• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit - Pengaruh Penambahan Antioksidan BHA (Butylated Hydroxyanisole) Terhadap Bilangan Peroksida Sampel RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Olein)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit - Pengaruh Penambahan Antioksidan BHA (Butylated Hydroxyanisole) Terhadap Bilangan Peroksida Sampel RBD Olein (Refined Bleached Deodorized Olein)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineesis) diusahakan secara komersial di

Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah

lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika

dan Amerika Selatan, tepatnya Brazilia. Di Brazilia tanaman ini ditemukan

tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai, kelapa sawit

termasuk pada subfamili yang merupakan tanaman asli Amerika termasuk

spesies Elaeis Oleifera dan Elaeis Odora. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier yang merupakan daratan yang

menghubungkan antara Afrika dan Amerika. Namun tempat komoditas

tanaman ini tidak dipermasalahkan lagi.

Kelapa sawit saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya di

Indonesia dan Malaysia, justru bukan di Afrika Barat atau di Amerika yang

dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia

pada tahun 1884 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon

(Mauritus) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit tersebut

ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera

(2)

2.2 Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit dibagi atas

4 varietas, yaitu :

1. Dura

Tebal tempurung antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara

35 – 50 %. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang

rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan

daging biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat dapat diperbanyak tanpa

menyilangkan dengan jenis lain. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai

sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dan Dura akan

menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu

Dura dan Pisifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5

– 4 mm dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah

terhadap buah tinggi, antara 60 – 95 %.

4. Macro Carya

(3)

2.3 Minyak Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit menghasilkan 2 jenis minyak. Minyak yang berasal dari

daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai

minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Olein (CPO). Sedangkan minyak

yang kedua adalah berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal

sebagai minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).

Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) mengandung sekitar 500 –700 ppm β

– karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh

karena itu CPO berwarna merah jingga. Di samping itu, jumlahnya juga cukup

tinggi. Minyak sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui

ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning

sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang. Adanya serat halus

dan air pada sawit kasare tersebut menyebabkan minbyak sawit kasar tidak

dapat dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan maunpun non

pangan.(Ketaren, 1986)

2.4 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% petikarp dan 20% buah yang

dilapisi kulit yang tipis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 30 - 40 %.

Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi

yang tetap. (Ketaren, 1986)

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak

yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14 - 20 atom karbon. Dalam

(4)

molekul gliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu

molekul trigliserida dan tiga molekul air.(Mangoensoekarjo, 2003)

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang

mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan

buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak

jenuh. Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu

lemak atau minyak, yang umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang

dan tidak bercabang.

2.4.1 Asam Lemak Jenuh

Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan

rangkap antara atom-atom karbon pada rantainya, dan pada umumnya

mempunyai titik didih yang lebih tinggi.

Tabel 2.1 Asam-Asam Lemak Jenuh pada Minyak Kelapa Sawit

(5)

A.Asam Kaprilat dan Asam Kaprat

Asam Kaprilat dan Asam Kaprat merupakan 2 senyawa yang penting dalam

industri, karena merupakan zat kimia antara (intermediate) untuk mensintesis

berbagai zat-zat kimia fungsional dan produk pangan sehat yang disebut

trigliserida rantai sedang atau TSR (Medium Chain Trigliserid/Fat, MCT).

Sumber alami asam kaprilat dan kaprat adalah minyak kelapa dan minyak inti

sawit, keduanya banyak diproduksi di Indonesia.Asam Kaprilat dan Asam

Kaprat diperoleh dari kedua minyak tersebut melalui jalur hidrolisis dan

metanolisis. Jalur metanolisis ialah yang menghasilkan ester metal asam-asam

kaprilat dan kaprat).

B. Asam Laurat

Asam Laurat atau Asam Dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai

sedang (Middle – Chained Fatty Acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C.

