BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis Ortodonti
Analisis wajah dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan metode
langsung pada jaringan lunak, metode langsung pada model gigi, sefalometri
radiografik, dan fotometri. Downs menyatakan bahwa analisis profil muka dengan
metode sefalometri radiografi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan
bantuan garis dan bidang referensi intrakranial yang sangat bervariasi, seperti Sela Tursika-Nasion (SN) dan bidang Frankfurt Horizontal (cit. Bass, 2003). Analisis menurut Ricketts yaitu evaluasi posisi bibir atas dan bawah terhadap garis estetik
(E line).13 Analisis menurut Steiner yaitu evaluasi posisi bibir atas dan bawah terhadap S line, sedangkan analisis holdaway mempergunakan garis Harmoni (garis H) yang ditarik dari titik Pog’ ke titik Labrale Superior (Ls).4
2.1.1 Analisis Fotometri
Analisis fotometri digunakan untuk mengevaluasi konfigurasi wajah, dan
untuk mengevaluasinya diperlukan pedoman bentuk wajah dan profil wajah yang
serasi. Fotometri dapat dilakukan dengan cara pemotretan wajah dari arah frontal
maupun lateral.13,14 Hasil pemotretan wajah dari depan akan didapat gambaran bentuk
wajah, proporsi serta simetri wajah. Sedangkan dari samping akan didapatkan profil
wajah. Dengan fotografi ini dapat diukur proporsi bagian-bagian wajah, sudut-sudut
yang menghubungkan bagian-bagian tersebut, proporsi tinggi dan lebar wajah serta
simetri wajah. Pada foto wajah ini diperlukan tiga ini diperlukan tiga pandangan
yaitu, seluruh wajah dengan bibir rileks, seluruh wajah dengan tersenyum dan profil
Gambar 1. Fotometri Frontal dan Lateral.15
2.1.2 Analisis Model
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.
Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan gigi geligi pada rahang
antagonisnya dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.16
Gambar 2. Model studi untuk analisis model studi harus meliputi seluruh anatomi yang penting, termasuk ketinggian vestibulum yang semaksimal mungkin. A. Tampak depan, B. Tampak kiri, C. Tampak kanan.13
Dalam menegakkan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan
dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi
sedalam mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi
sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal
mungkin, sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat (Gambar 2).13 Rencana
perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan pereawatan. Selain
menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat bantu lain, seperti alat
bantu ukur, gambaran radiografis dan tabel perkiraan. Analisis dapat dilakukan secara
manual maupun menggunakan sistem komputerisasi, dengan kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Ada berbagai analisis yang dapat digunakan, namun
analisis mana yang akan dipilih sangat bergantung pada kasus. Macam-macam
analisis pada geligi tetap antara lain untuk melihat hubungan geligi atas dan bawah,
kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal, dan analisis untuk
melihat perbedaan ukuran antara lengkung gigi dengan rahang antara lain analisis
Nance, Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dan diagnostic setup. Analisis untuk geligi campuran antara lain analisis gambaran radiografis, Moyers, dan Tanaka-Johnston.6
Model studi sebagai salah satu komponen penting dalam perawatan ortodonti
dibuat dengan beberapa tujuan dan kegunaan, yaitu sebagai titik awal dimulainya
perawatan, untuk kepentingan presentasi, dan sebagai data tambahan untuk
mendukung hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan model studi bukan
hanya untuk merekam keadaan geligi dan mulut pasien sebelum perawatan tetapi juga
untuk menentukan adanya perbedaan ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada
masing-masing rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang
bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut lebih memungkinkan jika
dilakukan analisis pada model studi.6
Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat bantu
yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan teknik
analisis yang tepat untuk setiap kasus. Beberapa hasil analisis dapat dibuat dan
digunakan secara bersamaan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
perawatan.6,16
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam
arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi
Klas II, atau Klas III Angle, ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan
crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi ukuran overbite,
deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.17
2.1.3 Radiografi Panoramik
Gambaran panoramik adalah teknik untuk menghasilkan gambar tomografi
tunggal struktural wajah, yang meliputi kedua lengkung gigi rahang atas dan rahang
bawah serta struktur pendukungnya. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis
radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali
foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.18 Gambar
panoramik secara klinis berguna untuk pasien yang memerlukan gambaran dengan
cakupan yang luas dari rahang, seperti evaluasi trauma, dan kelainan tulang,
mengetahui atau mendeteksi lesi besar, lokasi molar ketiga, evaluasi kehilangan gigi,
perkembangan gigi dan status erupsi, gigi radiks dan ujung akar pada pasien
edentulous, sinus maksilaris dan sendi temporomandibular.19
2.1.4 Radiografi Sefalometri
Ukuran standar deskriptif kepala manusia, dapat di tentukan dengan cara
mengukur berbagai bagian serta mencatat posisi dan bentuk dari struktur kranial dan
wajah. Metode pengukuran deskriptif itu dikenal dengan sefalometri. Sefalometri
lebih banyak digunakan untuk mempelajari tumbuh kembang kompleks kraniofasial
kemudian berkembang sebagai sarana yang sangat berguna untuk mengevaluasi
keadaan klinis misalnya membantu menentukan diagnosis, merencanakan perawatan,
menilai hasil perawatan dalam bidang ortodonti.20
Menganalisis sebuah sefalogram tidak langsung pada metode konvensional,
hal ini dilakukan pada sefalogram tersebut dengan dilakukan tracing terlebih dahulu.
Analisis dilakukan dengan menentukan kontur skeletal dan jaringan lunak wajah
berpotongan akan menghasilkan sudut.2,21 Besar sudut dipelajari untuk menentukan
struktur anatomi tertentu dalam keadaan normal atau tidak normal contohnya gigi dan
rahang. Pengukuran dilakukan pada hasil penapakan tersebut, kemudian dilakukan
analisis sehingga menghasilkan ukuran-ukuran kraniofasial berupa ukuran linear atau
angular.7
2.1.4.1 Titik-Titik Sefalometri Pada Jaringan Lunak
Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisis jaringan keras dan lunak.
Penggunaan titik-titik jaringan lunak pada sefalometri (Gambar 3) sebagai
berikut: 4,20
a. Nasion kulit (N') : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung b. Pronasale ( P / Pr ) : titik paling anterior dari hidung.
c. Subnasale (Sn) : titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas. d. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas. e. Sulcus Labial Superior (Sls) : titik tercekung di antara Sn dan Ls. f. Stomion superior( Stms) : titik paling bawah dari vermillion bibir atas. g. Stomion inferior( Stmi) : titik paling atas dari vermillion bibir bawah. h. Labrale Inferior (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah.
Gambar 3. Gambaran Sefalometri Lateral.Titik-titik yang digunakan pada profil jaringan lunak.20
2.1.4.2 Analisis Skeletal
Para antropologi menggunakan garis horizontal Frankfurt untuk
menghubungkan struktur kraniofasial ketika mempelajari skeletal wajah. Namun
pada sefalomteri lateral, titik porion dan orbital tidak mudah untuk diidentifikasi.
