TRANSformasi
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan AkuntansiPenanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia Wakil Penanggung Jawab
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia Ka. Prodi Manajemen, Universitas Al Azhar Indonesia
Ka. Prodi Akuntansi, Universitas Al Azhar Indonesia
Dewan Redaksi Prof. Dr. Ir Ahmad Muslim, M.Sc – Pimpinan Redaksi Hanny Nurlatifah, MM - Wakil Pimpinan Redaksi Sisca Debyola Widuhung, SE., M.Si – Sekretaris Redaksi Prof. Sayuti Hasibuan, Ph.D Kuncoro Hadi, M.Si Ade Wirman Syafei, SE., Ak., M.SAc Prof. Dr. Ir Tumari Jatileksono. M.Sc., MA Shohibul Imam, SE., M.Ak., Ak Jumansyah, SE., M.Sc Syurmita, SE., M.Sc., Ak Ferry Novindra Idroes, SE., MM Desain Grafis Lukman Hakim Lukmanul Hakim
Jurnal ini diterbitkan 3 (tiga) kali dalam setahun yaitu bulan Februari, Juni dan Oktober
Alamat Redaksi : Kampus UAI Lantai 4, Komp. Masjid Agung Al Azhar. Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta 12110. Ph : 021-7244456; 72792753 ext. 4006, Fax : 021-7244767.
DAFTAR ISI
PERANAN KEDELE DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Ahmad Muslim (Hal. 1 – 18)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BETA SAHAM
Ade Ayu Syafrilia Prastiwi & Syurmita (Hal. 19 – 38)
(Studi Kasus pada Maskapai Penerbangan Lion Air di Jakarta)
Chita Agustiani
Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia
Bambang Eko Samiono
Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia
ABSTRACT
This study aims to search the effect of customer satisfaction on rebuying interest on Lion Air flight services in Jakarta. Research using primary and secondary data with seven variables specific reference to the indicators applied to aviation services, namely cabin, frequency schedule, seat accessibility, punctuality, point of sales, Service at the Airport, and Service in the air. The analysis used is descriptive analysis and IPA (Important performance Analisys) using slovin sampling method with 100 respondents who had used the Lion Air flight services.
The results of this study stated there is a significant effect between customer satisfaction and to rebuying interest, which are the results of the CSI for 63 percent in fair satisfied criteria and influence rebuying interest (transactional: 39 persen neutral, 41 persen did not agree referential, preferential: 46 persen do not agree and explorative: 42 persen do not agree). This study shows that customer satisfaction at Lion Air flight services affect rebuying interest and customer satisfaction itself.
Keywords : customer satisfaction, re-buying interest, Lion Air F light Services in
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar BelakangKompleksitas persaingan suatu industri penerbangan menyebabkan setiap
perusahaan penerbangan harus selalu berusaha meningkatkan kualitas agar kepuasan
konsumen dapat terwujud kualitas yang ingin dipenuhi harus dilihat dari segi pandang
konsumen, atau pasar tersebut merupakan hal yang penting dalam merancang suatu
sistem manejemen baru. Ternyata kualitas produk dan kepuasan konsumen berkaitan
erat untuk menjalin ikatan yang kuat dalam jangka panjang, ikatan seperti ini
memungkinkan perusahaan untuk memahami secara seksama serta kebutuhan
konsumen .
Hal tersebut diatas berlaku juga di dunia industri penerbangan yang berkembang
dengan pesat dan adanya dukungan pemerinah diantaranya Peraturan Pemerintah No. 40
tahun 1999, tentang diregulasi maskapai penerbangan dimana Departemen Perhubungan
RI memberikan izin seluas luasnya bagi siapa saja yang ingin masuk, maka hal tersebut
membuat industry ini menjadi sebuah bisnis yang cukup berkembang dan diminati di
Indonesia. Selanjutnya melalui Kepres No.3 tahun 2000, perusahaan penerbangan diberi
keleluasaan untuk menentukan tipe pesawat yang akan dioperasikan sesuai kemampuan
perusahaan asalkan pesawat memenuhi persyaratan dan peraturan kelayakan udara dari
yang disyaratkan oleh Dinas Sertifikasi Kelayakan Udara (DSKU) serta melalui
keputusan menteri perhubungan (Kepmenhub) No.11 tahun 2001 tentang
penyelenggaraan Angkutan Udara.
PT Lion Mentari Airlines, beroperasi sebagai Lion Air adalah termasuk 3 besar
penerbangan swasta di Indonesia, dimana menguasai sebagian besar pangsa pasar
domestik. Berkantor pusat di Jakarta, Lion Air terbang ke kota-kota di Indonesia,
Singapura, Vietnam, Malaysia dan Arab Saudi. Basis utama dari maskapai penerbangan
ini adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Maskapai ini
mengoperasikan penerbangan penumpang berjadwal dengan jaringan yang luas dari
Jakarta ke 56 tujuan (per Juli 2010).
