• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Skripsi, V0l. 1, Edisi 1, Juli 2016 hlm. 1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPS DI SD

Hari Puji Hatmoko

1

, Mamad Kasmad

2

, Suhaedah

3

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Cikopo Tahun Ajaran 2015-2016)

Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta

hari.puji@student.upi.edu, mamadkasmad@upi.edu suhaedah@upi.edu.

Abstrak

Penelitian ini berlatar belakang pada masalah yang dihadapi oleh siswa saat mengerjakan soal UTS IPS. Rata-rata siswa yang mendapatkan skor UTS sangat kecil yaitu sebesar 65. Sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 65. Ini menunjukan bahwa siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Selain itu hasil belajar siswa juga menjadi masalah yang tak kalah pentingnya. Sehingga peneliti mencoba untuk berkontribusi secara dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya di mata pelajaran IPS. Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD”. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengingkatkan hasil belajar siswa dan aktivitias siswa saat penerapan model cooperative learning tipe group investigation. Dalam penerapan model ini, ada enam tahapan yang harus dilalui oleh siswa dan guru, yaitu. Memilih topik, perencanaan yang kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi. Setiap tahapan yang dilalui oleh siswa dan guru harus dilalui dengan baik dan cermat. Dalam proses pembelajarannya, guru memiliki posisi sebagai motivator dan fasilitator ketika proses belajar sedang berlangsung. Sedangkan untuk penggunaannya, siswa dibagi menjadi empat sampai enam orang dalam satu kelompoknya. Sehingga memungkinkan siswa untuk bisa berkontribusi secara nyata dalam kelompoknya, membagi pengetahuan dan pengalamannya. Metode penelitian ini menggunakan PTK atau penelitian tindakan kelas. Dimana terdapat tahap perencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Di dalam setiap prosesnya, peneliti menggunakan seara bertahap dua sklius. Dan ketika siklus ini berlangsung peiliti menggunakan dua siklus saja, dan menggunakan data UTS guru sebagai awal dari tahap pelaksanaan setelah tahap perencanaan. Prosentase yang didapat siswa pada siklus I adalah sebesar 73% ini menunjukan siswa belum lulus dalam daya serap klasikalnya, dan ketika proses siklus II berlangmsung, siswa mendapatkan prosentase sebesar 85,19%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, IPS, PTK.

1

Mahasiswa PGSD UPI Kampus Purwakarta, NIM 1205215 2 Dosen penanggung jawab

3

(2)

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES

IN LEARNING IPS IN SD

Hari Puji Hatmoko

1

, Mamad Kasmad

2

, Suhaedah

3

(Class Action Research Students of Class IV SDN 1 Cikopo Academic Year 2015-2016)

PGSD Programs, Faculty of Education, University of Indonesia campus Purwakarta

hari.puji@student.upi.edu, mamadkasmad@upi.edusuhaedah@upi.edu.

Abstract

This research background on the problems faced by the students while work on the problems UTS IPS. Average score UTS students who earn very little that is equal to 65. While the KKM is set at 65. This shows that students are less interested in social science subjects. In addition the results of student learning is also an issue that is no less important. So researchers are trying to contribute in order to improve student learning outcomes, especially in social studies. This study entitled "Application of Model Cooperative Learning type Group Investigation for Improving Learning Outcomes in Learning social studies in elementary school". The purpose of this study is meant to remind the students' achievements and the activities of the students while the application of the model of cooperative learning type group investigation. In the application of this model, there are six stages that must be passed by students and teachers, that is. Choosing a topic, cooperative planning, implementation, analysis and synthesis, presentation of the final results, and evaluation. Each of the stages through which students and teachers have to pass well and carefully. In the process of learning, teachers have a position as a motivator and facilitator when the learning process is ongoing. As for its use, students were divided into four to six people in one group. Thus allowing students to be able to contribute significantly in the group, share knowledge and experiences. This research method using PTK or classroom action research. Where there is a stage of planning, implementation, observation, and reflection. In each process, the researchers used two sklius gradually queried. And when this cycle lasts peiliti using two cycles only, and use the data as a teacher UTS beginning of the implementation phase after the planning stage. The percentage of students who gained the first cycle is 73% on This shows the student has not passed in absorption klasikalnya, and when the second cycle berlangmsung, students get a percentage of 85.19%.

