagi ketika guru menyuruh setiap kelompok mempresentasikan tugas kelompok, kebanyakan siswa cenderung menghindar. Selain itu juga siswa cenderung suka menyalin pekerjaan temannya pada saat mengerjakan PR. Diduga hal ini terjadi karena kurangnya kepercayaan diri yang dimiliki siswa. Dan ternyata hasil pengamatan ini sejalan dengan hasil wawancara singkat yang dilakukan kepada beberapa siswa SMP Negeri 50 Batam.

Menurut penuturan dari guru matematika SMP Negeri 50 Batam yaitu Ibu Deli Asih, S.Pd dan Ibu Juliana pada tanggal 12 Desember 2015 didapatkan keterangan yang kurang lebih selaras dengan hasil pengamatan penulis bahwa kedisiplinan belajar siswa masih kurang terlihat dari kebiasaan siswa yang kurang peduli dengan tugas, suka terlambat mengumpulkan tugas, minimnya keterlibatan tiap anggota kelompok siswa untuk mengerjakan tugas kelompok.

(23)

4

tugas kelompok yang diberikan. Hal ini diduga terjadi karena memang siswa tersebut kurang percaya diri atau karena siswa tersebut belum paham dengan materi. Melalui pengalaman saat penulis sedang dalam masa PPL juga sering mendapat aduan dari beberapa siswa tentang teman-temannya yang mencontek dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah akibat dari kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan PR sendiri dan bertanya pada guru diluar jam pelajaran. Berikut ini adalah rekapitulasi sementara penilaian kompetensi sikap aspek disiplin dan aspek percaya diri yang telah dilakukan oleh guru matematika melalui metode pengamatan selama proses kegiatan belajar berlangsung pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar.

Tabel 1. Rekapitulasi Penilaian Sikap Aspek Disiplin dan Percaya diri

Kelas

Sumber: Guru matematika kelas VIII SMP Negeri 50 Batam

Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase jumlah siswa yang belum mencapai kompetensi sikap disiplin dan percaya diri yang diharapkan masih cukup tinggi (kategori Cukup dan Kurang). Ini menandakan bahwa masih banyak siswa yang memiliki sikap disiplin dan rasa percaya diri belum memuaskan.

(24)

matematika karena merasa matematika pelajaran yang sulit. Bahkan pernah seluruh siswa dalam suatu kelas kompak tidak mengerjakan PR dengan alasan tidak mengerti dan susah untuk dikerjakan. Ini bermakna kemampuan daya juang para siswa dalam menghadapi suatu tantangan dan kesulitan seperti matematika masih dirasa belum maksimal. Hal ini tentu berakibat pada kurang memuaskannya hasil belajar matematika siswa terlihat didalam tabel 2 berikut. Tabel 2. Nilai ulangan matematika kelas VIII

Kelas Jumlahsiswa

Sumber: Guru matematika kelas VIII SMP N 50 Batam

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa dari 6 kelas yang ada, 4 kelas memiliki persentase tidak tuntas lebih besar secara berkesinambungan yaitu pada UH 1 dan UH 2. Artinya masih banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM berdasarkan ketetapan sekolah yakni 67.

(25)

6

baru mengenai kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang pertamakali diperkenalkan oleh Stoltz (2004: 16).

Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, dibutuhkan daya juang siswa agar dapat meraih hasil yang maksimal ketika menghadapi suatu tantangan ataupun kesulitan seperti mata pelajaran matematika. Ketangguhan dan daya juang inilah yang dikonseptualisasikan oleh Paul G. Stoltz pada tahun 1997 sebagai kecerdasan daya juang atau disebut juga Adversity Quotient (AQ). Adversity quotient adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk mengetahui respons seseorang dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai sebuah kesuksesan (Stoltz, 2004: 9)

(26)

matematika. Padahal setiap siswa sama-sama memiliki potensi dan kesempatan yang sama untuk dapat meraih kesuksesan dalam proses pembelajaran asalkan mau bekerja keras dan gigih dalam mengatasi masalah.

Matematika yang selama ini dianggap sulit oleh siswa tentunya akan dapat memperlihatkan bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika tersebut. Ketika seorang siswa memiliki daya juang yang tinggi maka siswa tersebut akan berusaha secara maksimal dalam memahami mata pelajaran matematika sehingga menimbulkan rasa percaya diri dan mau berusaha disiplin dalam belajar seperti mengerjakan tugas tepat waktu. Hal ini tentu akan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa tersebut karena kegigihan dan dorongan dalam diri siswa. Sebaliknya, jika AQ atau daya juang seorang siswa rendah tentu akan memperlihatkan penurunan daya juang siswa dalam mempelajari matematika sehingga menimbulkan sikap acuh, suka terlambat mengumpulkan PR, tidak percaya diri dalam menyelesaikan tugas sehingga akhirnya memilih cara lain seperti mencontek. Ini tentu akan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa tersebut.

(27)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasikan pokok permasalahannya sebagai berikut:

1. Banyaknya siswa beranggapan matematika adalah pelajaran yang sulit. 2. Siswa suka mengeluh dan cenderung malas ketika mengikuti proses

pembelajaran matematika dan saat diberi tugas matematika.

3. Kemampuan daya juang atau adversity quotient (AQ) siswa dalam menghadapi suatu tantangan dan kesulitan seperti matematika masih dirasa belum maksimal terlihat dari sikap siswa yang cepat mengeluh, berputus asa, suka menghindar, dan kurang optimis sehingga merasa tidak mampu meraih kesuksesan dalam pelajaran matematika.

4. Kebiasaan siswa yang kurang peduli dengan tugas, suka terlambat mengumpulkan tugas matematika serta sering mengerjakan PR di sekolah. 5. Rendahnya kepercayaan diri siswa ditandai dengan banyaknya siswa suka

menyalin hasil pekerjaan temannya dan kurang berani menyampaikan pendapatnya.