Ditengah persaingan antar maskapai penerbangan yang semakin ketat, banyak
upaya yang dilakukan maskapai-maskapai penerbangan tak terkecuali Lion Air. Lion
mencari, menarik dan mempertahankan pelanggan untuk memuaskan pengguna jasanya,
terutama melalui sisi peforma pelayanannya. Perusahaan menempatkan orientasi pada
kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama dimana pelaksanaan atau kinerja jasa yang
dilakukan sesuai dengan tingkat kepentingan atau harapan konsumen. Kunci utama
untuk memenangkan.Persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan kepada
pelanggan melalui penyampaian produk dan jasa berkualitas.
Lion Air memberikan pelayanan penerbangan meliputi 4 proses, yaitu proses
reservasi dan pembelian tiket, proses airport service, proses selama penerbangan di udara dan proses setelah melakukan penerbangan. Dari setiap proses tersebut kualitas
layanan yang di berikan harus di perhatikan. Proses reservasi dan pembelian tiket
meliputi ketersediaa tiket penerbangan, keramahan petugas loket dan lainnya.
Sedangkan proses airport service merupakan proses dimana penumpang menunggu sebelum melakukan keberangkatan. Terjadinya delay time atau keterlambatan penerbangan yang cukup lama akan mengganggu kenyamanan pelanggan. Selama
penerbangan di udara sangan penting kebersihan di dalam pesawat, keramahan
pramugari, kenyaman kursi, dan maskapai penerbangan pun harus dapat memastikan
bagasi yang di bawa dalam kondisi baik. Survey mengenai Lion Air passenger dari tahun 2010 – 2012 terpapar sebagai berikut:
Tabel 1.1. Jumlah Penumpang Lion Air Tahun 2010-2012
Tahun Jumlah Penumpang
2010 19,7 Juta
2011 13,6 Juta
2012 12,8 Juta
Dari table 1.1 diatas terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah volume penumpang
di penerbangan Lion Air dari tahun 2010. Melihat realita yang ada, perlu adanya
penelitian pada Lion Air untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap tingkat
kepuasan konsumen terhadap minat beli ulang. Berdasarkan hal tersebut diatas maka
penulis tertarik untuk memberi judul penelitian ini “Analisis Kepuasan Pelanggan dan
Minat Beli Ulang Konsumen Terhadap Maskapai Penerbangan Lion Air di Jakarta” .
1.2.
Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kepuasan pelanggan maskapai penerbangan Lion Air di
Jakarta?
2. Bagaimana minat beli ulang pada pelanggan maskapai penerbangan Lion Air
di Jakarta?
1.3.
Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepuasan pelanggan pada
maskapai penerbangan Lion Air di Jakarta.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis minat beli ulang pada pelanggan Lion Air
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produk Jasa Penerbangan
Menurut Shaw (2004), produk jasa penerbangan dapat dibedakan ke dalam dua
kelompok, yaitu (1) berkaitan dengan pesawat, dan (2) yang berkaitan dengan
pelayanan. Berikut ini akan dibahas satu persatu dari kelompok produk diatas.
a) Konfigurasi Kabin
Penentuan konfigurasi atau tata letak kabin merupakan hal yang erat kaitan
dengan tipe pesawat. Pesawat adalah produk fisik maskapai penerbangan yang
disediakan bagi pengguna jasa. Dalam kaitan ini, maskapai dituntut untuk
mengoperasikan tipe dan jumlah pesawat yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Untuk meningkatkan efisiensi, suatu maskapai akan memilih pesawat
dengan konfigurasi kabin yang memungkinkan penempatan kursi sebanyak mungkin.
Namun, penetuan konfigurasi kabin ini ditentukan oleh dua hal penting yaitu
keselamatan (safety) dan kenyamanan penumpang (passenger comfort). Jumlah kursi yang di pasang di pesawat untuk masing-masing kelas akan menentukan luas ruang
kabin, luas koridor diantara tempat duduk (aisle). Jarak antara tempat duduk (pitch) dan lebar tempat duduk (seat width). Peraturan penerbangan telah menentukan standar minimum pada ukuran di atas.
b) Frekuensi dan Jadwal
Frekuensi merupakan faktor yang cukup penting dalam operasi penerbangan.
Frekuensi penerbangan yang tinggi berarti memberikan fleksibelitas yang lebih tinggi
bagi penumpang dalam melakukan perjalanan, karena lebih banyak alternative
penerbangan yang dipilih. Seorang bisnis traveler yang umumnya sensitive terhadap
waktu akan lebih leluasa merencanakan perjalanannya sedekat mungkin dengan saat
dimulainya bisnis dan kembali setelah bisnisnya selesai. Bagi penumpang lanjutan,
tingginya frekuensi penerbangan dalam suatu jalur pendek (short haul) akan memungkinkan penumpang memilih penerbangan lanjutan yang lebih cepat dan
nyaman ke dan dari penerbangan jarak jauh (long haul). Waktu keberangkatan merupakan hal yang penting baik bagi penumpang lanjutan maupun penumpang yang
c) Kemudahan Pemesanan Tempat Duduk (Seat Accessibility)
Penumpang pada umumnya menghendaki adanya kemudahan dalam mendapatkan
tempat duduk (seat accessibility) dari suatu penerbangan yang dipilih, pada waktu dan kelas yang diinginkan. Maskapai dikatakan mempunyai accessibility yang tinggi bila seorang penumpang potensial bisa mendapatkan tempat duduk yang diperlukan
menjelang jadwal keberangkatan. Untuk hal itulah semua maskapai penerbangan
membuka layanan fasilitas reservasi. Penumpang mengharapkan ada kursi yang tersedia pada saat melakukan reservasi untuk suatu penerbangan, dan hampir pada semua kasus, pelayanan reservasi terbukti secara efektif sangat membantu tersedianya
tempat duduk bagi penumpang.