(3)

Jurnal Skripsi, V0l. 1, Edisi 1, Juli 2016 hlm. 3

LATAR BELAKARNG

Pendidikan merupakan hal

yang menjadi perhatian setiap

masyarakat, baik domestik maupun luar negeri. Ini merupakan bentuk antusiasme masrakata dunia yang memiliki keprihatinan yang cukup mendalam atas nama pendidikan. Pendidikan mengajarkan kepada kita untuk bsia menunjukan rasa kualitas baik mengenai cara berinteraksi sosial yang memiliki kecakapan. Hal ini dapat kita temui di mapel ilmu

social yang menekankan salah

satunya adalah keterampilan untuk berinteraksi secara nyata secara sosial. Social science merupakan

mapel yang menekankan siswa

untukn bisa beriteraksi satu sama lain

dengan menggunakan penerapan

baik, guna siswa menjadi manusia

yang mampu menjadi pelopor

kepemimpinan suatu bangsa. Maka dari itu dirasa oerlu oleh semua segenap masyatkata untuk disiplin dalam mendalami secara nyata mata pelajaran social sciencee. Social scence seperti yang dikemukakan

oleh Maryanti ‘social studies

memliki prnan pnting dalam tugas mulia dan menjadi pondasi penting

bagi penbangnan intelektual,

emsoional, kltural, and student

sociality’. Jelas penekanan

pengertian diatas merupakan satu rujukan yang nyata, bahwa social science merupakan hal yang perlu di

sadari secara bersama untuk

kemajuan intelektual siswa di dunia nyata, serta untuk mampu berdaptasi dengan kerasnya dunia ini. Lebih mengerucut kepada kegiatan siswa di elementary school, pengetahuan ilmu sosial ternyata tidak segamblang yang disajikan dalam rujukan. Hal ini didukung oleh fakta yang ada, bahwa

skor mapel tersebut ketika ujian tengah semester masih memiliki skor yang kecil, sedangkan untuk KKM mapel ini adalah 65. Dan secara kenyataan siswa hanya mendapat skor yang amat kecil di bawah 65.

Maryani (2009) menyatakan bahwa “social studies mempunyai tugas yang mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik”. Maka dari itu sosial studies memiliki tugas yang mulia yang menakankan siswa untuk menjadi manusia yang memiliki rasa

internal dirinya yaitu menjadi

manusia yang memiliki intelektual tinggi, emosional, kultiral, dan sosial. Bila dijabarkan secara terperinci

maksud dari intelektual adalah

kecerdasan yang ada pada diri siswa, sehingga siswa memiliki kelebihan lain dari dalam dirinya yang bisa diuunggulkan, intelektual secra nyata dalam kebiasaan siswa adalah soal kepintiran dan kecenderungan untuk menyelesaikan sebuah pemarsalahan.

Kemudia selanjutnya adalah

emosional, emosional disini adalah siswa diajarkan secara menyekuruh di internla social science mengenai

bagaimana caranya untuk

menyesuaikan diri dalam kehidupan sosialnya. Sehingga siswa mampu

untuk menjadi manusia yang

menguasai dirinya sendiri.

Selanjutnya adalah kultural.

Pengertiannya adalah siswa diajarkan

untuk menjadi manusia yang

memiliki kepribadian dalam

menghargai sebuah budaya yang ada di daerah sekitarnya. Maka dari itu secra intelektual, emsoinal, dan

kultiral adalah siswa mampu

menghargai sebuah perbedaan yang

(4)

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

sosial peserta didik, dimana maksud yang ditunhukan secara nyata dan gamblang adalah siswa mampu mengkolaborasikan ke empat aspek yang sudah disebutkan tadi menjadi satu kesatuan dalam tujuan hidupnya untuk diaplikasikan seara nyata dalam dunia kehidupannua secara reall. Pengertian diatas merupakan gambaran umum tentang IPS sebagai

tuntutan sebuah ilmu dalam

mejadikan siswa sebgai individu yang bertanggung jawab.