Sumber utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung

50% Asam Laurat, serta minyak biji sawit (Palm Kernel Oil).Asam Laurat

memiliki titik lebur 44°C dan titik didih 225°C. Sehingga pada suhu ruang

berwujud padatan berwarna putih dan mudah mencair jika dipanaskan. Rumus

kimia CH3(CH2)10COOH, berat molekul 200,3 gr/mol, asam ini larut dalam

pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus hidrokarbon

(metal) di satu ujung dan gugus karboksil di ujung lain.

C.Asam Miristat

Asam Miristat atau Asam Tetradekanoat merupakan asam lemak jenuh yang

(6)

(Myristica Fragrans). Meskipun demikian, aroma khas Pala tidak berasal dari

asam ini melainkan minyak atsiri yang juga dijumpai pada tanaman ini.

D.Asam Palmitat

Salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh adalah asam palmitat

atau asam heksadekanoat. Tumbuh-tumbuhan dari family Palmaceae, seperti kelapa (cocoa nucifera) dan kelapa sawit (elaesis guenensis) merupakan sumber

asam lemak ini. Minyak kelapa bahkan mengandung hamper semuanya

Palmitat (92%). Minyak sawit mengandung sekitar 50% Palmitat. Produk

hewani juga banyak mengandung asam lemak ini (dari mentega, keju, susu dan

juga daging).Asam Palmitat adalah asam lemak jenuh yang tersusun dari 16

atom karbon, CH3(CH2)14COOH. Pada suhu ruang, Asam Plamitat berwujud

padat berwarna putih, titik lebur 63,1°C.

E. Asam Stearat

Asam Stearat atau Asam Oktadekanoat adalah asam lemak jenuh yang

mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada

suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata Stearat berasal dari

bahasa Yunani “Stear” yang berarti “lemak padat”.Asam Stearat diproses

dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi.

Titik lebur asam Stearat 69,6°C dan titik didihnya 361°C. Reduksi asam Stearat

(7)

2.4.2Asam Lemak Tidak Jenuh

Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki satu atau lebih

ikatan rangkap di antara atom-atom karbonnya, dan pada umumnya mempunyai

titik lebur yang rendah.

Tabel 2.2 Asam-Asam Lemak Tidak Jenuh pada Minyak Kelapa Sawit

Asam lemak Jumlah

Asam Oleat 18 CH3(CH2)7CH=(CH2)7COOH 14 42,7

Asam Linoleat 18 CH3(CH2)7CH=CHCHCH2=(CH)2COOH -5 10,3

A.Asam Oleat

Asam Oleat atau asam Z-Δ9-oktadekanoat merupakan asam lemak tak jenuh

yang banyak terkandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom

C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam

minyak zaitun (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga

matahari kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur. Rumus

kimianya CH3(CH2)7CH=(CH2)7COOH.Asam lemak ini pada suhu ruang

berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning kecoklatan. Asam

ini memiliki aroma yang khas, tidak larut dalam air dan tiitk leburnya 15,3°C.

B. Asam Linoleat

Asam Linoleat merupakan asam lemak tak jenuh mejemuk (Polyunsaturated

(8)

Asam Linoleat, Asam Alfa Linoleat (ALA), adalah asam lemak omega 3 yang

dikenal memiliki khasiat lebih dari asam Alfa Linooleat Nabati dan dapat

diperoleh dari minyak biji flax (linum usitatissinum)sekitar 55%.

2.4.3 Kandungan Minor dalam Minyak Kelapa Sawit

Kandungan minor dalam minyak kelapa sawit berjumlah kurang lebih 1%,

antara lain terdiri dari karoten, sterol, alcohol, triterpen, dan fosfalipida. Dua

unsur yang disebut pertama, yaitu karoten dan tokoferol mempunyai nilai lebih

dibandingkan unsur yang lain karena unsur tersebut diketahui meningkatkan

kemantapan minyak terhadap oksidasi. Dengan kata lain, keberadaan kedua

unsur tersebut dalam suatu jenis minyak menyebabkan minyak relatif tidak

mudah tengik. Selain itu, karoten mempunyai potensi untuk dikembangkan

sebagai obat anti kanker, sedangkan tokoferol dimanfaatkan sebagai sumber

vitamin E. (Tim Penulis, 1998)

2.5 Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,

kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik

pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada table

(9)

Tabel 2.3 Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu

kamar

- 0,900 -0,913

Indeks bias D 40°C 1,4565 -1,4585 1,495 -1,415

Bilangan Iod 48 -56 14 – 20

Bilangan Penyabunan 196 - 205 244 -254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna.

Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen kaotene yang larut dalam

minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat

adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan

bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak

kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik

cair yang berbeda-beda. (Ketaren, 1986)

2.6 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan minyak kelapa sawit dari tandan buah segar kelapasawit terdiri

dari beberapa tahap, yaitu :

A.Sterilisasi dan Perontokan

Sterilisasi bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzim dan

(10)

Terhentinya proses enzimatis akan mengurangi kerusakan bahan, antara lain

akibat penguraian minyak menjadi asam lemak bebas. Penggumpalan protein

bertujuan untuk tidak ikut terekstrak pada waktu pengepresan minyak

(ekstraksi). Sterilisasi juga bermanfaat untuk pengawetan dan memudahkan

perontokan buah. Tandan buah yang telah disortir, direbus dengan uap panas

selama 2 – 2,5 jam. Akhir perebusan ditandai dengan beberapa gejala, antara

lain bau buah yang gurih, empuk dan mudah rontok. Setelah direbus

selanjutnya dimasukkan ke dalam alat perontok.

B. Pengempaan

Buah dalam bak penumpukan dimasukkan ke dalam tangki penghancur.

Sebagai pembantu dalam proses ini dipakai uap air panas, dan hasil hancurnya

disebut jladren. Jladren dimasukkan ke dalam alat pengepres yang berbentuk silinder

tegak. Pengepresan dilakukan pada tekanan sebesar 200 – 300 kg/cm² dengan

penekanan 5 sampai 6 kali dalam 1 menit. Ampas yang dihasilkan diangkut dengan

pengangkut bergulir (auger) ke proses selanjutnya. Minyak sawit dari stasiun kempa

dialirkan ke dalam sebuah tangki yang disebut monteyues.

C.Perebusan

Minyak yang berada dalam monteyues dipanaskan dengan uap air supaya tidak membeku. Dari monteyues minyak dipompakan dalam bak tunggu dengan bantuan tekanan uap sebesar 2 kg/cm², dan dari bak tunggu dialirkan ke dalam tangki

pengendapan. Di dalam tangki pengendapan, minyak dipanaskan dengan uap air

selama kurang lebih 4 jam, kemudian didinginkan selama 3 jam. Perebusan bertujuan

(11)

air dari minyak. Pendinginan selama 3 jam, akan memisahkan minyak dari air dan

kotoran.

D.Penjernihan

Minyak sawit dipompakan dari bak tunggu ke dalam tangki penjernihan

(klarifikator). Di dalam tangki penjernihan ini minyak kelapa sawit dimasak lagi

dengan uap air panas selama lebih kurang 60 menit, kemudian didinginkan selama 60

menit.

E. Penyaringan

Minyak yang dialirkan dari tangki penjernihan, disaring di dalam alat

penyaring sentrifugal. Dari penyaringan sentrifugal minyak bersih dipompakan ke

dalam tangki penimbunan, sedangkan air dan kotoran dikembalikan ke dalam tangki

pengendapan.

F. Pemisahan Ampas dan Biji Sawit

Ampas yang keluar dari stasiun kempa diangkut oleh pengangkut berulir

(auger) kea lat pemisah ampas (luchschreider). Selama pengangkutan, ampas dipanasi dengan uap yang dicacah dengan pisau sehingga ampas yang dihasilkan

lebih halus. Alat pemisah ampas ini merupakan sebuah drum yang berputar

dilengkapi oleh sebuah kipas. Prinsip pemisahan berdasarkan atas perbedaan bobot

(12)

2.7 Pengolahan CPO Menjadi Minyak Goreng

2.7.1 Perlakuan Pendahuluan (Pre-treatment Refining)

A.Pemisahan Gum (De-Gumming)

Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir

yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa

mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Biasanya proses ini dilakukan

dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain agar bahan tersebut lebih mudah

terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi).