d) Ketepatan Waktu (Punctuality)
Ketepatan sampai di tempat tujuan merupakan prioritas utama segmen bisnis
Shaw (2004), akan tetapi bagi leisure traveler, perhatian akan hal ini kurang begitu penting. Secara umum, sebuah maskapai penerbangan akan mendapat tingkat OTP (On Time Performance) yang baik jika pesawat dioperasikan rata-rata masih baru dan perawatannya memadai. Meskipun demikian, keberadaan pesawat yang baru bukan satu
satunya faktor penentu ketepatan waktu. Peniadaan sama sekali keterlambatan dalam
suatu operasi penerbangan merupakan suatu hal yang tidak mungkin dicapai karena
adanya faktor penyebab eksternal seperti faktor cuaca dan pengaturan lalu lintas udara
di bandara. Selain itu, dalam banyak hal, faktor teknis juga merupakan penyebab yang
sulit dihindari meskipun perawatan sudah memadai. Dengan demikian, tugas utama
maskapai penerbangan dalam mengurangi keterlambatan adalah mengusahakan
efektivitas kegiatan staf yang terlibat dalam aircraft turn-around, traffic handling, dan perawatan pesawat. Idealnya suatu maskapai penerbangan dituntut untuk memiliki staf
yang terlatih, efektif dan berdisiplin tinggi, serta didukung pula oleh kondisi pesawat
yang baru dan perawatan yang memadai. Tanpa dukungan pesawat yang handal
(reliable), maka kinerja staf yang baik tidak akan banyak artinya dalam menekan keterlambatan.
e) Pelayanan
Pelayanan terhadap pelanggan yang dilakukan oleh maskapai penerbangan
dimaksudkan agar pelanggan merasa puas pada saat melakukan perjalanannya.
karena besar pengaruhnya terhadap market share dan load factor. Pelayanan yang baik membuat pelanggan merasa puas, sehingga timbul loyalitas yang tinggi, dan
kemungkinan besar akan menarik pelanggan lain yang potensial, dan pada gilirannya
dapat meningkatkan market share. Berikut ini adalah beberapa jenis pelayanan yang diberikan oleh maskapai penerbangan.
1) Pelayanan di tempat penjualan (point-of-sale service): Pelayanan di tempat
penjualan tiket mempunyai peranan yang cukup penting mengingat penumpang
tidak membeli barang yang bisa disentuh (intangible product), melainkan membeli tiket dengan mengharapkan kepuasan terhadap pelayanan. Ada
beberapa layanan di tempat penjualan tiket.
Penyediaan fasilitas bagi penumpang yang melakukan transaksi langsung dengan maskapai penerbangan.
Interline yaitu kondisi ini terjadi jika penumpang membeli sebuah tiket untuk perjalanan multi sektor yang melibatkan lebih dari satu maskapai
penerbangan.
Penjualan tiket melalui agen perjalanan (travel agent). Diperlukan pembinaan kepada staf agen perjalanan untuk memastikan bahwa agen
perjalanan mendapat informasi yang tepat dan benar tentang produk yang
ditawarkan oleh maskapai penerbangan yang bersangkutan.
2) Pelayanan di bandara: Pelayanan di bandara meliputi pelayanan sebelum
keberangkatan yaitu di check-in counter dan ruang tunggu, dan pada saat kedatangan yaitu di transfer-desk dan daerah penyerahan bagasi.
Pelayanan check-in: Penumpang pada umumnya mengharapkan penanganan check-in yang cepat, ramah, sopan, serta efisien dalam pengalokasian tempat duduk, penanganan transfer, dan penanganan bagasi. Untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada penumpang,
maskapai penerbangan menyediakan beberapa check-in counter dengan mengelompokkan penumpang pada tempat check-in yang terpisah. Penumpang kelas utama dan bisnis disediakan check-in counter tersendiri yang terpisah dari penumpang kelas ekonomi. Di beberapa kota besar,
maskapai penerbangan bahkan memberikan kemudahan kepada penumpang
melaporkan keberangkatannya di kota tanpa harus lama mengantri di
bandara. Saat ini, Garuda merupakan maskapai domestik yang masih
menawarkan fasilitas city check-in kepada pelanggannya.
