• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Profil Lipid dengan Keparahan Pembuluh Darah Koroner pada Pasien dengan Sindroma Koroner Akut di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Profil Lipid dengan Keparahan Pembuluh Darah Koroner pada Pasien dengan Sindroma Koroner Akut di RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN adanya peregangan dari sel –sel yang mengalami gangguan fungsi pada deformasi dinding arteri atau karena toksin oleh sel busa)

PLAK FIBROSA

(2)

3.2Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3Hipotesis

Terdapat Hubungan antara nilai profil lipid terhadap keparahan pembuluh darah koroner pada pasien sindroma koroner akut (SKA ).

Keparahan Pembuluh Darah Koroner

Profil lipid

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain retrospective study. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder yaitu melihat rekam medis pasien SKA.

4.2Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Pengambilan Data

Waktu pengambilan dan pengumpulan data oleh peneliti dilakukan pada Oktober - November 2016. Data yang diambil merupakan data rekam medis pada Tahun 2016.

4.2.2 Tempat Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan tersedia data penderita SKA.

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

(4)

4.3.2 Sampel Penelitian

Metode pengambilan sampel menggunakan metode total sampling, dimana sampel yang digunakan dalam penelitian ini dalah semua populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi.

1. Kriteria Inklusi:

1.) Seluruh pasien SKA yang tercatat dalam rekam medik Tahun 2016. 2.) Sudah melakukan Angiografi koroner.

2. Kriteria Eksklusi:

1) Pasien yang tidak memenuhi kriteria variabel yang akan diteliti dan tidak melakukan Angiografi koroner

2) Data rekam medis yang tidak lengkap.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dari data sekunder tersebut kemudian dilakukan pencatatan nilai Profil Lipid yang terdiri dari kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL dan keparahan pembuluh darah koroner yang dimiliki oleh masing-masing pasien yang SKA.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(5)

4.6 Definisi Operasional

Pada penelitian ini digunakan definisi Operasional sebagai berikut : 1. Pasien SKA

Definisi : Penderita Sindroma Koroner Akut Cara Ukur : Membaca hasil rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Pengukur : Jumlah pasien SKA Skala ukur : Nominal

- Infark miokard dengan elevasi segmen ST - Infark miokard tanpa elevasi segmen ST - Angina pektoris tidak stabil

2. Nilai Kolesterol total

Definisi : hitungan total dari semua jenis kolesterol dalam darah, senyawa lemak yang diproduksi di hati yang biasanya ditemukan dalam darah. Peningkatannya sebagai faktor risiko penyakit jantung, salah satu petanda akan meningkat kadarnya dalam darah jika terjadi angina pektoris tidak stabil.

Cara Ukur : Membaca hasil rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Pengukur : mg/dl Skala ukur : Ratio

- Kadar Kolesterol Total normal adalah < 200 mg/dl - Kadar Kolesterol Total tidak normal adalah ≥ 200 mg/dl

3. Nilai Trigliserida

(6)

berarti mengenai risiko penyakit jantung koroner (PJK) di luar yang diakibatkan oleh kadar kolesterol HDL dan LDL.

Cara Ukur : Membaca hasil rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Pengukur : mg/dl Skala ukur : Ratio

- Kadar Trigliserida normal adalah < 150 mg/dl - Kadar Trigliserida tidak normal adalah ≥ 150 mg/dl

4. Kadar HDL

Definisi : High Density Lipoprotein (HDL) adalah protein dalam plasmadarah yang memperbaiki kerusakan dan mengurangi kolesterol dari tubuh. HDL mengangkut kolesterol dari jaringan tubuh ke hati untuk dibuang (dalam empedu). Oleh karena itu, HDL dianggap kolesterol “baik”. Semakin tinggi kadar kolesterol HDL, semakin rendah risiko penyakit arteri koroner. salah satu petanda akan meningkat kadarnya dalam darah jika terjadi NSTEMI.

Cara Ukur : Membaca hasil rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Pengukur : mg/ dl Skala ukur : Ratio

(7)

5. Kadar LDL

Definisi : Low Density Lipoprotein (LDL) disebut sebagai “kolesterol buruk”, merupakan jenis lipoprotein yang terlibat dalam pengangkutan kolesterol dari hati ke seluruh tubuh kita. Tingginya kadar LDL dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, salah satu petanda akan meningkat kadarnya dalam darah jika terjadi angina pektoris tidak stabil (APTS).