Penelitian ini sndiri dilakukan dan diaplikasikan di SDN 1 Cikopo Kec, Bungursaru Kab, Purwakarta. Dimana terdapat suathu kasus siswa

mendapatkan skor ketika UTS

dengan rata-rata nilai yang kurang

memuaskan yaitu sebesar 65.

Sedangkan untuk KKM sendiri yang

diterapkan adalah 65. Ini

menunjukan secara nyata bahwa mapel IPS sangat tidak berguna secara akademik di kehidupan siswa. Maka dari itu peneliti tergugash

untuk melaksanakan penelitian

secara nyata dengan aksi sebuah bangunan yang memiliki arsitektur yang cukup baik menjadikan sekolah ini menjadi daya tarik sendiri bagai masyarakat sekitar. Para warga

kebanyakan merupakan buruh

pabrik, petani, dan guru sebagian

kecil. Ini menunjukan suatu

perbedaan kultur yang sangat tinggi dalam pergaulan masyarakat yang ada. Selain itu SD tersebut juga merupakan sekolah favorit dan rujukan, akhirnya siswa yang sekolah

memiliki jumlah siswa secara

keselruhan sebanyakn 52 siswa. Setiap individu yang ada memiliki karakteristik yang berbeda di setiap kelasnya. Kelas empat merupakan

kelas yang didominasi oleh

orangorang yang memiliki

kualifikasi yang berbeda-beda dan memiliki tingkat ekonomi serta intelektual yang berbeda-beda, yaitu beberapa orang tua mereka memiliki juga pekerjaan yang berdebda-beda. Ada yang menjadi petani, ada yang menjadi pegawai pabrik, ada yang menjadi buruh perusahaan busa, dan ada juga yang menjadi petani sebagian kecil dari keluarga kelas

empat tersebut. Selain itu

infrastruktur sekolah di SDN 1 Cikopo sangat terbilang lngkap, ini ditunjukan dengan adanya fasilitas gedung yang tersedia, diantaranya ada gudang, dapur, kamar mandi guru dan siswa. Ini menunjukan

keseriusan sekolah untuk

membangun generasi penerus

bangsa. Namun dalam proses

pembelajaran kebangayakan

pendidik menggunakan model

pembelajaran yang konvensional, misalkan hanya menekankan sisswa dengan pembelajaran yang pusat pada guru, metode ceramah tanpa diskusi yang mendalam antar siswa atau siswa dikelompokan menjadi beberapa kepribadian dan kebiasaan. Maka hal ini menyebabkan satu ketimpangan ynag sangat kontras,

maksud nya adalah. Bangunan

dengan arsitektur yang baik tapi

memiliki kualitas pembelajaran

(5)

Jurnal Skripsi, V0l. 1, Edisi 1, Juli 2016 hlm. 3

tertentu saja. Skor rendah merupakan fokus peneitli untuk lebih jauh menggali permasalaahn yang ada. Selain skor, aktivitas siswa juga merupakan pandangan yang sangat

penting bagi peeneliti melalui

metode obervasi dimana siswa

dijadikan sebagai subjek dan guru

pamong menjadi observer bagi

peneliiti.

METODE

Metode yang digunakan

dalam proses peenlitian ini selama

berlangsung adalah dengan

menggunakan PTK atau biasa

disebut dengan penelitian tindakan

kelas atau classrhom action

research. Metode penelitian ini

menekankan siswa sbgai subjek seutuhnya dan sepenuh siswa yang melukan dan melaksanakan proses keghiatanb belajar dan guru disini hanya berposisi sebagai motivator dan falitator bila gsiwa memiliki

kesulitasn dalam kegiatan

pembelajarannya di internal

kelompknya. Sedangkan menurut McNiff (wijaya, 2012, hlm. 8) “memandang PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektid yang dilakuakan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar”. Ini menunjukan bahwa PTK sangat manjur atau amouh

dalam pelaksaan proses

pembelajaran ketika sedang

berlangsung. Dimana dalam

penekanan kalimatnya adalah PTK sebagai alat untuk refleksi guru. Hal ini tentu menjadi satu keharusan bagi