6. Hasil belajar matematika siswa yang masih belum maksimal ditandai dengan banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM pada saat ulangan.

C. Batasan Masalah

(28)

adalah untuk mengetahui kontribusi kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat kontribusi kecerdasan daya juang terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016?

2. Apakah terdapat kontribusi kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016?

3. Apakah terdapat kontribusi percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016?

4. Apakah terdapat kontribusi kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

(29)

10

2. Untuk mengetahui kontribusi kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

3. Untuk mengetahui kontribusi percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

4. Untuk mengetahui kontribusi kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa secara bersama-sama terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis khususnya terkait dengan adversity quotient atau kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa sehingga dapat dijadikan sebagai bekal menjadi guru yang profesional.

2. Bagi Guru

Memberikan pemahaman kepada guru tentang kontribusi dari faktor-faktor belajar siswa diantaranya adalah kecerdasan daya juang atau adversity quotient (AQ), disiplin belajar, dan sikap percaya diri siswa

(30)

pencapaian siswa didalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat penting yang dalam seluruh aspek kehidupan. Setiap orang pasti akan melalui suatu proses belajar dalam kehidupannya karena dengan belajar seseorang akan memiliki suatu kompetensi tertentu yang berguna dalam menjalani kehidupannya. Sudarwan dan Khairil (2011: 93) menyatakan bahwa Belajar merupakan proses menciptakan nilai tambah kognitif, afektif, dan psikomotor bagi siswa. nilai tambah itu tercermin dari perubahan perilaku siswa menuju kedewasaan.

Menurut Susanto dalam Dian (2014: 18) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa maupun dalam bertindak”. Sedangkan menurut Ari (2009: 39) belajar adalah upaya seseorang menjadi tahu dan paham akan sesuatu. Upaya yang akan menjadikan manusia mendapatkan solusi atas masalah yang dihadapi (kecakapan hidup) dan memperoleh informasi baru serta jawaban atas

(32)

pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di kepala (memuaskan keingintahuan).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk dapat mencapai suatu perubahan perilaku dan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui upaya-upaya tertentu.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari dalam setiap institusi dan lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan matematika sangat erat hubungannya dengan angka-angka dan rumus-rumus yang kompleks dan beragam yang dapat memudahkan aktivitas tertentu yang menuntut pengaplikasian penghitungan dan angka-angka. Mempelajari matematika sangat bermanfaat bagi kehidupan seseorang karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir, penalaran, maupun logika seseorang dan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan sains dan teknologi demi kemajuan bersama.

(33)

14

teknologi dan berhubungan erat dengan disiplin ilmu lain seperti fisika, kimia, maupun ekonomi.

Di dalam proses pembelajaran matematika, siswa dituntut untuk mampu menguasai kompetensi pengetahuan dan keterampilan matematika yang mencakup materi-materi dasar dan lanjutan sesuai kurikulum yang telah disusun secara sistematis oleh institusi pemerintah bidang pendidikan atau Kemendikbud.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses interaksi guru dan siswa dimana guru membelajarkan siswa materi matematika yang berupa ilmu yang berkaitan dengan rasional-kognitif-akal dengan indikator aktivitas siswa dominan sebagai subjek belajar dan guru sebagai penata aktivitas siswa sesuai RPP yang disusun oleh guru (Erman, 2010: 73).

(34)

Hasil belajar yang didapat seorang siswa memiliki tolak ukur tertentu. Menurut Sobry (2013: 25) tolok ukur keberhasilan proses belajar antara lain:

(1) Penguasaan materi pelajaran yang dibelajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

(2) Perilaku yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran khusus dapat dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dikatakan sebagai hasil belajar matematika adalah suatu ukuran pencapaian dari seorang siswa yang menunjukkan tingkat pemahamannya terhadap materi matematika terlihat dari kemampuan penguasaan materi pelajaran matematika melalui upaya-upaya dari seorang siswa dalam mengikuti serangkaian proses pembelajaran matematika.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Syah dalam Sari (2014: 11) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.

(35)

16

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Sedangkan menurut Slameto (2010: 54) menyebutkan bahwa secara garis besar terdapat ada dua golongan saja faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu.

Senada dengan pendapat Slameto di atas, Balitbang (2010: 4) mengemukakan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut uraiannya.

1) Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri subjek, adapun yang ada didalamnya adalah

a) Faktor fisiologis, yaitu keadaan jasmani baik yang bersifat bawaan maupun yang bukan bersifat bawaan.

b) Faktor psikologis, yaitu keadaan rohani atau psikis yang meliputi faktor-faktor intelektualitas seperti intelegen dan bakat, serta faktor-faktor non intelektualitas seperti, minat, motivasi, dan sikap, percaya diri, maupun disiplin belajar.

c) Faktor kematangan, yaitu kematangan jasmani maupun rohani. 2) Faktor eksternal, yaitu semua faktor yang ada diluar subjek, yang

(36)

a) Faktor sosial, meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.

b) Faktor ekonomi, meliputi penghasilan atau pendapatan yang diterima untuk menunjang kebutuhan sehari-hari.

c) Faktor budaya, meliputi adat istiadat, kesenian, dan sebagainya. d) Faktor lingkungan fisik.

e) Faktor spiritual.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang mencakup faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti kondisi fisik, tingkat kecerdasan, motivasi, sikap percaya diri, maupun disiplin belajar serta faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun lingkungan sekitar.

c. Hasil Belajar pada Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

(37)

18

khusus untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilalui siswa. Ketiga ranah ini juga diterapkan pada seluruh mata pelajaran sekolah termasuk matematika. Berikut ini adalah penejelasan mengenai ketiga ranah tersebut menurut Latisma (2011: 206-207). 1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah ini berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, kemampuan mengevaluasi dan kemampuan berkreasi. 2) Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah ini mencakup watak dan perilaku siswa dalam belajar seperti minat, emosi diri, konsep diri, nilai-nilai, moral dan lain sebagainya. 3) Ranah Psikomotorik

Ranha psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

(38)

dikembangkan pada diri setiap siswa agar memiliki kecakapan hidup (life skill) melalui pengalaman belajar tertentu.