Oleh karena itu Steiner menggunakan dasar tengkorak anterior (Sella ke Nasion)
sebagai garis referensi, dimana nantinya akan dikaitkan dengan titik A atau titik
B. Keuntungan dengan menggunakan garis ini adalah garis ini hanya bergerak
dalam jumlah minimal setiap kali profil skeletal akan menyimpang dari posisi
Gambar 4. Sudut SNA (a) Ideal (b) Protusif (c) Retrusif.7
Gambar 5. Sudut SNB (a) Ideal (b) Protrusif (c) Retrusif.7
Titik A dan titik B dianggap sebagai batas anterior dan basis apikal rahang
sudut SNA dan SNB (Gambar 4 dan 5). Nilai rata-rata untuk SNA adalah 82°± 2°,
apabila lebih besar dari 84° disebut profil wajah cembung (protrusif) dan bila nilai
SNA lebih kecil dari 80° disebut profil wajah cekung (retrusif). Begitu pula untuk
penilaian SNB, Nilai rata-rata untuk penilaian SNB adalah 80°± 2°, apabila lebih
besar daripada 82° disebut profil wajah cembung (protrusif) dan bila nilai SNA lebih
kecil dari 78° disebut profil wajah cekung (retrusif). Steiner tidak hanya
memperhatikan nilai SNA dan SNB, karena nilai tersebut hanya menunjukkan apakah
wajah mengalami protrusif dan retrusif, tetapi Steiner juga memperhatikan perbedaan
sudut antara SNA dan SNB atau sudut ANB (Gambar 6). Sudut ANB memberikan
gambaran umum tentang perbedaan anteroposterior dari rahang ke apikal basis
mandibula. Rata-rata sudut ANB ini adalah 2°, apabila nilai ANB lebih besar dari 2°
maka disebut skeletal Klas II dan apabila lebih kecil dari 2° disebut skeletal
Klas III.7,8
2.1.4.3 Analisis Gigi
Salah satu faktor yang selalu dipertimbangkan dalam menetapkan estetika
wajah pasien adalah inklinasi gigi insisivus. Inklinasi gigi insisivus sentral ditetapkan
melalui pengukuran derajat kemiringan/angulasi gigi pada sefalogram lateral melalui
analisis sefalometri (Gambar 7 dan 8).21
Gambar 7. Perpotongan insisivus
Maksila dengan garis NA.7
Untuk posisi gigi insisivus maksila menurut analisis Steiner, garis NA
dihubungkan sedemikian rupa dengan gigi insisivus rahang atas, lalu kecenderungan
aksial gigi dihitung. Maka nilai ideal untuk titik mahkota insisivus paling anterior di
Untuk gigi insisivus bawah, nilai ideal untuk titik mahkota insisivus bawah anterior
di depan garis NB adalah 4 mm dengan kecenderungan aksial gigi ideal adalah 25°.
Daerah dagu juga di evaluasi, karena dagu berkontribusi dengan garis wajah. Idealnya
jarak antara garis NB ke titik terluar dagu adalah 4 mm.7
Gambar 8. Perpotongan sumbu insisivus mandibula dengan garis NB.7
Perpotongan sumbu insisivus atas dan bawah membentuk sudut interinsisal,
besar rata-rata untuk sudut interinsisal adalah 130°, Sudut yang lebih besar
menggambarkan letak insisivus yang lebih tegak (retrusif) dan sudut yang lebih kecil
berarti insisivus lebih maju (protusif).21 Sudut interinsisal berkaitan dengan kontak
insisivus yang dihubungkan dengan kedalaman overbite. Inklinasi gigi insisivus atas yang retrusif menyebabkan sudut interinsisal menjadi lebih besar. Besarnya sudut
2.1.4.4 Analisis Jaringan Lunak
Analisis jaringan lunak pada dasarnya adalah catatan grafis dari pengamatan
visual yang dilakukan dalam pemeriksaan klinis pasien. Analisis jaringan lunak
mencakup penilaian terhadap adaptasi jaringan lunak dan profil tulang dengan
mempertimbangkan ukuran, bentuk, dan postur bibir seperti terlihat pada sefalometri
lateral.4 Steiner, Ricketts, Holdaway, dan Merrifield mengembangkan kriteria dan
garis referensi untuk keseimbangan profil wajah.5,13 Meskipun tidak ada konsep yang
seragam tentang apa yang merupakan profil ideal, garis Steiner (S-line) adalah acuan untuk menentukan keseimbangan wajah pada jaringan lunak secara luas digunakan
dalam bidang ortodonti sampai saat ini (Gambar 9). Menurut Steiner, bibir atas dan
bibir bawah harus menyentuh garis yang membentang dari kontur jaringan lunak