Caranya ialah dengan memasukkan uap air panas ke dalam minyak disusul dengan

pengaliran air dan selanjutnya disentrifusi sehingga bagian lendir terpisah dari air.

Pada saat proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan bahan kimia yang dapat

menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu minyak

pada waktu proses sentrifusi berkisar antara 32 - 50°C, dan pada suhu tersebut

kekentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak.

B. Pemucatan (Bleaching)

Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat

warna yang tidak disukiai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan

mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap (fuller

earth), lempung aktif (activated clay), arang aktif ataupun bahan kimia lainnya.

Pemucatan minyak menggunakan adsorben umumnya dilakukan dalam ketel yang

dilengkapi dengan pipa uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu

sekitar 105°C selama 1 jam. Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak

(13)

tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna

tersebut akan dihilangkan. Selanjutnya, minyak dapat dipisahkan dari adsorben

dengan cara penyaringan menggunakan kain tebal atau dengan cara pengepresan

dengan filter press. Minyak yang hilang karena proses tersebut ± 0,2 – 0,5 % dari

berat minyak yang dihasilkan setelah proses pemucatan.

C.Penyaringan (Filtering)

Minyak yang dialirkan dari tangki penjernihan, disaring di dalam alat

penyaring. Setelah selesai penyaringan pada media penyaring, terlebih dahulu

diberikan steam pengering untuk menekan minyak yang masih ada pada spent earth lalu dilakukan blowing selama 10 – 15 menit. Kadar minyak yang diperoleh adalah ±

20% dari berat spent earth. Minyak yang telah disaring pada alat penyaring yang dialirkan ke filter bags yang dilengkapi dengan media penyaring berupa lempeng

besi, jaring kawat dan kertas saring yang terbuat dari nilon yang tahan terhadap

panas. Minyak yang keluar dari filter bags berupa DBPO ( Degumming Bleaching

Palm Oil ) yang ditampung dalam tangki sebelum menuju proses pemurnian,

sedangkan air dan kotoran dikembalikan ke dalam tangki pengendapan.

2.7.2 Proses Pemurnian ( Deodorization )

Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan

untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak di dalam minyak.

Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam

tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Pada tahap ini minyak dari bleaching

(14)

lemak bebas (FFA), bau (odor), warna (colour). Proses pemurnian dilakukan

pada life steam dengan peningkatan suhu secara bertahap.

Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan vertical.

Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak tersebut

dipanaskan pada suhu 200 - 250°C pada tekanan 1 atm dan selanjutnya pada

tekanan rendah (± 10 mmHg) sambil dialiri uap panas selama 4 – 6 jam untuk

mengangkut senyawa yang menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal

dalam minyak setelah pengaliran uap selesai maka minyak tersebut perlu

divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah.Pada suhu yang tinggi,

komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan lebih mudah menguap,

sehingga komponen tersebut diangkut sari minyak bersama-sama dengan uap

panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah

uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.Setelah proses

deodorisasi sempurna, maka minyak harus cepat didinginkan dengan

mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun

menjadi ± 84°C dan selanjutnya ketel dibuka dan dikeluarkan dari ketel.

(Ketaren, 1986)

2.7.3 Proses Pemisahan ( Fractination )

Untuk memisahkan fraksi padat dengan fraksi cair yang terdapat pada

RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) dilakukan proses fraksinasi.

Proses fraksinasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu pemanasan, pendinginan dan

(15)

A.Pemanasan (Heating)

RBDPO yang telah ditampung dipompakan ke dalam crystalyzer, dimana crystalyzer terlebih dahulu dipanaskan pada suhu sekitar 68°C, pemanas digunakan berupa steam (kapasitas crystalyzer : 40 ton) dengan jarak pengisian 30 menit.