2. Kecerdasan Daya Juang

Dalam proses pembelajaran di sekolah pada konteks saat ini tidak terlepas dari pendidikan karakter. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 639) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, watak, akhlak atau budi pekerti yg membedakan seseorang dengan orang lain. Menurut Hasanah (2013: 188) “Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri individu melalui pendidikan, pengalaman, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan yang dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia yang menjadi semacam nilai-nilai intrinsik yang terwujud dalam sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap dan perilakunya.

Jadi karakter dimaknai sebagai suatu pola berpikir dan berperilaku yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pengalaman dan pengaruh lingkungan yang terpadu dengan nilai-nilai dalam diri terlihat dari interaksinya dengan lingkungan disekitarnya.

(39)

20

sehat, d. Disiplin, e. Kerja keras, f. Percaya diri, g. Berjiwa wirausaha, h. Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, i. Mandiri, j. Ingin tahu, k. Cinta ilmu.

Lebih jauh Kemdiknas dalam Marzuki (2012 :8-10) menjabarkan tentang nilai-nilai yang harus tercapai dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah. Beberapa nilai karakter tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Kecerdasan, yakni kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat.

b. Ketangguhan, yakni sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan suatu tugas tertentu dan mampu meraih peluang menuju tercapainya keberhasilan dalam belajar.

c. Kemandirian, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

d. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

e. Kedisiplinan, yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(40)

Diantara beberapa nilai-nilai karakter yang dikemukakan di atas terdapat kedisiplinan, percaya diri, kerja keras, kecerdasan, dan ketangguhan menjadi aspek yang dipandang cukup penting dalam menunjang keberhasilan belajar seorang siswa. Karakter kecerdasan, kerja keras, dan ketangguhan sesuai dengan paradigma mengenai adversity quotient atau kecerdasan daya juang yang menjadi suatu pandangan kecerdasan baru yang dirumuskan oleh Stoltz (2004) dimana ia memandang bahwa ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan dapat menjadikannya lebih mudah dalam meraih suatu kesuksesan dalam berbagai bidang kehidupan. Karakter ini menjadi sangat perlu untuk dimiliki oleh seorang siswa demi mencapai kesuksesannya dalam proses pembelajaran, disamping juga karakter disiplin dan percaya diri.

a. Definisi Kecerdasan Daya Juang

(41)

22

menunjukkan kegigihan menjadi modal yang sangat penting untuk dapat meraih keberhasilan tersebut.

Berarti secara bahasa kecerdasan daya juang adalah suatu kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai kesulitan tertentu dengan kegigihan.

Kecerdasan daya juang pada awalnya berasal dari suatu teori mendalam seorang tokoh terkemuka dan pembicara internasional Paul G. Stoltz (2004) mengenai kecerdasan mengatasi masalah atau adversity quotient (AQ) yang telah menjadi subyek penelitiannya selama beberapa

tahun. Teori ini banyak diadaptasi oleh pakar-pakar didunia dan dikaji dalam berbagai karya ilmiah maupun jurnal-jurnal internasional. Ada beberapa istilah dalam bahasa indonesia yang digunakan untuk mengungkapkan adversity quotient (AQ) ini diantaranya ketahan malangan (Luh et al, 2015), daya juang (Evi, 2014), kecerdasan ketegaran (Warsono, 2012), dan AQ adalah kecerdasan ketangguhan (Efendi dalam Sudarman, 2012), dan dapat disebut pula sebagai potensi

kegigihan (Subiyanto dalam Sudarman, 2012).

(42)

“adversity quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan bertahan hidup”.

Secara lebih luas, Stoltz (2004: 9) mengemukakan bahwa AQ mempunyai tiga bentuk:

1) AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan.

2) AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan.

3) AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons seseorang terhadap kesulitan.

Menurut Parvathy dan Praseeda (2014: 23) adversity quotient adalah kemampuan seseorang untuk menghadapi suatu kemalangan dalam hidupnya yang akan menunjukkan seberapa baik daya juang atau kemampuan seseorang atas kesulitan tersebut dan mampu merubahnya menjadi peluang kesuksesan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan daya juang adalah kemampuan seseorang dalam merespons berbagai tantangan, kesulitan, maupun hambatan demi meraih keberhasilan dan kesuksesannya dalam berbagai aspek kehidupan.

b. Dimensi Kecerdasan Daya Juang

(43)

24

cobaan dan rintangan sehingga mampu melakukan hal yang terbaik”. Hal ini sejalan dengan pendapat Stoltz (2004: 162) bahwa Ketabahan atau endurance merupakan salah satu dimensi pembangun AQ atau

kecerdasan daya juang karena dengan adanya ketabahan atau daya tahan terhadap suatu masalah maupun kesulitan yang dimiliki seseorang akan membuat orang tersebut mampu bertahan dalam rintangan seperti apapun dan akan mampu melakukan hal yang terbaik demi meraih kesuksesan.

Menurut Paul (2003: 79) daya juang didalam belajar dapat ditunjukkan melalui berbagai bentuk perilaku diantaranya: 1) Kegigihan dan percaya diri dalam mengerjakan segala hal, 2) Menghindari tindakan sia-sia, 3) Optimal mewujudkan keinginannya, 4) Tidak mudah putus asa, dan 5) Tidak menampakkan sikap kemalasan.