seorang guru untuk selalu

memperbaiki dan menaikan kualitas diri dalam mengajar siswanya ketika sedang berlangsung. PTK dalam dunia pendidikan biasa digunakan untuk menaikan pangkat seorang

guru dan menaikan golongan sebagai bentuk penghargaan yang tinggi bagi

seorang guru. Maka dari itu

merupakan hal yang pantas bagi seorang guru untuk dibayar mahal oleh pemerintah, karena tujuan mulianya mendidik dan membesrkan moral dan etika siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD. Selain menggunakan PTK, peneliti juga menggunakan observasi sebagai alat atau isteumen dalam pelaksanaan peenelitian tersebut.

Dalam prosesnya terdapat tahapan yang harus dialalui oeleh peneliti, yaitu yang pertama dalam

PTK adalah perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan

refeleksi. Dalam proses perencanaan peneliti merencakana apa yang akan diteliti, misalnya adalah kelengkapan daata awal dan lain sebagainya.

Kemudia setelah peneliti

mendapatkan data yang dibilangnya cukup akurat, kemudai berlanjut kedalam tahap pelaksanaan, dimana dalam tahap pelaksanaan ini peneliti

melaksanaan prosesdur dan

perjanjian awal disaat proses

perencanaan. Kemuda yang ketiga adalah pengamatan. Yaitu dimana peneliti mengamati aktivitas siswa

selama proses penelitian

berlangsung. Kemudia yang ke

empat adalah proses refleksi.

Diamana peneliti melakukan flash

back untuk mengetahui masalah yang

diakukan oleh penliti. Misalnya alat untuk mengukkut hasil belajar siswa melalui instrumen, kemudia lembar observasiny, dll. Hal ini menjadikan

renungan bagi oeneliti untuk

menningkatka kualitas penelitiannya. Sehingga untuk keberlangsungan berikutnya siswa lebih nyaman dalam proses penelitian dan peneliti menjadi lebih pervaya diri dengan pelaksanaan penelitian yang akan

(6)

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

dengan baik mengajarkan para siswa

untuk bisa dan dapat

mengaplikasikannya secara nyata dalam dunia baik di sekolah maupun di masyarakat tanpa terkecuali.

Empat tahapan dalam PTK bila sudah dilaksanakan dengan baik akan berbuah manis pada kemudian hari untuk para siswa. Selain empat tahapan yang harus dilakukan olrh guru, ada beberapa siklus atau percobaan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifak model yang digunaakan oleh peneliti dalam rangka meningkatkan kualitas bealajar siswa. Yang pertama adalah tahap pada siklus I, dalam tahap ini peneliti mencoba memberikan alat tes evaluasi kepada siswa untuk

diujicobakan sejauh mana

kekurangan siswa sesuai dengan informasi yang di dapat dari guru pamong. Kemduian yang ke dua adalah siklus II, dimana dalam pelaksanaan siklus II ini sama dengan yang diterapkan di siklus I, tetapi perbedaannya adalah bila di

tahap II peneliti membrikan

penjelasan secara jelas dan

gamblang, kemudian menerapkan apa yang ada di tahapan metode tersebut denganb dipadukan bersama dengan model pembelajaran yang

diterapkan. Kemudian bila

menunjukan hasil yang memuaskan atau diatas 85% dan setara 85% maka penelitian dikatakan berhasil atau model yang diterapkan berhasil dan bisa dilaksanaan dengan jangka waktu anjang untuk oenggunaan kedepannya dengan baik. Selain itu PTK diharapkan menjadi salah satu metode pembelajaran yang berperan aktif untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar sswa kedepannya.

menunjukan prosesntase yang

menggembirakan, sebelum jauh

membahas mengenai hasil dan

pembahasan, disini peneliti akab membahas mengenai temuan di

setiap proses penelitian yang

berjalan.