Cara Ukur : Membaca hasil rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Pengukur : mg/dl Skala ukur : Ratio

- Kadar LDL normal adalah < 100 mg/ dl - Kadar LDL tidak normal adalah ≥ 100 mg/dl

6. Keparahan Pembuluh Darah koroner

Definisi : Jumlah pembuluh darah yang terkena pada pemeriksaan Angiografi.

Cara Ukur : Membaca hasil rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

(8)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi dan sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990 yang memiliki fasilitas yang lengkap, dokter-dokter spesialis dan tenaga kesehatan yang terampil. Disamping itu, rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.

Adapun tempat peneliti mengambil sampel penelitian adalah Bagian Pengolahan Data dan Rekam Medis yang berlokasi di lantai 1 RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan November 2016. Perhitungan besar sampel menggunakan total sampling dan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini berjumlah 92 orang dengan Sindroma Koroner Akut yang diperiksa pada data rekam medik.

5.1.2 Karakteristik Sampel

(9)

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik n (%)

Laki-laki 73 (79,3%)

Perempuan 19 (20,7%)

Usia

< 40 tahun 0 (0%)

40-60 tahun 58 (63%)

> 60 tahun 34 (37%)

Riwayat Diabetes Melitus 41 (44,6%) Riwayat Hipertensi 45 (48,9%) Riwayat Merokok 48 (52,2%)

Riwayat Keluarga 35 (38%)

Dari hasil data rekam medik pada tahun 2016 terdapat 73 orang pasien laki-laki (79,3%) dan 19 orang pasien perempuan (20,7%). Tidak terdapat usia pasien <40 tahun, usia pasien 40-60 tahun sebanyak 58 pasien (63%) dan >60 sebanyak 34 pasien (37%). Dari seluruh pasien, sebanyak 41 pasien (44,6%) yang memiliki riwayat diabetes melitus dan 51 pasien (55,4%) yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus. Dari seluruh pasien, sebanyak 46 pasien (57,9%) yang memiliki riwayat hipertensi dan sebanyak 46 pasien (57,9%) yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Dari seluruh pasien, sebanyak 48 pasien (52,2%) yang memiliki riwayat merokok dan 44 pasien (47,8%) yang tidak memiliki riwayat merokok. Dari seluruh pasien, sebanyak 35 pasien (38%) yang memiliki riwayat keluarga dan 57 pasien (62%) yang tidak memiliki riwayat keluarga.

(10)

5.1.3 Rata-Rata Nilai Kadar Kolesterol total , Kadar Trigliserida, Kadar Kolesterol HDL, Kadar Kolesterol LDL pada Sampel Penelitian

Tabel 5.2. Rata-Rata Kolesterol total ,Trigliserida, Kolesterol HDL, Kolesterol LDL pada Sampel Penelitian

Variabel Mean ± SD

Kadar Kolesterol total (mg/dL) 202,99 ± 55,705

Kadar Trigliserida (mg/dL) 173,79 ± 55,910

Kadar Kolesterol HDL (mg/dL) 37,36 ± 8,092

Kadar Kolesterol LDL (mg/dL) 131,77 ± 49,170

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa rata-rata kadar kolesterol total pasien adalah 202,99 mg/dL, rata-rata kadar trigliserida pasien adalah 173,79 mg/dL, rata-rata kadar kolesterol HDL pasien adalah 37,36 mg/dL, dan rata-rata kadar kolesterol LDL pasien adalah 131,77 mg/dL.

5.1.4 Hasil Analisis Statistik

(11)

Tabel 5.3 Hubungan Profil Lipid dengan keparahan pembuluh darah koroner

Keparahan Pembuluh Darah Koroner

1 2 dan 3 Nilai p Kadar Kolesterol

Total 204,87± 63,207 202,36 ± 53,464 0,853 Kadar

Trigliserida 170,52 ± 64,174 174,88 ± 53,348 0,748

Kadar HDL 38,57 ± 9,699 36,96 ±7,519 0,412

Kadar LDL 122,43 ± 37,051 134,88 ± 52,459 0,296

(12)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2016, diperoleh data mengenai profil lipid dari sindroma koroner akut. Data-data tersebut akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini dan dijabarkan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa sampel pasien pada penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, dimana jumlah pasien laki-laki sebanyak 73 pasien (79,3%) dan perempuan 19 (20,7%) Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Erasta (2012) dengan hasil penelitian yaitu, jumlah pasien pria yang didapatkan sebanyak 122 orang (79,7%) dan pasien wanita sebanyak 31 orang (20,3%). Dan hasil penelitian serupa juga diapatkan oleh Eva dkk. (2015), menyimpulkan bahwa jumlah pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dengan persentase masing-masing sebanyak 53% untuk pasien laki-laki dan 27% untuk pasien perempuan. 14