Sedangkan Stoltz (2004: 141-166) menjelaskan secara lebih gamblang melalui kajiannya tentang adversity quotient atau kecerdasan daya juang bahwa ada 4 dimensi dalam kecerdasan daya juang yang dimiliki seseorang dan disingkat menjadi CO2RE yaitu Control (kendali), Origin (asal-usul) dan Ownership (pengakuan), Reach (jangkauan), dan

Endurance (daya tahan). Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1) Control (Kendali)

(44)

melakukannya. Dimensi ini mengungkapkan seberapa banyak respons pengendalian diri yang dimiliki individu dalam menghadapi suatu kesulitan. Semakin tinggi kecerdasan daya juang atau AQ yang dimiliki individu maka sesulit apapun atau bahkan mustahil sekalipun individu tersebut akan tetap tegar dan yakin mampu menghadapinya. 2) Origin (Asal-usul) dan Ownership (Pengakuan)

(45)

26

Sumber: Stoltz, 2004: 151 3) Reach (Jangkauan)

Dimensi reach atau jangkauan yaitu kemampuan individu dalam menjangkau dan membatasi masalah agar tidak menjangkau bidang-bidang yang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan daya juang yang rendah ketika menemui masalah maka ia akan menjangkau segi-segi lain dari kehidupannya. Ia akan semakin terpuruk karena menggangap suatu masalah adalah bencana sehingga menyedot kebahagiaan dan ketenangan pada aspek kehidupannya yang lain. Berbeda halnya dengan seseorang yang ber-AQ tinggi, ia akan cepat membatasi jangkauan permasalahan hidupnya dan tidak membiarkan

(46)

suatu permasalahan yang dihadapi adalah masalah yang skalanya terus melebar dan sangat besar tetapi suatu masalah memiliki cakupannya sendiri. Apabila ia mendapat nilai yang jelek maka ia akan menganggap bahwa itu bukanlah akhir dari segalanya karena kegagalan dalam satu aspek kehidupan bukanlah kehancuran atas segala sendi kehidupan.

4) Endurance (Daya tahan)

Dimensi endurance atau daya tahan yaitu kemampuan individu dalam mempersepsi kesulitan, dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan tersebut dengan menciptakan ide dalam pengatasan masalah sehingga ketegaran hati dan keberanian dalam penyelesaian masalah dapat terwujud. Individu yang memiliki AQ rendah akan menilai suatu masalah dan penyebab-penyebabnya berlangsung lama, tidak yakin bahwa permasalahan akan bisa diselesaikan dengan cepat begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dimensi-dimensi yang dapat menggambarkan kecerdasan daya juang seseorang ada 4 yaitu: 1) Control (kendali), 2) Origin and Ownership (asal-usul dan pengakuan),

3) Reach (Jangkauan), dan 4) Endurance (daya tahan). c. Tingkatan Kecerdasan Daya Juang

(47)

28

berbeda-beda akan cenderung berbeda pula dalam menanggapi suatu permasalahan atau kesulitan tertentu. Tanggapan atau respon inilah yang membedakan bagaimana tingkat kecerdasan daya juang seseorang dalam menghadapi kesulitan. Stoltz (2004: 17-20) meminjam filosofi pendakian gunung dalam mengkategorikan berbagai tingkatan respon seseorang dalam menghadapi kesulitan. Menurut Stoltz (2004: 3-6) ketika seseorang menghadapi sebuah tantangan berupa mendaki gunung yang terjal dan memiliki berbagai tantangannya seperti kondisi iklim, cuaca, sumber makanan, belum lagi ancaman suasana ekstrim hutan di gunung, dsb. Tentunya tidak semua orang sanggup mencapai puncak (keberhasilan) gunung. Hal ini sebenarnya karena respon berbeda tentang kesulitan yang dimiliki setiap orang yang juga berbeda tingkatannya. Tingkatan tersebut terbagi dalam tiga jenis yaitu quitters, campers, dan climbers (Stoltz, 2004: 18-38) sebagaimana dijelaskan berikut.

1) Quitters

Tingkatan quitters ini bermakna kelompok individu yang berhenti dari menghadapi kesulitan. Dalam suatu filosofis pendakian, seorang quitter akan berhenti dan mundur daripada harus memulai pendakian

(48)

berjuang mengatasi berbagai hambatan yang menghalanginya menjadikan kecerdasan daya juangnya menjadi rendah. Ini berarti individu yang memiliki daya juang rendah menunjukkan tingkatan AQ-nya berada pada tingkat quitter.

2) Campers

Campers adalah tingkatan respon seseorang menghadapi suatu

tantangan pada posisi pertengahan. Campers bermakna kelompok individu yang memilih berkemah ditengah-tengah pendakiannya. Artinya bahwa individu dengan respon camper akan menanggapi tantangan yang ada dihadapannya namun tidak sampai menuntaskan usahanya untuk mencapai posisi puncak keberhasilan. Berbeda dengan quitters, campers sekurang-kurangnya telah menanggapi tantangan

dan telah mencapai suatu tahapan tertentu dan merasa berpuas diri pada hasil pencapaian sementara yang telah didapatkan dan berhenti di zona nyaman dan merasa telah sampai pada batas kesanggupannya menurut persepsinya saja.