Transfer penumpang dan bagasi Transfer penumpang dan bagasi yang akan meneruskan perjalanannya pada penerbangan lanjutan memerlukan
ketepatan, kecepatan, dan ketelitian. Permasalahan yang sering muncul
adalah terlambatnya pesawat inbound. Jika penerbangan lanjutan sudah berangkat dan tidak ada lagi pesawat berikutnya, maka penumpang dan
bagasinya akan menjadi masalah, terutama jika kedua sektor yang
diterbanginya merupakan sektor internasional dan penerbangan yang
tersedia tidak berlangsung setiap hari.
Ruang tunggu. Maskapai penerbangan berlomba menawarkan kelebihan fasilitas ruang tunggu yang disediakannya, terutama untuk penumpang
kelas bisnis dan utama. Interior ruang tunggu yang nyaman, makanan serta
minuman cuma-cuma yang istimewa, pelayanan superior, dan fasilitas yang lengkap ditawarkan oleh maskapai penerbangan untuk menjaring
penumpang.
Penyerahan bagasi: Maskapai penerbangan harus mengusahakan agar bagasi segera dapat diterima saat penumpang tiba di tempat tujuan.
Penumpang di kelas utama dan bisnis selayaknya mendapatkan bagasi
mereka dalam prioritas pertama.
3) Pelayanan di udara (inflight service): Inflight service merupakan salah satu produk maskapai yang tak kalah pentingnya. Komponen utama dalam inflight service terdiri dari 5 jenis.
Menu makanan dan minuman (meals and drinks): Menu makanan dan minuman paling tidak memperhatikan hal-hal seperti tata cara penyajian
makanan, rasa, jenis makanan, dan kualitasnya secara keseluruhan. Untuk
minuman, rasa, kualitas, dan variasi juga merupakan hal yang harus
diperhatikan.
musik (audio channel) dan video. Keberadaan hiburan ini sangat penting artinya, terutama untuk penerbangan jarak jauh.
Awak kabin: Keberadaan awak kabin dalam suatu penerbangan sangat penting artinya, baik untuk pelayanan selama penerbangan maupun dalam
kaitannya dengan peraturan keselamatan penerbangan. Jumlah awak kabin
harus disesuaikan dengan jumlah penumpang yang ada agar mereka mampu
membantu penumpang dalam keadaan darurat. Untuk penumpang kelas
bisnis dan utama biasanya disediakan awak kabin yang lebih
berpengalaman. Awak kabin yang ramah, efisien, bersikap penolong, dan
mampu berkomunikasi dengan baik dengan penumpang merupakan
beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi.
Interior pesawat. Interior pesawat seperti keadaan kabin dan tempat duduk, kebersihan di dalam pesawat, dan kebersihan kamar kecil merupakan hal
yang harus benar-benar diperhatikan.
Barang cetakan dan gift away: Dalam rangka memenuhi harapan pelanggan dalam pelayanan di pesawat, maskapai penerbangan sudah biasa
membagikan barang cetakan secara cumacuma, baik majalah, surat kabar,
atau barang cetakan lainnya yang memuat informasi tentang perusahaan.
2.2. Minat Beli Ulang
Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum
keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.Terdapat perbedaan antara pembelian
aktual dan minat pembelian ulang. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang
benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian ulang adalah niat untuk
melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang. Menurut Ferdinand (2006)
minat beli ulang dapat diidentifikasi melalui indikator- indikator sebagai berikut:
Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.
Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan referensi
pengalaman konsumsinya.
Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk
preferensinya.
Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi
untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilanggananinya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan
terhadap minat beli ulang pada jasa penerbangan Lion Air di Jakarta.
3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Oktober 2014
3.3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi
yang dicari (Simamora 2004). Pada penelitian ini sumber data primer diperoleh
langsung dari pelanggan Lion Air di Jakarta yaitu kurang lebih telah menggunakan jasa
penerbangan Lion Air satu kali dalam tiga bulan terakhir.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang di peroleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (Simamora 2004). Pada penelitian ini,sumber
data sekunder tersebut diperoleh dari data tertulis lainnya yang berkaitan dengan
penelitian seperti literatur-literatur, jurnal-jurnal penelitian, majalah maupun dokumen
3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi dari penelitian ini adalah semua pelanggan maskapai penerbangan Lion
Air di Jakarta. Berdasarkan data yang ada jumlah penumpang tahun 2012 cukup besar
yaitu 12,8 juta pnumpang. Teknik sampling menggunakan teknik purposive random
sampling (sampel acak sederhana) dengan target responden adalah pelanggan Lion Air
yang berlokasi di Jakarta dan berusia 20-50 tahun. Alasan penggunaan sampel karena di
dasarkan pertimbangan atas populasi yang cukup besar dan keterbatasan waktu maupun
biaya, sehingga penggunaan sampel diharapkan mampu mewakili total keseluruhan
pelanggan. Dikarenakan populasi dalam penelitian ini yang tidak diketahui jumlahnya
sehingga pengambilan sampel menggunakan rumus proporsi penduga dengan jumlah
100 responden.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menurut Bilson Simamora (2004) adalah definisi yang dibuat spesifik sesuai dengan kriteria pengujian atau pengukuran. Definisi operasional dibentuk dengan cara mencari indikator empiris konsep. Variabel-variabel yang diteliti
menurut teori Shaw (2004) dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Pesawat
a. Cabin,Penentuan konfigurasi atau tata letak kabin merupakan hal yang erat
kaitannya dengan tipe pesawat.
b. F requency,Frekuensi merupakan factor yang cukup penting dalam operasi
penerbangan.
c. Seat Accessibility,Maskapai dikatakan mempunyai accessibility yang tinggi bila seorang penumpang potensial bisa mendapatkan tempat duduk yang
diperlukan menjelang jadwal keberangkatan.
d. Punctuality,Ketepatan sampai di tempat tujuan merupakan prioritas utama
segmen bisnis.