dagu ke tengah batas bawah hidung.13
Gambar 9. Garis S (a) Ideal (b) Protrusif (c) Retrusif.7
Bibir pada pasien maloklusi skeletal Klas II biasanya terletak di luar garis ini
dan cenderung menonjol dalam hal gigi dan rahang, rahang dan gigi ini biasanya
posisi bibir di belakang garis ini, profil pasien umumnya ditafsirkan sebagai profil
cekung. Koreksi ortodonti biasanya diperlukan untuk memajukan gigi dalam
lengkung gigi sehinga menyentuh S-line.23
Ricketts menggunakan garis estetika (Esthetic line = E line) yang merupakan garis yang ditarik dari pogonion (bagian dagu terdepan) ke ujung hidung. Dalam
keadaan normal, bibir atas terletak 2-3 mm, dan bibir bawah 1-2 mm di belakang
garis estetik (Gambar 10).22,24 Ricketts mengambil titik – titik di dagu dan hidung
karena bagian ini merupakan faktor penting dalam perkembangan wajah. Garis ini
digunakan untuk meneliti dengan cermat keserasian mulut dan keseimbangan bibir.
Metode ini digunakan untuk menentukan protusi bibir.22
Gambar 10. Analisis profil wajah oleh Ricketts (Esthetic line).13
Holdaway mempergunakan garis H untuk analisis keseimbangan dan
keharmonisan profil jaringan lunak. Garis H ini diperoleh dengan menarik garis dari
Holdaway tidak mempergunakan puncak hidung sebagai titik penentuan analisisnya.
Menurut Jacobson dan Vlachos, analisis Holdaway lebih berani, terperinci, jelas dan
luas dalam pembahasannya tentang analisis profil jaringan lunak sehingga Bishara
mempergunakan analisis Holdaway khusus untuk analisis profil jaringan lunak dalam
tabel normanya.
Holdaway melakukan 11 analisis pengukuran untuk memperoleh profil
jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari: Jarak puncak hidung
(Pr), kedalaman sulkus labialis superior, kedalaman sulkus labialis inferior, jarak
bibir bawah ke garis H, tebal bibir atas, kurvatura bibir atas, besar sudut fasial, tebal
dagu, strain bibir atas, besar sudut H dan kecembungan skeletal. Pada analisis Holdaway, untuk menentukan kecembungan jaringan lunak wajah apakah cembung,
cekung, atau lurus, Holdaway menggunakan besar sudut H untuk penentuannya.4
Sudut H adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis H dengan garis N’-Pog’. Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke Labrale superior (Ls’). Idealnya besar sudut H yang harmonis dan seimbang adalah sekitar 7° sampai 15°. Ketika besar sudut H lebih kecil dari 7° maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih ke posterior atau letak titik Ls’ lebih ke anterior, begitu juga sebaliknya apabila besar sudut H lebih besar dari 15° maka
Gambar 10.
Gambar 11. Analisa jaringan lunak wajah menurut Holdaway (H angle).4
2.2 Macam-Macam Perawatan Maloklusi
Tujuan dari perawatan ortodonti modern adalah untuk mendapatkan
keseimbangan antara hubungan oklusi yang fungsional, estetik wajah yang baik dan
stabilitas hasil perawatan.1 Maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi ideal yang
dianggap tidak memuaskan secara estetis, sehingga menunjukkan suatu keadaan yang
menyimpang dari ukuran dan posisi relatif gigi, tulang wajah, serta jaringan lunak.6
Penyebab maloklusi berbeda-beda, maka perawatannya juga berbeda-beda tergantung
faktor penyebabnya. Ada beberapa macam pilihan pesawat ortodonti tergantung dari
cara pesawat itu menghasilkan dan meneruskan kekuatan serta tergantung dari apakah
pesawat tersebut bisa dilepas atau tidak oleh pasien. Umumnya pesawat tersebut
adalah pesawat ortodonti cekat, pesawat ortodonti removable dan pesawat ortodonti fungsional.25
Penjelasan mengenai macam macam perawatan yang digunakan pada kasus
2.2.1 Perawatan Maloklusi Skeletal Klas I
Relasi rahang pada maloklusi Klas I adalah normal. Hubungan maloklusi
skeletal Klas I harmonis dan biasanya yang menjadi masalah adalah malrelasi gigi.