3) Climbers

Climbers merupakan tingkatan tertinggi dalam kecerdasan daya juang

yang dimiliki seseorang. Tingkatan ini bermakna seorang pendaki yang terus mendaki gunung dan tidak akan berhenti sampai bisa mencapai puncak gunung tersebut. Individu dengan tingkat respon climber merupakan pejuang sejati dalam mengahadapi sulitnya

(49)

30

resiko yang ada, mampu menghadapi setiap gejolak perubahan dan tantangan yang menghadangnya, serta selalu bersikap optimis dan merasa yakin bahwa dirinya akan mampu meraih kesuksesan. Tingkatan AQ yang tertinggi ini sangat tepat untuk dimiliki oleh setiap orang yang ingin mencapai kesuksesannya termasuk seorang siswa agar mampu meraih keberhasilan dalam kegiatan belajarnya. d. Teknik-Teknik dalam Meningkatkan Kecerdasan Daya Juang

Seseorang yang memiliki adversity quotient (AQ) atau kecerdasan daya juang maka ia akan mampu menghadapi berbagai hambatan dan tantangan hidup dan dapat memunculkan sikap tabah, tangguh, memiliki daya juang dan kreatifitas (Rini dan Musriadi, 2012: 16). Kecerdasan daya juang sangat penting bagi setiap orang agar mampu meraih keberhasilan dalam mencapai suatu tujuannya yang hendak dicapai meskipun berbagai kesulitan menerpanya.

Stoltz (2004: 203) menyatakan bahwa daya juang dapat ditingkatkan atau diperbaiki dangan teknik LEAD yang merupakan singkatan dari Listen, Explore, Ananlyze, Do.

1) Listen

(50)

2) Explore

Explore yaitu jajaki asal usul dan pengakuan atas akibatnya. Menggali

lebih dalam mengenai asal-usul munculnya suatu permasalahan sehingga individu akan menyadari seberapa jauh yang merupakan kesalahan dari diri sendiri sehingga dapat dijadikan pelajaran agar lebih baik lagi kedepannya. Kemudian mau melakukan peninjauan secara jujur pada aspek-aspek dari akibat yang harus individu tersebut akui sehingga mampu mengangap diri bertanggung jawab melakukan sesuatu guna memperbaiki keadaan.

3) Analysis

Analysis yaitu menganalisa bukti-bukti yang menjadikan seseorang

(51)

32

4) Do

Do atau lakukan sesuatu. Setelah individu melalui berbagai tahapan di

atas maka langkah nyata yang perlu direalisasikan adalah tindakan nyata untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dengan adanya langkah nyata individu untuk berbuat sesuatu demi memperbaiki keadaan akan memperbesar kemungkinan tuntasnya permasalahan yang menerpa individu tersebut sehingga puncak keberhasilan akan semakin mudah diraih.

Keempat macam teknik untuk meningkatkan kecerdasan daya juang ini dapat disingkat menjadi LEAD. Menurut Evi (2014: 322) Rangkaian LEAD ini didasarkan pada pengertian bahwa individu dapat mengubah keberhasilan dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan berfikir. Hasilnya adalah keuletan emosional dan berjiwa besar sebagai respon terhadap tekanan hidup sehari-hari.

Jadi agar individu dapat meraih AQ yang tinggi sangat perlu untuk dapat mengaplikasikan keempat teknik dari LEAD (listen, explore, analyze, do) ini dalam kehidupan sehari-hari termasuk bagi seorang

(52)

3. Kedisiplinan Belajar

a. Pengertian Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan diambil dari kata disiplin yang bisa dimaknai suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan tertentu. Kata disiplin berasal dari bahasa inggris, yaitu discipline yang berakar dari kata disciple yang berarti murid, pengikut, penganut atau seseorang yang menerima pengajaran dan menyebarkan ajaran tersebut. Disiplin yang berasal dari kata discipline dapat berarti peraturan yang harus diikuti; bidang ilmu yang dipelajari; ajaran; hukuman atau etika norma atau tata cara bertingkah laku. Kata disiplin juga disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 358) yang menyatakan bahwa “Disiplin adalah ketaatan pada peraturan atau tata tertib”.

Menurut Dadang (2014) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Sedangkan Muchlas dan Hariyanto (2013: 121) mendefinisikan disiplin sebagai “sikap dan perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan atau kebiasaaan menaati aturan, hukum atau perintah”.

(53)

34

keteraturan yang terdapat pada diri tiap-tiap individu yang menunjukkan ketaatan pada aturan.

Sikap kedisiplinan pada diri siswa berkaitan erat dengan kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Kedisiplinan belajar adalah serangkaian perilaku seseorang yang menunjukan ketaatan dan kepatuhan

terhadap peraturan, tata tertib norma kehidupan yang berlaku karena

didorong adanya kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan

belajar yang diinginkan (Hanif, 2013: 16). Dengan adanya sikap disiplin

belajar pada diri siswa tentu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya pada pelajaran matematika yang dianggap sulit serta

membutuhkan konsistensi dan ketelitian yang tinggi.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kedisiplinan belajar bagi siswa adalah suatu kondisi psikis siswa

dimana siswa bertindak dan berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam lingkup kegiatan belajar mengajar dengan penuh rasa patuh dan taat serta bersedia menerima konsekuensi sanksi apabila melanggar aturan tersebut.

b. Indikator Kedisiplinan Belajar

(54)

3) Perhatian yang baik saat belajar di kelas, 4) Ketertiban diri saat belajar di kelas.

Arikunto dalam Yopi (2014: 5) mengungkapkan bahwa indikator dari disiplin belajar mencakup: 1) Perilaku disiplin di dalam kelas, 2) Perilaku disiplin di lingkungan sekolah, dan 3) Perilaku disiplin di rumah. Disisi lain Syarif (2013: 95) memandang bahwa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kedisiplinan siswa adalah: 1) Ketepatan masuk dan pulang sekolah, 2) ketaatan dalam menggunakan pakaian dan atribut sekolah, 3) ketepatan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan 4) kepatuhan terhadap perintah guru.

Berdasarkan beberapa indikator disiplin belajar yang dinyatakan oleh para pakar di atas maka penulis menyimpulkan bahwa indikator dari kedisiplinan belajar seorang siswa adalah sebagai berikut.