2. Pelayanan
a. Point of sales, Pelayanan di tempat penjualan tiket mempunyai peranan yang
cukup penting mengingat penumpang tidak membeli barang yang bisa disentuh
b. Service in the airport, Pelayanan di bandara meliputi pelayanan sebelum
keberangkatan yaitu di check-in counter dan ruang tunggu, dan pada saat kedatangan yaitu di transfer-desk dan daerah penyerahan bagasi
c. Service in the air,Pelayanan di bandara meliputi pelayanan sebelum
keberangkatan yaitu di check-in counter dan ruang tunggu, dan pada saat kedatangan yaitu di transfer-desk dan daerah penyerahan bagasi
3. Minat Beli Ulang
Minat pembelian ulang adalah niat untuk melakukan pembelian kembali pada
kesempatan mendatang. Menurut Ferdinand (2006) minat beli ulang dapat
diidentifikasi melalui indikator- indikator sebagai berikut:
a. Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu membeli
ulang produk yang telah dikonsumsinya.
b. Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan referensi
pengalaman konsumsinya.
c. Minat preferensial : yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi. Preferensi
ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d. Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi
untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang dilanggananinya.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dari
lapangan, seperti perusahaan, organisasi, masyarakat dan sebagainya. Adapun cara yang
digunakan untuk memperoleh data tersebut adalah :
a. Wawancara,merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang
menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Simamora
2004).
b. Kuisioner,merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dari jawaban
yang diberikan responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya. Pada penelitian ini skala yang digunakan dalam penelitian ini
1 – 5 untuk mewakili pendapat responden seperti tidak puas sampai sangat
puas.2. Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk mencari data-data tentang
hal-hal atau variable yang berupa catatan, jurnal, buku perpustakaan dan sebagainya,
sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan didokumentasikan.
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitia ini terdiri dari analisis data
kualitatif dan analisis data kuantitatif.
a. Analisis Data Kualitatif adalah data yang menggunakan data tidak berbentuk
angka-angka yang biasanya data verbal yang diperoleh dari pengamatan dan
wawancara (Nurgiyantoro et al, 2004:27). Dari hasil analisis data kualitatif
diperoleh hasil yang selanjutnya di analisis dengan menggunakan data kualitatif.
Dalam penelitian ini analisis kualitatif tersebut adalah hasil pernyataan
responden dari tidak puas sampai sangat puas, kemudian jawaban dengan skor
terbanyak yang disimpulkan.
b. Analisis Data Kuantitatif adalah analisis data yang menggunakan data
berbentuk angka angka yang di peroleh sebagai hasil pengukuran atau
penjumlahan (Nurgiyantoro et al., 2004 :27). Pertanyaan –pertanyaan dalam
angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mendapatkan data
yang bersifat interval. Contoh kategori untuk pertanyaan dengan jawaban Sangat Tidak Puas – Sangat Puas.
3.8. Pengujian Statistik
Pengujian statistik diawali dengan pengujian validitas dan reabilitas data
penelitian.Hal ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan keandalan data, sehingga
data tersebut dapat diuji dengan menggunakan metode statistik apapun jenisnya.Dengan
demikian, hasil yang di peroleh mampu menggambarkan fenomena yang terjadi.
a. Uji Validitas: Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
b. Uji Reliabilitas:Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek
memang belum berubah.
3.9. Metode Importance Performance Analisys
Performance Analysis digunakan untuk memperolejh nilai Customer Satisfaction Index (CSI). Nilai yang diperoleh dari perhitungan CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pengunjung. Sedangkan Penentuan prioritas perbaikan dimensi
berdasarkan metode pemetaan kepuasan pelanggan dengan menggunakan matriks
Importance-Performance Analysis yang dikembangkan melalui pemetaan kepuasan Philip Kotler. Dalam metode pemetaan kepuasan pengguna, data akan dikelompokkan
ke dalam matriks Importance-Performance Analysis sehingga dimensi-dimensi yang terdapat dalam kategori penting dan memerlukan kinerja yang tinggi menjadi prioritas
utama dalam membuat atau menetapkan strategi perusahaan sehingga kinerja yang
dilakukan dapat memenuhi harapan kepuasan penggunanya. Setiap pertanyaan dari
masing-masing dimensi yang ditanyakan kepada responden dapat dipetakan berdasarkan
tingkat kepentingan yang menjadi harapan pengguna kedalam matriks Importance- Performance Analysis yang dibagi menjadi empat kuadran yaitu :
a. Kuadran A – Prioritas Pertama Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi kepuasan pengguna, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap
sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan
pengguna sehingga mengecewakan/tidak puas.