Maloklusi ini biasanya terdapat masalah sususan gigi geligi yang menyimpang atau
maloklusi dalam bidang vertikal dan transversal. Protusi, proklinasi dan crowded
sering didapati pada maloklusi Klas I. Pilihan alat cekat dan indikasi esktraksi
tergantung dari kasus. Skeletal Klas I yang didiagnosis memiliki diskrepansi panjang
lengkung gigi yang parah bisa dirawat pada masa pra-remaja dengan serial ekstraksi.
Crowded ringan dapat dikoreksi dengan ekspansi lengkung gigi, mengoreksi proklinasi gigi anterior atau pengasahan gigi bagian proksimal. Proklinasi bimaksiler
dan crowded yang parah kadang membutuhkan tindakan ekstraksi semua gigi premolar pertama atau kedua tergantung berapa besar ruang yang dibutuhkan dan
kebutuhan penjangkaran.25
2.2.2 Perawatan Maloklusi Skeletal Klas II
Hubungan oklusal Klas II, dalam dua bentuknya yang utama, merupakan
pendorong timbulnya berbagai perawatan pesawat ortodonti. Foster dan Day telah
menentukan bahwa 60% perawatan pesawat ortodonti di Inggris digunakan untuk
memperbaiki oklusi Klas II divisi 1 atau divisi 2. Perawatan Klas II berbeda dengan
Klas I, karena adanya masalah tambahan berupa penyimpangan lengkung gigi
antero-posterior. Salah satu perawatan ortodonti untuk malokusi Klas II skeletal
adalah dengan tindakan pencabutan gigi permanen. Di samping perlunya
menghilangkan susunan yang berjejal, pencabutan gigi seringkali perlu untuk
mendapatkan ruang guna mengoreksi penyimpangan hubungan lengkung.25 Ruang
yang didapatkan dari rahang atas tadi, pada dasarnya untuk mengurangi overjet,
overbite dan gigi berjejal.26 Gigi yang paling sering dicabut dalam perawatan ortodonti adalah gigi premolar pertama. Karena gigi ini terletak di dekat bagian
tengah setiap kuadran lengkung gigi. Kemudian gigi ini bisa digantikan dengan
premolar kedua, yang mempunyai bentuk sama, dan membentuk hubungan kontak
Selain tindakan pencabutan, perawatan maloklusi skeletal Klas II dapat dikoreksi
dengan memodifikasi pertumbuhan rahang. Karena umumnya maloklusi Klas II
dipersulit dengan keadaan skeletal, seperti maksila yang prognati atau defiensi
pertumbuhan mandibula. Kelainan pola skeletal ini dapat dicegah dengan pesawat
fungsional dan alat ortopedik untuk mengurangi keparahan dari hubungan skeletal.
