• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium cumini(L.) Skeels) dan Amylum Oryzae Terhadap Nilai Sun Protection Factor Krim Tabir Surya Oktil Metoksisinamat secara In Vitro"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sistematika Tumbuhan

2.1.1 Klasifikasi tumbuhan jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium cumini

(Heyne, 1987). 2.1.2 Nama daerah

Jamblang, jambu keling, atau duwet (Syzygium cumini(L.) Skeels) adalah sejenis pohon dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae). Tumbuhan berbuah sepat masam ini dikenal pula dengan berbagai nama, seperti jambe kleng (Aceh), jambu kling (Gayo), jambu kalang (Minahasa), jambulan (Flores), jambula

(Ternate), jamblang (Betawi), juwet atau duwet (Jawa) (Agoes, 2010).

Dalam berbagai bahasa asing buah ini dikenal sebagai jambulan, jambulana (Malaysia), duhat (Filipina), jambul, jamun, atau java plum (Inggris),

dan lain-lain (Agoes, 2010). 2.1.3 Uraian tumbuhan

(2)

hutan jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Dalimartha, 2003).

Pohon dengan tinggi 10-20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau. Bunga majemuk dengan cabang yang berjauhan, kelopak bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota bentuk bulat telur, benang sari banyak, berwarna putih, dan baunya harum. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda hijau, setelah masak warnanya putih. Berakar tunggang, berwarna coklat muda (Dalimartha, 2003).

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan

Jamblang mengandung minyak atsiri, fenol (methylxanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organik, triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam elegat dan tanin (Agoes, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jamblang mengandung senyawa fenolik seperti ferulic acid dan katekin (Ruan, dkk., 2008). Senyawa lain yang terkandung dalam daun adalah flavonol glikosida, quersetin, myrisetin, 3-O-4 asetil-L-rhamnopyranoside, triterpenoid, esterase, galloyl carboxylase dan tanin (Ayyanar dan Pandurangan, 2012).

2.1.5 Manfaat tumbuhan

(3)

menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik). Kulit kayu berkhasiat untuk peluruh haid(Agoes, 2010).

Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat tradisional maupun modern. Kulit, batang, daun, buah, dan bijinya digunakan sebagai obat diabetes melitus, diare, dan beberapa penyakit lain(Agoes, 2010).

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes, RI., 2000).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes, RI., 2000).

2.2.1 Proses pembuatan ekstrak 1. Pembuatan serbuk simplisia

(4)

derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi semakin efektif dan makin efisien, namun semakin halus serbuk, maka akan semakin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.

2. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimum) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari antara lain: selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan.

3. Separasi dan pemurnian

Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tidak bercampur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion. 4. Pemekatan atau penguapan (vaporasi dan evaporasi)

(5)

5. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia kering (Depkes, RI., 2000).

2.2.2 Ekstraksi dengan menggunakan pelarut a. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

b. Cara panas 1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2. Soxhlet

(6)

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

4. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air (Depkes, RI., 2000).

2.3. Kulit

2.3.1 Anatomi kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 1997). Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3.2 Struktur kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu: 1. lapisan epidermis, lapisan ini terdiri dari atas stratum corneum, stratum

lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

(7)

tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk berdegenarasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam disebut Mantel Asam Kulit.

b. Stratum lusidum (lapisan jernih) terletak tepat dibawah stratum corneum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. d. Stratum spinosum (lapisan malphigi) memiliki sel berbentuk kubus dan

seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

e. Stratum germinativum (lapisan basal) adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikan kepada sel-sel keratinosit melalui dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Dermis

(8)

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/ hipodermis).

2.3.3 Fungsi biologi kulit a. Proteksi

Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuk air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar.

b. Thermoregulasi

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokontriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas.

c. Persepsi sensoris

Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri.

d. Absorbsi

(9)

dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan zat yang larut dalam air (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4. Kosmetik

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.445/MenKes/Permenkes/ 1998, kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi kosmetik perawatan kulit dan riasan. Kosmetik perawatan kulit, misalnya kosmetik untuk membersihkan kulit, untuk melembabkan kulit, pelindung kulit dan menipiskan atau mengempelas kulit, sedangkan kosmetik riasan diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Krim ekstrak etanol daun jamblang ini termasuk kedalam kosmetik perawatan kulit yakni sebagai pelindung kulit.