(13)

gaya hidup juga mempengaruhi tingkat kejadian sindrom koroner akut pada usia yang semakin tua.15

Pada penelitian ini diperoleh bahwa sampel pasien dengan sindrom koroner akut pada penelitian ini lebih banyak yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus, yakni sebanyak 55,4% dari total pasien. hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Erasta (2012) yang mengkaji hubungan faktor risiko mayor penyakit jantung koroner dengan skor pembuluh darah koroner dengan hasil penelitian yakni, jumlah pasien dengan sindroma koroner akut yang memiliki riwayat diabetes melitus lebih sedikit daripada yang memiliki riwayat diabetes melitus, dengan proporsi sebesar 40,5%. Dan pada penelitian oleh Eva dkk. (2015) yang meneliti gambaran profil lipid pada penderita sindrom koroner akut menunjukkan hasil yang berbeda, bahwa hanya sebesar 17,5% pasien dengan sindroma koroner akut dalam penelitiannya yang memiliki riwayat diabetes melitus. Perbedaan ini mungkin karena adanya perbedaan sampel, waktu dan tempat penelitian. Berdasarkan teori, individu dengan DM mudah terjadi penyakit yang berhubungan dengan aterosklerosis, dan diyakini bahwa lebih dari dua pertiga kematian pasien DM akibat penyakit arterial. Pada satu penelitian (Helsinki policeman study) untuk setiap faktor risiko dan pada setiap tingkatan risiko, angka kematian penyakit jantung koroner 3 kali lipat lebih tinggi pada pasien DM daripada individu normal. Mekanisme yang mungkin adalah berhubungan dengan abnormalitas metabolisme lipid yang dapat meningkatkan aterogenesis, dan advanced glycation end products (AGE) yang menggambarkan metabolisme abnormal pada DM yang berdampak pada kerusakan endotel. 14

(14)

hipertensi, dengan proporsi sebesar 71,2%. Namun pada penelitian oleh Eva dkk. (2015) yang meneliti gambaran profil lipid pada penderita sindrom koroner akut menunjukkan hasil sebaliknya, bahwa hanya sebesar 16% pasien dengan sindroma koroner akut dalam penelitiannya yang memiliki riwayat hipertensi. Hal ini disebabkan karena risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien hipertensi. beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi memiliki banyak plak pada aorta dan arteri koronaria dibandingkan individu dengan tekanan darah normal pada semua usia dan kedua jenis kelamin. Kerusakan endotelial secara langsung akibat kekuatan tekanan darah dimungkinkan sebagai penyebabnya. 14

Pada penelitian ini diperoleh bahwa sampel pasien dengan sindroma koroner akut pada penelitian ini lebih banyak yang memiliki riwayat merokok yakni sebanyak 52,2% dari total pasien. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Arief (2011) yang mendapatkan hasil sebanyak 42 pasien dari 72 pasien (58,3%) adalah perokok. 14

Pada penelitian ini diperoleh bahwa sampel pasien dengan sindroma koroner akut pada penelitian ini yang memiliki riwayat keluarga sebanyak 35 pasien (38%) dan sebanyak 57 pasien (62%) yang tidak memiliki riwayat keluarga. 15

(15)

nilai normal. Menurut teori, semakin tinggi level kolesterol dalam darah, semakin besar risiko terjadinya PJK dan serangan jantung. Pada tahun 1976, Russel Ross mengemukakan aterosklerosis bukan merupakan suatu proses degeneratif, tetapi merupakan proses inflamasi kronik yang diikuti oleh suatu proses nekrosis di dinding arteri. Hal inilah yang mendasari hipotesis response to injury yang dikemukakan olehnya. Hipotesis ini menyatakan bahwa lesi aterosklerosis terjadi sebagai respons platelet karena kerusakan sel endothel oleh hiperkolesterolemia.15,16