SDN I Cikopo merupakan SD yang menjadi favorit dikalangan masyarakat cikopo, dimana SD ini merupakan sekolah negeri satu-satunya yang memiliki jumlah siswa banyak, karakteristik yang tersaji dikalangan siswa sangat heterogen, baik dalam segi pendapatan orang tuanya, dan pekerjaan yang ditekuni

oleh orang tuanya. Meskipun

heterogen secara material dan

finansial, di desa cikopo masih memiliki mayoritas masyaraktnya yang memeluk islam, jadi bisa dikatan bhwa desa cikopo haterogen secara ras dan budayanya saja. Disini

banyak warga pendatang yang

merantau untuk mengadu nasibnya, heterogen secara ras dan busaya saja. Selain itu siswa yang sekolah disini

diharuskan untuk mengaji dan

mendapatkan sertifikat yang sah dan bisa melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama. Ini menunjukan komitmen yang ditunjukan sekolah untuk meningkatkan iman dan taqwa siswanya. Kemudian dari pada itu,

siswa memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Ada

yang memiliki kecerdasan yang tinggi, ada juga yang memiliki keterbatasan kkurang memahami dan

memerhatkan pelajaran secara

(7)

Jurnal Skripsi, V0l. 1, Edisi 1, Juli 2016 hlm. 3

dalam bergaul dan tidak memilah milih teman semaunya, namun dalam segi ruang lingkup masyarakat yang ada, ternyata di desa cikopo terbagi dua kelompok masyarakat. Yaitu masarakat yang tinggal di perumahan

dengan segudang pemikiran

individualis dan masayarakat

kampung yang tinggal dengan

pemahaman kerjasama dan

gotongroyong yang dikedepankan secara nyata dan baik.

Hal tersebut banyak

mempengaruhi sebagian besar siswa

dalam pergaulannya, meskipun

mereka tidak memilih teman, namun untuk masyarakat yang siswanya

tinggal didaerah perumahan

sangatlag terlihat mereka bergaul secara homogen, dan lebih dari pada itu ternyata yang mereka bahas hanyalah permainan dan game yang ada di handphone mereka saja. Masalah tersebut merembent pada siswa yang notabene tinggal di

daerah pedalaman atau

perkampungan di daerah desa

cikopo. Hal ini menjadi awal permasalahan yang menjalar kepada

setiap siswa yang memiliki

handphone dan dipergunakan hanya

untuk bermain game tanpa

dipergunakan dengan bijka untuk penggunaannya scara lebih efektif. Lebih dari pada itu ternyata hal tersebut membuat aktivitas sosial siswa menjadi lebih menurun dari tahun ke tauhn, mereka hanya asyik bermain game dan tidak mau bergail secara luas dengan teman-temannya

di lingkungan sekitar. Ini

menunjukan masalah yang sangat

mengkhawatirkan baik secara

emosional dan aplikasi. Kemudian temuan yang berikutnya adalah para

siswa tersebut cenderung

meremehkan mata pelajaran yang berbau teori, layaknya IPS dalam

ruang lingkup SD, mereka

menganggap bahwa IPS hanyalah mata pelajaran yang cukup diingat saja menjelang UTS atau UAS tiba,

namun bila pelaksanaannya

dilakukan secara mendadak mereka hanya menjawab alakdarnya dan tdak

menjawab secara utuh dari

pertanyaan yang disajikan oleh peneliti. Namun tidak semua siswa yang memiliki sifat tersebut, hanya sebagian besar siswa saja yang

memiliki karakteristik tersebut.

Berdasarkan data yang didapat,

aktivitas sosial siswa saat

pembelajaran pada Siklus I

menunjukan prosentase yang kecil, berikut adalah hasil dari temuan tersebut:

Dari diagram diatas didapatkan rata-rata dari setiap proses yang dijalani

(8)

Hari Puji Hatmoko, Model Cooperative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Dari enam aspek yang ada rata-rata yang didapat siswa secara

keseluruhan masih menunjukan

angka yang relatif kecil. Untuk

kategori aktif dalam proses

pembelajaran di dapat angka sebesar 2,4. Kemudian untuk keinginan bertanya memiliki rata-rata sebesar 2,36. Berani berpendapat sebesar

1,92. Memiliki motivasi dalam

pelaksanaan proses pembelajaran sebesar 2,28. Bertanggung jawab sebsar 1,92. Dan aktivitas siswa

dalam proses presentasi hasil

penelitian adalah sebssar 1,92.