2.4.1 Kosmetik pelindung kulit

Kosmetik pelindung adalah kosmetik yang dikenakan pada kulit yang sudah bersih dengan tujuan melindungi kulit dari berbagai pengaruh lingkungan yang merugikan kulit. Menurut tujuan spesifiknya, masing-masing kosmetik pelindung dapat dibagi dalam kelompok berikut:

1. Preparat yang melindungi kulit dari bahan-bahan kimia (bahan kimia yang membakar, larutan detergen dan lain-lain).

(10)

3. Preparat untuk melindungi kulit dari benda fisik yang membahayakan kulit (sinar ultraviolet, panas).

4. Preparat yang melindungi kulit dari luka secara mekanis (dalam bentuk kosmetik pelumas).

5. Preparat untuk mengusir serangga agar tidak mendekati (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.2 Preparat untuk melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet matahari a. Bahaya sinar matahari

Spektrum UV terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang UV-C (200-290 nm), UV-B (290-320 nm) dan UV-A (320-400 nm). A terbagi lagi menjadi dua sub bagian yaitu A2 (320-340 nm) dan UV-A1 (340-400 nm) (COLIPA, 2006). Untunglah UV-C tidak sampai ke bumi karena diserap oleh lapisan ozon di angkasa luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Besarnya radiasi yang mengenai kulit tergantung pada jarak antara suatu tempat dan garis khatulistiwa, kelembaban udara, musim, ketinggian tempat dan jam waktu setempat. Semakin dekat jarak antara suatu tempat dan garis khatulistiwa, semakin lembab udara dan semakin tinggi suatu tempat, semakin besar radiasi sinar ultraviolet yang mengenai kulit dalam jangka waktu yang sama. Intensitas radiasi UV tertinggi adalah pukul 08:00-15:00 waktu setempat, yaitu ketika orang sedang aktif di luar rumah (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Perlindungan kulit

(11)

matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari, misalnya ketika seseorang berjemur maka timbul dua tipe reaksi melanin:

1. Penambahan melanin dengan cepat ke permukaan kulit, 2. Pembentukan tambahan melanin baru.

Jika pembentukan tambahan melanin ini berlebihan dan terus menerus, noda hitam pada kulit dapat terjadi. Secara artificial, ada dua cara perlindungan kulit yaitu:

1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan krim yang melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya talkum, titanium dioksida, zinc oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat, silisium dioksida dan bahan-bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak.

2. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia. Ada dua kelompok bahan kimia ini:

a. Bahan yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit (tanning), misalnya dioxy acetone dan 8-methoxy psoralen, yang digunakan 2 jam sebelum berjemur. Bahan ini mempercepat pembentukan pigmen melanin di permukaan kulit.

(12)

negatif pada kulit, seperti photoallergy, phototoxic, disamping pencoklatan kulit (tanning) yang tidak disukai oleh orang Asia yang menyukai kulit yang berwarna putih (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.3 Syarat preparat kosmetik tabir surya (Sunscreen) 1. Enak dan mudah dipakai,

2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan, 3. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur,

4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Syarat-syarat bagi bahan aktif untuk preparat tabir surya:

1. Efektif menyerap radiasi sinar UV-B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan menjadi toksik atau menimbulkan iritasi,

2. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap,

3. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya, 4. Tidak berbau atau boleh berbau ringan,

5. Tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasi (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.5Antioksidan

(13)

lingkungan seperti rokok, polusi, makanan, dan sinar matahari. (Barel, dkk., 2009).

Senyawa flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Beberapa flavonid seperti quercetin, luteolin dan katekin memiliki antioksidan

yang lebih baik dari vitamin C, vitamin E dan β-caroten. Quercetin diyakini

mampu mencegah efek berbahaya dari sinar matahari (Svobodova, dkk., 2003). Penelitian pada hewan yang diberikan formulasi topikal mengandung quercetin berhasil menghambat kerusakan kulit karena induksi UVB (Saewan dan Jimtaisong, 2013). Daun jamblang (Syzygium cumini (L.) Skeels) mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yaitu quercetin dan katekin (Ruan, dkk., 2008 : Ayyanardan Pandurangan, 2012).

Gambar 2.1 Struktur quercetin (Svobodova, dkk., 2003).

Gambar 2.2 Struktur katekin (Svobodova, dkk., 2003).