Pada penelitian ini diperoleh bahwa rata-rata kadar trigliserida sampel pasien penelitian ini adalah 173,79 mg/dL. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Erasta (2012) yang menyimpulkan bahwa jumlah pasien yang mengalami dislipidemia lebih banyak daripada yang tidak mengalami dislipidemia, yakni sebesar 60,46%. Namun hasil ini kurang sesuai dengan penelitian oleh Eva dkk. (2015) yang meneliti gambaran profil lipid pada penderita sindrom koroner akut, yang mendapatkan hasil rata-rata trigliserida sampel pasiennya sebesar 140,05 mg/ dL, dan nilai ini masih termasuk nilai optimal. Peneliti Eva menyebutkan bahwa kadar trigliserida yang didapatkan pada penderita SKA pada penelitian ini tidak menunjukkan peningkatan yang bermakna mungkin disebabkan karena keterbatasan data pada penelitian ini, yaitu peneliti tidak menelusuri lebih lanjut penderita yang telah mendapatkan terapi sehingga berdampak pada penurunan kadar trigliserida pada responden. Peran peningkatan konsentrasi trigliserida sebagai prediktor terhadap penyakit kardiovaskular masih menjadi perdebatan. Konsentrasi trigliserida yang tinggi sering disertai dengan konsentrasi kolesterol HDL yang rendah dan konsentrasi small dense LDL tinggi sehingga diperkirakan pengaruh hipertrigliseridemia terhadap risiko kardiovaskular secara tidak langsung disebabkan oleh konsentrasi kolesterol HDL rendah dan konsentrasi small dense LDL tinggi. 18

(16)

sampel pasiennya sebesar 39,42 mg/ dL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi memberi pengaruh yang baik bagi tubuh. HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan; berfungsi mengangkut kolesterol yang berlebih yang terdeposit didalam pembuluh darah maupun jaringan tubuh lainnya menuju ke hati untuk di eliminasi melalui traktus gastrointestinal. Semakin tinggi kadar HDL, maka akan semakin besar maka kapasitas untuk memindahkan kolesterol dan mencegah terjadinya aterosklerosis. Beberapa faktor seperti faktor genetik, diabetes melitus tipe 2, dan obat-obat tertentu dapat menurunkan kadar kolesterol HDL, Merokok, obesitas, dan pola hidup yang buruk juga bisa mengakibatkan penurunan kadar kolesterol HDL. 15

(17)

(40mg/dL) kolesterol LDL berhubungan dengan reduksi 22% mortalitas dan morbiditas kardiovaskular.18

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kadar kolesterol total dengan keparahan pembuluh darah koroner sampel pasien pada penelitian ini, dengan nilai p = 0,853 (p <0,05).. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Penalva, dkk (2007) yang meneliti tentang hubungan profil lipid dan keparahan penyakit aterosklerosis pada sindrom koroner akut, yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara kadar kolesterol total dengan keparahan penyakit aterosklerosis

pada sindrom koroner akut, dengan nilai p = 0,1 (p>0,05). 35 Hal ini dapat

dijelaskan oleh fakta bahwa lesi yang lebih berpotensi tidak stabil dan rawan

pecah sering non-oklusif terhadap arteri koroner dan tidak dapat didiagnosis

dengan angiografi. Di sisi lain, lesi ini memiliki inti lipid besar dengan

tanda-tanda peradangan aktif dan akumulasi makrofag di lokasi ruptur plak. 19

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar trigliserida dengan keparahan pembuluh darah koroner sampel pasien pada penelitian ini, dengan nilai p = 0,748 (p< 0,05).Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Penalva, dkk (2007) yang meneliti tentang hubungan profil lipid dan keparahan penyakit aterosklerosis pada sindrom koroner akut, yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara kadar trigliserida dengan keparahan penyakit aterosklerosis

pada sindrom koroner akut, dengan nilai p = 0,4 (p >0,05). Namun bukti baru menunjukkan bahwa kenaikan ringan pada kadar trigliserida menyebabkan

peningkatan risiko kejadian koroner dan perkembangan penyakit arteri koroner,

serta pembentukan lesi yang baru.23 Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL dengan keparahan pembuluh darah koroner sampel pasien pada penelitian ini, dengan nilai p = 0,412 (p < 0,05).Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Penalva, dkk (2007) yang meneliti tentang hubungan profil lipid dan keparahan penyakit aterosklerosis pada sindrom koroner akut, yang