1) Disiplin di lingkungan sekolah yang mencakup sub indikator: a) Ketepatan masuk dan pulang sekolah,

b) Ketaatan dalam menggunakan pakaian dan atribut sekolah, c) Ketaatan pada peraturan-peraturan lain yang diterapkan sekolah. 2) Disiplin di dalam kelas yang mencakup sub indikator:

a) Ketaatan dalam mengerjakan tugas maupun perintah dari guru, b) Rajin dan tertib dalam belajar di kelas, dan

c) Perhatian yang baik terhadap proses belajar yang berlangsung. 3) Disiplin di rumah yang mencakup sub indikator:

(55)

36

b) Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan guru.

c. Fungsi Kedisiplinan Belajar

Dalam dunia pendidikan, sikap disiplin sangat diperlukan karena dapat menjadi bagian dari faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada siswa. Sikap disiplin siswa yang melahirkan suatu tindakan ketaatan akan menimbulkan dampak positif bagi kesuksesan proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah. Berbeda hal nya jika tingkat disiplin siswa rendah tentu akan menyebabkan kesulitan bagi guru untuk dapat menjalankan proses belajar mengajar yang maksimal karena harus memberi sanksi kepada siswa yang kurang disiplin. Ini tentu akan berakibat pada kurang maksimalnya prestasi yang dicapai siswa dalam proses belajar.

Kedisiplinan belajar yang dimiliki oleh siswa memiliki berbagai macam fungsi. Tu’u dalam Hanif (2013: 18) menyebutkan berbagai fungsi tersebut diantaranya.

1) Menata kehidupan bersama

(56)

2) Membangun kepribadian

Seorang siswa yang sedang dalam masa-masa pembentukan kepribadian tentu akan ikut terpengaruhi oleh lingkungan sekolah dan proses belajar yang teratur dan tertib. Situasi lingkungan belajar siswa yang berdisiplin baik itu akan berpengaruh positif terhadap pembentukan kepribadian yang baik bagi siswa.

3) Melatih kepribadian

Dengan pembiasaan sikap berdisiplin terutama dalam belajar akan sedikit-banyak mampu melatih kepribadian siswa yang baik dan taat aturan.

4) Mencipta lingkungan kondusif

Ketaatan pada peraturan yang dimiliki oleh sebagian besar siswa akan dapat menciptakan lingkungan sekolah termasuk proses belajar didalamnya menjadi lebih kondusif yang dapat berpengaruh positif pada tercapainya tujuan pendidikan yang ingin dicapai dan prestasi belajar yang maksimal.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar

(57)

38

a) Faktor fisik

Kondisi fisik siswa yang prima seperti tampak pada penampilannya serta panca indra yang sehat akan mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. Siswa yang sakit atau kelaparan atau sebagian indranya yang tidak berfungsi dengan sempurna akan sulit memusatkan perhatian pada pelajaran. Kondisi fisik lingkungan belajar yang mencakup keamanan dan keteraturan peralatan belajar juga dapat mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa.

b) Faktor Sosial

Kualitas interaksi sosial siswa yaitu hubungan antara guru-siswa dan siswa-siswa lainnya juga dapat mempengaruhi disiplin siswa. hubungan interaksi yang akrab dan sehat, saling mempercayai akan mampu meningkatkan kedisiplinan siswa. sebaliknya, hubungan yang tidak akrab dan tidak sehat seperti rasa iri, cemburu, serta saling mencurigai akan mengurangi ketaatan siswa dalam setiap proses belajarnya. Selain kualitas interaksi sosial antar guru dengan siswa maupun antar siswa, faktor sosial lainnya yang mempengaruhi adalah latar belakang sosial siswa dan interaksi dilingkungan keluarga siswa. Siswa yang terbiasa hidup dalam keluarga yang teratur akan lebih mudah mengikuti peraturan, begitu pula sebaliknya.

c) Faktor Psikologis

(58)

(seperti keinginan untuk dihargai, diakui, dan disayangi). Ketika kondisi psikologis siswa baik maka akan sangat berpengaruh terhadap ketaatan siswa tersebut pada aturan. Sebaliknya jika siswa tersebut dalam kondisi psikologis yang buruk seperti tertekan dan stres maka siswa tersebut akan cenderung uring-uringan dan malas mengerjakan tugas sehingga berkurang rasa kedisiplinan belajarnya.

4. Percaya Diri

a. Pengertian Percaya Diri

Rasa percaya diri sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu khususnya siswa agar memiliki keyakinan pada kemampuan diri dan keberanian dalam melakukan berbagai perilaku nyata. Maka dari itu percaya diri dapat diartikan sebagai suatu pandangan yang baik dan positif tentang diri sendiri. Pandangan yang positif ini akan sangat bermanfaat bagi seseorang untuk dapat menunjukkan dan menampilkan potensi diri yang ada sehingga tujuan-tujuan yang dimiliki oleh seseorang akan tercapai sebagaimana seorang siswa atau pembelajar tentu sangat ingin meraih tujuannya dalam belajar yaitu mencapai prestasi akademik yang baik.

(59)

40

baik. Dalam pengaktualisasian diri tentu tidak terlepas dari rasa percaya diri karena dengan adanya rasa percaya diri seseorang akan memiliki keberanian dalam menampilkan kemampuan diri yang dimiliki.

Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak (Dadang, 2014). Sementara itu Mardatillah (2008: 174) berpendapat bahwa pengertian dari percaya diri adalah “Suatu bentuk penghargaan akan kemampuan dan potensi diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku nyata dengan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan profesinya”.

Sementara itu Hakim dalam Sari (2014: 25) mengatakan bahwa: Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tesebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan optimis didalam melakukan aktivitasnya dan mempunyai tujuan yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

(60)

Dari uraian beberapa definisi percaya diri di atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah suatu perasaan percaya akan kemampuan diri sendiri, dengan melihat potensi yang dimiliki dan diwujudkan dalam bentuk keberanian bertindak nyata untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dengan keyakinan bahwa tujuan tersebut akan berhasil diraih tanpa bergantung kepada bantuan orang lain.

b. Karakteristik Percaya Diri

Terdapat berbagai aspek yang dapat memperlihatkan karakteristik kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang. Mardatillah (2008: 176) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki sikap percaya diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Mengenal diri

Seseorang yang telah mengenal dirinya sebaik mungkin tentunya akan dapat menilai kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga tidak mungkin seseorang yang percaya diri berharap yang tidak mungkin tercapai. 2) Introspeksi diri

(61)

42

3) Mampu mengatasi rasa cemas dan tekanan

Individu yang memiliki sikap percaya diri terkadang mengalami rasa tertekan, kecewa, ketidakberhasilan maupun hal-hal lain yang negatif. Namun individu yang percaya diri tersebut akan mampu mengatasi rasa negatif tersebut dan akan segera bangkit menghadapi kesulitan hidup yang dialaminya.

4) Tenang

Individu yang memiliki rasa percaya diri sering terlihat begitu tenang dalam menjalani dan menghadapi segala sesuatunya, walaupun mungkin di benaknya terlihat bingung dan khawatir namun ia tidak memperlihatkannya pada orang lain, karena ia memiliki keyakinan dalam menghadapi apapun yang terjadi.

5) Berpikir positif

Individu yang memiliki rasa percaya diri akan selalu berpikiran positif dan berprasangka baik akan segala sesuatu, ini tidak hanya memberikan kekuatan untuk melangkah kedepan tetapi sebagai dasar agar selalu berperilaku positif walau dalam perjalanannya tidak selalu hal positif yang diterima namun ia selalu memberi semangat untuk terus percaya diri.

6) Pantang menyerah

(62)

penyemangat baginya untuk terus maju menghadapi setiap permasalahan.

Aspek-aspek dalam percaya diri juga diungkapkan oleh Lauster dan Guilford (Sari, 2014: 40) bahwa hal-hal yang dapat menjadi ciri atau indikator dari kepercayaan diri seseorang adalah:

1) Menghargai diri sendiri 2) Keberanian

3) Mandiri

4) Pantang Menyerah

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang dapat menjadi indikator dari percaya diri adalah: 1) Mengenal diri, 2) Introspeksi diri, 3) Mampu mengatasi rasa cemas dan tekanan, 4) Tenang, 5) Berpikir positif, 6) Pantang menyerah, 7) Berani, dan 8) Mandiri.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri

Berbagai teori dan penelitian yang dilakukan mengungkap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi karakter percaya diri seseorang. Menurut Hakim dalam Sari (2014: 29) Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang adalah sebagai berikut: 1) Keluarga

(63)

44

Rasa percaya diri bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil jika seseorang berada di lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut akan kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. 2) Pendidikan Formal

Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga dirumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.

3) Pendidikan Non Formal

Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yan berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Kemampuan atau keterampilan dibidang tertentu bisa didapatakan melalui pendidikan non formal misalnya: mengikuti khursus bahasa asing, bermain alat musik, seni vokal, pendidikan dan keagamaan dan lain sebagainya sebagai penunjang timbulnya rasa percaya diri pada diri individu yang bersangkutan.

(64)

1) Pola Asuh

Faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentuk rasa percaya diri. Sikap orang tua akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai dimata orang tuanya. Sehingga meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orang tua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun juga karena eksistensinya. Dikemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap dirinya, seperti orang tuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.

2) Sekolah

(65)

46

kalah. Siswa yang kerap menang dalam setiap kompetensi akan mudah mendapatkan kepercayaan diri dan harga diri.

3) Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga. Dimana mereka terbiasa bergaul dan mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka pada orang lain. Dalam interaksi sosial yang dilakukan, populer atau tidaknya seseorang individu dalam kelompok teman sebaya tersebut sangat menentukan dalam pembentukan sikap percaya diri.

4) Masyarakat

Sebagai anggota masyarakat, kita harus berperilaku sesuai dengan norma dan tata nilai yang sudah berlaku. Kelangsungan berlakunya norma tersebut pada generasi penerus disampaikan melalui orang tua, teman sekolah, teman sebaya, sehingga norma tersebut menjadi bagian dari cita-cita individu. Semakin kita mampu memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, semakin lancar harga diri kita berkembang. Disamping itu perlakuan masyarakat pada diri kita juga berpengaruh pada pembentukan harga diri dan rasa percaya diri.

5) Pengalaman

(66)

diri yang akan membentuk gambaran diri yang baik sehingga akan timbul rasa percaya diri dalam diri individu. Berdasarkan beberapa faktor percaya diri diatas, jelas terlihat bahwasanya percaya diri sangat ditentukan oleh lingkungan sosialnya yaitu: orangtua, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan pengalaman-pengalaman pribadinya.

d. Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

(67)

48

Menurut Mardatillah (2008: 180) seseorang harus memiliki beberapa modal dasar untuk dapat mencapai rasa percaya diri yang tinggi diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Meyakini bahwa kita memiliki kemampuan dan potensi yang dapat ditunjukkan kepada orang lain sebagai bentuk kebanggan diri kita dan penghargaan atas diri sendiri bahwa kita mampu melakukannya. 2) Berpikir, berperasaan dan bertindak positif. Saat kita telah yakin akan

kemampuan dan potensi diri maka kita harus memiliki juga pemikiran, perasaan dan berperilaku yang positif sehingga secara tidak langsung memberikan kekuatan dalam melakukan sesuatu yang akhirnya kita lebih percaya diri akan kemampuan yang kita miliki. 3) Segera perbaiki kekurangan yang kita miliki dan tunjukkan bersama

dengan kelebihan yang kita miliki. Ini bermakna saat seseorang gagal itu merupakan suatu hal yang manusiawi namun bagaimana terus bangkit dan melangkah ke depan untuk terus menghadapi permasalahan dengan rasa percaya diri.

4) Selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa kita mampu melakukan hal tersebut, dengan melakukan hal yang terbaik, jika belum berhasil coba dan coba lagi.

(68)

Dilain pihak, Nuni (2013: 97) mengatakan ada beberapa strategi untuk dapat meningkatkan kepercayaan dalam diri siswa diantaranya. 1) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil, yaitu dengan

memperbanyak pengalaman berhasil bagi siswa sejak awal karena dari awal merupakan materi-materi mudah hingga sukar sehingga siswa dapat memahami dengan mudah.

2) Menyusun pembelajaran dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga siswa tidak dituntut mempelajari terlalu banyak konsep. 3) Meningkatkan harapan untuk berhasil yaitu dengan menyampaikan

berbagai kriteria keberhasilan yang akan dicapai.

4) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa itu sendiri. 5) Mengatakan hal yang positif kepada siswa bahwa siswa dianggap

telah memahami konsep dengan baik dengan tujuan memotivasi. 6) Memberi umpan balik yang konstruktif selama belajar agar siswa

mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini. B. Penelitian Relevan

(69)

50

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Riana pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan Belajar dan Jenis Kelamin Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Negeri 1 Pucakwangi Pati Tahun Ajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar matematika dengan nilai Fhitung = 28,338 > Ftabel = 3,20. Jadi, kedisiplinan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar matematika seorang siswa.

3. Dari penelitian yang dilakukan oleh Aan Andriyani pada tahun 2012 melalui skripsinya berjudul “Pengaruh Percaya Diri Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa di Kelas VII MTs PUI Ciwedus Timbang Tahun Ajaran 2011/2012” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dengan hasil uji t dimana thitung = 7,815 > ttabel = 1,697.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya kontribusi variabel bebas yaitu kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa terhadap variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor dalam diri siswa atau faktor internal merupakan salah satu faktor yang sangat penting agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal sesuai standar yang diharapkan.

(70)

mempengaruhi pencapaian prestasi siswa. Karakter kecerdasan daya juang merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kecerdasan daya juang adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan. Siswa yang mempunyai kecerdasan daya juang yang baik akan memiliki respon yang baik terhadap suatu tantangan seperti belajar matematika dan mampu menghadapi kesulitan-kesulitan dalam belajar sehingga tidak mudah menyerah dan terus bekerja keras untuk dapat meraih hasil belajar yang tinggi.

Selain dari itu, siswa juga harus mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi untuk dapat menunjang hasil belajar yang maksimal. Hal ini dikarenakan sikap atau karakter disiplin dalam belajar tentunya akan mendorong siswa meraih hasil belajar yang maksimal. Siswa yang memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi akan cenderung menaati segala peraturan yang ada serta memiliki keteraturan dalam belajar baik saat mengerjakan tugas di sekolah, maupun saat belajar dan mengerjakan PR di rumah sehingga akan selalu tepat waktu saat mengumpulkan tugas. Hal ini dapat mendorong hasil belajar siswa yang maksimal.

(71)

52

tidak bergantung pada bantuan orang lain. Jadi, Semakin baik sikap percaya diri siswa maka diduga akan mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa dipandang berhubungan dengan hasil belajar matematika yang diraih siswa. Dengan demikian semakin tinggi tingkat kecerdasan daya juang siswa, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa maka diduga akan semakin tinggi pula hasil belajar matematika yang diraih oleh siswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar, dan percaya diri siswa maka diduga akan menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika

(72)

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi, 2014: 21). Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan antara lain sebagai berikut.

1. Ha1: Terdapat kontribusi kecerdasan daya juang terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

Ho1: Tidak terdapat kontribusi kecerdasan daya juang terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

2. Ha2: Terdapat kontribusi kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

Ho2: Tidak terdapat kontribusi kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

3. Ha3: Terdapat kontribusi percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

Ho3: Tidak terdapat kontribusi percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 50 Batam tahun pelajaran 2015/2016.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Penilaian Sikap Aspek Disiplin dan Percaya diri
Tabel 2. Nilai ulangan matematika kelas VIII
Gambar 1. Dimensi O2 (Owner dan Ownership)
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dalam penelitian yang telah di analisa secara objektif, penulis menganalisis kebutuhan dengan menggunakan alat bantu penjualan barang berbasis Barcode untuk memudahkan

Tatacara pengelolaan jenis-jenis penerimaan dari kegiatan tertentu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 20 Tahun 1987 tentang Penerimaan Negara Bukan

MEMBANGUN KESIAPAN BELAJAR SISWA ( READINESS ) PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA NU IBTIDAUL FALAH SAMIREJO DAWE KUDUS TAHUN. PELA

Pada hasil penelitian menunjukkan nilai panjang gelombang yang dihasilkan dari sintesis nanopartikel perak pada selang waktu 7 hari mengalami perubahan yang tidak

Untuk membangun suatu sistem pendaftaran dan pembayaran siswa, sehingga menghasilkan data yang reliability juga aman, sehingga proses data sekolah dapat dikelola dengan baik oleh

file tanpa ijin dari pemiliknya. Karena itu virus pada dasarnya tidak dikenal di dunia Linux. Bahkan di Linux sendiri sampai saat ini belum ditemukan virus yang

[r]

Akan tetapi, pada masa yang sama saya ingin merujuk kepada jawapan daripada Yang Berhormat Menteri Pendidikan kepada Yang Berhormat Baram pada 14 Disember 2020, yang