2.6 Antioksidan Menangkal Radikal Bebas

(14)

kecenderungan untuk mencari pasangan. Caranya dengan menarik atau menyerang elektron dari senyawa lain. Hal ini mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron (electron donor) kepada radikal bebas, sehingga reaksi radikal bebas tersebut dapat terhambat (Winarsi, 2007).

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang dapat menghambat banyak reaksi oksidasi. Flavonoid memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena mampu mentransfer sebuah elektron kepada senyawa radikal bebas, dimana R• merupakan senyawa radikal bebas, Fl-OH merupakan senyawa flavonoid sedangkan Fl-OH• merupakan radikal flavonoid(Kandaswami dan Middelton, 1997).Reaksi peredaman radikal bebas oleh senyawa flavonoid seperti pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Mekanisme peredaman radikal oleh flavonoid

(Kandaswami dan Middelton, 1997).

(15)

tidak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas lain oleh karena itu dapat berfungsi sebagai antioksidan yang efektif (Chollisoh dan Utami, 2008).

2.7Sun Protection Factor (SPF)

Efektivitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan salah satunya adalah dengan nilai Sun Protection Factor (SPF), yang didefinisikan sebagai jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya, dibagi dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan perlindungan. Tabir surya yang memiliki spektrum yang luas dapat memberikan perlindungan terhadap UVB dan UVA (Barel, dkk.,2014).

Minimal erythema dose (MED) didefinisikan sebagai jangka waktu

terendah atau dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya erythema(Setiawan, 2010).

Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada diatas 15. Pathak membagi tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut:

1. Minimal bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat. 2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, benzofenon. 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivat PABA.

4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.

(16)

2.8 Bahan Tabir Surya

2.8.1 Oktil metoksisinamat

Gambar 2.4Rumus bangun oktil metoksisinamat (Setiawan, 2010)

Oktil metoksisinamat adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam sediaan tabir surya (Steinberg, 2003). Oktil metoksisinamat tergolong dalam tabir surya kimia yang melindungi kulit dengan cara menyerap energi dari radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Penggunaan topikal jarang menimbulkan iritasi (Wahlberg, dkk., 1999). Konsentrasi penggunaan berkisar 2-7,5% (Polo, 1998). Turunan sinamat seperti oktil metoksisinamat terurai setelah terpapar radiasi UVB dan UVA. Radiasi sinar UV mengubah trans-oktil metoksisinamat menjadi cis-oktil metoksisinamat melalui reaksi fotoisomerisasi cis-trans (Walhberg, dkk., 1999). Oktil metoksisinamat berupa cairan minyak berwarna kuning pucat yang jernih, tidak berasa, larut dalam etanol, propilenglikol, isopropanol.

2.8.2 Amylum oryzae

Amylum oryzae atau pati beras merupakan pati yang diperoleh dari biji Oryza sativa L. (famili Poaceae). Pemerian berupa serbuk sangat halus dan putih

(Ditjen, POM., 1995).

(17)

formulasi sediaan padat oral yang digunakan sebagai pengikat, pengisi, dan disintegran (Rowe, dkk., 2009).

2.9 Krim

Menurut Farmakope Indonesia IV, krim merupakan sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim dibagi atas dua macam, yaitu krim minyak dalam air dan krim air dalam minyak. Krim merupakan sediaan farmasi berbentuk emulsi (Ditjen, POM., 1995).

Krim kosmetik dibuat dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, melalui pemberian energi berupa pemanasan dan pengadukan (Djajadisastra, 2004). Bahan-bahan dasar krim yang digunakan:

 Propilen glikol

Gambar 2.5Rumus bangun propilen glikol (Rowe, dkk., 2009).

Fungsi : Humektan, plastisizer, pelarut, bahan penstabil

Dalam sediaan topikal biasa digunakan dengan konsentrasi hingga 15% sebagai humektan. Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin dan air, larut dalam 1 bagian dalam 6 bagian eter.

 Natrium edetat

(18)

Fungsi : Zat pengkelat.

Natrium edetat berupa kristal putih, tidak berbau dengan rasa sedikit asam.Natrium edetat digunakansebagai zat pengkelatdalam berbagaisediaan farmasi, termasuk obat kumur, sediaan mata, dan sediaan topikal. Biasanya digunakan pada konsentrasi antara 0,005 dan 0,1%. Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol (95%) dan larut dalam 11 bagian air.

