• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus

dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak

memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam

pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negara

berupa pajak.pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

kepentingan bersama.

Pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat

balas jasa secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.dan dari pengertian tersebut Pajak merupakan salah satu sumber dana

yang digunakan untuk memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat

meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta mendorong kemajuan modernisasi di

semua bidang kehidupan. Mengingat isi dari UUD 1945 Pasal 23A yang berbunyi; “Pajak

(2)

Undang-Undang”. Tersedianya dana yang bersumber dari dalam negeri, akan memberikan jaminan

lebih kepada rakyat, sebagai cerminan dari prinsip bantuan nasional dalam upaya melepas

ketergantungan pada sumber dana luar negeri, sehingga bantuan asing dianggap sebagai

pelengkap yang relatif kecil di masa depan.

Kesadaran sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang telah memperoleh

penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dapat ditunjukkan melalui

kepatuhan terhadap pembayaran pajak dalam mewujudkan pembangunan nasional secara

mandiri. Hal ini disebabkan karena penerimaan negara yang bersumber dari pajak dari

tahun ke tahun, yang dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) dinilai sebagai pendapatan negara yang potensial dibandingkan dengan

penerimaan negara secara internal lainnya, seperti: penerimaan negara bukan pajak,

disamping penerimaan negara secara eksternal, yaitu pinjaman luar negeri.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, dimana ciri dan corak dari sistem pemungutan pajak di Indonesia

mengalami perubahan yang mendasar, dari sistem pemungutan pajak secara Official

Assessment System berubah menjadi Self Assessment System. Official Assessment System

mengandung arti bahwa petugas pajak yang menetukan sendiri berapa besarnya jumlah

(3)

untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya jumlah

pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam sistem ini, pemerintah menuntut kesadaran, kejujuran dan peran serta masayarakat

dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari tahun ke tahun Pajak Penghasilan masih menjadi nomor satu dalam

perkembangan penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak Penghasilan (PPh) Atas Pegawai

Tetap merupakan salah satu pajak yang dipungut dan/atau dipotong oleh pihak ketiga atau

pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Orang pribadi dalam

negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan dan penyetoran sendiri oleh wajib pajak

setelah menghitung dan memperhitungkan PPh terutang selama satu tahun. Dengan

memperhatikan hal tersebut, maka Penulis merasa tertarik untuk mempelajari, memahami,

dan mendalami bagaimana sebenarnya mekanisme (tata cara) perpajakan khususnya Pajak

Penghasilan yang dikenakan atas pegawai tetap diKantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan

polonia.

Pajak merupakan topik pembicaraan yang sangat menarik untuk dibahas dan

dipelajari oleh siapa saja di dalam meningkatkan penerimaan negara secara internal. Hal ini

dikarenakan pemungutan pajak berkaitan erat dengan aktivitas dalam kehidupan

sehari-hari. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa dihadapkan pada pokok

permasalahan secara langsung sesuai kenyataan di lapangan tempat PKLM berlangsung,

(4)

Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.”

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan

dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak instansi

pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM).

1.Tujuan PKLM

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh

mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat

dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :

a. Untuk mengetahui banyaknya pegawai tetap pada KPP Pratama Medan

Polonia.

b. Untuk mengetahui tata cara pengenaan dan penghitungan PPh 21 atas

(5)

c. Untuk memperoleh dan melihat secara langsung mengenai tata cara

pengadministrasian atas penghasilan atas pegawai tetap di KPP Pratama

Medan polonia.

d. Untuk mendapatkan data-data, lampiran-lampiran, dan dokumentasi

lainnya yang dibutuhkan di dalam penulisan.

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa

1) Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung

pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori

yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.

2) Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan

dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang

perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan.

3) Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,

kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi

pemerintahan.

4) Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan seiring

dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktu-waktu dapat berubah

(6)

5) Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah menamatkan

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan memperoleh karir

melalui penilaian yang terbaik.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

1) Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya

Kantor Pelayanan Pajak.

2) Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak

khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.