(18)

kolesterol HDL dengan keparahan penyakit aterosklerosis pada sindrom koroner

akut, dengan nilai p = 0,9 (p >0,05). Namun sebuah temuan oleh Libby, dkk. (2002) memperkuat pentingnya pengukuran rasio kolesterol total / HDL sebagai

faktor risiko individu untuk sindrom koroner akut, serta indikator tingkat dan

beratnya penyakit, bahkan jika kadar kolesterol dianggap normal, dengan

demikian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara kolesterol dan tingkat

HDL memainkan peran yang lebih penting dalam patofisiologi aterogenesis. Hal

ini penting untuk mempertimbangkan bahwa fungsi atheroprotective HDL tidak

terbatas untuk membalikkan transportasi kolesterol, tetapi juga dapat mengangkut

enzim antioksidan, memecah fraksi lipid teroksidasi. Perlu dicatat bahwa 38,8%

dari populasi kita memiliki HDL < 40mg/dL, dan hanya 21,5% yang dianggap

atheroprotective. Berdasarkan teori rendahnya konsentrasi high-density lipoprotein (HDL-C) telah menunjukkan sebagai salah satu faktor risiko

independen terkuat untuk penyakit aterosklerosis koroner.18

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol LDL dengan keparahan pembuluh darah koroner sampel pasien pada penelitian ini, dengan nilai p = 0,296 (p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Penalva, dkk (2007) yang meneliti tentang hubungan profil lipid dan keparahan penyakit aterosklerosis pada sindrom koroner akut, yang menyimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol LDL dengan keparahan

penyakit aterosklerosis pada sindrom koroner akut, dengan nilai p = 0,1 (p >0,05).

Namun beberapa studi setuju bahwa tingginya konsentrasi low-density lipoprotein

(LDL-C) dalam plasma secara langsung berkorelasi dengan perkembangan

penyakit arteri koroner, dan semakin meningkatnya jumlah pembuluh darah yang

(19)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara kadar kolesterol total kadar trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL dengan keparahan pembuluh darah koroner pada pasien SKA

2. Faktor risiko DM, merokok, dan Usia memiliki jumlah tertinggi pada kejadian ACS

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Diharapkan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut yang mengkaji tentang hubungan profil lipid dengan keparahan pembuluh darah koroner secara lebih detail, mengingat masih kurangnya penelitian ini di Indonesia.

2. Karena dari penelitian ini terdapat bukti bahwa tingginya kadar kolesterol total berhubungan dengan keparahan pembuluh darah koroner, maka diharapkan kepada pasien dan pembaca agar dapat menerapkan tindakan pencegahan pola hidup yang sehat sejak dini.

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3.2  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel
Tabel 5.2. Rata-Rata Kolesterol total ,Trigliserida, Kolesterol HDL, Kolesterol
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai

Sindroma Koroner Akut menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner yang terdiri beberapa penyakit koroner yaitu, angina pektoris tidak stabil (APTS), infark

Sindroma Koroner Akut menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner yang terdiri beberapa penyakit koroner yaitu, angina pektoris tidak stabil (APTS), infark

Sindroma Koroner Akut menggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner yang terdiri beberapa penyakit koroner yaitu, angina pektoris tidak stabil (APTS), infark

Hubungan Kadar Glokoa Darah Pada Saat Masuk Rumah Sakit Dengan Lama Hari Rawat Pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) di RSUP Dr.. Djamil PadangJurnal Kesehatan Andalas, 2013;2 (

Kesimpulan : Profil pasien sindroma koroner akut (SKA) didapati yang terbanyak dengan diagnosa STEMI dan faktor resiko yang paling banyak terdapat pada pasien adalah

Oleh karena sindrom koroner akut merupakan salah satu penyebab kematian di dunia dan di Indonesia serta besarnya pengaruh perubahan kadar lipid darah terhadap penyakit

“ Hubungan Tekanan Darah dengan Tingkat Keparahan pada Pasien Stroke.. Akut di