 Trietanolamin (TEA)

Gambar 2.7Rumus bangun trietanolamin (Rowe, dkk., 2009).

Fungsi : Bahan pengalkali, bahan pengemulsi

Konsentrasi yang digunakan sebagai bahan pengemulsi adalah sekitar 2-4%. Mempunyai ciri tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat, cairan kental mempunyai bau sedikit ammonia. Larut dalam aseton, metanol, karbon tetraklorida dan air, larut 1 bagian dalam 63 bagian etil eter.

 Vaselin

Pemerian massa lunak, lengket, bening, putih. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam kloroform, eter dan dalam eter minyak tanah. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Ditjen, POM., 1979).

 Setil alkohol

(19)

Fungsi : Bahan pengemulsi, bahan pengeras, pelembut

Setil alkohol berbentuk seperti lilin, serpihan putih, bau khas dan lunak, mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu, praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi yang digunakan dalam sediaan topikal berkisar hingga 10%.

 Asam stearat

Gambar 2.9Rumus bangun asam stearat (Rowe, dkk., 2009).

Fungsi : Bahan pengemulsi, bahan pengeras

Berwarna putih atau sedikit kekuningan, mengkilat, kristal padat berlemak. Mudah larut dalam benzen, eter, larut dalam etanol 95%, heksana dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air. Konsentrasi hingga 1-20% digunakan untuk sediaan krim dan salep.

 Gliseril monostearat

Gambar 2.10Rumus bangun gliseril monostearat (Rowe, dkk., 2009).

(20)

Gliseril monostearat berwarna putih hingga krem seperti lilin padat dalam bentuk manik-manik atau bubuk. Larut dalam etanol panas, eter, kloroform, aseton panas dan minyak mineral. Praktis tidak dalam air.

 Butil hidroksi toluen

Gambar 2.11Rumus bangun butil hidroksi toluen (Rowe, dkk., 2009).

Fungsi : Antioksidan

Butil hidroksi toluen digunakan sebagai antioksidan pada kosmetik, makanan, dan obat-obatan. Hal ini untuk mencegah ketengikan pada lemak dan minyak serta mencegah hilangnya aktivitas vitamin yang larut dalam minyak. Biasa digunakan pada konsentrasi 0,5-1,0%. Praktis tidak larut dalam air, gliserin dan propilen glikol. Mudah larut dalam aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, toluen, dan minyak mineral.

 Nipagin

Gambar 2.12Rumus bangun nipagin (Rowe, dkk., 2009).

Fungsi : Pengawet (anti mikroba)

Gambar

Gambar 2.2 Struktur katekin (Svobodova, dkk., 2003).
gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.4Rumus bangun oktil metoksisinamat (Setiawan, 2010)
Gambar 2.6Rumus bangun natrium edetat (Rowe, dkk., 2009).
+3

Referensi

Dokumen terkait

< EOQ ROP tanggal EOQ ROP EOQ ROP Kartu Stock tanggal no bukti saldo akhir <M> FK_BARANG_MEMILIKI_JENIS_BA FK_PENGELUA_MELAKUKAN_PEGAWAI

Teknologi mobile phone adalah suatu kebutuhan yang utuh untuk mereka, dengan menggunakan teknologi mobile phone mereka dapat menjaga komunikasi dengan keluarga,

menggunakan Microsoft Frontpage 2000 akan dapat menarik pada pengunjung web site , sehingga dapat mencoba betapa mudahnya berkreasi web site dengan bantuan program Microsoft

Sebagai kelanjutan program Pembaharuan Mahkamah Agung, dalam upaya meningkatkan citra Mahkamah Agung serta Pengadilan di bawahnya lembaga dan Pengadilan Tinggi

dokumen pelelangan ini, harus dilihat sebagai semacam pedoman yang menunjukkan dalam sistematika apa perincian penawaran harus disusun, sedemikian sehingga penilaian atas

Spesifikasi benda uji penelitian yang dibuat adalah variasi komposisi jumlah partikel bambu, dengan variabel tetap adalah jumlah semen sebanyak 3 kali berat bahan

Maka dibuatlah alat deteksi gempa bumi dengan arduino uno yang merupakan alat yang dapat mendeteksi akan getaran gempa bumi.. Dengan alat ini menggunakan sensor

We need this integral because, unlike the Riemann integral, it can be defined on abstract spaces, such as the space of infinite sequences of coin tosses or the space of paths