b. Kuadran B – Pertahankan Prestasi Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah
berhasil dilaksanakan oleh perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap
sangat penting dan sangat memuaskan.
c. Kuadran C – Prioritas Rendah Menunjukkan beberapa faktor yang kurang
penting pengaruhnya bagi pengguna. Pelaksanaannya oleh perusahaan
biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.
d. Kuadran D – Berlebihan Menunjukkan faktor yang menurut pengguna kurang
penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini alat survey yang digunakan ialah kuisioner yang di berikan
kepada 100 responden minimal 3 bulan terakhir menggunakan jasa penerbangan Lion
Air. Terdapat 7 variable dan 22 indikator di dalamnya dengan pertanyaan tentang
harapan kenyataan dan minat beli ulang terhadap jasa penerbangan LionAir.
Penelitian ini berfokus cabin, frequency schedule seat accessibility, punctuality, point of sales, service in airport dan service in the air yang dimana setiap variable mempunyai beberapa pertanyaan yang menjadi indikator variable tersebut.
Pada penelitian tentang rata-rata harapan terdapat responden menyatakan sangat
setuju terbanyak pada variable punctuality yaitu tentang ketepatan waktu keberangkatan yaitu 73.5 persen responden dan yang menyatakan sangat setuju terkecil yaitu pada
variable Seat Accesibility sebanyak 31.1 persen. Dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1. Rata-Rata Harapan
Gambar 4.2 Punctuality
Sumber: Data Primer (Diolah penulis, 2014)
Dari gambar 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata harapan tertinggi terdapat
pada variable punctuality dimana 76 responden menyatakan sangat setuju pada sebaiknya pesawat tepat dalam waktu keberangkatan dan 71 responden menyatakan
sebaiknya pesawat tepat dalam waktu tiba. Sementara untuk Seat Accebility gambar 4.3
menempatkan hasil sebaiknya ada kemudahan memeilih tempat duduk diurutan pertama
dengan 37 responden dan terendah adalah kemudahan dalam memilih kelas dalam
pesawat sejumlah 25 responden.
Gambar 4.3 SeatAccesibility
Gambar 4.4 Rata-Rata Kenyataan
Sumber: Data Primer (Diolah penulis, 2014)
Dari gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa hasil rata-rata kenyataan pada maskapai
penerbangan Lion Air yaitu rata-rata tertinggi ialah terdapat pada variable point of sales
sebanyak 20 persen dan ratarata terkecil terdapatpada variable punctuality yaitu sebesar 1 persen.
Gambar 4.5 Point of Sales
Sumber: Data Primer (Diolah penulis, 2014)
Dari gambar 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata kenyataan tertinggi
terdapat pada variable point of sales dimana terdapat 3 indikator dengan hasil 38 responden menyatakan Lion Air menyediakan penjualan tiket melalui travel agent lalu
terdapat 16 responden menyatakan menyediakan tiket booth dan 6 responden
Gambar 4.6 Punctuality
Sumber: Data Primer (Diolah penulis, 2014)
Dari Gambar 4.6 dapat dijelaskan bahwa rata-rata kenyataan terkecil terdapat pada
variable punctuality dimana hanya 1 responden menyatakan terdapat ketepatan waktu keberangkatan Lion Air dan juga hanya1 responden menyatakan terdapat ketepatan
watu tiba pada maskapai penerbangan Lion Air.
4.2.1. Hasil Perhitungan GAP Harapan dan Kenyataan
Tabel 4.10 GAP Harapan dan Kenyataan
No Variabel Total
Skor Total GAP
Cabin Harapan Kenyataan
1 1
Jumlah kursi dalam pesawat lionairsesuai denganstandar keamanan
457 269 188
2 2
Jarak antar tempat dudukdi pesawatLion Air membuat nyaman
460 214 246
3 Kursi pesawatLion Air tidak sempit 464 208 258
Frequency Schedule
4 Dalam 1 destinasi lion air menyediakan berbagaimacam pilihan waktu keberangkatan
430 369 61
6 Terdapat kemudahan mendapatkan tempat duduk di maskapai Lion Air
421 348 73
7 Terdapat kemudahan memilih kelas dalam maskapaipenerbangan Lion Air
424 354 70
8 Terdapat kemudahan memilih tempat duduk 404 338 66
Punctuality
9 Terdapat ketepatanwaktu keberangkatan lion air 473 191 285 10 Terdapat ketepatanwaktu tibamaskapai lion air 464 195 269
Point ofsales
11 Lion Air menyediakan tiket booth bagi penumpangyang melakukan pembelian langsungdi bandara
429 364 65
12 Terdapat fasilitas Interline (Penumpang membeli tiket unutuk perjalanan multisektor yg melibatkan lebih dari satu maskapai )
398 325 73
13 Lion Air menyediakan penjualan tiket pesawat melalui travel agent
425 408 17
Serviceattheairport
14 Lion Air menyediakan pelayanancheck in 438 394 44
15