Crystalyzer dilengkapi dengan agitator. Di dalam tangki dihomogenkan selama ±30 menit agar minyak bercampur secara merata, sehingga dalam pembuatan kristal tidak

mengalami kesulitan dan suhunya dapat dipertahankan sekitar 68 - 70°C.

B. Pendingin (Cooling)

Setelah minyak dihomogenisasikan dari suhu tetap antara 68 - 70°C,

kemudian dilakukan pendinginan dengan air (cooling water)dengan suhu 30 - 33°C

dan pompa air akan bekerja secara otomatis. Bila suhu minyak pada tangki

crystalyzer sudah mencapai 38 - 40°C maka cooling water akan dihentikan, dilanjutkan dengan pendinginan chilled water yang bersuhu 14°C. Pertukaran ini disebut dengan komutasi yang dilakukan secara otomatis. Pembentukan kristal mulai

terjadi pada saat suhu chilling mencapai 28 - 29°C, dengan temperatur oil 30 - 32°C.

Pada suhu ini stearin sudah mengkristal menjadi faksi padat, sedangkan olein tetap

tinggal sebagai fraksi cair. Kemudian dilakukan pendinginan sampai suhu minyak

mencapai ± 26°C. Apabila sudah tercapai temperatur tersebut, maka RBDPO

yangada pada crystalyzer tank sudah dapat ditransfer ke filter melalui pompa untuk disaring.

C.Filtrasi (Filtration)

Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair yang

dilakukan dengan metode penyaringan pada membrane filter press

(16)

system hidrolik. Alat ini tersusun dari plat yang berjumlah 85 buah, media yang

digunakan untuk penyaringan adalah filter cloth yang tahan terhadap tekanan tinggi dengan ukuran air permeability 500 – 600. RBDPO dari crystalyzer dipompakan oleh pompa pada suhu 26°C dengan kapasitas 20.000 kg/batch

memasuki filter, setelah mengalami proses penyaringan, olein akan lolos dan

ditampung pada tangki (Olein Storage). Biasanya bila sudah mencapai tekanan

3 barr, filtrasi sudah dapat dihentikan dan dilakukan squeeze (±25menit). Setelah squeeze dilakukan, sisa RBD Olein dengan menggunakan tenaga angin

dengan tekanan 3 – 4 barr selama 5 menit, kemudian filter dibuka, dan cake RBD stearin jatuh, dan ditampung dengan melting tank, kemudian dipanaskan

sampai dengan suhu 70°C dengan media pemanas berupa pipa yang dialiri

dengan air panas secara sirkulasi dalam pipa, akibat pemanasan ini stearin

dapat mencair dan mudah dialirkan ke tangki timbun (Stearin Storage).

(Ketaren, 1986)

2.8 Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk

kmenentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang

menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak,

kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan

kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadability, kejernihan

(17)

persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak

bebas serendah mungkin ( lebih kurang 2 persen atau kurang ), bilangan

peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning ( harus berwarna

pucat ) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah

mungkin atau bebas dari ion logam.

Tabel 2.4 Spesifikasi Kualitas RBD Olein Menurut PORAM

(THEPALM OILREFINERS ASSOCIATIONOFMALAYSIA)

Kandungan Mutubiasa Mutukhusus

Asamlemakbebas (%) 2,7 2,2

Air(%) 0,1 0,08

Kotoran(%) 0,01 0,05

BilanganPeroksidam.e/kg - 0,5

Besi(ppm) - 5

2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Kelapa Sawit

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak

faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya selama

penanganan pascapanen, ataupun selama proses pemrosesan dan

pengangkutannya. Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu

minyak kelapa sawit:

1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikat dalam

minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas akan

(18)

hidrolisa pada minyak dan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas.

Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan

katalis (enzim). Semakin lama reaksi berlangsung,maka semakin banyak asam

lemak bebas yang terbentuk.