3) Memperoleh ide-ide baru dalam upaya mengoptimalkan Pajak Penghasilan

(PPh) terutama pajak penghasilan pasal 21 atas pegawai tetap di Kantor

Pelayanan pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.

4) Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Medan Polonia.

5) Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra Direktorat

Jenderal Pajak.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

1) Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan

(7)

2) Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan.

3) Upaya melakukan revisi kurikulum guna meningkatkan pendidikan.

4) Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori

yang diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada

dalam praktik di lapangan.

5) Mendorong kemajuan alumni di masa akan datang.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-undang nomor 28 tahun 2007 pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan adalah : “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar

(8)

Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam bukunya Pajak Atas Gotong Royong, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964, mengatakan: “Pajak adalah iuran wajib,

berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma

hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam

mencapai kesejahteraan umum.” (dalam Suandy, 2008:9)

Prof. Ewin R.A. Seligaman dalam buku esay in taxation yang di terbitkan di Amerika menyatakan : Tax is compulsary contribution from the person, to the

goverment to depray the expenses incurred in the common interest of all,without

reference to specia benefit conferred. Dari definisi diatas terlihat adanya kontribusi

seseorang yang ditunjukkan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditunjukkan

secara khusus kepada seseorang. (dalam waluyo,2010:2)

Mr. Dr. N. J. Feldmann,dalam bukunya De Overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden, 1949, mengatakan: “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),

tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaranumum.” (dalam Suandy, 2008:9)

Prof. Dr. M. J. H. Smeets, dalam bukunya De Economische Betekenis der Belastingen, 1951, mengatakan: “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang

(9)

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah

untuk membiayai pengeluaran pemerintah.” (dalamWaluyo,2010:3)

2. Fungsi Pajak

a. Fungsi Budgetair Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Dalam upaya

meningkatkan penerimaan perpajakan, pemerintah secara konsisten melakukan

berbagai upaya pembenahan, baik aspek kebijakan maupun aspek sistem dan

administrasi perpajakan melalui :

1) Amandemen Undang-undang Perpajakan;

2) Modernisasi Kantor Pajak;

3) Ekstensifikasi dan intensifikasi;

4) Ektra effort dalam pemeriksaan dan penagihan pajak;

5) Pembangunan basis data terintegrasi;

6) Penyediaan layanan melalui pemanfaatan teknologi informasi;

7) Penegakan kode etik pegawai untuk meningkatkan kedisiplinan dan good

governance aparatur pajak. (dalam Suandy, 2008:13)

b. Fungsi Regulerend Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam

(10)

1) Pemberian insentif pajak (misalnya: tax holiday, penyusutan dipercepat)

dalam rangka meningkatkan investasi baik dalam negeri maupun investasi

asing.

2) Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka

memenuhi kebutuhan dalam negeri.

3) Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk

produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk

dalam negeri. (dalam Suandy , 2008:14)

3. Pembagian Pajak Berdasarkan: Golongan, Kewenangan Pemungutannya dan sifatnya

Dalam rangka memungut pajak oleh pemerintah dari masyarakat, maka

pemerintah dalam melaksanakannya, ada beberapa pembagian pajaknya.

Adapun pembagiannya, yaitu :

a. Berdasarkan Golongan

1) Pajak Langsung Adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak, dimana

tidak dapat dibebankan/ dilimpahkan kepada pihak lain.

Misalnya: Pajak Penghasilan (PPh).

2) Pajak Tidak Langsung Adalah pajak yang kewenangannya dilimpahkan oleh

(11)

Misalnya: Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas

Barang Mewah.

b. Berdasarkan kewenangan Pemungutannya

1) Pajak yang Dipungut oleh Pusat Adalah pajak yang kewenangannya dipungut

oleh pemerintah pusat, yang digunakan untuk pembangunan dan pengeluaran

negara ( baik di pusat maupun daerah).

Misalnya:

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan

Atas Barang Mewah, dan Bea Materai.

2) Pajak yang Dipungut oleh Daerah Adalah pajak yang kewenangannya dipungut

oleh pemerintah daerah, untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah

tersebut.

Misalnya:

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor, pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air bawah Tanah

dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan

(12)

c. Berdasarkan Sifatnya

1) Pajak Subjektif Adalah pajak yang patokannya pada subjeknya, yaitu kepada

wajib pajak itu sendiri. Caranya: dimulai dari penetapan orang preibadinya

dulu.

Misalnya: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Objektif Adalah pajak yang patokannya kepada objek yang di kenai

pajaknya, yaitu ditemukan dulu objeknya apa.

Misalnya:

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.

(dalam Fidel, 2008:4)

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 tentang Pajak

Penghasilan, Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak

Penghasilan yang terutang ini disebut juga dengan PPh Pasal 21 yang

merupakan Pajak Penghasilan yang Subjek Pajaknya adalah Orang Pribadi,

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan mengganti

(13)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini Mahasiswa melakukan PKLM di KPP Medan Polonia. untuk

mendapatkan serta mempelajari data tentang:

1. Tata cara penghitungan PPh 21 atas pegawai tetap di KPP Pratama Medan

Polonia.

2. Tata cara pengadministrasian pemotongan PPh 21 atas pegawai tetap di KPP

Pratama Medan Polonia.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka Penulis menggunakan

metode sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini Penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari

pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi

perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, dan berkonsultasi dengan

dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan.

2. Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

(14)

melakukan Praktek Kerja Lapangan, kami ditempatkan di beberapa seksi yang ada di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia berjumlah 8 seksi, antara lain: seksi

Waskon I, II, III, IV, seksi PDI, Penagihan, Ekstensifikasi dan seksi Pelayanan.

Untuk masing-masing seksi ditempatkan dua orang.

Kami melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di KPP Pratama Medan Polonia

berjumlah 16 orang, dimana tidak semua seksi dapat kami masuki atas kebijaksanaan

dari Kepala Sub Bagian Umum selaku pembimbing kami di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Polonia. Adapun kegiatan yang kami lakukan di setiap seksi yang

kami tempati yaitu :

a. Seksi Waskon I

1) Merekam SPT wajib pajak lengkap ataupun tidak lengkap.

2) Mengurutkan SPT berdasarkan daftar.

3) Mengamplopkan surat, mengarsipkan surat dan meregistrasikannya ke data

surat keluar di komputer Direktorat Jenderal Pajak KPP Medan Polonia.

4) Mengantar surat ke bagian Pelayanan, Kasubag, Penagihan, Sekretariat.

b. Seksi Waskon II

1) Mengimput data Daftar Norminatif Wajib Pajak Penghasilan Tahunan Orang

Pribadi ke komputer Direktorat Jenderal Pajak KPP Medan Polonia.

(15)

3) Mengamplopkan dan mengantar surat / berkas ke bagian Pelayanan,

Kasubag, Penagihan dan Sekretariat.

c. Seksi Waskon III

1) Merekam SPT lengkap ataupun tidak lengkap ke sistem data komputer

Direktorat Jenderal Pajak KPP Pratama Medan Polonia melalui aplikasi

Dropbox SPT.

2) Mendownload Data Keluaran Wajib Pajak menggunakan aplikasi situs

Direktorat Jenderal Pajak KPP Pratama Medan Polonia yaitu Portal

Penyandingan Data Faktur Pajak Keluaran dan Pajak Masukan (PKPM).

3) Mengamplop dan mengantar surat / berkas kebagian Pelayanan, Kasubag,

Penagihan dan Sekretariat.

d. Seksi Waskon IV

1) Mencatat surat masuk dan surat keluar.

2) Merangkum buku mengenai perpajakan.

3) Memfotokopi SPT wajib pajak.

4) Mengamplopkan dan mengantarkan surat / berkas kegiatan Pelayanan,

Kasubag, Penagihan dan Sekretariat.

e. Seksi PDI

1) Merekam SPT Wajib Pajak atas PPh pasal 21 dan pasal 26 beserta

(16)

2) Merekam SPT Tahunan Orang Pribadi beserta lampirannya.

3) Merekam data Wajib Pajak pensiunan maupun pegawai.

f. Seksi PDL Penagihan

1) Menscan surat tagihan wajib pajak kedalam komputer Direktorat Jenderal

Pajak KPP Medan Polonia.

2) Memasukan berkas penagihan ke ruang brekas penagihan.

3) Mengantarkan surat ke bagian sekretariat.

g. Seksi Ekstensifikasi

1) Keseluruhan kegiatan di seksi Ekstensifikasi adalah melakukan pembuatan

NPWP. Mulai dari proses perekaman data wajib pajak sampai pada proses

pencetakan NPWP sesuai dengan format yang telah disediakan di komputer

KPP. Dalam proses perekaman menggunakan aplikasi PWPM yang dalam

pengoperasiannya menggunakan NIP pegawai terkait.

2) Mengimput data PPAT ke komputer KPP, guna menjadi data masukan bagi

Direktorat Jenderal Pajak KPP Pratama Medan Polonia.

h. Seksi Pelayanan

1) Menyortir SPT PPh Orang Pribadi Nihil, SPT PPh Orang Pribadi Kurang

Bayar, SPT PPh Orang Pribadi Lebih Bayar, memberikan tanda terima

(17)

2) Menyortir SPT yang telah dikelola untuk dimasukan ke lemari berkas di

bagian ruang berkas.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis-jenis yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk dokumen, tabel, dan bagan. Dimana metodenya terdiri dari:

1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Penulis melakukan tanya jawab dengan para petugas yang mengetahui dan

memahami permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini sehingga penulis

dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun tidak

langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamatai,

mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak

instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan

berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan

pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

(18)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar

dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi. Penulis juga melakukan pengamatan

yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan, Undang-Undang

Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan

Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran, dan sumber lainnya yang berhubungan

dengan masalah yang dihadapi Penulis untuk memperoleh data dan keterangan yang

dibutuhkan dalam tugas akhir.

G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan tentang

latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,uraian teoritis,

ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data,

dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Pada bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah singkat, struktur

organisasi, tugas pokok dan fungsi, keadaan pegawai, dan

mekanisme administrasi Seksi Pengawasan dan Konsultasi KPP

Pratama Medan Polonia.

(19)

Pada bab ini Penulis menguraikan tentang ketentuan, objek dan

subjek, cara penghitungan, cara penyetoran dan pelaporan PPh pasal

21 atas pegawai tetap.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini Penulismenganalisa dan mengupasmasalah

kebenaran atas penghitungan PPh pasal 21 atas pegawai tetap,

mengetahui tingkat kepatuhan pelunasan PPh pasal 21 atas pegawai

tetap, dan hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan

Polonia.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran Penulis sehubungan dengan

uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak adalah dengan melakukan “tax reform”, yaitu dengan melakukan reformasi

3) Baju memakai dua saku (kanan dan kiri), pakai tutup 4) Menggunakan baret/topi lapangan. 5) Di dada kanan dipasang nama yang bersangkutan, ditulis pada kain dengan warna

Pengujian usability diperoleh 80% responden setuju bahwa sistem basis data spasial mudah digunakan, 80% reponden setuju bahwa basis data spasial mampu mengelola

Mekanisme Pelaporan adalah mekanisme penyampaian pengaduan dugaan penyimpangan yang telah terjadi, sedang terjadi, atau akan terjadi yang melibatkan pegawai

berdasarkan permohonan pencairan sebagaimana dimaksud pada huruf b, Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul, mengajukan pencairan bagi hasil

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Bantul Nomor 24 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 5

Yang menghendaki profesi Notaris di Indonesia adalah pasal 1868 Kitab undang-undang hukum perdata yang berbunyi: “Suatu akta otentik ialah suatu akta didalam bentuk yang

Berdasarkan informasi dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa variabel-variabel yang secara nyata mempengaruhi penanaman modal asing di propinsi-propinsi di Indonesia adalah variabel