Lion Air menyediakan pelayanan city check in (penumpang) 426 314 112 melaporkan keberangkatannyadi kota tanpa harus
mengantri di bandara)
16 Lion Air menyediakan transfer penumpang 390 334 56 17 Terdapat pelayanan dlm penyerahan bagasi (barangbagasi
selamat )
412 326 86
Serviceinthe air
18 Lion Air menyediakan menu makan minuman 410 285 125 19 Terdapat pelayanan dari awak cabinLionAir (ramah,
menolongdan sopan)
451 367 84
20 Terdapat kebersihan di dalam pesawatLionAir 469 359 110 21 Terdapat kebersihan di toilet pesawatLion Air 464 340 124 22 Terdapat barang cetakan atau surat kabar dan majalahCuma
Cuma di Pesawat Lion Air
400 308 92
Dari hasil perhitungan GAP diatas dapat di lihat bahwa GAP terkecil terdapat
dalam penyataan tentang Lion air menyediakan penjualan melalui travel agent yaitu
sebanyak17, dan GAP terbesar terdapat dalam variable punctuality atau variable tentang ketepatan waktu yaitu pernyataan tentang terdapat ketepatan waktu keberangkatan
4.2.2. Hasil IPA &Costumer Satisfaction Index (CSI)
Gambar 4.7 DiagramKartesius
Diagram kartesius digunakan untuk mengetahui posisi masing-masing atribut
bauran pemasaran, apakah terletak pada posisi yang harus diperbaiki atau terletak pada
posisi dipertahankan (Supranto,2006). Diagram kartesius dibagi menjadi empat wilayah
yang dibatasi oleh nilai rata-rata penilaian tingkat harapan maskapai penerbanganLion
Air.
Adapun letak masing-masing atribut pada setiap kuadran terlihat pada Gambar 4.6
dan penjelasannya pada Gambar 4.7. Diagram kartesius pada Gambar 4.7 menjelaskan
posisi dari masing- masing atribut bauran pemasaran yang terbagi ke dalam 4 kuadran:
Kuadran A – Prioritas Pertama: Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi kepuasan pengguna, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat
penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pengguna
sehingga mengecewakan/tidakpuas, yang termasuk dalam kuadran A ialah pernyataan
tentang ketepatan waktu keberangkatan(X9), ketepatan waktu tiba (X10), terdapat
kebersihan didalam toilet pesawat(X21), kursi dipesawat sesuai dengan standar
keamanan(X1), jarak tempat duduk memberikan kenyamanan (X2) dan kursi pesawat
Kuadran B – Pertahankan Prestasi: Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil
dilaksanakan oleh perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting
dan sangat memuaskan, yang termasuk dalam kuadran B ialah pada indikator terdapat
kebersihan didalam pesawa Lion Air(X20), dan terdapat pelayanan yang baik dari awak
kabin(X19), Lion Air menyediakan berbagai macam destinasi dalam 1 hari(X5), dalam
1 destinasi LionAir menyediakan berbagai macam pilihan waktu keberangkatan (X4),
dan terakhir Lion Air menyediakan pelayanan check in (X14).
Kuadran C – Prioritas Rendah: Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting
pengaruhnya bagi pengguna. Pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja.
Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan, yang termasuk dalam kuadran C
ialah indikator Lion Air menyediakan fasilitas city checkin(X15), LionAir menyediakan
menu makanan dan minuman(X18), terdapat fasilitas interline(X12), LionAir
menyediakan transfer penumpang(X16), terdapat pelayanan dalam penyerahan bagasi
(bagasi penumpang selamat) (X17). Dan terdapat barang cetakan atau surat kabar dan
majalah Cuma-cuma di pesawatLion Air(X22).
Kuadran D – Berlebihan: Menunjukkan faktor yang menurut pengguna kurang
penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi
sangatmemuaskan, yang termasuk dalam kuadran D ialah pada indikator-indikator
terdapat kemudahan mendapatkan tempat duduk(X6), terdapat kemudahan memilih
kelas dalam maskapai Lion Air (X7), terdapat kemudahan memilih tempat duduk pada
maskapai penerbangan LionAir(X8), Lion Air menyediakan tiket booth bagi
penumpang yang melakukan pembelian langsung di bandara(X11), LionAir
menyediakan penjualan tiket pesawat melalui travel agent(X13),
4.2.3. Hasil Uji CSI
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, didapatkan nilai CSI maskapai
penerbangan Lion Air sebesar 63 persen. Perhitungan CSI diperoleh dari pembagian
antara Weight Score (WS) dengan skala maksimum yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu 5 dan mengalikan dengan 100 persen. Nilai CSI terletak direntang 0,51-0,66
menunjukkan bahwa indeks kepuasan pelanggan maskapai penerbangan LionAir pada
meningkatkan kinerjanya agar CSI meningkat sampai angka maksimal sehingga
pelanggan maskapai penerbangan Lion Air merasa sangat puas.