2. Kadar Zat Menguap dan Kotoran

Kotoran yang terdapat dalam minya kterdiri dari tiga golongan, yaitu

kotoran yang tidak larut dalam minyak (Fat Insoluble) dan kotoran yang

terdispersi dalam minyak. Kotoran yang terdiri dari biji atau partikel jaringan,

lender dan getah, serat-serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral yang

terdiri dari Mg, Cu, Fe, dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini

dapat dipisahkan dengan beberapa cara mekanis, yaitu dengan cara

pengendapan, penyaringan dan sentrifusi.

3. Pemucatan

Minyak sawi tmempunyai warna kuning oranye sehingga jika

digunakan sebagai bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan

dengan adsorben. Salah satu adsorben yang digunakan adalah tanah liat

(bleaching earth). Aktivitas tanah liat dengan asam mineral (missal : HCl) akan

mempertinggi daya pemucat karena asam mineral akan larut dan bereaksi

dengan komponen seperti tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori -pori

adsorben. Namun pemakaian asam mineral akan menimbulkan bau lapuk pada

minyak. Disamping itu, tanah liat juga akan menaikkan kadar asam lemak

bebas dan mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk

(19)

4. Kadar Logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit

antara lain adalah besi, tembaga dan kuningan. Logam-logam tersebut

biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif

pertama yang harus dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang

berasal dari pengelupasan alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat

dari stainless steel.

Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam

tersebut akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam tersebut

dapat menjadi katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit.

Reaksi ini dapat diamati dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang

semakin gelap dan akhirnya menyebabkan ketengikan.

5. Angka Oksidasi

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan

intensif akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi

semakin gelap). Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak

kelapa sawit menjadi menurun.

Konsumen atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai

bahan baku dapat menilai mutu dan kualitasnya dengan melihat angka oksidasi.

Dari angka inilah dapat diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi

berlangsung sehingga dapat pula dinilai kemampuan minyak kelapa sawit

untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki daya tahan dan daya simpan

(20)

2.9.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Oksidasi

Trigliserida minyak sawit hanya mengandung sedikit ikatan asam

lemak tak jenuh majemuk (poly-unsaturated), juga mengandung tokoferol,

sehingga agak tahan terhadap oksidasi. Oksidasi ikatan rangkap tersebut, sama

seperti hidrolisis, juga akan berlangsung secara otokatalitik. Penambahan

molekul oksigen terjadi pada gugusan metilen dari ikatan rangkap. Ini

menghasilkan hidroperoksida yang segera terbagi menghasilkan radikal bebas.

Dalam proses oksidasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan

oksidasi, yaitu :

1. Pengaruh suhu

Kecepatan oksidasi lemak yang dibiarkan (expose) diudaraakan

bertambah dengan kenaikan suhu dan akan berkurang dengan

penurunan suhu. Kecepatan akumulasi peroksida selama proses aerasi minyak

pada suhu 100 - 115oC adalah kedua kali lebih besar dibandingkan pada suhu

10oC. Untuk mengurangi kerusakan bahan pangan berlemak dan agar tahan

dalam waktu yang lebih lama, dapat dilakukan dengan cara menyimpan lemak

dalam ruang dingin.

2. Pengaruh Cahaya

Cahaya merupakan akselerator terhadap timbulnya ketengikan.

Kombinasi dari oksigen dan cahaya dapat mempercepat proses oksidasi.

Sebagai contoh, lemak yang disimpan tanpa udara (O2), tetapi dikenai cahaya

sehingga menjadi tengik. Hal ini dikarenakan dekomposisi peroksida yang

(21)

3. Bahan Pengoksidasi

Salah satu bahan pengoksidasi yang mempercepat proses oksidasi

adalah peroksida. Hasil oksidasi berpengaruh dan dapat mempersingkat

periode induktif dalam lemak segar, serta dapat merusak zat inhibitor.

Konstituen yang aktif dari hasil oksidasi lemak, berupa peroksida lemak atau

penambahan peroksida selain yang dihasilkan pada proses oksidasi lemak,

misalnya hidrogen peroksida dan dapat mempercepat proses oksidasi.

4. Pemanasan

Pemanasan mengakibatkan tiga macam perubahan kimia dalam lemak

yaitu terbentuknya peroksida dalam asam lemak tidak jenuh, peroksida

berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil, polimerisasi oksidasi

sebagian. Hasil oksidasi sebagian (partially oxidation) asam lemak dapat

dipisahkan dari lemak sebagai fraksi nonureaadduct. Dekomposisi minyak

dengan adanya udara terjadi pada suhu lebih rendah (190oC) daripada tanpa

udara (pada suhu 240-260oC). Reaksi yang terjadi berbeda pada bagian

permukaan dan bagian tengah minyak yang digoreng dan bentuk ketel

berpengaruh besar terhadap kecepatan penguraian minyak.

2.9.2 Faktor-faktor yang Dapat Menaikkan Bilangan Peroksida

Perubahan kimia yang terjadi dalam molekul minyak akibat

pemanasan, tergantung dari empat factor yaitu :

1. Lamanya Pemanasan

Pemanasan selama 10 – 12 jam pertama, bilangan iod akan berkurang

(22)

dan selanjutnya menurun setelah pemanasan 4 jam kedua. Kandungan

persenyawaan karbonil bertambah dalam minyak selama proses pemanasan

kemudian berkurang sesuai dengan berkurangnya jumlah oksigen.

2. Suhu

Pengaruh suhu terhadap kerusakan minyak telah diselidiki dimana

minyak yang dipanaskan pada suhu 160oC dan 200oC, menghasilkan bilangan

peroksida lebih rendah dibandingkan dengan pemanasan 120oC. Hal ini

merupakan suatu indikasi bahwa persenyawaan peroksida bersifat tidak stabil

terhadap panas.

3. Akselerator oksidasi

Kecepatan aerasi juga memegang peranan penting dalam menentukan

perubahan - perubahan selama oksidasi thermal, dimana bilangan iod

semakin menurun dengan bertambahnya kecepatan aerasi. Senyawa karbonil

dalam lemak- lemak yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai prooksidan

atau akselerator pada proses oksidasi.

2.9.3 Proses Oksidasi

Oksidasi spontan lemak tidak jenuh didasarkan pada serangan

oksigen pada ikatan rangkap (ikatan tak jenuh ) sehingga membentuk

hidroperoksida tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam

molekul trigliserida terdiri dari asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.

Asam-asam tidak jenuh ini jika dioksidasi, masing-masing akan membentuk

(23)

Peroksida yang dihasilkan bersifat tidak stabil dan akan mudah

mengalami dekomposisi. Senyawa peroksida mampu mengoksidasi molekul

asam lemak yang masihutuh, dengan cara melepaskan dua atom hydrogen

sehingga membentuk ikatan rangkap baru dan selanjutnya direduksi sampai

membentuk oksida. Terbentuknya peroksida, disusul dengan terbentuknya

ikatan rangkap baru, akan menghasilkan deretan persenyawaan aldehida dan

asam jenuh dengan berat mokelul lebih rendah (terutama dengan jumlah C1

-C9).

2.9.4 Dampak Oksidasi Terhadap Kualitas Minyak

Adapun dampak dari tingginya bilangan oksidasi (peroksida) yang

dihasilkan adalah kerusakan pada kualitas minyak, yang mana pada bahan

pangan berlemak ini akan menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak

(ketengikan), sehingga dapat menurunkan mutu dan nilai gizi minyak. Tipe

penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan, yaitu :

1. Ketengikan oleh Oksidasi (Oxidative Rancidity)

Ketengikan ini terjadi pada proses oksidasi oleh oksigen udara

terhadap asam lemak tak jenuh dalam lemak. Proses ini dapat terjadi pada

suhu kamar, dan selama proses pengolahan menggunakan suhutinggi. Hasil

oksidasi ini tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak tetapi juga

dapat menurunkan nilai gizi, karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol)

dan asam lemak esensial dalam lemak.