Maloklusi Klas II oleh karena defisiensi mandibula atau retrognati, biasanya
dirawat selama masa gigi bercampur menggunakan pesawat myofunctional seperti aktivator. Kelainan maksila yang tumbuh prognati pada maloklusi Klas II bisa
dicegah dengan menggunakan headgear untuk memodifikasi pertumbuhan. Pada beberapa pasien, kedua kelainan skeletal ini muncul bersamaan baik itu maksila yang
prognati dan defisiensi mandibula. Untuk perawatan pada kasus yang terdapat dua
kelainan skeletal tersebut adalah kombinasi alat fungsional yaitu
Aktivator-Headgear.28
2.2.3 Perawatan Maloklusi Skeletal Klas III
Klas III adalah tipe hubungan rahang yang paling jarang ditemukan pada
beberapa komunitas, dan hanya terjadi kurang dari 5% di Inggris. Oleh karena itu,
jarang ditemukan di praktik ortodonti, tetapi jika ada, bisa menimbulkan masalah
yang sangat sulit dalam perawatannya. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar oklusi
Klas III kurang bisa diperbaiki dengan perawatan ortodonti dibandingkan dengan
oklusi Klas II. Seperti hal nya maloklusi Klas II, Klas III juga mempunyai tiga faktor
yang mempengaruhi hubungan skeletal yaitu, maksila retrognati, mandibula
retrognati atau kombinasi keduanya. Kelainan ini biasanya karena genetik. Sebab lain
juga bisa karena kebiasaan memajukan mandibula pada saat pre maturitas oklusal
atau pembesaran adenoid.27
Penyebab maloklusi Klas III berbeda-beda, maka dari itu dibutuhkan diagnosa
yang tepat. Analisis model dan analisis radiografi sangat dibutuhkan. Maloklusi
skeletal Klas III pada masa pertumbuhan membutuhkan perawatan dini untuk
Macam-macam perawatan ortodonti yang dapat digunakan pada masa
pre-maturitas adalah:
1. Frankel III : pesawat myofucntional dapat digunakan untuk mencegah maloklusi Klas III yang disebabkan oleh
maksila retrusif.
2. Chin cup with high : mencegah maloklusi Klas III yang disebabkan oleh
pull headgear prognati mandibula.
3. Reverse head gear : pada kasus maloklusi Klas III yang cukup parah digunakan reverse head gear atau face mask untuk menarik maksila.
4. 3-D Screw : 3-D Screws dapat mengekspansi maksila dalam tiga arah. Pesawat yang digunakan adalah alat ortodonti
cekat atau lepasan.
Pada penyimpangan skeletal yang parah, menggerakkan satu segmen anterior
tidak akan menimbulkan cukup gerakkan untuk memperbaiki hubungan insisivus.
Diperlukan usaha untuk menggerakkan gigi atas ke arah depan dan gigi bawah ke
belakang. Gerakan ini bisa diperoleh dengan menggunakan traksi intermaksilaris,
pada kasus ini biasanya disebut sebagai traksi intermaksilaris terbalik atau traksi Klas
III.29 Maloklusi Klas III yang ditandai dengan defisiensi panjang lengkung yang
rendah dan crossbite anterior, dirawat dengan mencabut premolar pertama rahang bawah dan dipasang pesawat fixed ortodonti. Seringkali untuk retraksi lengkung gigi bawah dibutuhkan tindakan pencabutan agar memenuhi kebutuhan ruang.27 Fukui dan
Tsuruta pada penelitiannya tentang perawatan kamuflase pada pasien perempuan
maloklusi Klas III dengan crowding parah dan cross-bite mengatakan bahwa tindakan pencabutan perlu dilakukan dalam rangka mengembalikan hubungan molar I menjadi
Klas I dan memberi ruang untuk reposisi gigi insisivus mandibula.10 Setelah masa
pertumbuhan skeletal berhenti, perawatan yang dilakukan pada maloklusi Klas III
skeletal adalah dengan bedah ortognati. Le Fort I osteotomy merupakan pilihan prosedur pada kasus defisiensi maksila, sedangkan pada kasus mandibula prognati
2.3 Kerangka Teori Pada Pasien Pencabutan Maloklusi Klas II dan Klas III
2.4 Kerangka Konsep
Variabel bebas: Variabel tergantung:
Variabel Tak Terkendali :
- Jenis perawatan
- Ras
- Lama waktu perawatan
- Mekanoterapi perawatan
- Usia
- Jenis Kelamin
Sebelum Perawatan
Ortodonti
Sesudah Perawatan
Ortodonti Profil Wajah
Jaringan Lunak Pada Pasien Maloklusi Skeletal Klas II dan