Sedangkan untuk nilai maksimal dalam aktivitas siswa memiliki nilai sebesar 4, karena memiliki enam aspek yang dibagi sesuai dengan aspek yang ada. Bila dilihat secara jelas data yang tersaji, siswa dalam proses pelaksanaan aktivitas siswa di siklus I memiliki nilai rata-rata yang

rendah. Dan bila dijumlahkan

totalnya didapat skor keseluruhan sebsar 2,194. Kesimpulan yang didapat adalah dalam pelaksanaan penelitian yang dilaksanan pada siklus I memiliki rata-rata nilai yang masih rendah.

Kemudian untuk hasil yang

didapat siswa pada siklus II

menunjukan nilai yang relatif

memiliki peningkatan yang berarti. Data yang didapat disajikan dalam diagram lingkaran berikut ini sesuai dengan enam aspek yang dinilai yaitu aspek aktif salam proses pembelajaran, keinginan bertanya, berani berpendapat, motivasi dalam belajar, bertanggung jawab, dan

presentasi hasil penelitian.

Dari diagram diatas didapat kesimpulan bahwa setiap fase yang dialui oleh siswa memiliki niali rata-rata yang memiliki peningkatan di setiap siklusnya. Di siklus II siswa mendapatkan niali rata-rata yang

memuaskan. Aktif dalam

pembelajaran 3,78. Keinginan

bertanya 3,48. Berani berpendapat 3,30. Motivasi dalam belajar 3,48. Bertanggung jawab 3,48. Presentasi hasil diskusi 3.

Kemudian untuk hasil belajar yang di dapat oleh siswa dalam proses pembelajaran IPS di SD mendapatkan skor yang memiliki

peningkatan yang memiliki

(9)

Jurnal Skripsi, V0l. 1, Edisi 1, Juli 2016 hlm. 3

78% dan daya serap klasikalnya sebesar 73%. Kemudian untuk siklus II didapat skor daya serap siswa sebesar 94,23% dan daya serap klasikal mendapatkan skor 85,19%.

Dari hasil tersebut didapat

keseimpulan bahwa siswa telah tuntas dlam pemebelajaran penelitian ini dan penelitian ini dihentikan karena memiliki skor yang tuntas yaitu diatas 85% sesuai yang telah ditentukan oleh kemendikbud.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto Suharsimi, dkk.

(2010). Penelitian

Tindakan Kelas.

Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Asmani Ma’mur Jamal. (2016).

Tips Efektif

Cooperative Learning.

Yogyakarta: DIVA

Press.

Basrowi, dkk. (2008). Prosedur

Penelitian Tindakan

Kelas. Bogor:

Yudhistira.

Hidayah Nur. (2013). Panduan

Praktis Penyusunan

dan Pelaporan PTK.

Jakarta: PT Prestasi

Pustakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa sering merasa jenuh karena guru hanya berceramah dan kegiatan siswa hanya mendengarkan (lebih pasif). Langkah yang dilakukan

[r]

Untuk mengetahui distribusi tekanan dan kecepatan aliran fluida di dalam rumah pompa yang dioperasikan sebagai turbin.. Dapat mengetahui bentuk – bentuk (tampilan

A.Packets are classified at each router, based on as many detail as possible, typically using extended IP ACLs to match the packets for classification. B.Packets are classified at

Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk meneliti kemampuan prediktif rasio keuangan terhadap pembahan laba pemsahaan di masa yang akan datang,.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Magetan dan Ponorogo yang terdaftar resmi di Bank Indonesia. Data diperoleh dari laporan

Komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda mengikuti naiknya eluen, karena daya serap adsorben pada komponen-komponen tidak sama, maka komponen bergerak dengan

Cara kerja alat ini adalah mendeteksi cuaca disekitar melalui sensor hujan dan sensor LDR, ketika sensor tidak menerima cahaya maka alat akan menterjemahkan akan