Oksidasi terjadi pada ikatan tak jenuh dalam asam lemak. Pada suhu

kamar sampai suhu 100oC, setiap 1 ikatan tak jenuh dapat mengabsorbsi 2

(24)

Peroksida ini dapat menguraikan radikal tidak jenuh yang masih

utuh, sehingga terbentuk 2 molekul persenyawaan oksida dengan reaksi

sebagai berikut:

Proses pembentukan peroksida dipercepat oleh adanya cahaya,

suasana asam, kelembaban udara dan katalis.

2. Ketengikan oleh enzim (EnzymaticRancidity)

Bahan pangan berlemak dengan kadar air dan kelembapan udara

tertentu, merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan jamur. Jamur

tersebut mengeluarkan enzim, misalnya enzim lipoelastic dapat

menguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol . Enzim

peroksida dapat mengoksidasi asam lemak tak jenuh sehingga terbentuk

peroksida. Disamping itu, enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak

(25)

3. Ketengikan Oleh Hidrolisa (Hydrolitic Rancidity)

Komponen zat berbau tengik dalam minyak selain dihasilkan dari

proses oksidasi dari enzimatis, juga disebabkan oleh hasil hidrolisa lemak

yang mengandung asam lemak jenuh berantai pendek. Asam lemak tersebut

mudah menguap dan berbau misalnya asam butirat, asam valerat, dan asam

kaproat.

2.10 Dampak Peroksida Dalam Tubuh

Pada umumnya senyawa peroksida mengalami dekomposisi oleh

panas, sehingga lemka yang telah dipanaskan mengandungsejumlah kecil

peroksida.Dalam jangka waktu yang cukup lama peroksida dapat

mengakibatkan destruksi beberapa macam vitamin dalam bahan pangan

berlemak (misalnya vitamin A, C, D, E, K) dan sejumlah kecil vitamin B.

Peroksida juga dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan

flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida

dalam bahan pangan (lebih besar dari 100) akan bersifat sangat beracun dan

(26)

tidak enak.

Bergabungnya peroksida dalam system peredaran darah

mengakibatkan kebutuhan vitamin E yang lebih besar. Peroksida akan

membentuk persenyawaan lipoperoksida secara nonenzimatis. Lipoperoksida

dalam aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai

kerapatan rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal mempunyai fungsi aktif

sebagai alat transportasi trigliserida, dan jika lipoprotein mengalami denaturasi

akan mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah (aorta) sehingga

Gambar

Tabel 2.1 Asam-Asam Lemak Jenuh pada Minyak Kelapa Sawit
Tabel 2.3 Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Tabel 2.4 Spesifikasi Kualitas RBD Olein Menurut PORAM

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kritik yang sangat mendasar yang dilontarkan Mahmud Syaltut terhadap pemikiran politik Sunni klasik dan abad pertengahan adalah bahwa, menurutnya, Islam

Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media pendidikan yang sesuai untuk menyajikan isi tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah

LANGKAH 2 : Setelah mengklik Report Wizard maka akan muncul kotak dan kita memilih yang telah dilingkari seperti gambar di bawah apabila ingin memindahkan semua field yang

The difference in species richness of poles was not significant between the sites (p= 0.984).The species richness of the trees was highest in the lightly degraded forest (38

Jika ada suatu sistem yang menggunakan nomer referensi socket tersebut, maka akan terjalin suatu jaringan komunikasi antar komputer sebaik transfer data lokal..

Selanjutnya, subjek LFI juga melakukan translasi pada ukuran jari-jari lingkaran, dimana subjek LFI mengungkapkan bahwa jarak antara titik pusat lingkaran ke sisi

 Melaporkan informasi tentang satuan untuk setiap barang dagangan di suatu toko/warung  Melaporkan informasi tentang harga untuk setiap barang dagangan di suatu toko/warung

Two matrices are defined to be equal if they have the same size and their corresponding entries are equal..  