4.2.4. Analisis Minat Beli Ulang
Tabel 4.11 Minat Transaksional
No Akan selalu meggunakan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 2 2 persen
2 Setuju 16 16 persen
3 Netral 39 39 persen
4 Tidak setuju 35 35 persen
5 Sangat Tidak Setuju 8 8 persen
Total 100
Dari hasil tabel 4.11 mengenai minat transaksional yaitu kecenderungan seseorang
akan membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya, terbanyak responden
menyatakan netral terhadap minat transaksional sebanyak 39 persen dan hanya berbeda
4 persen dengan responden menyatakan tidak setuju yaitu sebanyak 35 persen dan
hanya 2 persen saja responden yang menyatakan sangat setuju akan minat transaksional.
Tabel 4.12 Minat Referensial
No Akan merekomendasikan Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 1 1 persen
2 Setuju 11 11 persen
3 Netral 31 31 persen
4 Tidak setuju 41 41 persen
5 Sangat Tidak Setuju 16 16 persen
Total 100
Dari hasil table 4.12 mengenai minat referensial yaitu kecenderungan seseorang
akan merekomendasikan produk yang sudah di belinya terdapat 41 responden
menyatakan tidak setuju dan hanya 1 responden menyatakan sangat setuju terhadap
Tabel 4.13 Minat Preferensial
No menggunakan dalam keadaan apapun Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 0 0 persen
2 Setuju 10 10 persen
3 Netral 35 35 persen
4 Tidak setuju 46 46 persen
5 Sangat Tidak Setuju 9 9 persen
Total 100
Dari hasil table 4.13 dapat dilihat bahwa hasil penelitian mengenai minat
preferensial yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu memiliki
preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi dan preferensi ini hanya dapat
diganti bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya, terdapat 46 responden
menyatakan tidak setuju dan hanya 0 responden menyatakan sangat setuju.
Tabel 4.20 Minat Eksploratif
No akan selalu mencari informasi Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju 7 7 persen
2 Setuju 17 17 persen
3 Netral 26 26 persen
4 Tidak setuju 42 42 persen
5 Sangat Tidak Setuju 8 8 persen
Total 100
Dari hasil table 4.20 diatas mengenai minat eksploratif dimana minat ini
menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk
yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk yang dilangganinya, terbanyak menyatakan tidak setuju sebanyak 42 persen dan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai analisis kepuasan pelanggan dan minat beli ulang
pada maskapai penerbangan Lion Air di Jakarta yang dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner kepada 100 pelanggan Lion Air pada bulan September – Oktober 2014
dengan menggunakan metode slovin dapat di simpulkan bahwa:
1. Melalui perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI), didapatkan nilai CSI
Kepuasan pelanggan maskapai penerbangan Lion Air sebesar 63 persen Nilai ini
terletak di rentang 0,51-0,65 yang menunjukkan bahwa indeks kepuasan pengunjung pada kriteria “Cukup Puas”.
2. Melalui analisis deskriptif tentang minat beli ulang pada maskapai penerbangan
Lion Air di Jakarta terdapat hasil sebagai berikut :
a. Minat transaksional, yaitu terdapat hasil mayoritas responden menjawab
netral sebanyak 39 persen responden.
b. Minat referensial terdapat hasil bahwa mayoritas responden menyatakan
tidak setuju dengan jumlah 41 persen responden
c. Minat Preferensial terdapat hasil mayoritas 46 persen responden menyatakan
tidak setuju terhadap minat preferensial.
d. Minat eksploratif mayoritas responden menyatakan tidak setuju yaitu sebesar
42 persen.
5.2. Saran
Indikator-indikator yang terdapat di kuadran 2 dan 4 tetap di pertahankan dan di
tingkatkan lebih baik, dan indikator indikator yang terdapat di kuadran 1 dan 3 di
perbaiki kualitasnya, karena hal hal tersebut merupakan hal penting untuk pelanggan
tetapi perusahaan abaikan. Maka dari itu perusahaan harus meningkatkan kualitas
pelayanan sehingga suatu saat di lakukan penelitian kembali hasilnya bisa mencapai
DAFTAR PUSTAKA
A. Zeithaml Valarie and Bitner Mary Jo. 2006. Service Marketing. New York : Mc Graw Hill Inc Int’l edition
Davis, Stanley B and David L Goetsch. 2006. Pengantar Manajemen Mutu 2 . Jakarta : PT. Pretalindo
Ferdinand, Augusty. 2006. Pengembangan Minat Beli Merek Ekstensi. Badan Penerbit Univ Diponegoro
Tjiptono, F. 2005 Strategi Pemasaran. Edisi ke tiga.Yogyakarta : Andi Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.Erlangga
Kotler, Philip and Gary Amstrong. 2009. Prinsip – Prinsip Pemasaran Jilid 2.Erlangga Kinnear, Thomas C. 2007. Riset Pemasaran. Erlangga
Lupiyoadi, Rambat. 2006. Manajenem Pemasaran Jasa Edisi 2.Jakarta: Salemba Empat Oliver. 2006. Great Answear to Tough The Marketing Question. Jakarta: PT Pretalindo Shaw, Stephen. 2007. Marketing & Management. Asgate Publishing
Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama